Anda di halaman 1dari 4

Juli 2019, Dunia Konservasi Satwa Indonesia dihebohkan dengan temuan Harimau Sumatera

(Panthera tigeis sumatrae) penghuni Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Lampung yang
terjerat di dalam kawasan hutan TNBBS, tepatnya daerah Batu Ampar, Kecamatan Suoh, Kabupaten
Lampung Barat, Lampung

Pada tanggal 2 Juli 2019 lalu, Tim Patroli Balai Besar TNBBS dan Wildlife Conservation Society-
Indonesian Program (WCS-IP) yang tengah melakukan pemantauan populasi harimau di bagian
tengah TNBBS (IPZ-Intensive Protection Zone) sebagai rangkaian kegiatan SWTS II menemukan
Harimau jantan yang terjerat dan terluka pada pergelangan kaki depan sebelah kanan dalam keadaan
lemah tak berdaya.

Selanjutnya, Tim gabungan Balai KSDA Bengkulu-Lampung, Tim Reaksi Cepat Balai Besar Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan (BBTNBBS) dan Tim Wildlife Rescue Unit (WRU) melakukan evakuasi
penyelamatan (Rescue) pada Rabu, (3/7/2019) sekitar pukul 13.26 WIB. Proses penyelamatan
pertama yang dilakukan adalah pembiusan dan melaukan tindakan medis guna mengobati luka dan
memberikan pertolongan pertama kepada harimau tersebut.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Tim Rescue tiba di Lembah Hijau pada tanggal 4 Juli
2019, pukul 04.30 WIB.

Selanjutnya Tim Rescue melakukan observasi terhadap harimau tersebut dan melaluin pertimbangan
penyelamatan maka melalui Kepala Balai KSDA Bengkulu mengambil keputusan untuk mengambil
tindakan operatif Amputasi kaki kanan depan yang terinfeksi akut tersebut.

Jumat, 5 Juli 2019, bertempat di Lembaga Konservasi Lembah Hijau Tim Medis BKSDA Bengkulu -
Seksi Wilayah III Lampung dan Tim Medis Lembah Hijau melakukan operasi Amputasi pukul 16.30
WIB dan berhasil melakukan operasi pukul 20.30 WIB.

Selain Kaki kanan depan satwa langka dan dilindungi tersebut sudah membusuk, ditemukan pula
bekas jerat seling yang melingkar pada bagian pinggang yang mengakibatkan pertumbuhannya
menjadi tidak sempurna (Cacat), ditemukan juga tiga buah luka (lubang) pada ketiak kaki depan
kanan, daerah pangkal leher bagian atas dan dekat pangkal ekor, serta gigi taring kiri atas yang patah.

Ini membuktikan bahwa satwa endemik sumatera ini sudah mengalami beberapa kali menjadi korban
jerat pemburu.

Harimau Sumatera jantan yang diberi nama "Kyai Batua" ini memiliki berat sekitar 110 kilogram dan
berusia 7 tahun ini selama tiga bulan dirawat secara intensif di Lembah Hijau.

Hari demi hari selama tiga bulan, Harimau "Batu" melewati perawatan intensif pasca opersi dan
memberikan hasil yang positif dengan sudah tumbuhnya jaring kulit baru serta bulu-bulu yang
menutupi bekas lukanya.

Untuk selanjutnya, Batua melakukan proses "Karantina" guna menghilangkan trauma jerat dan
beradaptasi dengan tiga kakinya.

Proses ini akan dilalui Batua selama lima bulan kedepan.

Dalam proses Karantina ini, terlihat ada berbagai macam perubahan prilaku Batua, mulai dari
berjalan dengan tiga kaki, berjalan mundur, terpeleset juga berkurangnya daya cengkram saat
berburu. Tentu ini dampak amputasi yang di alaminya.

"Batua" tidak lemah, Batua tetap.semangat.


Mungkin itu yang dapat saya tangkap dari sorotan matamya.

Selama masa Perawatan dan Karantina, Batua mendapatkan begitu banyak simpati dan dukungan
dari banyak pihak, seperti Dirjend KSDAE Kementerian LHK, Direktur KKK Kementerian LHK, Wakil
Gubernur Lampung dll.

Ya mudah-mudahan ini adalah bentuk kepedulian kita sebagai sesama makhluk Ciptaan Tuhan YME.

#KyaiBatua Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) jantan berusia 4 tahun yang terjerat di
Wilayah Batu Ampar, Suoh, Lampung Barat.

Kini, kondisinya sudah semakin membaik meskipun pinggang dan kaki kanannya mengalami cacat
permanen pasca terjerat dan operasi amputasi keempat jari kaki depan sebelah kanan pada 5 Juli
2019 lalu.

Ini kali pertama sibelang mencoba menikmati kolam air yang ada dikandang peraga Harimau
Sumatera @tamanwisatalembahhijaulampung @tamansatwalembahhijaulampung setelah melewati
beberapa bulan masa penyembuhan dan karantina.

Hasil positif ini tentunya berkat sinergitas yang terbina baik antara Kementerian Lingkungan Hidup &
Kehutanan RI, Balai KSDA Bengkulu, Balai Besar TNBBS, Seksi Konservasi Wilayah III KSDA Bengkulu -
Lampung, Tiger Project Indonesia dan Lembaga Konservasi @tamansatwalembahhijaulampung.

Terimakasih kepada drh. Yanti, drh. Sugeng dan drh. Karyo yang sangat membantu dalam proses
penanganan sampai penyembuhan serta semua pihak yang telah ikut peduli terhadap kyai Batua.

Kegiatan ini merupakan pemantauan perkembangan batua pasca operasi untuk melihat kelainan
ataupun perubahan sifat² dan tingkahlaku alaminya.

Serta melatih otot-otot nya agar tidak kaku setelah sekian lama berada dikandang perawatan dan
kandang karantina.

Juga memberikan Enrichment agar batua tidak stress. Karena sejatinya, Kesejahteraan adalah
kesehatan fisik dan mental. 🤗

Inilah bentuk kepedulian kita semua terhadap satwa endemik Sumatera yang hampir punah ini.
Semoga ini menjadi ladang amal kita semua...Aamiin

(23 Januari 2020)

Untuk ke #2 kalinya #KyaiBatua dikeluarkan dan dilepas dikandang peraga


@tamansatwalembahhijaulampung

Nampak beberapa kali ia mengangkat kaki depan sebelah kanannya yang mengalami cacat permanen
itu.

Seperti pada saat berbelok dan menanjak/ naik batua akan mengangkat kaki tersebut.

Mungkin ia belum terbiasa menggunakan dan menggerakkan otot² kakinya sejak masa pengobatan
dan karantina pasca operasi amputasi 6 bulan yang lalu.

Tapi semangat sibelang pantang menyerah untuk mengeksplore kandang peraga yang berukuran
20x30 meter tersebut.

Kegiatan ini adalah sebagai pemantauan perkembangan batua pasca operasi untuk melihat kelainan
ataupun perubahan sifat² dan tingkahlaku alaminya.
Serta melatih otot-otot nya agar tidak kaku setelah sekian lama berada dikandang perawatan dan
kandang karantina.

Juga memberikan Enrichment agar batua tidak stress.

Karena sejatinya, Kesejahteraan adalah kesehatan fisik dan mental 🤗 (29 Januari 2020)

Guna melakukan pemantauan perkembangan kesehatan #Batua pasca pengobatan dan karantina,
melihat kelainan ataupun perubahan sifat dan tingkah laku alaminya serta untuk melatih otot-otot
nya kembali agar tidak kaku serta sebagai Enrichment agar Batua tidak stress setelah beberapa bulan
berada didalam kandang perawatan dan karantina.

Maka pada tanggal 23 Januari 2020 Kyai Batua dicoba dikeluarkan dari kandang perawatan dan
karantina ke dikandang Exhibit Taman Satwa Lembah Hijau yang berukuruan 20x30 meter dan
dilengkapi dengan berbagai vegetasi pohon dan kolam air sebagai penunjang dan enrichment atau
pengayaan untuk menjaga sifat alaminya.

Dari hasil pengamatan, tampak Kyai Batua berjalan tertatih mengangkat kaki kanannya yang cacat
tersebut. Dari bekas jejak telapak kaki, ketika berjalan nai, jejak telapak kaki yang tertinggal adanya
bekas kuku/ cakarnya. Ini berarti Kyai Batua ketika berjalan naik akan menggunakan kuku/ cakarnya
sebagai kekuatan tumpuannya untuk naik.

Sedangkan ketika Kyai Batua berjalan menurun, tampak jejak bekas telapak kaki yang tergelincir
(memanjang) pada kaki depannya, ini berarti pada saat berjalan menurun kaki depan Kyai Batua
tidak mampu menahan keseimbangan berat badannya.

Ini lain dari kebiasan Harimau, dimana biasanya jejak Harimau Sumatera yang tertinggal adalah jejak
bekas bantalan yang terdapat pada telapak kakinya bukan bekas cakakr/ kukunya. Karena pada saat
berjalan, kuku/ cakar Harimau akan selalu ditarik/ masuk kedalaam. Sedangkan fungsi dari cakar
tersebut lebih kepada untuk berburu mangsa (menangkap dan mencengkram) dan sebagai senjata
untuk melindungi diri dari serangan Harimau lainnya.

Selain itu terlihat hilangnya kekuatan/ daya cengkram kaki kanan depan Kyai Batua  pada saat
menggaruk-garukkan cakarnya dibatang pohon.

Bisa dibayangkan, bagaimana saat Kyai Batua mencengkram mangsanya. Begitulah kurang lebihnya.

Untuk lebih memastikan perkembangan kesehatan #Batua, pada tanggal 8-9 Februari 2020 telah
dilakukan beberapa kegiatan seperti: General Check Up, Koleksi sampel darah, Feces, Swab Trachea
dan Oesophagus, USG Saluran reproduksi, Genetic sampling dan Semen Collection.

Kegiatan yang diprakarsai oleh Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal
Konservasi sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI (drh.
Dedi Candra dan TIM) bekerjasama dengan Balai KSDA Bengkulu (drh. Erni Suyanti, S.KH), Bagian
Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan IPB (Prof. Ni Wayan, DVM; DR. drh. M. Agil dan TIM),
Lembaga Konservasi Taman Safari Indonesia (drh. Bongot) dan Lembaga Konservasi Taman Satwa
Lembah Hijau (drh. Dian Amalia dan Rasyid Ibransyah, S.KH).

Dari hasil-hasil pemeriksaaan tersebut, selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan dan tindakan
berkelanjutan.
Sementara saat ini LK Taman Satwa Lembah Hijau berupaya untuk mendatangkan Harimau Sumatera
betina, bekerjasama dengan LK Taru Jurug Solo - Jawa Tengah umtuk dijodohkan dengan Kyai Batua.

Ini untuk memberikan yang terbaik terhadap #KyaiBatua sebagai benteng pertahanan satwa endemik
pulau Sumatera yang terancam punah.

Terimakasih untuk kerjasama yang baik ini…

Anda mungkin juga menyukai