Anda di halaman 1dari 48

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny.

Y
Dengan Vertigo

Modul Kegiatan Praktik Profesional


Untuk Memenuhi Kelengkapan
Pemenuhan SKP pada Ranah A PKB Online

Disusun Oleh:
Ns. U. Purnama Sari S.Kep
NIRA. 63720800540
DPK DINAS KESEHATAN BANJARBARU

PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA


KOTA BANJARBARU
PROPINSI KALIMANTAN SELATAN
TAHUN 2023

i
LEMBAR PENGESAHAN / VERIFIKASI

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny.Y dengan Vertigo

Modul Kegiatan Praktik Profesional


Untuk Memenuhi Kelengkapan
Pemenuhan SKP pada Ranah A PKB Online

Disusun Oleh:
Ns. U. Purnama Sari S.Kep
NIRA. 63720800540
DPK DINAS KESEHATAN BANJARBARU

Telah diverifikasi dan disetujui oleh


Verifikator SKP PPNI Kota Banjarbaru
Pada tanggal
Verifikator DPD Kota Banjarbaru

Herry Setiawan, S.Kep., Ners, M.Kep.


NIRA. 63720050770

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

dan karunia Nya semata jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan Modul Kegiatan

Praktik Profesional yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny.Y dengan

Vertigo .Modul berupa Asuhan Keperawatan ini dibuat guna memenuhi persyaratan

pemenuhan SKP terutama pada Ranah A di PKB Online yaitu Kegiatan Praktik Profesional

dimana pada Ranah A tersebut merupakan Ranah yang wajib untuk disikan setiap tahunnya

dengan jumlah sebanyak 5 SKP dalam 5 tahun ( satu tahun 1 SKP ) selama masa STR

berlaku.

Penulisan Modul ini merupakan salah satu alternatif pemenuhan SKP bagi perawat

yang belum atau berhenti bekerja dalam kurun waktu tertentu dimana saat tersebut

bersamaan dengan masa berlaku STR. Selain itu, dengan pembuatan modul merupakan

salah satu cara bagi perawat untuk agar tetap terus mengembangkan ilmu dan kompetensi

keprofesiannya. Penyusunan Modul Kegiatan Praktik Profesional ini dapat terlaksana

dengan baik tentunya berkat dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

mengucapkan terimakasih untuk beberapa pihak yang terlibat.

Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan Modul Kegiatan

Praktik Profesional ini. Namun demikian adanya, semoga Modul Kegiatan Praktik

Profesional ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya pada ilmu keperawatan.

Banjarbaru, Mei 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN/VERIFIKASI.............................................................. ii
KATA PENGANTAR............................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.............................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
1. Tujuan Umum......................................................................................... 2
2. Tujuan Khusus......................................................................................... 2
C. Manfaat........................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Konsep Dasar Penyakit................................................................................. 5
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan............................................................ 14
BAB III TINJAUAN LAPANGAN
A. Pengkajian Keperawatan.............................................................................. 24
B. Analisa Data................................................................................................. 30
C. Diagnosa Keperawatan................................................................................ 31
C. Rencana Tindakan Keperawatan.................................................................. 32
D. Implementasi dan Evaluasi.......................................................................... 35
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................. 41
B. Saran ............................................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. v
DOKUMENTASI.................................................................................................... vi

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau

lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul terutama dari sistem otonom,

yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau

penyakit (Misbach dkk.. 2006). Dengan demikian, vertigo bukan suatu gejala pusing

berputar saja, tetapi merupakan watu kumpulan gejala atau satu sindrom yang terdiri

dari gejala somatik nistagmus, unstable), otonomik (pucat peluh dingin, mual, dan

muntah), pusing dan gejala psikiatrik. Dizziness lebih mencerminkan keluhan rasa

gerakan yang umum, tidak spesifik, rasa govali kepala ringan dan perasaan yang sulit

dilukiskan sendin oleh penderitanya. Pasien sering menyebutkan sensasi in ebagai

pliver Sedangkan giddiness betarts dizziness atau vertigo yang berlangsung singkat

(Sutarni, 2019).

Menurut Bisdorff (2013) prevalensi vertigo di Jerman, yang berusia 18 tahun

hingga 79 tahun adalah 30%, sedangkan 24% diasumsikan sebagai kelainan vestibuler.

Penelitian di Prancis menemukan 12 bulan setelahnya prevalensi vertigo 48%.

Prevalensi di Amerika, disfungsi vestibular sekitar 35% daerah dengan umur paling

banyak yaitu 40 tahun ke atas . Insiden vertigo dan ketidak seimbangan adalah 5-10%

sehingga bisa mencapai 40% pada pasien yang berusia lebih tua dari 40 tahun. Insiden

resiko jatuh adalah 25% pada pasien yang berusia lebih tua dari usia 65 tahun di

Amerika.

Angka kejadian vertigo di Indonesia pada 2012, usia 40 sampai dengan 50

tahun adalah 50%, ini merupakan keluahan terbanyak ketiga dari pasien yang datang

berobat ke dokter umum setelah sakit kepala dan stroke (Putri et al., 2016).

1
Meningkatnya kasus vertigo sebagai petunjuk bahwa vertigo membutuhkan perhatian

serius dalam penanganannya, hal ini karena pasien yang mengalami vertigo akan

menurunkan kualitas hidupnya akibat ketidaknyamanan yang dialaminya. Diagnosa

kebutuhan rasa nyaman yang dibutuhkan oleh pasien vertigo merupakan kebutuhan

dasar manusia yang semestinya dipenuhi (Gunawan, 2017)

Ada beberapa cara untuk menggurangi gejalanya baik secara farmakologis

maupun non farmakologis. Pada farmakologi, penderita biasanya akan diberikan

golongan antihistamin dan benzodiazepine. Sedangkan salah satu terapi non

farmakologi yang menggunakan pendekatan teori keperawatan dapat diberikan

perawat untuk membantu pasien yang mengalami gangguan keseimbangan dan risiko

jatuh pada kasus BPPV adalah teknik manuver brandt daroff (Widjajalaksmi, 2015)

Berdasarkan latar belakang masalah dan fenomena yang terjadi diatas, maka

penulis termotivasi untuk membuat Modul Kegiatan Praktik Profesional

tentang“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny.Y Dengan Vertigo”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penulisan Modul Kegiatan Praktik Profesional ini bertujuan untuk menerapkan

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny.Y Dengan Vertigo”

2. Tujuan Khusus 

Tujuan khusus penulisan laporan ini yaitu :

a. Penulis mampu memahami konsep dasar teoritis tentang vertigo

b. Penulis mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada klien yang

mengalami vertigodi wilayah kerja Puskesmas Kota Banjarbaru.

2
c. Penulis mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada klien

yang mengalami vertigo di wilayah kerja Puskesmas Kota Banjar baru.

d. Penulis mampu mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan pada klien

yang mengalami vertigo di wilayah kerja Puskesmas Kota Banjarbaru.

e. Penulis mampu mendeskripsikan implementasi keperawatan pada klien yang

mengalami vertigo di wilayah kerja Puskesmas Kota Banjarbaru.

f. Penulis mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada klien yang

mengalami vertigo di wilayah kerja Puskesmas Kota Banjarbaru.

C. Manfaat

1. Klien

Diharapkan klien dapat mengetahui informasi dan penanganan seputar penyakit

vertigo yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi yang lengkap dan terpercaya

sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan.

2. Pengembangan ilmu keperawatan

Diharapkan hasil asuhan keperawatan dapat memberikan wawasan, pengetahuan

serta pengalaman dan kepada pihak civitas akademika di Kota Banjarbaru tentang

vertigo serta dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk menyusun asuhan

keperawatan berikutnya.

3. Penulis

Diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan serta mengasah kemampuan dan

keterampilan penulis sehingga dapat membentuk pola berfikir kritis dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada klien vertigo dan memperoleh pengalaman

dalam melaksanakan aplikasi riset keperawatan di tatanan pelayanan keperawatan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi Vertigo

Vertigo adalah gangguan keseimbangan. Seseorang yang mengalami vertigo

merasa bahwa dunia di sekelilingnya berputar. Gangguan ini biasanya disertai

dengan perasaan mual. Vertigo bisa berlangsung beberapa menit hingga belierapa

hari (Wong, 2011)

Vertigo adalah suatu perasaan seolah-olah tubuh penderita bergerak atau

berputar putar, puyeng atau seolah-olah benda di sekitar pen- derita bergerak atau

berputar dan biasanya disertai dengan mual muntah, dan kehilangan keseimbangan.

Pada umumnya orang membahasakan vertigo dengan istilah pusing tujuh keliling

Vertigo merupakan sebuah gejala dari gangguan koordinasi tubuh dan bukan meru-

pakan penyakit Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa siat atau bisa berlanjut

sampal beberapa jam bahkan hari Penderita Ladang merasa lebih baik jika berba

ring, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita ndak bergerak sama

sekali (Junaidi, 2021).

Vertigo adalah perasaan pusing. Seseorang yang menderita vertigo

merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar. Hal ini disebabkan adanya gangguan

keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di daerah telinga

(Prasetyono, 2016).

5
2. Jenis Vertigo

Vertigo dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu:

a. Vertigo Subjektif

Penderita vertigo subjektif akan merasakan bahwa dirinya berputar putar ter-

hadap lingkungan sekitarnya.

b. Vertigo Objektif

Penderita vertigo objektif akan merasakan lingkungan sekitarnya yang berputar

terhadap dirinya

(Junaidi, 2021)

3. Etiologi

Penyebab vertigo pada umumnya karena faktor pencetus akibat adanya

gangguan sistem vestibular telinga. Gangguan tersebut terjadi pada struktur telinga

bagian dalam, saraf vestibular, batang otak, dan otak kecil/cerebellum. Sistem

vestibular bertanggung jawab terhadap pengintegrasian rangsangan pada

pancaindra dengan gerakan tubuh, sehingga tetap terkoordinasi dengan baik dan

stabil. Sistem vestibular bertugas untuk menjaga agar suatu objek tetap fokus

sebagai penglihatan utama saat tubuh bergerak. Ketika kepala bergerak, maka

sinyal ditransmisikan ke labirin telinga bagian dalam, lalu labirin membawa

informasi ke saraf vestibular yang kemudian diteruskan ke batang otak dan otak

kecil yang berfungsi mengontrol keseimbangan, menjaga postur tubuh, dan

koordinasi gerakan.

Beberapa penyebab vertigo di antaranya penurunan suplai oksigen ke otak

yang mengakibatkan kepala terasa ringan dan merasa seperti jatuh atau pingsan.

Vertigo, juga bisa disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem vestibular perifer

6
(gangguan pada telinga bagian dalam). Gejala pusing juga bisa muncul sebagai

akibat dari gangguan sistem vestibular sentral (misalnya saraf vestibular, batang

otak, dan otak kecil). Pada beberapa kasus, penyebab vertigo tidak diketahui.

Gangguan vestibular perifer meliputi Benign Paroksimal Positional Vertigo

(BPPV), yaitu vertigo karena gangguan vestibular perifer yang paling banyak

ditemui, sindrom cogan (terjadi karena ada peradangan pada jaringan ikat di

kornea, bisa mengakibatkan vertigo, telinga berdenging, dan kehilangan

pendengaran); penyakit ménière (adanya fluktuasi tekanan cairan di dalam

telinga/endolimf, sehingga mengakibatkan vertigo, telinga berdenging, dan

gangguan pendengaran); ototoksisitas (keracuanan pada telinga), neuritis vestibular

(peradangan pada sel saraf vestibular dan karena infeksi virus) Beberapa obat dan

zat kimia atau logam berat seperti timbal, merkuri, dan timah dapat menyebabkan

ototoksisitas yang mengakibatkan kerusakan pada telinga bagian dalam atau saraf

kranial Vill dan menyebabkan ver tigo. Kerusakan dapat bersifat sementara

maupun permanen. Pemakaian beberapa obat antibiotik (golongan aminoglikosida

seperti streptomisin dan gentamisin) dalam jangka panjang maupun penggunaan

obat kanker an tineoplastik (misalnya cisplatin maupun carboplatin) dapat

menyebabkan ototoksisitas menetap: Bagi mereka yang sensitif konsumsi alkohol

meski pun dalam jumlah kecil juga dapat menyebabkan vertigo

Penyebab lain dari vertigo adalah gangguan pada sistem saraf pusat dan

gangguan telinga dalam yang mengontrol keseimbangan. Bila dilihat dari

penyebabnya, dapat dikatakan ada dua penyebab utama vertigo, yaitu:

a. Vertigo Perifer

Vertigo jenis ini terjadi karena gangguan pada telinga bagian dalam yang

mengontrol keseimbangan (organ labirin vestibuler atau kanalis semirkulasi

7
atau pada saraf vestibularis yang menghubungkan telinga dalam dengan batang

otak. Salah satu jenis dan vertigo perifer yang banyak dikeluhkan oleh

penderita adalah vertigo postural. Jenis vertigo ini merupakan gangguan

keseimbangan yang dipengaruhi oleh perubahan posisi tubuh misalnya

perubahan sisi tubuh dari miring kekanan maupun kekiri. Penyebab vertigo

postural karena adanya penyumbatan di daerah telinga tengah seperti keadaan

kupulolitiasis dan kanalithiasis (penyumbatan saluran telinga tengah).

Vertigo postural sering ditemukan pada penderita setelah terkena labir

intitis, cedera kepala, iskemia pada cabang arteri vestibularis anterior atau

penyakit meniere. Kelainan ini dapat dijumpai pada semua usia, tetapi sangat

jarang terjadi pada anak-anak dan hal ini akan meningkat pada usia

pertengahan hingga usia lanjut. Sistem vestibular berfungsi untuk

mengintegrasikan rangsangan pada indra dan gerakan tubuh. Selain itu sistem

vestibular bertugas untuk menjaga agar suatu objek ada di fokus penglihatan

saat tubuh bergerak. Ketika kepala bergerak, sinyal ditransmisikan ke labirin

yang terdapat di telinga bagian dalam. Labirin kemudian membawa informasi

ke saraf vestibular yang kemudi an diteruskan ke batang otak dan otak kecil

yang berfungsi untuk me ngontrol keseimbangan, postur, dan koordinasi gerak

keluhan vertigo perifer adalah pandangan gelap rasa lelah dan stamina

menurun, jan tung berdebar, ketulangan keseimbangan, tidak mampu

berkonsentrasi perasaan seperti mabuk otot terasa sakit niual dan muntah

muntah daya pikir menurun sesta sensitif pada cahaya

b. Vertigo Sentral

Vertigo ini disebabkan oleh penyakit yang berasal dari sistem saraf pusat.

