Anda di halaman 1dari 11

BILINGUALISME DI INDONESIA DAN CARA MENGAJARKANNYA

Dosen Pengampu : Dr. Syamsul Arif,M.Pd


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Konsep Dasar Bahasa Indonesia

DISUSUN OLEH :

Nama : Sudirman

NIM : 8226181018

Kelas : DIKDAS A 2022

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai ” Bilingualisme di Indonesia & cara
mengajarkannya ”, ini dibuat guna memenuhi tugas dari mata kuliah “ Konsep Dasar Bahasa
Indonesia” Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak Dosen yang
sudah membimbing sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.

Penulis merasa makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk menyempurnakan makalah
ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, dan terimakasih.

Medan,17 Mei 2023

Sudirman

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
A. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
A. Pengertian Bilingualisme......................................................................................................3
B. Perkembangan Bahasa Kogitif pada Anak...........................................................................4
C. Perkembangan Kognitif........................................................................................................4
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................7
A. Kesimpulan...........................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang didiami oleh ratusan suku bangsa
dengan latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda. Disebut negara kepulauan karena lebih
dari 17.000 pulau baik besar maupun kecil termasuk dalam wilayah kedaulatan Indonesia.
Bahkan, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Penduduk Indonesia yang
jumlahnya hampir mencapai 250 juta dengan wilayah Nusantara yang begitu luas menjadikan
Indonesia sebagai negara yang diperhitungkan di dunia. Secara politis jumlah penduduk yang
besar akan meningkatkan peran bangsa Indonesia di kancah internasional.

Dalam konteks keindonesiaan berhimpunnya orang-orang yang berbeda latar belakang


sosial budaya dan bahasa ke dalam negara kesatuan RI merupakan suatu anugerah yang tak
ternilai harganya. Kekayaan alam yang melimpah baik dari dalam perut bumi, di laut, maupun di
darat telah menjadi incaran bangsa lain untuk bisa menguasai dan mengeksploitasinya. Tidak
heran Portugis, Belanda, dan Jepang menjajah Indonesia selama ratusan tahun hanya karena
ingin mengeruk seluruh kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia. (Izzak, 2019, p. 16)

Manusia di dunia dalam era globalisasi ini, termasuk manusia Indonesia merasa tidak
cukup jika hanya menguasai bahasa daerah atau bahasa ibunya (B1) dan bahasa nasionalnya
(B2). Mereka, kita, dan semua manusia normal di dunia ini semakin menganggap penting
menguasai bahasa asing (BA). Oleh karenanya, tumbuh pula lembaga-lembaga pendidikan, baik
formal maupun nonformal yang memfasilitasi proses pembelajaran bahasa asing. Masyarakat di
dunia ini mempersepsi bahwa bahasa asing merupakan media komunikasi dan transformasi yang
sangat penting bagi keperluan pergaulan dunia yang cenderung sudah mengglobal sehingga
sangatlah masuk akal apabila jumlah pembelajar dan pemakai bahasa asing cenderung terus
semakin bertambah banyak.(Subali, 2012, p. 107)

A. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah yang dapat dikutip dari makalah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Apa itu Bilingualisme ?


2. Bagaimana cara mengajarkan Bilingualisme ?

iv
B. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian Bilingualisme.


2. Untuk mengetahui cara megajarkan Bilingualisme.

v
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bilingualisme
Bilingualism atau kedwibahasaan sangat dekat dengan kehidupan masyarakat di era
modern ini. Sudah menjadi sangat umum bagi anak-anak untuk berbicara lebih dari satu bahasa
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Edward (2004) menjelaskan bahwa mayoritas orang di
dunia ini adalah bilingual karena mereka mengetahui setidaknya dua bahasa. Angka tersebut
semakin meningkat karena interaksi antara orang-orang di seluruh dunia saat ini semakin intens
dan tidak terbatas. Selain itu, bilingualism didefinisikan sebagai kemampuan berbicara dua
bahasa dalam interaksi sehari-hari (Byers-Heinlein, 2013). Demikian pula, Baker (2001)
mendefinisikan bilingualism sebagai orang yang dapat berkomunikasi dalam dua di kehidupan
sehari-hari. Angka penutur bilingualism semakin meningkat setiap tahunnya. Diperkirakan satu
dari tiga orang di dunia ini adalah bilingual atau multilingual (Wei, 2000). Meski menjadi
perdebatan yang tak kunjung usai, bilingualism menjadi tren para orang tua modern saat ini,
tidak hanya di Indonesia tetapi juga para orang tua di seluruh dunia. Di Indonesia, sebagian besar
masyarakatnya bilingual secara alami karena mereka menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa
daerahnya. Angka penutur bilingual yang besar juga ditemukan di beberapa negara bagian
Amerika Serikat. Misalnya, di California, diperkirakan bahwa dalam 12 tahun ke depan, lebih
dari 50% anak-anak akan menjadi bilingual dengan berbicara lebih dari satu bahasa (García,
McLaughlin, Spodek, & Saracho, 1995).

