Dosen Pengampu :
Nanang Abdillah, M.Pd.I
COVER
Oleh :
Nur Havidah (20210102266)
Putri Zakiyatun Nabila (20210102269)
Ummi Fauziyah Musyarof (20210102285)
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................1
Pendahuluan .......................................................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................1
C. Tujuan Makalah .....................................................................................................1
BAB II ...............................................................................................................................2
Pembahasan .......................................................................................................................2
A. Definisi Seni, Hiburan, dan Infotaiment .................................................................2
B. Hukum Seni, Hiburan, dan Infotaiment dalam Islam ............................................3
BAB III ..............................................................................................................................7
PENUTUP .........................................................................................................................7
A. Kesimpulan ............................................................................................................7
B. Saran ........................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................8
iii
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Seni dan hiburan merupakan bagian dari hidup manusia. Kemampuan
berseni merupakan salah satu kelebihan manusia dibandingkan makhluk Allah
SWT yang lainnya. Dunia seni dan hiburan memang dipandang sebelah mata oleh
banyak ulama. Tidak sedikit dari mereka yang mengharamkannya da nada pula
yang membolehkannya. Mereka mengibaratkan seni dengan sebuah wadah. Jika
isinya baik bisa dikonsumsi, dan jika bahaya jangan dikonsumsi.
Islam melalui sumber utamanya Al-Quran sangat menghargai seni. Al-
Quran menuntun manusia mengenal Allah mengajak untuk memandang
keseluruhan jagad raya yang diciptakan-Nya dengan serasi dan indah. Keindahan
merupakan sebab tumbuh dan kokohnya keimanan, sehingga keindahan itu menjadi
sarana mencapai kebahagiaan dalam kehidupan.
Sebenarnya, seni dan hiburan sudah ada sejak zaman Rasulullah.
Kesenangan psikologis dan hiburan merupakan dua hal yang natural dalam diri
manusia. Islam tidak melarang seni dan hiburan jika itu dilakukan sesuai dengan
porsinya dan tidak mengandung hal-hal yang bebahaya. Dengan banyaknya pro dan
kontra akan hal ini, oleh karena itu, penulis dalam kesempatan kali ini membahas
tentang hukum seni, hiburan, dan infotaiment dalam islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dalam hal ini dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana definisi Seni, Hiburan, dan Infotaiment ?
2. Bagimana hukum Seni, Hiburan, dan Infotaiment dalam pandangan Islam?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui dan memahami lebih jelas pengertian tentang seni,
hiburan, dan infotaiment
2. Untuk mengetahui dan memahami dengan jelas hukum seni, hiburan, dan
infotaiment
1
BAB II
Pembahasan
1
Muhamad Naim, “Hukum dan Definisi Hiburan dalam Islam”, Aku Islam, diakses Mei 23, 2023,
https://akuislam.com/panduan/hiburan-dalam-islam/
2
3
yang seringkali meneror kehidupan, seperti kenaikan harga bahan kebutuhan pokok
atau kenaikan BBM. Pada situasi seperti inilah infotainment mengambil alih
perhatian masyarakat yang dianggap dapat mengobati kerinduan masyarakat akan
berita yang ringan dan menghibur.2
B. Hukum Seni, Hiburan, dan Infotaiment dalam Islam
Secara umum seni merupakan ungkapan ekspresi manusia yang memuat
unsur keindahan dan diungkapkan melalui berbagai media. Seni dapat dibagi
menjadi beberapa cabang, yaitu audio, visual, seni rupa, kesusastraan, dan lain
sebagainya. Unsur yang paling utama dari sebuah seni adalah adanya unsur
keindahan yang menjadi sebuah sarana pemenuhan kebutuhan rohani manusia.
Dalam islam, seni adalah perkara dunia bukan akhirat. Hukum dasar dari
kesenian adalah mubah (boleh), karena kebutuhan akan kesenian merupakan fitrah
manusia yang menyukai keindahan. Namun demikian, sebagai muslim kita
mempunyai batasan-batasan dalam menikmati sebuah karya seni. Karya seni yang
bernilai mubah tadi dapat berubah menjadi haram, jika mengandung unsur-unsur
yang diharamkan oleh Allah SWT. Misalnya, sebuah karya seni yang mengandung
unsur kemusyrikan karena ditujukan untuk pemujaan berhala atau penyembahan
kepada sesuatu selain Allah SWT dan bernilai haram manakala mengandung unsur
yang dilarang Allah seperti memamerkan aurat wanita dan pornografi.
Dunia seni dan hiburan telah ada pada zaman Rasulullah. Ada beberapa
hadits yang menunjukkannya seperti hadits riwayat Tirmidzi, Baridah berkata,
“Sepulangnya Rasulullah dari salah satu perang, datang seorang budak perempuan
hitam dan berkata, “Ya Rasulullah aku bernazar jika engkau dipulangkan oleh Allah
dalam keadaan selamat, maka aku akan menabuh rebana dan bernyanyi”.
Rasulullah berkata, “Jika itu nazarmu, tabuhlah. Jika tidak, jangan!” Maka dia
menabuhnya dan masuklah Abu Bakar sedang dia sedang menabuh, masuklah Ali
sedang dia menabuh, masuklah Utsman sedang dia menabuh, hingga datang Umar
dan dia pun langsung menarik rebana ke bawahnya dan mendudukinya. Rasulullah
berkata, “Setan takut padamu ya Umar. Saya tadi duduk dan dia menabuh rebana.
2
Nur Fadila, eprints umm, 2019, hal 2.
4
Abu Bakar masuk sedang dia demikian. Demikian pula saat Ali dan Utsman masuk
hingga kamu masuk dan dia langsung menjauhkan rebana”. Hadits ini menunjukkan
bahwa Rasulullah tidak masalah dengan dengan lantunan lagu dan tabuhan alat
musik. Contoh lain, pernah suatu ketika kerabat perempuan ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha menikah. Diriwayatkan kalau itu adalah anak saudarinya. Dalam riwayat al-
Bukhari, wanita itu dalam pengurusan ‘Aisyah Ra. dan beliau menikahkannya
dengan seorang pemuda Madinah. Rasulullah Saw. lalu bersabda,
ّ ، ما كان معكم لهو،يا عائشة
فإن األنصار يعجبهم اللهو
Wahai ‘Aisyah, hiburannya di (pernikahan) kalian ini tidak ada? Padahal orang
Anshar itu senang dengan hiburan
Hadis ini menjadi dasar menurut Ar-Raysuni bahwa Nabi Saw
mengapresiasi adanya hiburan untuk acara-acara tertentu. Hiburan yang sudah ada
bahkan sebelum masa Nabi Saw. Nabi mengapresiasi adanya hiburan di acara-acara
tertentu karena hikmahnya adalah itu menjadi simbol acara, misalnya acara
pernikahan. Al-Lahwu yang dalam penjelasannya disbeut sebagai wanita-wanita
yang menabuh rebana, membuat acara menjadi semarak dan membahagiakan
mereka yang sedang dirayakan pernikahannya. Dengan demikian, hiburan itu
menjadi pendukung agar acara pernikahan menjadi semakin membahagiakan
pasangan.
Beberapa hadits diatas menjadi basis dalil bahwa di dalam Islam kesenian
sebagai sebuah hiburan itu diperbolehkan jika diarahkan untuk hal-hal yang
bermanfaat selama ia tidak bertentangan dengan hal-hal yang tegas hukumnya atau
bertentangan dengan hal-hal yang memuliakan manusia.3
Di zaman modern ini, tidak sedikit manusia yang kehidupannya dipadati
oleh program-program hiburan yang tidak lain berupa seni yang merupakan hasil
karya kreativitas manusia, seperti musik, drama, tari, dan lain sebagainya. Hasil
karya ini menjadi dunia industri hiburan lewat berbagai media seperti televisi, radio,
3
Achmad Murtafi Haris, “Dunia Hiburan Sepanjang Sejarah Islam”, NU Online, diakses Mei 24,
2023, https://www.nu.or.id/opini/dunia-hiburan-sepanjang-sejarah-peradaban-islam-QHfJ6
5
smartphone, surat kabar, dan lain-lain. Islam memang tidak melarang, namun
individu harus tetap memperhatikan batasan-batasan dan tidak berlebihan.4
Dalam memahami sebuah kefitrahan, sandaran kita adalah Al-Quran.
