Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MORFOLOGI TUMBUHAN

BIJI ( SEMEN )

Oleh :

Nama : Cut Kandy Safiera (A1D016044)


NPM : A1D016044
Dosen Pengampu : 1. Dra. Yennita, M.Si
2. Neni Murniati, M.Pd

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul BIJI (SEMEN) ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Morfologi Tumbuhan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Morfologi BIJI bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Dosen, selaku Dosen pengampu mata kuliah
Morfologi Tumbuhan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang……………………………………………………………………..1


1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………………….1
1.3. Tujuan………………………………………………………………………………1
1.4. Manfaat……………………………………………………………………………..2

BAB II ISI

2.1. Biji (Semen) …………………………………………………………………………3


2.2. Kulit Biji (Spermodermis)…………………………………………………………...4
2.3. Tali Pusar (Funiculus)……………………………………………………………….6
2.4. Inti Biji (Nucleus seminis)…………………………………………………………...6
2.5. Lembaga (embryo)…………………………………………………………………...6
2.6. Putik Lembaga (albumen)……………………………………………………………8
2.7. Perkecambahan (Plantula)……………………………………………………………8

BAB III KESIMPULAN……………………………………………………………………14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setelah terjadi penyerbukan yang diikuti dengan pembuahan, bakal buah tumbuh menjadi
buah, dan bakal biji tumbuh menjadi bakal biji. Bagi tumbuhan biji (Spermathophyta), biji
ini merupakan alat perkembangbiakan yang utama, karena biji mengandung calon tumbuhan
baru (lembaga). Dengan dihasilkannya biji, tumbuhan dapat mempertahankan jenisnya, dan
dapat pula terpencar ke lain tempat.
Semula biji itu duduk pada suatu tangkai yang keluar dari papan biji atau tembuni
(placenta). Tangkai pendudukung biji itu disebut tali pusar (funiculus). Bagian biji tempat
pelekatan tali pusar dinamakan pusar biji (hilus).
Jika biji sudah masak biasanya tali pusarnya putus, sehingga biji terlepas dari
tembuninya. Bekas tali pusar pada umumnya nampak jelas pada biji. Pada biji
ada kalanya tali pusar ikut tumbuh, berubah sifatnya menjadi salut atau selaput biji (arillus).
Bagian ini ada yang merupakan selubung biji yang sempurna, ada yang hanya menyelubungi
sebagian biji saja.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana bentuk kulit biji (spermodermis)?
2. Bagaimana bentuk tali pusar (funiculus)?
3. Bagaimana bentuk inti biji (nucleus seminis)?
4. Bagaimana bentuk lembaga (embryo)?
5. Bagaimana bentuk putih lembaga (albumen)?
6. Pengertian perkecambahan (plantula) ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk kulit biji (spermodermis)?
2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk tali pusar (funiculus)?
3. Untuk mengetahui bagaimana bentuk inti biji (nucleus seminis)?

1
4. Untuk mengetahui bagaimana bentuk lembaga (embryo)?
5. Untuk mengetahui bagaimana bentuk putih lembaga (albumen)?
6. Untuk mengetahui pengertian perkecambahan (plantula) ?

1.4 Manfaat
1. Untuk menambah wawasan bagi penulis
2. Sebagai acuan bahan perkuliahan bagi teman-teman mahasiswa
3. Untuk menambah pengetahuan bagi pembaca

2
BAB II

ISI

2.1 Biji (Semen)


Biji terjadi karena bakal biji yang tumbuh menjadi biji, setelah bunga mengalami
penyerbukan, yang kemudian diikuti dengan pembuahan. Bagi tumbuhan berbiji
(Spermatophyta) biji merupakan alat perkembangbiakan yang utama karena calon tumbuhan
baru (lembaga) terdapat di dalam biji. Tumbuhan dapat mempertahankan atau melestarikan
jenisnya serta dapat terpencar ke tempat lain disebabkan karena adanya biji.
Pada mulanya, biji duduk pada suatu tangkai yang keluar dari tembuni/papan biji
(placenta). Tangkai pendukung biji disebut tali pusar (funiculus) dan bagian biji tempat
melekatnya tali pusat, disebut pusar biji (hilum atau hilus). Apabila biji sudah masak maka
tali pusatnya putus sehingga biji terlepas dari tembuninya. Tali pusat ada kalanya juga ikut
tumbuh dan kemudian berubah menjadi selaput biji (arillus). Bagian ini ada yang menjadi
selaput biji yang sempurna dan ada pula yang hanya menyelubungi sebagian saja dari biji.
Selaput biji ada yang berdaging atau berair, dapat dimakan dan ada yang menyerupai kulit,
serta hanya menutupi sebagian biji. Contoh: selaput biji yang berdaging atau berair, dapat
dimakan, misal pada biji durian (Durio zibethinus Merr.), biji rambutan (Nephelium
lappaceum L.) dan biji delima (Punica granatum L.) Selaput yang menyerupai kulit,
menutupi sebagian biji pada biji pala (Miristica fragrans Houtt.), digunakan sebagai bumbu
masak dan berbagai macam keperluan lainnya (bahan obat).
Adapun bagian-bagian biji seperti dapat Anda lihat pada Gambar.2.1
1. Kulit biji (spermodermis).
2. Tali pusat (funiculus).
3. Inti biji atau isi biji (nucleus seminis).

Gambar 2.1 Morfologi Biji (Phaseolus vulgaris)

3
Keterangan :

A. Tampak Luar
B. Dengan kulit biji dihilangkan
C. Embryo dengan kotiledon dipisahkan

Pada dasarnya biji mempunyai susunan yang tidak berbeda dengan bakal biji, tetapi
dipergunakan nama-nama yang berlainan untuk bagian-bagian yang sama asalnya, misalnya :
Integumentum pada bakal biji, kalau sudah menjadi biji merupakan kulit biji (spermodermis).

2.2 Kulit Biji (Spermodermis)


Kulit biji berasal dari selaput bakal biji (integumentum). Oleh sebab itu biasanya kulit biji
(dari tumbuhan biji tertutup (Angiospermae) terdiri aras dua lapisan, yaitu :
Lapisan Kulit Luar (testa), ada yang tipis, ada yang kaku seperti kulit, ada yang keras seperti
kayu atau batu. Bagian ini merupakan pelindung utama bagian biji yang di dalam.
Lapisan luar ini dapat memperlihatkan warna dan gambaran yang berbeda-beda: merah,
biru, perang, kehijau-hijauan, ada yang licin rata, mempunyai permukaan keriput.

a. Lapisan Kulit Dalam (tegmen),


Tipis seperti selaput, dinamakan juga kulit ari. Pada pembentukan kulit biji dapat pula
ikut serta bagian bakal biji yang lebih dalam daripada integumentumnya, misalnya lain
bagian jaringan nuselus yang terluar. Biji yang kulitnya terdiri atas dua lapisan itu
umumnya adalah biji tumbuhan biji tertutup (Angiospermae). Pada tumbuhan biji
talanjang (Gymnospermae), biji malahan mempunyai tiga lapisan seperti pada biji
belinjo (Gnetum gnemon K), padahal bakal biji tumbuhan biji telanjang umumnya
hanya mempunyai satu integementum saja. Ketiga lapisan kulit biji seperti pada melinjo
itu masing-masing dinamakan : (1) kulit luar (2) kulit dalam
b. Kulit luar (sarcotesta)
biasanya tebal berdaging, pada waktu masih muda berwarna hijau, kemudian berubah
menjadi kuning, dan akhirnya merah.
c. Kulit dalam (endotesta),

4
biasanya tipis seperti selaput, serigkali melekat erat pada inti biji Pada kulit luar biji itu
masih dapat ditemukan bagian-bagian lain, misalnya
(1) Sayap (ala), alat tambahan berupa sayap pada kulit luar biji, dan dengan demikian
bijimudah dipencarkan oleh angin, ch. pada spatodea (Spathodea campanulata
P.B.), kelor (Moringa oleifera Lamk).
(2) Bulu (coma), yaitu penonjolan sel-sel kulit luar biji yang berupa rambut-rambut
yanghalus, memudahkan biji ditiup oleh angin, ch. pada kapas (Gossypium),
biduri (Calotropisgigantea Dryand).
(3) Salut biji (arillus),yang biasanya berasal dari pertumbuhan tali pusar, misalnya
pada biji durian.
d. Kulit tengah (sclerotesta),
suatu lapisan yang kuat dan keras, berkayu, menyerupai kulit dalam (endocarpium)
pada buah batu. (Durio zibethinus Murr), dll.
(1) Salut Biji semu (arillodium),
seperti salu biji, tetapi tidak berasal dari tali pusar. Melainkan tumbuh dari bagian
sekitar liang bakal biji (micropyle). Macis pada biji pala sebenarnya adalah suatu
salut biji semu.
(2) Pusar biji (hilus),
yaitu bagian kulit luar biji bekas perlekatan dengan tali pusar, biasanya kelihatan
kasar dan mempunyai warna yang berlainan dengan bagian lain kulit biji. Pusar biji
jelas kelihatan pada biji tumbuhan berbuah polong, misalnya ; Kacang panjang
(Vigna Sinensis Edl), kacang merah (Phaseolus vulgaris L). Dll.
(3) Liang biji (micropyle),
adalah liang kecil bekas jalan masuknya buluh serbuk sari ke dalam
bakal biji pada peristiwa pembuahan. Tepi liang inii seringkali tumbuh menjadi
badan berwarna keputih-putihan, lunak, yang disebut karunkula (caruncula). Jika
badan yang berasal dari tepi liang ini sampai merupakan salut biji, maka disebut
salut biji semu (arillodium).
(4) Bekas-bekas pembuluh pengangkutan (chalaza),
yaitu tempat pertemuan integument dengan nuselus, masih kelihatan pada biji
anggur (Vitis vinifera.L).

5
(5) Tulang biji (raphe),
yaitu tali pusar pada biji, biasanya hanya kelihatan pada biji yang berasal dari bakal
biji yang mengangguk (anatropus), dan pada biji biasanya tak begitu jelas lagi,
masih kelihatan misalnya pada biji jarak (Ricinus communis L).

2.3 Tali Pusar (Funiculus)


Tali pusar merupakan bagian yang menghubungkan biji dengan tembuni, jadi merupakan
tangkai biji. Jika biji telah masak, biasanya biji terlepas dari tali pusarnya sehingga pada biji
hanya nampak bekasnya saja yang dikenal sebagai tali pusar.

2.4 Inti Biji (Nucleus seminis)


Semua bagian biji yang terdapat di dalam kulitnya disebut inti biji atau isi biji. Inti biji
terdiri dari berikut ini.
a. Lembaga (embryo), yaitu calon individu baru.
b. Putik lembaga (albumen), yaitu jaringan yang berisi cadangan makanan, untuk masa
permulaan kehidupan tumbuhan baru (kecambah) sebelum dapat mencari makanan
sendiri.

2.5 Lembaga (embryo)


Lembaga adalah calon tumbuhan baru, yang nantinya akan tumbuh menjadi tumbuhan baru.
Lembaga telah memperlihatkan ketiga bagian utama tumbuhan, yaitu :
a. Akar lembaga atau calon akar (radicula),
yang biasanya kemudian akan tumbuh tersusum merupakan akar tunggang (untuk
tumbuhan yang tergolong dalam Dicotyedoneae).
b. Daun Lembaga (cotyledon),
merupakan daun pertama suatu tumbuhan. Daun lembaga dapat mempunyai fungsi yang
berbeda-beda.
a) Sebagai tempat penimbunan makanan, jumlahnya biasanya dua, dan duduk
berhadapanpada sisi yang rata tadi.
b) Sebagai alat untuk melakukan asimilas

6
c) Sebagai alat pengisap makanan untuk lembaga dari putih lembaga. Dalam hal ini
daun lembaga itu merupakan suatu alat yang tipis, merupakan bagian yang
memisahkan putih lembaga dari lembaganya. Karena bentuknya yang seperti
perisai kecil, alat itu dinamakan skutelum (scutellum). Biji tampak utuh, dan
bagian ini (daun lembaga tadi) tidak tampak dari luar.
c. Batang Lembaga (cauliculus), dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu :
1) Ruas batang di atas daun lembaga (interodium epicotylum),
2) Ruas batang di bawah daun lembaga (internodium hypocotylum).
Putih Lembaga (Albumen) Putih lembaga adalah bagian biji, yang terdiri atas
suatu jaringan yang menjadi tempat cadangan makanan bagi lembaga. Tidak
setiap biji mempunyai putih lembaga. Seperti misalnya pada biji tumbuhan
berbuah polong (Leguminosae), cadangan makanan tidak tersimpan dalam
putih lembaga, melainkan dalam daun lembaga, oleh sebab itu daun lembaganya
menjadi tebal. Melihat asalnya jaringan yang menjadi tempat penimbunan zat
makanan cadangan tadi kita dapat membedakan putih lembaga : (a) putih
lembaga dalam (b) putih lembaga luar.

Gambar 2.2 Struktur Biji Ricinus communis


A. Biji tampak luar B. Potongan median sagital
C. Potongan memanjang sejajar dengan permukaan pipih biji

7
Gambar 2.3 Lembaga di Dalam Biji dengan Bagian-bagiannya
a. Pucuk lembaga
b. Batang lembaga

2.6 Putik Lembaga (albumen)


Melihat asalnya jaringan yang menjadi tempat penimbunan zat makanan cadangan tadi kita
dapat membedakan putih lembaga dalam :
a. Putik lembaga dalam (endospermium), jika jaringan penimbun makanan itu terdiri atas
sel-sel yang berasal dari inti kandung lembaga sekunder yang kemudian setelah dibuahi
oleh salah satu inti sperma lalu membelah-belah menjadi jaringan penimbun makanan
ini. Hanya dapat ditemukan pada tumbuhan biji tertutup (Angiospermae).
b. Putik lembaga luar (perispremium), jika bagian ini berasal dari bagian biji di luar
kandung-lembaga, entah dari nuselus entah dari selaput bakal biji.
Biji yang sebagian besar terdiri atas putih lembaga dalam, misalnya biji jagung (Zea
mays L.) dan biji rumput (Gramineae) umumnya, sedang biji yang untuk sebagian besar
hanya terdiri atas putih lembaga luar ialah biji lada (Piper nigrum L.). Ada pula biji yang
cadangan makanannya tersimpan baik dalam putih lembaga luar maupun dalam, jadi
kedua-duanya ada pada biji tadi, seperti misalnya pada biji pala (Myristica fragrans
Houtt.)

2.7 Perkecambahan (Plantula)


Kecambah (plantula) adalah tumbuhan yang masih kecil, yang baru muncul dari biji dan
hidup dari persediaan makanan yang terdapat di dalam biji. Bagian-bagian dari kecambah,
sama seperti bagian-bagian lembaga karena kecambah berasal dari lembaga. Akan tetapi,

8
bagian-bagian tersebut pada kecambah lebih jelas dan juga mempunyai ukuran yang lebih
besar. Ada dua macam perkecambahan biji, yaitu sebagai berikut (Gambar 2.4).
1) Perkecambahan di atas tanah (epigeal), apabila pada perkecambahan terjadi
pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga sehingga dengan demikian
lembaganya berada di atas tanah. Contoh: Perkecambahan pada kacang hijau
(Phaseolus radiatus L.) tampak daun lembaganya berwarna hijau, dapat berfungsi
untuk asimilasi dan umurnya tidak lama. Tidak lama kemudian daun lembaga ini
gugur, tetapi sementara itu pada kecambah telah terbentuk daun-daun normal yang
dapat melaksanakan tugas asimilasi.
2) Perkecambahan di bawah tanah (hypogeal), apabila pada perkecambahan daun
lembaganya tetap berada di dalam kulit biji dan tetap berada di dalam tanah. Contoh:
Perkecambahan pada kacang kapri (Pisum sativum L.)

Gambar 2.4 Perkecambahan Hypogeal (A) dan Perkecambahan Epigeal (B)

A. Metabolisme dan Proses Perkecambahan

Menurut (Sadjad,1994) tahap awal metabolisme untuk tumbuh benih dapat


diungkapkan sebagai tiga tipe yaitu perombakan bahan cadagan, translokasi dari bagian
benih kesatu bagian yang lain dan sintesa bahan-bahan yang baru. (Sutopo (2002)
menjelaskan tahapan proses perkecambahan sebagai berikut:

1) Tahap pertama dimulai dengan penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan
hidrasi oleh protoplasma.

2) Tahap kedua dimulai dengan kegitan sel-sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat
respirasi benih.

3) Tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan seperti


karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan
ke titik-titik tumbuh.

9
4) Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah terurai di daerah
meristematik untuk menghasilkan energi dari kegiatan pembentukan komponen dalam
pertumbuhan sel-sel baru.

5) Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan,


pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh, pertumbuhan kecambah ini
tergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji.
Proses penyerapan air oleh biji merupakan proses imbibisi yang disebabkan oleh
perbedaan potensi air antara benih dengan media sekitarnya (Lakitan, 1996), sehingga
kadar air dalam benih mencapai presentase tertentu yaitu (50 sd 60) persen dan akan
meningkat lagi pada saat munculnya radikel sampai jaringan penyimpan dan kecambah
yang sedang tumbuh mempunyai kandungan air (70 sd 90) persen (Ching, 1972 dalam
Sutopo, 2002). Akibat terjadinya imbibisi, kulit biji akan menjadi lunak dan retak-retak
(Kuswanto,1996).

Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit benih permeable terhadap air dengan tekanan
osmosis tertentu (Kuswanto, 1996). Serapan air dan berbagai proses biokimia yang berlangsung
pada benih pada akhirnya akan tercermin pada pertumbuhan dan perkembangan kecambah
menjadi tanaman muda (bibit), kecuali jika benih tersebut dalam keadaan dorman (Lakitan,1996)

B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan

1. Faktor Dalam

Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :

a. Tingkat kemasakan benih


Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai
tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan
makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo, 2002).
Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen,
maka benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologos atau masak fungsional
dan pada saat itu benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh
maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata
lain benih mempunyai mutu tertinggi (Kamil, 1979).

b. Ukuran benih

Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan


yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama.

10
Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan
sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002).
Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena
berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat
tanaman pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).

c. Dormansi

Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi


tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum
dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat
dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat
(viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara
normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan
cahaya yang sesuai (Lambers 1992, Schmidt 2002).

d. Penghambat perkecambahan

Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat


berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya
larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan
metabolik atau menghambat laju respirasi.

2. Faktor Luar

Faktor luar utama yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya :

a. Air

Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama
kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya,
sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis
benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo,
2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke

11
dalam benih hingga 80 sampai 90 persen (Darjadi,1972) dan umumnya
dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen (Kamil, 1979). Benih
mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media
yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya
penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri (Sutopo, 2002).
Menurut Kamil (1979), kira-kira 70 persen berat protoplasma sel hidup terdiri dari
air dan fungsi air antara lain:
1) Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar
terjadi pengembangan embrio dan endosperm.
2) Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.
3) Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan
berbagai fungsinya.
4) Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon
ke titik tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma baru.
b. Suhu
Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya
perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai
yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35°C (Sutopo, 2002). Suhu juga
mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan ditentukan oleh
berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh gibberallin.
c. Oksigen
Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat
disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan
energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses
perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju
respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang terdapat dalam benih
(Kuswanto. 1996). Menurut Kamil (1979) umumnya benih akan berkecambah
dalam udara yang mengandung 29 persen oksigen dan 0.03 persen CO2. Namun
untuk benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang
masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80 persen, karena biasanya oksigen
yang masuk ke embrio kurang dari 3 persen.

12
d. Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi
tergantung pada jenis tanaman (Sutopo, 2002). Adapun besar pengaruh cahanya
terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya,
lamanya penyinaran (Kamil, 1979). Menurut Adriance and Brison dalam Sutopo
(2002) pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat dibagi atas 4
golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya mutlak, golongan yang
memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan, golongan dimana
cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta golongan dimana benih dapat
berkecambah baik pada tempat gelap maupun ada cahaya.

13
BAB III
KESIMPULAN

Biji merupakan bagian dan struktur yang sangat efisien untuk perkembangbiakan pada

tumbuhan khususnya Spermathopyta (tumbuhan berbiji). Fungsi biji itu sendiri adalah untuk

memperbanyak keturunan atau spesies dalam mempertahankan kelangsungan hidup generasinya.

Biji berasal dari bakal biji yang berkembang setelah mengalami pembuahan.

Biji juga merupakan salah satu organ assesories atau organ perhiasan pada Tumbuhan

berbiji (Spermathopyta). Biji bukan hanya sebagai organ assesories tetapi juga mempunyai

fungsi yang utama yakni, sebagai alat perkembangbiakan   atau untuk memperbanykan

keturunan, agar tumbuhan tersebut tidak punah.

Sesuai dengan bentuk dan stukturnya, biji dapat dikelompokkan kedalam beberapa kelompok

besar yakni :

 Gymnospermae (Tumbuhan Berbiji Terbuka )

 Angiospermae  (Tumbuhan Berbiji Tertutup)

Sedangkan pada tumbuhan Angiospermae Ciri-ciri tumbuhan monokotil dan dikotil hanya

dapat ditemukan, karena memiliki bunga yang sesungguhnya atau bunga lengkap. Oleh karena

itu Tumbuhan Angiospermae dibagi menjadi dua kelompok besar yakni ; Monokotil (Tumbuhan

Berkeping satu) dan Dikotil (Berkeping Dua). Contoh tumbuhan monokotil seperti Kelapa,

Jagung, Padi, Pinang, Bambu, Tebu, Palem, Durian, Salak, Melinjo, dst. Sedangkan Contoh

tumbuhan dikotil adalah Kacang tanah, Mangga, Rambutan, Belimbing, Beringin, Jati,

Mahoni,jahe, dst.

14
DAFTAR PUSTAKA

Tjitrosoepomo, Gembong. 2001. Morfologi Tumbuhan. Cetakan ketiga belas.


Yogyakarta:Gadjah Mada University PRESS

http://ninityulianita.wordprees.com/2009/07/29/anatomi.tumbuhan

https://luthfifharuq.wordpress.com/2012/04/08/perkecambahan/

15

Anda mungkin juga menyukai