Secara klinis adanya kerusakan akibat penyumbatan (infark) atau perdarahan

8
otak kecil (cerebellum) atau batang otak, atau penyebab lain seperti tumor,

infeksi atau trauma kepala. Untuk vertigo sentral ini gejala yang mengikuti

adalah penglihatan ganda (diplopia), sukar menelan, kelumpuhan otot-otot

wajah, sakit kepala yang berat, kesadaran terganggu, tidak mampu berkata kata

hilangnya koordinasi, mual dan muntah, serta tubuh terasa lemah atau

kesemutan

Selain penyebab di atas, vertigo dapat timbul karena kelainan psikis dan

gangguan penglihatan. Bila ditinjau dari penyebabnya, ternyata terdapat

banyak penyakit yang dapat menyebabkan vertigo antara lain penyakit me

niere, infeksi labirin, infeksi telinga, trauma kepala, tumor otak, efek samping

obat, gangguan fungsi mata gangguan psikis dan lain lain (Junaidi, 2021)

4. Patofisiologi

Lesi unilateral pada jalur vestibular akan menyebabkan terjadinya sindroma

vestibular sebagai konsekuensi dari ketidakseimbangan tonus. Ada dua macam

sindrom klinis yang relevan yaitu spatial hemineglect dan the pusher syndrome

yang terjadi apabila lesi terdapat di daerah thalamus atau di hemisfer otak.

Sindroma ini biasanya didapati pada pasien stroke. Spatial hemineglect terjadi

apabila terdapat gangguan atau kerusakan di bagian otak yang bertanggung jawab

atas orientasi ruang. Hal ini akan menyebabkan pasien tidak dapat mempersepsikan

objek di salah satu sisi. The pusher syndrome adalah sebuah gejala yang biasanya

ditemui pada pasien post-stroke di mana pasien akan cenderung memposisikan

badannya ke arah tubuh yang mengalami kelemahan. Pada sindroma ini terjadi

salah persepsi pada impuls yang disalurkan. Pasien dengan sindroma ini juga

9
memiliki gangguan pada persepsi visual, proprioseptif dan pergerakan motorik

sehingga menyulitkan mereka untuk memahami postur dan keseimbangan

tubuhnya. Kondisi ini merefleksikan disfungsi dari orientasi ruang, atensi dan

kontrol postur tubuh. Penyakit yang melibatkan fungsi vestibular sentral ini tidak

hanya melibatkan konvergensi input multisensor tetapi juga integrasi sensorimotor

dengan memori spasial, orientasi, atensi, navigasi dan interaksi tubuh dan

lingkungan ketika bergerak Ketika ada kerusakan atau gangguan pada otak yang

berfungsi mempersepsikan impuls terkait keseimbangan ini, maka respon yang

terbentuk tentu tidak akan normal. Perubahan posisi dan gerak kepala yang

diinformasikan melalui sistem vestibular normalnya akan membuat mata tetap

stabil ketika memandang. Hal ini yang mana telah disebutkan sebelumnya yaitu

dengan mekanisme VOR. Apabila terdapat gangguan pada salah satu komponen

VOR misalnya batang otak maka impuls yang diteruskan akan salah dipersepsikan.

Akibatnya pasien akan mengalami vertigo yang disertai dengan nistagmus dan

ketidakseimbangan postur tubuh (Brandt, 2017).

5. Tanda dan Gejala

Berikut tanda-tanda terjadinya vertigo:

a. Pusing karena sering batuk (vertigo laryngea),

b. Merasa seolah-olah akan terjatuh pada permulaan bangun tidur (vertigo

nocturna)

c. Pusing karena penyakit mata (vertigo ocularis),

d. Pusing dan merasa seolah-olah sekitarnya putar-putar (vertigo rotatoria),

e. Merasa mual dan ingin muntah,

f. Tidak mampu berdiri dan kadang terjatuh karena badan seperti tidak seimbang,

10
Beberapa jenis obat, seperti kina, streptomisin, dan salisilat, yang dapat

menimbulkan radang kronis bagian dalam telinga.

(Prasetyono, 2016).

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:

a. Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan pemeriksaan lain

sesuai indikasi.

b. Foto Rontgen tengkorak, leher, Stenvers (pada neurinoma akustik).

c. Neurofisiologi Elektroensefalografi (EEG), Elektromiografi (EMG), Brainstem

Auditory Evoked Potential (BAEP)

d. Pencitraan CTscan, arteriografi, magnetic resonance imaging (MRI).

(Setiawati, 2016)

7. Penatalaksanaan

Vertigo biasanya di atasi dengan penanganan sesuai penyebabnya.

Misalnya, jika vertigo terjadi karena adanya gangguan pada telinga, maka

penanganan dilakukan di bagian telinganya. Jika vertigo terjadi akibat adanya

gangguan pada penglihatan, maka penanganan dilakukan di bagian penglihatannya.

Pemberian vitamin antihistamin, diuretika, dan pembatasan konsumsi garam yang

telah diketahui dapat mengurangi keluhan vertigo (Kusumaningsih, 2015).

Terapi vertigo meliputi beberapa perlakukan yaitu pemilihan

medikamentosa, rehabilitasi dan operasi. Pilihan terapi vertigo mencakup:

a. Terapi simtomatik, melalui farmakoterapi

b. Terapi kausal, mencakup

11
c. Terapi rehabilitatif atau Terapi vestibular exercise mencakup

1) Metode Brandt Daroff

2) Latihan visual vestibular

3) Latihan berjalan (Sutarsi, 2018)

Menurut Sutarni, Rusdi & Abdul (2019) pada pasien dengan gangguan vestibular,

sebaiknya menggunakan obat anti vertigo di antara lainnya adalah

1. Antikolinergik

Mengurangi eksitabilitas neuron dengan menghambat jaras eksitatorik

kolinergik ke nervus.vestibularis yang bersifat kolinergik mengurangi respon

nervus.vestibularis terhadap rangsang. Efek samping: mulut kering, dilatasi

pupil, sedasi, gangguan akomodasi menghambat kompensasi. Tidak

dianjurkan pemakaian kronis contoh:

a. Sulfas atropine: 0,4mg/im b. Skopolamin: 0,6mg iv dapat diulang tiap 3

jam.

2. Antihistamin

Memiliki efek anti kolinergik dan merangsang inhibitori dengan akibat

inhibisi nervus.vestibularis. hamper semua anti histamine yang digunakan

untuk terapi vertigo mempunyai efek anti kolinergik.

a. Diphenhidramin: 1,5mg/im-oral dapat diulang tiap 2 jam

b. Dimenhidrinat: 50-100 mg/6 jam

3. Ca entryblodsker

Mengurangi eksitatori SSP dengan menekan pelepasan glutamate dan bekerja

langsung sebagai depressor labirin. Bisa untuk vertigo central atau periver

contoh: flonarizin

12
4. Monuaminergik

Merangsang jaras inhibitori monuamenergik pada n.vestibularis, sehingga

berakibat mengurangi eksatibilitas neuron. Contoh: amfetamin. Efedrin.

5. Antidopaminergik

Bekerja pada chemoreseptor trigger zone dan pusat muntah dimedula contoh:

klopromazin, haloperidol

6. Benzodiazepine: termasuk obat sedative, menurunkan resting aktivitas neuron

pada n.vestibularis dengan menekan reticular paskilitatori sistem. Contoh:

diazepam

7. Histaminic: inhibisi neuron polisinaptik pada nervus vestibularis lateraris.

Contoh: betahistin mesilat.

8. Antiyepileptik: bekerja dengan meningkatkan ambang, husunya pada vertigo

akibat epilepsi lobus temporalis contoh: karbamezepin, venitoin.

8. Komplikasi

Apabila vertigo tidak segera ditangani dan dilakukan pengobatan, penderita bisa

saja mengalami gagar otak ringan maupun berat, itu merupakan akibat yang

ditimbulkan karena vertigo pada penderita yang sering kambuh (Yulianto et al.,

2016). Vertigo akan menyebabkan komplikasi berupa penurunan kualitas hidup

karena gangguan mobilitas. penderita vertigo juga akan mengalami penurunan

fungsi individu sebagai pekerja. Vertigo apabila terjadi saat berkendara juga akan

mengakibatkan kecelakaan (Benecke et al., 2013)

13
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.

- Pengkajian

Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan

pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat klien guna mengetahui

berbagai permasalahan yang ada. Adapun pengkajian pada klien vertigo yang harus

dikaji pada klien vertigo adalah :

a. Data biografi : Nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit,

nama penanggung jawab dan catatan kedatangan.

b. Riwayat kesehatan :

1) Keluhan utama :Alasan utama pasien datang ke rumah sakit atau pelayanan

kesehatan.

2) Riwayat kesehatan sekarang : Keluhan pasien yang dirasakan saat

melakukan pengkajian.

3) Riwayat kesehatan terdahulu : Biasanya penyakit vertigo adalah penyakit

yang sering dialami oleh pasien terkait dengan trauma kepala, perdarahan

neoplasma, maupun migren basilar.

4) Riwayat kesehatan keluarga : Mengkaji riwayat keluarga apakah ada yang

menderita riwayat penyakit yang sama.

c. Data fisiologis, respirasi, nutrisi/cairan, eliminasi, aktifitas/istirahat,

neurosensori, reproduksi/seksualitas, psikologi, perilaku, relasional dan

lingkungan. Pada klien dengan ketidakpatuhan dalam katagori perilaku, sub

katagori penyuluhan dan pembelajaran perawat harus mengkaji data tanda dan

gejala mayor dan minor yang sudah tercantum dalam buku Standar Diagnosa

Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016), yaitu : Tanda dan

gejala mayor

14
1) Subyektif :

a) Mengungkapkan minat dalam belajar

b) Menjelaskan pengetahuan tentang suatu topic

c) Menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan topic

2) Obyektif

a) Perilaku sesuai dengan pengetahuan

- Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons

pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik

yang berlangsung actual mapun potensial. Diagnosis keperawatan merupakan

langkah kedua dalam proses keperawatan yaitu mengklasifikasi masalah kesehatan

dalam lingkup keperawatan. Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis

tentang respons seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah

kesehatan atau proses kehidupan yang actual atau potensial.

Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi resons klien individu,

keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Tujuan

pencatatan diagnosa keperawatan yaitu sebagai alat komunikasi tentang masalah

pasien yang sedang dialami pasien saat ini dan meruakan tanggung jawab sesorang

perawat terhada masalah yang diidentifikasi berdasarkan data serta

mengidentifikasi pengembangan rencana intervensi keperawatan (Tim Pokja SDKI

DPP PPNI, 2016).

Diagnosa yang biasa di angkat pada pasien vertigo antara lain

- Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

- Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur

15
- Nausea berhubungan dengan faktor psikologis

- Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

- Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan

- Perencanaan Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam

proses keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, dan memecahkan

masalah yang tertulis (Bulchek, 2017).

Diagnosa SLKI SIKI


keperawatan
Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen Nyeri
Ekspektasi : Menurun Observasi
berhubungan dengan
Kriteria hasil: - Observasi tanda-tanda
gejala penyakit
- Keluhan nyeri menurun vital
- Meringis menurun - Identifikasi lokasi,
- Sikap protektif menu- karakteristik, durasi,
run frekuensi, kualitas, dan
- Gelisah menurun intensitas nyeri dan skal
- Kesulitan tidur menu- nyeri ..
run Terapeutik
- Menarik diri menurun - Berikan teknik non far-
- Berfokus pada diri makologis
sendiri menurun - Kontrol lingkungan
- Diaforesis menurun yang memperat rasa ny-
- Frekuensi nadi mem- eri
baik Edukasi
- Pola nafas membaik - Jelaskan strategi
- Tekanan darah mem- meredakan nyeri
baik - Anjurkan teknik non
- Prilaku membaik farmakologis (teknik

16
- Pola tidur membaik napas dalam)
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Gangguan pola tidur Pola tidur
Observasi
Ekspektasi : Membaik
berhubungan dengan
Kriteria Hasil : - Identifikasi pola
kurang control tidur aktivitas dan tidur
- Keluhan sulit tidur
menurun - Identifikasi faktor
- Keluhan sering terjaga pengganggu tidur (fisik
menurun dan/atau psikologis)
- Keluhan tidak puas
- Identifikasi makanan
tidur menurun
dan minuman yang
- Keluhan pola tidur
mengganggu tidur
berubah menurun
(mis: kopi, teh, alcohol,
- Keluhan istirahat tidak
makan mendekati
cukup menurun
waktu tidur, minum
banyak air sebelum
tidur)

- Identifikasi obat tidur


yang dikonsumsi

Terapeutik
- Modifikasi lingkungan
(mis: pencahayaan,
kebisingan, suhu,
matras, dan tempat
tidur)
- Batasi waktu tidur
siang, jika perlu
- Fasilitasi
menghilangkan stress

17
sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur
rutin
- Lakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyamanan (mis:
pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresur)
- Sesuaikan jadwal
pemberian obat
dan/atau Tindakan
untuk menunjang siklus
tidur-terjaga

Edukasi
- Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
- Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu tidur
- Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya
Nausea berhubungan Tingkat Nausea Manajemen Mual
Ekspektasi : menurun Observasi
dengan faktor
Kriteria hasil: - Identifikasi pengala-
psikologis
- Nafsu makan man mual
meningkat - Identifikasi dampak
- Keluhan mual menurun mual terhadap kualitas
- Perasaan ingin muntah hidup (mis: nafsu
menurun makan, aktivitas, kin-
18
- Perasaan asam dimulut erja, tanggungjawab
menurun peran, dan tidur)
- Wajah pucat membaik - Identifikasi faktor
- Takikardia membaik penyebab mual
- Monitor mual (mis.
Frekuensi, durasi dan
tingkat keparahan
- Monitor asupan nutrisi
dan kalori.
Terapeutik
- Kendalikan faktor
penyebab mual
- Kurangi atau hilangkan
keadaan  penyebab
mual
- Berikan makanan
dalam jumlah kecil dan
menarik
Edukasi
- Anjurkan istirahat dan
tidur yang cukup
- Anjurkan makanan
tinggi karbohidrat dan
rendah lemak
- Ajarkan teknik nonfar-
makologis untuk men-
gatasi mual
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antiemetik,  jika perlu
Defisit pengetahuan Tingkat pengetahuan Edukasi kesehatan
Ekspektasi membaik Observasi:
berhubungan dengan
Kriteria hasil : - Identifikasi kemam-

19
kurang terpapar - Perilaku sesuai anjuran puan dalam menerima
- Perilaku sesuai dengan informasi
informasi
pengetrahum Terapeutik
- Persepsi yang keliru - Sediakan materi dan
terhadap masalah media dalam menyam-
menurun paikan informasi
- Berikan kesempatan
bertanya
Edukasi
- Jelaskan factor resiko
yang dapat mempen-
garuhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang
dapat dilakukan untuk
menigkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
Risiko jatuh Tingkat jatuh ekspektasi : Pencegahan Jatuh
Menurun Observasi
berhubungan dengan
Kriteria hasil : - Identifikasi faktor re-
gangguan
- Jatuh dari tempat tidur siko jatuh (usia >65
menurun
keseimbangan tahun,  penurunan
- Jatuh saat berdiri
menurun tingkat kesadaran, de-
- Jatuh saat duduk
fisit kognitif, hipotensi
menurun
- Jatuh saat berjalan ortostatik, gangguan
menurun
keseimbangan, gang-
guan penglihatan, neu-
ropati )
- Identifikasi resiko jatuh
setidaknya sekali setiap
atau sesuai kebijakan
institusi

20
- Identifikasi faktor
lingkungan yang
meningkatkan resiko
jatuh (mis, lantai licin,
penerangan kurang)
- Hitung resiko jatuh
dengan menggunakan
skala (mis , Fall  Morse
Scall, Humty Dumty
Scal l) jika perlu.
- Monitor kemampuan
berpindah pindah dari
tempat tidur ke kursi
roda dan sebaliknya.
Terapeutik
- Orientasikan ruangan
pada pasien dan kelu-
arga
- Pastikan roda tempat
tidur dan kursi roda se-
lalu dalam kondisi
terkunci
- Pasang handrail tempat
tidur 
- Atur tempat tidur
mekanis pada posisi
terendah
- Tempatkan pa tkan
pasien beresiko tinggi
jatuh dekat dengan  pe-
mantauan perawat dari
nurse station.
- Gunakan alat bantu

21
berjalan (mis, kursi
roda, walker  )
- Dekatkan bell pemang-
gil dalam jangkauan
pasien
Edukasi
- Anjurkan memanggil
perawat jika membu-
tuhkan bantuan untuk
berpindah
- Anjurkan menggu-
nakan alas kaki yang
tidak licin
- Anjurkan berkonsen-
trasi untuk menjaga
keseimbangan tubuh
- Anjurkan melebarkan
jarak kedua kaki untuk
meningkatkan keseim-
bangan saat berdiri

- Implementasi

Implementasi keperawatan adalah sebuah fase dimana perawat melaksanakan

intervensi keperawatan yang sudah direncanakan sebelumnya ( Kozier, 2010).

- Evaluasi

Evaluasi keperawatan menurut (Kozier, 2010) adalah fase kelima atau terakhir

dalam proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan

hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama

program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program

22
selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi

asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif,

assesment, planing) (Achjar, 2007). Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan

masalah yang klien hadapi yang telah di buat pada perencanaan tujuan dan kriteria

hasil.

BAB III
TINJAUAN LAPANGAN

A. PENGKAJIAN
1. Data Umum

Nama : Ny.Y

23
JenisKelamin : Perempuan

Umur : 32 Tahun

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : S1 PGSD

Pekerjaan : Guru Honorer

Alamat : Komplek Permata Lorihua Blok III No.3

Tanggal Pengkajian : 17 Mei 2023

Diagnosa Medis : Vertigo

2. Keluhan Utama

Klien mengatakan kepala nya pusing berputar-putar, pusing bertambah jika

melakukan pergerakan, nyeri kepala seperti tertusuk – tusuk, Skala nyeri 5, nyeri

dirasakan terus menerus, pandangan klien kabur serta berbayang dan mual

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Dari hasil wawancara yang dilakukan klien mengatakan ketika kepala pusing

berputar-putar disertai dengan mual, klien juga mengatakan teling sering

berdenging. Klien hanya mengobati penyakitnya dengan membeli obat di apotek

dan berlangsung membaik setelah 2 hari

4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien mengatakan pernah mengalami sakit yang sama seperti ini, klien tidak

memiliki riwayat penyakit kronis, klien tidak pernah menjalani operasi dan tidak

pernah mengalami kecelakaan, klien juga belum pernah dirawat di ruamh sakit,

klin memiliki alergi makanan seperti telur.

24
5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan ibunya juga pernah mengalami penyakit vertigo, namun tidak

sesering dirinya. Sedangkan anggota keluarga lain tidak ada yang mengalami

penyakit seperti dirinya.

6. Kebiasaan Sehari-hari

Ny.Y melakukan kegiatan seperti biasa, melakukan aktifitas rumah tangga

sekaligus mengajar di sekolah, waktu istirahat digunakan Ny.Y untuk tidur dan

sesekali Ny.Y pergi berlibur bersama keluarga. Namun jika penyakit nya kambuh

biasanya Ny.Y tidak bisa melakukan pekerjaan rumah, dan Ny.Y hanya tertidur

di kamar.

7. Data Psikologis, sosial dan spiritual

a. Persepsi terhadap penyakit :

Klien menyadari bahwa penyakit yang dideritanya berasal dari Tuhan, klien

selalu berdoa serta berzikir untuk memohon kesembuhan paad dirinya.

b. Suasana hati/perasaan

Klien memiliki rasa sedih karena ketika penyakit ini menyerang, aktifitas

klien terhambat sehingga pekerjaan tidak dapat terselesaikan tepat pada

waktunya.

c. Daya kosentrasi

Klien tidak mengalami penurunan yang signifikan pada konsentrasinya

d. Memori

Klien mengatakan masih memiliki daya ingat yang baik

25
e. Orientasi

Orientasi klien terhadap orang dan lingkungannya masih baik.

f. Mekanisme koping Efektif

Semenjak terdiagnosa vertigo klien membawa obat, dan menghindari

pencetus kegiatan yang dapat membuat penyakitnya kambuh

g. Konsep diri :

1. Gambaran diri

Klien sangat bersyukur dan mengatakan menyukai semua organ

tubuhnya

2. Harga diri

Klien mengatakan banyak mendapat dukungan dari semua keluarga yang

selalu memperhatikan dirinya mulai dari mengkonsumsi obat dan

mengatur pola makannya

3. Ideal diri

Klien mengatakan sedang berusaha menjadi ibu yang baik yang dapat

mengayomi anak-anaknya dan selalu bersikap baik untuk lingkungan

sekitarnya. Klien berharap bisa sembuh dari penyakitnya.

4. Identitas diri

Klien mengatakan klien sudah dewasa dan menyadari tentang penyakit

yang diderita serta mengetahui hal mana yang harus ia prioritaskan untuk

kebaikan dan kesembuhan dirinya.

5. Klien adalah seorang anak

h. Data Spiritual

Klien menganut agama Islam, melakukan sholat lima waktu dan berdzikir

26
8. PemeriksaanFisik

a. Keadaan Umun

1) Tingkat Kesadaran : Kompos Mentis

b. Ciri-ciri tubuh : Kulit sawo matang, klien mengatakan rambut lebat dan

lurus , hidung mancung, gaya berjalan baik, tidak ada kelainan

c. Tanda-tanda Vital

Suhu tubuh : 36,60c

Tekanan darah : 140/80 mmHg

Nadi : 76 x /m

RR : 23 x/m

d. Kepala dan wajah

Klien tidak memiliki kelainan pada kepala dan wajah, saat dikaji klien

menggunakan kerudung, wajah klien tampak simetris, tidak ada

pembengkakan, , semua tampak dalam keadaan normal

e. Mata

Mata klien tampak simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, ,

pergerakan mata normal, tidak ada peradangan, saat penyakit menyerang

pandangan menjadi kabur

f. Hidung

Hidung klien tampak baik, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan, tidak ada

rasa nyeri, lubang hidung simetris, tidak ada perdarahan, fungsi penciuman

normal dan tidak ada keluhan.

27
g. Telinga

Bentuk telinga klien normal, klien sering merasa gatal didalam telinga,

sehingga klien sering membersihkan telinga dengan cotton bud, pendengaran

baik, tidak tampak pembengkakan, tidak memakai alat bantu pendengaran

h. Mulut dan Kerongkongan

Bibir klien tampak lembab, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan, tidak ada

perdarahan pada mulut dan bibir, lidah tidak kotor, gigi klien tampak bersih,

suara normal, klien bisa mengunyah dengan baik, fungsi menelan baik, klien

tidak ada mengeluh masalah mulut dan kerongkongan

i. Leher

Leher tampak normal, tidak ada pembesaran kelenjer tiroid, vena jugularis

tidak menonjol dan pergerakan leher normal.

j. Dada

1) Pernafasan

Bentuk dada normal, pola nafas irama teratur, tidak ada gangguan irama

pernafasan, frekuensi nafas 23x/m, kualitas nafas normal, bunyi nafas

vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan, tidak ada penggunaan otot

bantuan nafas

2) Kardiovaskuler

Klien mengatakan tidak ada nyeri dada, irama jantung : teratur, pulsasi :

kuat, posisi ics 5 mid clavicula sinistra ics 5 mid sternalis dextra, bunyi

jantung : s1 s2 tunggal, tidak ada bunyi jantung tambahan, tidak ada

cianosis, tidak ada clubbing finger, tidak ada pembesaran jvp

3) Abdomen

28
Tidak ada benjolan dan pembengkakan pada abdomen, BAB 1x sehari,

konsistensi sedikit keras, warna kuning, bau khas feses, tempat yang

digunakan kamar mandi, tidak ada masalah eliminasi , abdomen tampak

simetris, , tidak ada lesi, tidak kembung dan tidak ada asites.

4) Ekstremitas

Tangan : Normal, tidak ada bengkak, tidak ada lesi, tidak ada

gangguan pada otot, pergerakan bebas

Kaki : Normal, tidak ada lesi , tidak ada pembengkakan, tidak ada

gangguan pada kaki, pergerakan bebas

9. Pengobatan

Betahistine 3 x 1

Dimenhydrinate 2x1

10. Pola Kebiasaan Sehari-Hari

a. Klien mengatakan nafsu makan baik, namun ketika penyakit menyerang klien

tidak dapat makan dan hanya berbaring di tempat tidur

b. Perawatan Diri / Personal Hygiene pasien bagus, klien melakukan aktifitas

perawatan diri secara mandiri tidak dibantu oleh orang lain

c. Klien tidak memiliki kegiatan rutin, klien hanya melakukan melakukan

aktifitas rumah tangga dan mengajar di sekolah

29
B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah Keperawtan
1 DS : Gejala Penyakit Nyeri akut
1. Klien mengatakan kepala
pusing berputar
P : Nyeri ketika melakukan
pergerakan
Q : nyeri kepala seperti tertusuk –
tusuk
R : Nyeri dirasakan didaerah kepala
S : Skala nyeri 4
T :Nyeri dirasakan terus
menerus
DO :
1. K/u tampak lemah
2. Kesadaran compos mentis
3. Tampak meringis
4. TTV
Suhu tubuh : 36,60c
Tekanan darah :140/80
mmHg
Nadi : 76 x /m
RR : 23 x/m
2 DS : Faktor Biologis Nausea
1. Klien mengatakan mual hebat
DO :
1. K/u tampak lemah
2. Kesadaran compos mentis
3. Klien tampak mual
4. TTV
Suhu tubuh : 36,60c
Tekanan darah :140/80
mmHg
Nadi : 76 x /m

30
RR : 23 x/m
3. DS : Gangguan Risiko Jatuh
1. Klien mengatakan kepala Keseimbangan
pusing berputar dan bertambah
parah jika digerakkan
DO :
1. K/u tampak seikit lemah
2. Kesadaran compos mentis
3. Klien tampak bingung saat
akan beraktifitas
4. TTV
Suhu tubuh : 36,60c
Tekanan darah :140/80
mmHg
Nadi : 76 x /m
RR : 23 x/m

C. Diagnosa Keperawatan :
Berdasarkan analisa data diatas, diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada
Ny.Y adalah
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

2. Nausea berhubungan dengan faktor psikologis

3. Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan

D. Rencana Tindakan Keperawatan


No Diagnosa SLKI SIKI

31
Diagnosa keperawatan
1 Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen Nyeri
Ekspektasi : Menurun Observasi
berhubungan
Kriteria hasil: - Observasi tanda-tanda vital
dengan gejala
- Keluhan nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik,
penyakit menurun durasi, frekuensi, kualitas, dan
- Meringis menurun intensitas nyeri dan skal nyeri ..
- Sikap protektif Terapeutik
menurun - Berikan teknik non farmakolo-
- Gelisah menurun gis
- Kesulitan tidur - Kontrol lingkungan yang mem-
menurun perat rasa nyeri
- Menarik diri menu- Edukasi
run - Jelaskan strategi meredakan ny-
- Berfokus pada diri eri
sendiri menurun - Anjurkan teknik non farmakolo-
- Diaforesis menurun gis (teknik napas dalam)
- Frekuensi nadi Kolaborasi
membaik -Kolaborasi pemberian analgetik,
- Pola nafas membaik jika perlu
- Tekanan darah
membaik
- Prilaku membaik
- Pola tidur membaik
2 Nausea Tingkat Nausea Manajemen Mual
Ekspektasi : menurun Observasi
berhubungan
Kriteria hasil: - Identifikasi pengalaman mual
dengan faktor
- Nafsu makan - Identifikasi dampak mual ter-
psikologis meningkat hadap kualitas hidup (mis:
- Keluhan mual menu- nafsu makan, aktivitas, kinerja,
run tanggungjawab  peran, dan
- Perasaan ingin tidur)
muntah menurun - Identifikasi faktor penyebab

32
- Perasaan asam mual
dimulut menurun - Monitor mual (mis. Frekuensi,
- Wajah pucat mem- durasi dan tingkat keparahan
baik - Monitor asupan nutrisi dan
- Takikardia membaik kalori.
Terapeutik
- Kendalikan faktor penyebab
mual
- Kurangi atau hilangkan
keadaan  penyebab mual
- Berikan makanan dalam jumlah
kecil dan menarik
Edukasi
- Anjurkan istirahat dan tidur
yang cukup
- Anjurkan makanan tinggi kar-
bohidrat dan rendah lemak
- Ajarkan teknik nonfarmakolo-
gis untuk mengatasi mual
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antiemetik,  jika perlu
3 Risiko jatuh Tingkat jatuh Pencegahan Jatuh
ekspektasi : Menurun Observasi
berhubungan
Kriteria hasil : - Identifikasi faktor resiko jatuh
dengan gangguan
- Jatuh dari tempat (usia >65 tahun,  penurunan
tidur menurun
keseimbangan tingkat kesadaran, defisit kog-
- Jatuh saat berdiri
menurun nitif, hipotensi ortostatik, gang-
- Jatuh saat duduk
guan keseimbangan, gangguan
menurun
- Jatuh saat berjalan penglihatan, neuropati )
menurun
- Identifikasi resiko jatuh seti-
daknya sekali setiap atau sesuai
kebijakan institusi

33
- Identifikasi faktor lingkungan
yang meningkatkan resiko
jatuh (mis, lantai licin, pen-
erangan kurang)
- Hitung resiko jatuh dengan
menggunakan skala (mis , Fall
Morse Scall, Humty Dumty
Scal l) jika perlu.
- Monitor kemampuan berpindah
pindah dari tempat tidur ke
kursi roda dan sebaliknya.
Terapeutik
- Orientasikan ruangan pada
pasien dan keluarga
- Pastikan roda tempat tidur dan
kursi roda selalu dalam kondisi
terkunci
- Pasang handrail tempat tidur 
- Atur tempat tidur mekanis
pada posisi terendah
- Tempatkan pa tkan pasien
beresiko tinggi jatuh dekat
dengan  pemantauan perawat
dari nurse station.
- Gunakan alat bantu berjalan
(mis, kursi roda, walker  )
- Dekatkan bell pemanggil
dalam jangkauan pasien
Edukasi
- Anjurkan memanggil perawat
jika membutuhkan bantuan un-
tuk berpindah
- Anjurkan menggunakan alas

34
kaki yang tidak licin
- Anjurkan berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan tubuh
- Anjurkan melebarkan jarak ke-
dua kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri

E. Implementasi Dan Evaluasi


Hari /
No
Tanggal/ Implementasi Evaluasi
DX
Jam
Rabu, 1 Manajemen Nyeri Subjektif
17 Mei Observasi - Klien mengatakan masih nyeri di
2023 - Mengobservasi tanda-tanda daerah kepala namun ada perubahan
vital sedikit
- Mengidentifikasi lokasi, P : Nyeri ketika melakukan
karakteristik, durasi, pergerakan
frekuensi, kualitas, dan inten- Q : nyeri kepala seperti tertusuk – tusuk
sitas nyeri dan skala nyeri R : Nyeri dirasakan didaerah kepala
S : Skala nyeri 2
Terapeutik
T :Nyeri dirasakan terus menerus
- Mengontrol lingkungan yang
- Klien mengatakan mengerti
memperat rasa nyeri
melakukan tarik nafas dalam
Edukasi
Objektif
- Menganjurkan teknik non far-
- K/u tampak lebih baik
makologis (teknik napas
- Kesadaran compos mentis
dalam) - Klien tampak masih sedikit
Kolaborasi menyeringai
- Berkolaborasi pemberian - Klien tampak menunjuk daerah
nyeri
obat betahistine - Klien tampak melakukan teknik
tarik nafas dalam
- TTV :
Suhu tubuh : 36,50c
Tekanan darah :135/89 mmHg
Nadi : 66 x /m

35
RR : 20 x/m
Assesment
Nyeri akut berhubungan dengan gejala
penyakit belum teratasi
Planning
Lanjutkan Intervensi
Manajemen Nyeri
Observasi
- Observasi tanda-tanda vital
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, dan intensi-
tas nyeri dan skal nyeri .
Edukasi
- Anjurkan teknik non farmakologis (teknik
napas dalam)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat betahistine
Rabu, 2 Manajemen Mual Subjektif
17 Mei Observasi - Klien mengatakan masih sedikit
2023 - Mengidentifikasi faktor mual
penyebab mual Objektif
- Memonitor mual (mis. - K/u tampak lebih baik
Frekuensi, durasi dan tingkat - Kesadaran compos mentis
- Klien tampak masih sedikit mual
keparahan
- TTV :
- Memonitor asupan nutrisi Suhu tubuh : 36,50c
Tekanan darah :135/89 mmHg
dan kalori.
Nadi : 66 x /m
Terapeutik RR : 20 x/m
- Mengendalikan faktor penye- Assesment
bab mual Nausea berhubungan dengan faktor
- Mengurangi atau hilangkan psikologis belum teratasi
keadaan  penyebab mual Planning
- Memberikan makanan dalam Lanjutkan Intervensi
jumlah kecil dan menarik Manajemen Mual

36
Edukasi Observasi
- Menganjurkan istirahat dan - Monitor mual (mis. Frekuensi, durasi
tidur yang cukup dan tingkat keparahan
- Menganjurkan makanan - Monitor asupan nutrisi dan kalori.
tinggi karbohidrat dan rendah Terapeutik
lemak - Berikan makanan dalam jumlah kecil
Kolaborasi dan menarik
- Berkolaborasi pemberian Di- Kolaborasi
menhydrinate - Kolaborasi pemberian Dimenhydri-
nate
Rabu, 3 Pencegahan Jatuh Subjektif
17 Mei Observasi - Klien mengatakan masih nyeri di
2023 - Mengidentifikasi faktor re- daerah kepala namun ada perubahan
siko jatuh (usia >65 tahun, sedikit
penurunan tingkat kesadaran, - Klien mengatakan lebih enakan namun
defisit kognitif, hipotensi or- belum dapat beraktifitas seperti biasa
tostatik, gangguan keseim- karena takut jatuh
bangan, gangguan pengli- Objektif
hatan, neuropati ) - K/u tampak lebih baik
- Mengidentifikasi resiko jatuh - Kesadaran compos mentis
- Klien masih tampak bingung saat
setidaknya sekali setiap atau
akan beraktifitas
sesuai kebijakan institusi - TTV :
Suhu tubuh : 36,50c
- Mengidentifikasi faktor
Tekanan darah :135/89 mmHg
lingkungan yang Nadi : 66 x /m
meningkatkan resiko  jatuh RR : 20 x/m
(mis, lantai licin, penerangan Assesment
kurang) Resiko jatuh berhubungan dengan
- Memonitor kemampuan gangguan keseimbangan belum teratasi
berpindah pindah dari tempat Planning
tidur ke kursi roda dan seba- Lanjutkan Intervensi
liknya. Pencegahan Jatuh
Terapeutik Observasi
- Mengorientasikan ruangan - Monitor kemampuan berpindah

37
pada pasien dan keluarga pindah dari tempat tidur ke kursi roda
- Mengatur tempat tidur meka- dan sebaliknya.
nis pada posisi terendah Terapeutik
- Menggunakan alat bantu ber- - Atur tempat tidur mekanis pada posisi
jalan (mis, kursi roda, terendah
walker  ) Edukasi
Edukasi - Anjurkan menggunakan alas kaki
- Menganjurkan menggunakan yang tidak licin
alas kaki yang tidak licin - Anjurkan berkonsentrasi untuk men-
- Menganjurkan berkonsen- jaga keseimbangan tubuh
trasi untuk menjaga keseim- - Anjurkan melebarkan jarak kedua
bangan tubuh kaki untuk meningkatkan keseimban-
- Menganjurkan melebarkan gan saat berdiri
jarak kedua kaki untuk
meningkatkan keseimbangan
saat berdiri
Kamis 1 Manajemen Nyeri Subjektif
18 Mei Observasi - Klien mengatakan sudah tidak nyeri
2023 - Mengobservasi tanda-tanda di daerah kepala
vital Objektif
- Mengidentifikasi lokasi, - K/u tampak baik
karakteristik, durasi, - Kesadaran compos mentis
- TTV :
frekuensi, kualitas, dan inten-
Suhu tubuh : 36,90c
sitas nyeri dan skal nyeri Tekanan darah :130/80 mmHg
Edukasi Nadi : 70 x /m
RR : 21 x/m
- Menganjurkan teknik non
farmakologis (teknik napas dalam) Assesment
Kolaborasi Nyeri akut berhubungan dengan gejala
- Berkolaborasi pemberian obat penyakit sudah teratasi
betahistine Planning
Hentikan Intervensi
Kamis 2 Manajemen Mual Subjektif
18 Mei Observasi - Klien mengatakan sudah tidak mual
2023 - Memonitor mual (mis. lagi hari ini

