Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIONAL DAN

MOTIVASI DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA


ORGANISASI

Aji Fakhrizal Syahbet Dan Muhammad Alpaizi

Jurusan Manajemen Dan Bisnis, Fakultas Manajemen

Universitas Prof Dr Hazairin SH

Abstrak :

Kepemimpinan merupakan sebuah bidang riset dan juga suatu keterampilan praktis
mencakup kemampuan seseorang atau organisasi untuk memimpin atau membimbing orang
lain,tim,atau seluruh organisasi. Di dalam sebuah organisasi atau tim di butuhkan biasanya
pemimpin transformasional merupakan penerapan visi diikuti oleh pentingnya penerapan
pemimpin yang mampu membuat perubahan disemua aspek. Model kepemimpinan
transformasional mampu menyediakan solusi dalam pemahaman tentang apa yang membuat
seorang pemimpin memiliki pengaruh yang besar bagi pengikutnya atau karyawan sehingga
dapat menciptakan peningkatan kinerja secara berkelanjutan.Motivasi membicarakan bagaimana
cara mendorong semangat kerja seseorang, agar mau bekerja dengan memberikan kemampuan
dan keahliannya guna mencapai tujuan organisasi. Motivasi menjadi penting karena dengan
motivasi Organisasi merupakan alat atau wadah dari sekelompok orang yang bekerjasama
dengan terkoordinasi dengan cara terstruktur, untuk mencapai tujuan tertentu. Kinerja organisasi
yang optimal tidak terlepas dari kinerja anggota, sebagai salah satu faktor yang menentukan
kinerja organisasi. Melalui peningkatan peran kepemimpinan transformasional, pemberian
motivasi diharapkan kinerja yang dihasilkan lebih optimal. Peningkatan peran kepemimpinan
transformasional,dan pemberian motivasi menjadi salah satu faktor yang diharapkan dapat
meningkatkan kinerja organisasi atau karyawan.diharapkan setiap karyawan mau bekerja keras
dan antusias untuk mencapai kinerja yang diharapkan.

Kata Kunci: Kepemimpinan Transformasional, Motivasi, , Kinerja Organisasi.


Abstract:

Leadership is a research field and also a practical skill that includes the ability of a person
or organization to lead or guide other people, teams, or entire organizations. In an organization
atau team, transformational leadership is needed, which is the application of a vision, followed
by the importance of implementing a leader who is able to make changes in all aspects. The
transformational leadership model is able to provide solutions in understanding what makes a
leader have a great influence on followers or employees so that it can create continuous
performance improvements Motivation talks about how to encourage someone's morale, so that
they want to work by providing their abilities and expertise to achieve goals organization.
Motivation is important because organizational motivation is a tool or a forum for a group of
people who work together in a coordinated manner in a structured way, to achieve certain goals.
Optimal organizational performance can not be separated from the performance of members, as
one of the factors that determine organizational performance. Through increasing the role of
transformational leadership, giving motivation is expected to produce optimal performance.
Increasing the role of transformational leadership, and providing motivation is one of the factors
that are expected to improve organizational or employee performance. It is expected that every
employee will work hard and enthusiastically to achieve the expected performance.

Keywords: Transformational Leadership, Motivation, Organizational Performance.


PENDAHULUAN

Kepemimpinan merupakan sebuah bidang riset dan juga suatu keterampilan praktis
mencakup kemampuan seseorang atau organisasi untuk memimpin atau membimbing orang
lain,tim,atau seluruh organisasi.

Kualitas manusia sebagai tenaga kerja merupakan modal dasar dalam masa
pembangunan. Tenaga kerja yang berkualitas akan menghasilkan suatu hasil kerja yang optimal
sesuai dengan target kerjanya. Manusia sebagai tenaga kerja atau karyawan merupakan
sumberdaya yang penting bagi perusahaan, karena mereka mempunyai bakat, tenaga dan
kreatifitas yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya.

Berdasarkan penelitian Sebelumnya yang dilakukan oleh Nawawi (2012) dan Marnis
(2012), menunjukan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kinerja
karyawan. pemimpin transformasional merupakan penerapan visi diikuti oleh pentingnya
penerapan pemimpin yang mampu membuat perubahan disemua aspek. Model kepemimpinan
transformasional mampu menyediakan solusi dalam pemahaman tentang apa yang membuat
seorang pemimpin memiliki pengaruh yang besar bagi pengikutnya atau karyawan sehingga
dapat menciptakan peningkatan kinerja secara berkelanjutan.

Selain kepemimpinan transformasional, faktor motivasi juga dapat meningkatkan kinerja


karyawan. Sumber Daya Manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan yang ingin
dipenuhinya. Keinginan para karyawan untuk memenuhi kebutuhan inilah yang dapat
memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu termasuk untuk melakukan pekerjaan atau
bekerja (Wardani, 2009:2). Motivasi merupakan alat agar karyawan mau bekerja keras dan
bekerja cerdas sesuai dengan yang diharapkan. Karyawan perlu dimotivasi karena ada karyawan
yang mau bekerja setelah dimotivasi. Jika seseorang berhasil mencapai motivasinya, maka yang
bersangkutan cenderung untuk terus termotivasi (Usman, 2009:248).

Motivasi membicarakan bagaimana cara mendorong semangat kerja seseorang, agar mau
bekerja dengan memberikan kemampuan dan keahliannya guna mencapai tujuan organisasi.
Motivasi menjadi penting karena dengan motivasi Organisasi merupakan alat atau wadah dari
sekelompok orang yang bekerjasama dengan terkoordinasi dengan cara terstruktur, untuk
mencapai tujuan tertentu. Organisasi bukan hanya alat untuk menyediakan barang dan jasa saja,
tetapi organisasi harus dapat menciptakan juga lingkungan kerja yang harmonis sehingga dapat
berpengaruh positif terhadap perilaku anggota dalam pencapaian tujuan. Upaya koordinasi
sekelompok orang tersebut diperlukan adanya manajemen, agar pencapaian tujuan atau pemenuh
kebutuhan dapat dicapai secara efektif dan efisien (Wiludjeng, 2007:11).

Kinerja organisasi yang optimal tidak terlepas dari kinerja anggota, sebagai salah satu
faktor yang menentukan kinerja organisasi. Melalui peningkatan peran kepemimpinan
transformasional, pemberian motivasi diharapkan kinerja yang dihasilkan lebih optimal.
Peningkatan peran kepemimpinan transformasional,dan pemberian motivasi menjadi salah satu
faktor yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja organisasi atau karyawan.diharapkan setiap
karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai kinerja yang diharapkan (Sunyoto,
2012:11).

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, kemampuannya, usaha yang


dicurahkan, dan dukungan organisasi yang diterimanya. Kepemimpinan transformasional sangat
berpengaruh terhadap kinerja Karyawan. Sehubungan dengan fungsi manajemen manapun
aktivitas manajemen SDM harus dievaluasi dan dikembangkan, sehingga mereka dapat
memeberikan kontribusi pada kinerja organisasi dan individu ditempat kerja. Setiap karyawan
mempunyai harapan besar untuk mencapai prestasi yang tinggi. Pencapaian prestasi karyawan
yang tinggi dapat diwujudkan dengan adanya dukungan organisasi yang mampu menciptakan
dan mengembangkan sumberdaya manusia. Motivasi atau dorongan untuk bekerja sangat penting
dalam penentuan tinggi rendahnya kinerja perusahaan. Motivasi juga mendorong seseorang
untuk bekerja lebih baik agar meraih kinerja yang diharapkan, sehingga mendapatkan apa yang
menjadi kebutuhanya. Karyawan yang memiliki motivasi tinggi dan didukung oleh
kepemimpinan transformasional yang baik akan menghasilkan kinerja yang tinggi pula.

Organisasi merupakan alat atau wadah dari sekelompok orang yang bekerjasama dengan
terkoordinasi dengan cara terstruktur, untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi bukan hanya
alat untuk menyediakan barang dan jasa saja, tetapi organisasi harus dapat menciptakan juga
lingkungan kerja yang harmonis sehingga dapat berpengaruh positif terhadap perilaku anggota
dalam pencapaian tujuan. Upaya koordinasi sekelompok orang tersebut diperlukan adanya
manajemen, agar pencapaian tujuan atau pemenuh kebutuhan dapat dicapai secara efektif dan
efisien (Wiludjeng, 2007:11).

Kinerja organisasi yang optimal tidak terlepas dari kinerja anggota, sebagai salah satu
faktor yang menentukan kinerja organisasi. Melalui peningkatan peran kepemimpinan
transformasional, pemberian motivasi diharapkan kinerja yang dihasilkan lebih optimal.
Peningkatan peran kepemimpinan transformasional,dan pemberian motivasi menjadi salah satu
faktor yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja organisasi atau karyawan.

Semua perusahaan pasti memerlukan manajemen yang berkaitan dengan usaha–usaha


untuk mencapai tujuan tertentu bagi perusahaan tersebut, tidak hanya pada sektor swasta sektor
publik juga memerlukan manajemen yang baik agar dapat memberikan pelayanan kepada
masyarakat yang memerlukan dengan baik pula. Berhasil atau tidaknya suatu organisasi dalam
mencapai tujuannya tergantung oleh keberhasilan dari para individu atau karyawan organisasi itu
sendiri dalam menjelaskan dan menyelesaikan tugas mereka.
LANDASAN TEORI

1.Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional termasuk dalam teori situasi, merupakan kepemimpinan


yang memiliki visi kedapan dan mampu mengidentifikasikan perubahan lingkungan serta mampu
mentransformasi perubahan tersebut kedalam organisasi, memelopori perubahan dan
memberikan motivasi dan inspirasi kepada individu–individu karyawan untuk kreatif dan
inovatif, membawa pembaharuan dalam kinerja manajemen, berani dan bertanggung jawab
memimpin dan mengendalikan organisasi. Kepemimpinan transformasional merupakan
kepemimpinan yang kuat. Kepemimpinan yang kuat adalah pemimpin yang memiliki visio (visi)
yang jelas, Vision dalam arti sebenarnya adalah mimpi masa depan yang menantang untuk
diwujudkan. Setiap pemimpin harus memiliki inspiration (memberi inspirasi), strategy
orientation (orientasi jangka panjang), integrity, Organizational sophisticated (memahami dan
berorganisasi dengan canggih), dan Nurturing (memelihara keseimbangan dan keharmonisan
dengan bawahan atau karyawan lainnya agar betah dan semangat bekerja dengannya) (Usman,
2009:296)

Usman (2009:333) menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional dibangun dari


dua kata yaitu kepemimpinan (leadership) dan transformasional (transformasional).
Kepemimpinan sebagaimana telah dijelaskan merupakan setiap tindakan yang dilakukan oleh
seseorang untuk mengkoordinasikan, mengarahkan dan mempengaruhi orang lain dalam
memilih, dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Istilah transformasi berasal dari kata to
transform, yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang
berbeda, misalnya mentransformasikan visi menjadi realita.

Lebih lanjut Usman (2009:328) menyatakan bahwa Perilaku Kepemimpinan


transformasional ialah kepemimpinan yang memiliki kesadaran sendiri tentang emosionalnya,
kesadaran sosial dan manajemen hubungan kerja . pola perilaku kepemimpinan yang seperti ini
diharapkan berpengaruh positif terhadap bawahannya dalam bentuk nilai–nilai dan keyakinan
untuk mencapai tujuan organisasi.

Sedangkan Bass (dalam Nawawi 2012:2) menyatakan bahwa kepemimpinan


tranasformasional merupakan pemimpin yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi
bawahan dengan cara–cara tertentu. Bawahan merasa percaya, kagum, loyal, dan hormat
terhadap atasannya sehingga bawahan termotivasi untuk berbuat lebih banyak dari pada apa yang
biasa dilakukan dan diharapkannya.

Selanjutnya Bass (dalam Khoirusmadi 2010 : 4) mendefinisikan kepemimpinan


transformasional sebagai kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin untuk mempengaruhi
anak buahnya, sehingga mereka akan percaya, meneladani, dan menghormatinya.
Kepemimpinan transformasional selalu mulai dengan visi yang merefleksikan tujuan bersama,
dan dijelaskan kepada seluruh karyawan secara jelas dan sederhana, selalu berusaha untuk
meningkatkan kesadaran karyawan terhadap nilai dan pentingnya tugas dan pekerjaan mereka
bagi organisasi, berorientasi pada pencapaian visi dengan cara menjaga dan memelihara
komitmen yang telah dibangun bersama, berani melakukan dan merespon perubahan, dan
menjelaskan kepada seluruh pegawai tentang manfaat perubahan yang dilakukan, dan
mengembangkan diri secara terus menerus melalui berbagai media pembelajaran untuk
meningkatkan kompetensi kepemimpinannya.

2. Motivasi

Simanjutan dan Calam (2012:3) menyatakan bahwa motivasi merupakan hal yang sangat
penting dan harus dimulai oleh setiap orang dalam rangka meningkatkan kinerjanya, motivasi
berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak. Pada hakekatnya perilaku manusia
dimotivasi oleh keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang merupakan tujuan dari kegiatan. Arti
dari motivasi adalah sebagai kebutuhan, keinginan, dorongan, gerak hati diri seseorang. Motivasi
yang ada pada diri seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan
mencapai sasaran kepuasan. Dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah semangat atau dorongan
dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan yang dapat
berpengaruh positif terhadap kinerja. Ada beberapa teori motivasi Hierarki Kebutuhan Maslow
(Daft, 2006:367), antara lain :

a. Kebutuhan fisiologis, (physiological needs). Ini merupakan kebutuhan–kebutuhan fisik


manusia yang paling dasar, termasuk makanan, air, dan oksigen. Dalam susunan organisasi,
kebutuhan fisiologis tercermin dalam kebutuhan–kebutuhan akan gairah kerja, ruang, dan gaji
pokok untuk menjamin kelangsungan hidup.

b. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs). Ini merupakan kebutuhan akan lingkungan fisik dan
emosional yang aman dan terlindung dari ancaman–ancaman yaitu kebutuhan akan kebebasan
dari kekuasaan, dan akan masyarakat yang tertib. Dalam lingkungan kerja organisasional,
kebutuhan akan rasa aman mencerminkan kebutuhan akan pekerjaan yang aman, imbalan kerja
tambahan, dan perlindungan pekerjaan.

c. Kebutuhan akan kepemilikan (belongingness needs). Kebutuhan ini mencerminkan keinginan


untuk diterima oleh teman–teman, menjalin persahabatan, menjadi bagian dari suatau kelompok,
dan dicintai, dalam organisasi kebutuhan–kebutuhan ini memengaruhi keinginan untuk memiliki
hubungan baik dengan sesama pekerja, partisipasi dalam kelompok kerja, dan hubungan positif
dengan para pengawas.

d. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs). Kebutuhan–kebutuhan ini berkenaan dengan


keinginan akan kesan diri yang positif dan untuk menerima perhatian, pengakuan, dan apresiasi
dari orang lain. Dalam organisasi, kebutuhan akan penghargaan mencerminkan motivasi untuk
mendapatkan pengakuan, pengingkatan tanggung jawab, status tinggi, dan pujian atas kontribusi
bagi organisasi.
e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs). Ini mempresentasikan kebutuhan
pemenuhan diri, yang merupakan kategori kebutuhan tertinggi. Kebutuhan tersebut berkenaan
dengan mengembangkan potensi maksimal seseorang, meningkatkan kompetensi seseorang, dan
menjadi seseorang yang lebih baik. Kebutuhan aktualisasi diri dapat dipenuhi dalam organisasi
dengan member orang–orang peluang untuk tumbuh kreatif, dan mendapatkan perhatian untuk
melakukan tugas–tugas yang menantang serta kemajuan.

Motivasi Kerja adalah kekuatan yang timbul dari sebuah keinginan atau adanya dorongan
untuk mencapai sebuah keinginan yang membuat diri seseorang tindakan dengan penuh
semangat yang tinggi (Hasibuan, 2008:105). Motivasi kerja dalam penelitian ini adalah motivasi
kerja positif oleh teori Maslow dimana motivasi diberikan untuk meningkatkan kinerja bawahan
melalui internal dan eksternal bawahan. Indikator motivasi kerja positif ini yaitu kebutuhan
fisik,kebutuhan rasa aman dan keselamatan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, dan
kebutuhan perwujudan diri. Kebutuhan fisik adalah kebutuhan bawahan akan pangan yang
tercukupi. Kebutuhan rasa aman dan keselamatan adalah bawahan merasa tenang dalam bekerja
atas jaminan kesehatan yang dimiliki. Kebutuhan sosial adalah rasa senang bawahan terhadap
bawahan lainnya dalam menjalin kerjasama pekerjaan. Kebutuhan akan penghargaan adalah
pujian yang diberikan atasan terhadap bawahan atas hasil kerja yang memuaskan. Kebutuhan
perwujudan diri adalah bawahan diberikan kesempatan oleh atasan untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki untuk kemajuan perusahaan di masa depan.

3. Kinerja Organisasi

Kinerja merupakan salah satu faktor yang mendukung tercapainya tujuan-tujuan yang
ditetapkan oleh perusahaan atau organisasi. Karyawan dituntut untuk memberikan hasil kerja
yang optimal untuk organisasi sesuai dengan tanggung jawab tugas yang telah diberikan oleh
perusahaan. Prestasi kerja yang baik dari karyawan merupakan hasil dari kinerja karyawan dalam
mencapai standar kinerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Kinerja adalah hasil yang dicapai dari perilaku anggota organisasi. Hasil yang di inginkan
organisasi dari perilaku orang-orang yang ada di dalamnya disebut sebagai kinerja organisasi.
Kinerja organisasi sebagai sebuah konsep mengalami berbagai perkembangan pengukuran dan
definisi. Pemahaman dan definisi tentang kinerja organisasi dalam literatur akademik dan
beberapa penelitian manajemen sangat beragam, sehingga tetap menjadi isu dan terus mengalami
perkembangan. Perkembangan terkait konsep meliputi efektifitas,efisiensi, ekonomi, kualitas,
konsistensi perilaku, dan tindakan normatif. Menurut Gavrea et al. (2012) tidak ada definisi
kinerja organisasi yang dapat diterima secara universal. Terdapat beberapa pemikiran untuk
menggambarkan konsep kinerja organisasi yaitu : 1) kinerja adalah perangkat keuangan dan non
keuangan yang memberikan informasi terhadap tercapainya tujuan dan hasil, 2) kinerja adalah
dinamis, memerlukan pertimbangan dan intepretasi, 3) kinerja di ilustrasikan dengan penggunaan
model kualitas yang menjelaskan bagaimana tindakan dapat berpengaruh terhadap hasil yang
akan datang, 4) kinerja dipahami secara berbeda tergantung pada orang yang terlibat dalam
penilaian kinerja organisasi, 5) konsep kerja memerlukan pengetahuan karakteristik elemen-
elemen untuk masing-masing bidang pertanggungjawaban, 6) untuk pelaporan tingkat kinerja
organisasi memerlukan kemampuan mengkuantitatifkan hasil.

Menurut Luthans (2006), kinerja merupakan kuantitas dan kualitas hasil kerja yang
dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh seseorang yang melakukan pekerjaan dalam organisasi.
Fahmi (2011) memberikan difinisi kinerja sebagai hasil yang diperoleh organisasi selama satu
periode tertentu. Oleh karena itu kinerja organisasi mencerminkan tingkat prestasi dan
pencapaian sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya serta keberhasilan manajer atau pemimpin
organisasi dalam mengelola organisasi.

Menurut Mulyadi (2007; 337) kinerja organisasi adalah keberhasilan personel, tim atau
organisasi dalam mewujudkan sasaran strategis yang telah ditetapkan sebelumnya dengan
perilaku yang diharapkan. Kinerja (performance) menurut Daft (2010) adalah kemampuan untuk
pencapaian tugas organisasi dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien.
Sumber daya yang dimaksudkan meliputi sumber daya manusia, seluruh kekayaan, kapabilitas,
proses organisasi, atribut perusahaan, informasi serta pengetahuan yang dikendalikan
perusahaan. Kinerja didefinisikan sebagai gambaran tingkat pencapaian pelaksanaan kegiatan,
program serta kebijakan dengan menggunakan sejumlah sumber daya untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Sembiring 2012:81). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut
mengindikasikan bahwa untuk mencapai hasil kerja organisasi yang maksimal adalah dengan
mengelola serta memanfaatkan sumber daya organisasi secara baik.

Simamora (2004:409) mengemukakan bahwa kinerja karyawan adalah tingkatan dimana


para karyawan mencapai persyaratanpersyaratan pekerjaan. Kinerja (performance) mengacu
pada kadar pencapaian tugas-tugas yang membentuk sebuah pekerjaan karyawan. Kinerja
merefleksikan seberapa baik karyawan memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan. Wirawan
(2009:9) mengemukakan kinerja merupakan fungsi dari kompetensi, sikap, dan tindakan :

a. Kompetensi, yaitu melukiskan karakteristik pengetahuan, keterampilan, perilaku, dan


pengalaman untuk melakukan suatu pekerjaan atau peran tertentu secara efektif.

b. Sikap, yaitu melukiskan perasaan mengenai sesuatu, melukiskan perasaan senang atau
tidak senang mengenai objek (orang, benda, pekerjaan, atau keadaan) tertentu.

c. Tindakan, kompetensi dan sikap tidak akan menghasilkan kinerja tanpa dioperasikan
dalam tindakan atau NATO (no action, talk only).
METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah


penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan
makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian dalam penelitian kualitatif.
Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di
lapangan. “Penerapan Kepemimpinan Transformational Dan Motivasi Dalam Upaya
Meningkatkan Kinerja Organisasi”.

PEMBAHASAN

 Indikator Kepemimpinan Transformasional

Dalam penelitian ini indikator variabel kepemimpinan transformasional menggunakan Bass dan
Avolio (dalam Voon et al, 2011:2) yaitu :

1. Idealized influence, yang dijelaskan sebagai perilaku yang menghasilkan rasa hormat
(respect) dan rasa percaya diri (trust) dari orang–orang yang dipimpinnya. Idealized influence
mengandung makna saling berbagi resiko, melalui pertimbangan atas kebutuhan yang dipimpin
diatas kebutuhan pribadi, dan perilaku moral serta etis. Menyangkut visi dan tujuan yang
menantang dan memotivasi karyawan untuk bekerja diluar kepentingan pribadi mereka untuk
mencapai tujuan bersama.

2. Inspirational motivation, yang tercermin dalam perilaku yang senantiasa menyediakan


tantangan, inspirasi dan makna atas pekerjaan orang–orang yang dipimpin, peran pemimpin
dalam menginspirasi karyawan dengan memberikan pemahaman dan tantangan pada pekerjaan
karyawan. Sehingga dapat meningkatkan semangat karyawan dalam melaksanakan
pekerjaannya, diperlihatkan dari antusiasme dan optimism yang tinggi. Pemimpin menciptakan
ekspektasi komunikasi yang baik dengan bawahan dan juga mempraktikkan komitmen pada
tujuan bersama.

3. Intellectual simulation, pemimpin yang mendemonstrasikan tipe kepemimpinan senantiasa


menggali ide–ide baru dan solusi yang kreatif dari orang–orang yang dipimpinnya. Ia juga selalu
mendorong pendekatan baru dalam melakukan pekerjaan. Peran pemimpin dalam inovasi untuk
memacu karyawan untuk berkreatifitas.

4. Individualized consideration, yang direfleksikan oleh pemimpin yang selalu mendengarkan


dengan penuh perhatian, dan memberikan perhatian khusus kepada kebutuhan prestasi dan
kebutuhan diri orang–orang yang dipimpinnya. Memberikan perhatian khusus pada kebutuhan
masing–masing karyawan untuk berprestasi dan berkembang.
 Indikator Motivasi

Dalam penelitian ini indikator variabel motivasi menggunakan Herzberg (dalam Wiludjeng,
2007:157) yaitu :

1. Achievement (prestasi), ketrampilan, kemampuan yang dicurahkan karyawan dalam


menghadapi kesulitan dan tantangan pekerjaan agar dapat mencapai prestasi kerja yang
diharapkan.

2. Recognition (pengakuan), karyawan mengharapkan pengakuan dari perusahaan dan


lingkungan kerja tempat karyawan bekerja. Karyawan merasa diakui dan dihargai apabila
mereka melaksanakan tanggung jawab pekerjaannya dengan baik dan diberi imbalan sesuai
dengan pekerjaan yang telah mereka capai.

3. Responsibility (tanggung jawab), tanggung jawab yang dimiliki oleh karyawan terhadap
pekerjaan yang dibebankan oleh perusahaan.

4. Challenging work (pekerjaan yang menantang), karyawan merasa tertantang dengan pekerjaan
yang diberikan oleh perusahaan, sehingga karyawan dapat lebih maksimal dan optimal
menggunakan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki karyawan untuk mencapai kinerjanya.

5. Advancement (kemajuan), karyawan yang telah menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan
karyawan yang berprestasi bagi perusahaan diharapkan dapat menjamin untuk maju ke jabatan
(posisi) yang lebih tinggi, perusahaan juga diharapkan dapat memberikan bonus, tunjangan atau
penghargaan untuk prestasi kerja karyawan yang bagus.

 Indikator Kinerja Organisasi

Menurut Slavkovic dan Babic (2013), kinerja organisasi terdiri dari indikator sebagai berikut :

1) Penurunan biaya, merupakan kemampuan perusahaan untuk menurunkan biaya dari


pendapatan yang diperoleh pada operasional konstan.

2) Produktivitas karyawan, merupakan hasil kerja yang dicapai karyawan dari sarana prasarana
pendukung yang disediakan perusahaan.

3) Peningkatan profitabilitas, adalah laba yang diperoleh perusahaan dengan mengurangkan


pendapatan dan biaya yang terjadi.

4) Kualitas produk dan jasa, adalah mutu serta kualitas berbagai jenis produk (barang/jasa) yang
ditawarkan kepada konsumen.

5) Kepuasan pelanggan, merupakan kepuasan yang dirasakan konsumen atas produk yang
dihasilkan.
6) Pemecahan masalah (problem solving) dengan cepat, merupakan kemampuan perusahaan
untuk memecahkan masalah dengan cepat.

7) Responsif terhadap perubahan teknologi, adalah tindakan perusahaan merespon dengan cepat
perubahan teknologi yang sesuai dengan dunia bisnis.

8) Reputasi organisasi merupakan kemampuan perusahaan untuk selalu menjaga nama baik di
mata konsumen dan masyarakat.

KESIMPULAN

Kepribadian dan bakan yang unik dari setiap pemimpin harus dihargai karena tidak ada
pemimpin yang persis sama dan tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang mampu secara
sempurna, tepat dan cocok dengan segala situasi dan kondisi dalam berbagai jenis organisasi.
Situasi kepemimpinan yang berbeda membutuhkan bakat dan perilaku kepemimpinan yang
berbeda pula. Kepemimpinan transformasional belum tentu menjadi yang paling baik atau yang
paling dibutuhkan dibandingkan gaya kepemimpinan lainnya. Efektif atau tidaknya
kepemimpinan ini tergantung situasi dan kondisi serta kebutuhan berperilaku dari sebuah
organisasi. Kepemimpinan transformasional cenderung dapat diukur keefektifannya dalam
jangka menengah dan panjang, hal ini dikarenakan untuk membangun hubungan yang kuat
antara pemimpin dan karyawannya. Organisasi yang ingin menerapkan kepemimpinan
transformasional harus memilih pemimpin yang dapan memberikan tantangan bagi
karyawannya, tetapi tidak merusak budaya organisasi atau mengubah budaya organisasi yang
sudah baik dan efektif. Perilaku pemimpinnya harus menunjukkn kepedulian terhadap aspek
manusia, hal ini tidak hanya mengeluarkan potensi yang terbaik dari orang orang yang di
pimpinnya tetapi juga dapan meningkatkan kesejahteraan bagi karyawannya.
DAFTAR PUSTAKA

 Hasibuan, Malayu S. P. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
 Khoirusmandi. (2010). “Analisis Pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap
Kinerja Pegawai dengan Budaya Organisasi sebagai Variabel Intervening”. Pekalongan.
Dalam Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia.
 Marnis. (2012). “Transformational Leadership in The Efforts of Increasing Motivation,
Performance, and Job Satisfactions at PT Bank Mandiri”. Journal of Economics,
Business, and Accountancy. Volume 5 No. 2. Pages 273 – 288.
 Nawawi. (2012). “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja
Karyawan Pada PT Berau Coal Kabupaten Berau”. Dalam Junal Eksis Riset. Volume 8
No. 1. Hal 2001 – 2181 Kabupaten Berau : Politeknik Negeri Samarinda.
 Simanjuntak dan Calam. (2012). “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan
Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai Wilayah
Sumatera Utara”. Dalam Jurnal Sintikom. Volume 11 No. 2 Binjai : STIMIK Triguna
Dharma Sumatera Utara.
 Sunyoto Danang. (2012). Teori, Kuesioner, dan Analisis data Sumber Daya Manusia
(Praktik Penelitian). Yogyakarta : CAPS.
 Usman, Husaini. (2009). Manajemen : Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan. Jakarta :
Bumi Aksara.
 Voon et al. (2011). “The Influence of Leadership Styles on Employee’s Job Satisfaction
in Public Sector Organizations in Malaysia”. International Sciencess. Volume 2 No. 1.
Hal 24 – 32. Malaysia : University of Malaysia Sarawak.
 Wardani. (2009). “Pengaruh Kompensasi, Keahlian dan Motivasi Kerja terhadap Prestasi
Kerja Karyawan pada PT. Pembangkit Jawa Bali Unit Pembangkitan Muara Tawar.
Muara Tawar : Universitas Gunadarma.
 Wiludjeng, SP, Sri. (2007). Pengantar Manajemen. Yogyakarta : Graha Ilmu.
 Simamora, H. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN.
 Wirawan. (2009). Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai