Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PBL KELOMPOK B

ASUHAN REMAJA DAN PRANIKAH

Dosen Pengampu : Rize Budi Amalia, S.Keb., Bd., M.Kes

Nama Mahasiswa :

Katharina Laurentia M (Ketua) 112225006


Gebby Nadila (Notulen) 112225031
Rista Elva Riani 112225008
Rimbani Dwi Inarsih 112225013
Linda Sri Rahayu 112225023
Eka Cerelia 112225035
Prisca Desyani Kia 112225040
Fadhilah Maimunah N 112225041
Siti Fatimah 112225052
Mulia Dian Sumbawati 112225057

PROGRAM STUDI KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2023
Skenario :

Seorang remaja perempuan datang ke puskesmas bersama ibu dan berkonsultasi pada
bidan. hasil anamnesis sering khawatir karena menstruasi tidak teratur, umur 14 tahun,
menarche 12 tahun. hasil pemeriksaan TD 110/80 mmHg, N 80x/menit, S 36⁰C, P
20x/menit, TB 150 cm, BB 35 Kg, IMT 15,5, pertumbuhan payudara dan rambut pubis
stage 2.

Keywords :
1. Remaja 14 tahun
2. Menstruasi tidak teratur
3. Sering Khawatir
4. Menarche 12 tahun
5. TTV normal
6. TB 150 cm
7. BB 35 kg
8. Bidan
9. Puskesmas
10. IMT 15,5
11. Pertumbuhan payudara dan rambut stage 2

Learning Outcome :
1. Mahasiswa mampu mengkaji data subjektif dan objektif terkait kasus
(Katharina)
2. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa dan masalah aktual dari kasus
(rimbani)
3. Mahasiswa mampu mengetahui mengenai gangguan menstruasi (Linda)
4. Mahasiswa mampu mengetahui faktor resiko gangguan menstruasi (Fadhilah)
5. Mahasiswa mampu mengetahui hubungan IMT dengan gangguan menstruasi
(Rimbani & Eka Cerelia)
6. Mahasiswa mampu memberikan penatalaksanaan pada pasien sesuai dengan
kasus (Rista)
7. Mahasiswa mampu mengetahui upaya preventif terhadap kasus serupa
(rimbani)

Rumusan Masalah :
1. Apa saja data subjektif lanjutan yang perlu dikaji? ( Katharina)
2. Apa saja data objektif tambahan yang perlu dikaji? (rimbani)
3. Apa saja analisis diagnosa dan masalah aktual serta potensial yang tepat sesuai
kasus? (fadhilah & mulia)
4. Bagaimana kondisi psikologis pada remaja? (mulia)
5. Apa definisi gangguan menstruasi? (gebby nadila)
6. Apa saja jenis gangguan siklus menstruasi?
7. Apa saja faktor resiko gangguan menstruasi ? (Fadhilah)
8. Bagaimana hubungan IMT dengan gangguan menstruasi? (Linda dan Prisca)
9. Bagaimana penatalaksanaan yang tepat sesuai kasus? (Rista)
10. Bagaimana cara mengatasi rasa khawatir yang dialami oleh pasien ? (Siti )
11. Bagaimana tindakan preventif terhadap kasus (gebby nadila)

Pembahasan

1. Data Subjektif
1) Usia : 14 tahun
2) Riwayat menstruasi (menstruasi berapa lama, apakah tiap bulan menstruasi
atau tidak, intensitas menstruasinya lama dan banyaknya, warnanya) (Eka
cerelia & Rimbani)
3) Riwayat Ginekologi
Tumor ginekologi: tidak ada, operasi ginekologi yang pernah dialami: tidak
ada, penyakit lainnya: tidak ada (Eka cerelia)
4) Riwayat Kesehatan terdahulu dan sekarang ( katharina dan Linda)
Riwayat DM, Lupus, penyakit kelenjar gondok, penyakit ginjal dan kelainan
pada alat reproduksi (Botutihe 2022).
Panjang siklus menstruasi dapat disebabkan oleh karena adanya penyakit
kronis seperti lupus, diabetes, penyakit kelenjar gondok, penyakit ginjal dan
kelainan pada alat reproduksi . Riwayat Dm (penyakit metabolik seperti DM
dapat mempengaruhi gangguan siklus menstruasi karena adanya resistensi
insulin yang dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan hormon
(Dieny, Rahadiyanti, and K 2019). (rimbani)
5) Pola/ Data fungsional Kesehatan
a) Kebutuhan Nutrisi ( Katharina)
Status gizi berpengaruh terhadap ketidakteraturan siklus menstruasi baik
dengan gizi kurang maupun gizi lebih. Sedangkan pada remaja dengan gizi
kurang kadar GnRH menurun yang disekresikan oleh LH dan FSH sehingga
kadar estrogen menurun yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi dan
ovulasi. Pada remaja dengan gizi lebih kadar hormon estrogen meningkat
sehingga sekresi GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) terganggu dan
menghambat sekresi FSH (Follicle Stimulating Hormone). Hal inilah yang
menyebabkan siklus menstruasi menjadi panjang (oligomenorea).
b) Pola Aktivitas ( Rimbani):
Aktivitas fisik berpengaruh terhadap ketidakteraturan siklus menstruasi
baik aktivitas fisik dengan intensitas tinggi maupun aktivitas fisik dengan
intensitas rendah. Pada aktivitas fisik dengan intensitas tinggi
mempengaruhi hormon FSH dan LH. Hal ini yang menyebabkan
ketidakteraturan siklus menstruasi. Sedangkan pada aktivitas fisik dengan
intensitas rendah dapat mempengaruhi cadangan energi oksidatif. Energi
oksidatif ini dibutuhkan dalam proses reproduksi. Hal inilah yang dapat
menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi.
Kebiasaan Merokok dan Konsumsi alkohol: merokok berkaitan erat
dengan penurunan panjang fase folikel dan peningkatan risiko terjadinya
siklus menstruasi yang pendek (polimenorea). Pada wanita merokok terjadi
gangguan perkembangan dan pematangan folikel. efek ini dipengaruhi
langsung oleh rangsangan FSH yang menyebabkan pematangan folikel
terjadi lebih cepat. Peningkatan produksi FSH dapat menyebabkan
gangguan metabolisme estrogen yang berlanjut pada gangguan siklus
menstruasi. tingkat gangguan siklus menstruasi tergantung pada tingkat
paparan asap rokok. pada wanita yang aktif memperoleh paparan asap rokok
terjadi proses peningkatan angkutan FSH sehingga memotong
perkembangan folikel (Dieny, Rahadiyanti, and K 2019). (rimbani).
Alkohol mempengaruhi sirkulasi dan kadar hormon reproduksi. alkohol
dapat mengganggu sistem reproduksi melalui stimulasi neuroendokrin yang
diakibatkan penurunan IGF-1. Fungsi dari IGF-1 adalah meningkatkan
kadar LH dalam darah. Akan tetapi penurunan IGF-1 ini dapat
menyebabkan penurunan kadar LH dalam sel. pada wanita dengan
anovulasi pada umumnya memiliki kadar LH yang rendah dalam darah
(Dieny, Rahadiyanti, and K 2019).
c) Pola Istirahat (Rimbani)
Durasi tidur berpengaruh terhadap ketidakteraturan siklus menstruasi
karena durasi tidur yang buruk dapat menghambat sintesis hormon
melatonin yang mempengaruhi produksi dan sintesis hormon esterogen. Hal
ini yang dapat menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi. Pada
remaja waktu tidur yang baik antara 7 – 9 jam per hari pada malam hari.
6) Riwayat Psikologis (gebby)
Stress berpengaruh terhadap ketidakteraturan siklus menstruasi baik
stres tingkat sedang hingga stres tingkat berat. Hal ini terjadi karena keadaan
stres mempengaruhi produksi hormon prolaktin yang berhubungan langsung
dengan peningkatan kadar hormon kortisol dan penurunan hormon LH
(Luteinizing Hormone) yang mempengaruhi siklus mentruasi.

