Anda di halaman 1dari 3

TUGAS INDIVIDU MEMBUAT REFLEKSI FILM HOPE 2013

Diajukan

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak Sehat dan Sakit

Disusun Oleh

Erni Gustini : 2122037

Kelas 1B Non Reguler

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PPNI JAWA BARAT

2122-2023
Name : Erni Gustini

Nim : 2122037

Kelas : B Non Reguler

1. Isu apa dalam film tersebut yang mirip dengan negara Anda? Silakan nyatakan refleksi
Anda tentang masalah ini.
Film “Hope” atau yang dikenal juga dengan “Wish” mengisahkan tentang kehidupan
seorang anak di bawah umur yang menjadi korban kekerasan seksual. Kisah dalam film
ini diilhami dari kisah nyata seorang anak gadis berusia 8 tahun yang menjadi korban
kekerasan seksual dan fisik oleh pria tak dikenal berumur 57 tahun yang terjadi pada
tahun 2008 di Korea Selatan. So Won merupakan seorang anak kelas dua sekolah dasar
dengan kehidupan yang sederhana bersama ayahnya, Dong Hoon, sebagai buruh pabrik
dan ibunya, Mi Hee, yang bekerja sebagai penjaga toko kelontong. Ia adalah seorang
anak yang cerdas dan periang, walaupun sebenarnya ia merasa kurang mendapat kasih
sayang yang cukup dari kedua orangtuanya yang sibuk bekerja. So Won tumbuh
menjadi anak gadis yang lebih mandiri dari anak-anak seusianya. Ia kerap pergi
berangkat dan pulang sekolah tanpa diantar atau dijemput oleh orangtuanya.
Disaat So Won hendak berangkat sekolah seorang diri, dia tidak menemukan satu anak
pun yang sedang berjalan ke sekolah seperti dirinya. Ia benar-benar sendirian. Ketika So
Won melewati bangunan konstruksi yang terbengkalai di dekat sekolahnya, tiba-tiba
seorang pria tua menghadangnya. Pria itu meminta So Won untuk berbagi payung.
Awalnya So Won menolak, tetapi karena ia merasa iba akhirnya ia mau berbagi payung
dan berjalan bersama Pria itu. Tanpa disadari, pria itu sebenarnya memiliki maksud yang
buruk pada So Won.
Niat baiknya menolong pria tak dikenal itu justru berakhir tragis. Ia mendapatkan
kekerasan seksual dan fisik yang hampir merenggut nyawanya. So Won sampai
mengalami cacat permanen dan harus menjalani operasi pengangkatan anus dan usus
besar. Dampak yang paling fatal adalah trauma yang menyerang psikis So Won. tetapi ia
mengalami trauma psikologis yang mendalam. Ia tidak bisa mengingat apa yang
terjadi padanya dan takut pada semua orang laki-laki. Ia juga mengalami kesulitan dalam
berbicara dan berinteraksi dengan orang lain. Ia juga mengalami kesulitan dalam
berbicara dan berinteraksi dengan orang lain. Keluarganya pun merasakan dampak dari
kejadian itu. Ayahnya merasa bersalah karena tidak bisa melindungi putrinya.Selain itu
film ini juga menggambarkan bagaimana keluarga So-won berjuang untuk pulih dari
tragedi itu dengan bantuan dari orang-orang di sekitar mereka, seperti guru So-won,
psikiater anak, pengacara pro bono, dan teman-teman sekolahnya. Film ini juga
menunjukkan bagaimana masyarakat bereaksi terhadap kasus tersebut dan
menuntut keadilan untuk So-won.
Film Hope juga mengangkat issu kekerasan seksual terhadap anak yang juga
menjadi masalah serius di Indonesia. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (KemenPPPA) menyatakan Indonesia darurat kekerasan seksual
terhadap anak. Berdasarkan catatan KemenPPPA, kasus kekerasan seksual terhadap anak
mencapai 9.588 kasus pada 2022. Jumlah itu mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya,
yakni 4.162 kasus. Kasus-kasus ini menimbulkan dampak negatif bagi korban maupun
keluarganya, seperti trauma psikologis, luka fisik, gangguan perkembangan, dan stigma
sosial. Proses hukum di Korea yang berbelit, prosedural yang mengancam kesehatan jiwa
korban, dan kontroversi pengurangan hukuman karena gangguan mental akibat
alkoholisme menjadi sorotan tajam film ini, dan menjadi bentuk kritik tajam terhadap
sistem hukum yang tidak mencerminkan keadilan. hukumannya tidak setimpalpun terjadi
di Indonesia pada tahun 2018, seorang pria berinisial M yang mencabuli seorang anak
perempuan berusia 13 tahun di Jambi hanya divonis 1 tahun penjaraoleh
Pengadilan Negeri Muaro Jambi. Padahal, menurut UU Perlindungan Anak, ancaman
hukuman maksimal bagi pelaku pencabulan anak adalah 15 tahun penjara. Selain itu film
ini memberikan pesan bahwa kekerasan seksual terhadap anak adalah issu yang tidak
boleh diabaikan dan harus diselesaikan seadil mungkin.
2. Isu apa yang dibahas dalam film tersebut tetapi belum dibahas di negara Anda?
Isu kekerasan seksual terhadap anak di Indonesia masih belum terekspos secara luas
dikarenakan korban kekerasan seksual di Indonesia merasa tidak perlu untuk melaporkan
kejadian yang menimpanya dikarenakan hal ini merupakan suatu hal yang tabu untuk
dijadikan suatu pemberitaan.
3. Apa refleksi Anda secara keseluruhan tentang film ini?
Setelah melihat tayangan film HOPE secara keseluruhan, saya merasa bahwa kekerasan
seksual terhadap anak adalah hal yang sangat penting untuk menjadi perhatian seluruh
pihak bukan hanya Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak saja
tetapi semua kalangan masyarakat. Termasuk para penegak hukum supaya dapat
memberikan hukuman seadil-adilnya bagi para pelaku kejahatan , termasuk kejahatan
seksual pada anak.

Anda mungkin juga menyukai