Abstrak :
Kepemimpinan merupakan sebuah bidang riset dan juga suatu keterampilan praktis
mencakup kemampuan seseorang atau organisasi untuk memimpin atau membimbing orang
lain,tim,atau seluruh organisasi. Di dalam sebuah organisasi atau tim di butuhkan biasanya
pemimpin transformasional merupakan penerapan visi diikuti oleh pentingnya penerapan
pemimpin yang mampu membuat perubahan disemua aspek. Model kepemimpinan
transformasional mampu menyediakan solusi dalam pemahaman tentang apa yang membuat
seorang pemimpin memiliki pengaruh yang besar bagi pengikutnya atau karyawan sehingga
dapat menciptakan peningkatan kinerja secara berkelanjutan.Motivasi membicarakan bagaimana
cara mendorong semangat kerja seseorang, agar mau bekerja dengan memberikan kemampuan
dan keahliannya guna mencapai tujuan organisasi. Motivasi menjadi penting karena dengan
motivasi Organisasi merupakan alat atau wadah dari sekelompok orang yang bekerjasama
dengan terkoordinasi dengan cara terstruktur, untuk mencapai tujuan tertentu. Kinerja organisasi
yang optimal tidak terlepas dari kinerja anggota, sebagai salah satu faktor yang menentukan
kinerja organisasi. Melalui peningkatan peran kepemimpinan transformasional, pemberian
motivasi diharapkan kinerja yang dihasilkan lebih optimal. Peningkatan peran kepemimpinan
transformasional,dan pemberian motivasi menjadi salah satu faktor yang diharapkan dapat
meningkatkan kinerja organisasi atau karyawan.diharapkan setiap karyawan mau bekerja keras
dan antusias untuk mencapai kinerja yang diharapkan.
Leadership is a research field and also a practical skill that includes the ability of a person
or organization to lead or guide other people, teams, or entire organizations. In an organization
atau team, transformational leadership is needed, which is the application of a vision, followed
by the importance of implementing a leader who is able to make changes in all aspects. The
transformational leadership model is able to provide solutions in understanding what makes a
leader have a great influence on followers or employees so that it can create continuous
performance improvements Motivation talks about how to encourage someone's morale, so that
they want to work by providing their abilities and expertise to achieve goals organization.
Motivation is important because organizational motivation is a tool or a forum for a group of
people who work together in a coordinated manner in a structured way, to achieve certain goals.
Optimal organizational performance can not be separated from the performance of members, as
one of the factors that determine organizational performance. Through increasing the role of
transformational leadership, giving motivation is expected to produce optimal performance.
Increasing the role of transformational leadership, and providing motivation is one of the factors
that are expected to improve organizational or employee performance. It is expected that every
employee will work hard and enthusiastically to achieve the expected performance.
Kepemimpinan merupakan sebuah bidang riset dan juga suatu keterampilan praktis
mencakup kemampuan seseorang atau organisasi untuk memimpin atau membimbing orang
lain,tim,atau seluruh organisasi.
Kualitas manusia sebagai tenaga kerja merupakan modal dasar dalam masa
pembangunan. Tenaga kerja yang berkualitas akan menghasilkan suatu hasil kerja yang optimal
sesuai dengan target kerjanya. Manusia sebagai tenaga kerja atau karyawan merupakan
sumberdaya yang penting bagi perusahaan, karena mereka mempunyai bakat, tenaga dan
kreatifitas yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya.
Berdasarkan penelitian Sebelumnya yang dilakukan oleh Nawawi (2012) dan Marnis
(2012), menunjukan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kinerja
karyawan. pemimpin transformasional merupakan penerapan visi diikuti oleh pentingnya
penerapan pemimpin yang mampu membuat perubahan disemua aspek. Model kepemimpinan
transformasional mampu menyediakan solusi dalam pemahaman tentang apa yang membuat
seorang pemimpin memiliki pengaruh yang besar bagi pengikutnya atau karyawan sehingga
dapat menciptakan peningkatan kinerja secara berkelanjutan.
Motivasi membicarakan bagaimana cara mendorong semangat kerja seseorang, agar mau
bekerja dengan memberikan kemampuan dan keahliannya guna mencapai tujuan organisasi.
Motivasi menjadi penting karena dengan motivasi Organisasi merupakan alat atau wadah dari
sekelompok orang yang bekerjasama dengan terkoordinasi dengan cara terstruktur, untuk
mencapai tujuan tertentu. Organisasi bukan hanya alat untuk menyediakan barang dan jasa saja,
tetapi organisasi harus dapat menciptakan juga lingkungan kerja yang harmonis sehingga dapat
berpengaruh positif terhadap perilaku anggota dalam pencapaian tujuan. Upaya koordinasi
sekelompok orang tersebut diperlukan adanya manajemen, agar pencapaian tujuan atau pemenuh
kebutuhan dapat dicapai secara efektif dan efisien (Wiludjeng, 2007:11).
Kinerja organisasi yang optimal tidak terlepas dari kinerja anggota, sebagai salah satu
faktor yang menentukan kinerja organisasi. Melalui peningkatan peran kepemimpinan
transformasional, pemberian motivasi diharapkan kinerja yang dihasilkan lebih optimal.
Peningkatan peran kepemimpinan transformasional,dan pemberian motivasi menjadi salah satu
faktor yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja organisasi atau karyawan.diharapkan setiap
karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai kinerja yang diharapkan (Sunyoto,
2012:11).
Organisasi merupakan alat atau wadah dari sekelompok orang yang bekerjasama dengan
terkoordinasi dengan cara terstruktur, untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi bukan hanya
alat untuk menyediakan barang dan jasa saja, tetapi organisasi harus dapat menciptakan juga
lingkungan kerja yang harmonis sehingga dapat berpengaruh positif terhadap perilaku anggota
dalam pencapaian tujuan. Upaya koordinasi sekelompok orang tersebut diperlukan adanya
manajemen, agar pencapaian tujuan atau pemenuh kebutuhan dapat dicapai secara efektif dan
efisien (Wiludjeng, 2007:11).
Kinerja organisasi yang optimal tidak terlepas dari kinerja anggota, sebagai salah satu
faktor yang menentukan kinerja organisasi. Melalui peningkatan peran kepemimpinan
transformasional, pemberian motivasi diharapkan kinerja yang dihasilkan lebih optimal.
Peningkatan peran kepemimpinan transformasional,dan pemberian motivasi menjadi salah satu
faktor yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja organisasi atau karyawan.
1.Kepemimpinan Transformasional
2. Motivasi
Simanjutan dan Calam (2012:3) menyatakan bahwa motivasi merupakan hal yang sangat
penting dan harus dimulai oleh setiap orang dalam rangka meningkatkan kinerjanya, motivasi
berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak. Pada hakekatnya perilaku manusia
dimotivasi oleh keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang merupakan tujuan dari kegiatan. Arti
dari motivasi adalah sebagai kebutuhan, keinginan, dorongan, gerak hati diri seseorang. Motivasi
yang ada pada diri seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan
mencapai sasaran kepuasan. Dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah semangat atau dorongan
dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan yang dapat
berpengaruh positif terhadap kinerja. Ada beberapa teori motivasi Hierarki Kebutuhan Maslow
(Daft, 2006:367), antara lain :
b. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs). Ini merupakan kebutuhan akan lingkungan fisik dan
emosional yang aman dan terlindung dari ancaman–ancaman yaitu kebutuhan akan kebebasan
dari kekuasaan, dan akan masyarakat yang tertib. Dalam lingkungan kerja organisasional,
kebutuhan akan rasa aman mencerminkan kebutuhan akan pekerjaan yang aman, imbalan kerja
tambahan, dan perlindungan pekerjaan.
Motivasi Kerja adalah kekuatan yang timbul dari sebuah keinginan atau adanya dorongan
untuk mencapai sebuah keinginan yang membuat diri seseorang tindakan dengan penuh
semangat yang tinggi (Hasibuan, 2008:105). Motivasi kerja dalam penelitian ini adalah motivasi
kerja positif oleh teori Maslow dimana motivasi diberikan untuk meningkatkan kinerja bawahan
melalui internal dan eksternal bawahan. Indikator motivasi kerja positif ini yaitu kebutuhan
fisik,kebutuhan rasa aman dan keselamatan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, dan
kebutuhan perwujudan diri. Kebutuhan fisik adalah kebutuhan bawahan akan pangan yang
tercukupi. Kebutuhan rasa aman dan keselamatan adalah bawahan merasa tenang dalam bekerja
atas jaminan kesehatan yang dimiliki. Kebutuhan sosial adalah rasa senang bawahan terhadap
bawahan lainnya dalam menjalin kerjasama pekerjaan. Kebutuhan akan penghargaan adalah
pujian yang diberikan atasan terhadap bawahan atas hasil kerja yang memuaskan. Kebutuhan
perwujudan diri adalah bawahan diberikan kesempatan oleh atasan untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki untuk kemajuan perusahaan di masa depan.
3. Kinerja Organisasi
Kinerja merupakan salah satu faktor yang mendukung tercapainya tujuan-tujuan yang
ditetapkan oleh perusahaan atau organisasi. Karyawan dituntut untuk memberikan hasil kerja
yang optimal untuk organisasi sesuai dengan tanggung jawab tugas yang telah diberikan oleh
perusahaan. Prestasi kerja yang baik dari karyawan merupakan hasil dari kinerja karyawan dalam
mencapai standar kinerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Kinerja adalah hasil yang dicapai dari perilaku anggota organisasi. Hasil yang di inginkan
organisasi dari perilaku orang-orang yang ada di dalamnya disebut sebagai kinerja organisasi.