Dalam QS. Ar Rum ayat 30 Allah SWT berfirman yang artinya : “Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui” . (QS : Ar Ruum : 30)
Sesuatu dikatakan sesuai dengan fitrah, kalau itu tetap berada pada jalan
yang lurus dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama islam. Dengan
demikian, seni akan dikatakan sesuai dengan fitrah manusia manakala masih berada
dalam koridor yang sesuai dengan agama, sehingga dapat mendatangkan pahala dan
ridho Allah SWT manakala dilakukan. Sebagai contoh seni suara (lagam) dalam
membaca Al Quran. Kita akan merasa lebih nyaman ketika mendengar suara orang
membaca Al Quran dengan suara yang merdu dan bernada, daripada tanpa
keduanya.
Dengan demikian, fungsi seni yang sebenarnya dalam pandangan islam adalah
sebagai media atau sarana untuk mensyukuri nikmat Allah SWT yang telah
berkenan menganugerahi manusia dengan berbagai nikmat-Nya berupa potensi
indrawi seperti pendengaran, penglihatan, bergerak, dan lain sebagainya.
Di era globalisasi ini, kebutuhan akan informasi melalui media massa
merupakan hal yang tidak bisa dielakkan. Salah satu media massa yang efektif
untuk menyampaikan pesan maupun untuk mendulang keuntungan adalah televisi.
Beragam acara ditayangkan untuk menarik perhatian pemirsa salah satunya yaitu
tayangan infotaiment. Informasi yang disajikan dalam tayangan infotaiment
didominasi oleh informasi mengenai kehidupan selebriti. Informasi tersebut
tentunya tidak semuanya merupakan hal yang positif dan bermanfaat bagi
kepentingan publik . Infotaiment juga menayangkan juga hal hal yang bersifat
negatif dan seringkali tidak bermanfaat. Dalam praktik ada beberapa hal dalam
4
Raina Wildan, “Seni dalam Perspektif Islam”, Jurnal Ilmiah Ialam Futura, Vol.vi, No.2 (2007): 80-
81.
6
5
Abdul Rachmat,” Tayangan Infotaiment di Televisi Menurut Pandangan Hukum Positif”,Skripsi
(UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA, 2008) 82.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam islam, seni dan hiburan adalah perkara dunia bukan akhirat. Hukum
dasar dari kesenian adalah mubah (boleh), karena kebutuhan akan kesenian
merupakan fitrah manusia yang menyukai keindahan. Namun demikian, sebagai
muslim kita mempunyai batasan-batasan dalam menikmati sebuah karya seni.
Karya seni yang bernilai mubah tadi dapat berubah menjadi haram, jika
mengandung unsur-unsur yang diharamkan oleh Allah SWT. Misalnya, sebuah
karya seni yang mengandung unsur kemusyrikan karena ditujukan untuk pemujaan
berhala atau penyembahan kepada sesuatu selain Allah SWT dan bernilai haram
manakala mengandung unsur yang dilarang Allah seperti memamerkan aurat
wanita dan pornografi.
Tayangan infotaiment menurut pandangan islam diperbolehkan selama sesuai
dengan syariat dan bertujuan sebagai sarana informasi yang mendidik.
Pembicaraan mengenai keburukan orang lain seperti selama ini disuguhkan oleh
infotaiment sangat dilarang, apalagi bertujuan untuk mencari keuntungan dari berita
tersebut. Ulama Indonesia sendiri telah mengeluarkan fatwa yang mengharamkan
berita infotaiment yang membicarakan keburukan atau aib orang lain.
B. Saran
Diharapkan penulisan ini dapat mendatangkan manfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca. Serta dapat menjadi perbaikan kedepannya
bagi KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) agar tetap memperhatikan peraturan-
peraturan mengenai penyiaran, khususnya ketika penyajian infotaiment harusnya
menghindari perbincangan yang menuju ranah negatif (membicarakan aib atau
keburukan orang lain
7
DAFTAR PUSTAKA