Dalam rangka persiapan menghadapi era sosialisasi 5.0 atau dalam rangka menghadapi
perubahan zaman, banyak orang tua yang mempersiapkan anaknya menjadi anak yang memiliki
kemampuan dua bahasa atau bilingual, bahkan lebih. Dua bahasa yang umumnya diajarkan
kepada anak adalah bahasa ibu dan bahasa asing. Pada saat sekarang ini, bahasa ibu yang kerap
diajarkan kepada anak adalah bahasa Indonesia, sedangkan bahasa asing yang sering dijadikan
sasaran bahasa kedua yang diajarkan pada anak adalah Bahasa Inggris (Chang et al., 2023, p.
1720)

Dalam konteks ke indonesia kondisi bilingualisme direpresentasikan oleh pemakaian


bahasa pertama (b1) dan bahasa kedua (b2). Dalam situasi dan keadaan tertentu bilingualisme
ini berubah menjadi multilingualisme (multingualism) dengan adanya penambahan pemakaian

vi
bahasa asing (b3) selain b1 dan b2 terutama hal ini sering terjadi di kota-kota besar yang
sebagian besar penduduknya adalah golongan terdidik (highly educated) dan memunyai akses
yang sangat besar ke dunia internasional. Golongan masyarakat ini sering dilabeli dengan istilah
keluarga modern yang salah satu cirinya adalah menonjolnya pemakaian bahasa asing terutama
bahasa Inggris,baik secara personal maupun penerapan dalam keluarga.

B. Perkembangan Bahasa Kogitif pada Anak


Dalam proses perkembangan bahasa pada anak, misalnya untuk anak yang berbahasa
Inggris, adalah sebagai berikut: 1) Pada usia 6 minggu anak berada pada tahap cooing, 2) Pada
usia 6 bulan pada tahap babbling, 3) Pada usia 8 bulan pada tahap intonation pattern, 4) Pada
usia 12 – 15 bulan adalah two-word utterances, 5) Pada usia 18 bulan adalah two-word
utterances, 6) Pada usia 21 bulan adalah three-word + utterance, 7) 18 bulan adalah simple
negative, 8) 18 bulan adalah simple questions, 9) 2 tahun adalah inflections (word endings), 10)
3 tahun adalah adult-type negatives, 11) 3 tahun adalah adult-type questions. 12) 3.5 tahun
adalah adult-type questions, dan 13) 10 tahun adalah adult-type grammar (O.F. Siwoku-Awi.,
2016)

C. Perkembangan Kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan anak untuk berfikir lebih kompleks serta
melakukan penalaran dan pemecahan masalah, berkembangnya kemampuan kognitif ini akan
mempermudah anak menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga ia dapat berfungsi
secara wajar dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

1. Tahap sensorimotor (0-2 tahun)

Anak belajar untuk mengetahui dunianya hanya mengandalkan indera yaitu melalui
mengisap, menangis, menelan, meraba, membau, melihat, mendengar, dan merasakan

2. Tahap preoperasional (2-7 tahun)

Tahap Praoperasional (early childhood) yang membentang selama usia 2 hingga 7 tahun,
perubahan paling jelas yang terjadi adalah peningkatan luar biasa dalam aktivitas representasi
atau simbolis

3. Tahap concrete operational (7-11 tahun)

vii
Anak-anak di tingkatan operasi-operasi berpikir konkret sanggup memahami dua aspek
suatu persoalan secara serentak. Di dalam interaksi-interaksi sosialnya, mereka memhami bukan
hanya apa yang akan mereka katakan, tapi juga kebutuhan pendengarannya.

4. Tahap formal operational (11-15 tahun)

Tahap Operasional Formal sebuah tahap di mana mereka mengembangkan kemampuan berpikir
abstrak, sistematis, dan Ilmiah.(Hidayati, 2020, p. 96)

Menurut (Ninawati, 2012, p. 25) juga mengklasifikasikan perkembangan anak pada usia sekolah
dasar yang diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu:

1) Usia Sekolah Dasar rendah (untuk kelas 1-III) Pada masa ini, anak anak telah memiliki
kemampuan sebagai berikut: (a). Mampu mengklasifikasikan angka atau bilangan,
meskipun masih banyak menggunakan benda/objek yang konkret (alat peraga); (b).
Mulai dapat menyimpan pengetahuan atau hasil pengamatan dalam daya ingatannya; dan
(c). Mulai dapat mengoperasikan kaidah logika atau berfikir logis meskipun terbatas pada
objek objek konkret
2) Usia Sekolah Dasar tinggi (untuk kelas IV-VI) Pada masa ini, anak anak telah memiliki
kemampuan sebagai berikut: (a). Mulai dapat berpikir hipotesis deduktif; (b). Mulai
mampu mengembangkan kemungkinan berdasarkan kedua alternative; dan (c). Mulai
mampu menginferensi atau menggeneralisasi dari berbagai kategori.

Kemudian, disebutkan bahwa anak yang berbicara dengan lebih dari satu bahasa, bisanya
dihubungkan pada beberapa poin berikut:

1) Memiliki hasil akademik yang lebih baik. Hal ini karena anak anak bilingual atau
multilingual dapat berkonsentrasi dengan lebih baik, lebih baik dalam memecahkan
masalah, memahami struktur bahasa yang lebih baik, dan baik dalam melakukan
multitasking.
2) Memiliki kesempatan karir yang lebih banyak dan menarik nantinya di dalam kehidupan
mereka.

Di samping itu, jika anak anak berbicara lebih dari satu bahasa maka mereka akan memiliki rasa
sense of self-worth, identity and belonging yang lebih baik. Hal ini karena:

viii
1) Mereka merasa bangga dengan warisan leluhur mereka
2) Merasa percaya diri ketika berkomunikasi dan berhubungan dengan anggota keluarga
yang besar dan berbicara dengan orang lain yang berbahasa lain.
3) Mereka dapat menikmati music, film, literatur dan lainnya yang lebih dari satu bahasa.

Kemudian, keuntungan untuk masyarakat ketika anak anak berbicara lebih dari satu
bahasa adalah:

1. Setiap orang yang ada dalam masyarakat tersebut memiliki apresiasi yang lebih bai katas
perbedaan bahasa dan budaya
2. Anak anak dapat dengan mudah untuk bepergian dan bekerja di negara negara yang
berbeda bahasa dan budaya ketika mereka tumbuh besar.
3. Anak anak akan memahami dan mengapresiasi budaya yang berbeda

ix
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bilingualisme dan multilingualisme merupakan fenomena yang banyak kita temui di
sekitar kita, karena memang hampir 2/3 penduduk dunia ini adalah bilingual atau multilingual.
Terdapat dua pendapat tentang pro dan kontra dari fenomena ini dalam perkembangan bahasa
dan kognitif anak. Penelitian ini telah lama dimulai, dan sampai saat ini pun pro dan kontra akan
fenomena ini masih ada. Beberapa peneliti atau ahli berpendapat bahwa bilingualism akan
membuat anak memiliki nilai yang buruk dalam ujian akhir, bahkan dalam tes masuk perguruan
tinggi. Salah satu ahli, yaitu Garrick Duhaney menyatakan dalam tulisannya bahwa siswa dengan
latar belakang linguistis yang beragam dianggap masuk ke kelas khusus (dalam konteks buruk)
dan memiliki nilai yang buruk

x
DAFTAR PUSTAKA
Chang, A. N., Dania, R., & Afersa, M. (2023). Webinar Mendukung Pembelajaran
Bilingualisme Untuk Anak Usia Dini. 1(12), 1720–1723.

Hidayati, N. N. (2020). Bilingualisme dan Multilingualisme: Pro dan Kontra pada Perkembangan
Bahasa dan Kognitif Anak. AL HIKMAH Jurnal Studi Keislaman, 10(1), 91–104.

Izzak, A. (2019). Bilingualisme dalam Perspektif Pengembangan Bahasa Indonesia. Mabasan,


3(1), 15–29. https://doi.org/10.26499/mab.v3i1.98

Ninawati, M. (2012). “Kajian Dampak Bilingual Terhadap Perkembangan Kognitif Anak


Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Widya, 29 (324), 25.

O.F. Siwoku-Awi. (2016). “Psychological Processes in Child Multilingualism and Their


Implication for French Study in Nigeria.” International Journal of Education and Research,
4 (12), 45–46.

Subali, E. (2012). KONSEP BILINGUALISME DAN PEMBELAJARAN BAHASA


INDONESIA BAGI PENUTUR ASING. Badanbahasa.Kemendikbud, 8(1), 106–119.
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/info_bipa

xi

Anda mungkin juga menyukai