Kinerja organisasi sebagai sebuah konsep mengalami berbagai perkembangan pengukuran dan
definisi. Pemahaman dan definisi tentang kinerja organisasi dalam literatur akademik dan
beberapa penelitian manajemen sangat beragam, sehingga tetap menjadi isu dan terus mengalami
perkembangan. Perkembangan terkait konsep meliputi efektifitas,efisiensi, ekonomi, kualitas,
konsistensi perilaku, dan tindakan normatif. Menurut Gavrea et al. (2012) tidak ada definisi
kinerja organisasi yang dapat diterima secara universal. Terdapat beberapa pemikiran untuk
menggambarkan konsep kinerja organisasi yaitu : 1) kinerja adalah perangkat keuangan dan non
keuangan yang memberikan informasi terhadap tercapainya tujuan dan hasil, 2) kinerja adalah
dinamis, memerlukan pertimbangan dan intepretasi, 3) kinerja di ilustrasikan dengan penggunaan
model kualitas yang menjelaskan bagaimana tindakan dapat berpengaruh terhadap hasil yang
akan datang, 4) kinerja dipahami secara berbeda tergantung pada orang yang terlibat dalam
penilaian kinerja organisasi, 5) konsep kerja memerlukan pengetahuan karakteristik elemen-
elemen untuk masing-masing bidang pertanggungjawaban, 6) untuk pelaporan tingkat kinerja
organisasi memerlukan kemampuan mengkuantitatifkan hasil.
Menurut Luthans (2006), kinerja merupakan kuantitas dan kualitas hasil kerja yang
dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh seseorang yang melakukan pekerjaan dalam organisasi.
Fahmi (2011) memberikan difinisi kinerja sebagai hasil yang diperoleh organisasi selama satu
periode tertentu. Oleh karena itu kinerja organisasi mencerminkan tingkat prestasi dan
pencapaian sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya serta keberhasilan manajer atau pemimpin
organisasi dalam mengelola organisasi.
Menurut Mulyadi (2007; 337) kinerja organisasi adalah keberhasilan personel, tim atau
organisasi dalam mewujudkan sasaran strategis yang telah ditetapkan sebelumnya dengan
perilaku yang diharapkan. Kinerja (performance) menurut Daft (2010) adalah kemampuan untuk
pencapaian tugas organisasi dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien.
Sumber daya yang dimaksudkan meliputi sumber daya manusia, seluruh kekayaan, kapabilitas,
proses organisasi, atribut perusahaan, informasi serta pengetahuan yang dikendalikan
perusahaan. Kinerja didefinisikan sebagai gambaran tingkat pencapaian pelaksanaan kegiatan,
program serta kebijakan dengan menggunakan sejumlah sumber daya untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Sembiring 2012:81). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut
mengindikasikan bahwa untuk mencapai hasil kerja organisasi yang maksimal adalah dengan
mengelola serta memanfaatkan sumber daya organisasi secara baik.
b. Sikap, yaitu melukiskan perasaan mengenai sesuatu, melukiskan perasaan senang atau
tidak senang mengenai objek (orang, benda, pekerjaan, atau keadaan) tertentu.
c. Tindakan, kompetensi dan sikap tidak akan menghasilkan kinerja tanpa dioperasikan
dalam tindakan atau NATO (no action, talk only).
METODE PENELITIAN
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini indikator variabel kepemimpinan transformasional menggunakan Bass dan
Avolio (dalam Voon et al, 2011:2) yaitu :
1. Idealized influence, yang dijelaskan sebagai perilaku yang menghasilkan rasa hormat
(respect) dan rasa percaya diri (trust) dari orang–orang yang dipimpinnya. Idealized influence
mengandung makna saling berbagi resiko, melalui pertimbangan atas kebutuhan yang dipimpin
diatas kebutuhan pribadi, dan perilaku moral serta etis. Menyangkut visi dan tujuan yang
menantang dan memotivasi karyawan untuk bekerja diluar kepentingan pribadi mereka untuk
mencapai tujuan bersama.
Dalam penelitian ini indikator variabel motivasi menggunakan Herzberg (dalam Wiludjeng,
2007:157) yaitu :
3. Responsibility (tanggung jawab), tanggung jawab yang dimiliki oleh karyawan terhadap
pekerjaan yang dibebankan oleh perusahaan.
4. Challenging work (pekerjaan yang menantang), karyawan merasa tertantang dengan pekerjaan
yang diberikan oleh perusahaan, sehingga karyawan dapat lebih maksimal dan optimal
menggunakan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki karyawan untuk mencapai kinerjanya.
5. Advancement (kemajuan), karyawan yang telah menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan
karyawan yang berprestasi bagi perusahaan diharapkan dapat menjamin untuk maju ke jabatan
(posisi) yang lebih tinggi, perusahaan juga diharapkan dapat memberikan bonus, tunjangan atau
penghargaan untuk prestasi kerja karyawan yang bagus.
Menurut Slavkovic dan Babic (2013), kinerja organisasi terdiri dari indikator sebagai berikut :
2) Produktivitas karyawan, merupakan hasil kerja yang dicapai karyawan dari sarana prasarana
pendukung yang disediakan perusahaan.
4) Kualitas produk dan jasa, adalah mutu serta kualitas berbagai jenis produk (barang/jasa) yang
ditawarkan kepada konsumen.
5) Kepuasan pelanggan, merupakan kepuasan yang dirasakan konsumen atas produk yang
dihasilkan.
6) Pemecahan masalah (problem solving) dengan cepat, merupakan kemampuan perusahaan
untuk memecahkan masalah dengan cepat.
7) Responsif terhadap perubahan teknologi, adalah tindakan perusahaan merespon dengan cepat
perubahan teknologi yang sesuai dengan dunia bisnis.
8) Reputasi organisasi merupakan kemampuan perusahaan untuk selalu menjaga nama baik di
mata konsumen dan masyarakat.
KESIMPULAN
Kepribadian dan bakan yang unik dari setiap pemimpin harus dihargai karena tidak ada
pemimpin yang persis sama dan tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang mampu secara
sempurna, tepat dan cocok dengan segala situasi dan kondisi dalam berbagai jenis organisasi.
Situasi kepemimpinan yang berbeda membutuhkan bakat dan perilaku kepemimpinan yang
berbeda pula. Kepemimpinan transformasional belum tentu menjadi yang paling baik atau yang
paling dibutuhkan dibandingkan gaya kepemimpinan lainnya. Efektif atau tidaknya
kepemimpinan ini tergantung situasi dan kondisi serta kebutuhan berperilaku dari sebuah
organisasi. Kepemimpinan transformasional cenderung dapat diukur keefektifannya dalam
jangka menengah dan panjang, hal ini dikarenakan untuk membangun hubungan yang kuat
antara pemimpin dan karyawannya. Organisasi yang ingin menerapkan kepemimpinan
transformasional harus memilih pemimpin yang dapan memberikan tantangan bagi
karyawannya, tetapi tidak merusak budaya organisasi atau mengubah budaya organisasi yang
sudah baik dan efektif. Perilaku pemimpinnya harus menunjukkn kepedulian terhadap aspek
manusia, hal ini tidak hanya mengeluarkan potensi yang terbaik dari orang orang yang di
pimpinnya tetapi juga dapan meningkatkan kesejahteraan bagi karyawannya.
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, Malayu S. P. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Khoirusmandi. (2010). “Analisis Pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap
Kinerja Pegawai dengan Budaya Organisasi sebagai Variabel Intervening”. Pekalongan.
Dalam Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia.
Marnis. (2012). “Transformational Leadership in The Efforts of Increasing Motivation,
Performance, and Job Satisfactions at PT Bank Mandiri”. Journal of Economics,
Business, and Accountancy. Volume 5 No. 2. Pages 273 – 288.
Nawawi. (2012). “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja
Karyawan Pada PT Berau Coal Kabupaten Berau”. Dalam Junal Eksis Riset. Volume 8
No. 1. Hal 2001 – 2181 Kabupaten Berau : Politeknik Negeri Samarinda.
Simanjuntak dan Calam. (2012). “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan
Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. PLN (Persero) Cabang Binjai Wilayah
Sumatera Utara”. Dalam Jurnal Sintikom. Volume 11 No. 2 Binjai : STIMIK Triguna
Dharma Sumatera Utara.
Sunyoto Danang. (2012). Teori, Kuesioner, dan Analisis data Sumber Daya Manusia
(Praktik Penelitian). Yogyakarta : CAPS.
Usman, Husaini. (2009). Manajemen : Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan. Jakarta :
Bumi Aksara.
Voon et al. (2011). “The Influence of Leadership Styles on Employee’s Job Satisfaction
in Public Sector Organizations in Malaysia”. International Sciencess. Volume 2 No. 1.
Hal 24 – 32. Malaysia : University of Malaysia Sarawak.
Wardani. (2009). “Pengaruh Kompensasi, Keahlian dan Motivasi Kerja terhadap Prestasi
Kerja Karyawan pada PT. Pembangkit Jawa Bali Unit Pembangkitan Muara Tawar.
Muara Tawar : Universitas Gunadarma.
Wiludjeng, SP, Sri. (2007). Pengantar Manajemen. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Simamora, H. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN.
Wirawan. (2009). Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat.