Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada zaman modern seperti sekarang ini, sarana transportasi telah menjadi bagian

yang penting dari kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan transportasi merupakan

sarana utama bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk bergerak dan

berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan cepat. Seiring dengan perkem-

bangan teknologi dan pembangunan yang ada di segala bidang saat ini,

perkembangan sarana transportasi pun telah berkembang pesat. Mulai dari sarana

transportasi yang sangat sederhana sampai transportasi mewah dengan berbagai

bentuk dan model. Motor merupakan salah satu bentuk alat transportasi darat yang

diminati oleh masyarakat.

Saat ini persaingan sepeda motor di Indonesia semakin ramai. Tren pasar ternyata

berubah, pamor bebek selama puluhan tahun mulai digantikan skutik. Pasar sepeda

motor matik diramaikan oleh tiga merek besar yaitu Yamaha, Honda dan Suzuki.

Berikut merupakan data penjualan sepeda motor di Indonesia selama tahun 2010.

Penjualan Honda dalam kategori motor bebek unggul dibanding yang lain yaitu sebe-

sar 1.696.411 unit, namun pada kategori motor skutik Honda dikalahkan oleh

Yamaha dengan penjualan sebanyak 1.661.496 unit, disusul oleh Honda dengan

penjualan sebanyak 1.551.386 dan Suzuki yang hanya 163.659 unit. Hal tersebut

membuktikan bahwa sepeda motor skutik keluaran Yamaha lebih diminati oleh

masyarakat Indonesia.
2

Yamaha merupakan salah satu merek sepeda motor ternama asal Jepang yang

sukses di Indonesia. Salah satu produk sepeda motor keluarannya adalah Yamaha

Mio yang merupakan sepeda motor jenis otomatik. Pada awalnya sepeda motor ini di

segmentasikan dan di desain khusus untuk kaum hawa. Desainnya yang mungil,

ramping dan mudah dikendarai (automatic) menyebabkan Yamaha Mio diminati oleh

kaum hawa. Namun berkat teknologi matic, handling dan akselerasi yang luar biasa

membuat banyak lelaki juga jatuh cinta pada motor ini. Bukan itu saja, Yamaha Mio

dikenal oleh sebagian besar motobikers dan modifikator sebagai motor yang paling

mudah untuk dimodifikasi. Ini merupakan salah satu nilai lebih yang ada pada

skutermatik ini.

Mio merupakan brand sepeda motor yang yang berasal dari sebuah merek yang

memiliki citra yang baik di mata konsumen. Konsumen mengerti bahwa Yamaha

merupakan sebuah perusahaan otomotif yang berkualitas. Terbukti dengan berbagai

penghargaan yang diraih karena kualitas dan inovasi yang dilakukan oleh Yamaha.

Hal tersebut menunjukan bahwa Yamaha bukanlah merek yang diragukan lagi.

Sarana komunikasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi keputusan

pembelian konsumen akan suatu produk tertentu. Untuk menjalankan suatu promosi

penjualan dibutuhkan suatu media communication atau alat komunikasi sebagai

penyalur pesan yang ingin disampaikan oleh perusahaan terhadap konsumen sehingga

pesan dapat lebih mudah dimengerti serta konsumen dapat mengetahui dengan pasti

mengenai informasi dari produk tersebut. Media communication adalah sarana

komunikasi misalnya koran, majalah, radio, televisi, billboard, pamflet, dan internet.
3

Pengiklan menggunakan media communication untuk menyampaikan pesan-pesan

komersial kepada target pasar mereka (Rajagopal, 2006).

Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Brand Awareness,, dan Media Communication Terhadap

Keputusan Pembelian Sepeda Motor Yamaha Mio (Studi kasus PT. Thamrin

Brother Salak Kota Bengkulu”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah Brand Awareness berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian

Sepeda Motor Yamaha Mio pada PT. Thamrin Brother Salak Kota Bengkulu.?

2. Apakah Media Communication berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian

Sepeda Motor Yamaha Mio pada PT. Thamrin Brother Salak Kota Bengkulu.?

3. Apakah Brand Awareness dan Media Communication Berpengaruh terhadap

Keputusan Pembelian Sepeda Motor Yamaha Mio pada PT.Thamrin Brother

Salak Kota Bengkulu.?

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini ádalah membahas tentang

“Pengaruh Brand Awareness dan Media Communication terhadap Keputusan


4

Pembelian Sepeda Motor Yamaha Mio Pada PT. Thamrin Brother Salak Kota

Bengkulu”.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana Pengaruh Brand Awareness dan Media

Communicatin terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Yamaha Mio

pada PT.Thamrin Brother Salak Kota Bengkulu.

2. Untuk mengetahui bagaiman Pengaruh Media Communication terhadap

Keputusan Pembelian Sepeda Motor Yamaha Mio pada PT.Thamrin Brother

Salak Kota Bengkulu.

3. Untuk mengetahui bagaimana Pengaruh Media Communication terhadap

Keputusan Pembelian Sepeda Motor Yamaha Mio pada PT.Thamrin Brother

Salak Kota Bengkulu.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Tugas akhir merupakan serangkaian penelitian yang digunakan untuk

mengukur tingkat kemampuan dan memperluas wawasan ataupun

pengetahuan.

