Pembimbing:
dr. Dian Maria Pia, Sp.S
Penyusun:
Gita Hening Himawati 2021.04.2.0072
STUDI KASUS
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan studi kasus dengan judul “NEOPLASM SPINAL CORD”.
Studi kasus ini disusun sebagai tugas wajib untuk menyelesaikan kepaniteraan
klinik di bagian Ilmu Penyakit Saraf di RSPAL Dr. Ramelan Surabaya dengan
harapan studi kasus ini menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat bagi penulis dan
pembaca.
Dalam penulisan dan penyusunan studi kasus ini tidak lepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis inin menucapkan terima
kasih kepada:
a. dr. Dian Maria Pia Sp.S selaku pembimbing
b. Dokter-dokter di bagian Ilmu Penyakit Saraf di RSPAL Dr. Ramelan
Surabaya
c. Staff bagian Ilmu Penyakit Saraf di RSPAL Dr. Ramelan Surabaya
Penulis menyadari bawa studi kasus yang disusun ini masih jauh dari kata
sempurna maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak. Semoga studi kasus ini dapat memberikan manfaat.
Penyusun
2
a. DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ i
KATA PENGANTAR....................................................................................
ii
DAFTAR ISI................................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... v
BAB I.......................................................................................................... 1
TINJAUAN KASUS..................................................................................... 1
IDENTITAS PASIEN....................................................................................
1
SUBYEKTIF (ANAMNESIS)....................................................................... 1
OBJEKTIF (PEMERIKSAAN)...................................................................... 1
I. Pemeriksaan Umum............................................................................ 1
ASSESSMENT........................................................................................... 20
PLANNING............................................................................................... 20
BAB II....................................................................................................... 22
2.1 Anatomi.......................................................................................... 22
2.2 Definisi........................................................................................... 23
2.3 Epidemiologi................................................................................... 24
2.4 Patofisiologi..................................................................................... 24
3
2.6 Manifestasi Klinis............................................................................ 29
2.7 Diagnosis......................................................................................... 30
2.8 Manajemen...................................................................................... 33
2.9 Prognosis......................................................................................... 34
2.10 Komplikasi...................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
37
4
b. DAFTAR GAMBAR
5
BAB 1
STATUS PASIEN
1.1 Subyektif
1.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. Sringah
Usia : 41 Tahun
Tempat, tanggal lahir : Kediri, 03 Feb 1982
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Anusanata 48 Sidoarjo
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pencuci Telur Asin
Tanggal MRS : 10 April 2023
Tanggal Pemeriksaan : 11 April 2023
1.1.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama :
Merasakan kebas pada lengan kanan dan kiri, tangan kanan tidak
kuat mengenggam. Tangan serta kaki kiri dirasa lemah.
2. Keluhan Tambahan :
Nyeri pada bahu kanan dan lengan kanan dan kiri. Tidak dapat
menahan BAK.
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Awal keluhan pasien merasa kebas pada tangan kanan lalu
menjalar ke lengan kanan sekitar 6 bulan yang lalu, diperiksakan
ke poliklinik umum mendapatkan obat anti nyeri setelah 3 kali
kontrol tidak membaik akhirnya dirujuk ke mitra keluarga lalu
dilakukan MRI di Mitra Keluarga lalu dirujuk ke RSPAL dr
Ramelan. Kebas dirasakan berkurang saat istirahat dan memberat
saat digunakan untuk aktivitas. Pasien juga merasakan tangan
dan kaki kiri terasa lemah. Berat badan pasien selama 3 bulan
terakhir menurun 11 kg
1
4. Riwayat Penyakit Dahulu : DM(-), HT (-), kejang (-),
dyslipidemia (-), post stroke (-)
5. Riwayat Penyakit Keluarga : DM (+)
6. Riwayat Alergi : Suhu, Debu, Hewan, Makanan, Obat (-)
7. Riwayat Pengobatan : Antinyeri
8. Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien merupakan pencuci telur asin
1.2 Obyektif
1.2.1 Pemeriksaan umum
1. Keadaan Umum : Baik
2. GCS : 4-5-6
3. Berat Badan : 47kg
4. Tinggi Badan : 150cm
5. IMT : 20,8 (normal)
1.2.2 Tanda-tanda vital
1. Tekanan Darah : 110/80 mmHg
2. Nadi : 102 x/menit
3. Frekuensi Nafas : 20 x/menit
4. Suhu : 36,8
5. Saturasi Oksigen : 96
1.2.3 Pemeriksaan fisik
1. Kepala
a/i/c/d : dbn
2. Leher
a. Trakea : dbn
b. Kelenjar Tiroid: dbn
c. KGB : dbn
3. Thorax
c. Cor
Inspeksi : dbn
Palpasi : dbn
2
Perkusi : dbn
Auskultasi : dbn
d. Pulmo
Inspeksi : dbn
Palpasi : dbn
Perkusi : dbn
Auskultasi : dbn
4. Abdomen
Inspeksi : dbn
Auskultasi : dbn
Palpasi : dbn
Perkusi : dbn
5. Ekstremitas
a. Akral Hangat, kering, merah
b. Edema
1.2.4 Pemeriksaan status neurologis
1. GCS 4-5-6
2. Fungsi Luhur
a. Aphasia : normal
b. Alexia : normal
c. Apraksia : normal
d. Agraphia : normal
e. Akalkulia : normal
f. Agnosia : normal
g. Right left disorientation : normal
3. Tanda Meningeal :
Keterangan Hasil
Brudzinski I TDE
Brudzinski II TDE
Laseque TDE
Kernig TDE
4. Saraf Kranialis :
a. N. I (Olfaktorius)
Kanan Kiri
b. N. II (Opticus)
Keterangan Kanan Kiri
4
Atas dbn dbn
Exophthalmus - -
Pupil
Pupil Isokor
d. N. V (Trigeminus)
Keterangan Kanan Kiri
Cabang motorik
Masseter - -
Temporal - -
Pterygoideus - -
interna / eksterna
e. N. VII (Facialis)
Keterangan Kanan Kiri
5
Tinggi alis Simetris
f. N. VIII (Vestibulocochlearis)
Keterangan Kanan Kiri
Menelan dbn
6
Kedudukan arcus dbn
h. N. XI (Accesorius)
Keterangan Kanan Kiri
i. N. XII (Hipoglossus)
Keterangan Kanan Kiri
5. Motorik :
Kanan Kiri
Lengan
7
M. Deltoid (abduksi lengan atas) 4 5
M. Biceps (fleksi lengan atas) 4 5
M. Triceps (Ekstensi lengan 4 5
atas)
Mengangkat lengan 4 5
Genggaman tangan 4 5
Tungkai
Flexi sendi lutut (tungkai bawah) 4 5
Ekstensi sendi lutut (tungkai 4 5
bawah)
Flexi plantar kaki 4 5
Ekstensi dorsal kaki 4 5
Mengangkat kaki 4 5
Besar otot
Atrofi - -
Pseudoatrofi - -
Palpasi otot
Konsistensi (-) (-)
Nyeri (-) (-)
Tonus otot
Hipotoni + -
Spastik - -
Rigid - -
Rebound phenomen - -
Gerakan involunter
Tremor (-) (-)
Fasikulasi (-) (-)
Myokymia (-) (-)
Torsio spasme (-) (-)
Chorea (-) (-)
Athetoses (-) (-)
Myokloni (-) (-)
Ballismus (-) (-)
Koordinasi
Jari tangan – jari tangan (-) (-)
Jari tangan – hidung (-) (-)
Pronasi – supinasi (-) (-)
Tumit – lutut (-) (-)
Gait
Jalan diatas tumit TDE TDE
Jalan di atas jari kaki TDE TDE
Tandem walking TDE TDE
8
Jalan lurus lalu putar TDE TDE
Jalan mundur TDE TDE
Hopping TDE TDE
Berdiri dengan satu kaki TDE TDE
Hemiplegik gait TDE TDE
Spastik (scissor gait) TDE TDE
Cerebellar gait TDE TDE
Tabetic gait TDE TDE
Waddling gait TDE TDE
Parkinson gait TDE TDE
Jiggling (spastik-ataksik) TDE TDE
Station
Romberg (jatuh ke) (-) (-)
6. Sensorik :
Lengan Tungkai Tubuh
Kana Kir Kan K Kan K
n i an iri an iri
Eksteroceptik
Rasa nyeri (+) (+) (+) (+) (+) (+)
superficial
Rasa suhu (+) (+) (+) (+) (+) (+)
Rasa raba ringan menuru men menu menur men men
n urun run un urun urun
Proprioceptik
Rasa getar (+) (+) (+) (+) (+) (+)
Rasa tekan (+) (+) (+) (+ (+) (+
) )
Rasa nyeri tekan (+) (+) (+) (+ (+) (+
) )
Rasa gerak dan SDE SD SD SDE SDE SDE
posisi E E
Kombinasi
Stereognosis Dbn
Barognosis Dbn
Graphthesia Dbn
Two point tactile Dbn
Sensory extinction Dbn
Lost of body image Dbn
7. Reflek Fisiologi :
Kanan Kiri
Reflex tendon
9
Reflex biceps +3 +2
Reflex triceps +3 +2
Reflex patella +3 +2
Klonus patella + -
Reflex achilles +3 +2
Klonus achilles + -
8. Reflek Patologik :
Kanan Kiri
Tungkai Babinski + +
Chaddock + +
Schaeffer + -
Gordon + -
Oppenheim - -
Stransky - -
Gonda + -
Mendel-Bechterew + -
Rossolimo - -
Lengan Hoffman - -
Tromner - -
Leri - -
Meyer - -
9. sa
Reflek Primitif Kanan Kiri
Palmo mental reflex TD TD
E E
Grasp reflex TD TD
E E
Snout reflex TD TD
E E
Sucking reflex TDE TD
E
Keringat Dbn
10
11. Provokasi Nervus Ischiadicus :
Kan Kiri
an
Patrick sign - -
Contra patrick - -
sign
Laseque sign - -
Hematologi
Darah Lengkap
Diabetes
Glukosa Darah
127 mg/dL <200
Sewaktu
Fungsi Ginjal
11
Kreatinin 103 mg/dL 0.6-1.5
2. MRI
● Bulging disc herniation C3-4, C4-5 , C5-6 dan C6-7 ke
posteromedian dan paramedian kanan kiri + osteophyte
uncocervical C3, C4, C5, C6 dan C7 yang menyebabkan
penekanan anterior thecal sac dan foramina neuralis kanan kiri.
● Suspect Massa contrast enhancement intracanal intramedulla
setinggi C2 s/d C6 , ukuran massa +/- 1,02 cm x 2,25 cm x 6,6 cm.
● Lesi kistik intracanalis kesan intramedullaris setinggi Medulla
oblongata dengan ukuran +/- 1,47 cm x 2,2 cm x 1,44 cm dan
setinggi C2 dengan ukuran +/- 1,1 cm x 1,6 cm 1,4 cm.
● Suspect Hydrosyringomyelia setinggi C6 s/d Th7
● Paracervical Muscle Spasme
1.3 Assesment
1.3.1 Diagnosa
1. Diagnosa klinis : Tetraparese UMN
2. Diagnosa topis : intracanal intramedulla setinggi C2 s/d C6
3. Diagnosis etiologis : Neoplasma medulla spinalis
1.3.2 Diagnosis banding
1. Stroke Iskemik
2. Stroke Hemoragik
3. Perdarahan Subaraknoid
1.4 Planning
1.4.1 Diagnostik
1. Tes Laboratorium :
a. Darah Lengkap
b. Gula darah sewaktu
12
c. Fungsi ginjal
2. Tes Radiologi :
a. MRI tanpa dan dengan kontras
1.4.2 Terapi :
1. RL 2 kolf/hr
2. Mecobalamin 1x1 amp iv
3. Vit B1 3x1 amp iv
4. Asparka
1.4.3 Monitoring
1. Observasi K/U Pasien
2. Darah Lengkap
3. Tensi
1.4.4 Edukasi
1. Menyarankan minum obat teratur
2. Pemberian terapi neurologi
3. Pola Hidup Sehat
4. Latihan mobilisasi gerak
5. Istirahat cukup
13
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Spinal cord adalah pusat refleks utama dan jalur konduksi antara tubuh
dan otak, adalah struktur silindris yang agak pipih di bagian depan dan belakang.
itu dilindungi oleh vertebra dan ligamen dan otot yang terkait, meninges tulang
belakang dan CSF. Spinal cord dimulai sebagai kelanjutan dari medulla
oblongata, bagian kaudal batang otak. Pada bayi baru lahir, ujung inferior medula
spinalis biasanya berseberangan dengan cakram IV antara vertebra L2 dan L3.
Pada orang dewasa, sumsum tulang belakang biasanya berakhir berlawanan
dengan cakram IV vertebra L1 dan L2; tetapi, conus medullaris, dapat berakhir
setinggi T12 atau serendah L3. Dengan demikian, sumsum tulang belakang hanya
menempati dua pertiga superior kanal tulang belakang. Spinal cord diperbesar di
dua daerah untuk persarafan anggota badan:
14
di tanduk anterior materi abu-abu sumsum tulang belakang, sedangkan badan sel
akson yang membentuk akar posterior berada di luar sumsum tulang belakang di
ganglia tulang belakang (ganglia akar posterior) pada ujung distal akar posterior.
Akar saraf posterior dan anterior bersatu pada titik keluarnya dari kanal tulang
belakang untuk membentuk saraf tulang belakang. Pada orang dewasa, sumsum
tulang belakang lebih pendek dari tulang belakang; karenanya, ada kemiringan
progresif dari akar saraf tulang belakang saat tali pusat turun. karena
meningkatnya jarak antara segmen sumsum tulang belakang dan vertebra yang
sesuai, panjang akar saraf meningkat secara progresif ketika ujung inferior dari
kolom vertebral mendekat. Bundel akar saraf tulang belakang di lumbal ruang
subarachnoid kaudal ke ujung sumsum tulang belakang menyerupai ekor kuda,
maka namanya cauda equina (L. horse tail).
Dura mater spinal, terdiri dari jaringan keras, berserat, dan beberapa
jaringan elastis, adalah membran penutup terluar dari sumsum tulang belakang.
dura mater tulang belakang dipisahkan dari vertebra oleh ruang ekstradural
(epidural). Dura membentuk spinal dural sac, selubung tubular panjang di dalam
kanal tulang belakang. Spinal dural sac menempel pada tepi foramen magnum
cranium, di mana ia berlanjut dengan dura mater cranial. Antara dinding kanal
tulang belakang dan dura mater. Lemak epidural (matriks lemak); pleksus vena
vertebra internal; setiap pasang akar posterior dan anterior saat mereka keluar dari
kanal vertebral di foramina IV.
Arteri yang memasok sumsum tulang belakang adalah cabang dari arteri
vertebra, servikal asendens, serviks dalam, interkostal, lumbar, dan sakral lateral.
Tiga arteri longitudinal memasok sumsum tulang belakang: arteri spinal anterior,
dibentuk oleh penyatuan cabang-cabang arteri vertebralis, dan sepasang arteri
spinal posterior, yang masing-masing merupakan cabang dari arteri vertebralis
atau arteri serebelar inferior posterior.
Tiga vena tulang belakang anterior dan tiga posterior disusun secara longitudinal;
mereka berkomunikasi secara bebas satu sama lain dan dikeringkan hingga 12
vena meduler dan radikuler anterior dan posterior. Vena yang mengalirkan
15
sumsum tulang belakang bergabung dengan pleksus vena vertebral internal di
ruang epidural (Moore et al, 2018)
16
mengarah ke invasi dan penghancuran frey matter dan white matter (Das et al.,
2022).
2.2.2 Etiologi
Meskipun IMSCT sebagian besar bersifat sporadic, beberapa
berhubungan dengan sindrom klinis seperti neurofibromatosis 1, 2 (NF-1, NF-2),
dan penyakit Von Hippel-Lindau (VHL). NF-1 disebabkan mutasi pada
kromosom 17, yang mengkode gen supresor tumor. Sekitar 19% pasien dengan
NF-1 mengembangkan IMSCT. NF-1 sebagian besar terkait dengan
neurofibroma (ekstrameduler intradural), tetapi dalam kaitannya dengan IMSCT,
astrositoma paling sering ditemui. NF-2 disebabkan oleh mutasi pada kromosom
22 dan dapat dilihat pada sekitar 2% pasien dengan IMSCT. Mereka biasanya
berhubungan dengan ependymoma dan terkadang meningioma (extramedullary).
Pada VHL, hemangioblastoma merupakan IMSCT yang paling sering ditemukan
(Das et al., 2022).
2.2.3 Epidemiologi
Sekitar 80% dari tumor intramedullary adalah glioma, yang dapat
dibagi menjadi astrocytomas dan ependymoma. Astrositoma lebih sering terjadi
pada anak-anak dengan IMSCT, sedangkan ependymoma lebih sering ditemukan
pada orang dewasa dengan IMSCT. Puncak astrositoma pada dekade ketiga
hingga kelima, seringkali tingkat rendah, dan paling sering ditemukan pada
tingkat toraks. Ependimoma lebih sering ditemukan pada korda bawah, konus,
dan filum, dengan sedikit dominasi laki-laki dan puncaknya pada dekade ketiga
hingga keenam. Hemangioblastomas adalah IMSCT ketiga yang paling umum,
membuat sekitar 2 sampai 15%. Tumor intramedullary metastatik jarang terjadi
dan paling sering berkembang dari tumor paru-paru dan payudara (Das et al.,
2022).
2.2.4 Patofisiologi
Astrocytomas dapat membentuk rongga di sumsum tulang belakang,
yang dikenal sebagai syrinx, dan dapat merosot menjadi subtipe ganas.
Ependimoma muncul dari sel ependymal, lunak dan berkapsul, tumbuh lambat,
dan terletak lebih sentral, muncul sebagai pembesaran fokal di dalam sumsum
tulang belakang. Subtipe histologis yang umum adalah varian seluler kelas II
17
WHO dengan perivascular pseudorosettes. Di filum terminale, ependymoma
micropapillary, tumor grade I WHO, paling sering ditemukan. Ependimoma
dapat merentang panjang melintasi 3 hingga 4 badan vertebra, sedangkan
astrositoma rata-rata dapat menjangkau 5 hingga 6 segmen. Hemangioblastoma
adalah tumor kecil yang sangat vaskularisasi tetapi jarang melampaui satu atau
dua badan vertebra. Pembentukan kista sering terjadi, dan tumor lebih sering
ditemukan pada pria (Nguyen et al., 2023).
19
diagnosis jaringan, memaksimalkan reseksi tumor, dan meningkatkan fungsi
neurologis. Potensi somatosensori dan motorik intraoperatif digunakan untuk
memantau perubahan fungsi neurologis dan membantu memandu reseksi.
Luasnya reseksi total sangat bergantung pada adanya bidang yang jelas antara
tumor dan jaringan sumsum tulang belakang normal. Astrositoma adalah tumor
nonenkapsulasi infiltratif yang sulit untuk direseksi. Untuk astrocytoma tingkat
rendah, jika bidang dapat dikembangkan antara tumor dan sumsum tulang
belakang, reseksi total gross merupakan pilihan; Namun, untuk astrositoma
derajat tinggi atau astrositoma derajat rendah tanpa bidang reseksi yang jelas,
dianjurkan biopsi ditambah reseksi terbatas, karena reseksi agresif dapat
menyebabkan defisit neurologis yang signifikan.
b. Konservatif
20
Kortikosteroid tetap menjadi bagian dari pengobatan awal untuk tumor
tulang belakang. Mereka mengurangi edema vasogenik tumor dan sumsum tulang
belakang yang menghasilkan perbaikan atau setidaknya stabilisasi defisit
neurologis saat pengobatan definitif dimulai. Kortikosteroid juga memberikan
analgesia untuk nyeri dan memiliki efek sitotoksik langsung pada limfoma dan
melanoma. Variabilitas yang signifikan ada sehubungan dengan dosis awal dan
jadwal pengurangan dosis. Efek samping yang dicatat dari steroid termasuk
hiperglikemia, peningkatan risiko infeksi, iritasi gastrointestinal, gangguan mood,
retensi cairan, gangguan penyembuhan luka dan miopati steroid. Bifosfonat, yang
menghambat aktivitas osteoklas dan menekan reabsorpsi tulang terkait dengan
metastasis tulang belakang, telah terbukti efektif dalam mengurangi risiko patah
tulang patologis, menghilangkan rasa sakit dan mengurangi hiperkalsemia terkait
keganasan pada kanker payudara metastatik, mieloma multipel, dan kanker lain
yang menghasilkan metastasis osteolitik.
21
2.2.9 Komplikasi
- Paralisis
- Komplikasi yang berhubungan dengan keadaan terbaring di tempat
tidur - trombosis vena dalam, luka baring, atelektasis
- Penyebaran lesi secara lokal
- Kematian
2.2.10 Prognosis
i. Hasil untuk pasien dengan tumor sumsum tulang belakang
intramedullary harus berhat-hati. Mereka dengan defisit neurologis tampaknya
memiliki hasil terburuk. Pasien dengan penyakit metastasis jarang hidup lebih dari
12 bulan (Das et al., 2022).
e.
22
DAFTAR PUSTAKA
Chaskis, E., Sadeghi, N., Voordecker, P., Verocq, C., Salmon, I., De Witte, O., &
Lefranc, F. (2020). Intramedullary spinal cord tumor: A case report. Revue
Medicale de Bruxelles, 41(4). https://doi.org/10.30637/2020.19-088
Das, J. M., Hoang, S., & Meffin, F. B. (2022). Intramedullary spinal cord tumors.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK442031/#_NBK442031_pubdet_
Nguyen, M. A., Ngo, A. P., Huynh, Q. B., Pham, T. B., & Nguyen, V. H. (2023).
Assessment of intraoperative neurophysiological monitoring techniques in
intramedullary spinal cord tumor removal surgery. Interdisciplinary
Neurosurgery: Advanced Techniques and Case Management, 32.
https://doi.org/10.1016/j.inat.2023.101731
23