2. Data Objektif
1) Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan leher/ kelenjar tiroid (rimbani)
Pembesaran kelenjar tyroid timbul apabila kelenjar hipofisis
mengeluarkan banyak TSH sebagai respon terhadap kurangnya
hormon tyroid dalam darah. Kelenjar tyroid membesar sebagai
kompensasi. Secara perlahan kelenjar tyroid bisa menjadi tidak
mampu mengeluarkan hormon yang cukup sehingga akan timbul
hipotiroidisme .
Kondisi hipotiroid maupun hipertiroid, keduanya berpengaruh
pada siklus menstruasi, dan darah yang keluar ketika sedang haid
juga akan berubah. wanita dengan hipotiroid biasanya mengeluh
haidnya banyak dan deras, ini dinamakan menoragi. sedangkan
seorang wanita yang mengidap hipertiroid, tidak kunjung
mendapatkan haid (amenorea). Mungkin juga timbul haid, tetapi
sedikit darah yang keluar (oligomenorea) (Tandra 2013).
b) Abdomen (gebby dan katharina)
Abdomen: Tumor dapat mengganggu pengeluaran hormon
sehingga pola menstruasinya terganggu. salah satu gejala keganasan
badan rahim (karsinoma korpus) adalah menstruasi tidak normal.
kista ovarium juga menyebabkan siklus menstruasi pendek atau
panjang dan mungkin terjadi menoragia. hal ini disebabkan
pembesaran folikel de Graaf yang tidak pecah dan terus
mengeluarkan cairan (Dieny, Rahadiyanti, and K 2019). (Rimbani)
2) Pemeriksaan laboratorium Hb (Mulia)
Pengeluaran darah selama menstruasi menunjukkan kehilangan
simpanan zat besi secara cepat sesuai dengan banyaknya darah yang
keluar, semakin lama wanita mengalami menstruasi maka semakin
banyak pula darah yang keluar dan semakin banyak kehilangan
timbunan zat besi. Oleh karena itu menstruasi merupakan golongan yang
cenderung mengalami defisiensi besi. Kehilangan zat besi diatas rata-
rata dapat terjadi pada remaja putri dengan pola menstruasi yang lebih
banyak dan waktunya lebih panjang (Hadijah et al. 2019).

3. Analisis diagnosa dan masalah aktual serta potensial yang tepat sesuai
kasus
a. Diagnosa: Remaja umur 14 tahun, dengan gangguan siklus menstruasi
b. Masalah:
● Gizi Kurang
● Khawatir
c. Masalah potensial:
● KEK pada remaja
● Anemia
● Gangguan Kecemasan

4. Psikologis remaja (Mulia)


Remaja merupakan kelompok usia yang menjadi perhatian banyak
kalangan psikolog,sosiolog, pendidikan dan sebagainya. Secara fisik mereka
dalam kondisi yang optimal karena pada puncak perkembangannya. Namun dari
sisi psikososial mereka berada pada fase yang mengalami banyak masalah, baik
menyangkut hubungannya dengan dirinya sendiri maupun orang lain
(Estuningtyas, 2018).
Fase Psikologis pada remaja meliputi:
1. Pra Remaja (11 atau 12-13 atau 14 tahun)
Pra remaja ini mempunyai masa yang sangat pendek, kurang lebih hanya
satu tahun; untuk laki-laki usia 12 atau 13 tahun - 13 atau 14 tahun.
Dikatakan juga fase ini adalah fase negatif, karena terlihat tingkah laku yang
cenderung negatif. Fase yang sukar untuk hubungan komunikasi antara anak
dengan orang tua. Perkembangan fungsi-fungsi tubuh juga terganggu
karena mengalami perubahan-perubahan termasuk perubahan hormonal
yang dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang tak terduga. Remaja
menunjukkan peningkatan reflektivenes tentang diri mereka yang berubah
dan meningkat berkenaan dengan apa yang orang pikirkan tentang mereka.
Seperti pertanyaan: Apa yang mereka pikirkan tentang aku ? Mengapa
mereka menatapku? Bagaimana tampilan rambut aku? Apakah aku salah
satu anak “keren”? dan lain lain.
2. Remaja Awal (13 atau 14 tahun - 17 tahun)
Pada fase ini perubahan-perubahan terjadi sangat pesat dan mencapai
puncaknya. Ketidakseimbangan emosional dan ketidakstabilan dalam
banyak hal terdapat pada usia ini. Ia mencari identitas diri karena masa ini,
statusnya tidak jelas. Pola-pola hubungan sosial mulai berubah. Menyerupai
orang dewasa muda, remaja sering merasa berhak untuk membuat
keputusan sendiri. Pada masa perkembangan ini, pencapaian kemandirian
dan identitas sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak dan
idealistis dan semakin banyak waktu diluangkan diluar keluarga.
3. Remaja Lanjut (17-20 atau 21 tahun)
Dirinya ingin menjadi pusat perhatian; ia ingin menonjolkan dirinya;
caranya lain dengan remaja awal. Ia idealis, mempunyai cita-cita tinggi,
bersemangat dan mempunyai energi yang besar. Ia berusaha memantapkan
identitas diri, dan ingin mencapai ketidaktergantungan emosional.

5. Definisi gangguan menstruasi (gebby nadila)


Gangguan Menstruasi adalah istilah yang merujuk pada kelainan dalam
siklus menstruasi. kelainan ini sangat bervariasi, mulai dari pendarahan
berlebihan, terlalu sedikit, nyeri hebat saat menstruasi, kacaunya siklus
menstruasi, atau bahkan tidak haid sama sekali.

6. Jenis gangguan siklus menstruasi


a. Amenorea
Adalah tidak terjadi atau berhentinya aliran menstruasi yang
merupakan tanda dari berbagai macam kelainan. Amenorea terbagi menjadi
dua, yaitu amenorea primer dan amenorea sekunder. Amenorea primer
adalah tidak pernah mendapatkan daur menstruasi sebelumnya, dikatakan
amenorea sekunder bila seseorang wanita usia reproduktif pernah
mengalami haid, tiba-tiba haidnya berhenti untuk sedikitnya 3 bulan
berturut-turut (Khatimah et al. 2023). Walaupun kriteria yang digunakan
untuk menentukan kapan amenore menjadi permasalahan klinik tidak
berlaku secara keseluruhan, adapun yang harus dievaluasi sebagai berikut :
- Tidak terjadinya menarche maupun karakteristik seks sekunder pada
usia 14 tahun
- Tidak terjadinya mens pada usia 16 ½ tahun, walaupun pertumbuhan
dan perkembangan normal (amenore primer)
- Berhentinya mens selama 6 - 12 bulan setelah periode menstruasi
(amenorea sekunder)

Penyebab dari amenorea adalah :


1) Amenorea biasanya paling sering disebabkan oleh kehamilan meskipun
dapat juga disebabkan oleh berbagai efek atau gangguan pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium-uterus.
2) Amenorea dapat juga disebabkan oleh abnormalitas anatomi; gangguan
endokrin lainnya, seperti hipotiroid atau hipertiroid
3) Penyakit kronis (diabetes tipe 1)
4) Pengobatan (fenitoin (dilantin))
5) Gangguan makan
6) Olahraga berat
7) Stress emosional
8) Dan penggunaan kontrasepsi oral

Penatalaksanaan Amenorea :
1) Bila amenorea disebabkan oleh gangguan hipotalamus seperti stress,
kehilangan berat badan tanpa penyebab, penanganan pertama yang
dilakukan adalah mengatasi stressor tersebut, seperti latihan nafas dalam
dan teknik relaksasi merupakan usaha untuk meringankan stresor.
2) Istirahat yang cukup
3) Mengkonsumsi suplemen kalsium untuk mencegah osteoporosis
4) Mengurangi aktivitas fisik yang berat

b. Polymenorrhea
Polymenorrhea terjadi ketika siklus menstruasi lebih pendek dari
siklus normal, yaitu kurang dari 21 hari. Perdarahan kurang lebih sama atau
lebih banyak dari normal. Diantara penyebab terjadinya gangguan
menstruasi polymenorrhea adalah masalah hormonal, endometriosis, stress,
status gizi, olahraga berlebihan infeksi menular seksual dan penggunaan
obat-obatan tertentu (seperti aspirin, antikoagulan dan NSAID). Tingkat
stress yang tidak dapat dikelola dengan baik dapat mengakibatkan dapat
memengaruhi kondisi hormon dalam tubuh. Polymenorrhea yang
disebabkan oleh stres tentunya dapat ditangani dengan baik ketika stress
terkontrol dengan baik.
Polymenorrhea dapat disebabkan oleh infeksi menular seksual
disertai gejala seperti keputihan, gatal pada area vagina, hingga sensasi
panas saat buang air kecil. Pemeriksaan dini terhadap kondisi
polymenorrhea dapat mencegah infeksi menular seksual lebih parah.
Polymenorrhea juga dapat disebabkan oleh endometriosis yang terjadi
ketika sel yang biasanya menutupi rahim ditemukan pada bagian yang lain,
seperti ovarium atau saluran tuba.

c. Oligomenorrhea
Olygomenorrheaterjadi ketika siklus menstruasi lebih panjang dari
normal, yaitu lebih dari 35 hari, dengan perdarahan yang sedikit.
Oligomenorrhea biasanya terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan
hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormon
tersebut menyebabkan menstruasi menjadi lebih jarang terjadi.
Oligomenorrhea umumnya dialami remaja pada masa awal
menstruasi, yakni sekitar 2-3 tahun setelah menarche. Namun kondisi ini
dapat dianggap wajar, sebagai dampak dari aktivitas hormon yang tidak
stabil pada masa-masa pubertas. Oligomenorrhea juga dialami oleh
perempuan yang memasuki masa menopause atau menggunakan
kontrasepsi hormonal, seperti pil KB atau KB suntik.

7. Faktor resiko dari gangguan menstruasi (Fadhilah)


Menurut Kusmiran (2013), faktor resiko dari gangguan menstruasi
adalah sebagai berikut :
a) Berat badan
Berat badan dan perubahan berat badan mempengaruhi fungsi menstruasi.
Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan gangguan pada
fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium dan lamanya
penurunan berat badan. Kondisi patologis seperti berat badan yang
kurang/kurus dan anorexia nervosa yang menyebabkan penurunan berat
badan yang berat dapat menimbulkan amenorea.
b) Aktivitas Fisik
Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi
menstruasi. Aktivitas fisik yang berat merangsang inhibisi Gonadotropin
Releasing Hormon (GnRH) dan aktivitas gonadotropin sehingga
menurunkan level dari serum estrogen.
c) Stres
Stres menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, khususnya sistem
persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan prolaktin atau endogenous
opiat yang dapat mempengaruhi elevasi kortisol basal dan menurunkan
hormon lutein (LH) yang menyebabkan amenorea.
d) Diet
Diet dapat mempengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian berhubungan
dengan anovulasi, penurunan respons hormon pituitari, fase folikel yang
pendek, tidak normalnya siklus menstruasi (kurang dari 10 kali/tahun). Diet
rendah lemak berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi dan
periode perdarahan. Diet rendah kalori seperti daging merah dan rendah
lemak berhubungan dengan amenorea.
e) Paparan lingkungan dan kondisi kerja
Beban kerja yang berat berhubungan dengan jarak menstruasi yang panjang
dibandingkan dengan beban kerja ringan dan sedang. Paparan agen kimiawi
dapat mempengaruhi/ meracuni ovarium, seperti beberapa obat anti-kanker
(obat sitotoksik) merangsang gagalnya proses di ovarium termasuk
hilangnya folikel-folikel, anovulasi, oligomenorea, dan amenorea.
Tembakau pada rokok berhubungan dengan gangguan pada metabolisme
estrogen sehingga terjadi elevasi folikel pada fase plasma estrogen dan
progesteron. Hasil penelitian pendahuluan dari 12 merokok dapat juga
menyebabkan dismenore, tidak normalnya siklus menstruasi, serta
perdarahan menstruasi yang banyak.
f) Sinkronisasi proses menstruasi (interaksi sosial dan lingkungan)
Interaksi manusia dengan lingkungan merupakan siklus yang sinkron/
berirama. Proses interaksi tersebut melibatkan fungsi hormonal. Salah satu
fungsi hormonal adalah hormon-hormon reproduksi. Adanya pheromone
yang dikeluarkan oleh setiap individu yang dapat mempengaruhi perilaku
individu lain melalui persepsi dari penciuman baik melalui interaksi dengan
individu jenis kelamin sejenis maupun lawan jenis, serta dapat menurunkan
variabilitas dari siklus menstruasi dan sinkronisasi dari onset menstruasi.
g) Gangguan endokrin
Adanya penyakit-penyakit endokrin seperti diabetes, hipotiroid, serta
hipertiroid yang berhubungan dengan gangguan menstruasi. Prevalensi
amenorea dan oligomenorea lebih tinggi pada pasien diabetes.

8. Hubungan IMT dengan gangguan menstruasi (Linda, Katharina dan


Prisca)
Pada masa remaja, mereka tidak hanya tumbuh lebih tinggi dan lebih
besar, tetapi juga terjadi perubahan di dalam tubuh yang memungkinkan untuk
bereproduksi. masa inilah yang disebut masa pubertas. Menurut badan kesehatan
dunia (WHO) terdapat remaja yang mengalami gangguan menstruasi dan
menjadi alasan terbanyak remaja putri mengunjungi dokter spesialis kandungan.
Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki
siklus 21-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus 28 hari, namun
beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi
indikasi adanya masalah kesuburan, panjang siklus menstruasi dihitung dari
pertama periode menstruasi. Adanya gangguan dari sistem kerja hormonal
terkait dengan tinggi rendahnya indeks massa tubuh (IMT). Faktor yang dapat
menyebabkan gangguan siklus menstruasi antara lain berat badan dengan tinggi
rendahnya IMT, aktivitas fisik, stress, paparan lingkungan dan kondisi kerja
serta adanya gangguan endokrin seperti diabetes, hipotiroid, serta hipertiroid
yang berhubungan dengan gangguan menstruasi (Sari, 2020).
Peningkatan berat badan dan juga penurunan berat badan yang
mempengaruhi persentase massa lemak tubuh akan berpengaruh pada proses
umpan balik tersebut sehingga menyebabkan terjadinya gangguan ovulasi.
Kombinasi stres fisik dan mental, ditambah dengan ketersediaan energi yang
rendah, dapat menyebabkan perubahan hormonal dan amenore hipotalamus
fungsional. Khususnya, sumbu hipotalamus-pituitari-ovarium (HPO) terganggu.
Kadar leptin lebih rendah dan pulsatility GnRH terganggu, menghambat
pelepasan gonadotropin (FSH dan LH). Ini meminimalkan pelepasan steroid
gonad, seperti estrogen dan progesteron. Luaran klinisnya adalah gangguan pada
siklus menstruasi dan infertilitas akibat anovulasi. Ketidakteraturan menstruasi
harus dievaluasi untuk defisit nutrisi saat ini, menantang pola makan yang
mendasari dan kebiasaan diet lainnya. Oleh karena itu, riwayat medis yang
terperinci (olahraga dan kebiasaan makan, pembedahan, radioterapi) dan
perhitungan dan pemantauan IMT dari waktu ke waktu sangat diperlukan untuk
pendekatan wanita tidak subur untuk menghindari pemeriksaan dan
pemeriksaan yang tidak perlu.
Apabila status gizi seorang wanita bagus, dia tidak akan ada hambatan
dalam sistem reproduksinya. Disini perlu diperhatikan bahwa dalam sistem
reproduksi seorang wanita selain dibutuhkan nutrisi yang baik juga faktor
psikologis mempengaruhi. Jika seorang wanita mengalami gangguan psikologis,
meskipun nutrisinya bagus maka sistem reproduksinya bisa terganggu. Gizi dan
makanan tidak saja diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan fisik, mental
dan kesehatan tetapi diperlukan juga untuk fertilitas atau kesuburan seseorang
agar mendapat keturunan (Sibagariang, 2010).
Selama ini telah diketahui bahwa wanita dengan status gizi kurang
memiliki resiko terjadinya gangguan siklus menstruasi. Akan tetapi, gangguan
siklus menstruasi juga ditemukan pada wanita yang mengalami obesitas
(Dieny,2014). Seorang wanita yang mengalami kekurangan maupun
kelebihan gizi akan berdampak pada penurunan fungsi hipotalamus sehingga
akan terjadi peningkatan frekuensi gangguan siklus menstruasi. Asupan gizi
yang kurang akan mempengaruhi pertumbuhan fungsi organ tubuh,akan
menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi dan akan berdampak pada
gangguan siklus menstruasi (Paath,2005).Status gizi dapat dikatakan sebagai
suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan
yang dikonsumsi dan penggunaan zat - zat gizi di dalam tubuh (Almatsier,
2010).