2. Bagi Produsen

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak pengelola sebagai masukan

yang dapat menjadi pertimbangan dan menetapkan kebijakan dalam upaya


5

memenuhi kebutuhan para konsumen, serta menetapkan kebijkan strategi

dibidang pemasaran untuk pengembangan peluang bisnis.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi

para pembaca dan sebagai referensi pembaca untuk dapat melanjutkan

penelitian
6

BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1. Brand Awareness

Menurut Peter dan Olson (2000), Barand awareness merupakan tujuan umum

komunikasi pemasaran, adanya brand awareness yang tinggi diharapkan kapanpun

kebutuhan katagori muncul, brand tersebut akan dimunculkan kembali dari ingatan

yang selanjutnya dijadikan pertimbangan sebagai alternatif dalam pengambilan

keputusan. Dari penjelasan diatas terdapat 3 indikator yaitu:

 Mudah iingat

 Terkenal

 Ingat merek

Menurut Kotler (2009) menyatakan bahwa merek merupakan sebagai nama,

istilah tanda, symbol ataunrancangan atau kombinasi dari semuanya, yang

dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual dan untuk

mendiferensiasikannya. Selin untuk memperkuat nama merek di dibenak konsumen

sangat perlu bagi sebuah prusahaan untuk menanamkan kesadaran pada konsumen

terhadap merek yang ada.

Brand awareness (kesadaran merek) merupakan kemampuan konsumen untuk

mengidentifikasi suatu merek pada kondisi yang berbeda, dapat dilakukan dengan

pengenalan merek dan pengingatan kembali terhadap suatu merek tertentu. Kesadaran

merek diciptakan dan ditingkatkan dengan cara meningkatkan keakraban merek


7

melalui paparan berulang sehingga konsumen merasa mengenal merek tersebut Keller

(2003) dalam Radder dan Huang (2008).

Brand awareness dapat diartikan sebagai kemampuan pelanggan untuk

mengenali atau mengingat kembali sebuah merek dan mengaitkannya dengan suatu

katagori produk tertentu (Sucianingtyas, 2012). Dengan demikian, seorang pelanggan

yang memiliki kesadaran terhadap sebuah merek akan secara otomatis mampu

menguraikan elemen-elemen merek tanpa harus dibantu.

Katajaya (2010:64), Menyatakan kesadaran merek (brand awareness) sebagai

kemampuan pelanggan potensial untuk mengenali atau mengingat merek itu kembali

bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.

Katajaya (2010-65) membagi kesdaran merek menjadi:

1). Unaware of brand, merek yang belum disadari oleh konsumen

2). Brand recognition adalah tingkat minimal dari dari brand awareness

yang diperoleh dari pengingatan kembali.Hal ini penting pada saat sesorang

pembeli memilih suatu merek pada saat pembelian.

3). Brand recall diperoleh dengan pengingatan kembali sebuah merek

dalam suatu kelas produk tanpa bantuan pemberian pilihan nama merek

suatu kelas produk tertentu.

4). Top of mind awareness, merek tersebut merupakan merek utama dari

berbagai merek yang ada didalam pikiran konsumen.

Menurut ferrindadewi (2008) Brand awareness dapat diartikan sebagai kesadaran

konsumen akan keberadaan nama merek dalam benaknya ketika konsumen


8

memikirkan sesuatu katagori produk (recognition) dan merupakan nama yang paling

diingatnya untuk kata gori tersebut (recall).

Menurut Hasbun dan Ruswanty (2016:3) kesadaran merek atau brand awareness

adalah kemamapuan merek unruk muncul di benak konsumen ketika mereka berfikir

tentang produk tertentu dan seberapa mudah bahwa produk muncul.

Kesadaran merek (brand awareness) menurut Aaker dalam Humdiana (2005)

adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali

bahwa suatu merek merupakan bagian dari katagori produk tertentu. Kesadaran

menggambarkan keberadaan merek didalam pikiaran konsumen yang dapat menjadi

penentu dalam bagian kategori. Indikator yang digunakan untuk mengukur menurut

Astuti dan Cahyadi (2017) adalah:

1. Kemampuan mengingat model varian merek

2. Kemampuan mengenali logo merek

3. Kemampuan mengingat iklan merek

Menurut putri (2013:24) Brand awareness sendiri adalah langkah awal ketika

membangun sebuah merek produk. Dikarnakan brand awareness adalah proses

bermula dari perasaan seseorang konsumen terhadap ketidak tahuan akan suatu merek

itu hingga yakin bahwa merek itu adalah hanya satu dalam kelas produk tertentu.

Menurut Kim dan Kim (2004) brand awareness (kesadaran merek) didefenisikan

sebagai kemampuan merek untuk muncul dalam fikiran konsumen ketika sedang

memikirkan sebagai macam produk tertentu.


9

Demensi untuk mengukur kesadaran merek (brand awareness) menurut kim dan

kim (2004) sebagai berikut:

1. Top of mind brand (merek yang paling diingati).

2. Unaided brand recall (dapat menyebutkan merek tanpa diberi contoh).

3. Recognized brand dan unrecognized brand dalam aided recall (mampu

memberitahukan merek yang diketahui maupun yang tidak diketahui saat

diberikan pilihan merek-merek).

