Anda di halaman 1dari 59

Human Immunodeficiency Virus

(HIV)

Engla Merizka, M.Biomed


Sejarah dan Prevalensi

1981 → Amerika Serikat


melaporkan kasus–kasus
penyakit infeksi yang jarang
terjadi ditemukan di kalangan
homoseksual, yang kemudian
dirumuskan sebagai penyakit
Gay Related Immune
Deficiency (GRID), yakni
penurunan kekebalan tubuh
yang dihubungkan dengan
kaum gay/homoseksual.
 1982 → CD–USA (Centers for Disease Control) Amerika Serikat untuk pertama
kali membuat definisi AIDS.
 Dan juga ditemukan penyebab kelainan ini adalah LAV (Lymphadenophaty
Associaterd Virus) oleh Luc Montagnier dari pasteur Institut, Paris.
 1983 → Jean Claude Chermann dan Françoise Barré-Sinnousi berhasil
mengisolasi HIV untuk pertama kalinya dari seorang penderita sindrom
limfadenopati.
– 1984 → Robert Gallo dari Amerika Serikat meneliti tentang virus penyebab AIDS
yang disebut HTLV-III.
– 1986 → International Commintte on Taxonomi of Viruses, memutuskan nama
penyebab penyakit AIDS adalah HIV sebagai pengganti nama LAV dan HTLV III.
– 15 April 1987, kasus AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan, Seorang
wisatawan berusia 44 tahun asal Belanda, Edward Hop, meninggal di Rumah
Sakit Sanglah, Bali, disebabkan AIDS.
– Hingga akhir 1987, ada enam orang yang didiagnosis HIV positif, dua di antara
mereka mengidap AIDS.
Struktur HIV
Bentuk sferis (spherical) hingga oval
karena bentuk selubung yang
menyelimuti partikel virus (virion).
Merupakan RNA virus, famili Selubung virus berasal dari
Diameter 100-150 nm
Retroviridae membran sel inang yang sebagian
besar tersusun dari lipid. Di dalam
selubung terdapat bagian yang
disebut protein matriks.
Bagian internal dari HIV terdiri dari dua komponen utama, yaitu
genom dan kapsid. Genom adalah materi genetik pada bagian inti
virus yang berupa dua salinan untai tunggal RNA, sedangkan
kapsid adalah protein yang membungkus dan melindungi genom.
Siklus Hidup
Penempelan virus pada reseptor CD4 yang ada pada sel limfosit.

Molekul DNA untai tunggal kemudian disintesis dengan


menggunakan molekul RNA sebagai cetakan. Sintesis DNA untai
tunggal ini dilakukan oleh enzim transkriptase balik. Enzim yang
sama kemudian mengubah molekul DNA untai tunggal menjadi
molekul untai ganda linear.

Molekul DNA untai ganda yang terbentuk kemudian diintegrasikan


ke dalam kromosom sel inang oleh aktivitas enzim integrase.
Dalam keadaan demikian virus disebut sebagai provirus karena
genom HIV adalah RNA, bukan DNA.
Setelah DNA untai ganda diintegrasikan, selanjutnya dilakukan sintesis RNA virus
dengan menggunakan aktivitas RNA Polimerase yang dimiliki oleh sel inang.
Sintesis RNA virus dilakukan dengan menggunakan cetakan DNA provirus. RNA
virus yang disintesis berfungsi sebagai sumber informasi untuk sintesis protein
struktural virus dan enzim sekaligus sebagai genom virus.

Genom RNA virus selanjutnya dibungkus oleh protein selubung yang terdiri atas
dua lapisan yaitu protein utama (care protein) dan protein cangkang (shell
protein).

Partikel virus yang terbentuk selanjutnya menembus membran plasma sel inang
sehingga memperoleh selubung lem
Transmisi Penyakit

1. Kontak seksual
2. Non-seksual
 Transmisi Parental
Penggunaan jarum dan alat tusuk lain (tatto, narkoba), melalui transfusi
darah atau produk donor dengan HIV positif.
 Transmisi Transplasental
penularan dari ibu positif HIV ke janinnya.
Penularan lain:

ASI, saliva, kontak sosial dengan orang rumah, air mata.

HIV tidak menular melalui:


• Hidup serumah dengan penderita AIDS (asal tidak mengadakan
hubungan seksual )
• Bersentuhan dengan penderita
• Berjabat tangan
• Penderita AIDS bersin di dekat kita
• Bersentuhan dengan pakaian atau barang lain dari bekas penderita
• Berciuman pipi dengan penderita
• Melalui alat makan dan minum
• Gigitan nyamuk dan serangga lainnya
• Bersama-sama berenang di kolam
Tahap Infeksi HIV sampai
timbul gejala AIDS
Tahap 1: Periode Jendela
- HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap
HIV dalam darah
- Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa
sehat
- Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
- Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu – 6
bulan

Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:


- HIV berkembang biak dalam tubuh
- Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan
merasa sehat
- Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah
terbentuk antibody terhadap HIV
-Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya
tahan tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)
Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)
- Sistem kekebalan tubuh semakin turun
- Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya:
pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus
menerus, flu, dll
- Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung
daya tahan tubuhnya.

Tahap 4: AIDS
- Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
- berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah
Gejala Klinis

1. Gejala awal
stadium infeksi
yaitu :

Nyeri sendi Pembesaran


Demam Kelemahan menyerupai Nyeri tenggorok kelenjaran getah
influenza/ bening
2. Stadium tanpa
gejala
3. Gejala stadium ARC

Diare mencret
Stadium dimana yang berkala Kelemahan
penderita Demam lebih Menurunnya atau terus tubuh yang Keringat malam
nampak sehat, dari 38°C secara berat badan menerus dalam menurunkan
namun dapat berkala atau lebih dari 10% Pembesaran waktu yang lama aktifitas fisik
merupakan terus dalam waktu 3 kelenjar getah tanpa sebab
sumber bulan bening yang jelas
penularan infeksi
HIV.
4. Gejala AIDS

Gejala klinis utama yaitu


Terdapat infeksi penyakit
terdapatnya kanker kulit yang
penyerta misalnya pneomonia,
disebut Sarkoma Kaposi (kanker
pneumocystis,TBC, serta
pembuluh darah kapiler) juga
penyakit infeksi lainnya seperti
adanya kanker kelenjar getah
teksoplasmosis dsb.
bening.
5. Gejala
gangguan
susunan saraf

Gejala–gejala
Kesadaran Perubahan
Lupa ingatan peradangan otak Kelumpuhan
menurun Kepribadian
atau selaput otak

Umumnya penderita AIDS sangat kurus, sangat lemah dan


menderita infeksi. Penderita AIDS selalu meninggal pada
waktu singkat (rata-rata 1-2 tahun) akan tetapi beberapa
penderita dapat hidup sampai 3 atau 4 tahun.
Skrining HIV

Pertimbangan:
• Infeksi HIV merupakan penyakit serius yang dapat
didiagnosis sebelum timbulnya gejala.
• HIV dapat dideteksi dengan uji skrining yang mudah,
murah, dan noninvasif.
• Pasien yang terinfeksi HIV memiliki harapan untuk
lebih lama hidup bila pengobatan dilakukan sedini
mungkin, sebelum timbulnya gejala.
• Biaya yang dikeluarkan untuk skrining sebanding
dengan manfaat yang akan diperoleh serta dampak
negatif yang dapat diantisipasi.
Skrining HIV terhadap Donor
Darah

Uji serologi
ELISA
Rapid Test
1. ELISA

ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)


merupakan metode yang melibatkan reaksi
antigen-antibodi secara in vitro

Metode sensitif dan spesifik untuk deteksi dan


jumlah antigen atau antibodi
Prinsip kerja ELISA

– Antibodi dilekatkan pada permukaan microplate


– Kompetisi antara sampel dan enzim berlabel pada antibody
binding site
– Bahan yang tidak berikatan dicuci
– Substrat ditambahkan sebagai indikator warna
– Reaksi dihentikan menggunakan Stop Solution
– Hasil dibaca menggunakan ELISA Reader
Microplate ELISA Reader
2. Rapid Test
Bahan uji yang diperlukan → darah atau serum donor

Pada alat uji dipasang antigen

Apabila bahan uji mengandung antibodi, maka antibodi tersebut akan


berikatan dengan antigen

Ikatan antigen-antibodi menyebabkan reaksi pada reagen warna sehingga


terjadi perubahan warna yang dapat dilihat dengan mata telanjang.

Perubahan warna tampak sebagai garis berwarna tertentu pada alat


penguji. Hasil uji dinyatakan reaktif, non reaktif atau tidak valid.
– Hasil reaktif → dua garis
– Hasil non reaktif → satu garis
– Hasil tidak valid → tidak terbentuk garis
Alat Rapid Test
Alogaritma Rapid Test
HIV
PENCEGAHAN INFEKSI HIV

1. Pencegahan penularan melalui jalur non seksual

a. Transfusi darah cara ini dapat dicegah dengan


mengadakan pemeriksaan donor darah sehingga darah
yang bebas HIV saja yang ditransfusikan.

b. Penularan AIDS melalui jarum suntik oleh dokter


paramedis dapat dicegah dengan upaya sterilisasi yang
baku atau menggunakan jarum suntik sekali pakai.
2. Pencegahan penularan melalui jalur
seksual
• Dilakukan dengan pendidikan/penyuluhan yang
intensif yang ditujukan pada perubahan cara
hidup dan perilaku seksual, serta bahayanya
AIDS pada usia remaja sampai usia tua.
• Memperdalam agama yang dianut dengan
benar.
TERIMA KASIH
TEKNOLOGI
INAKTIVASI
BAKTERI
Engla Merizka, M.Biomed
Pendahuluan
 Kontaminasi bakteri pada komponen darah signifikan lebih tinggi daripada risiko
kontaminasi virus yang ditularkan lewat transfusi, khususnya pada sediaan
komponen trombosit.
 Suhu penyimpanan u/ trombosit(22 ± 2° C) ideal u/ menfasilitasi pertumbuhan
bakteri.
 Sekitar 1 : 1.000-2.000 unit trombosit mungkin terkontaminasi dgn bakteri.
Komponen darah (khususnya trombosit) dapat berfungsi sebagai media yang
menguntungkan u/ proliferasi bakteri  menyebabkan sepsis dan kematian
terkait pada risiko transfusi trombosit yang terkontaminasi.
Organisme yang berkembang biak pd komponen darah dgn penyimpanan suhu
dingin adalah organisme gram negatif seperti psychrophilic (Yersinia
enterocolitica, liquifaciens Serratia dan pseudomonas fluorescens)
Sedangkan gram positif merupakan organisme yang lebih sering terlihat di
trombosit yang disimpan pada suhu (22 ± 2° C)
Sumber potensial dari kontaminasi bakteri antara lain :

 Kontaminasi kantong darah


 Situs pungsi vena donor
 Faktor donor yang bakterimia
 Kontaminasi komponen darah selama proses pembuatan komponen darah.
Strategi untuk mengurangi risiko kontaminasi bakteri

Mengurangi resiko kontaminasi produk darah:


1. Peningkatan skrining donor.
2. Peningkatan desinfeksi situs pungsi vena donor

Mengoptimalkan komponen pengolahan darah dan penyimpanannya:


1. Optimalkan suhu penyimpanan.
2. Waktu batas penyimpanan harus diperhatikan.
3. Universal produk komponen darah dengan filter leukoreduction.

Mengurangi eksposur darah donor


1. Optimalkan indikasi transfusi
2. Meningkatkan pengunaan produk derivat apheresis
Jika dicurigai terjadi kontaminasi bakteri dari
komponen, transfusi harus dihentikan segera, unit
disimpan untuk pengujian lebih lanjut, dan kultur
darah harus diperoleh dari pasien.
Isolat bakteri dari kultur darah resipien dan unit
donor yang ditransfusikan harus disimpan untuk
penyelidikan lebih lanjut.
Untuk setiap organisme gram-negatif atau gram
positif yg terbukti ada pada unit kantong donor,
dianjurkan donor diperiksa untuk bukti infeksi
tersembunyi, terutama jika organisme tsb dapat
berpotensi membahayakan donor.
Teknologi inaktivasi bakteri

Mirasol technology (Riboflavin)


INTERCEPT technology (Psoralens (S-59, Amotosalen)
THERAFLEX UV technology (UV-C Light)
Teknologi Mirasol
Metoda dasar Riboflavin

Prinsip dasar inaktivasi bakteri pd PC  inaktivasi bakteri dengan metode


fotokimia, yg menggunakan Riboflavin ( susu, bir, telur, ragi, sayuran)
Riboflavin dapat berinteraksi dengan asam nukleat setelah penyinaran UV
(280-360 nm)  kerusakan ireversibel pada DNA/RNA (transfer elektron
langsung, produksi superoksida, dan produksi hidrogen peroksida  radikal
hidroksil).
Teknologi Mirasol
• Goodrich et al dapat menginaktivasi spesies bakteri (Staphylococcus epidermidis,
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa,Bacillus cereus,
Serratia marcescens)
Teknologi Mirasol
 Dosis 50 μmoL/L riboflavin + UVA

 Metode ini juga dilaporkan dapat menginaktivasi beberapa jenis virus,


diantaranya: Bovine viral diarrhea, Pseudorabies virus, Porcine parvovirus,
Vesicular stomatitis virus
Teknologi Intercept
Psoralen based method
Prinsip dasar inaktivasi bakteri pd PC  inaktivasi
bakteri dengan metode fotokimia, yg menggunakan
amotosalen dari bahan sintetik psoralen; senyawa
organik yg banyak ditemukan dalam buah dan
sayuran (limau, seledri)
Amotosalen dapat masuk ke dalam sel  menembus
membran inti  berinterkalasi dengan DNA dan RNA
secara reversible
Dengan penyinaran UVA (320-400 nm), amotosalen
membentuk ikatan kovalen dengan basa pirimidin 
memblok replikasi DNA atau RNA (sel dan patogen yg
memiliki genom asam nukleat)
Nucleic acid must “unzip” during
pathogen replication
Amotosalen
Mechanism of action
Psoralen locks nucleic acid
and prevent replication
Psoralen permanently crosslinks both singel and double stranded
nucleic acids
Teknologi Intercept
 Metode ini dapat menginaktivasi beberapa virus (HIV-1, HIV-2, hepatitis C virus,
hepatitis B virus, HTLV-1, HTLV-2, cytomegalovirus, Parvovirus B-19) dan parasit (P.
falciparum, T. cruzi, dan L. mexicana)
 Grass et al. melaporkan bahwa dosis 0.05 μmol/L amotosalen, 3,000 kali lipat
lebih rendah daripada dosis u/inaktivasi bakteri dapat menginaktivasi limfosit T
penyinaran UVA  dapat menurunkan rx imun akibat transfusi (GVHD, febrile non-
hemolytic)
Teknologi Theraflex UV
Teknologi THERAFLEX UV pada trombosit tidak bergantung pada agen
photodynamic dan didasarkan pada kekuatan sinar UV-C (254 nm, 0,2 J / cm2,
iradiasi waktu <1 menit), yang menginduksi pembentukan dimer pirimidin
Tolerabilitas
yg umum dan kurangnya imunogenisitas (pembentukan neoantigen)
UV-C-pd trombosit telah dibuktikan pada anjing
Teknologi UV THERAFLEX juga berlaku untuk FFP. Namun, intensitas UV-C yang
lebih tinggi diperlukan
Kesimpulan
• Transmisi bakteri masih merupakan masalah yang signifikan dalam transfusi
Karena kondisi yang menguntungkan pertumbuhan bakteri (penyimpanan pada
suhu kamar) seperti pada trombosit
• Dengan begitu banyak pilihan dalam inaktivasi pathogen dalam produk
komponen darah, masih banyak pertentangan dengan alasan: teknologi inaktivasi
patogen mungkin bersifat toksik bagi penerima; dan mempengaruhi fungsi
trombosit maupun sel lain.
• Oleh karena itu penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk menghasilkan
teknologi inaktivasi patogen yang aman.

Anda mungkin juga menyukai