Anda di halaman 1dari 6

Nama : Yefirman Waruwu

Semester : VI (Enam)

Prodi : Teologi

Makul : Tafsir PB II

Dosen Pengampu : Tambok T. Manullang, M.Th

A. Pendahuluan

Nats : 1 Yohanes 1:8-10


8Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran
tidak ada di dalam kita. 9Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehinggga Ia
akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. 10Jika kita
berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan
firman-Nya tidak ada di dalam kita.

Tema : Berani jujur di hadapan Allah


Alasan saya mengangkat tema ini ialah dimana ada banyak orang Kristen yang tidak berani
mengakui segala keberdosaannya di hadapan Allah. Namun sekarang banyak terjadi dalam diri
orang Kristen yang masih hidup dalam menyembunyikan dosa yang telah di perbuatnya. Di
mana adanya orang yang menginginkan kesetiaan, namun dia tidak setia; ada orang yang
menuntut keadilan namun tidak menghidupi kehidupan yang rukun atau sesuai dengan aturan
yang berlaku.

B. Latar belakang Kitab 1 Yohanes :


a) Penulis surat ini tidak memperkenalkan dirinya, sehingga dokumen ini diturunkan secara
anonim (tanpa nama). Mungkin pembaca pada saat itu tidak sulit mengenal siapa penulis
surat ini. Akan tetapi, sulit bagi kita pada saat ini untuk mengenal siapa penulisnya.1
b) Waktu dan tempat penulisan surat ini hanya bersifat hipotesis. Injil Yohanes sangat
menekankan bahwa orang-orang beriman telah mengalami kebangkitan dan sudah beralih
dari kematian kepada kehidupan kekal. Justru 1 Yohanes menghambat perkembangan
semacam itu. Alasan lain adalah Injil Yohanes menggambarkan situasi di mana orang
Kristen asal Yahudi sedang diusir keluar dari Sinagoge, sementara surat 1 Yohanes tidak
menunjukkan bukti konflik yang demikian. Hal tersebut mungkin terjadi karena mereka

1
Bdk. Pdt. Dr. Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019), hal. 350-
351. Bdk. juga Donald Guthrie, New Testament Introduction, hal. 211, bahwa penulis surat 1 Yohanes adalah
muridnya Yohanes.
termasuk pada suatu tingkatan waktu yang lebih kemudian sesudah pemisahan itu
terjadi.2 Jika pandangan ini benar, maka 1 Yohanes ditulis pada tahun 100/110 M.
c) Tujuan penulisan: untuk memperingatkan dan menasehati orang percaya di dalam
wilayahnya tentang kecondongan yang kuat dalam menggabungkan Kekristenan dengan
bentuk-bentuk keyakinan kafir yang mengakibatkan kerusakan pada Kekristenan.3
d) Situasi atau Peristiwa: aspek utama dari bidat yang dilawan 1 Yohanes adalah
penyangkalan terhadap inkarnasi, yang dianut oleh seluruh Gnostik (dalam pengertian
luar mereka yang mencari keselamatan melalui iluminasi). Gnostik tidak bisa memahami
konsep Allah yang brinkarnasi sehingga menolaknya. Doketisme mau menyelesaikan
kesulitan intelektual ini dengan membedakan antara Yesus manusiawi dan Kristus
Surgawi, di mana Kristus hanya tampaknya saja mengambil rupa manusia, dan inkarnasi
bukanlah suatu realitas. Pengikut Gnostik yakin bahwa semua materi adalah jahat, maka
mereka harus menyangkal bahwa Kristus menjadi daging. 1 Yohanes tampaknya
memang ditulis untuk memerangi kecondongan seperti itu, tetapi Yohanes tidak
menyinggung tubuh penampakan atau tubuh phantasmal, yang menunjukkan bahwa bidat
yang sedang ia perangi baru sekadar bayang-bayang dari jenis Gnostik yang dicatat oleh
Ignatius.4
1 Yohanes ditulis bagi sekelompok orang, mungkin lebih dari satu komunitas Asia, yang penulis
kenal secara pribadi dan yang terancam oleh masuknya pengajar sesat. Alasan-alasa berikut
memunculkan pendapat yang luas dipegang bahwa Asia adalah tujuan dari 1-3 Yohanes: tradisi
mengaitkan Injil Yohanes dengan Yohanes di Efesus; kaitan literatur Yohanes dengan Kitab Wahyu juga
menunjuk kepada Asia kecil; pengajaran gnostic yang terefleksi di surat-surat ini sangat terkait dengan
wilayah ini (yaitu di dalam surat Polikarpus). Kesimpulan Agustinus bahwa 1 Yohanes ditunjukkan bagi
jemaat-jemaat di Partia tidak berdasar dan mungkin berasal dari teks yang rusak. 5

C. Teks Asli dan Terjemahannya


Ayat 8
 BGT : a.n ei;pwmen o[ti a`marti,an ouvk e;comen( e`autou.j planw/men kai. h`
avlh,qeia ouvk e;stin evn h`mi/nÅ

2
Bdk. Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru, hal. 353 dalam kutipannya dalam buku Delbert Burket,
Op. Cit., hal. 453.
3
Ibid,,, hal. 183
4
Ibid,,, hal. 182
5
Ibid,,, hal. 186
 NIV : If we say that we have no sin, we are deceiving ourselves, and the truth is not in
us.
 BIS : kalau kita berkata bahwa kita tidak berdosa, kita menipu diri sendiri; dan Allah
tidak berada di dalam hati kita.
Kata Kerja utamanya
 ei;pwmen K.k subjunctive aorist active orang ke1 plural dari le,gw artinya biarlah saya
berkata atau menceritakan.
 e;stin K.k indicative present active artinya sebuah modus yang menunjukkan penegasan
atau presentasi akan kepastian. Indikatif kini mengungkapkan tindakan yang terus
menerus dan berulang-ulang. Juga dimengerti sebagai tindakan yang sedang berlangsung
atau diucapkan orang ke-3 singular dari eivmi, artinya dia sedang berada, tinggal.

Ayat 9
 BGT : eva.n o`mologw/men ta.j a`marti,aj h`mw/n( pisto,j evstin kai. di,kaioj( i[na
avfh/| h`mi/n ta.j a`marti,aj kai. kaqari,sh| h`ma/j avpo. pa,shj avdiki,ajÅ
 NIV : If we confess our sins, He is faithful and righteous to forgive us our sins and to
cleanse us from all unrighteousness.
 BIS : Tetapi kalau kita mengakui dosa-dosa kita kepada Allah, Ia akan menepati janji-
Nya dan melakukan apa yang adil. Ia akan mengampuni dosa-dosa kita dan
membersihkan kita dari segala perbuatan kita yang salah.
Kata Kerja Utamanya
 o`mologw/men K. k subjunctive present active artinya dapat dikatakan bahwa Subjunktif
adalah kata kerja yang mewakili sebuah tindakan yang tidak pasti tetapi berpeluang
terjadi. orang ke-1 plural dari o`mologe,w Artinya biarlah saya menjanjikan, mengakui,
mengaku, berkata terus terang dan memuji.
 avfh/| K. k subjunctive aorist active artinya dapat dikatakan bahwa Subjunktif adalah
kata kerja yang mewakili sebuah tindakan yang tidak pasti tetapi berpeluang terjadi.
orang ke-3 singular dari avfi,hmi arti biarlah dia menyuruh pergi, membiarkan,
meninggalkan, mengampuni, menghapuskan, menyerahkan, menceraikan, memaafkan,
melalaikan.

Ayat 10
 BGT : eva.n ei;pwmen o[ti ouvc h`marth,kamen( yeu,sthn poiou/men auvto.n kai. o`
lo,goj auvtou/ ouvk e;stin evn h`mi/nÅ
 NIV : If we say that we have not sinned, we make Him a liar, and His word is not in
us.
 BIS : Tetapi kalau kita berkata bahwa kita tidak berdosa, kita beranggapan seakan-
akan Allah pendusta dan kita tidak menyimpan perkataan Allah di hati kita.
Kata Kerja Utamanya
 ei;pwmen verb subjunctive aorist active 1st person plural from le,gw artinya biarlah saya
berkata atau menceritakan.
 h`marth,kamen K.k indicative perfect active orang ke-1 plural from a`marta,nw artinya saya
sudah berbuat dosa atau berbuat kesalahan.

D. Struktur Teks
Yohanes mengatakan kesalahan yang kedua dalam anggapan yakni, jika kita berkata, bahwa kita
tidak berdosa. Ini berarti lebih dari sekedar melakukan dosa, dan ia mencukupi pemikiran
tentang dasar yang dari padanya penampakan yang beraneka ragam. Dosa adalah sesuatu hal
yang tinggal. Ia melekat pada pendosa. Seperti halnya dengan pengadaian yang mendahuli dan
mengikuti kemudian timbulnya pertanyaan-pertanyaan yang positif selalu di ikuti dengan yang
negative. Posisi yang bertentangan ialah kedudukan mereka yang mengaku dosa-dosa. Karena
Allah setia dan Adil, Ia mengampuni. Ia dapat di percayai sepernuhnya. Tidak ada dikatakan
menganai bagaimana Ia akan menyucikan kita dari segala kejahatan. Namun ay, 7 masih
menggema. Darah Yesuslah yang dapat menyucikan. Yohanes kemudian mengandaikan bahwa
kita tidak ada berbuat dosa. Segala perlakuan Allah terhadap manusia bertumpu pada dasar
bahwa manusia orang berdosa, dan membutuhkan penyelamatan. Menyangkal bahwa seseorang
itu adalah berdosa, membuat dia menjadi pendusta. Dikatakan secara negative berarti bahwa
Firman tidak ada di dalam kita.

E. Tafsiran rinci
Menurut Tafsiran Alkitab Wycliffe

Ayat 8, pengakuan bahwa pada dasarnya berdosa. Jika berkata. Pengakuan palsu di dalam pasal
ini (bdg. Ay, 6,10) Tidak Berdosa. Istilah ini merupakan istilah khas Yohanes di dalam
perjanjian Baru (Bdg. Yoh. 9:41; 15:22, 24; 11:19). Yang di maksud adalah sifat dasar prinsip
atau akar dari dosa dan bukan tidakkannya. Akibat dari mengaku bahwa kita tidak berdosa ada
dua (1) Kita menipu diri kita sendiri yang secara harfiah artinya menyeret kita sendiri kedalam
kesesatan, yaitu melakukan sendiri apa yang berusaha dilakukan oleh Iblis terhadap kita
(2)kebenaran tidak ada didalam kita kita menutup diri terhadap terang dan tinggal didalam
suasana gelap yang kita ciptakan sendiri.
Ayat 9, pengakuan dosa yang khusus, mengakui kebenaran dalam ayat 8 mungkin tidaklah sulit,
tetapi melakukan yang di perintahkan dalam ayat 9 ini mungkin sangatlah sulit. Mengaku.
Secara harafiah, mengatakan hal yang sama, memiliki sarana penglihatan yang sama dengan
yang di miliki oleh Allah. Tetapi ini bukan pengakuan secara lisan saja; sebaliknya ini mencakup
tindakan meninggalkan, sebab demikianlah sikap Allah terhadap kita dalam hal dosa. Pengakuan
yang di lakukan adalah kepada Allah. Setia dan Adil, lebih tepat, setia dan benar Allah akan
setia terhadap apa yang telah di ucapkan olehnya dan adil di dalam segala tindakan-Nya,
termasuk caranya mengampuni dosa, yang berlandaskan pada kematian AnakNya. Mengampuni
dan menyucikan. Pengampunan berarti absolusi dari hukuman atas dosa dan penyucian berarti
pembersih dari pencemaran dosa.

Ayat 10, Pengakuan dosa pribadi. Orang mungkin mengakui kebenaran dari ayat 8 dan 9 secara
abstrak namun tidak pernah mengakui dirinya terlibat dalam dosa. Jika kita berkata merupakan
pengakuan palsu ke-3. Tidak berbuat dosa mengacu kepada tindakan berdosa seperti pada ayat
8. Membuat Dia menjadi pendusta. Karena dimana-mana Allah mengatakan bahwa manusia
telah berbuat dosa. FirmanNya tidak ada di dalam kita. Firman Allah dalam PL dan PB. Jadi,
persekutuan tergantung pada tanggapan terhadap standar terang dan menyadari keadaan dosa diri
kita. Kehidupan Kristen yang berkemenangan ialah kehidupan yang tidak ada dosa yang
sungguh-sungguh mencakup tindakan meninggalkan dosa itu sehingga menghasilkan
pertumbuhan rohani. (The Wycliffe Bible commentary, 1041-1042).

Berbicara tentang pengakuan berarti berbicara tentang tindakan seseorang yang dilakukan
secara langsung yang bisa dilakukan oleh orang banyak atau tidak. Tindakan tersebut dapat
berdampak bagi orang lain bahkan juga dapat merugikan pelaku pengakuan. Akan tetapi
berbicara tentang pengakuan dosa, itu berkaitan dengan manusia dan penciptanya. Mengaku dosa
itu adalah hal yang tidak mudah dilakukan oleh manusia. Karena sebuah pengakuan dosa harus
membawa kepada perubahan hidup dari perilaku yang biasa dikenal dengan pertobatan.
Mengaku berarti mengatakan hal yang sebenarnya (Mat. 5:37). Kata dosa artinya pelanggaran
atau ketidaktaatan. Dosa masuk ke dalam dunia oleh satu orang dan dari dosa itu timbullah
kematian, dan kematian menjalar ke seluruh manusia, sebab semua orang telah berdosa. Anthony
A. Hoekma menyatakan ”karena orangtua pertama kita pertama jatuh ke dalam dosa sebagai
pribadi yang diciptakan, maka dalam kaitannya dengan dosa yang pertama manusia, kita
berbicara tentang kehendak “kehendak yang primitif”. Allah menciptakan manusia yang baik
tanpa pemikiran atau kehendak untuk berbuat dosa. Merfin M. Temple menyatakan, “Allah
merencanakan suatu dunia penuh kasih sayang dan gelak tawa di mana manusia baik laki-laki
dan perempuan dapat hidup dengan bahagia di tengah keluarga dan di antara teman-teman, tetapi
dosa masuk ke dalam dunia untuk menghancurkan rencana baik Allah tersebut.6.

F. Amanat Teks

6
Merfin M. TEMPLE, Allah dan manusia (bandung: kalam hidup,1959) 16.
Firman itu telah menjadi manusia, membebaskan kita dari kutuk perbudakan dosa, jadi
akuilah dosa-dosamu. Pengakuan dosa adalah langkah terbaik untuk mengenal, semakin
mengenal kasih Yesus secara nyata, menikmati Yesus secara nyata dan puas. Mengakui dosa-
dosa adalah langkah mematikan kecintaan kita pada dosa, tidak perduli itu jenis dosa kecil dan
besar. Dosa perbuatan baik maupun jahat. Diri kita akan semakin dimurnikan dari hari ke hari.
Inilah janji Allah ketika kita mengakui dosa. Mengakui betapa lemah, bodoh, tidak berdaya, dan
gagalnya diri kita. Mengakui Yesus sebagai Tuhan adalah penyerahan hidup untuk selalu ingin
dikasihi Allah saja, bukan lagi mengasihi diri sendiri. Inilah pertobatan, langkah iman untuk
terus diperbaharui, jika mengaku dosa kita, maka Ia akan menyucikan kita dari kejahatan hati,
pikiran, dan dosa-dosa yang tertanam dalam diri kita.

Anda mungkin juga menyukai