Kebutuhan gizi sangat erat kaitannya dengan masa pertumbuhan, jika
asupan gizi dapat terpenuhi maka pertumbuhan juga akan optimal. Remaja putri
harus mempertahankan status gizi yang baik dengan cara mengkonsumsi
makanan seimbang karena sangat dibutuhkan pada saat menstruasi . Asupan gizi
yang kurang ataupun lebih akan menyebabkan kecukupan gizi tidak baik
sehingga dapat menjadikan gangguan selama siklus menstruasi. Hal tersebut
akan membaik bila asupan nutrisinya baik. Zat gizi yang harus dipenuhi
diantaranya zat gizi makro seperti karbohidrat, lemak dan protein. Asupan
karbohidrat dapat berpengaruh terhadap pemenuhan kalori selama fase luteal,
asupan protein berpengaruh terhadap panjang fase folikuler dan asupan lemak
berpengaruh terhadap hormon reproduksi.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati pada tahun 2015 Dimana
diperkirakan menstruasi akan teratur jika IMT lebih besar 19 kg/m 2 dan 22%
berat badan perempuan harus tersusun atas lemak untuk menjamin lancarnya
siklus ovulasi. Berdasarkan hasil penelitian dari 45 responden yang mempunyai
indeks massa tubuh gemuk, mayoritas mengalami siklus menstruasi yang tidak
normal yaitu sebanyak 27 orang (60,0%). Berhubungan dengan fungsi
menstruasi, secara khusus jumlah wanita yang anovulasi akan meningkat bila
berat badannya meningkat. Pada penelitian ternyata wanita gemuk mempunyai
resiko tinggi terhadap ovulasi infertile, dan fungsi ovulasi terganggu, sehingga
menjadi tidak subur (Sibagariang, 2013). Adnyani (2012) pada penelitiannya
menemukan bahwa kelompok responden yang mempunyai status gizi lebih
kebanyakan mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur. Primastuti (2012)
pada penelitiannya juga menemukan bahwa obesitas meningkatkan faktor risiko
terjadinya ketidakteraturan siklus menstruasi hingga 3,5 lipat. Hal ini dapat
terjadi karena perempuan yang memiliki IMT gemuk banyak mempunyai
cadangan lemak pada tubuhnya, sehingga akan terjadi peningkatan aromatisasi
androgen menjadi estrogen (Ganong, 2011).
Salah satu hormon yang berperan dalam menstruasi adalah estrogen. Estrogen
ini disintesis di ovarium, adrenal, plasenta, testis, jaringan lemak dan susunan
saraf pusat. Menurut analisis penyebab lebih panjangnya siklus menstruasi
diakibatkan jumlah estrogen yang meningkat dalam darah akibat meningkatnya
jumlah lemak tubuh (Hupitoyo, 2011). Dengan demikian pada wanita gemuk
kadar estrogen cenderung tinggi. Kadar esterogen yang tinggi akan memberikan
feed back negatif terhadap sekresi GnRh. Meningkatnya jumlah estrogen yang
ada dalam darah disebabkan karena produksi estrogen pada sel-sel teka. Sel teka
menghasilkan androgen dan merespon LH (luteinizing hormone) dengan
meningkatkan jumlah reseptor LDL (low-density lipoprotein) yang berperan
dalam pemasukan kolesterol ke dalam sel (Hupitoyo, 2011). LH juga
menstimulasi aktivitas protein khusus (P450scc), yang menyebabkan
peningkatan produksi androgen. Ketika androgen berdifusi ke sel granulosa dan
jaringan lemak, androgen mengalami metabolisme oleh aromatase menjadi
estrogen. Semakin banyak jaringan lemak, semakin banyak estrogen yang
terbentuk, meningkatnya kadar estrogen dalam darah akibat meningkatnya
jumlah lemak tubuh menyebabkan gangguan fungsi ovarium dengan lebih
panjangnya siklus menstruasi (Hupitoyo, 2011). Gangguan siklus menstruasi
disebabkan karena adanya gangguan umpan balik dengan kadar estrogen yang
selalu tinggi sehingga kadar FSH tidak pernah mencapai puncak. Dengan
demikian pertumbuhan folikel terhenti sehingga tidak terjadi ovulasi. Keadaaan
ini berdampak pada perpanjangan siklus menstruasi ataupun kehilangan siklus
menstruasi (Prawirohardjo, 2010).

9. Penatalaksanaan pada kasus


a. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada hasil pemeriksaan kepada remaja
dan ibu
b. Memberikan KIE tentang pola makan dan gizi seimbang pada remaja dan
ibu.
Pola makanan sehat seperti: mengkonsumsi makanan gandum utuh, buah
dan sayuran segar, serta menghindari lemak jenuh dan makanan cepat saji.
selain itu membatasi konsumsi garam (sodium), asupan kafein, gula, dan
alkohol juga dapat bermanfaat (Sumiaty, Sakti, and Hasnawati 2022).
c. Memberikan KIE untuk olahraga secara teratur
d. Memberikan KIE tentang menjaga berat badan ideal
e. Memberikan KIE mengenai pola tidur yang cukup
f. Menganjurkan untuk mengurangi tingkat aktivitas fisik sedang dan berat
g. Menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan Hb.
h. Menyarankan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan ke dokter kandungan.

10. Cara mengatasi rasa khawatir yang dialami oleh pasien (Siti Fatimah)
Upaya penanganan untuk mengatasi kecemasan pada gangguan siklus
menstruasi khususnya pada remaja dengan cara terapkan hidup sehat dengan
pola makan gizi seimbang, jaga berat badan tetap ideal, istirahat yang cukup,
belajar untuk mengelola stress, dan olahraga teratur dengan demikian
kecemasan bisa teratasi guna menjaga kesehatan reproduksi pada remaja. Peran
petugas kesehatan yaitu memberikan pendidikan kesehatan serta konseling
mengenai kesehatan reproduksi remaja yang didalamnya termasuk gangguan
siklus menstruasi. Petugas kesehatan juga dituntut untuk menyampaikan
informasi dengan jelas, benar, dan tepat (Dian Eka Kartikasarti, et al. 2022)
Gangguan siklus menstruasi merupakan gangguan yang dialami seorang
wanita selama masa periode menstruasi. Hal ini ditandai dengan perpanjangan
siklus menstruasi (oligomenorea), pemendekan siklus menstruasi (polimenorea)
ataupun tidak terjadinya menstruasi selama 3 sampai 6 bulan berturut turut
(amenorea sekunder), bahkan tidak kunjung terjadinya menstruasi setelah
melalui masa pubertas(amenorea primer).(Linda)
Gangguan Siklus menstruasi menjadi indikator penting untuk
menggambarkan perubahan pada fungsi ovarium dan juga diasosiasikan dengan
peningkatan risiko penyakit seperti kanker payudara, kanker ovarium, diabetes,
penyakit kardiovaskular dan fraktur. Pemendekan masa folikel menyebabkan
siklus menstruasi menjadi lebih singkat (polimenore) dan hal ini berhubungan
dengan penurunan kesuburan dan keguguran. Sementara pemanjangan siklus
menstruasi (oligomenore) berhubungan dengan kejadian anovulasi, infertilitas
dan keguguran(Linda)
11. Upaya Preventif (gebby nadila)
1) Dukungan keluarga (memberikan pengertian kepada remaja untuk tidak
perlu khawatir dengan keluhan yang dialami adalah fisiologis/normal).
2) Kebutuhan makan dan istirahat remaja harus diperhatikan. Ibu dan keluarga
bisa membantu memberitahu bahwa pemenuhan nutrisi remaja sangat
penting.
3) Keluarga dan ibu mengingatkan atau menyiapkan makanan. Agar nutrisi
remaja tersebut terpenuhi sehingga tidak mengalami status gizi yang buruk.
4) Memberikan tablet tambah darah untuk pencegahan anemia pada remaja.
Tablet tambah darah dapat dikonsumsi remaja seminggu sekali sebanyak 1
tablet.
5) Mengikuti Posyandu remaja. Remaja dapat mengikuti posyandu untuk
mendapatkan informasi mengenai kesehatan remaja.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier,S. (2010) Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. GramediaPustaka


Utama
Dieny, F.F., Rahadiyanti, A., and K, D.M. (2019) Gizi Prakonsepsi. Bumi
Medika (Bumi Aksara)
Dieny, F. F. ( 2014) Permasalahan Gizi Pada Remaja Putri. Yogyakarta:Graha
Ilmu.

Estuningtyas, R.D. (2018) Kesehatan Jiwa Remaja. Yogyakarta: Psikosain

Hadijah, S., Hasnawati, and Hafid, M.P. (2019) Pengaruh Masa Mentruasi
Terhadap Kadar Hemoglobin Dan Morfologi Eritrosit..

Kusmiran, E. (2013) Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:


Salemba Medika

Nurhayati, E (2020) Gangguan Menstruasi, Infeksi Radang Panggul dan Infertilitas.


Universitas Esa Unggul

Botutihe, F., S. KM ,.S. Kep ,. Ns ,.M. Kes ,. Suntin, S. Kep ,. Ns ,.M. Kep ,. Nur Hijrah
Tiala, S. Kep ,. Ns (2022) Aktivitas Fisik dan Tingkat Stres Dengan Gangguan
Pola Menstruasi. CV. Ruang Tentor
Dieny, F.F., Rahadiyanti, A., and K, D.M. (2019) Gizi Prakonsepsi. Bumi Medika (Bumi
Aksara)
Khatimah, H., Sulistina, D.R., Ernawati, S., Minarti, Nurhayati, Istiqamah, Anita,
Rikawarastuti, Karim, B.A., Arifuddin, H., Masita, Ayu, J.D., Hendriani, D.,
Nurkhalim, R.F., and Hasnani, F. (2023) KESEHATAN REPRODUKSI
REMAJA. Media Sains Indonesia
Sumiaty, Sakti, P.M., and Hasnawati (2022) Atasi Dismenorea Pada Remaja Dengan
Terapi Komplementer. Penerbit P4I
Tandra, H. (2013) Mencegah Dan Mengatasi Penyakit Tiroid. Gramedia Pustaka
Utama

Paath,F., dkk. (2005). Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta;EGC

SARI PRADINI-201210201061-S1 KEPERAWATAN-NASPUB - Sari


Pradini.pdf (unisayogya.ac.id)

Sitepiu, B. (2018) Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Siklus Menstruasi


pada Remaja Putri di SMA Negeri 1 Tigapanah Kab.Karo Tahun 2018.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

Sumiaty, Sakti, P.M., and Hasnawati (2022) Atasi Dismenorea Pada Remaja
Dengan Terapi Komplementer. Penerbit P4I
Tandra, H. (2013) Mencegah Dan Mengatasi Penyakit Tiroid. Gramedia
Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai