Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HUKUM SENI, HIBURAN, DAN INFOTAIMENT


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Masa’il Fiqhiyyah

Dosen Pengampu :
Nanang Abdillah, M.Pd.I

COVER

Oleh :
Nur Havidah (20210102266)
Putri Zakiyatun Nabila (20210102269)
Ummi Fauziyah Musyarof (20210102285)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-AZHAR
MENGANTI GRESIK
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT. Yang


telah memberi segala nikmat kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam senantiasa
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah membimbing umatnya
menuju jalan yang terang benderang .
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Masa’il Fiqhiyyah” Prodi S-I PAI STAI Al-Azhar Menganti Dengan judul
makalah “Hukum Seni, Hiburan, dan Infotaiment” Penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mendapatkan bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Ustadz Nanang Abdillah, M.pd.I selaku Dosen pengampu mata kuliah “Masa’il
Fiqhiyah” yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
2. Bapak dan ibu tercinta yang memberikan bantuan dan dorongan baik secara
moral maupun spiritual.
3. Rekan mahasiswa yang dengan penuh rasa kebersamaan memberikan masukan
dan saran dalam penyusunan makalah ini.
4. Dan semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun secara
tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah swt.
memberikan pahala atas bantuan yang diberikan.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum
sempurna. Untuk itu, kritik dan saran demi perbaikan makalah ini sangat
diharapkan, dan semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi tim penulis dan
pembaca serta perkembangan ilmu pendidikan pada umumnya.

Gresik, 24 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................1
Pendahuluan .......................................................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................1
C. Tujuan Makalah .....................................................................................................1
BAB II ...............................................................................................................................2
Pembahasan .......................................................................................................................2
A. Definisi Seni, Hiburan, dan Infotaiment .................................................................2
B. Hukum Seni, Hiburan, dan Infotaiment dalam Islam ............................................3
BAB III ..............................................................................................................................7
PENUTUP .........................................................................................................................7
A. Kesimpulan ............................................................................................................7
B. Saran ........................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................8

iii
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Seni dan hiburan merupakan bagian dari hidup manusia. Kemampuan
berseni merupakan salah satu kelebihan manusia dibandingkan makhluk Allah
SWT yang lainnya. Dunia seni dan hiburan memang dipandang sebelah mata oleh
banyak ulama. Tidak sedikit dari mereka yang mengharamkannya da nada pula
yang membolehkannya. Mereka mengibaratkan seni dengan sebuah wadah. Jika
isinya baik bisa dikonsumsi, dan jika bahaya jangan dikonsumsi.
Islam melalui sumber utamanya Al-Quran sangat menghargai seni. Al-
Quran menuntun manusia mengenal Allah mengajak untuk memandang
keseluruhan jagad raya yang diciptakan-Nya dengan serasi dan indah. Keindahan
merupakan sebab tumbuh dan kokohnya keimanan, sehingga keindahan itu menjadi
sarana mencapai kebahagiaan dalam kehidupan.
Sebenarnya, seni dan hiburan sudah ada sejak zaman Rasulullah.
Kesenangan psikologis dan hiburan merupakan dua hal yang natural dalam diri
manusia. Islam tidak melarang seni dan hiburan jika itu dilakukan sesuai dengan
porsinya dan tidak mengandung hal-hal yang bebahaya. Dengan banyaknya pro dan
kontra akan hal ini, oleh karena itu, penulis dalam kesempatan kali ini membahas
tentang hukum seni, hiburan, dan infotaiment dalam islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dalam hal ini dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana definisi Seni, Hiburan, dan Infotaiment ?
2. Bagimana hukum Seni, Hiburan, dan Infotaiment dalam pandangan Islam?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui dan memahami lebih jelas pengertian tentang seni,
hiburan, dan infotaiment
2. Untuk mengetahui dan memahami dengan jelas hukum seni, hiburan, dan
infotaiment

1
BAB II
Pembahasan

A. Definisi Seni, Hiburan, dan Infotaiment


Seni adalah satu perkataan yang tersendiri, manakala pengertiannya
amat luas. Muzik, nyanyian, lagu dan nasyid merupakan sebahagian daripada
cabang-cabang seni. Seni adalah penzahiran rasa indah yang terkandung dalam
jiwa manusia yang dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk
yang dapat ditangkap oleh panca indera pendengar iaitu seni suara atau seni
lukis, atau pun ianya dilahirkan dengan perantaraan gerak sama ada melalui seni
tari atau drama.1Seni dapat terbagi menjadi beberapa cabang, yaitu seni audio (seni
musik atau seni suara), seni visual atau seni rupa (lukisan, ukiran, patung), seni
audio-visual (seni tari, drama, teather, film), dan seni kesusastraan (puisi, syair).
Sedangkan hiburan dalam islam bearasal dari bahasa Arab disebut sebagai
al-lahw yaitu semua perkara yang melekakan manusia daripada berbagai gangguan,
pemikiran dan masalah yang mengganggu tidur mereka. Hiburan juga tidak
mempunyai hakikat yang sabit seperti bermain, berjenaka, bersembang malam,
menyanyi dan sebagainya.
Infotainment adalah suatu istilah populer untuk berita atau dapat juga
disebut informasi hiburan di kalangan masyarakat. Perkembangan infotainment di
Indonesia boleh dikatakan cukup signifikan, sekitar tahun 2000 hanya ada segelintir
infotainment yang ditayangkan oleh stasiun televisi. Media cetak atau media online
tertentu, akan tetapi dalam jangka waktu 5 tahun hingga saat ini, tayangan
infotainment di televisi kian menjamur, bahkan ditayangkan pagi dan sore hari.
Bahkan menurut hasil survey Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Maret 2006,
tayangan infotainment telah mengisi 63 persen tayangan televisi Indonesia. Hal ini
berkaitan dengan kondisi psikologis masyarakat yang jenuh akan pemberitaan
politik, misalnya tentang korupsi para pejabat yang tidak kunjung memberikan
pendidikan politik yang baik bagi masyarakat, dan pemberitaan tentang ekonomi

1
Muhamad Naim, “Hukum dan Definisi Hiburan dalam Islam”, Aku Islam, diakses Mei 23, 2023,
https://akuislam.com/panduan/hiburan-dalam-islam/

2
3

yang seringkali meneror kehidupan, seperti kenaikan harga bahan kebutuhan pokok
atau kenaikan BBM. Pada situasi seperti inilah infotainment mengambil alih
perhatian masyarakat yang dianggap dapat mengobati kerinduan masyarakat akan
berita yang ringan dan menghibur.2
B. Hukum Seni, Hiburan, dan Infotaiment dalam Islam
Secara umum seni merupakan ungkapan ekspresi manusia yang memuat
unsur keindahan dan diungkapkan melalui berbagai media. Seni dapat dibagi
menjadi beberapa cabang, yaitu audio, visual, seni rupa, kesusastraan, dan lain
sebagainya. Unsur yang paling utama dari sebuah seni adalah adanya unsur
keindahan yang menjadi sebuah sarana pemenuhan kebutuhan rohani manusia.
Dalam islam, seni adalah perkara dunia bukan akhirat. Hukum dasar dari
kesenian adalah mubah (boleh), karena kebutuhan akan kesenian merupakan fitrah
manusia yang menyukai keindahan. Namun demikian, sebagai muslim kita
mempunyai batasan-batasan dalam menikmati sebuah karya seni. Karya seni yang
bernilai mubah tadi dapat berubah menjadi haram, jika mengandung unsur-unsur
yang diharamkan oleh Allah SWT. Misalnya, sebuah karya seni yang mengandung
unsur kemusyrikan karena ditujukan untuk pemujaan berhala atau penyembahan
kepada sesuatu selain Allah SWT dan bernilai haram manakala mengandung unsur
yang dilarang Allah seperti memamerkan aurat wanita dan pornografi.
Dunia seni dan hiburan telah ada pada zaman Rasulullah. Ada beberapa
hadits yang menunjukkannya seperti hadits riwayat Tirmidzi, Baridah berkata,
“Sepulangnya Rasulullah dari salah satu perang, datang seorang budak perempuan
hitam dan berkata, “Ya Rasulullah aku bernazar jika engkau dipulangkan oleh Allah
dalam keadaan selamat, maka aku akan menabuh rebana dan bernyanyi”.
Rasulullah berkata, “Jika itu nazarmu, tabuhlah. Jika tidak, jangan!” Maka dia
menabuhnya dan masuklah Abu Bakar sedang dia sedang menabuh, masuklah Ali
sedang dia menabuh, masuklah Utsman sedang dia menabuh, hingga datang Umar
dan dia pun langsung menarik rebana ke bawahnya dan mendudukinya. Rasulullah
berkata, “Setan takut padamu ya Umar. Saya tadi duduk dan dia menabuh rebana.

2
Nur Fadila, eprints umm, 2019, hal 2.
4

Abu Bakar masuk sedang dia demikian. Demikian pula saat Ali dan Utsman masuk
hingga kamu masuk dan dia langsung menjauhkan rebana”. Hadits ini menunjukkan
bahwa Rasulullah tidak masalah dengan dengan lantunan lagu dan tabuhan alat
musik. Contoh lain, pernah suatu ketika kerabat perempuan ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha menikah. Diriwayatkan kalau itu adalah anak saudarinya. Dalam riwayat al-
Bukhari, wanita itu dalam pengurusan ‘Aisyah Ra. dan beliau menikahkannya
dengan seorang pemuda Madinah. Rasulullah Saw. lalu bersabda,
ّ ،‫ ما كان معكم لهو‬،‫يا عائشة‬
‫فإن األنصار يعجبهم اللهو‬

Wahai ‘Aisyah, hiburannya di (pernikahan) kalian ini tidak ada? Padahal orang
Anshar itu senang dengan hiburan
Hadis ini menjadi dasar menurut Ar-Raysuni bahwa Nabi Saw
mengapresiasi adanya hiburan untuk acara-acara tertentu. Hiburan yang sudah ada
bahkan sebelum masa Nabi Saw. Nabi mengapresiasi adanya hiburan di acara-acara
tertentu karena hikmahnya adalah itu menjadi simbol acara, misalnya acara
pernikahan. Al-Lahwu yang dalam penjelasannya disbeut sebagai wanita-wanita
yang menabuh rebana, membuat acara menjadi semarak dan membahagiakan
mereka yang sedang dirayakan pernikahannya. Dengan demikian, hiburan itu
menjadi pendukung agar acara pernikahan menjadi semakin membahagiakan
pasangan.
Beberapa hadits diatas menjadi basis dalil bahwa di dalam Islam kesenian
sebagai sebuah hiburan itu diperbolehkan jika diarahkan untuk hal-hal yang
bermanfaat selama ia tidak bertentangan dengan hal-hal yang tegas hukumnya atau
bertentangan dengan hal-hal yang memuliakan manusia.3
Di zaman modern ini, tidak sedikit manusia yang kehidupannya dipadati
oleh program-program hiburan yang tidak lain berupa seni yang merupakan hasil
karya kreativitas manusia, seperti musik, drama, tari, dan lain sebagainya. Hasil
karya ini menjadi dunia industri hiburan lewat berbagai media seperti televisi, radio,

3
Achmad Murtafi Haris, “Dunia Hiburan Sepanjang Sejarah Islam”, NU Online, diakses Mei 24,
2023, https://www.nu.or.id/opini/dunia-hiburan-sepanjang-sejarah-peradaban-islam-QHfJ6
5

smartphone, surat kabar, dan lain-lain. Islam memang tidak melarang, namun
individu harus tetap memperhatikan batasan-batasan dan tidak berlebihan.4
Dalam memahami sebuah kefitrahan, sandaran kita adalah Al-Quran.
Dalam QS. Ar Rum ayat 30 Allah SWT berfirman yang artinya : “Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui” . (QS : Ar Ruum : 30)
Sesuatu dikatakan sesuai dengan fitrah, kalau itu tetap berada pada jalan
yang lurus dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama islam. Dengan
demikian, seni akan dikatakan sesuai dengan fitrah manusia manakala masih berada
dalam koridor yang sesuai dengan agama, sehingga dapat mendatangkan pahala dan
ridho Allah SWT manakala dilakukan. Sebagai contoh seni suara (lagam) dalam
membaca Al Quran. Kita akan merasa lebih nyaman ketika mendengar suara orang
membaca Al Quran dengan suara yang merdu dan bernada, daripada tanpa
keduanya.
Dengan demikian, fungsi seni yang sebenarnya dalam pandangan islam adalah
sebagai media atau sarana untuk mensyukuri nikmat Allah SWT yang telah
berkenan menganugerahi manusia dengan berbagai nikmat-Nya berupa potensi
indrawi seperti pendengaran, penglihatan, bergerak, dan lain sebagainya.
Di era globalisasi ini, kebutuhan akan informasi melalui media massa
merupakan hal yang tidak bisa dielakkan. Salah satu media massa yang efektif
untuk menyampaikan pesan maupun untuk mendulang keuntungan adalah televisi.
Beragam acara ditayangkan untuk menarik perhatian pemirsa salah satunya yaitu
tayangan infotaiment. Informasi yang disajikan dalam tayangan infotaiment
didominasi oleh informasi mengenai kehidupan selebriti. Informasi tersebut
tentunya tidak semuanya merupakan hal yang positif dan bermanfaat bagi
kepentingan publik . Infotaiment juga menayangkan juga hal hal yang bersifat
negatif dan seringkali tidak bermanfaat. Dalam praktik ada beberapa hal dalam

4
Raina Wildan, “Seni dalam Perspektif Islam”, Jurnal Ilmiah Ialam Futura, Vol.vi, No.2 (2007): 80-
81.
6

tayangan tersebut yang melanggar peraturan, di antarannya adalah pelanggaran


terhadap wilayah privat sampai menyangkut aib seseorang. Islam sangat
menekankan hubungan yang harmonis antar sesama manusia . Oleh karena itu isalm
melarang untuk membicarakan dan menyebarkan aib orang lain.
Pekerjaan infotaiment, seperti pekerjaann jurnalistik lainnya melalui beberapa
tahapan yaitu proses pencarian berita, produksi berita, hingga kemudian disajikan
kepada publik. Dalam proses pencarian berita seringkali terjadi pelanggaran
terhadap hak privasi dari narasumber. Ketika tayangan infotaiment menyajikan
berita-berita yang berkaitan dengan kehidupan selebriti atau orang lain tentang aib
atau keburukannya maka dalam islam disebut dengan ghibah. Sedangkan Ghibah
adalah permasalahan yang secara tegas dilarang oleh Allah dalam Al-Quran dan
hadits.
Islam juga melarang perbuatan-perbuatan tercela lainnya seperti tajassus dan
namimah, karena perbuatan tersebut dapat mengakibatkan putusnnya hubungan
sesama muslim yang bisa berujung pada hancurnnya sistem sosial masyarakat.
Dalam tinjauan ushul fiqh, perbuatan yang sebenarnya diperbolehkan dapat
menjadi haram apabila perantara yang akan menyebabkan suatu perbuatan yang
dilarang.
Oleh karena itu, tayangan infotaiment menurut pandangan islam diperbolehkan
selama sesuai dengan syariat dan bertujuan sebagai sarana informasi yang
mendidik. Pembicaraan mengenai keburukan orang lain seperti selama ini
disuguhkan oleh infotaiment sangat dilarang, apalagi bertujuan untuk mencari
keuntungan dari berita tersebut. Ulama Indonesia sendiri telah mengeluarkan fatwa
yang mengharamkan berita infotaiment yang membicarakan keburukan atau aib
orang lain.5

5
Abdul Rachmat,” Tayangan Infotaiment di Televisi Menurut Pandangan Hukum Positif”,Skripsi
(UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA, 2008) 82.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam islam, seni dan hiburan adalah perkara dunia bukan akhirat. Hukum
dasar dari kesenian adalah mubah (boleh), karena kebutuhan akan kesenian
merupakan fitrah manusia yang menyukai keindahan. Namun demikian, sebagai
muslim kita mempunyai batasan-batasan dalam menikmati sebuah karya seni.
Karya seni yang bernilai mubah tadi dapat berubah menjadi haram, jika
mengandung unsur-unsur yang diharamkan oleh Allah SWT. Misalnya, sebuah
karya seni yang mengandung unsur kemusyrikan karena ditujukan untuk pemujaan
berhala atau penyembahan kepada sesuatu selain Allah SWT dan bernilai haram
manakala mengandung unsur yang dilarang Allah seperti memamerkan aurat
wanita dan pornografi.
Tayangan infotaiment menurut pandangan islam diperbolehkan selama sesuai
dengan syariat dan bertujuan sebagai sarana informasi yang mendidik.
Pembicaraan mengenai keburukan orang lain seperti selama ini disuguhkan oleh
infotaiment sangat dilarang, apalagi bertujuan untuk mencari keuntungan dari berita
tersebut. Ulama Indonesia sendiri telah mengeluarkan fatwa yang mengharamkan
berita infotaiment yang membicarakan keburukan atau aib orang lain.

B. Saran
Diharapkan penulisan ini dapat mendatangkan manfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca. Serta dapat menjadi perbaikan kedepannya
bagi KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) agar tetap memperhatikan peraturan-
peraturan mengenai penyiaran, khususnya ketika penyajian infotaiment harusnya
menghindari perbincangan yang menuju ranah negatif (membicarakan aib atau
keburukan orang lain

7
DAFTAR PUSTAKA

Haris Murtafi, Achmad, “Dunia Hiburan Sepanjang Sejarah Islam”, NU Online,


diakses Mei 24, 2023, https://www.nu.or.id/opini/dunia-hiburan-
sepanjang-sejarah-peradaban-islam-QHfJ6I
Naim, Muhammad. “Hukum dan Definisi dalam Islam”, Aku Islam, diakses Mei
23, 2023, https://akuislam.com/panduan/hibura-dalam-islam/
Rachmat , Abdul. “Tayangan Infotaiment di Televisi Menurut Pandangan
Hukum Positif dan Hukum Islam”.
Wildan, Raina. Seni dalam Perspektif Islam. Jurnal Ilmiah Islam Futura, 2018,
6.2: 78-88

Anda mungkin juga menyukai