MK Logistik Peternakan
Kelompok 6 /Paralel 4
Sulistiani Munggaran D2401201006
Rantai pasokan adalah jaringan fisik, yakni perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam
memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir
(Pongoh 2016). Rantai pasok berhubungan secara terus menerus mengenai barang, uang, dan
informasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Rantai pasok perlu diolah dengan baik yang
disebut dengan manajemen rantai pasok. Manajemen rantai pasok adalah sekumpulan aktivitas
dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasikan pemasok, manufaktur, gudang, jasa
transportasi, pengecer dan konsumen secara efisien (Pongoh 2016). Tujuan dari logistik adalah
proses pemilihan bahan yang akan diproduksi, proses produksi dan distribusi sampai tujuan akhir
ke tangan konsumen dilakukan dengan proses sesuai dengan standar suatu produk (Fayaqun dan
Sulistiyaningsih 2021).
Sumber pasokan daging sapi berasal dari sapi lokal, sapi bakalan impor, dan daging sapi
impor, sementara untuk menutup kekurangan permintaan daging sapi di dalam negeri dilakukan
impor dari berbagai negara, terutama dari Australia (Abdal dan Nurdin 2020). Salah satu produk
daging sapi yang banyak diminati meski harganya cukup mahal yaitu daging steak. Steak adalah
potongan daging (terutama daging sapi) yang tebal dan dimasak dengan dipanggang atau di pan
fry. Sebuah sumber menyebutkan bahwa daging steak sapi diperkenalkan oleh bangsa Spanyol
ke Meksiko pada abad ke-15. Makanan khas Barat ini telah lama digemari oleh orang Indonesia.
Besar kemungkinan bahwa Belanda yang pernah menjajah Indonesia menurunkan resep steak
kepada para koki yang Sebagian adalah orang Indonesia (Putra et.al 2021). Daging sendiri adalah
bagian otot skeletal dari karkas sapi yang aman, layak dan lazim dikonsumsi oleh manusia, dapat
berupa daging segar, daging segar dingin, atau daging beku. Daging segar adalah daging yang
belum diolah dan atau tidak ditambahkan dengan bahan apapun. Daging beku adalah daging
segar yang sudah mengalami proses pembekuan di dalam blast freezer dengan temperature
internal minimum -18°C (BSN 2008). Kualitas daging sapi terdiri dari primary cut (tenderloin,
sirloin, lamusir, short rib), secondary cut (tanjung, sengkel, gandik, sampil, dan pendasar),
manufacturing meat atau daging industri (daging giling, dan daging dadu), fancy and variety
meat (lidah, bibir, dading kepala, dan buntut), dan jeroan (hati, usus, paru, limpa, jantung, otak,
dan babat) (Fayaqun dan Sulistiyaningsih 2021). Untuk kualitas daging yang digunakan sebagai
steak adalah pada bagian primary cut yang menjadi bahan baku bagi bisnis Hotel, Restoran dan
Catering.
Rantai pasokan daging sapi harus memperhatikan beberapa aspek yang dapat
mempengaruhi kelancaran proses distribusi hingga ke tangan konsumen. Pemasaran dan
distribusi daging sapi membutuhkan lembaga pemasaran yang bekerja secara efektif, karena
daging sapi memiliki sifat produk yang mudah rusak (Irwansyah et.al 2022). Penyaluran daging
sapi dari tangan produsen ke konsumen memerlukan proses dan tindakan-tindakan yang khusus.
Kegiatan ini dilakukan untuk menciptakan, menjaga dan meningkatkan nilai serta manfaatnya.
Kesalahan dalam memilih saluran distribusi dapat memperlambat bahkan dapat terjadi
kemacetan usaha penyaluran barang dan jasa tersebut. Rantai pasok pada produk pertanian yang
tidak dikelola secara baik dapat menyebabkan biaya yang tinggi (Farisandi 2018). Faktor penting
dalam sistem penjualan adalah margin dan struktur biaya tataniaga yang terjadi (Ismareni 2019).
Pengaturan ini penting untuk dilakukan terkait banyaknya mata rantai yang terlibat dalam rantai
pasokan daging sapi.
1.2 Tujuan
Laporan ini bertujuan mengetahui rantai pasok dari daging steak sapi premium dari hulu
sampai hilir.
2.1 Hasil
2.2 Pembahasan
2.2.1 Peternakan
2.2.1.1 Standar Kebutuhan Pakan
Pakan utama ternak sapi adalah rumput segar untuk menunjang produksi
di samping pakan penguat (konsentrat). Kebutuhan dan ketersediaan pakan
khususnya pakan hijauan merupakan faktor yang penting dalam menentukan
keberhasilan usaha peternakan ternak ruminansia. Hal ini disebabkan hampir 90%
pakan ternak ruminansia berasal dari hijauan dengan konsumsi segar per hari
10-15% dari berat badan, sedangkan sisanya adalah konsentrat dan pakan
tambahan (feed supplement), pakan ternak ruminansia selama ini diperoleh dan
bersumber dari padang penggembalaan (Syaiful 2017). Oleh karena itu, standar
kebutuhan pakan sapi diatur oleh Permentan Nomor 46 Tahun 2015 mengenai
pakan diberikan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi sebagai
berikut :
a. Tersedia pakan yang cukup dalam jumlah dan mutu (sesuai SNI mutu
pakan sapi potong)
b. Pakan yang diberikan dapat berasal dari pakan yang diolah sendiri atau
pakan pabrikan
c. Pakan yang diolah sendiri diuji di laboratorium pengujian mutu pakan
yang terakreditasi baik milik pemerintah maupun swasta untuk menjamin
kandungan nutrisi dan keamanan pakan
d. Dilarang menggunakan pakan yang dicampur dengan hormon tertentu
dan/atau antibiotik imbuhan pakan, darah, daging, dan/atau tulang
e. Untuk pola pemeliharaan ekstensif, ketersediaan pakan pada padang
rumput disesuaikan dengan kapasitas tampung
f. Pemberian pakan hijauan segar minimal 10% dari bobot badan dan pakan
konsentrat sekitar 1-2% dari bobot badan
g. Jumlah dan jenis pakan yang diberikan harus disesuaikan dengan tujuan
produksi, umur, dan status fisiologi ternak serta memenuhi persyaratan
standar mutu yang ditetapkan
4 TDN (min) % 70 65 65
9 NDF (maks) % 35 35 30
NH3-N mg/L 25
pH - 6-9
Volume air limbah maksimum untuk sapi, kerbau, dan kuda : 1,5 m3/ekor/hari
Volume air limbah maksimum untuk kambing dan domba : 0,15 m3/ekor/hari
Volume air limbah maksimum untuk babi : 0,65 m3/ekor/hari
2.2.4 Konsumen
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk
hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Sehingga terhadap konsumen diperlukan
adanya perlindungan hukum untuk mendapatkan hak-haknya sebagai konsumen.
Perlindungan terhadap Konsumen dipandang secara materil maupun formil makin terasa
sangat penting, mengingat makin laju nya ilmu pengetahuan dan teknologi yang
merupakan motor penggerak bagi produktivitas dan efisiensi produsen atas barang atau
jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai sasaran usaha. Dalam rangka mengejar
dan mencapai kedua hal tersebut, akhirnya baik langsung atau tidak langsung, maka
Konsumen lah yang pada umumnya merasakan dampaknya.
Kesadaran konsumen akan hak haknya masih rendah, hal ini dipengaruhi
beberapa faktor, seperti tingkat pendidikan yang belum memenuhi standar wajib
karenanya belum dapat dianggap sebagai konsumen yang cerdas. Undang-Undang
Perlindungan Konsumen dimaksudkan untuk menjadi landasan hukum yang kuat
bagi pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat untuk
melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui pendidikan dan pembinaan
konsumen. Upaya pemberdayaan ini penting karena tidak gampang menyadarkan
pelaku usaha yang telah mendarah daging berpegang teguh dengan prinsipnya,”
mengeluarkan barang atau modal minimal tetapi mendapatkan keuntungan yang
semaksimal mungkin. Kondisi ini sangat potensial merugikan kepentingan
konsumen secara langsung maupun tidak langsung.
Maka dengan demikian konsumen pun perlu memiliki dan meningkatkan
kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan untuk melindungi dirinya.
Sosialisasi Undang-undang perlindungan konsumen harus secara gencar
dilakukan terutama kepada masyarakat tingkat bawah dan berpendidikan rendah.
Karena permasalahan- permasalahan ini tentu akan terjadi akibat dari
ketidakpahaman konsumen. Untuk peningkatan kesadaran dan kewaspadaan
konsumen, sesuai rumusan Pasal 5 Undang-undang perlindungan konsumen,
memiliki kewajiban sebagai berikut :
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan.
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa.
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut.
Seperangkat penegakan hukum ada untuk melindungi konsumen dan tidak
dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha, namun timbal balik ini
perlindungan konsumen dapat mendorong iklim perusahaan yang tangguh dalam
menghadapi persaingan melalui penyediaan barang dan atau jasa yang berkualitas.
Pelaksanaan Undang-undang Perlindungan konsumen tetap memberikan perhatian
khusus kepada pelaku usaha kecil dan menengah. Hal ini dilakukan melalui upaya
pembinaan dan penerapan sanksi atas pelanggarannya. Disamping itu sesuai Pasal
6 Undang-undang Perlindungan konsumen, merumuskan hak pelaku usaha
adalah:
1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan
mengenaikondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan.
2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang
beritikad tidak baik.
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian
hukum sengketa konsumen.
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan.
5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya,adapun sesuai pasal 7, merumuskan kewajiban pelaku usaha
adalah :
a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya
b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan
penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur
serta tidak diskriminatif.
d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang
dan/atau jasa yang berlaku.
e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau
mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan
dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang
diperdagangkan.
f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas
kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang
dan/atau jasa yang diperdagangkan.
g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila
barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai
dengan perjanjian.
Menurut Pasal 8 PP No. 28 Tahun 2004, hal tersebut dapat dicapai dengan:
(1) mengatur tata cara penempatan pangan dalam lemari penyimpanan dan rak
penyimpanan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang; (2) pengendalian
stok yang masuk dan keluar; (3 ) Standarisasi rotasi stok gabah sesuai umur
simpan; (4) Kontrol kondisi lingkungan penyimpanan pangan terutama yang
berkaitan dengan suhu, kelembaban dan tekanan udara. Praktik yang dilakukan di
lokasi antara lain (1) pengendalian suhu (ruang dingin, freezer, etalase, dll), (2)
penerapan metode kerja dan penggunaan bahan baku yang baik (termasuk
pengaturan penyimpanan, penempatan dan rotasi stok), (3) pengemasan dan
pelabelan, (4) program pencucian dan pembersihan (ruangan, mesin, peralatan,
dan item lain yang bersentuhan dengan makanan, termasuk penggunaan bahan
kimia dan peralatan), (5) pengendalian hama, (6) pengelolaan limbah dan
pengangkutan kargo (kerusakan).
DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1987. Standar Nasional Indonesia Nomor 01-0220-1987
tentang Air Minum. Jakara: Badan Standardisasi Nasional.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1999. Standar Nasional Indonesia Nomor 01-6159-1999
tentang Rumah Pemotongan Hewan. Jakara: Badan Standardisasi Nasional.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2008. SNI 3932:2008 Mutu Karkas dan Daging Sapi.
Jakarta (ID) : BSN.
[PP] 2019. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2019 tentang Keamanan
Pangan. Jakarta: Pemerintah Indonesia.
[PP] 1996. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan.
Jakarta: Pemerintah Indonesia
[Permen] 2006. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Rumah Pemotongan Hewan.
Jakarta: Pemerintah Indonesia.
[Permen] 2014. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
tentang Baku Mutu Air Limbah. Jakarta: Pemerintah Indonesia.
[Permen] 2021. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2021 tentang
Standar Kegiatan Usaha dan Standar Produk pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko Sektor Pertanian. Jakarta: Pemerintah Indonesia.
Abdal A, Nurdin I. 2020. Kebijakan keamanan pangan indonesia: analisis kebijakan impor sapi
dan daging sapi dari australia periode 2013-2017. Sosiohumaniora. 22(1): 96-104.
Damayanti VP. 2018. Quality control dalam meningkatkan kualitas produk perusahaan pada
perusahaan pusat oleh-oleh haji dan umroh di kawasan religi sunan ampel surabaya. Jurnal
Studi Manajemen. 4(1): 1-24.
Daryanto A, Hafizrianda Y. 2018. Model-Model Kuantitatif untuk Perencanaan Pembangunan
Ekonomi Daerah: Konsep dan Aplikasi. Bogor (ID): IPB Press.
Deswita FS, Razali, Ismail. 2018. Penilaian kelengkapan dan fasilitas sanitasi, prosedur
pemotongan dan higiene pribadi di rumah pemotongan hewan kota banda aceh. JIMVET.
2(1):188-195
Erwin IM. 2007. Perancangan sistem monitoring pengolahan limbah cair pada ipal. Jurnal
INKOM. 1(2): 68-72. doi:10.14203/j.inkom.14.
Farisandi NA. (2018). Analisis nilai tambah (value added) rantai pasok daging sapi
menggunakan metode hayami (studi kasus di rph karangrejo banyuwangi) [disertasi].
Malang (ID): Universitas Brawijaya.
Fayaqun R, Sulistiyaningsih F. 2021. Pemetaan jaringan logistik daging sapi di kotamadya
bandung. Majalah Ilmiah UNIKOM. 19(2): 77-85.
Fitri M, Nuraini H, Priyanto R, Endrawati YC. 2019. Implementasi higiene sanitasi pada rph
kategori i sebagai syarat produksi daging sehat. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil
Peternakan. 9(3): 138-143. doi:10.29244/jitpthp.9.3.138-143.
Gading BMWT, Adib NR, Edi S. 2021. Studi kasus: permasalahan limbah di tempat pemotongan
hewan (tph) amessangeng, kota sengkang. Jurnal Triton. 12(1): 68-77.
Gaznur ZM, Nuraini H, Priyanto R. 2017. Evaluasi penerapan standar sanitasi dan higiene di
rumah potong hewan kategori ii. Jurnal Veteriner. 18(1): 107-115.
doi:10.19087/jveteriner.2017.18.1.107.
Hidayana A. 2019. Peran sistem informasi logistik dalam kegiatan transportasi trucking pt.
suzuyo indonesia oleh pt. samudera bandar logistik [skripsi]. Semarang (ID): Universitas
Maritim Amni.
Irwansyah I, Nealma S, Sudirman S, Sukarne S. 2022. Supply chain analysis of beef from
slaughterhouse to end consumers (case study: bangkong slaughterhouse). Jurnal Biologi
Tropis. 22(3): 883-888.
Ismareni AM. 2019. Kajian rantai pasok dan pemasaran daging sapi di kabupaten mempawah.
Jurnal Social Economic of Agriculture. 7(1): 100-110.
Jannah N. 2021. Budaya organisasi di waroeng steak and shake cabang semarang perspektif
dakwah [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Islam Negeri Walisongo.
Johan E, Kodrat DS. 2019. Faktor-faktor pembentukan quality control kesegaran daging pada
perusahaan akuna. Jurnal Manajemen dan Start Up Bisnis. 4(3): 416-424.
Naryono E, Soemarno. 2013. Pengeringan sampah organik rumah tangga. Indonesian Green
Technology Journal. 2(2): 61-69.
Nazhar V, Rasyad B, Rosyidi D, Widati AS. 2012. Pengaruh lama pemanggangan dalam
microwave terhadap kualitas fisik steak daging ayam. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil
Ternak. 7(1): 6-11.
Narváez-Bravo CA, Rodas-González Y, Fuenmayor C, Flores-Rondon G, Carruyo M, Moreno A,
Perozo-Mena P, Hoet AE. 2013. Salmonella on feces, hides and carcasses in beef slaughter
facilities in venezuela. International Journal of Food Microbiology. 166: 226-230.
Ollong AR, Palulungan JA, Arizona R. 2020. Analisis jumlah coliform dan faecal coli (mpn)
pada daging sapi dan ayam di kota manokwari. JIPVET. 10(2): 113-118.
Pemerintah Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2012
tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan. Jakarta: Pemerintah
Indonesia.
Pertiwi AF, Soenarno MS. 2020. Persepsi masyarakat desa situgede kota bogor terhadap daging
sapi beku impor dan daging sapi segar lokal. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat (PIM). 2(5):
850-859.
Pongoh M. 2016. Analisis penerapan manajemen rantai pasokan pabrik gula aren masarang.
Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi. 4(3): 651-781.
Prambudi SBF, Salundik S, Muladno M. 2020. Potensi pemanfaatan limbah peternakan sapi
pedaging di spr (sekolah peternakan rakyat) ngudi rejeki, kabupaten kediri. Jurnal Pusat
Inovasi Masyarakat. 2(3): 343-347.
Purnamasari L, Sari VK, Khasanah H. 2022. Penguatan pembibitan sapi potong lokal dan
optimalisasi pengolahan limbah peternakan di desa klabang, bondowoso. Jurnal
Pengabdian Magister Pendidikan. 5(2): 71-75. doi:10.29303/jpmpi.v5i2.1564.
Putra PWK, Purwanto D, Zulaika E. 2021. Sistem kontrol suhu dan kelembaban dalam kulkas
untuk proses dry aging pada daging sapi menggunakan logika fuzzy. Jurnal Teknik ITS.
10(2): 244-251.
Racmadia, et al. 2018. Amerta Nutr. 17-28. DOI : 10.2473/amnt.v2i1.2018.17-28.
Rizal A, Nuraini H, Proyanto R, Muladno. 2014. Produktivitas karkas dan daging dengan teknik
penanganan karkas yang berbeda di beberapa rph [carcass and meat productivity with
different handling carcass technique at slaughterhouses]. Jurnal Ilmu Produksi dan
Teknologi Hasil Peternakan. 2(1): 201-206.
Sandi S, Purnama PP. 2017. Manajemen perkandangan sapi potong di desa sejaro sakti
kecamatan indralaya kabupaten ogan ilir. Jurnal Peternakan Sriwijaya. 6(1): 12-19.
Sari EDA. 2018. Kandungan limbah cair berdasarkan parameter kimia di inlet dan outlet rumah
potong hewan (studi di rumah potong hewan kecamatan kaliwates kabupaten jember)
[skripsi]. Jember (ID): Universitas Jember.
Soeka Y, Jumiono A. 2019. Studi penerapan produksi pangan yang baik (cppb) dan umur simpan
mi glosor di kota bogor. Jurnal Pangan Halal. 1(1): 22-32.
Susanawati LD, Wirosoedarmo R, Nasfhia SD. 2015. Analisa potensi penerapan produksi bersih
di rumah potong hewan kota malang. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 13(2):
22-30.
Syaiful FL. 2017. Pemberdayaan masyarakat melalui budidaya sapi potong terintegrasi sawit dan
penanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum Schaum) sebagai bahan pakan ternak di
nagari kinali kabupaten pasaman barat. UNES Journal of Community Service. 2(2):
142-149.
Saifudin S, Abrori A, Bahrudin B. 2022. Sumbangsih sertifikat halal dalam kontribusi usaha
pada waroeng steak and shake di lumajang. Al-Mansyur: Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Syariah. 1(2): 35-58.
Tanurahardja EJ, Fugen GA. 2020. Peran pembinaan dan pengawasan suku dinas kesehatan kota
administrasi jakarta barat dalam mendorong pelaku usaha rumah makan dan restoran untuk
memenuhi tanggung jawab atas tidak terlaksananya pemenuhan persyaratan higiene
sanitasi. Jurnal Paradigma Hukum Pembangunan. 5(02): 188-214.
Waddin AK. 2015. Pengelolaan sampah organik rumah pemotongan hewan, industri tahu,
peternakan, dan pasar di kecamatan krian kabupaten sidoarjo [skripsi]. Surabaya (ID):
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Widyastuti, Indah. 2012. Upaya Cheff Untuk Meningkatkan Efisiensi Waktu Pelayanan Kepada
Konsumen Di Warung Makan Khas Thailand “Phuket” Yogyakartao [skripsi]. Yogyakarta:
AKPAR BSI.
Zaenal HM, Khairil M. 2020. Sistem manajemen kandang pada peternakan sapi bali di cv enhal
farm. Jurnal Peternakan Lokal. 2(1): 15-19. doi:10.46918/peternakan.v2i1.831.
NOTULENSI KELOMPOK 6 PARALEL 4
Anggota:
Sulistiani Munggaran D2401201006 (Presenter)
Edi Kalvin Donta P. D2401201014 (Presenter)
Tiara Devika D2401201038 (Notulen)
Riani Rachmawati D2401201061 (Presenter)
Felia Dixa Restu Larasati D2401201064 (Presenter)
Rahmat Yulianto Setiyawan D2401201088 (Moderator)
Silva Aulia Hapsari D2401201100 (Operator)
Nurul Sri Wahyuni D2401201102 (Presenter)
Haykal Muhammad Istisyhad D2401201121 (Presenter)
Sesi Diskusi