Brand awareness merupakan kesanggupan seorang calon pembeli untuk

mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu katagori

produk. Bagian dari suatu kategori produk dengan merek yang dilibatkan. Brand

awareness disebut juga sebagai langkah awal dalam proses keputusan pembelian

dimana kesdaran ini akan memberikan peluang bagi merek untuk dipertimbangkan

sebagai salah satu alternatif produk yang akan dibeli.

Menurut Aaker (1997) pada penelitian Hermawan, Widiana, dan Estianty

(2016:104) Kesadaran merek adalah kemamapuan seseorang calon pembeli untuk

mengetahui atau mengenal kembali bahwa suatu merek adalah bagian dari katagori

produk tertentu. Dalam membangun kesadaran akan merek pada seorang konsumen

dalam suatu produk yang diciptakan oleh pihak produsen membutuhkan waktu yang

cukup lama.
10

2.2. Media Communication

Media communication adalah sarana komunikasi misalnya koran, majalah, radio,

televisi, billboard, pamflet, dan internet. Pengiklan menggunakan media komunikasi

atau media communication untuk menyampaikan pesan-pesan komersial kepada

target pasar mereka (Rajagopal,2006). Ada beberapa indikator (Tjiptono,1997) yaitu:

media elekrtonik (televise dan radio), media cetak (Koran dan majalah), media luar

ruangan (poster dan spanduk), dan media lini bawah (pameran dan poin of purchase).

Dengan adanya media maka informasi dari prusahaan dari mengenai produk dapat

tersampaikan kepada konsumen yang pada akhirnya mempengaruhi keputusan

pembelian.

Secara sederhana menurut Rahman (2013) media komonikasi dapat diartikan dari

dua kata yaitu media dan komunikasi. Media merupakan sarana komonikasi dalam

bentuk cetak maupun audio visual, termasuk tehnologi perangkat kerasnya. Sedang

komunikasi merupakn adalah proses menguhungkan manusia dengan lingkungan

sekitarnya. Oleh sebab itu manusia memerlukan komunikasi antara dirinya dengan

lingkungan, dan dalam komunikasi diperlukan media komunikasi.

Menurut Suciningtyas (2012:2) dalam dunia pemasaran, istilah “media” dapat

diartikan sebagai sarana komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, billboard,

pamflet, dan internet. Periklanan menggunakan media untuk menyampaikan pesan-

pesan komersial kepada target pasar atau konsumen mereka, dan media tersebut

bergantung pada tingakatan-tingkatan yang berbeda dalam pengeluaran iklan untuk

menutup pengeluran oprasional perusahaan tersebut.


11

Berdasarkan penjelasan diatas maka media komunikasi dapat diukur melalui

beberapa demensi yaitu sebagai berikut:

1. Periklanan (advertising)

Yaitu semua bentuk terbayar dari persentasi non personal dan promosi ide,

barang atau jasa melalui sponsor yang jelas.

2. Pemasaran langsung (direct marketing)

Yitu penggunaan surat, telepon, facsimile, e-mail, atau internet untuk

berkomunikasi secara langsung dengan atau memintak respons atau dialog

dari pelanggan dan prospek tertentu.

3. Promosi penjualan (sales promotion)

Sebagai insentif jangka pendek untuk mendorong percobaan atau

pembelian produk atau jasa.

4. Hubungan masyarakat (public relation)

Merupakan suatu alat promosi yang penting. Ditunjukan untuk

membangun opini masyarakat dalam rangka memelihara, dan melindungi

citra prusahaan dan produk.

Pengertian media komunikasi merurut Sora (2014) Dalam artikelnya

menyatakan bahwa media komunikasi adalah semua sarana yang dapat dipakai untuk

memproduksi, mereproduksi, mendestribusikan, dan menyebarkan serta

menyampaikan informasi. Sehingga manusia dapat berkomunikasi dengan

lingkunganya tanpa harus mengadakan hubungan secara langsung dengan

lingkungannya, dan menjadikan kegiatan lebih relevan karena kegiatan komunikasi


12

lebih mudah dilakukan. Proses ketika pengiriman informasi di era moderen ini,

teknologi komunikasi pling dicari diseluruh belahan dunia. Transformasi dan inovasi

semakin dikembangkan guna mempercepat dan mempermudah manusia atau

konsumen dalam hal berbagi atau menerima informasi. Menurut Marshall yang

dikemukan oleh Sora (2014) dalam artikelnya dapat diuraikan fungsi media

komunikasi yaitu sebagai berikut:

1. Efektivitas. dengan adanya media komunikasi, makin mempermudah

kelancaran dalam penyampaian sebuah informasi antara produsen dengan

konsumen maupun konsumen dengan produsen.

2. Efisiensi. Menggunakan media komunikasi maka dapat mempercepat

penyampaian informasi. Dengan kata lain dapat meminimalisir

penggunaan waktu.

3. Konkrit. Menggunakan media komunikasi dapat membantu mempercepat

isi pesan, yang biasanya memiliki sifat abstrak.

4. Motivatif. Dalam menggunakan media komunikasi maka akan lebih

semangat dalam melakukan komunikasi, karena kemudahan-kemudahan

yang dapat dirasakan langsung oleh penggunanya dari pihak konsumen

maupun pihak produsen.

Berdasarkan fungsi media komunikasi yang telah dijabarkan diatas bahwa

media komunikasi berfungsi dalam hal penyampaian informasi sebuah produk yang

diproduksi oleh produsen kepada pihak target pasar atau konsumen. Kondisi ini dapat

dapat dikatakan sebagai kegiatan promosi. Dikarenakan kegiatan promosi dapat


13

dikatakan sebagai tindakan dalm hal memperkenalkan, memberikan informasi, dan

mengembangkan sebuah produk baru ke pasaran. Sehingga media komunikasi dapat

dikatakan memiliki lima perangakat utama yang sama promotion mix

( Baskara:2011) yaitu dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Direct marketing adalah suatu sistem pemasaran interaktif yang

menggunakan satu atau lebih media periklanan.

b. Public relation merupakan salah satu alat promosi yang penting

c. Advertesing adalah gagasan sebagai bentuk penyajian dan promosi bukan

pribadi mengenai gagasan barang atau jasa yang dibayar oleh pihak

tertentu.

d. Personal seling merupakan potensi lisan dari suatu percakapan dengan

satu atau lebih calon pembeli.

e. Sales promotion merupakan kegiatan penjualan yang bersifat jangka

pendek dan tidak dilakukan secara berulang.

Komunikasi pemasaran bertujuan untuk meningkatakan ekuilitas merek

(brand equity) suatu prusahaan. Ekuilitas merek (brand equality) ditingkatkan oleh

kominkikasi pemasaran yang menciptakan kesadaran merek (brand awareness) dan

meningkatakan asosiasi yang menyenangkan kokoh, dan menaikan keuntungan,

kekuatan dan didalam memori konsumen antara merek serta fitur-fitur dan

manfaatnya.
14

2.4. Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian adalah pilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan

keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, harus

tersedia beberapa alternatif pilihan, SchiffmanKanuk (2014 : 547) dalam Adm Akbar

(2012). Keputusan untuk membeli dapat mengarah pada bagaiman proses dalam

pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan.

Menurut Sutisna (2003) pada penelitian Suprapti (2010:17) keputusan pembelian

memiliki demensi-demensi yang mengukur sejauh mana konsumen dapat

memutuskan untuk membeli suatu produk atau jasa, yang diuraikan sebagai berikut:

a. Benefit Association

Kriteria benefit association menyatakan bahwa konsumen menemukan

manfaat dari produkyang akan dibeli dan mengubungan dengan karakteristik

merek. Manfaat yang dapat diambil pada kriteria ini adalah kemudahan dalam

mengingat nama produk atau merek produk ketika dihadapkan dalam

keputusan membeli sebuah produk atau jasa. Sehingga konsumen tidak

kesulitan dalam memutuskan pembelian atas sebuah produk dengan merek

tertentu.

b. Prioritas dalam membeli

Prioritas dalam membeli terdapat salah satu produk yang ditawarkan sebuah

produsen, dapat dilakukan oleh konsumen apabila prusahaan menawarakan

produk yang lebih baik dari produk pesaingnya. Dikaranakan prioritas

merupakan suatu hal yang lebih didahulukan dibandingkan hal lainya.


15

c. Frekuensi Pembelian

Ketika konsumen membeli sebuah produk dan merasa puas atas kinerja para

pekerja sebuah prusahaan produk tersebut, maka konsumen dapat sering

melakukan tindakan pembelian kembali dalam kurun waktu yang diinginkan

oleh konsumen dalam memenuhi kebutuhannya.

Proses pengambilan keputusan diawali dengan adanya kebutuhan yang berusaha

untuk dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini terkait dengan beberapa alternatif sehingga

perlu dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk memperoleh alternatif terbaik dari

persepsi konsumen. Di dalam proses membandingkan apakah konsumen memerlukan

informasi yang jumalah dan tingkat kepentingannya tergantung dari kebutuhan

konsumen serta situasi yang dihadapinya.

Menurut Fandi Tjiptono (2002) pada penelitian fristina (2013:4) prilaku

konsumen adalah tindakan yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh,

menentukan produk dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang

mendahului mengikuti tindakan-tindakan tersebut. Berdasarakan pengertian tersebut

dapat dilihat bahawa pemahaman tentang prilaku konsumen adalah pekerjaan yang

tidak mudah. Sehingga cukup sulit dan kompleks, khususnya yang disebabkan oleh

banyakanya variabel yang mempengaruhi. Variabrl-variabel tersebut cendrung saling

berinteraksi antar variabel satu dengan variabel lainya.

(Kotler, 2011:106) mengungkapkan keputusan untuk membeli yang diambil oleh

konsumen itu merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. Setiap keputusan

membeli mempunyai suatu struktur yang terdiri dari beberapa kompunen, antara lain:
16

1. Keputusan tentang jenis produk

2. Keputusan tentang bentuk produk

3. Keputusan tentang merek, merek mana yang akan dipilih konsumen untuk

dibeli.

4. Keputusan tentang tempat penjualan, produk tersebut dibeli dimana dan pada

toko apa.

5. Keputusan tentang jumlah, banyakanya produk yang akan dibeli

6. Keputusan tentang waktu pembelian

7. Keputusan tentang cara pembayaran

Winardi (2010:200) menyatakan keputusan pembelian konsumen merupakan titik

suatu pembelian dari proses evaluasi. Sedangkan Peter dan Olson (2009:162)

menyatakan keputusan pembelian adalah proses pengintergrasian yang

dikombinasikan untuk mengevaluasi dua atau lebih prilaku alternatif dan memilih

salah satu diantaranya.

Astuti dan Cahyadi (2007) menyatakan keputusan pembelian adalah rasa percaya

diri yang kuat pada diri konsumen atau pelanggan yang merupakan keyakinan bahwa

keputusan atas pemebelian yang diambilnya adalah benar. Hanggadhika (2010)

menyatakan untuk mengukur keputusan pembelian digunakan 3 indikator sebagai

berikut:

a). Kemantapan membeli

b). Pertimbangan dalam membeli

c). Kesesuaian atribut dengan keinginan dan kebutuhan


17

Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat

dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang

ditawarkan oleh penjual (Keler, dan Amstrong, 2008:179). Pengambilan keputusan

merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan

dan menggunakan barang yang ditawarkan.

Menurut Hahn (dalam Irwandi Sugianto 2014), Pengambilan keputusan

merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan

dan mempergunakan barang yang ditawarkan. Ada tiga aktivitas yang berlangsung

dalam proses keputusan pembelian oleh konsumen yaitu:

1. Rutinitas konsumen dalam melakukan pemebelian

2. Kulitas yang diperoleh dari suatu keputusan pemebelian

3. Kometmen atau loyaliatas konsumen yang sudah biasa beli dengan produk

pesaing.

Buchari (2004:96) menyatakan keputusan pembelian merupakan tindakan

konsumen membeli suatu produk atau suatu barang yang disediakan oleh sebuah

toko. Keputusan pembelian merupakan peryataan mental konsumen yang

merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu.

Pengetahuan akan keputusan pembelian sangat diperlukan para pemasar untuk

mengetahui niat konsumen terhadap suatu produk maupun untuk memprediksi

prilaku konsumen di masa mendatang (Setiadi,2003:15.


18

2.4. Pengaruh Antar Variabel


1. Pengaruh Brand Awareness Terhadap Keputusan Pembelian
Brand awareness menggambarkan kesadaran merek di dalam fikiran konsumen,

Yng dapat menjadi penentu dalam beberapa katagori dan biasanya mempunyai

peranan kunci dalam brand equity. Meningkatakan kesadaran adalah suatu

mekanisme untuk memperluas pasar merek. Kesadaran juga mempengaruhi persepsi

dan tingkah laku. Jadi kesadaran merek (brand awareness) adalah kemampuan

konsumen untuk mengingat suatu brand dan yang menjadikanya berbeda bila

dibandingkan dengan brand lainya.

Kesadaran merek mempengarui rasa percaya diri pelanggan atas keputusan

pembelian dengan mengurangi tingkat resiko yang dirasakan atas suatu merek yang

diputuskan untuk dibeli. Semakin kecil tingkat perceived risk suatu merek, semakin

besar keyakinan pelanggan atas keputusan pembelianya, dengan demikian pelanggan

memiliki keyakinan yang besar atas keputusanya (Aaker dalam Fepria, 2009). Pada

kasus sabun mandi padat (Fepria, 2009) menyatakan bahwa semakin tinggi kesadaran

(awareness) konsumen terdapat merek suatu produk maka semakin kuat keputusan

pembelian konsumen. Atas dasar perkiraan diatas maka hipotesisnya:

H1 : Brand Aawareness berpengaruh positif terhadap Keputusan Pembelian Sepeda

Motor Yamaha Mio

2. Pengaruh Brand Awareness terhadap Keputusan Pembelian

Berdasarkan kutipan Suciningtyas (2012:2) pada penelitianya maka dapat

dikembangkan bahwa media komunikasi merupakan alat atau perantara interaksi


19

antara pihak satu dengan pihak lainyadengan variabel lainya. Media komunikasi

diperlukan ketika konsumen memerlukan informasi mengenai produk atau jasa yang

ada dipasaran. Ketika konsumen mengenali sebuah produk yang ada dipasaran, maka

konsumen dapat memilih bahwa produk tersebut sesuai dengan keinginan dan

kebutuhannya tau tidak. Sehingga media komunikasi dapat sebagai perantara yang

akan membawa konsumen dalam memutuskan pembelian sebuah produk. Oleh

karena itu, dapat diputuskan hipotesa atas hubungan ini yaitu sebagai beriku:

H2: Media Comunication berpengaruh positif terhadap Keputusan Pembelian Sepeda

Motor Yamaha Mio

2.5. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.4
Penelitian Terdahulu

Wulan Suciningtyas Pengaruh Brand Awareness, Brand awareness, brand image dan media
Brand Image dan Media communicatin berpengaruh secara parsial
Communicatin terhadap dan simultan terhadap keputusan pembelian
Keputusan Pembelian Sepeda sepeda motor Yamaha Mio Sporty pada
Motor Yamaha Mio Spory Yamaha Agung Motor Brebes.
Narulita Nora H. Aanalisis Pengaruh Kesadaran Pengujian hipotesis mengggunakan uji t
Merek Persepsi Kualitas dan menunjukan bahwa dua varian independen,
Loyalitas Merek terhadap kecuali kesadaran merek yang diteliti
Ekuitas Merek. terbukti secara signifikan mempengaruhi
variabel dependen ekuitas merek.
Khoiriyah Indra Cahyani, Pengaruh Brand Awareness Dari penelitian ini terbukti bahwa brand
Rr. Endang Sutrasmawati dan Brand Image terhadap awareness dan brand image berpengaruh
Keputusan Pembelian. secara parsial dan silmutan terhadap
keputusan pembelia
Devi Krisnawati Pengaruh Brand Awareness Pada Penelitian ini hasil yang diperoleh
Terhadap Keputusan AMDK adalah brand awareness berpengaruh
merek Aqua signifikan terhadap keputusan pemeblian
AMDK merek Aqua pada masyarakat di
Kota Bandung.
20

2.6. Kerangka Konseptual

Untuk menyederhanakan kerangka kerangka teori yang telah diuraikan ditas,

serta untuk mempermudah dalam pemahaman, penghayatan bagi peneliti dan

pembaca terhadap hasil penelitian, maka dibuatlah gambar kerangka konseptual

dibawah ini penelitian:

Gambar 1.2
Kerangka konseptual

Brand Awareness(X1)

Keputusan
Pembelian(Y)

Media Communication(X2)

Keterangan:

= Garis Pengaruh

X1 = Variabel Brand Awareness (Independen)

Y = Variabel Media Communication (Independen)

V = Variabel Keputusan Pembelian (Dependen)


21

2.7. Defenisi Oprasional

Tabel 2.1
Definisi Operasional Penelitian

Variable Definisi Dimensi Indikator Skala Data

Brand Awareness Brand Awareness 1.Top of mind 1.Konsumen mengetahui merek mio Likert Ordinal
(X1) didefinisikan sebagai brand 2.Konsumen dapat mengenali
kemampuan merek merek mio diantara merek-
untuk muncul dalam merek pesaing.
fikiran konsumen ketika
sedang 2.Unaided brand 3.Konsumen dapat mengingat merek
memikirkanberbagai Recall mio tanpa harus melihat produknya
macam produk tertentu 4.Konsumen dapat menyebutkan
(Lim dan Lim, 2004). merek mio bila produk dari
merek motor disebit

3.Recognized brand 5.Konsumen dapat dengan cepat


dalam aided recall mengingat logo atau symbol sebuah
merek tertentu.
6.Konsumen dengan mudah
mengingat beberapa karaktristik
merek mio.
Media Media Communication 1.Periklanan 1.Pengenalan produk Dengan media Likert Ordinal
Communication (X2) (X2) (advertsing). yang diminati konsumen.
Adalah sebuah wadah
untuk memberikan 2.Pemasaran 2.Kemudahan mendapat informasi
segala informasi langsung (direct akan produk.
mengenai sebuah merek marketing).
terhadap produk yang
memasuki dan 3.Promosi penjualan 3.Pengenalan produk dan Varianya.
diluncurkan kepasaran. (sales promotion).
(Suciningtyas,2012).
4.Hubungan 4.Kegiatan promosi face to face
masyarakat terhadap konsumen.
(public relation) 5.Penyebaran informasi antar
konsumen satu dengan lainnya
Keputusan Keputusan Pembelian 1.Benefit 1.Mengingat kembali Merek produk. Likert Ordinal
Pembelian (Y) (Y) Merupakan prilaku Associational
yang ditunjukan
konsumen dalam 2.Prioritas dalam 2.Mengetahui karakteristik merek.
memenuhi kebutuhan Membeli 3.Keunggulan produk yang
dan keinginannya. ditawarkan.
(Fandi,Tjiptono:2002)
3.Frekuensi 4.Kepuasan atas kinerja produsen.
Pembelian 5.Pembelian secara Berulang
Sesuai dengan Kebutuhan dan
keingina konsumen.
22

2.8. Hipotesis

Hipotese merupakan dugaan sementara yang diuji kebenaranya dengan fakta

yang ada. Berdasarkan uraian diatas dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

H1: Diduga adanya Pengaruh positif Brand Awareness Terhadap Keputusan

Pembelian Sepeda Motor Yamaha Mio pada PT. Thamrin Salak Kota

Bengkulu.

H2: Diduga adanya Pengaruh positif Media Communication Terhadap Keputusan

Pembelian Sepeda Motor Yamaha Mio pada PT. Thamrin Salak Kota

Bengkulu.

H3: Diduga adanya Pengaruh positif Brand Awareness dan Media

Communication Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Yamaha

Mio pada PT. Thamrin Salak Kota Bengkulu.


23

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.Tempat dan Waktu Penelitian

Kegitan penelitian ini akan dilakukan dikelurahan panorama lebih tepatnya

pada Dealer Resmi Yamaha PT. Thamrin Brothers yang beralamat di Jl. Salak No.

31-32 Rt. 027 Gading cempaka Kota Bengkulu. Berikut jadwal waktu keriatan yang

akan dilakukan setiap minggunya.

3.2.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka yang dapat

dihitung. Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang

spesifikasinya adalah sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas sejak awal

hingga pembuatan desain penelitiannya. Menurut Sugiyono (2013:13), metode

penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

tertentu, teknik pengambil sampel pada umumnya dilakukan secara random,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

keantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

3.3.Popolasi dan Sampel

populasi adalah gabungan dari keseluruhan elemen yang berbentuk peristiwa,

hal atau orang yang memiliki karateristik yang serupa menjadi pusat perhatian
24

seseorang peneliti (augusty ferdinand,2006) Populasi dalam penelitian ini adalah

konsumen yang membeli sepeda motor Mio M3 pada PT. Thamrin Brother Salak

Bengkulu

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2013:91). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

adalah dengan teknik insedental sampling, yaitu teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan, siapa saja yang secara kebetulan atau insidental bertemu

dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang

kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2013:96).

Sampel yang diambil pada konsumen Yamaha Mio PT.Thamrin Brother Salak

Kota Bengkulu bahwa populasi yang ada sangat besar jumlahnya, sehingga tidak

memungkinkan untuk meneliti seluruh populasi yang ada, maka dalam menentukan

ukuran sampel peneliti mengambil teori size, Hair et. Al (1998) menyatakan bahwa

jumlah ideal dalam penarikan sampel adalah 5-10 untuk setiap indikator yang

digunakan dalam seluruh variabel. Jumlah indikator dalam penelitian adalah 16

indikator. Maka, jumlah sampel minimum dalam penelitian ini adalah:

Sampel minimum = jumlah indikator x 5

= 16 x 5 = 80 responden

Sampel maksimum = jumlah indikator x 10

= 16 x 10 = 160 responden

Maximum likehoad estimation, Hair et. Al (1998) menyatakan bahwa jumlah

responden yang ideal untuk pemanfaatan maximum likehoad extimation dalam model
25

persamaan struktural adalah sekitar 100-200 responden. Berdasarkan rumus menurut

Hair et. Al (1998) sampel minimal adalah sebanyak 160 responden dan sampel

maksimum sebanyak 160 responden.

Menurut Gay dan Diehl, Roscoe (1975) ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang

dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian untuk penelitian yang jumlah

populasinya yang tak terhingga. Dengan demikian, maka jumlah sampel yang

digunakandalam penelitian ini penulis tentukan sebanyak 80 responden dianggap

telah memenuhi syarat yaitu sampel mimimum berdasarkan Hair et.Al (1998).

3.4.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian menggunakan metode sebagai

berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan metode penelitian dimana peneliti melakukan

pengamatan secara langsung pada objek penelitian.

2. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,

agenda dan sebagainya (Arikunto,2010:274). Dengan dokumentasi yang

diamati bukan benda hidup tetapi benda mati. Teknik ini digunakan untuk

mengambil data internal perusahaan seperti sejarah perusahaan, profil

perusahaan dan struktur organisasi.


26

3. Wawancara (interview)

Wawancara (interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penilaian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya

atau pewawancara dan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat

yang dinamakan interview guide (panduan wawancara) (Nazir,2003) dalam

sani (2010:199).

4. kuensioner.

Dasar konsep Ali (2015) Metode kuensioner adalah metode yang

menggunakan sebuah daftar yang terdiri dari sebuah pertanyaan yang harus

dijawab atau disi oleh pihak konsumen yang disebut dengan responden.

Metode kuensioner dilakukan dengan menggunkan Skala Likert. Skala Liker

menurut Ummaroh (2014) dalam penelitian ini merupakan suatu skala

psikometrik yang umum digunakan dalam kuensioner. Bentuk dari skala

likert dalam pengisiannya adalah berupa ceklist atau pilihan ganda, yang

selanjutnya untuk setiap butir pertanyaan akan diberi boot:

Tabel 3.2
Skala Likert

Persepsi Responden Nilai Sikap/Bobot


Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Kurang Setuju (KS) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju 1
(STS)
27

3.5. Uji Instrumental Penelitian

Instumen penelitian menurut sugiyono (2009), merupakan suatu alat yang

digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen

dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disusun berdasarkan indikator-indikator

dari variabel bebas yaitu citra toko dan variasi produk serta variabel terikat yaitu,

keputusan pembelian dengan menggunakan skala Likert untuk mengukur sikapnya.

Uji instrumen penelitian ini dilakukan pada sampel uji coba dengan jumlah responden

20 orang yang akan dilakukan pada konsumen salah satu toko bakery yang ada

pada kota Bengkulu.

Adapun uji instrumen ini dilakukan dengan analisis uji validitas dan uji

reabilitas sebagai berikut :

3.5.1 Uji Validitas

Menurut Ghozali (2006:45) uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau

valid tidaknya suatu kuesioner. Jika instrumen tersebut valid maka instumen tersebut

dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur dalam hal ini

instrumen tersebut adalah kuesioner. Uji validitas dapat diukur dengan rumus sebagai

berikut :

rxy= ¿ ¿

Dimana :

r = Korelasi product moment


28

xy = Skor pertanyaan

x = Skor item

y = Skor total

n = Jumlah responden

Dasar pengambilan keputusan suatu item valid atau tidak valid menurut

Sugiono (1999) dalam sani (2010:249), dapat diketahui dengan cara mengorelasikan

antara skor butir dengan skor total bila korelasi r di atas 0,30 maka dapat disimpulkan

bahwa butir instrumen tersebut valid, sebaliknya bila korelasi r dibawah 0,30 maka

dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid sehingga harus

diperbaiki atau dibuang.

3.5.2 Uji Reabilitas

Menurut Hasan (2006:15) reliabilitas artinya memiliki sifat dapat dipercaya,

yaitu apabila alat ukur digunakan berkali-kali oleh peneliti yang sama atau oleh

peneliti lain tetap memberikan hasil yang sama. Dikatakan reliabel jika koefisien

Cronbach Alpha(α)>60 % (0,60) sebaliknya Cronbach Alpha(α) <60 % (0,60) maka

variabel tersebut tidak dikatakan reliabel (Sani, 2010:251). Rumus yang digunakan

untuk Cronbach Alphaadalah :

r= {k −1k }{1−∑σ sb ² }

Dimana :
29

r = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan

∑ sb ²=¿ Jumlah varians butir ¿


at2 = Variasi total

3.6 Uji Asumsi Klasik

Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat pada analisis regresi berganda

maka dilakukan pengujian asumsi klasik agar hasil yang diperoleh merupakan

persamaan regresi yang memiliki sifat Best Linier Unbiased Estimator (BLUE). Uji

Asumsi Klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

3.6.1 Uji Normalitas

Menurut Ghazali (2011: 160) uji normalitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal. Model regresi yang baik memiliki distribusi data normal atau

mendekati normal. Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas adalah dengan

melihat histrogram yang memandingkan antara data observasi dengan distribusi yang

mendekati distribusi normal. Artinya kriteria berdistribusi normal apabila

tampilan grafiknya menunjukkan pola penyebaran disekitar garis dialog dan

mengikuti arah garis dialog. Pungujian asumsi dilakukan dengan melihat Normal P-P

Plot of Regression Standardizel Residual yang berguna untuk menguji apakah

residual model regresi memiliki distribusi normal atau tidak. Dasar pengambilan

keputusan adalah:
30

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal

atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal yaitu mengikuti

atau mendekati bentuk lonceng, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal yaitu

tidak mengikuti atau mendekati bentuk lonceng, maka model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas.

3.6.2 Uji Multikolinearitas

(Ghozali, 2011) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.

Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orgonal.

Variabel orgonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama

variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini, untuk

mendeteksi multikolinearitas menggunakan model regresi tolerance value atau

variance inflation factor (VIF). Adapun pemilihan tolerance value atau variance

inflation factor (VIF) dalam penelitian ini karena cara ini merupakan cara umum

yang dilakukan dan dianggap handal dalam mendeteksi ada tidaknya

multikolinearitas dalam model regresi serta lebih lengkap dalam menganalisis data.

Jika Dasar pengambilan keputusan dengan tolerance value atau variance inflation

factor (VIF) dapat disimpulkan sebagai berikut:


31

1. nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak

ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

2. Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan

bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

3.6.3 Uji Heteroskedasitas

Menurut (Ghazali, 2011) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau

terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Cara yang paling umum digunakan untuk

mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat scatterplot

antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya

SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat

ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antar ZPRED dan SRESID.

(Ghozali, 2011) menyatakan dasar analisis untuk menentukan ada atau

tidaknya heteroskedastisitas dengan scatterplot yaitu:

1. jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk suatu pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angaka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


32

3.7.Teknik Analisis Data

Teknik Analisis Data adalah suatu metode atau cara untuk mengolah sebuah data

menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut menjadi mudah untuk

dipahami dan juga bermanfaat untuk menemukan solusi masalah permasalahan, yang

terutama adalah masalah tentang sebuah penelitian.

3.7.1. Analisis Regresi Linier Berganda

Menurut Ummuaroh (2014:54) analisis regresi linier berganda merupakan sebuah

pendekaatan yang digunakan untuk mengidentifikaskani hubungan secara matematis

antara variabel idenpenden (X) dan variabel denpenden (Y).

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan:

Y : Keputusan pembelian (variabel dependen)

X1 : Variabel citra toko (variabel dependen)

X2 : Variabel variasi produk (variabel independen)

a : Konstanta

b1 : Koefesien regresi variabelcitra toko

b2 : Koefesien regresi variabel variasi produk

e : error
33

3.7.2Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model daam menerangkan variasi varibel denpenden. Rumus

menghitung koefisien determinasi adalah sebagai berikut:

R2 = (r)2 x 100%

Keterangan:

R2= Koefisien Determinasi

R = Koefisien Korelasi

3.8. Uji Hipotesis

3.8.1. Uji Parsial (t)

Uji parsial dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel

penjelas dapat menerangkan variabel terikat. Untuk menentukan t-hitung dapat

menggunakan rumus sebagai berikut:

b−B
t-hitung =
Sb

Dimana:

t-hitung = besarnya t-hitung

b = koefisien regresi

Sb = standar error
34

3.8.2. Uji Silmultan (f)

Uji f digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama

terhadap variabel terikat. Untuk menentukan nilai fhitung dapat menggunakan rumus

sebagai berikut:

F hitung = R2 (k -1)

(1 – R2) / (N – k)

Keterangan:

F = pendekatan distribusi probalitas fischer

R = koefisien korelasi berganda

K = jumlah variabel bebas

N = banyak sampel
35
36

Anda mungkin juga menyukai