Anda di halaman 1dari 3

EKSEPSI PENASEHAT HUKUM

TERHADAP PERKARA PIDANA NO. 12/Pid.B/2019/PN-BDG


UNTUK DAN ATAS NAMA TERDAKWA SITI NUR AZIZAH AZJAHRA BIN ATANG

Kepada Yang Terhormat ,


Majelis Hakim Pemeriksa Perkara Pidana
Nomor: 12/Pid.B/2019/PN-BDG
Di-Bandung

Majelis Hakim yang kami muliakan,


Saudara Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,
Serta hadirin yang terhormat.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya atas rahmat dan kasih sayang-Nya
lah kita dipertemukan dalam majelis yang sangat mulia ini.
Selanjutnya kami sampaikan terima kasih kepada Yang Mulia Majelis Hakim Pemeriksaan
Perkara ini yang telah memeberikan kesempatan kepada kami untuk dapat menggunakan waktu,
guna mempelajari dakwaan dari Jaksa, Penuntut Umum, yang pada akhirnya kesempatan
tersebut juga kami manfaatkan untuk mengajukan eksepsi dalam perkara untuk dan atas nama
terdakwa SITI NUR AZIZAH AZJAHRA BIN ATANG. Ucapan yang sama juga kami
sampaikan kepada yang terhormat Saudara Jaksa Penuntut Umum.
Majelis persidangan yang kami muliakan,
Eksepsi yang kami sampaikan ini pada prinsipnya tidak terlepas dari upaya penegakan hak-hak
dari tersangka yang pada pemeriksaan pendahuluan telah ada pelanggaran, yang pada akhirnya
sangat merugikan terdakwa. Kondisi mana, apabila dipenuhi secara baik, maka bukan tidak
mjngkin, Terdakwa tidak akan duduk dikursi persakitan seperti yang kita lihat sekarang ini.
Kemudian dalam eksepsi ini juga kami menyoroti tentang surat dakwaan yang telah dibicarakan
Jaksa Penuntut Umum pada persidangan tanggal 30 April 2019 yang lalu. Selanjutnya eksepsi
kami tersebut adalah sebagai berikut :
Majelis Hakim yang mulia,
Yang terhormat, Saudari Jaksa Penuntut Umum, Persidangan yang terhormat.
Sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 54 dan 56 Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana, maka Terdakwa SITI NURAZIZAH AZJAHRA BIN ATANG selayaknya sejak awal
pemeriksaan terhadap dirinya, yaitu dalam proses pemeriksaan pendahuluan terlebih apabila kita
mengacu pada pasal yang didakwakan kapada terdakwa. Yaitu Pasal 363 ayat (1) ke 5e KUHP
serta Pasal 362 KUHP, maka telah jelas, bahwa bantuan hukum ataupun keberadaan Penasehat
Hukum bagi terdakwa adalah sangat penting dan berarti, Hal mana jika pada saat prosese
pemeriksaan dilakukan ternyata ada ketidakwajaran dalam melakukan pemeriksaan, mak hak-
hak Terdakwa yang dilanggar tersebut akan dapat dicegah dan Terdakwa akan diperlakukan
sebagaiman mestinya proses pemeriksaan pendahuluan itu dilakukan sesuai dengan ketentangan
perundang-undangan. Secara riil terdakwa mengalami penyiksaan dan tekanan dalam
pemeriksaan pendahuluan, hal ini akan menjadikan Terdakwa mengakui perbuatan yang
sebenanya tidak sengaja ia lakukan. Tekanan dan paksaan yang dilakukan dalam pemeriksaan
pendahuluan tersebut tentu pada akhirnya menjadi skenario hingga perkara ini dilimpahkan
dipengadilan seperti pada saat sekarang ini.
Pada masa seperti ini, yang tentunya juga patut kita syukuri karena orde reformasi telah terbit,
ternyata kita harus menyesal dan mengelus dada ketika cara-ara atau upaya-upaya tidak sehat
dan distruktif masih menyelimuti dunis penegakan hukum. Oleh karenanya pula hal semacam itu
tidak patut apabila kelak kondisi tersebut terulang dan hal tersebut tentunya tidak kita kehendaki
untuk terjadi lagi cukup kiranya hanya terjadi pada diri Terdakwa saja, yang telah mengalam
kondisi demiakian sangat bertentangan dengan era dan semangat reformasi dibidang hukum.
Majelis Hukum yang mulia,
Yang terhormat , saudari Jaksa Penuntut Umum,
Sidang Pengadilan yang terhormat.
Bahwa dengan adamya pelanggaran hakdalam proses pemeriksaan pendahuluan tersebut, maka
tentunya berita acara pemeriksaan yang ada telah menjadi cacat, yang mana dikarenakan hal ini
dijadikan sebagai dasar untuk menyusun dakwaan bagi terdakwa, maka tentunya surat dakwaan
tersebut menjadi cacat hukum pula, sehingga harus dinyatakan batal demi hukum.
Majelis Persidangan yang kami muliakan,
Bahwa untuk selanjtnya, terhadap surat dakwaan saudari Jaksa Penuntut Umum Nomor
Reg.Perkara 12/Pid.B/2019/PN-BDG telah ternyata mengandung ketidakjelasan, yang mana hal
tersebut menyebabkan kekaburan terhadap surat dakwaan itu sendiri. Kondisi ketidakjelasan
tersebut dapat kita baca dalam surat dakwaan saudari Jaksa Penuntut Umum, yaitu dalam alenia
ke tiga dan keempat dakwaan pada kalimat, “pada hari dan tanggal ……. Mengetahui
kedatangan dari terdakwa pada hari minggu 3 Februari 2019 sekita pukul 15 WIB terdakwa
yang ada di dapur di hampiri oleh korban yang baru saja pulang dalam keadaan mabuk dan
meminta secangkir kopi keapada terdakwa yang pada saat itu terdakwa sedang memotong
sayuran dan terdakwa tidak langsung membuatkan kopi sehingga membuat korban marah dan
langsung menampar pipi terdakwa”.
Bahwa kalimat tersebut mempunyai makna yang tidak jelas dan kabur. Niat ataupun motivasi
melakukan perbuatan pidana tersebut sangat penting sekali karena adanya niat atau motivasi
itulah yang nantinya menentukan maksud dan tujuan dari perbuatan yang dilakukan.
Bahwa dengan ketidakjelasan surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum tersebut, maka sebagaima
telah diatur dalam pasal 143 ayat (2) b j o (3) KUHAP yaitu bahwa surat dakwaan yang tidak
memenuhi uraian secra cermat, kelas dan lengkap, adalah batal demi hukum.
Majelis Hakim Yang Mulia,
Jaksa Penuntut Umum yang terhormat,
Hadirin yang kami hormati,
Bahwa terhadap surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang berbentuk subsidair tersebut, maka
setelah kami teliti ternyata penuntut umum punya keragu-raguan terhadap dakwaan yang
diajukan atas diri Terdakwa. Jaksa penuntut umum dengan jelas mendalilkan hal dan uraian yang
sama antara dakwaan primair dan subsidair, padahal untuk formulasi pasal 362 KUHP
sebagaimana dalam dakwaan subsidair, akan sangat lain unsur-unsurnya dengan dakwaan
primair (Pasal 363 ayat (1) ke-5e KUHP. Bahwa oleh karena adanya surat dakwaan jaksa
penuntut umum mengandung ketidakjelasan atau kekaburan/ obscuur libelle, sehingga
sebagaimana pasal 143 ayat (3) KUHAP surat dakwaan dapat dinyatakan batal demi hukum.
Majelis Hukum Yang Mulia Jaksa Penuntut Umum yang terhormat
Hadirin Pengunjung Sidang yang kami hormati,
Setelah kami uraikan hal-hal sebagai dasar dalil-dalil kami untuk eksepsi ini, maka dengan ini
kami sampaikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa pemeriksaan yang dilakukan terhadap Terdakwa dilakukan dengan tidak
mengindahkan hak terdakwa dan bahkan ada pelanggaran hak dalam pelaksanaan
pemberian bantuan hukum yang seharusnya diperoleh selam proses pemeriksaan
pendahuluan.
2. Bahwa dengan adnya pelanggaran dalam proses pemeriksaan pendahuluan, maka berita
acara pemeriksaan menjadi cacat hukum.
3. Bahwa adanyua ketidakjelasan ataupun kekaburan dari surat dakwaan Jaksa Penuntut
Umum dimana halter sesuai Pasal 143 ayat (3) KUHAP, maka surat dakwaan dapat
dinyatakan batal demio hukum.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, kami mohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim
Pemeriksaan Perkara untuk memutuskan perkara ini sebagai berikut :
1. Menyatakan bahwa proses pemeriksaan pendahuluan terhadap Terdakwa Siti Nurazizah
Azjahra bin Atang adalah cacat hukum.
2. Menyatakan bahwa Berita Acara Pemeriksaan terhadap Terdakwa Siti Nurazizah Azjahra
bin Atang cacat dan oleh karenanya batal demi hukum.
3. Menyatakan bahwa surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum mengandung, kekurangan,
cermatan, ketidakjelasan dan kekurangan, telitian sehingga dinyatakan batal demi hukum.
Demikian eksepsi untuk dan atas nama Terdakwa Siti Nurazizah Azjahra bin Atang kami
sampaikan, atas perkenan dan dikabulkannya eksepsi oleh Majelis Hakim Pemeriksaan Perkara
ini diucapkan terima kasih.

Bandung,7 Mei 2019


Tim Penasehat Hukum Terdakwa

1. Yayu Nur Faidah


2. Yudha Erlangga

Anda mungkin juga menyukai