BIJI ( SEMEN )
Oleh :
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul BIJI (SEMEN) ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Morfologi Tumbuhan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Morfologi BIJI bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Dosen, selaku Dosen pengampu mata kuliah
Morfologi Tumbuhan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk kulit biji (spermodermis)?
2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk tali pusar (funiculus)?
3. Untuk mengetahui bagaimana bentuk inti biji (nucleus seminis)?
1
4. Untuk mengetahui bagaimana bentuk lembaga (embryo)?
5. Untuk mengetahui bagaimana bentuk putih lembaga (albumen)?
6. Untuk mengetahui pengertian perkecambahan (plantula) ?
1.4 Manfaat
1. Untuk menambah wawasan bagi penulis
2. Sebagai acuan bahan perkuliahan bagi teman-teman mahasiswa
3. Untuk menambah pengetahuan bagi pembaca
2
BAB II
ISI
3
Keterangan :
A. Tampak Luar
B. Dengan kulit biji dihilangkan
C. Embryo dengan kotiledon dipisahkan
Pada dasarnya biji mempunyai susunan yang tidak berbeda dengan bakal biji, tetapi
dipergunakan nama-nama yang berlainan untuk bagian-bagian yang sama asalnya, misalnya :
Integumentum pada bakal biji, kalau sudah menjadi biji merupakan kulit biji (spermodermis).
4
biasanya tipis seperti selaput, serigkali melekat erat pada inti biji Pada kulit luar biji itu
masih dapat ditemukan bagian-bagian lain, misalnya
(1) Sayap (ala), alat tambahan berupa sayap pada kulit luar biji, dan dengan demikian
bijimudah dipencarkan oleh angin, ch. pada spatodea (Spathodea campanulata
P.B.), kelor (Moringa oleifera Lamk).
(2) Bulu (coma), yaitu penonjolan sel-sel kulit luar biji yang berupa rambut-rambut
yanghalus, memudahkan biji ditiup oleh angin, ch. pada kapas (Gossypium),
biduri (Calotropisgigantea Dryand).
(3) Salut biji (arillus),yang biasanya berasal dari pertumbuhan tali pusar, misalnya
pada biji durian.
d. Kulit tengah (sclerotesta),
suatu lapisan yang kuat dan keras, berkayu, menyerupai kulit dalam (endocarpium)
pada buah batu. (Durio zibethinus Murr), dll.
(1) Salut Biji semu (arillodium),
seperti salu biji, tetapi tidak berasal dari tali pusar. Melainkan tumbuh dari bagian
sekitar liang bakal biji (micropyle). Macis pada biji pala sebenarnya adalah suatu
salut biji semu.
(2) Pusar biji (hilus),
yaitu bagian kulit luar biji bekas perlekatan dengan tali pusar, biasanya kelihatan
kasar dan mempunyai warna yang berlainan dengan bagian lain kulit biji. Pusar biji
jelas kelihatan pada biji tumbuhan berbuah polong, misalnya ; Kacang panjang
(Vigna Sinensis Edl), kacang merah (Phaseolus vulgaris L). Dll.
(3) Liang biji (micropyle),
adalah liang kecil bekas jalan masuknya buluh serbuk sari ke dalam
bakal biji pada peristiwa pembuahan. Tepi liang inii seringkali tumbuh menjadi
badan berwarna keputih-putihan, lunak, yang disebut karunkula (caruncula). Jika
badan yang berasal dari tepi liang ini sampai merupakan salut biji, maka disebut
salut biji semu (arillodium).
(4) Bekas-bekas pembuluh pengangkutan (chalaza),
yaitu tempat pertemuan integument dengan nuselus, masih kelihatan pada biji
anggur (Vitis vinifera.L).
5
(5) Tulang biji (raphe),
yaitu tali pusar pada biji, biasanya hanya kelihatan pada biji yang berasal dari bakal
biji yang mengangguk (anatropus), dan pada biji biasanya tak begitu jelas lagi,
masih kelihatan misalnya pada biji jarak (Ricinus communis L).
6
c) Sebagai alat pengisap makanan untuk lembaga dari putih lembaga. Dalam hal ini
daun lembaga itu merupakan suatu alat yang tipis, merupakan bagian yang
memisahkan putih lembaga dari lembaganya. Karena bentuknya yang seperti
perisai kecil, alat itu dinamakan skutelum (scutellum). Biji tampak utuh, dan
bagian ini (daun lembaga tadi) tidak tampak dari luar.
c. Batang Lembaga (cauliculus), dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu :
1) Ruas batang di atas daun lembaga (interodium epicotylum),
2) Ruas batang di bawah daun lembaga (internodium hypocotylum).
Putih Lembaga (Albumen) Putih lembaga adalah bagian biji, yang terdiri atas
suatu jaringan yang menjadi tempat cadangan makanan bagi lembaga. Tidak
setiap biji mempunyai putih lembaga. Seperti misalnya pada biji tumbuhan
berbuah polong (Leguminosae), cadangan makanan tidak tersimpan dalam
putih lembaga, melainkan dalam daun lembaga, oleh sebab itu daun lembaganya
menjadi tebal. Melihat asalnya jaringan yang menjadi tempat penimbunan zat
makanan cadangan tadi kita dapat membedakan putih lembaga : (a) putih
lembaga dalam (b) putih lembaga luar.
7
Gambar 2.3 Lembaga di Dalam Biji dengan Bagian-bagiannya
a. Pucuk lembaga
b. Batang lembaga
8
bagian-bagian tersebut pada kecambah lebih jelas dan juga mempunyai ukuran yang lebih
besar. Ada dua macam perkecambahan biji, yaitu sebagai berikut (Gambar 2.4).
1) Perkecambahan di atas tanah (epigeal), apabila pada perkecambahan terjadi
pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga sehingga dengan demikian
lembaganya berada di atas tanah. Contoh: Perkecambahan pada kacang hijau
(Phaseolus radiatus L.) tampak daun lembaganya berwarna hijau, dapat berfungsi
untuk asimilasi dan umurnya tidak lama. Tidak lama kemudian daun lembaga ini
gugur, tetapi sementara itu pada kecambah telah terbentuk daun-daun normal yang
dapat melaksanakan tugas asimilasi.
2) Perkecambahan di bawah tanah (hypogeal), apabila pada perkecambahan daun
lembaganya tetap berada di dalam kulit biji dan tetap berada di dalam tanah. Contoh:
Perkecambahan pada kacang kapri (Pisum sativum L.)
1) Tahap pertama dimulai dengan penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan
hidrasi oleh protoplasma.
2) Tahap kedua dimulai dengan kegitan sel-sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat
respirasi benih.
9
4) Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah terurai di daerah
meristematik untuk menghasilkan energi dari kegiatan pembentukan komponen dalam
pertumbuhan sel-sel baru.
Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit benih permeable terhadap air dengan tekanan
osmosis tertentu (Kuswanto, 1996). Serapan air dan berbagai proses biokimia yang berlangsung
pada benih pada akhirnya akan tercermin pada pertumbuhan dan perkembangan kecambah
menjadi tanaman muda (bibit), kecuali jika benih tersebut dalam keadaan dorman (Lakitan,1996)
1. Faktor Dalam
b. Ukuran benih
10
Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan
sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002).
Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena
berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat
tanaman pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).
c. Dormansi
d. Penghambat perkecambahan
2. Faktor Luar
a. Air
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama
kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya,
sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis
benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo,
2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke
11
dalam benih hingga 80 sampai 90 persen (Darjadi,1972) dan umumnya
dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen (Kamil, 1979). Benih
mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media
yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya
penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri (Sutopo, 2002).
Menurut Kamil (1979), kira-kira 70 persen berat protoplasma sel hidup terdiri dari
air dan fungsi air antara lain:
1) Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar
terjadi pengembangan embrio dan endosperm.
2) Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.
3) Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan
berbagai fungsinya.
4) Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon
ke titik tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma baru.
b. Suhu
Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya
perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai
yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35°C (Sutopo, 2002). Suhu juga
mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan ditentukan oleh
berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh gibberallin.
c. Oksigen
Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat
disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan
energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses
perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju
respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang terdapat dalam benih
(Kuswanto. 1996). Menurut Kamil (1979) umumnya benih akan berkecambah
dalam udara yang mengandung 29 persen oksigen dan 0.03 persen CO2. Namun
untuk benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang
masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80 persen, karena biasanya oksigen
yang masuk ke embrio kurang dari 3 persen.
12
d. Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi
tergantung pada jenis tanaman (Sutopo, 2002). Adapun besar pengaruh cahanya
terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya,
lamanya penyinaran (Kamil, 1979). Menurut Adriance and Brison dalam Sutopo
(2002) pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat dibagi atas 4
golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya mutlak, golongan yang
memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan, golongan dimana
cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta golongan dimana benih dapat
berkecambah baik pada tempat gelap maupun ada cahaya.
13
BAB III
KESIMPULAN
Biji merupakan bagian dan struktur yang sangat efisien untuk perkembangbiakan pada
tumbuhan khususnya Spermathopyta (tumbuhan berbiji). Fungsi biji itu sendiri adalah untuk
Biji berasal dari bakal biji yang berkembang setelah mengalami pembuahan.
Biji juga merupakan salah satu organ assesories atau organ perhiasan pada Tumbuhan
berbiji (Spermathopyta). Biji bukan hanya sebagai organ assesories tetapi juga mempunyai
fungsi yang utama yakni, sebagai alat perkembangbiakan atau untuk memperbanykan
Sesuai dengan bentuk dan stukturnya, biji dapat dikelompokkan kedalam beberapa kelompok
besar yakni :
Sedangkan pada tumbuhan Angiospermae Ciri-ciri tumbuhan monokotil dan dikotil hanya
dapat ditemukan, karena memiliki bunga yang sesungguhnya atau bunga lengkap. Oleh karena
itu Tumbuhan Angiospermae dibagi menjadi dua kelompok besar yakni ; Monokotil (Tumbuhan
Berkeping satu) dan Dikotil (Berkeping Dua). Contoh tumbuhan monokotil seperti Kelapa,
Jagung, Padi, Pinang, Bambu, Tebu, Palem, Durian, Salak, Melinjo, dst. Sedangkan Contoh
tumbuhan dikotil adalah Kacang tanah, Mangga, Rambutan, Belimbing, Beringin, Jati,
Mahoni,jahe, dst.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://ninityulianita.wordprees.com/2009/07/29/anatomi.tumbuhan
https://luthfifharuq.wordpress.com/2012/04/08/perkecambahan/
15