Sumber:
• Pedoman RTRW (Permen ATR/BPN
No 1/PRT/M/2018)
• Pedoman RDTR (Permen ATR/BPN
Nomor 16/PRT/M/2018)
TINGKAT KERINCIAN RENCANA STRUKTUR DAN POLA RUANG
(HL)
(PB)
(PS)
(RTH)
(KRB)
TINGKAT KERINCIAN RENCANA STRUKTUR DAN POLA RUANG
PELAKSANAAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG
PERATURAN ZONASI
RDTR dan PZ Tujuan Penataan BWP
MUATAN RENCANA DETAIL
TATA RUANG
Rencana Pola Ruang
- Kawasan Lindung
- Kawasan Budidaya
- Lokasi
- Tema Penanganan
Peraturan Zonasi
Intensitas Daya
Pemanfaatan Dukung dan
Ruang Daya
Tampung
Standar
Teknis
Standar
sarana
Standar jalan prasarana
Standar
energi Standar
permukiman
PERATURAN ZONASI
1. SNI 03-1724-1989, Tata Cara Perencanaan Hidrologi Dan 12. SNI 03-1735-1989 Pembaharuan 2000, Tata Cara Perencanaan Akses
Hidraulik Untuk Bangunan Di Sungai. Bangunan Dan Akses Lingkungan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran
2. SNI 03-1733-1989, Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan Pada Bangunan Rumah Dan Gedung.
Kota. 13. SNI 03-1726-2002, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
3. SNI 03-1745-1989, Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk Rumah dan Gedung
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan 14. SNI 03-2399-2002, Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum
Gedung. 15. SNI 03-2453-2002, Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan
4. SNI 03-1962-1990, Tata Cara Perencanaan Penanggulangan Untuk Lahan Pekarangan.
Longsoran. 16. SNI 03-7565-2002, Spesifikasi Bahan Bangunan Untuk Pencegahan
5. SNI 02-2406-1991, Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung.
Perkotaan. 17. SNI 03-6967-2003, Sistem Jaringan Dan Geometri Jalan Perumahan -
6. SNI 03-2397-1991, Tata Cara Perencanaan Rumah Sederhana Persyaratan Umum.
Tahan Angin. 18. SNI 03-6981-2004, Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan
7. SNI 10-2454-1991, Tata Cara Pengelolaan Teknik Persampahan Sederhana Tidak Bersusun Di Daerah Perkotaan.
Perkotaan. 19. SNI 03-1733-2004, Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di
8. SNI 03-3241-1994, Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Lingkungan Perkotaan.
Pembuangan Akhir Sampah. 20. SNI 13-08 Penganggulangan Bencana
9. SNI 03-3242-1994, Tata Cara Pengelolaan Sampah Di
Permukiman.
10. SNI 03-3646-1994, Tata Cara Perencanaan Teknik Bangunan
Stadion.
11. SNI 03-3647-1994, Tata Cara Perencanaan Teknik Bangunan
Gedung Olah Raga.
Contoh Ketentuan Teknis dalam RDTR
KETENTUAN INTENSITAS
ZONASI
PEMANFAATAN RUANG
PRINSIP UMUM
NAMA KODE KDB MAX KLB MAX KDH MIN
Zona Taman Wisata TWA 0% 0 0% Mengikuti peraturan perundangan di bidang kehutanan
Alam
Zona Hutan Lindung HL 0% 0 0% Mengikuti peraturan perundangan di bidang kehutanan
Zona Perlindungan PB 0% 0 0% Merupakan kawasan resapan air, kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sebagai
terhadap Kawasan pengontrol tata air permukaan, tidak diperkenankan adanya bangunan
Bawahannya
Zona Perlindungan PS 10% 0.05 90% Merupakan kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk
Setempat (1 lantai)
Zona RTH Kota RTH 10% 0.05 90% Taman ini dapat berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau), yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi dan olah raga,
(1 lantai) dan kompleks olah raga dengan minimal RTH 90%.
Zona Perumahan R-1 80% 1,65 10% Perumahan Kepadatan Tinggi adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
(2 lantai) lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan dengan rata-rata kepadatan 80
rumah/Ha, berbentuk perumahan vertikal sedang maupun perumahan landed.
▪ Untuk perumahan berbentuk rumah susun, atau apartemen dengan KDB maksimum 40% dan ketinggian
bangunan maksimal 8 lantai.
▪ Untuk perumahan/permukiman berbentuk rumah tunggal, rata-rata kavling bangunan direncanakan sekitar 100
m2 dengan KDB 80% dan tinggi bangunan maksimum 2 lantai.
R-2 75% 2,1 15% Perumahan Kepadatan Sedang adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
(3 lantai) lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan dengan rata-rata kepadatan 50
rumah/Ha, berbentuk perumahan perumahan vertikal rendah maupun perumahan landed.
▪ Untuk perumahan berbentuk rumah susun, atau apartemen dengan KDB maksimum 40% dan ketinggian
bangunan maksimal 5 lantai.
▪ Untuk perumahan/permukiman berbentuk rumah tunggal, rata-rata kavling bangunan direncanakan sekitar 200
m2 dengan KDB 75% dan tinggi bangunan maksimum 3 lantai.
R-3 70% 2,1 20%
Perumahan Kepadatan Rendah adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
(3 lantai)
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan dengan rata-rata kepadatan 28
rumah/Ha, berbentuk perumahan landed. Untuk rumah tunggal, rata-rata luas kavling bangunan minimal
direncanakan sekitar 300 m2 dengan KDB 70% dan tinggi bangunan maksimum 3 lantai.
Contoh Standar Teknis Dalam RDTR
Kebutuhan Sarana Pendidikan
Jumlah Tahun 2017 Tahun 2020 (I) Tahun 2025 (II) Tahun 2030 (III) Tahun 2037 (IV)
Penduduk Luas Luas Luas Luas
Pendukung Jumlah Lahan Jumlah Lahan Jumlah Lahan Jumlah Lahan Jumlah Luas
No Jenis Fasilitas Luas/ Unit(m²) (Jiwa) (unit) (m²) (unit) (m²) (unit) (m²) (unit) (m²) (unit) Lahan (m²)
Proyeksi Penduduk (jiwa) 45.152 51.075 66.183 88.639 117.539
1 TK 500 1.250 36 18.000 41 20.500 53 26.500 71 35.500 94 47.000
2 SD 2.000 1.600 28 56.000 32 64.000 41 82.000 55 110.000 73 146.000
3 SMP 9.000 4.800 9 81.000 11 99.000 14 126.000 18 162.000 24 216.000
4 SMU 12.500 4.800 9 112.500 11 137.500 14 175.000 18 225.000 24 300.000
5 Taman Bacaan 150 2.500 18 2.700 20 3.000 26 3.900 35 5.250 47 7.050
I : Diijinkan
T: Diijinkan secara terbatas (standar
pembangunan minimum, pembatasan
pengoperasian maupun peraturan
tambahan lainnya)
B: Memerlukan izin penggunaan bersyarat.
x : Tidak diizinkan
Upaya penataan ruang selama ini menghadapi berbagai
hambatan, antara lain karena;
• data dan informasi yang kurang lengkap,
• termasuk ketidakseragaman peta dasar yang
digunakan dalam penataan ruang;
• kemampuan sumber daya manusia yang masih
terbatas terutama di daerah;
• Penataan ruang harus menghasilkan rencana tata ruang yang mempunyai daya
antisipasi tinggi terhadap perkembangan dan tidak kalah cepat dengan kebutuhan
pembangunan, di samping itu juga harus bersifat realistis operasional dan benar-
benar mampu berfungsi sebagai instrumen koordinasi bagi program-program
pembangunan dari berbagai sumber pendanaan.
• Rencana tata ruang hendaknya tidak hanya dilihat sebagai aspek prosedural dalam
penyelenggaraan pembangunan, tetapi juga sebagai kegiatan yang dapat menunjang
tercapainya sasaran-sasaran pembangunan itu sendiri, dengan mewujudkan
mekanisme prosedur yang tepat dan efektif, terutama dalam penggunaan lahan, naik
bagi kepentingan pemerintah, masyarakat maupun swasta.
• Rencana tata ruang harus memberikan peluang yang lebih luas bagi peran seta
masyarakat dan swasta dalam pembangunan.
Pendekatan Operasional Penataan Ruang