Anda di halaman 1dari 60

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENINGKATAN

KUNJUNGANPOSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS TALISE

Proposal Penelitian

Oleh:
WILDAWATI
PO7124318080

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
JURUSAN KEBIDANAN
2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh tim penguji Poltekkes

Kemenkes Palu

Nama: wildawati
NIM : PO7124318080

Palu, 2022
Pembimbing I,

Palu, 2022
Sumiaty,SST.,MPH.
Pembimbing II,
NIP.198005112001122001

Yuli admasari. M.Tr.Keb.


NIP.198807272020122007

Mengetahui
Ketua Prodi S.Tr Kebidanan Palu

Muliani, S.Kep.,Ns.,M.Sc
NIP. 19650324 198803 200
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh tim penguji Poltekkes

Kemenkes Palu

i
Nama : Wildawati
NIM : PO7124318080

Palu, 2022
Penguji I,

Arie Maineny.SSt.,M.Kes.
NIP.198004302001122001

Palu, 2022
Penguji II,

Mercy Joice Kaparang SKM.,M.Kes.


NIP.197910162002122002

Palu, 2022
Penguji III,

Lisnawati.S.Kep.,Ns.,MPH.
NIP.

Mengetahui
ketua prodi S,Tr. Kebidanan palu

Muliani.S,Kep.,Ns.,M.Sc
NIP.19650324 198803 2001
DAFTAR ISI

Halama

ii
n
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI............................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................
C. Tujuan penelitian............................................................................................
D. Manfaat penelitian..........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................
A. Tinjauan Tentang Posyandu lansia...................................................................
B. Tinjauan tentang lansia..................................................................................
C. Tinjauan Tentang keluarga............................................................................
D. Tinjauan Tentang teman................................................................................
E. Tinjauan Tentang Kader................................................................................
F. Kerangka Konsep.........................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................
A. Jenis Dan Desain Penelitian..........................................................................
B. Tempat Dan Waktu Penelitian.......................................................................
C. Subjek Penelitian..........................................................................................
D. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional................................................
E. Tekhnik Dan Instrumen Pengumpulan Data..................................................
F. Pengolahan Data...........................................................................................
G. Penyajian Data..............................................................................................
H. Etika Penelitian.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Upaya pelayanan kesehatan pada lanjut usia dilakukan dengan Pemerintah

Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah melalui tenaga kesehatan dan atau

masyarakat. Di sejalan dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan pasal 138 berbunyi sebagai berikut: Ayat (1) Upaya Perawatan

kesehatan bagi lansia harus ditujukan untuk menjaga kesehatan dan kehidupan

produktif secara sosial maupun ekonomi dalam sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan.,(2) Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan

kesehatan dan memfasilitasi kelompok lansia untuk dapat tetap mandiri dan hidup

produktif secara sosial dan ekonomi.

Upaya pemerintah yang telah dilakukan antara lain pendirian home care

bagi lansia berkebutuhan khusus, program usaha ekonomi produktif, serta

Posyandu Lansia.Posyandu Lanjut Usia adalah pos pelayanan terpadu untuk

masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang

digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan

kesehatan. Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau

kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia (Mustari, Andie

Surya, dkk, 2015).

1
Ada yang membedakan kualitas hidup lansia yang aktif dengan yang

tidak aktif dalam mendatangi posyandu lansia. Tidak semua lansia yang tidak aktif

datang ke posyandu lansia kualitas hidupnya baik. Hal ini dikarenakan keaktifan

kunjungan tidaklah faktor yang terutama. Posyandu yang dilaksanaan satu bulan

sekali itu bersamaan dengan kegiatan keseharian yang harus dilakukan oleh lansia

tersebut, seperti saat jadwal posyandu lansia sedang bekerja. Oleh karena itu

mereka tidak datang ke posyandu lansia. Ada beberapa faktor lainnya, yaitu jarak

rumah ke posyandu yang jauh sehingga membuat lansia tidak datang (Latifah,

2013).

Salah satu bentuk partisipasi aktif penuh oleh komunitas adalah pos pelayanan

Lansia terpadu. Pos Pelayanan Lansia terpadu (Posyandu Lansia) merupakan

perwujudan dari implementasi kebijakan pemerintah program pembangunan di

bidang pelayanan kesehatan untuk orang tua Selain itu, Pos pelayanan Lansia

Terpadu sebagai forum komunikasi berupa partisipasi lansia, keluarga,

masyarakat dan organisasi sosial dalam pelaksanaannya sehingga tercapai

kesehatan yang optimal upaya perbaikan (Sulistyorini, 2010). Faktanya, banyak

orang tua tidak datang saat Pos Pelayanan Lansia terpadu. Hal ini dapat

menyebabkan kondisi mereka tidak menjadi terpantau dengan baik, sehingga jika

mengalami risiko penyakit akibat memburuknya kondisi tubuh mereka, bisa

berakibat fatal dan mengancam hidup mereka. Dengan aktifnya seorang lansia

datang ke posyandu lansia mampu mengatasi masalah kesehatan yang datang

2
akibat terjadinya penuaan, yang disebabkan penyakit sehingga bisa dilihat secara

dini.

Dengan aktifnya kunjungan posyandu lansia maka peningkatan derajat

kesehatan serta usia harapan hidup dapat terlaksana. Salah satu cara lansia tetap

aktif mengikiti posyandu lansia dan menjaga kesehatannya yaitu keluarga kader

dan teman harus menjadi yang paling utama dalam memberi dukungan, ada

beberapa hal dukungan yang bisa diberikan kepada lansia yaitu memberi waktu

untuk mendengar cerita, memperhatikan lansia untuk segala hal, memberi bantuan

dalam bentuk transpor, memberi uang, sebisa mungkin melibatkan lansia dalam

segala hal, dan selalu mengajak lansia untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.

(Putri M, 2018).

Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar atau sekedar mengingatkan

lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu dapat berpengaruh terhadap lansia aktif

datang keposyandu. Dukungan keluarga berperan penting terhadap posyandu

lansia karena untuk mendorong lansia agar mengikuti kegiatan posyandu lansia

karena untuk mendorong lansia agar mengikuti kegiatan posyandu untuk

memeriksakan kesehatan mereka, mengikuti senam lansia ataupun sekedar

mengisi waktu kosong agar mereka aktif kembali diusia yang sudah tidak

produktif lagi. Kesehatan fisik dan mental dapat dipengaruhi gaya dan polah hidup

lansia yang sehari-hari berubah-ubah misalnya menikmati waktu luang lebih

banyak karena aktivitas sehari-hari yang menurun sesuai dngan pertambahan usia.

3
Dukungan sebagai penghargaan atau dorongan seseorang untuk lebih maju atau

mendorong seseorang untuk lebih maju atau menolong arang dengan sikap

menerima kondisinya,dukungan keluarga tersebut diperoleh dari individu ataupun

kelompok (Suparyanto, 2013)

Pertambahan penduduk lansia di Indonesia diproyeksikan naik melebihi

20 juta orang. pada tahun 2020 populasi lansia meningkat dan menduduki

peringkat ke-5 atau ke-6, dan diperkirakan proporsi penduduk lansia di

Indonesia pada tahun 2050 ialah 21,4 persen dari total penduduk Indonesia.

Hal ini dikarenakan Indonesia mengalami peningkatan rata-rata usia harapan

hidup (UHH) dimana dari 69 tahun menjadi 70,8 tahun dan diproyeksikan

pada tahun 2030 – 2035 mencapai 72,2 tahun. Sedangkan. Serta pelaksanaan

kegiatan posyandu sering terdapat banyak sekali kendala yang dihadapi oleh

lansia dalam mengikuti posyandu lansia seperti, pengetahuan lansia yang

sangat kurang tentang posyandu, sikap lansia yang terkadang acuh terhadap

posyandu sendiri, malasnya lansia untuk datang ke posyandu, dan kurangnya

motivasi atau dukungan keluarga untuk lansia datang ke posyandu, sering

lupanya lansia untuk jadwal posyandu dikarenakan oleh faktor umur yang

sudah tua. Seharusnya dalam kegiatan posyandu ini peran keluarga, motivasi

keluarga dan dukungan dari keluarga lah yang sangat berperan untuk

kesehatan lansia tersebut (Mujahidullah 2013).

Berdasarkan laporan pelayanan kesehatan usia lanjut Provinsi Sulawesi Tengah

tahun 2020 Yang tertinggi berada di kabupaten Tojo una-una dan yang terendah

4
di kabupaten Banggai Kepulaun sedangkan kota Palu sendiri berada di urutan ke

6, yaitu terdapat 14 puskesmas jumlah keseluruhan lansia yang mendapat

pelayanan kesehatan adalah 15,492 jiwa (48,8%) (Dinas Kesehatan Provinsi

Sulawesi Tengah, 2020).

Berdasarkan laporan pelayanan kesehatan usia lanjut, Kabupaten/ Kota Palu

tahun 2020. Puskesmas Talise kecamatan Mantikulore kelurahan Talise jumlah

keseluruhan lansia yang mendapat pelayanan kesehatan adalah 318 jiwa (80,51%).

Kelurahan Tondo Jumlah keseluruhan lansia yang mendapat pelayanan kesehatan

adalah 160 jiwa (100,00 %). Kelurahan Layana Indah, jumlah keseluruhan lansia

yang mendapat pelayanan kesehatan 295 jiwa (97,36%) Kelurahan Talise

Valangguni Jumlah keseluruhan lansia yang mendapat pelayanan kesehatan

adalah 208 jiwa (84,21%) ( Dinas Kota Palu, 2020 ).

Berdasarkan laporan tahunan program lansia puskesmas Talise yang mendapat

pelayanan kesehatan tahun 2021. Jumlah keseluruhan lansia di wilayah kerja

puskesmas Talise adalah 2,553 jiwa. yang mengikuti posyandu bulan januari 266

jiwa, februari 163 jiwa, maret 194 jiwa, april 159 jiwa, mei 140 jiwa, juni 146

jiwa, juli 81 jiwa, agustus 77 jiwa, september 66 jiwa, oktober 68 jiwa, november

102 jiwa, desember 73 jiwa. jumlah keseluruhan lansia yang mendapatkan

pelayanan kesehatan adalah 1,535 jiwa (60,12%) (Puskesmas Talise, 2021).

Berdasarkan dari data pendahuluan yang diperoleh di Puskesmas Talise

jumlah keseluruhan lansia sebanyak 2,553 yang mengikuti posyandu lansia pada

5
bulan januari s/d desember tahun 2021 sebanyak 1,535 (60,12%). Dengan

mewawancarai 5 orang lansia yang datang ke posyandu hasil ada 3 orang lansia

yang tidak di dampingi oleh keluarga. Berdasarkan hasil wawancara langsung

dengan responden diketahui bahwa keluarga responden sedang bekerja sebayak 2

orang, dan ada 1 responden yang tidak didampingi oleh keluarga karena ada

kesibukan lain di rumah.

Hal ini merupakan masalah sehingga peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga dengan peningkatan kunjungan

posyandu lansia di Wilayah kerja Puskesmas Talise Kota Palu di tahun 2022.

B. Rumusan maslah

Berdasarkan uraiaan latar belakang diatas, rumusan masalah dari penelitian ini

yaitu apakah “ ada hubungan dukungan keluarga dengan peningkatan kunjungan

posyandu lansia” ?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan peningkatan

kunjungan posyandu lansia

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui dukungan keluarga terhadap posyandu lansia

b. Untuk mengetahui peningkatan lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu

D. Manfaat penelitian

6
1. Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi

pengetahuan mahasiswa politeknik Kesehatan kemenkes palu khususnya

mahasiswa kebidanan tentang hubungan dukungan keluarga dengan

peningkatan kunjungan posyandu lansia

2. Manfaat praktis

a. Bagi posyandu lansia

Sebagai acuan untuk memotivasi kader dalam berperan aktif mendukung

lansia dalam memberikan dukungan dalam keaktifan lansia mengikuti

posyandu.

b. Bagi peneliti

Memberikan pengetahuan dan pengalaman baru serta dapat mengetahui

hubungan dukungan keluarga dengan peningkatan posyandu lansia.

c. Bagi poltekes kemenkes palu

Sebagai acuan untuk dapat digunakan sebagai data dasar penelitian

selanjutnya tentang hubungan dukungan keluarga dengan peningkatan

kunjungan posyandu lansia

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kunjungan Posyandu Lansia

1. Pengertian kunjungan posyandu lansia.

Kunjungan posyandu lansia yaitu kunjungan lansia ke posyandu lansia

untuk memeriksakan Kesehatan, Sebagaimana kita ketahui bersama

Posyandu tidak hanya berkutat dalam hal kesehatan anak dan balita saja, akan

tetapi posyandu juga melayani kesehatan orang tua atau lanjut usia (lansia).

Menurut Undang Undang No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia

disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun.

8
Posyandu lansia akan menjadi salah satu pusat monitoring kesehatan para

warga berusia lanjut. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk

masyarakat (usia lanjut) lansia diwilayah tertentu yang sudah disepakati,

dimana gerakan ini diprakarsai oleh masyarakat yang bertujuan untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan. (Erpandi, 2015) (Endarwati, 2019).

Ada yang membedakan kualitas hidup lansia yang aktif dengan yang

tidak aktif dalam mendatangi posyandu lansia. Tidak semua lansia yang tidak

aktif datang ke posyandu lansia kualitas hidupnya baik. Hal ini dikarenakan

keaktifan kunjungan tidaklah faktor yang terutama. Posyandu yang

dilaksanaan satu bulan sekali itu bersamaan dengan kegiatan keseharian yang

harus dilakukan oleh lansia tersebut, seperti saat jadwal posyandu lansia

sedang bekerja. Oleh karena itu mereka tidak datang ke posyandu lansia. Ada

beberapa faktor lainnya, yaitu jarak rumah ke posyandu yang jauh sehingga

membuat lansia tidak datang (Latifah, 2013).

Terdapat hubungan Keaktifan kunjungan ke posyandu lansia dengan

kualitas hidup lansia Dengan adanya keterlibatan mengikuti kegiatan

posyandu menunjukkan bahwa lansia memiliki perilaku sehat yang baik dari

pada lansia yang kurang terlibat. Fasilitas kesehtan bagi populasi lansia juga

berperan penting, supaya keadaan lansia tetap sehat saat menjalankan sisa

kehidupannya. Adapun langkah dalah menaikkan kualitas hidup adalah

dengan mau mengunjungi posyandu lansia secara aktif. Aktif mengunjungi

9
posyandu lansia dan datang dalam pelaksanaan acara yang dilakukan di

posyandu bisa menngecilkan terjadinya masalah kesehatan pada lansia yang

diakibatkan karena menua, hal ini dikarenakan sakit bisa dilihat secara cepat..

( Putri M, 2018 )

Pembinaan kesehatan lansia merupakan salah satu kegiatan yang harus

terus di galakkan untuk mewujudkan lansia yang sejahtera, bahagia dan

berdaya guna bagi kehidupan keluarga dan masyarakat sekitar. Hal ini

merupakan salah satu upaya menghadapi peningkatan status dan derajat

kesehatan rakyat Indonesia yang memberikan dampak pada meningkatnya

usia harapan hidup bangsa. Kaum lansia sering dianggap tidak berdaya, sakit

sakitan, tidak produktif, sehingga kehidupan lansia menjadi kurang bermakna,

maka jangan heran kalau melihat para lansia tampak lesu, tidak bergairah,

merasa tidak dihargai dalam kehidupannya sehingga cepat merasa tua. Tak

jarang mereka sering diperlakukan sebagai beban keluarga oleh sebab itu para

lansia perlu mendapatkan perhatian khusus terutama dalam masalah

kesehatannya (Cahyono, 2016) (Lansia, 2020).

Posyandu lansia adala pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lansia di

wilayah tertentu yang telah disepakati dan digerakkan oleh masyarakat

sehingga pelayanan kesehatan dapat diterima oleh masyarakat

( Erpandi, 2018).

10
Upaya pelayanan kesehatan pada lanjut usia dilakukan dengan

Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah, melalui

tenaga kesehatan dan atau masyarakat. Di sejalan dengan Undang-

Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 138 berbunyi

sebagai berikut: Ayat (1) Upaya Perawatan kesehatan bagi lansia harus

ditujukan untuk menjaga kesehatan dan kehidupan produktif secara

sosial maupun ekonomi dalam sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan. Salah satu bentuk partisipasi aktif penuh oleh komunitas adalah

pos pelayanan terpadu (Posyandu). Pelayanan Terpadu Lansia Pos (Posyandu

Lansia) merupakan perwujudan dari implementasi kebijakan pemerintah

program pembangunan di bidang pelayanan Kesehatan untuk orang tua.

Selain itu, Lansia Terpadu Pos Pelayanan (Posyandu Lansia).sebagai forum

komunikasi berupa partisipasi lansia, keluarga, masyarakat dan organisasi

sosial dalam pelaksanaannya sehingga tercapai kesehatan yang optimal upaya

perbaikan (Sulistyorini, 2010) ( Lansia 2013 ).

2. Tujuan kunjungan posyandu lansia

a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat

sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang seusia dengan kebutuhan

lansia.

11
b. Mendekatkan keterpaduan pelayanan lintas program dan lintas sektor

serta meningkatkan peran serta masyrakat dan swasta dalam pelayanan

Kesehatan

c. Mendorong dan memfaslitasi lansia untuk tetap aktif, produktif, dan

mandiri serta meningkatkan komunikasi di antara masyarakat lansia.

d. Mengembangkan kegiatan positif yang dapat mengisi waktu luang serta

memberikan manfaat bagi keluarga lansia.

e. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan lansia dalam melakukan

kegiatan usaha ekonomi produktif yang sesuai dengan minat dan kondisi

fisik.

f. Meningkatkan kemandirian lansia sehingga tidak menjadi beban bagi

keluarga dan masyarakat sekitarnya.

3. Pengelola posyandu

Pengelolaan posyandu meliputi unsur masyarakat, Lembaga

kemasyarakatan, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat,

lembaga mitra pemerintah, dan dunia usaha terpilih. Semua elemen tersebut

mempunyai ketersediaan, kemampuan dan dan waktu serta kepedulian

terhadap pelayanan sosial dasar masyarakat di posyandu.

4. Alasan pendirian kunjungan posyandu lansia

a. Jumlah populasi lansia semakin meningkat

b. Masalah kesehatan dan kehidupan sosial ekonomi yang banyak pada

lansia sering dengan kemunduran fungsi tubuh.

12
c. Posyandu dapat memberi pelayanan kesehatan dan bimbingan lain,

khususnya dalam upaya mengurangi atau megatasi dam pak penuaan,

mendorong lansia untuk tetap aktif, produktif dan mandiri.

d. Peningkatan kesejahteraan masyarakat dan dampak globalisasi

memungkinkan setiap orang mandiri sehingga kelompok lansia terpisah

jarak dengan anak-anaknya, sedangkan para lansia tetap membutuhkan

sarana untuk hidup sehat dan bersosialisasi.

e. Posyandu berlandaskan semboyan, “dari masyarakat, untuk

masyarakat, dan oleh masyarakat “sehingga timbul rasa memiliki dari

masyarakat terhadap sarana pelayanan yang berbasis masyarakat

tersebut

5. Ruang lingkup kunjungan posyandu lansia

Ruang lingkup kegiatan posyandu menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri

atau Permendagri No.19 Tahun 2011 Pasal 5 adalah mengintegrasikan

layanan sosial dasar, yang meliputi :

a. Pengedalian penyakit dan penyehat lingkungan

b. Perilaku bersih dan sehat.

c. Kesehatan lansia

d. Percepatan penganekaragaman komsumsi pangan.

e. Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil, dan penyandang

masalah kesehatan nasional.

f. Peningkatan ekonomi keluarga.

13
6. Sasaran kunjungan posyandu lansia

Sasaran kunjungan posyandu lansia sebagaimana dimaksud dalam peraturan

Menteri Dalam Negeri Pasal 6 tersebut ditujukan pada masyarakat pralansia

(45-59 tahun), masyarakat lansia (lebih dari 60 tahun), dan masyarakat lansia

resiko tinggi berusia 60 tahun yang memiliki keluhan atau berusia lebih dari

70 tahun (Erpandi, 2016). Sasaran tidak langsung adalah keluarga dimana usia

lanjut berada, masyarakat tempat lansia berada, organisasi sosial, petugas

kesehatan, dan masyarakat luas

7. Mekanisme kunjungan posyandu lansia

Pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada

mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten

maupun kota penyelenggara Ada juga yang hanya menggunakan sistem

pelayanan 3 meja, dengan sebagai berikut:

a. Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran, dan penimbangan berat badan

atau tinggi badan

b. Meja II : melakukan pencatatan berat badan, indeks massa tubuh (IMT),

pelayanan kesehatan seperi pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga

di lakukan di meja ini.

c. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, di sini juga

bias dilakukan pelayanan pojok gizi.

Sistem pelayanan lima meja yaitu:

14
a. Meja I : Pendaftaran

b. Meja II : Penimbangan, IMT

c. Meja III : Pengukuran tekanan darah (TD), pemeriksaan kesehatan, status

mental.

d. Meja IV : Konseling, penyuluhan, pemeriksaan haemoglobin (Hb),

reduksi urine

e. Meja V : Pelayanan kesehatan dan penyuluhan.

8. Kendala pelayanan kunjungan posyandu lansia

Terdapat beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan

posyandu yaitu:

a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.

b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau

c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan

lansia untuk datang ke posyandu. Dukungan keluarga sangat berperan

dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan

posyandu lansia.

9. Bentuk pelayanan kunjungan posyandu lansia

a. Kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, berpakaian, naik turun

tempat tidur, buang air besar/kecil, dan sebagainya.

b. Pemeriksaan status mental.

c. Pemeriksaan status gizi penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi

badan dan dicatat IMT

15
d. Pengukuran tekanan darah

e. Pemeriksaan haemoglobin (menggunakan Quik-Chek Hb)

f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni

g. Pemeriksaan adanya zat putih telur dalam air seni

h. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bila mana ada keluhan dari atau

ditemukan kelainan pada saat pemeriksaan.

B. Tinjaun dukungan kunjungan posyandu lansia

1. Dukungan kunjungan posyandu lansia

Dukungan adalah suatau upaya yang diberikan kepada seseorang baik

itu moril maupun materil untuk memotivasi oaring lain dalam melaksanakan

suatau kegiatan (Notoatmodjo, 2003) (Pieter, 2013 ).

Konsep diri individu berkaitan pada kesehariannya. Keaktifitasan

memfokuskan pentingnya peran lansia untuk kegiatan masyarakat di

kehidupannya. seseorang dapat memperjuangkan hubungan antara

kesosialannya dan kepribadiannya untuk seimbang dari muda sampai tua.

Keaktifan kunjungan posyandu lansia diketahui dari banyaknya lansia

tersebut mendatangi posyandu lansia selama satu tahun. Posyandu lansia

dilaksanakan paling sedikit satu kali dalam sebulan, Oleh karena itu jika lansia

datang ke posyandu 8-12 kali dalam setahun maka lansia tersebut aktif

melakukan kunjungan, atau hal tersebut bergantung pada jadwal pelayanan

kesehatan puskesmas masing-masing (Pertiwi, 2013).

16
Dengan aktifnya seorang lansia datang ke posyandu lansia mampu

mengatasi masalah kesehatan yang datang akibat terjadinya penuaan, yang

disebabkan penyakit sehingga bisa dilihat secara dini Dengan aktifnya

kunjungan posyandu lansia maka peningkatan derajat kesetan serta usia

harapan hidup dapat terlaksana Salah satu cara lansia tetap aktif mengikiti

posyandu lansia dan menjaga kesehatannya yaitu keluarga kader dan teman

harus menjadi yang paling utama dalam memberi dukungan ada beberapa hal

dukungan yang bisa diberikan kepada lansia yaitu memberi waktu untuk

mendengar cerita, memperhatikan lansia untuk segala hal, memberi bantuan

dalam bentuk transpor, memberi uang, sebisa mungkin melibatkan lansia

dalam segala hal, dan selalu mengajak lansia untuk melakukan pemeriksaan

kesehatan (Putri M, 2018).

2. Jenis-jenis dukungan

Jenis-jenis dukungan (Subratha, 2012):

a. Dukungan instrumental

Dukungan instrumental adalah dukungan yang diberikan secara

langsung berupa fasilitas atau materi.

b. Dukungan emosional

Dukungan emosional meliputi ekspresi empati seperti mendengarkan,

bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya dengan apa yang

dikeluhkan, mau memahami, perhatian. Dukungan emosional akan

17
membuat penerima merasa berharga, nyaman, aman, terjamin dan

disayangi.

c. Dukungan informasi

Dukungan informasi yaitu memberikan penjelasan tentang situasi dan

segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang

dihadapi individu. dukungan ini meliputi memberikan nasihat,

petunjuk, masukan atau penjelasan bagaimana seseorang bersikap.

d. Dukungan penilaian

Dukungan ini bisa berbentuk penilaian yang positif, penguatan untuk

melakukan sesuatu, umpan balik atau menunjukkan perbandingan

sosial yang membuka wawasan seseorang yang sedang dalam keadaan

stres

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan

Dukungan adalah salah satu bentuk prilaku. Ada 3 faktor utama yang

mempengaruhi perilaku menurut Green (dalam Pieter, 2013) yaitu :

a. Faktor predisposisi (predisposisy factor)

Faktor ini mempengaruhi pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan,

tradisi, kepercayaan terhadap hal-hal berkaitan dengan kesehatan,

sistem nilai yang dianut, tingkat pendidikan dan sosial budaya.

b. Faktor pendukung (enabling factor)

18
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana yang dapat

menunjang terlaksananya perilaku kesehatan, dalam hal ini berupa

dana dan transportasi.

c. Faktor pendorong (reinforcing factor)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh

utama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan.

C. Tinjaun lansia

1. Pengertian lansia

Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua

orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh

siapapun. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang,

yaitu suatu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode

terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh

dengan manfaat (Hurlock, 2000 dalam Murwani A dan Priyantari W , 2011).

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara

tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan

akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah

laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka

mencapai pada tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan

suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang

19
akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup

manusia akan berakhir, dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik,

mental dan sosial secara bertahap (Azizah, 2013). Memasuki usia tua banyak

mengalami kemunduran misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan

kulit menjadi keriput karena berkurangnya bantalan lemak, rambut memutih,

pendengaran berkurang, penglihatan memburuk, gigi mulai ompong, aktivitas

menjadi lambat, nafsu makan berkurang dan kondisi tubuh yang lain juga

mengalami kemunduran (Padila, 2018).

Usia lanjut mempunyai dua karakteristik yaitu adanya proses penuaan dan

adanya proses penyakit. Proses penuaan akan berpengaruh terhadap sistem

imun dan juga akan berimplikasi klinis, sedangkan akibat dari proses penyakit

yang tidak spesifik akan berimbas pada pemberian obat yang begitu komplek.

Kedua proses diatas tentu saja usia lanjut akan mengalami gangguan baik itu

dari segi fisik ataupun kognitifnya yang berakibat pada ketidakmampuan usia

lanjut untuk dapat memenuhi kebutuhannya sendiri karena adanya

keterbatasan dan akhirnya sampailah kepada kematian (Pramantara, 2011).

2. Klasifikasi lansia

a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization

(WHO) ada empat tahapan yaitu : Usia pertengahan (middle age) usia

45-59 tahun, lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old)

usia 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun

20
b. Dalam menuju usia lanjut dilewati dua fase, yaitu fase inventus, yaitu

antara 25 tahun hingga 40 tahun, dan fase virilitas, yaitu umur 40 tahun

hingga 55 tahun. Dan akhir fase virilitas inilah biasanya disebut fase

pertama usia lanjut. Dalam konsep Raus masa tersebut disebut dengan

fase presenium, antara 55 tahun hingga 65 tahun dan fase selanjutnya

fase senium, mulai umur 65 tahun hingga tutup usia.

c. Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan

menjadi usia dewasa muda (elderly adulthood), 18 atau 25-29 tahun,

usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 tahun atau 65

tahu, lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang

dibagi lagi dengan 70-75 tahun (young old), 75-80 tahun (old), lebih

dari 80 tahun (very old) ( Padila, 2018).

3. Tipe lansia

Tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,

kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya (Nugroho 2000, dalam Padila,

2018):

a. Tipe arif dan bijaksana Kaya dengan hikmah, pengalaman,

menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan,

bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi

undangan menajadi panutan.

21
b. Tipe mandiri Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif

dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memengaruhi

undangan.

c. Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga

menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani,

pengkritik dan banyak menuntut.

d. Tipe pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan

agama dan melakukan pekerjaan apa saja.

e. Tipe bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,

minder, menyesal, pasif dan acuh tak acuh Tipe lain dari lansia adalah

tipe optimis, konstruktif, dependen (tergantung, defensif (bertahan),

militant dan serius, tipe pemarah/ frustasi (kecewa akibat kegagalan

dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).

4. Ciri-ciri lansia

terdapat beberapa ciri-ciri lansia, yaitu :

a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran. Kemunduran pada lansia

sebagaian datang dari faktor fisik dan psikologis. Kemunduran dapat

berdampak pada psikologi lansia. Motivasi memiliki peran yang

penting dalam kemunduran pada lansia, yaitu kemunduran lansia akan

semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika

memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.

22
b. Oang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas. Karena sebagai

akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut

usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap

lansia. Pendapat-pendapat klise tersebut seperti: lansia lebih senang

mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang

lain

c. Menua membutuhkan pertumbuhan peran. Pertumbuhan peran tersebut

dilakukan karena lansia mengalami kemunduran dalam segala hal.

Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan

sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.

d. Penyesuaian yang buruk pada lansia. Perlakuan yang buruk terhadap

lansia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang

baik. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.karena

perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi

buruk.

5. Penyakit lansia

Masa tua adalah masa dimana menurunnya semua fungsi tubuh hal yang

mempengaruhi timbulnya penyakit dan rasa kebosanan pada lansia, yaitu

masalah pekerjaan, perilaku dan sikap keluarga, keadaan lingkungan,

keadaan status perkawinan (janda/duda), tanggapan masyarakat, dan

persepsi internal yang menganggap dirinya sudah tidak berguna bagi dirinya

sendiri, keluarga, atau masyarakat semua ini menyebabkan terganggunya

23
kesehatan mental pada lansia, problem yang umum terjadi adalah depresi,

karena penurunan relasi sosial dan peran-peran sosial. Dan kemungkinan

adanya faktor genetik.

Demikian juga dimensia, yaitu penurunan kemampuan kognitif secara

progresif, gangguan mental lainnya adalah obsesif, kecemasan, hilangnya

relasi sosial dan pekerjaan.54 Karena lansia banyak mengalami kemunduran

jasmani maupun rohani maka penyakit diderita memiliki ciri-ciri khusus

diataranya adalah: berlangsung lama/menahun, semakin lama penyakit

semakin bertambah parah, sering kambing, tanpa gejala, menyebabkan cacat

dalam waktu lama. Berikut adalah macam-macam penyakit yang biasanya

ada pada lansia, yaitu :

a. Stroke, disebabkan oleh adanya gangguan fungsi otak karena pecahnya

pembuluh darah diotak atau tidak adanya darah ke otak yang

disebabkan adanya penyumbatan pembuluh daran di otak. Secara medis

stroke dibagi dua jenis yaitu stroke pendarahan yang disebabkan oleh

pecahnya pembulu darah di otak, dan stroke tanpa pendarahan karena

penyumbatan pembuluh darah di otak. Upaya pencegahan dapat

dilakukan dengan melakukan gaya hidup sehat dan pemerikasaan

kesehatan berkala

b. Penyakit jantung, disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah ke

jatung dan lemahnya otot atau katup jantung sehingga lama-kelamaan

terjadi pembesaran jantung. Salah satu upaya pencegahannya adalah

24
dengan menjalankan gaya hidup sehat, yaitu melakukan latihan

olahraga yang sesuai secara teratur, makan makanan bergizi, cukup

istirahat, dan melakukan pemeriksaan jantung secara berkala.

c. Penyakit gula/ diabetes meilitus, disebabkan oleh berkurangnya kualitas

dan/jumlah insulin karena menurunnya fungsi pankreas. Penyakit ini

sering berhubungan dengan kegemukan pada lansia. Penderita

dianjurkan memeriksakan jantung, fungsi hati dan ginjal, tekanan darah,

dan merawat kebersihan tangan dan kaki, serta menjaga dari

ekmungkinan luka karena dapat berakibat panjang seperti amputasi

tungkai/kaki yang mengalami kematian jaringan. Dianjurkan patuh

dengan diet yang diawasi oleh ahli gizi dan berolahraga secara teratur.

d. Penyakit tulang dan sendi, disebabkan berkurangnya kalsium pada

tulang sehingga tulang menjadi lebih rapuh dan mudah patah serta nyeri

pada tulang. Disamping itu, cairan pada sendi mulai berkurang dan

kerap terjadi perkapuran pada sendi yang menyebabkan sendi menjadi

kaku dan timbul rasa sakit sehingga tidak kuat menopang badan.

Untuk mencegah beberapa penyakit yang biasa dialami oleh lansia, ada

lima dimensi hidup sebagai lansia.

a. dimensi fisik berupa kebutuhan akan gaya hidup sehat yang dapat

dicapai dengan kegiatan olahraga, mengatur pola makan sehat,

serta pemeriksaan kesehatan yang teratur.

25
b. dimensi sosial berupa kebutuhan untuk memiliki hubungan yang

sehat dalam komunikasi positif, melalui beragam kegiatan rekreasi

bersama, serta kompetisi.

c. dimensi emosional yaitu kebutuhan untuk dapat meningkatkan

kemampuan mengelola, menyalurkan dan mengendalikan emosi

yang diasah melalui konsultasi kepada ahli atau teman dekat,

terapi, meditasi, serta saling berbagi dalam kelompok.

d. Dimensi intelektual untuk mengasah serta meningkatkan

kemampuan, pengetahuan, dan keahlian dengan membaca buku.

e. vokasional, yaitu kebutuhan aktualisasi diri yang dapat terwujud

melalui kegiatan yang bersifat hobi atau menyalurkan bakat serta

keahlian khusus berkebun atau kerajinan

D. Tinjauan dukungan keluarga

1. Pengertian keluarga

Keluarga adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari individu- individu

yang bergabung dan berinteraksi secara teratur antara satu dengan yang lain

yang diwujudkan dengan adanya saling ketergantungan dan berhubungan

untuk mencapai tujuan bersama (Andarmoyo, 2014).

Friedman (1998) mendefenisikan keluarga sebagai suatu sistem sosial.

Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individu-

individu yang memiliki hubungan erat satu sama lain, saling tergantung

26
yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam angka mencapai tujuan

tertentu (Padila,2012).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia dengan

dukungan keluarga yang tidak baik memiliki persentase lebih tinggi untuk

tidak memanfaatkan posyandu, dan dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan Posyandu Lansia

Dukungan keluarga yang paling sedikit diterima oleh responden

dengan dukungan tinggi adalah dukungan instrumental. Berdasarkan hasil

penelitian Khairani (2014) tidak ada hubungan antara dukungan

instrumental keluarga dengan kesepian yang terjadi pada lansi. Dukungan

instrumental sendiri adalah dukungan keluarga yang berpartisipasi dalam

memberi bantuan baik itu berupa fisik, uang, pekerjaan dan peralatan.

1. Fungsi keluarga

Fungsi keluarga menurut (Padila, 2018) :

a. Fungsi Afektif Berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna

untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi

afektif tampak melalui keluarga yang Bahagia

b. Fungsi Sosialisasi Sosialisasi adalah proses perkembangan dan

perubahan yang dialami individu yang menghasilkan interaksi

sosial dan belajar berperan dalam lingkungan social. Sosialisasi

adalah suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru

27
mempelajari norma-norma masyarakat dimana dia menjadi

anggota.

c. Fungsi reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan

kelangsungan keturunan dan meningkatkan sumber daya manusia.

Dengan adanya program keluarga berencana, maka fungsi ini

sedikit dapat terkontrol. Namun disisi lain sedikit dapat terkontrol.

Namun disisi lain banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau

diluar ikatan perkawinan sehingga lahirnya keluarga baru dengan

satu orang tua (single parent).

d. Fungsi Ekonomi Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga

seperti makanan, pakaian dan rumah, maka keluarga memerlukan

sumber keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi keluarga dibawah garis

kemiskinan (Gakin atau pra keluarga sejatera).

e. Fungsi Perawatan Kesehatan Fungsi lain keluarga adalah fungsi

perawatan kesehatan. Selain keluarga menyediakan makanan

pakaian dan rumah, keluarga juga berfungsi melakukan asuhan

kesehatan terhadap anggota keluarganya baik untuk mencegah

terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang sakit.

2. Tugas keluarga dalam bidang Kesehatan

Menurut Andarmoyo ( 2013 )

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

28
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga.

c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak

dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang

terlalu tua.

d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan

lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

3. Dukungan pada keluarga

Dukungan sosial keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara

keluarga dengan lingkungan sosial .

Dukungan keluarga merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

untuk mendukung dan memberikan bantuan dalam bentuk dukungan

emosional, informasional, instrumental dan penilaian. Bentuk dukungan

yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung

dukungan ini akan memberikan dorongan kepada anggotanya untuk

berperilaku sehat, sedangkan secara tidak langsung dukungan yang

diterima dari orang lain akan mengurangi ketegangan atau depresi yang

tidak ditimbulkan gangguan (Kaplan, 2012 dalam Ginting, D, dan

Brahmana, N.E 2019).

Jenis dukungan keluarga ada empat, yaitu ( Friedman, 2013 )

29
a. Dukungan Instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber

pertolongan praktis dan konkrit.

b. Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah

kolektor dan disseminator ( penyebar informasi).

c. Dukungan penilaian (Apprasisal), yaitu keluarga bertindak sebagai

sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan

masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga.

d. Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang

aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membentuk

penguasaan terhadap emosi.

Keluarga memiliki empat fungsi dukungan diantaranya :

a. Dukungan instrumental Dukungan instrumental keluarga

merupakan dukungan atau bantuan penuh dari keluarga dalam

bentuk memberikan bantuan tenaga, dana, maupun meluangkan

waktu untuk membantu atau melayani dan mendengarkan klien

dalam menyampaikan persasaannya. Serta dukungan instrumental

keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit, dan kesehatan

lansia dalam kebutuhan makan dan minum, istirahat dan

terhindarnya lansia dari kelelahan.

b. Dukungan Informasional Dukungan Informasional merupakan

suatu dukungan atau bantuan yang diberikan oleh keluarga dalam

30
bentuk memberikan saran atau masukan, nasehat atau arahan dan

memberikan informasi-informasi penting yang sangat dibutuhkan

dalam upaya meningkatlan starus kesehatannya. Aspek-aspek

dukungan ini adalah nasehat, usulan, petunjuk dan pemberian

informasi

c. Dukungan penilaian Dukungan keluarga berperan dalam

mengintensifkan perasaan sejahtera karena keluarga membimbing

dan menengahi pemecahan masalah. Orang yang hidup dalam

lingkungan yang supportif kondisinya jauh lebih baik daripada

mereka yang tidak memilikinya. Dukungan tersebut akan tercipta

bila hubungan interpersonal diantara mereka baik. Ikatan

kekeluargaan yang kuat membantu keluarga menghadapi masalah.

d. Dukungan Emosional Dukungan emosional keluarga berupa

perhatian, kasih sayang dan empati. Dukungan emosional

merupakan fungsi afektif keluarga berupa fungsi internal keluarga

dalam memenuhi kebutuhan psikososial dengan saling mengasuh,

cinta kasih, kehangatan, saling mendukung dan menghargai antara

anggota keluarga, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan

dan didengarkan.

4. Hubungan dukungan keluarga dengan kunjungan lansia

Dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kunjungan lansia

ke posyandu lansia, jauhnya lokasi posyandu menjadi salah satu faktor

31
kurangnya rasa nyaman untuk mencapai jarak tempat posyandu lansia

dalam kegiatan kunjungan lansia. Berkurangnya lansia dalam

melakukan kunjungan disebabkan beberapa faktor yaitu predisposisi

yaitu: umur, pengetahuan, kepercayaan, sikap, motivasi, dan dukungan

keluarga. Dalam mencapai tujuan faktor tersebut pentingnya juga peran

kader kesehetan untuk bicara secara verbal bersama lansia guna

membina meningkat derajat kesehatan atau uapaya lain yang

ditunjukkan kepada lansia

(Sinuraya et al., 2019)

Dukungan keluarga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

frekuensi atau tingkat keaktifan lansia dalam mengunjungi posyandu

lansia. Keluarga berperan dalam menumbuhkan minat ataupun

kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Dalam

berbagai literature juga disebutkan bahwa keluarga merupakan

motivator serta support system terbaik bagi lansia. Dimana menurut

Padila (2013), keluarga bertugas untuk menjaga ataupun merawat

lansia, meningkatkan serta mempertahankan kondisi dan status mental,

mengantisipasi adanya perubahan status social-ekonomi serta

memberikan motivasi, dukungan serta bertindak sebagai fasilitator

kebutuhan spiritual lansia.

32
keluarga memiliki hubungan dengan keaktifan lansia untuk mengikuti

kegiatan posyandu sebagai salah satu hal yang terpenting dalam

posyandu lansia(Kesehatan et al., 2021)

E. Kerangka teori

Hubungan dukungan keluarga dengan

peningkatan kunjungan posyandu lansia

1. Tinjauan kunjungan posyandu

lansia.

2. Tinjauan dukungan kunjungan Kunjungan

posyandu lansia posyandu lansia

3. Tinjaun lansia

4. Tinjaun dukungan keluarga

33
F. Kerangka konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka antara konsep-konsep yang

akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan

(Riyanto,2018).

Variabel Independen Variabel dependen

Dukungan keluarga Kunjungan


posyandu lansia

G. Hipotesis

1. Hipotesis alternatif ( Ha )

a. Ada hubungan dukungan keluarga dengan peningkatan kunjungan

posyandu lansia

2. Hipotesis nol ( Ho )

34
a. Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan peningkatan

kunjungan posyandu lansia

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan desain penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode analitik

korelasi dengan rancangan Cross sectional. Studi analitik korelasi adalah

teknik yang digunakan untuk menganalisis hubungan variabel independen

dan dependen (Lapau,2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada

atau tidaknya hubungan pada variabel, pemilihan metode analitik korelasi

dalam penelitian ini didasari dari penelitian yang ingin mengkaji dan

melihat hubungan dukungan keluarga dengan peningkatan kunjungan

posyandu lansia.

B. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini bertempat di wilayah kerja puskesmas talise kota palu

akan dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan oktober

2022.

35
C. Populasi dan sampel

1. Populasi dari penelitian ini adalah lansia yang berjenis kelamin laki-laki

dan permpuan berjumlah 150 yang mengikuti posyandu lansia dan

mendapatkan pelayanan Kesehatan di wilayah kerja puskesmas talise.

2. Sampel dari penelitian ini adalah lansia berjenis kelamin laki-laki dan

perempuan yang aktif mengikuti posyandu lansia dan mndapatkan

pelayanan Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Talise

3. Besar sampel

Rumus yang di gunakan untuk menghitung besar sampel adalah

menggunakan rumus slovin dengan populasi yang diketahui jumlahnya

(Sugiono, 2018).

N
n=
1+(d )²

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = tingkat signifikasi ( p )

berdasarkan rumus tersebut, maka sampel yang di butuhkan sebagai

berikut.

N
n=
1+(d )²

36
150
n=
1+150(0,052)

150
n=
1,375

n=109

D. Variabel penelitian dan definisi oprasional

1. Variabel penelitian

1. Variabel independen (bebas)

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi

variabel lain, artinya variabel independen berubah maka akan

mengakibatkan perubuhan variabel lain. Nama lain dari variabel

independen adalah variabel bebas, risiko, predictor, dan kausa

(Riyanto,2018). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

independen adalah dukungan keluarga yang meliputi dukungan

instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian,

dukunagan emosional.

2. Variabel dependen (terkait)

Variabel dependen variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain,

artinya variabel dependen berubah akibat perubuhan pada variabel

bebas. Nama lain variabel dependen adalah terikat, efek, hasil,

outcome, respon, atau event (Riyanto,2018). Varibel depend dalam

penelitian ini adalah kunjungan posyandu lansia

37
2. Definisi oprasional

a. kunjungan Posyandu lansia

Suatu dorongan atau motivasi yang diberikan oleh keluarga untuk

memberikan semagat atau dorongan kepada lansia, rajin jika

jumlah kunjungan lansia 8-12 kali dalam setahun.

Cara ukur : melihat buku register data kunjungan

Alat ukur : buku register data kunjungan

Skala ukur : ordinal

Hasil ukur : kurang rajin jika jumlah kunjungan 0-7kali

Rajin jika jumlah kunjungan 8-12 kali

b. Dukungan Keluarga

dukungan yang diberikan oleh keluarga dimana bentuk dukungan

terdiri dari penilaian, instrumental, informasional, dan emosional.

Cara ukur : pengisian kuesioner

Alat ukur : kuesioner

Skala ukur : ordinal

Hasil ukur : menggunakan data yang dikategorikan menjadi dua

Yaitu :

Mendukung = jika responden menjawab

pertanyaan ≥ 50%

38
Tidak mendukung = jika jawaban responden < 50%

E. Teknik dan pengumpulan data

1. jenis data penelitian

2. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui

kuesioner. Bentuk dari kuesioner ini yaitu menggunakn skala

Guttman dengan jumlah pertanyaan yaitu item. Pertanyaan terdiri

dari item pertanyaan positif dan item pertanyaan negatif. Untuk

pertanyaan positif (+) apabila menjawab “YA” maka diberi skor 1,

dan bila menjawab “TIDAK” maka akan diberi skor 0. Untuk

pertanyaan negatif (-), apabila menjawab “YA” maka diberi skor 0,

dan apabila menjawab “TIDAK” maka diberi skor 1.

3. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan melalui pihak lain, dimana

data tersebut umumnya telah di olah pihak tersebut. Dalam penelitian ini

data sekunder didapatkan dari data lansia yang mendapatkan pelayanan

Kesehatan di dinas Kesehatan kota palu dan puskesmas talise kemudian

menilai sesuai dengan form pengumpulan data yang telah disiapkan

peneliti.

2. Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah

39
1. Setelah peneliti mendapat izin penelitian dari lokasi tempat penelitian

maka peneliti akan mengambil data pada saat posyandu lansia

berlangsung.

2. Peneliti mendatangi lokasi penelitian untuk pengambilan sampel

penelitian yang telah ditentukan jadwalnya dan memberikan informasi

terkait penelitian yang di laksanakan.

3. Peneliti memperkenalkan diri dan mmenyampaikan maksud dan tujuan

kedatangan peneliti serta memberikan informed consent sebagai

persetujuan penelitian. Terdapat 109 lansia yang menandatangani

informed consent dan bersedia dilakukan pengambilan data.

4. Responden deberikan waktu selama 20 menit untuk mengisi kuesioner.

Lansia yang tidak mampu untuk membaca dilakukan pendampingan

oleh peneliti

5. Setelah selesai pengisian kuesioner data dikumpulkan peneliti dan di

lakukan pengecekan kelengkapan isian kuesioner. Seluruh data telah

terisi lengkap oleh responden

6. Setelah data terisi lengkap. Peneliti memberikan reward sebagai ucapan

terimakasih

F. Pengolahan data

pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:

1. Editing

40
Yaitu pengecekkan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan

baik data yang tidak logis dan meragukan.

2. Coding

Yaitu pemberian kode pada tiap data yang termasuk dalam kategori

yang sama.

3. Tabulating

Yaitu proses penempatan data ke dalam bentuk table yang telah diberi

kode sesuai dengan kebutuhan analisis.

4 Cleaning

Yaitu pembersihan data apakah data sudah benar atau belum

G. Analisis data

1. Analisis univariat ( analisis deskriptif )

Analisis univariat bertujuan untuk memperjelas atau mendeskripsikan

karasteristik setiap variable penelitian. Analisis univariat pada

penelitian ini digunakan untuk menganalisis hubungan dukungan

keluarga,teman dan kader dalam peningkatan kunjungan posyandu

lansia. Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi

41
frekuensi dan presentase dari setiap variable dengan menggunakan

rumus

Distribusi frekuensi :

f
p= x 100 %
N

Keterangan :

P : presntase

F : jumlah jawaban berdasarkan kategori

N : jumlah responden

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variable

independent dengan variable dependen. Analisis penelitian ini

dilakukan dengan program komputerisasi data yang telah diperoleh

diuji normalitasnya terlebih dahulu untuk mengetahui data trsebut

terdistribusi normal menggunakan kolmogrov smirnov test jika data

terdistribusi normal maka digunakan uji statistic yaitu paired sampel t-

test ( uji t berpasangan ) digunakan untuk skala data ordinal dengan

distribusi data normal dimana jumlah sampel kurang dari 50 responden

jika tidak terdistribusi normal maka yang digunakan adalah uji

Wilcoxon.

H. Penyajian data

42
Untuk penyajian hasil penelitian, peneliti menggunakan cara penyajian

dalam bentuk table dan narasi.

I. Etika penelitian

Di Indonesia standar etik penelitian kesehatan yang melibatkan manusia

sebagai subjek didasarkan pada asas perikemanusiaan yang merupakan

salah satu dasar falsafah bangsa Indonesia, pancasila. Hal ini kemudian

diatur dalam UU Kesehatan No. 23/1992 dan lebih lanjut diatur dalam PP

No. 39/1992 tentang penelitian dan pengembangan kesehatan.

Etika penelitian memiliki berbagai macam prinsip utama yang perlu

dipahami oleh pembaca, antara lain:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human

dignity). Penelitian ini perlu mempertimbangkan hak-hak subjek

untuk mendapatkan imformasi yang terbuka berkaitan dengan

jalanya penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan

dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan

penelitian (autonomy). Beberapa tindakan yang terkait dengan

prinsip menghormati harkat dan martabat manusia adalah: peneliti

mempersiapkan formulir persetujuan subjek (informed consent)

yang terdiri dari;

a. Penjelasan manfaat penelitian;

b. Penjelasan kemungkinan risiko dan tidak ketidaknyamanan

yang dapat ditimbulkan;

43
c. Penjelasan manfaat yang akan didapatkan;

d. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap peertanyaan yang

diajukan subjek berkaitan dengan prosedur penelitian;

e. Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri kapan saja; dan

f. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan. Namun sering, formulir

persetujuan subjek tidak cukup memberikan proteksi bagi

subjek itu sendiri terutama untuk peneliti dan subjek kelemahan

tersebut dapat diantisipasi dengan adanya prosedur penelitian.

2. Menghormat privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality). Setiap manusia memiliki hak-hak

dasar individu. Pada dasarnya, penelitian akan memberikan akibat

terbukanya informasi individu termasuk informasi yang bersifat

pribadi. Adapun, tidak semua orang menginginkan informasinya

diketahui oleh orang lain, sehingga peneliti perlu memperhatikan

hak-hak dasar individu tersebut. Dalam aplikasinya, peneliti tidak

boleh menampilkan informasi mengenai identitas baik nama

maupun alamat asal subjek dalam kuisioner dan alat ukur apapun

untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas subjek.

Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau identification

number) sebagai pengguna identitas responden.

3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness).

44
Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk

memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur,

hati-hati, professional berperikemanusiaan, dan memperhatikan

faktor-faktor ketetapan, kesaksamaa, kecermatan, intimitas,

psikologis serta perasaan religious subjek penelitian. Lingkungan

penelitian dikondisikan agar memenuhi prinsip keterbukaan, yaitu

kejelasan prosedur penelitian keadilan memiliki bermacam-macam

teori, namun yang terpenting adalah bagaimana keuntungan dan

beban harus didistribusikan di antara anggota kelompok

masyarakat. Prinsip keadilan menekankan sejauh mana penelitian

membagi keuntungan dan beban secara merata atau menurut

kebutuhan, kemampuan, kontribusi, dan pilihan bebas masyarakat.

Sebagai contoh dalam prosedur penelitian, peniliti

mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak subjek untuk

mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama, maupun

sesudah berpartisipasi dalam penelitian.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

(balancing harms and benefits). Peneliti melaksanakan penelitian

sesuai dengan prosedur penelitian guna mendapatkan hasil yang

bermanfaat semaksimal mungkin bagi subjek penelitian dan dapat

digeneralisasikan di tinggkat populasi (benefit cence). Peneliti

memanilisi dampak yang merugikan bagi subjek (nonmaleficence).

45
Apabila intervensi penilitian berpotensi mengakibatkan cedera stres

tambahan, maka subjek dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk

mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stress, maupun kematian

subjek penelitian. Penelitian yang membutuhkan Ethical Clearence

pada dasarnya merupakan seluruh penelitian/riset yang

menggunakan manusia sebagai subjek penelitian harus

mendapatkan Ethical Clearence, baik penelitian melakukan

pengambilan specimen, ataupun yang tidak melakukan

pengambilan spesimen, penelitian/riset yang dimaksud adalaah

penelitian biomedik yang mencakup riset pada farmasetik, alat

kesehatan, radiasi dan pemotretan, prosedur bedah, rekam

medis,sampel biologik, serta penelitian epidemiologik, sosial dan

psikososial

46
DAFTAR PUSTAKA

Dinkes Provinsi Sulteng.(2020).profil kesehatan. Dinas Kesehatan Provensi Sulawesi


Tengah.
Dinkes Kota Palu.(2020).profil kesehatan. Dinas Kesehatan Kota Palu.
Puskesmas Talise.(2021).profil kesehatan. Puskesmas TAlise.
Alamsyah, T. Suparyanto. & Mujahidullah.(2018). Hubungan Pengetahuan
Posyandu Lansia dan Dukungan Keluarga terhadap Kegiatan Posyandu Lansia.
Jurnal kebidanan,3(1):1–14.
Fakhari, A. Farahbakhsh, M. Azizi, H. Esmaeili, ED. Mirzapour, M. Rahimi, VA,,
Hashemi, L. & Gaffarifam, S.(2020).Early marriage and negative life events affect
on depression in young adults and adolescents. Archives of Iranian Medicine,
23(2):90–98.
Fitrah, M. Suseno. & Luthfiyah.(2017).Metodologi penelitian. Dalam Ruslan dan
Moch, ME.(Eds). penelitian kualitatif, tindakan kelas & studi kasus. CV
jejak:Bandung.
Harahap, DS.(2020). hubungan dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu
lansia. Jurnal keperawatan priority.4(2):26-34.
Jisun, TF.(2016). Early Marriage of Women The Case of Bangladesh. World Journal
ofSocialSciences,6(2):51–61.
Jumu, L. (2017). The Effectiveness of the Social Support of Family, Peers, Cadres of
Posyandu Activity against Elderly Posyandu Activity in the Village Yendidori
District of Biak Numfor Regency, Papua Province. International Journal of
ScienceandResearch(IJSR),6(12):1816–1824.
Lestari, YA.Yulianto, Y. Hartono, A. Indrawati, I. Putri, M. & Yunita R.(2018).
Motivation of the Elderly and Elderly Visits To the Elderly Integrated Service
Post (Posyandu Lansia) in Klampisan Hamlet, Kedunggede Village, Dlanggu
Sub-District, Mojokerto District Nurse and Health. Jurnal
Keperawatan,7(2):124–132. https://doi.org/10.36720/nhjk.v7i2.47
Mertha jaya. Mamik.& I made L.(2020). Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif
(pertama).Jurnal Anak Hebat Indonesia, 6(1):18-29
Sugiyono.(2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
ALFABETA.jurnal ilmiah media husada,9(2):88-99
Rahman, R. & Jalius, J. (2020). The Relationship of Knowledge With Elderly’s
Motivation Following Posyandu For The Elderly in Jorong Jorong Baruah
Gunuang SPEKTRUM. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah (PLS),8(4):460.

47
https://doi.org/10.24036/spektrumpls.v8i4.110084
Suarmini, K A, Bukian, PA WY. Megaputri, PS. & Dewi, NK NS. (2020). PKM:
improving the posyandu elderly capacity to improve the degree of elderly health.
ABDIMAS TALENTA. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2):281–288.
https://doi.org/10.32734/abdimastalenta.v4i2.3925
Endarwati, S. (2019). Minat Lansia Berkunjung Ke Posyandu Lansia The to o Visit
Posyandu Lansia.Jurnal Kebidanan, 8(2): 69–72.
Kesehatan, MP. Masyarakat, FK. Diponegoro, U, & Lansia, P. (2021). determinan
perilaku terhadap keaktifan kunjungan.Ilimu Keperawatan Dan Kebidanan,
12(2):263–269.
Lansia, PP. (2020). the role of cadres with community motivation in the utulization.
jurnal pengapdian masyarakat, 2(1):1-7.
Saraswati, R. (2021). Peningkatan Pemahaman Kader Lansia di Posyandu Desa
Bijiruyung Sempor Kebumen. jurnal publikasi kesehatan masyarakat indonesia
7(1):25–29.
Sinuraya, J B, Ramadani, R, & Indonesia, U P. (2019). faktor-faktor yang berhubungan
dengan rendahnya kunjungan posyandu lansia.jurnal Kesehatan Masyarakat Dan
Gizi, 2(1):34–39.
Elis Agustina.2017.kuesioner hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia
mengikuti kegiatan posyandu.Skripsi.tidak dipublikasikan. Jurusan Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.
Siti, R. Ade, M S. Muhammad A.(2020). Description of Family Support For The
Elderly In Participating Activities In Posyandu at Mawar Merah Region
Health Center Juanda Samarinda. kesehatan pasak bumi Kalimantan,3(1):41-
45. http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JKPBK
Mindianata, P.( 2018 ). faktor-faktor yang berpengaruh terhadap niat keaktifan
lansia dalam mengikuti posyandu lansia.Promkes 6(2):213 – 225.
Adelia, G. Holidy, I. & Idawati, M. (2016). hubungan dukungan keluarga dengan
kunjungan lansia keposyandu:Keperawatan,XII( 2):1907-0357.

48
LAMPIRAN
INFORMED CONSENT
Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang
akan dilakukan oleh wildawati dengan judul HUBUNGAN DUKUNGAN
KELUARGA, DENGAN PENINGKATAN KUNJUNGAN POSYANDU
LANSIA. Diwilayah kerja puskesmas talise.
Nama : ..............................................
Alamat : ..............................................
No. Telepon/HP : .............................................

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara
sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi
apapun.

Palu, 2022
Saksi Yang Memberikan Persetujuan

………………………………… ……………………………….

Mengetahui,
Pelaksana Penelitian

49
Wildawati
Nim : PO7124318080

LEMBAR KUESIONER

HUBUNGAN DUKUNGAN KLUARGA DENGAN PNINGKATAN

KUNJUNGAN POSYANDU LANSIA

A. Data demografi

Isilah pertanyaan data degrafi dibawah ini :

a. Nama :

b. Umur :

c. Jenis kelamin :

d. Pekerjaan :

e. Suku :

f. Pendidikan :

Berilah tanda centang (√ ) pada salah satu jawaban yang dianggap paling

tepat sebagi berikut.

No Pertanyaan Ya Tidak

Dukungan instrumental

50
1. Keluarga membantu lansi dalam masalah

perekonomian dengan memberikan dana

2. Keluarga peduli dengan makan dan minum

yang dikonsumsi lansia

3. Keluarga tidak menemani saat lansia sakit

4. Keluarga membantu melakukan aktivitas

lansia yang tidak bisa lansia lakukan.

Dukungan informasional

5. Keluarga memberikan kekuatan pada lansia

untuk mengatasi rasa takut saat mengikuti

kegiatan posyandu lansia

6. Keluarga mencari informasi tentang

posyandu lansia

7. Keluarga tidak memberikan dukungan

kepada lansia dalam mengikuti kegiatan

posyandu lansia.

Dukungan emosional

8. Keluarga memberikan semagat kepada lansia

untuk tetap mengikuti kegiatan posyandu

lansia.

9. Keluarga memberikan suasana nyaman

51
dirumah kepada lansia

10. Keluarga melarang lansia untuk tetap

menjalin hubungan hubungan dengan

lingkungan .

11. Keluarga tidak membiarkan lansia bersedih.

Dukungan penghargaan

12. Keluarga memberikan nasehat pada lansia

agar tetap mengikuti kegiatan posyandu

lansia

13. Keluarga memberikan penghargaan kepada

lansia yang selalu mengikuti posyandu.

14. Keluarga memberikan semagat kepada lansia

untuk tetap melakukan aktivitas sehari-hari.

15. Keluarga memuji tindakan lansia dalam

melakukan aktivitas sehari-hari.

Diadopsi dan dimodifikasi dari kuesioner hubungan dukungan keluarga

dengan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu.

(Elis Agustina 2017)

52
BLUE PRINT

NO DUKUNGAN KLUARGA PILIHAN

JAWABAN

Dukungan instrumental

1. Keluarga membantu lansi dalam masalah Ya

perekonomian dengan memberikan dana

2 Keluarga peduli dengan makan dan minum yang Ya

dikonsumsi lansia

3 Keluarga tidak menemani saat lansia sakit Tidak

4 Keluarga membantu melakukan aktivitas lansia Ya

yang tidak bisa lansia lakukan.

Dukungan informasional

53
5 Keluarga memberikan kekuatan pada lansia Ya

untuk mengatasi rasa takut saat mengikuti

kegiatan posyandu lansia

6 Keluarga mencari informasi tentang posyandu Ya

lansia

7 Keluarga tidak memberikan dukungan kepada Tidak

lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu

lansia.

Dukungan emosional

8 Keluarga memberikan semagat kepada lansia Ya

untuk tetap mengikuti kegiatan posyandu lansia.

9 Keluarga memberikan suasana nyaman dirumah Ya

kepada lansia

10 Keluarga melarang lansia untuk menjalin Tidak

hubungan hubungan dengan lingkungan .

11 Keluarga tidak membiarkan lansia bersedih. Ya

Dukungan penghargaan

12 Keluarga memberikan nasehat pada lansia agar Ya

tetap mengikuti kegiatan posyandu lansia

13 Keluarga memberikan penghargaan kepada Ya

lansia yang selalu mengikuti posyandu.

14 Keluarga memberikan semagat kepada lansia Ya

54
untuk tetap melakukan aktivitas sehari-hari.

15 Keluarga memuji tindakan lansia dalam Ya

melakukan aktivitas sehari-hari.

55

Anda mungkin juga menyukai