Anda di halaman 1dari 27

MENGUNGKAP PEMBIAYAAN ATAS RITUAL ADAT SANTI

SUKU TENGGER BROMO SEMERU DALAM


BINGKAI AKUNTANSI BUDAYA

PROPOSAL UNTUK SKRIPSI

Oleh:
NIKEN AYU PUSPITASARI
NIM: G92219107

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2023

i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN.................................................................................................. 3
1.1. Latar belakang masalah ............................................................................ 3
1.2. Identifikasi dan batasan masalah .............................................................. 7
1.3. Rumusan masalah ..................................................................................... 7
1.4. Tujuan penelitian ...................................................................................... 8
1.5. Manfaat penelitian .................................................................................... 8
1.5.1. Manfaat Teoritis ................................................................................ 8
1.5.2. Manfaat Praktis ................................................................................. 8
BAB II .................................................................................................................. 10
LANDASAN TEORI........................................................................................... 10
2.1. Penelitian terdahulu ................................................................................ 10
2.2. Kajian teoritis ......................................................................................... 13
2.2.1. Suku Tengger Desa Ranu Pani ........................................................ 13
2.2.2. Ritual adat santi ............................................................................... 15
2.2.3. Pembiayaan dalam bingkai akuntansi budaya................................. 17
BAB III ................................................................................................................. 20
METODE PENELITIAN ................................................................................... 20
3.1. Jenis penelitian ....................................................................................... 20
3.2. Lokasi dan waktu penelitian ................................................................... 21
3.3. Jenis dan sumber data ............................................................................. 21
3.3.1. Data Primer ..................................................................................... 21
3.3.2. Data sekunder .................................................................................. 22
3.4. Teknik pengumpulan data ...................................................................... 22
3.4.1. Observasi ......................................................................................... 22
3.4.2. Wawancara ...................................................................................... 22
3.4.3. Dokumentasi ................................................................................... 23
3.5. Teknik analisis data ................................................................................ 24
3.5.1. Reduksi Data ................................................................................... 24
3.5.2. Penyajian data ................................................................................. 24
3.5.3. Penarikan kesimpulan ..................................................................... 25
3.6. Uji keabsahan data .................................................................................. 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang masalah

Indonesia memiliki ragam kebudayaan yang didasarkan pada adat istiadat,

suku, budaya, agama. Setiap kebudayaan yang tumbuh dalam suatu daerah atau

suku memiliki ciri khas yang membedakannya dengan kebudayaan yang masih

dalam ruang lingkup sama. Kebudayaan yang menjadi ciri khas dipengaruhi

oleh pola sosial maupun pola perekonomian khusus dan telah disesuaikan

dengan masyarakat dan norma sosial yang berlaku. Salah satu kebudayaan

yang masih kental dan tetap terpelihara dengan baik tanpa adanya masukan

unsur baru dari luar adalah budaya yang ada di Jawa Timur, salah satu suku

yang mendiami pulau jawa dengan kekentalan kebudayaan dan adat istiadat

adalah Suku Tengger yang mendiami daerah Bromo Tengger Semeru. Suku

Tengger merupakan salah satu dari ribuan suku di Indonesia. Sukari,dkk (2004)

menjelaskan bahwa masyarakat Tengger hidupnya di kawasan lereng gunung

Bromo dan Semeru, terdapat 4 kabupaten yang menjadi tempat tinggal

masyarakat suku Tengger, yaitu Kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Malang

dan Lumajang Provinsi Jawa Timur. Maksum (2015) menjelaskan bahwa

sejarah keberadaan masyarakat Tengger terdapat beberapa versi yaitu

komunitas masyarakat Tengger yang tinggal di kawasan lereng Gunung Bromo

berasal dari pelarian Majapahit di akhir periode kekuasaannya yang kalah oleh

3
kekuasaan Islam Demak. Akan tetapi, menurut pendapat lainnya, entitas suku

Tengger telah mendiami daerah sekitar Gunung Bromo sebelum era Majapahit.

Masyarakat Suku Tengger sebagian besar bermata pencaharian sebagai

petani. Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan alam pegunungan yang berbukit-

bukit. Menurut Subagiarta (2015) wilayah Tengger merupakan daerah

pegunungan yang berada dilereng Gunung Bromo dengan kemiringan yang

cukup tajam sampai mencapai 45 derajat dengan ketinggiannya mencapai

1776m di atas permukaan laut dengan iklim tropis, yang mana pada musim

kemerau udaranya sangat dingin yakni pada siang hari suhunya berkisar 5’ C

sampai 16’C sedangkan pada malam hari paling tinggi 8’C, serta hujannya

cukup tinggi, basah berkabut saling bergantian, sehingga sinar matahari dapat

dilihat hanya 6 jam sehari yakni antara pukul 08.00 sampai 12.00 siang atau

sore hari. Musim hujan terjadi pada bulan Juni sampai bulan Desember bahkan

terkadang sampai bulan Januari dan curah hujannnya cukup tinggi, sehingga

cocok untuk pertanian ladang yang hanya mengandalkan air hujan saja.

Beberapa penduduk bermata pencaharian sebagai pedagang, petani, dan bidang

jasa lain seperti dalam bidang transportasi, penginapan dan sebagainya.

Ekonomi sebagai pendekatan terhadap sosial kultural masyarakat melalui

sumberdaya keuangan bahwa peran budaya memberikan kontribusi ekonomi

pada masyarakat pemilik budaya, termasuk pendapatan dari adanya wisatawan

yang menyaksikan sebuah kebudayaan (Klamer, 2002). Dalam praktiknya,

akuntansi dipandang sebagai bentuk disiplin dari aktivitas budaya yang

memberikan sudut pandang alternatif dalam melihat kemunculan dan peran

4
akuntansi dalam kaitannya dengan ruang lingkup organisasi dan akuntansi

sosial (Sukoharsono & Qudsi, 2008). Menurut Perera (1989), setiap sistem

akuntansi adalah produk dari budaya dan lingkungannya yang spesifik. Muller

dkk. (1994; p.1) juga mencatat, 'Akuntansi dibentuk oleh lingkungan di mana

ia beroperasi'. Dengan kata lain, pola akuntansi yang berbeda dikaitkan dengan

berbagai faktor budaya seperti nilai-nilai sosial, agama, sistem politik, dan latar

belakang sejarah. Budaya adalah pengaruh kuat yang mendasari perilaku

manusia dan nilai-nilai sosial, dan dampaknya terhadap praktik akuntansi tidak

dapat diremehkan. Salah satu dimensi akuntansi yang berkaitan dengan

kebudayaan adalah pegungkapan, yaitu adanya biaya yang timbul dari

persembahan ritual adat yang dihasilkan oleh aktivitas perekonomian

masyarakat.

Kekentalan adat Suku Tengger dapat dinilai saat pelaksanaan hari raya

karo. Hari Raya Karo atau disebut juga Pujan Karo yang terdiri dari berbagai

macam ritual dan dilaksanakan oleh seluruh warga desa khususnya yang

beragama Hindu, namun semakin berkembangnya zaman semua umat

beragama ikut melaksanakan perayaan hari raya karo. Hari Raya Karo atau

Yadnya Karo merupakan perayaan kedua setelah Yadnya Kasada tepatnya

dibulan kedua dari 12 bulan menurut kalender Suku Tengger. Hari raya karo

dilakukan selama beberapa hari dan setiap harinya memiliki ritual adat yang

berbeda. Di desa Ranu Pani, rangkaian perayaan hari raya karo dimulai dengan

kesenian tayup / tandak, kesenian ujung, kesenian jaranan tengger, pagelaran

musik, ritual punden, ritual danyang, lalu dilanjutkan dengan ritual santi, andon

5
mangan, dan nyadran. Penelitian ini berfokus pada pembiayaan yang terjadi

atas kegiatan ritual adat santi. Santi adalah upacara yang dilaksanakan di setiap

rumah-rumah masyarakat Tengger. Dukun didampingi oleh stafnya akan

berkeliling ke setiap rumah warga untuk melaksanakan upacara ini. Untuk satu

desa, biasanya memakan waktu hingga satu minggu lebih. Menurut paparan

Dukun Pandita Tengger, hakikat santi adalah untuk megundang roh-roh leluhur

keluarga. Kemudian, mereka ‘diberi’ sesaji. Setelah itu, ‘disuruh makan’.

Selanjutnya, keluarga berbakti kepada para leluhur tersebut atau mendoakan

agar arwah para leluhur mereka tenang di alamnya. Sesaji yang disiapkan untuk

ritual santi inilah yang akan menjadi penelitian saat ini.

Proses akuntansi dalam pelaksanaan kegiatan upacara adat dilakukan

dengan pertimbangan faktor sosial dan budaya masyarakat setempat, faktor

lingkungan dan perekonomian yang disesuaikan dengan peraturan normatif

atas pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan upacara adat santi. Dari latar

belakang tersebut, terlihat bahwa masyarakat Tengger memiliki potensi

penelitian yang menarik dengan corak khas kebudayaannya untuk mengungkap

pembiayaan dalam ritual adat santi dalam bingkai akuntansi budaya. Aktivitas

dalam upacara adat daerah akan mengeluarkan sejumlah uang (ada arus kas

yang keluar) yang disertai dengan adanya pemasukan (ada arus kas yang

masuk). Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas (cash

equivalent) atau investasi yang sifatnya sangat liquid, berjangka pendek dan

yang cepat dapat di jadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko

perubahan nilai yang signifikan (IAI, 2004). Pengelolaan sumber dana dari

6
organisasi kemasyarakatan suku tengger menggunakan proses pencatatan yang

lebih sederhana. Pada penerapannya, pencatatan sumberdana lebih berfokus

pada aliran arus kas keuangan. Biaya ritual uacara adat santi dipandang sebagai

biaya tetap yang dikeluarkan oleh masyarakat Tengger setiap tahun. Hal ini

disebabkan karena akuntansi muncul dan berkembang dari nilai-nilai dalam

konteks organisasi dan komunitas tertentu (Triyuwono, 2000).

1.2. Identifikasi dan batasan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas,

penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1.2.1. Ritual adat santi merupakan salah satu rangkaian upacara adat suku

tengger bromo semeru saat perayaan yadnya karo atau hari raya karo.

Kegiatan tersebut memerlukan beberapa sesaji wajib bagi seluruh warga

suku tengger yang berarti akan terjadi pembiayaan.

1.2.2. Pembiayaan atas ritual adat santi merupakan pengeluaran tetap yang

dikeluarkan saat perayaan hari raya karo. Pembiayaan ini akan menjadi

informasi penting bagaimana suku tengger melakukan proses pencatatan

dalam kegiatan transaksi atas ritual adat santi.

Penelitian ini hanya akan membahas seputar pembiayaan atas ritual adat

santi yang dilakukan oleh suku tengger bromo semeru desa Ranu Pani dalam

bingkai akuntansi budaya.

1.3. Rumusan masalah

Dari hasil identifikasi dan batasan masalah di atas, penulis menemukan

masalah yang akan menjadi pembahasan pokok dalam penelitian ini, yaitu :

7
1.3.1. Bagaimana Perhitungan penetapan biaya atas Ritual Adat Santi Desa

Ranu Pani Kabupaten Lumajang ?

1.3.2. Apakah jenis sesaji dalam Ritual Adat Santi Desa Ranu Pani ditentukan

berdasarkan faktor pendapatan ?

1.4. Tujuan penelitian

Dari hasil rumusan masalah yang telah dipaparkan, yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai pembiayaan yang

terjadi atas ritual adat santi suku tengger Bromo Semeru di Desa Ranu Pani

dalam bingkai akuntansi budaya serta untuk mengetahui apakah jenis sesaji

dalam Ritual Adat Santi ditentukan berdasarkan faktor pendapatan.

1.5. Manfaat penelitian

1.5.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan ilmu

ekonomi khususnya akuntansi, bahwasannya ilmu akuntansi tidak hanya

membahas akuntansi secara general saja tetapi ilmu akuntansi juga

membahas mengenai adat, sosial, dan budaya sehingga akuntansi dapat

ditemukan hampir di seluruh aspek kehidupan. Diharapkan juga

penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat dan generasi penerus untuk

menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai kebudayaan,

khususnya mengenai budaya Suku Tengger dalam ritual adat santi. Serta

hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan sumber informasi bagi

peneliti di bidang yang sama

1.5.2. Manfaat Praktis

8
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan

tambahan informasi mengenai salah satu budaya yang ada di Provinsi

Jawa Timur umumnya, dan masyarakat desa Ranu Pani kabupaten

khususnya. Serta diharapkan dengan adanya tulisan ini menjadi salah

satu upaya dalam melestarikan budaya-budaya yang ada di lingkungan

masyarakat.

9
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1. Penelitian terdahulu

Fitriana, Sopanah dan Kojanah (2022), melakukan penelitian dengan

judul “Mengungkap akuntansi budaya atas pembiayaan ritual upacara adat

kasada suku tengger bromo semeru”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui sisi budaya dari pembiayaan upacara adat kasada suku tengger.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan naturalistik dan

jenis data penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara

dan dokumentasi dan data sekunder melalui observasi.

Abdul Manan (2014), melakukan penelitian berjudul “Akuntansi dalam

perspektif budaya jawa : sebuah study etnografi pada pedagang keliling di kota

Semarang”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perspektif

budaya jawa mengenai pengertian akuntansi. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu kualitatif dengan pendekatan etnografi dan jenis data dari

penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Ni Ketut Suryani, I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, I Putu Sudana, I Gde

Ary Wirajaya (2021) melakukan penelitian dengan judul “Menguak konsep

harga dan laba di balik transaksi banten”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk

mengungkap konsep harga dan laba di balik budaya transaksi banten yang

dilakukan oleh kelompok etnik keagamaan. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan etnografi dan jenis data dari

10
penelitian ini yaitu data primer yang diperoleh melalui informan dan data

sekunder yang diperoleh melalui observasi dari berbagai sumber.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah

sama-sama melakukan penelitian dengan topik akuntansi dalam lingkup

budaya dengan menggunakan pendekatan etnografi. Meskipun penelitian

terdahulu memiliki judul dan pembahasan berbeda dengan penelitian sekarang,

namun persamaan mengenai akuntansi dalam lingkup budaya tersebut yang

dapat membuat penelitian sekarang dapat lebih berkembang dengan pemikiran-

pemikiran peneliti terdahulu.

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu

No. Peneliti Subjek dan Sasaran Hasil Penelitian

(Tahun) Objek sumber dan

Penelitian Metode

Analisis

1. Fitriana Subjek dari Sasaran Berdasarkan hasil

Nur Ica penelitian ini sumber wawancara dan

Dewi, adalah suku penelitian ini analisis data tidak

Sopanah, Tengger yaitu dukun ada jumlah paten

Khojanah Bromo adat Pandhita, kuantitas

Hasan Semeru desa kepala desa persembahan untuk

(2022) Ngadas. Ngadas, kepala ritual kasada,

Objeknya dusun dan pembiayaan

yaitu beberapa dilakukan melalui

11
pembiayaan warga desa swadaya, sistem

atas ritual adat Ngadas. pelaporan keuangan

kasada Sedangkan ritual Kasada sangat

metode sederhana dan belum

analisis yang mengikuti standar

digunakan yang ditetapkan,

yaitu namun dari sisi

pendekatan administrasi

naturalistik keuangan dinilai

dengan metode cukup baik, ada

observasi, kesesuaian antara

wawancara, pelaksanaan dengan

dan pertanggungjawaban.

dokumentasi.

2. Abdul Subjek dari Sasaran Salah satu domain

Manan penelitian ini sumber yang cukup

(2014) adalah penelitian ini signifikan akan

pedagang yaitu para mengarahkan peneliti

keliling di pedagang dalam menentukan

kota keliling kota fokus penelitian

semarang, semarang. sementara. Dalam hal

sedangkan Sedangkan ini domain yang

objeknya yaitu metode muncul ke

12
pengertian analisis yang permukaan secara

akuntansi digunakan mencolok adalah

dalam yaitu metode sikap nrimo/iklas

perspektif kualitatif yang sedikit banyak

budaya Jawa. dengan merupakan

pendekatan penggambaran dari

etnografi. masyarakat.

3. Ni Ketut Subjek dari Sasaran Penelitian ini

Suryani, I penelitian ini sumber menghasilkan dua

Gusti Ayu yaitu pelaku penelitian ini do- main penting

Nyoman transaksi yaitu pihak dalam akuntansi,

Budiasih, I banten. yang berperan yaitu laba “jasa” dan

Putu Objeknya penting dalam harga. Dalam

Sudana, I yaitu transaksi konsepnya, laba

Gde Ary pemaknaan banten. “jasa” terwakilkan

Wirajaya harga dan laba Metode yang oleh sebuah “rasa”

(2021) dibalik digunakan bahagia dan karma.

transaksi yaitu

banten pendekatan

etnografi

2.2. Kajian teoritis

2.2.1. Suku Tengger Desa Ranu Pani

13
Pengertian Tengger jika dikaitkan dengan kepercayaan yang hidup

dalam masyarakat berarti tenggering budi luhur. Tengger juga memiliki

arti sebagai tanda atau ciri yang memberikan sifat khusus pada sesuatu.

Pengertian Tengger dapat dikatakan sebagai sifat-sifat budi pekerti luhur.

Adapun pengertian Tengger lainnya adalah daerah pegunungan, dalam

hal ini sesuai dengan masyarakat Tengger yang memang tinggal di lereng

pegunungan Tengger dan Semeru.

Adapula legenda Rara Anteng dan Jaka Seger, sepasang suami istri

yang dikisahkan sebagai cikal bakal penghuni daerah Tengger. Legenda

tersebut menceritakan sepasang suami istri yang memiliki 25 anak,

namun salah satu diantaranya (Raden Kusuma) harus dikorbankan

sebagai tumbal dengan dijerumuskan ke dalam kawah Gunung Bromo

demi keselamatan saudara-saudaranya. Dalam kisah ini, Tengger

merupakan singkatan dari kata "Teng" asal kata Anteng dan "Ger" dari

kata Seger. Anteng mengandung arti sifat tak banyak tingkah dan tak

mudah terusik. Makna dari istilah tersebut, seperti diyakini masyarakat

setempat, tercermin pula pada kenyataan bahwa masyarakat Tengger

hidup sederhana, tentram, damai, bergotong- royong, bertoleransi tinggi,

suka bekerja keras.

Desa Ranu Pani merupakan desa yang berada di dalam kawasan

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Secara administratif terletak di

kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Dengan batas administrasi

desa sebelah utara Desa Ngadas Kabupaten Malang sebelah selatan

14
berbatasan dengan Desa Kandang Tepus, sebelah barat dengan Desa

Burno, sebelah timur dengan Desa Argosari. Desa Ranu Pane hanya

terdiri dari 2 dusun, yaitu dusun Besaran dan Sidodadi.

Lokasi Desa Ranu Pani berada di ketinggian sekitar 2200 mdpl, 28

km dari pusat kecamatan senduro dan sekitar 45 km dari pusat kabupaten

Lumajang. Hasil panen unggulan masyarakat tengger adalah kentang,

wortel, dan kubis. Mayoritas masyarakatnya adalah keturunan suku

Tengger. Meski berbeda agama, mereka bisa saling bertoleransi. Selain

pertanian, aspek lain yang mendukung perekonomian adalah pariwisata,

terutama dari pendakian Gunung Semeru.

Dari segi ekonomi, masyarakat tengger Desa Ranu Pani memiliki

kondisi ekonomi yang cukup. Produk pertanian cukup menjanjikan dan

dapat mendukung mereka selama satu tahun penuh. Namun, seiring

dengan meningkatnya kunjungan wisatawan ke Desa Ranu Pani, ada

jenis pekerjaan di bidang selain pertanian yang penting untuk

mendukung pembangunan berkelanjutan yaitu bidang pariwisata. Ini

adalah pilihan yang baik karena sektor pertanian di Desa Ranu Pani

memiliki potensi bencana ekologis.

2.2.2. Ritual adat santi

Ritual adat santi merupakan salah satu rangkaian upacara Hari Raya

Karo yang merupakan hari besar bagi Suku Tengger. Hari Raya Karo

diselenggarakan setiap tahun pada bulan kedua atau Karo. Hari Raya

15
Karo merupakan upacara terbesar kedua di Tengger setelah Yadnya

Kasada. Upacara ini upacara untuk memperingati terciptanya alam

semesta, pawe dalan jagad yang bertujuan sebagai rasa syukur kepada

Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Sang Murbaning Dumadi dan untuk

menghormati arwah leluhur orang Tengger. Pawedalan jagad di sini

meliputi jagad agung dan jagad alit. Sang Hyang Widi Wasa telah

melimpahkan kesuburan tanah dan hasil panen yang melimpah melalui

Ibu Pertiwi dengan kesuburan tanahnya dan Bapa Angkasa dengan

member air hujan untuk menjaga kesuburan tanah.

Inti dari upacara Karo tersebut adalah dikeluarkannya jimat

klonthongan ontokusumo. Jimat Kelontongan milik orang Tengger ini

disimpan di rumah Kepala Desa. Selama satu tahun sekali dikeluarkan

untuk disucikan dengan menggunakan air suci yang berasal dari mata air

Semanik. Orang Tengger meyakini bahwa Semar (Manik Maya) yang

sejatinya adalah Sang Hyang Manik Maya, berada di Tengger.

Orang Tengger juga memaknai upacara ini merupakan hari raya

mereka. Perayaan Upacara Karo dapat berlangsung selama empat belas

hari sebagai serangkaian ritual. Upacara Karo terdiri beberapa macam

ritual, salah satu rangkaian ritual tersebut adalah ritual adat santi.

Ritual adat santi merupakan ritual memanggil dan mengajak seluruh

arwah leluhur mereka untuk hadir di rumah (tekaning ping pitu). Dukun

pandhita akan berkunjung ke setiap keluarga yang mengundang untuk

memberkati rumah mereka. Arwah leluhur yang dipercaya mendiami

16
tempat-tempat tertentu seperti sumber mata air, pundhen, dan makam

diundang untuk hadir di tengah-tengah keluarga. Di setiap rumah, para

arwah leluhur ini disediakan pakaian yang serba baru dan diberi sesaji

selama satu minggu penuh dengan berbagai makanan. Sesaji ini biasanya

diletakkan di atas meja tamu mulai dari makanan ringan sampai makanan

pokok dengan lauk pauk yang lengkap, dan bunga sesaji.

Dalam persiapan ritual adat santi diperlukan berbagai macam sesaji

yang berarti memerlukan biaya, oleh karena itu penelitian ini akan

membahas pembiayaan yang terjadi dalam ritual adat santi dan juga

apakah ada persyaratan dalam penyediaan sesaji berdasarkan

pendapatan.

2.2.3. Pembiayaan dalam bingkai akuntansi budaya

Pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh

suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah

direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain,

pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung

investasi yang telah direncanakan. Menurut Undang-undang perbankan

No. 10 Tahun 1998, pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan

yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu

dengan imbalan atau bagi hasil. Pembiayaan merupakan salah satu

17
bagian dari sekian banyaknya komponen akuntansi. Pembiayaan ini

terjadi dalam lingkup suatu organisasi pemerintah desa yang melibatkan

masyarakat umum.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17

Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Akuntansi adalah

proses identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian,

pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penyajian laporan, serta

penginterpretasian atas hasilnya. Praktek akuntansi pada suatu organisasi

pemerintah tidak hanya dilakukan sesuai dengan peraturan yang

ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka menciptakan pengelolaan

keuangan yang baik, tidak jarang bahwa praktek akuntansi mengikuti

kebudayaan yang dijalankan oleh suatu organisasi pemerintah khususnya

organisasi perangkat desa. Dilihat dari segi pengertian budaya itu sendiri,

budaya merupakan sebuah kebudayaan yang muncul dalam suatu

masyarakat yang telah padu dan memiliki satu kesamaan dalam pola pikir

dan berkehidupan sosial sehingga mampu menumbuhkan suatu ciri

tertentu biasanya berupa kegiatan maupun aktivitas yang dilestarikan dan

diagungkan oleh masyarakat. Bagi organisasi perangkat desa yang

berada di daerah yang terpelosok atau bahkan organisasi pemerintah desa

dengan adat istiadat yang masih kental, tidak jarang masih menggunakan

metode pembukuan manual dengan sistem pencatatan single entry yang

dapat berterima umum bagi masyarakat pengguna laporan keuangan

sebagai bentuk pertanggungjawaban atas dana yang diperoleh dari

18
masyarakat melalui berbagai tradisi dalam penghimpunan maupun

pengalokasiannya. Jadi. Akuntansi budaya merupakan proses

identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran

transaksi dan kejadian keuangan, penyajian laporan, serta

penginterpretasian atas hasilnya dengan mengikuti kebudayaan yang

dijalankan oleh suatu organisasi pemerintah khususnya organisasi

perangkat desa itu sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pembiayaan

dalam bingkai akuntansi budaya adalah pendanaan yang dilakukan oleh

suatu pihak untuk mendukung suatu kegiatan kebudayaan sesuai dengan

standar akuntansi pemerintahan desa itu sendiri.

19
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan

Etnografi. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang harus bersifat “perspektif

emic” artinya memperoleh data bukan “sebagaimana mestinya”, bukan

berdasarkan apa yang dipikirkan oleh peneliti, tetapi berdasarkan sebagaimana

adanya yang terjadi di lapangan, yang dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh

partisipan atau sumber data (Sugiyono, 2017).

Etnografi dapat mendeskripsikan secara detail teori-teori penduduk asli

yang telah diuji dalam situasi kehidupan nyata selama beberapa generasi.

Etnografi bertujuan untuk menjelaskan, menganalisa, dan menafsirkan

kebudayaan, memahami cara hidup orang lain dari sudut pandang mereka

(Malinowski, 1922 dalam Spradley, 1980; Creswell, 2012; Spradley &

McCurdy, 2012). Menurut Spradley (1980) aspek yang dipelajari dalam

budaya adalah kebiasaan (cultural behaviour), pengetahuan (cultural

knowledge), dan artefak kebudayaan (cultural artefact).

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer, data yang

dikumpulkan secara langsung oleh peneliti, data ini didapatkan dari hasil

wawancara dengan narasumber, hasil survey, dan hasil analisis yang langsung

dikerjakan oleh peneliti. Sumber data yang akan dijadikan peneltian diambil

dari narasumber secara langsung yaitu dari Pemangku Adat atau Romo Dukun

desa Ranu Pani. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data sekunder

20
berupa pengetahuan umum yang diakses melalui beberapa jurnal ilmiah dan

internet.

3.2. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Ranu Pani Kabupaten Lumajang. Objek

penelitian diambil berdasarkan ketertarikan penulis untuk melakukan

penelitian mengenai budaya di desa Ranu Pani. Waktu penelitian dilakukan

dari tanggal 10 Januari 2023 sampai 15 Januari 2023

3.3. Jenis dan sumber data

Data merupakan bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan

informasi atau keterangan yang baik. Menurut Lofland, sumber data utama

dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah

data tambahan seperti dokumen, dan lain- lain. Adapun jenis data dibedakan

menjadi dua macam, sebagai berikut:

3.3.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari lapangan yang diperoleh

melalui pengamatan, dan wawancara. Menurut Indriantoro, data primer

merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari

sumber asli, tidak melalui media perantara, karena data primer

dikumpulkan oleh peneliti, maka diperlukan sumber daya yang cukup

memadai, seperti biaya, waktu, tenaga, dan sebagainya. Dalam penelitian

ini penulis menggunakan data primer yang diperoleh dengan melakukan

21
wawancara kepada informan yaitu Romo dukun atau Pemangku adat dan

beberapa penduduk asli desa Ranu Pani.

3.3.2. Data sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh, dan

dicatatat oleh instansi terkait atau pihak lain). Dalam penelitian ini

penulis menggunakan data sekunder seperti jurnal ilmiah dan berita

internet terkait budaya suku tengger.

3.4. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data. Metode yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data, sebagai berikut:

3.4.1. Observasi

Observasi yaitu mengamati objek penelitian secara langsung untuk

melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Observasi memungkinkan

peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan

pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh

dari data.

Secara metodologi, penggunaan observasi dapat mengoptimalkan

kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, kebiasaan,

melihat apa yang terjadi sebagaimana dilihat pada objek penelitian.

3.4.2. Wawancara

22
Wawancara perupakan percakapan dua arah atas inisiatif

pewawancara untuk memperoleh informasi dari informan. Wawancara

digunakan sebagai teknik pengumpulan data dengan menyiapkan

instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis, selain

menggunakan instrumen sebagai pedoman, maka pengumpulan data juga

dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, dan lainnya.

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak

terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik

pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang

informasi apa yang akan diperoleh. Sedangkan wawancara tidak

terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara tersusun secara sistematis.

Pada penelitian ini penulis menggunakan kedua metode wawancara

seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Hal ini dilakukan agar

informan tidak hanya memberikan jawaban-jawaban secara lengkap saja

melainkan agar informan tetap dapat menggunakan istilah-istilah mereka

sendiri mengenai fenomena yang terjadi.

3.4.3. Dokumentasi

Dokumen merupakan sebuah tulisan yang memuat informasi,

bertujuan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian.

Dokumentasi dilakukan dengan mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, handout, dan buku. Demi meningkatkan

tingkat kredibilitas, maka dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis

23
akan menggunakan dokumentasi sebagai pelengkap terhadap hasil

penelitian dari observasi atau wawancara.

3.5. Teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif kualitatif yang dilakukan dalam bentuk uraian atas data kualitatif

yang dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan terhadap

suatu kebenaran atau memperoleh gambaran baru, menguatkan gambaran yang

sudah ada atau sebaliknya. sehingga, bentuk analisis merupakan penjelasan,

bukan merupakan angka-angka statistik atau bentuk angka lainnya. Analisis

data pada penelitian ini menggunakan teknik yang dikemukakan

(Sugiyono:2017) yang mencakup tiga langkah berikut :

3.5.1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,

pengabstraksian dan pentransformasian data kasar dari lapangan. Data

yang diperoleh dari proses wawancara kepada informan penting dari

suku tengger yaitu pemangku adat setempat dan beberapa warga ditulis

secara singkat untuk memudahkan peneliti dalam penganalisaan.

3.5.2. Penyajian data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menarik kesimpulan dan

verifikasi.

24
3.5.3. Penarikan kesimpulan

Dalam tahap ini, peneliti membuat rumusan proposisi yang terkait

dengan logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian

dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang

ada, pengelompokan data yang telah terbentuk, dan proposisi yang telah

dirumuskan. Langkah selanjutnya yaitu melaporkan hasil penelitian

lengkap, dengan “temuan baru” yang berbeda dari temuan yang sudah

ada.

3.6. Uji keabsahan data

Pada penelitian ini, pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik

triangulasi sumber yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data dan

waktu pengumpulan data yang telah ada, peneliti mengumpulkan data

sekaligus menguji kredibilitas data untuk memastikan bahwa data yang

diperoleh sesuai dengan kenyataan yang terjadi (Sugiyono:2013). Dengan ini

peneliti akan melakukan perbandingan data hasil wawancara, hasil observasi,

dan hasil dokumentasi yang berkaitan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Abadiyah, M. (2020). Studi Fenomenologi Makna Laba dan Penentuan Laba bagi
Pedagang Kaki Lima di Belakang Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Abdussamad, Z. (2021). Metode Penelitian Kualitatif (P. Rapanna (ed.)). CV.
Syakir Media Press. https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-
mfi-results
Abrori, A. F. (2019). Mengungkap Makna Akuntansi Budaya Ojhung di
Kabupaten Sumenep.
Arfiansyah, S. (2016). Eksplorasi Makna Partisipasi Masyarakat Dalam
Penganggaran ( Sebuah Studi Fenomenologi ). Jurnal Akuntansi Aktual, 3(4),
261–271.
Asih, L. A., Wardana, I. M. A. C., Gunadi, B. H., Sari, I. A. P. S. M., Cahyani, R.,
& Ningsih, K. T. B. A. (2019). Pengaruh Budaya Lokal Dalam Praktek
Akuntansi Organisasi Perangkat Desa Gobleg. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan
Humanika, 8(1), 14–23. https://doi.org/10.23887/jinah.v8i1.19857
Ayu, I. G., Budiasih, N., Sudana, I. P., & Wirajaya, I. G. A. (2021). Menguak
Konsep Harga dan Laba di Balik Transaksi Banten. 12(2), 370–387.
Azmi, S. S., Sri Giriwati, N. S., & Aziz, S. U. (2021). Social Participation of the
Ranu Pane Village Community in the Village Tourism Area Development.
Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal, 13(2), 177–189.
https://doi.org/10.26905/lw.v13i2.5924
Febriani, R., & Riyanto, E. D. (2021). Upacara Adat Tengger di Ambang
Komodifikasi: Merawat Tradisi dari Ancaman Desakralisasi. Jurnal
Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya, 23(2), 148.
https://doi.org/10.25077/jantro.v23.n2.p148-156.2021
Manan, A. (2014). Akuntansi dalam Perspektif Budaya Jawa : sebuah studi
Etnografi pada pedagang keliling di kota Semarang. 5, 1–20.
Nicoloos, J., Ambor, W., Dorto, A., Aprilio, H., Aryo, A., Ni, P., Ayu, P.,
Prodnyoswori, A., Lisanti, B., Fakuttas Llmu Budaya, A., Pelestarian, B., &

26
Budaya, N. (2012). Inventarisasi Komunitas Adat Tengger Desa Ngadisari
Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. 120.
http://repositori.kemdikbud.go.id/10600/1/inventarisasi%0Akomunitas%0Aa
dat%0Atengger.pdf
Nur, F., Dewi, I., & Hasan, K. (2022). Mengungkap akuntansi budaya atas
pembiayaan ritual upacara adat kasada suku tengger bromo semeru. 4, 407–
413. https://doi.org/10.20885/ncaf.vol4.art50
Putra, C. G. B., & Muliati, N. K. (2020). Spirit Kearifan Lokal Bali Dalam
Akuntabilitas Desa Adat. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 11(3), 561–580.
https://doi.org/10.21776/ub.jamal.2020.11.3.32
Ratih, E. K., & Juwariyah, A. (2020). Konstruksi Sosial Upacara Adat Karo Suku
Tengger Di Desa Tosari, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan. Jurnal
Analisa Sosiologi, 9(2), 526–550. https://doi.org/10.20961/jas.v9i2.42103
Setiaini, R. D., & Ganefo, A. (2019). Dukun Pandhita dan Pelestarian Budaya
Lokal (Studi Tentang Suku Tengger Di Desa Wonokitri) Pandhita. Jurnal
Entitas Sosiologi, VIII (02)(2088–8260), 39–52.
Ulpah, M. (2020). Konsep Dalam Pembiayaan Perbankan Syariah, Vol. 3 No.2
Agustus 2020. Madani Syari’ah, 3(2), 147–160.
file:///C:/Users/Acer/Downloads/208-Article Text-297-1-10-20200831.pdf
Utami Permatasari, N. (2015). Analisis Penerapan Akuntansi pada UMKM di
Kelurahan Drajat kecamatan Kesambi kota Cirebon. In Ekp (Vol. 13, Issue
3).

27

Anda mungkin juga menyukai