MAKALAH KAIDAH KAIDAH USHUL FIQIH Aisyah Ardi
MAKALAH KAIDAH KAIDAH USHUL FIQIH Aisyah Ardi
Disusun Oleh:
Aisah (12209004)
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmad dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kaidah-Kaidah Ushul
Fiqih” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Fiqih dan Ushul Fiqih. Selain itu makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan penulisnya. Kami tau makalah
ini jauh darikata sempurna. Oleh karena itu dibutuhkan kritik dan saran yang membangun
agar lebih baik kedepannya.
Kelompok 11
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Amar
2
Satria Effendi M. Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenada Media, 2005), h. 185-186
bukan ditarik dari perintah itu sendiri, tetapi dari dalil lain,
misalnya secara umum terkandung dalam ayat 148 surah al-
Baqarah:
2. Nahy
ُّ اجتَنِبُوا َق ْو َل
الزو ِر ِ
ْ األوثَان َو
ِ الرج
ْ س م َن
ِ َف
َ ْ ِّ اجتَنبُوا
ْ
Artinya: “Maka, jauhilah kekotoran itu, yakni berhala-berhala,
dan jauhilah pula perkataan dusta”.
ان َوِإيتَ ِاء ِذي الْ ُق ْرىَب َو َيْن َهى َع ِن ِ ِإ َّن اللَّه يْأمر بِالْع ْد ِل واإلحس
َ ْ َ َ ُُ َ َ
الْ َف ْح َش ِاء َوالْ ُمْن َك ِر َوالَْب ْغ ِي يَعِظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكُرو َن
Artinya: “Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat adil dan
kebaikan, memberi kepada kaum kerabat, melarang perbuatan
keji, mungkar dan aniaya; Dia menasihati kamu supaya kamu
mengambil pelajaran”.
3. Format kalimat afirmatif yang digunakan untuk maksud
menetapkan larangan, baik menggunakan kata harrama berikut
turunannya (bentuk tashrif-nya) dan frasa la yahillu.
ِ ِ ِ َّ
َ ين َآمنُوا ال حَي ُّل لَ ُك ْم َأ ْن تَرثُوا الن
ِّساءَ َك ْر ًها َ يَا َأيُّ َها الذ
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagimu
mempusakai perempuan dengan jalan paksa. (QS. an-Nisaa’
(4): 19).”
مِم ِ
ُ َوال حَي ُّل لَ ُك ْم َأ ْن تَْأ ُخ ُذوا َّا آَتْيتُ ُم
وه َّن َشْيًئا
“Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu yang telah
kamu berikan kepada mereka. (QS. al-Baqarah (12): 229
1. ‘Am (Umum)
Lafal ‘am (umum) ialah lafal yang diciptakan untuk pengertian
umum sesuai dengan pengertian lafal itu sendiri tanpa dibatasi
dengan jumlah tertentu. Hakikat dari lafal ‘am adalah pertama,
lafaz itu hanya terdiri dari satu pengertian secara tunggal.
Kedua, lafaz tunggal itu mengandung beberapa afrad (satuan
pengertian). Ketiga, lafaz yang tunggal itu dapat digunakan
untuk setiap satuan pengertiannya secara sama dalam peng-
gunaannya. Keempat, bila hukum berlaku untuk satu lafaz,
maka hukum itu berlaku pula untuk setiap afrad (satuan
pengertian) yang tercakup di dalam lafaz itu3
ض مَجِ ًيعا ِ
ْ ُه َو الَّذي َخلَ َق لَ ُك ْم َما يِف
ِ األر
3
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid II, h. 47
Dialah Allah yang menjadikan untukmu segala yang ada di bumi
secara keseluruhan (jami’an)...
َو َم ْن َقتَ َل ُمْؤ ِمنًا َخطًَأ َفتَ ْح ِر ُير َر َقبَ ٍة ُمْؤ ِمنَ ٍة َو ِديَةٌ ُم َسلَّ َمةٌ ِإىَل َْأهلِ ِه
َّ َِإال َأ ْن ي...
ص َّدقُوا
.. dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tidak
disengaja (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba
sahaya yang beriman serta membayar diyat yang diserahkan
kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka
(keluarga terbunuh) bersedekah...
ِ
ُ وه َّن ِإ َذا آَتْيتُ ُم
وه َّن ُ اح َعلَْي ُك ْم َأ ْن َتْنك ُح
َ َوال ُجن...
َ
“.. Dan tidak ada dosa (la junah) atas kamu mengawini
ين يَْأ ُكلُو َن َْأم َو َال الْيَتَ َامى ظُْل ًما ِإمَّنَا يَْأ ُكلُو َن يِف بُطُوهِنِ ْم ِ َّ ِإ
َ َّن الذ
صلَ ْو َن َسعِ ًرياْ َنَ ًارا َو َسي
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak
yatim secara lalim, sebenarnya mereka itu menelan api
sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api
yang menyala-nyala (neraka)”.
2.Khas
Lafal khas adalah lafal yang mengandung satu
pengertian secara tunggal atau beberapa pengertian yang
terbatas. Para ulama ushul fiqh sepakat, bahwa lafal khas
dalam nash syara’, menunjuk kepada pengertiannya yang khas
secara qath’i (pasti) dan hukum yang dikandungnya bersifat
pasti selama tidak ada indikasi yang menunjukkan pengertian
lain. Contoh lafal khas adalah surah al-Maidah (5) ayat 89:
...ني ِم ْن َْأو َس ِط َما تُطْعِ ُمو َنِ
َ َّارتُهُ ِإطْ َع ُام َع َشَر ِة َم َساك
َ فَ َكف
َأهلِي ُك ْم َْأو كِ ْس َو ُت ُه ْم...
ْ
"Maka kafarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan
sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu
berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada
mereka".
4
Satria Effendi M. Zein, Ushul Fiqh, h. 206.