38
Frekuensi, durasi dan tingkat Objektif
keparahan - K/u tampak baik
- Memonitor asupan nutrisi - Kesadaran compos mentis
- TTV :
dan kalori. Suhu tubuh : 36,90c
Terapeutik Tekanan darah :130/80 mmHg
Nadi : 70 x /m
- Memberikan makanan dalam
RR : 21 x/m
jumlah kecil dan menarik
Assesment
Kolaborasi
Nausea berhubungan dengan faktor
- Berkolaborasi pemberian
biologis sudah teratasi
Dimenhydrinate
Planning
Hentikan Intervensi
Kamis 3 Lanjutkan Intervensi Subjektif
18 Mei Pencegahan Jatuh - Klien mengatakan sudah tidak nyeri
2023 Observasi di daerah kepala
- Memonitor kemampuan - Klien mengatakan sudah tidak mual
berpindah pindah dari tempat lagi hari ini
tidur ke kursi roda dan seba- - Klien mengatakan sudah dapat
liknya. berpindah dari tempat tidur dan duduk
Terapeutik seperti biasa
- Mengatur tempat tidur meka- Objektif
nis pada posisi terendah - K/u tampak lebih baik
Edukasi - Kesadaran compos mentis
- Klien tampak sudah bisa berpindah
- Menganjurkan menggunakan
dan duduk
alas kaki yang tidak licin - TTV :
Suhu tubuh : 36,90c
- Menganjurkan berkonsen-
Tekanan darah :130/80 mmHg
trasi untuk menjaga keseim- Nadi : 70 x /m
bangan tubuh RR : 21 x/m
- Menganjurkan melebarkan Assesment
Resiko jatuh berhubungan dengan
jarak kedua kaki untuk
gangguan keseimbangan sudah teratasi
meningkatkan keseimbangan
Planning
saat berdiri
Hentikan Intervensi

39
40
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny.Y dengan vertigo dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan yang mencangkup pengkajian, analisa

data, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi, maka kesimpulan yang di dapat:

1. Pengkajian telah dilakukan pada Ny.Y dengan vertigo didapatkan hasil Ny.Y telah

mengetahui penyakit yang dideritanya adalah vertigo, Klien sebelumnya sudah

pernah mengalami penyakit ini, dan selalu kambuh karena klien sering

membersihkan telinga menggunakan cotton bud

2. Perencanaan dalam proses asuhan keperawatan dimulai setelah data - data hasil

observasi dan wawancara terkumpul, dianalisa dan kemudian ditetapkan diagnosa

keperawatan. Perencanaan disusun berdasarkan prioritas diagnosa keperawatan

yang disesuaikan dengan kondisi klien dengan menggunakan SDKI,SLKI, dan

SIKI. Kriteria hasil sebagai alat ukur pencapaian tujuan yang mengacu pada tujuan

yang disusun pada rencana keperawatan.

3. Implementasi dilakukan sesuai dengan perencanaan keperawatan yang telah dibuat,

dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pasien

4. Dari tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada Ny.Y, pada hari pertama

diagnosa 1,2 dan 3 belum teratasi. Di hari kedua terdapat perubahan kondisi

diagnosa 1, 2, dan 3 sudah teratasi, vertigo yang dialami Ny.Y dapat sembuh

dengan melaksanakan terapi non farmakologi dan terapi farmakologi.

41
B. Saran

1. Bagi Pasien dan Keluarga

Sebagai bahan informasi bagi klien dan keluarga untuk lebih memahami tentang

vertigo dan mengurangi pencetus vertigo serta rutin melakukan pengobatan dan

pemeriksaan

2. Bagi Petugas Kesehatan

Sebagai bahan pertimbangan oleh seluruh tenaga kesehatan dalam

melaksanakan asuhan keperawatan khusunya dengan penyakit vertigo

3. Bagi Pendidikan Keperawatan

Dapat dijadikan sebagai bahan referensi pembelajaran khususnya asuhan

keperawatan dengan penyakit vertigo

42
DAFTAR PUSTAKA

Benecke, H., Agus, S., Kuessner, D., Goodall, G., & Strupp, M. (2013). The burden and

impact of vertigo : findings from the REVERT patient registry. 4(October), 1–7.

https://doi.org/10.3389/fneur.2013.00136

Bisdorff,A.(2013).The Epidemiology Of Vertigo, Dizziness, And Unsteadiness And Its

Links To Co-Mordibities. Frontiers In Neurology. Vol 4 Article 2.

Brandt T, & DIeterich M. (2017). The dizzy patient: Don’t forget disorders of the central

vestibular system. Nature Reviews Neurology;. 13(6):352–362. DOI:

https://doi.org/10.1038/nrneurol.2017.58

Gunawan. (2017). Asuhan Keparawatan Pada Klien Dengan Masalah Kebutuhan Dasar

Rasa Aman Nyaman Akibat Nyeri Karena Vertigo Di Rs Pku Muhammadiyah

Gombong Karya.

Junaidi, Iskandar.(2021).Mencegah dan Mengatasi sakit kepala.CV Andi

Offset;Yogyakarta.

Kusumaningsih, W., Mamahit, A. A., & Bashiruddin, J. (2015). Pengaruh latihan brandt

daroff dan modifikasi manuver Epley pada vertigo posisi paroksismal jinak, 45(1),

43–52.

Kusumastuti, & Sutarni, S. (2018). Sindroma Vertigo Sentral Sebagai Manifestasi Klinis

Stroke Vertebrobasilar Pada Pasien Pemfigus Vulgaris. Berkala Ilmiah Kedokteran

Duta Wacana, 3(1), 61. https://doi.org/10.21460/bikdw.v3i1.80

Misbach, J., dkk.(2006). Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis dan Standar Prosedur

Operasional, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta;PERDOSSI.

v
Patri, C. M., Rahayu, & Sidharta B (2016) Hubungan Antara Cedera Kepala Dan

Terjadinya Vertigo Saimia Meila Jurial Hu Kesehatan Dan Kedokteran Keluarga,

12(December), 1-6.

Prasetyono, Dwi Sunar.(2016).Tanda Bahaya Dari Tubuh.Flashbooks;Yogyakarta.

Setiawati, Melly.(2016). Diagnosis dan Tatalaksana Vertigo. Fakultas Kedokteran;

Universitas Lampung.MAJORITY Volume 5 Nomor 4.

Sutarni sri,dkk.(2019).Bunga Ranpai Vertigo.Gajah Mada University Press;Yogyakarya.

Sutarni, Rusdi & Abdul (2019). Konsep Dasar Dari Vertigo. Jakarta: Salemba Medika.

Widjajalaksmi K, dkk.(2015). Pengaruh latihan Brandt Daroff dan modifikasi manuver

Epley pada vertigo posisi paroksismal jinak Vol. 45 No. 1 Universitas

Indonesia/Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Wong, Ferry.(2011).Panduan Lengkap Pijat.Penebar Plus;Jakarta.

Yulianto, R., H, M. F., & Doewes, M. (2016). Perkembangan Terapi Massage terhadap

Penyembuhan Penyakit Vertigo. Journal of Physical Education Health and Sport,

3(2), 127–134. https://doi.org/10.15294/jpehs.v3i2.7597

vi
DOKUMENTASI

vii

Anda mungkin juga menyukai