Anda di halaman 1dari 3

Pembinaan bahasa indonesia di sekolah

Usaha pembinaan melalui pengajaran bahasa Indonesia melalui sistem persekolahan


dilakukan dengan mempertimbangkan bahasa sebagai satu keseluruhan berdasarkan
kontekspemakaian yang ditujukan untuk peningkatan mutu penguasaan dan pemakaian
bahasa yang baikdengan tidak mengabaikan adanya berbagai ragam bahasa Indonesia yang
hidup dalammasyarakat. Peningkatan mutu pendidikan bahasa itu dilakukan melalui kegiatan
sebagai berikut:
1. pengembangan kurikulum bahasa Indonesia;
2. pengembangan bahan ajar yang sesuai dengankebutuhan siswa dan perkembangan
metodologi pengajaran bahasa;
3. pengembangan tenagakependidikan kebahasaan yang profesional; dan
4. pengembangan sarana pendidikan bahasa yangmemadai, terutama sarana uji
kemahiran bahasa.
Pembinaan bahasa Indonesia di sekolah tidak boleh hanya ditumpukan kepada guru bahasa,
melainkan semua pihak yang terlibat di sekolah. Mulai dari Kepala Sekolah, guru-guru mata
pelajaran lain, karyawan, hingga siswa itu sendiri.
Hal ini dapat dilakukan, antara lain dengan cara:
(1) menciptakan suasana kondusif yang mampu merangsang anak untuk berbahasa secara
baik dan benar,
(2) membiasakan siswa menggunakan tutur lengkap dan tutur ringkas, dan
(3) menyediakan buku-buku yang baik bagi siswa.
Pertama, menciptakan suasana kondusif yang mampu merangsang anak untuk berbahasa
secara baik dan benar. Guru sebagai pihak yang paling akrab dengan siswa di sekolah harus
mampu memberikan keteladanan dalam hal penggunaan bahasa, bukannya malah melakukan
”perusakan” bahasa melalui ejaan, kosakata, maupun sintaksis seperti yang selama ini kita
saksikan.
Kedua, tutur lengkap dan tutur ringkas. Tutur lengkap (elaborated code) dan tutur ringkas
(restricted code) adalah dua istilah yang dimunculkan oleh Basil Berstein dari London
University. Menurut Berstein, tutur lengkap cenderung digunakan dalam situasi-situasi
seperti debat formal atau diskusi akademik. Sedangkan, tutur ringkas cenderung digunakan
dalam suasana tidak resmi seperti dalam suasana santai.
Dalam kaitan dengan pemerolehan bahasa oleh seseorang anak, maka tutur lengkap dan tutur
ringkas perlu diangkat ke permukaan. Tutur lengkap tentu saja mengandung kalimat-kalimat
yang lengkap dan sesuai dengan tuntutan kaidah-kaidah sintaktis yang ada. Ungkapan-
ungkapan dinyatakan secara jelas. Perpindahan dari kalimat yang satu ke kalimat yang
lainnya terasa runtut dan logis, tidak dikejutkan oleh faktor-faktor non-kebahasaan yang
aneh-aneh.
Tutur ringkas sering mengandung kalimat-kalimat pendek, dan biasanya hanya dimengerti
oleh peserta tutur. Orang luar kadang-kadang tidak dapat menangkap makna tutur yang ada,
sebab tutur itu sangat dipengaruhi antara lain faktor-faktor non-kebahasaan yang ada pada
waktu dan sekitar pembicaraan itu berlangsung. Bahasa yang dipakai dalam suasana santai
antara sahabat karib, sesama anggota keluarga, antar teman, biasanya berwujud singkat-
singkat seperti itu.
Ketiga, menyediakan buku yang ”bergizi”, sehat, mendidik, dan mencerahkan bagi dunia
anak. Buku-buku yang disediakan tidak cukup hanya terjaga bobot isinya, tetapi juga harus
betul-betul teruji penggunaan bahasanya sehingga mampu memberikan ”vitamin” yang baik
ke dalam ruang batin anak. Perpustakaan sekolah perlu dihidupkan dan dilengkapi dengan
buku-buku bermutu, bukan buku ”kelas dua” yang sudah tergolong basi dan ketinggalan
zaman.
Dengan menjadikan sekolah sebagai basis dan sasaran utama pembinaan bahasa, kelak
diharapkan generasi bangsa yang lahir dari ”rahim” sekolah benar-benar akan memiliki
kesetiaan, kebanggaan, dan kecintaan yang tinggi terhadap bahasa negerinya sendiri, tidak
mudah larut dan tenggelam ke dalam kubangan budaya global yang kurang sesuai dengan
jatidiri dan kepribadian bangsa. Bahkan, bukan mustahil kelak mereka mampu menjadi
”pionir” yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa Iptek yang berwibawa dan
komunikatif di tengah kancah percanturan global, tanpa harus kehilangan kesejatian dirinya
sebagai bangsa yang tinggi tingkat peradaban dan budayanya. Melahirkan generasi yang
memiliki idealisme dan apresiasi tinggi terhadap penggunaan bahasa Indonesia secara baik
dan benar memang bukan hal yang mudah. Meskipun demikian, jika kemauan dan kepedulian
dapat ditumbuhkan secara kolektif dengan melibatkan seluruh komponen bangsa, tentu bukan
hal yang mustahil untuk diwujudkan. Pembinaan bahasa Indonesia di sekolah tidak boleh
hanya ditumpukan kepada guru bahasa, melainkan semua pihak yang terlibat di sekolah.
Mulai dari Kepala Sekolah, guru-guru mata pelajaran lain, karyawan, hingga siswa itu
sendiri.

Hal ini dapat dilakukan, antara lain dengan cara:


(1) menciptakan suasana kondusif yang mampu merangsang anak untuk
berbahasa secara baik dan benar
(2) membiasakan siswa menggunakan tutur lengkap dan tutur ringkas, dan
(3) menyediakan buku-buku yang baik bagi siswa.
Pertama, menciptakan suasana kondusif yang mampu merangsang anak untuk
berbahasa secara baik dan benar.

Mengingat kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia yang sangat penting, maka perlu
dilakukan pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan untuk tetap
menjaga kelestarian bahasa Indonesia. Sebagai institusi pendidikan, sekolah dinilai
merupakan ruang yang tepat untuk melahirkan generasi yang memiliki kecerdasan linguistik
(bahasa). Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
1. menciptakan suasana kondusif yang mampu merangsang anak untuk berbahasa secara
baik dan benar,
2. membiasakan siswa menggunakan tutur lengkap dan tutur ringkas, dan
3. menyediakan buku-buku yang baik bagi siswa.

Patut diingat bahwa membina bahasa Indonesia bukan hanya menjadi tanggung jawab
para pakar bahasa yang berkecimpung dalam dalam bahasa dan sastra Indonesia,
tetapi juga menjadi tanggung jawab semua putra dan putri Indonesia yang cinta tanah
air, bangsa dan bahasa. Dengan perkataan lain, membina bahasa Indonesia itu menjadi
kewajiban kita semua, bangsa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai