Anda di halaman 1dari 25

Perkawinan dalam Tradisi Katolik

Kelompok Santo Anselmus


Santo Anselmus

Anselmus I. Benedict A. Kevin A. Thrasya V.


Tabel Materi

Section A Section B
01 Arti dan Makna 02 Tujuan Perkawinan
Perkawinan

Section C Section D
03 Perkawinan sebagai
Sakramen
04 Sifat-sifat Perkawinan
Sakramental
Tabel Materi

Section E Section F
05 Kesepakatan Nikah 06 Penataan Hukum

Section G Section H
07 Penyelidikan Kanonik 08 Tantangan dan Kesulitan
dalam Perkawinan
01
Section A
Arti dan Makna Perkawinan
Arti dan Makna Perkawinan

● Pandangan Tradisional
● Pandangan Hukum
● Pandangan Sosiologi
● Pandangan Agama Katolik
Arti dan Makna Perkawinan

Pandangan Tradisional Pandangan Hukum


umumnya merupakan suatu proses, mulai dari saat seorang pria dan wanita saling berjanji untuk hidup
lamaran, lalu memberi mas kawin, kemudian bersama di depan masyarakat agama dan negara
peneguhan dan seterusnya dan mengakui perkawinan itu sebagai sah
Arti dan Makna Perkawinan

Pandangan Sosial Pandangan Agama Katolik


perkawinan merupakan suatu persekutuan hidup yang perkawinan adalah suatu sakramen, suatu peristiwa dimana
mempunyai bentuk, tujuan, dan hubungan yang khusus Allah bertemu dengan suami istri itu
antar anggota
02
Section B
Tujuan Perkawinan
Tujuan Perkawinan

1 2
Perjanjian kasih antara Kesepakatan untuk senasib
suami dan istri 3 sepenanggungan
Kesejahteraan suami istri

4 5
Kelahiran anak Pendidikan anak
03
Section C
Perkawinan Sebagai Sakramen
Pernikahan Sebagai Sakramen

Sebagai sakramen, perkawinan yang telah


diberikan kepada pasangan yang hendak
berkeluarga bersifat kekal, dimana tidak bisa
diceraikan oleh manusia karena
sesungguhnya perkawinan itu diberikan oleh
Tuhan sendiri melalui tangan-tangan orang
yang diurapi.
Pernikahan Sebagai Sakramen

Bukti intervensi Allah dalam Sakramen


Perkawinan nampak jelas pada Markus 10:5-9.
Di sini Allah secara tegas menyatakan bahwa
orang yang telah menerima Sakramen
Perkawinan akan menjadi satu daging, dan
mereka bukan lagi dua melainkan satu. Karena
itu dalam agama Katolik, perceraian tidak
dapat dibenarkan dengan alasan apapun.
04
Section D
Sifat-sifat Perkawinan
Sakramental
Sifat-sifat Perkawinan Sakramental

1. Monogami: Dilakukan oleh seorang laki-laki


dan perempuan.
2. Tidak Dapat Diceraikan: Tidak ada kuasa
apapun yang bisa memutuskan ikatan
sebuah perkawinan kecuali maut.
3. Berlangsung Seumur Hidup: Batas akhir
dari ikatan sebuah perkawinan adalah
batas hidup antara salah satu dari mereka
05
Section E
Kesepakatan Nikah
Kesepakatan Nikah

Kesepakatan nikah atau perjanjian (foedus)


yang dibuat oleh kedua pihak yang menikah
adalah satu-satunya unsur penentu yang
membuat perkawinan itu sendiri.
Kesepakatan ini harus muncul dari pasangan
suami istri itu sendiri, bukan dari orang lain.
Kesepakatan Nikah

Dalam membuat kesepakatan nikah,


masing-masing pihak harus :
● Bebas dari paksaan luar
● TIdak terhalang untuk menikah
● Mampu secara hukum
● Harus dinyatakan secara publik dan sah
manurut norma hukum
06
Section F
Penataan Hukum
Penataan Hukum
Setiap perkawinan orang katolik, baik keduanya katolik maupun hanya salah satunya
saja, diatur oleh ketiga hukum ini, yaitu :

Hukum Sipil
Adalah hukum yang berhubungan dengan efek sipil yang
berlaku di daerah tersebut,misalnya di Indonesia ada hal
yang ditetapkan pemerintah seperti usia calon, pencatatan
sipil, dan lain–lain

Hukum Ilahi Hukum Kanonik


Adalah hukum yang dipahami atau ditangkap atas dasar Adalah norma yang tertulis yang disusun dan disahkan oleh
pewahyuan, atas dasar akal sehat manusia sebagai berasal Gereja, bersifat Gerejawi dan dengan demikian hanya
dari Allah sendiri (Contoh : Monogam dan Tak Terceraikan) mengikat orang orang yang dibaptis Katolik saja
07
Section G
Penyelidikan Kanonik
Penyelidikan Kanonik
Penyelidikan sebelum perkawinan, adalah
penyelidikan yang dimaksud agar :
1. Imam mempunyai kepastian moral bahwa
perkawinan yang akan dilaksanakan nanti
adalah SAH dan LAYAK.
2. Yakin bahwa tidak ada halangan dan larangan
yang bisa membatalkan dan membuat
perkawinan tidak layak. Hal ini dilakukan demi
menjaga kesucian perkawinan.
08
Section H
Tantangan dan Kesulitan
dalam Perkawinan
Tantangan dan Kesulitan dalam Perkawinan

● Kebosanan dan kejenuhan


● Perbedaan pendapat dan pandangan
● Ketakserasian dan hubungan seksual
● Perzinahan / Perselingkuhan
● Kemandulan
Thank
You

Anda mungkin juga menyukai