PBL 1 Askeb Remaja Kel.b
PBL 1 Askeb Remaja Kel.b
Nama Mahasiswa :
SURABAYA
2023
Skenario :
Seorang remaja perempuan datang ke puskesmas bersama ibu dan berkonsultasi pada
bidan. hasil anamnesis sering khawatir karena menstruasi tidak teratur, umur 14 tahun,
menarche 12 tahun. hasil pemeriksaan TD 110/80 mmHg, N 80x/menit, S 36⁰C, P
20x/menit, TB 150 cm, BB 35 Kg, IMT 15,5, pertumbuhan payudara dan rambut pubis
stage 2.
Keywords :
1. Remaja 14 tahun
2. Menstruasi tidak teratur
3. Sering Khawatir
4. Menarche 12 tahun
5. TTV normal
6. TB 150 cm
7. BB 35 kg
8. Bidan
9. Puskesmas
10. IMT 15,5
11. Pertumbuhan payudara dan rambut stage 2
Learning Outcome :
1. Mahasiswa mampu mengkaji data subjektif dan objektif terkait kasus
(Katharina)
2. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa dan masalah aktual dari kasus
(rimbani)
3. Mahasiswa mampu mengetahui mengenai gangguan menstruasi (Linda)
4. Mahasiswa mampu mengetahui faktor resiko gangguan menstruasi (Fadhilah)
5. Mahasiswa mampu mengetahui hubungan IMT dengan gangguan menstruasi
(Rimbani & Eka Cerelia)
6. Mahasiswa mampu memberikan penatalaksanaan pada pasien sesuai dengan
kasus (Rista)
7. Mahasiswa mampu mengetahui upaya preventif terhadap kasus serupa
(rimbani)
Rumusan Masalah :
1. Apa saja data subjektif lanjutan yang perlu dikaji? ( Katharina)
2. Apa saja data objektif tambahan yang perlu dikaji? (rimbani)
3. Apa saja analisis diagnosa dan masalah aktual serta potensial yang tepat sesuai
kasus? (fadhilah & mulia)
4. Bagaimana kondisi psikologis pada remaja? (mulia)
5. Apa definisi gangguan menstruasi? (gebby nadila)
6. Apa saja jenis gangguan siklus menstruasi?
7. Apa saja faktor resiko gangguan menstruasi ? (Fadhilah)
8. Bagaimana hubungan IMT dengan gangguan menstruasi? (Linda dan Prisca)
9. Bagaimana penatalaksanaan yang tepat sesuai kasus? (Rista)
10. Bagaimana cara mengatasi rasa khawatir yang dialami oleh pasien ? (Siti )
11. Bagaimana tindakan preventif terhadap kasus (gebby nadila)
Pembahasan
1. Data Subjektif
1) Usia : 14 tahun
2) Riwayat menstruasi (menstruasi berapa lama, apakah tiap bulan menstruasi
atau tidak, intensitas menstruasinya lama dan banyaknya, warnanya) (Eka
cerelia & Rimbani)
3) Riwayat Ginekologi
Tumor ginekologi: tidak ada, operasi ginekologi yang pernah dialami: tidak
ada, penyakit lainnya: tidak ada (Eka cerelia)
4) Riwayat Kesehatan terdahulu dan sekarang ( katharina dan Linda)
Riwayat DM, Lupus, penyakit kelenjar gondok, penyakit ginjal dan kelainan
pada alat reproduksi (Botutihe 2022).
Panjang siklus menstruasi dapat disebabkan oleh karena adanya penyakit
kronis seperti lupus, diabetes, penyakit kelenjar gondok, penyakit ginjal dan
kelainan pada alat reproduksi . Riwayat Dm (penyakit metabolik seperti DM
dapat mempengaruhi gangguan siklus menstruasi karena adanya resistensi
insulin yang dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan hormon
(Dieny, Rahadiyanti, and K 2019). (rimbani)
5) Pola/ Data fungsional Kesehatan
a) Kebutuhan Nutrisi ( Katharina)
Status gizi berpengaruh terhadap ketidakteraturan siklus menstruasi baik
dengan gizi kurang maupun gizi lebih. Sedangkan pada remaja dengan gizi
kurang kadar GnRH menurun yang disekresikan oleh LH dan FSH sehingga
kadar estrogen menurun yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi dan
ovulasi. Pada remaja dengan gizi lebih kadar hormon estrogen meningkat
sehingga sekresi GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) terganggu dan
menghambat sekresi FSH (Follicle Stimulating Hormone). Hal inilah yang
menyebabkan siklus menstruasi menjadi panjang (oligomenorea).
b) Pola Aktivitas ( Rimbani):
Aktivitas fisik berpengaruh terhadap ketidakteraturan siklus menstruasi
baik aktivitas fisik dengan intensitas tinggi maupun aktivitas fisik dengan
intensitas rendah. Pada aktivitas fisik dengan intensitas tinggi
mempengaruhi hormon FSH dan LH. Hal ini yang menyebabkan
ketidakteraturan siklus menstruasi. Sedangkan pada aktivitas fisik dengan
intensitas rendah dapat mempengaruhi cadangan energi oksidatif. Energi
oksidatif ini dibutuhkan dalam proses reproduksi. Hal inilah yang dapat
menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi.
Kebiasaan Merokok dan Konsumsi alkohol: merokok berkaitan erat
dengan penurunan panjang fase folikel dan peningkatan risiko terjadinya
siklus menstruasi yang pendek (polimenorea). Pada wanita merokok terjadi
gangguan perkembangan dan pematangan folikel. efek ini dipengaruhi
langsung oleh rangsangan FSH yang menyebabkan pematangan folikel
terjadi lebih cepat. Peningkatan produksi FSH dapat menyebabkan
gangguan metabolisme estrogen yang berlanjut pada gangguan siklus
menstruasi. tingkat gangguan siklus menstruasi tergantung pada tingkat
paparan asap rokok. pada wanita yang aktif memperoleh paparan asap rokok
terjadi proses peningkatan angkutan FSH sehingga memotong
perkembangan folikel (Dieny, Rahadiyanti, and K 2019). (rimbani).
Alkohol mempengaruhi sirkulasi dan kadar hormon reproduksi. alkohol
dapat mengganggu sistem reproduksi melalui stimulasi neuroendokrin yang
diakibatkan penurunan IGF-1. Fungsi dari IGF-1 adalah meningkatkan
kadar LH dalam darah. Akan tetapi penurunan IGF-1 ini dapat
menyebabkan penurunan kadar LH dalam sel. pada wanita dengan
anovulasi pada umumnya memiliki kadar LH yang rendah dalam darah
(Dieny, Rahadiyanti, and K 2019).
c) Pola Istirahat (Rimbani)
Durasi tidur berpengaruh terhadap ketidakteraturan siklus menstruasi
karena durasi tidur yang buruk dapat menghambat sintesis hormon
melatonin yang mempengaruhi produksi dan sintesis hormon esterogen. Hal
ini yang dapat menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi. Pada
remaja waktu tidur yang baik antara 7 – 9 jam per hari pada malam hari.
6) Riwayat Psikologis (gebby)
Stress berpengaruh terhadap ketidakteraturan siklus menstruasi baik
stres tingkat sedang hingga stres tingkat berat. Hal ini terjadi karena keadaan
stres mempengaruhi produksi hormon prolaktin yang berhubungan langsung
dengan peningkatan kadar hormon kortisol dan penurunan hormon LH
(Luteinizing Hormone) yang mempengaruhi siklus mentruasi.
2. Data Objektif
1) Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan leher/ kelenjar tiroid (rimbani)
Pembesaran kelenjar tyroid timbul apabila kelenjar hipofisis
mengeluarkan banyak TSH sebagai respon terhadap kurangnya
hormon tyroid dalam darah. Kelenjar tyroid membesar sebagai
kompensasi. Secara perlahan kelenjar tyroid bisa menjadi tidak
mampu mengeluarkan hormon yang cukup sehingga akan timbul
hipotiroidisme .
Kondisi hipotiroid maupun hipertiroid, keduanya berpengaruh
pada siklus menstruasi, dan darah yang keluar ketika sedang haid
juga akan berubah. wanita dengan hipotiroid biasanya mengeluh
haidnya banyak dan deras, ini dinamakan menoragi. sedangkan
seorang wanita yang mengidap hipertiroid, tidak kunjung
mendapatkan haid (amenorea). Mungkin juga timbul haid, tetapi
sedikit darah yang keluar (oligomenorea) (Tandra 2013).
b) Abdomen (gebby dan katharina)
Abdomen: Tumor dapat mengganggu pengeluaran hormon
sehingga pola menstruasinya terganggu. salah satu gejala keganasan
badan rahim (karsinoma korpus) adalah menstruasi tidak normal.
kista ovarium juga menyebabkan siklus menstruasi pendek atau
panjang dan mungkin terjadi menoragia. hal ini disebabkan
pembesaran folikel de Graaf yang tidak pecah dan terus
mengeluarkan cairan (Dieny, Rahadiyanti, and K 2019). (Rimbani)
2) Pemeriksaan laboratorium Hb (Mulia)
Pengeluaran darah selama menstruasi menunjukkan kehilangan
simpanan zat besi secara cepat sesuai dengan banyaknya darah yang
keluar, semakin lama wanita mengalami menstruasi maka semakin
banyak pula darah yang keluar dan semakin banyak kehilangan
timbunan zat besi. Oleh karena itu menstruasi merupakan golongan yang
cenderung mengalami defisiensi besi. Kehilangan zat besi diatas rata-
rata dapat terjadi pada remaja putri dengan pola menstruasi yang lebih
banyak dan waktunya lebih panjang (Hadijah et al. 2019).
3. Analisis diagnosa dan masalah aktual serta potensial yang tepat sesuai
kasus
a. Diagnosa: Remaja umur 14 tahun, dengan gangguan siklus menstruasi
b. Masalah:
● Gizi Kurang
● Khawatir
c. Masalah potensial:
● KEK pada remaja
● Anemia
● Gangguan Kecemasan
Penatalaksanaan Amenorea :
1) Bila amenorea disebabkan oleh gangguan hipotalamus seperti stress,
kehilangan berat badan tanpa penyebab, penanganan pertama yang
dilakukan adalah mengatasi stressor tersebut, seperti latihan nafas dalam
dan teknik relaksasi merupakan usaha untuk meringankan stresor.
2) Istirahat yang cukup
3) Mengkonsumsi suplemen kalsium untuk mencegah osteoporosis
4) Mengurangi aktivitas fisik yang berat
b. Polymenorrhea
Polymenorrhea terjadi ketika siklus menstruasi lebih pendek dari
siklus normal, yaitu kurang dari 21 hari. Perdarahan kurang lebih sama atau
lebih banyak dari normal. Diantara penyebab terjadinya gangguan
menstruasi polymenorrhea adalah masalah hormonal, endometriosis, stress,
status gizi, olahraga berlebihan infeksi menular seksual dan penggunaan
obat-obatan tertentu (seperti aspirin, antikoagulan dan NSAID). Tingkat
stress yang tidak dapat dikelola dengan baik dapat mengakibatkan dapat
memengaruhi kondisi hormon dalam tubuh. Polymenorrhea yang
disebabkan oleh stres tentunya dapat ditangani dengan baik ketika stress
terkontrol dengan baik.
Polymenorrhea dapat disebabkan oleh infeksi menular seksual
disertai gejala seperti keputihan, gatal pada area vagina, hingga sensasi
panas saat buang air kecil. Pemeriksaan dini terhadap kondisi
polymenorrhea dapat mencegah infeksi menular seksual lebih parah.
Polymenorrhea juga dapat disebabkan oleh endometriosis yang terjadi
ketika sel yang biasanya menutupi rahim ditemukan pada bagian yang lain,
seperti ovarium atau saluran tuba.
c. Oligomenorrhea
Olygomenorrheaterjadi ketika siklus menstruasi lebih panjang dari
normal, yaitu lebih dari 35 hari, dengan perdarahan yang sedikit.
Oligomenorrhea biasanya terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan
hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormon
tersebut menyebabkan menstruasi menjadi lebih jarang terjadi.
Oligomenorrhea umumnya dialami remaja pada masa awal
menstruasi, yakni sekitar 2-3 tahun setelah menarche. Namun kondisi ini
dapat dianggap wajar, sebagai dampak dari aktivitas hormon yang tidak
stabil pada masa-masa pubertas. Oligomenorrhea juga dialami oleh
perempuan yang memasuki masa menopause atau menggunakan
kontrasepsi hormonal, seperti pil KB atau KB suntik.
10. Cara mengatasi rasa khawatir yang dialami oleh pasien (Siti Fatimah)
Upaya penanganan untuk mengatasi kecemasan pada gangguan siklus
menstruasi khususnya pada remaja dengan cara terapkan hidup sehat dengan
pola makan gizi seimbang, jaga berat badan tetap ideal, istirahat yang cukup,
belajar untuk mengelola stress, dan olahraga teratur dengan demikian
kecemasan bisa teratasi guna menjaga kesehatan reproduksi pada remaja. Peran
petugas kesehatan yaitu memberikan pendidikan kesehatan serta konseling
mengenai kesehatan reproduksi remaja yang didalamnya termasuk gangguan
siklus menstruasi. Petugas kesehatan juga dituntut untuk menyampaikan
informasi dengan jelas, benar, dan tepat (Dian Eka Kartikasarti, et al. 2022)
Gangguan siklus menstruasi merupakan gangguan yang dialami seorang
wanita selama masa periode menstruasi. Hal ini ditandai dengan perpanjangan
siklus menstruasi (oligomenorea), pemendekan siklus menstruasi (polimenorea)
ataupun tidak terjadinya menstruasi selama 3 sampai 6 bulan berturut turut
(amenorea sekunder), bahkan tidak kunjung terjadinya menstruasi setelah
melalui masa pubertas(amenorea primer).(Linda)
Gangguan Siklus menstruasi menjadi indikator penting untuk
menggambarkan perubahan pada fungsi ovarium dan juga diasosiasikan dengan
peningkatan risiko penyakit seperti kanker payudara, kanker ovarium, diabetes,
penyakit kardiovaskular dan fraktur. Pemendekan masa folikel menyebabkan
siklus menstruasi menjadi lebih singkat (polimenore) dan hal ini berhubungan
dengan penurunan kesuburan dan keguguran. Sementara pemanjangan siklus
menstruasi (oligomenore) berhubungan dengan kejadian anovulasi, infertilitas
dan keguguran(Linda)
11. Upaya Preventif (gebby nadila)
1) Dukungan keluarga (memberikan pengertian kepada remaja untuk tidak
perlu khawatir dengan keluhan yang dialami adalah fisiologis/normal).
2) Kebutuhan makan dan istirahat remaja harus diperhatikan. Ibu dan keluarga
bisa membantu memberitahu bahwa pemenuhan nutrisi remaja sangat
penting.
3) Keluarga dan ibu mengingatkan atau menyiapkan makanan. Agar nutrisi
remaja tersebut terpenuhi sehingga tidak mengalami status gizi yang buruk.
4) Memberikan tablet tambah darah untuk pencegahan anemia pada remaja.
Tablet tambah darah dapat dikonsumsi remaja seminggu sekali sebanyak 1
tablet.
5) Mengikuti Posyandu remaja. Remaja dapat mengikuti posyandu untuk
mendapatkan informasi mengenai kesehatan remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Hadijah, S., Hasnawati, and Hafid, M.P. (2019) Pengaruh Masa Mentruasi
Terhadap Kadar Hemoglobin Dan Morfologi Eritrosit..
Botutihe, F., S. KM ,.S. Kep ,. Ns ,.M. Kes ,. Suntin, S. Kep ,. Ns ,.M. Kep ,. Nur Hijrah
Tiala, S. Kep ,. Ns (2022) Aktivitas Fisik dan Tingkat Stres Dengan Gangguan
Pola Menstruasi. CV. Ruang Tentor
Dieny, F.F., Rahadiyanti, A., and K, D.M. (2019) Gizi Prakonsepsi. Bumi Medika (Bumi
Aksara)
Khatimah, H., Sulistina, D.R., Ernawati, S., Minarti, Nurhayati, Istiqamah, Anita,
Rikawarastuti, Karim, B.A., Arifuddin, H., Masita, Ayu, J.D., Hendriani, D.,
Nurkhalim, R.F., and Hasnani, F. (2023) KESEHATAN REPRODUKSI
REMAJA. Media Sains Indonesia
Sumiaty, Sakti, P.M., and Hasnawati (2022) Atasi Dismenorea Pada Remaja Dengan
Terapi Komplementer. Penerbit P4I
Tandra, H. (2013) Mencegah Dan Mengatasi Penyakit Tiroid. Gramedia Pustaka
Utama
Sumiaty, Sakti, P.M., and Hasnawati (2022) Atasi Dismenorea Pada Remaja
Dengan Terapi Komplementer. Penerbit P4I
Tandra, H. (2013) Mencegah Dan Mengatasi Penyakit Tiroid. Gramedia
Pustaka Utama