Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

Seminar Profesi Keperawatan Medikal Bedah


(Sistem Hematoimuu)

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hiv Dan Tuberculosis”

Disusun Oleh:

Kelompok 1H Kelompok 2H
1. Rian Andito 1. Kurniawan
2. Angga Pranata 2. Yuli Astuti
3. Beta Bunga 3. Loren R
4. Novita Wulandari 4. Ika Puspita

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Jalan Cempaka Putih Tengah I/1 Jakarta Pusat 10510
Telp/Fax : 021-42802202
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil alamin,

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas nikmat,
berkah dan anugrah-Nyalah sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Seminar
Profesi Kemperawatan Medikal Bedah Tahun 2019

Makalah KAMI yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hiv
Dan Tuberculosis” Dapat terselesaikan. Mudah-mudahan dengan makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kami, institusi dan profesi keperawatan. Dengan segenap
hati, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut memberikan
kontribusi dalam proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna, oleh karena itu, saran
dan kritik yang serta motivasi dari rekan-rekan sangat dibutukan untuk penyempurnaan
makalah ini.

Jakarta, 21 April 2019

Kelompok 1H dan 2H
DAFTAR ISI
KONSEP TEORI

A. DEFINISI
HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) merupakan virus yang hanya
menginfeksi manusia, Imunmunodeficiency karena efek virus ini dapat menurunkan
kemampuan sistem kekebalan tubuh dan termasuk golongan virus karena salah satu
karakteristiknya adalah tidak mampu memproduksi diri sendiri, melainkan
memanfaatkan sel-sel tubuh. Virus HIV biasa menyerang sel darah putih manusia yang
menyebabkan turunnya kekebalan tubuh. ( Desmawati, 2013)
AIDS ( Acquired Immunodeficiency Syndrome), suatu penyakit yang
menyerang sistem kekebalan baik humoral maupun selular penyakit yang di sebabkan
infeksi virus HIV yang termasuk dalam kelompok retrovirus dan termasuk virus RNA
( Darmono 2009 dalam Desmawati 2013).

B. MANIFESTASI KLINIS

Berdasarkan gambaran klinik (WHO 2006)

1. Fase klinik 1
Tanpa gejala limfadenopati menetap dan menyeluruh
2. Fase klinik 2
Penurunan BB <10% tanpa sebab infeksi saluran pernapasan atas berulang. Herpes
zoster, infeksi sudut bibir, ulkus mulut berulan, popular pruritic eruptions,
sebborrhoic, dermatitis, infeksi jamur pada kuku
3. Fase klinik 3
Penurunan bb >10% tanpa sebab > 1 bulan demam menetap. Kaniassi oran mentap.
TB Pulmunal. Plak putih pada mulut. Infeksi berat.
4. Fase klinik 4
Gejala menjadi kurus , pnemonicytis pneumonia, pneumonia bakteri berulang.
Infeksi herpex simplex kronis. Osephagial kandiasis, TBC ekstra pulmonal,
cytomegalovirus, toksoplasma di ssp, HIV encephalopathy, meningitis, infeksi
progresif, lymphoma, invasive carcinoma, leukoencophalopaty.

Fase Lama fase Antibody Gejala gejala Dapat


terdeteksi ditularkan

Periode 4 minggu – Ya Tidak ada Ya


jendela 6 bulan
terinfeksi
Infeksi primer 1-2 minggu Mungkin Sakit seperti Ya
HIV akut flu
Infeksi 1-5 tahun Ya Tidak ada Ya
asimptomatik lebih
Supresi imu Sampai 3 Ya Demam , Ya
asimptomatik tahun keringat pada
malam hari. Bb
turun. Diare.
Neuropatik,
keletihan ruam
di kulit,
limfadenopati,
perlambatan
kogniitif, lesi
oral
AIDS 1-5 tahun Ya Infeksi ya
dari hari opporstuniti
pertama berat dan
penentuan tumor,
kondisi manifestasi
AIDS neurologic

C. KLASIFIKASI STADIUM HIV / AIDS

 Stadium 1 : HIV

Infeksi di mulai dengan masuknya HIV dan diikuti dengan terjadinya perubahan
serologis ketika anti body terhadap virus tersebut berubah dari negatif menjadi
positif. Rentang waktu sejak HIV masuk kedalam tubuh sampai test antibodi
terhadap HIV menjadi positif di sebut windows period. Jangka waktu antara 1-3
bulan, bahkan ada yang berlangsung sampai 6 bulan.

 Stadium II : Asimptomatik ( tanpa gejala )

Didalam tubuh terdapat virus HIV tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala .


Keadaan ini dapat mencapai 5-10 tahun. Cairan tubuh pasien HIV atau AIDS yang
tampak sehat ini sudah dapat menularkan HIV ke orang lain.

 Stadium III : pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata, tidak hanya
muncul pada satu tempat saja, dan berlangsung lebih dari 1 bulan.

 Stadium IV AIDS

Keadaan ini di sertai adanya bermacam-macam kelompok, antara lain penyakit


syaraf dan infeksi sekunder . ( Wandoyo 2007 dalam Desmawati 2013 )
D. PATOFISIOLOGI
HIV adalah virus yang di lapisi struktur dasar dengan lapisan luar terdiri dari
lemak dan glikoprotein, sedangkan bagian dalam inti terdiri dari dua untai rantai RNA
tunggal yang mengikat bersama-sama, berasal dari protein 24 ( p 24). Virus HIV
menginfeksi tubuh melalui 8 tahapan, yaitu:
1. Pengikatan oleh virus.
Pada prmukaan membrane sel tubuh manusia, terdiri dari struktur protein yang
kompleks yang berfungsi sebagai reseptor. Virus HIV mengikat reseptor sel tubuh
yaitu CD4+ , yang berfungsi untuk membantu virus memasuki sel targetnya.
Kemudian, virus HIV menginfeksi sel limfosit dimulai dengan melampirkan virus
melalui gp120 ( glikoprotein 120) dengan membrane sel sehingga virus tidak dapat
masuk ke dalam sel.
2. Memasuki sell
Setelah virus masuk kedalam sel tubuh, inti virus dan RNA ( ribonucleic acid)
masuk kedalam sel dengan tujuan membuat kembali material genetik virus,
melapisi RNA sehingga RNA virus masuk kedalam sitoplasma sel tubuh.
3. Reverse transcription
Perubahan material RNA menjadi DNA ( deoxyribonucleic acid) terjadi melalui di
keluarkan enzym reverse transcription oleh virus HIV . enzym reverse transcription
membaca urutan rantai RNA virus yang masuk kedalam sel dan mentranskripsi
urutan menjadi pelengkap urutan DNA yang berguna untuk membuat protein virus
dan menyalin RNA virus, sehingga virus dapat bereplikasi.
4. Mengintegrasikan kedalam kromosom DNA tubuh.
DNA virus secara acak masuk kedalam DNA sel manusia dengan menggunakan
enziym integrase yang terdapat dalam virus. Setelah DNA yang teringrasikan
kedalam material genetik menjadi fase laten sampai beberapa tahun.

5. Sintensis DNA virus.


Pada saat aktivasi sel yang terinfeksi, DNA virus di transkrip kedalam masseger
RNA (mRNA). mRNA berfungsi untuk memproduksi protein dan enzim virus.
RNA virus yang baru juga menyediakan material genetic untuk generasi virus
selanjutnya . Setelah di produksi, mRNA virus di transportasikan ke luar nucleus
dan dimasukan ke dalam sitoplasma sel manusia.
6. Translasi dan produksi dari protein virus.
Masing-masing dari mRNA sesuai dengan protein atau enzym yang di siapkan
untuk membangun partikel virus HIV baru.
7. Pertumbuhan Virus dalam sel tubuh.
Virus membentuk partikel virus baru yang dibuat dari protein virus ( gp120 dan
gp41) dan enzym. Polipepida di pecah menjadi partikel kecil oleh enzym protease
dan mengambil protein membrane sel tubuh yang mengandung virus untuk
membentuk virus baru sehingga CD4+ limposit menjadi rusak dan fungsinya
menurun sehingga terjadi penurunan kekebalan tubuh dan virus semakin banyak di
produksi.
8. Maturasi.
Maturasi di butuhkan agar virus menjadi menular . setelah tumbuh dari sel tubuh
manusia, enzym protease dalam partikel virus baru menjadi aktif dan memecahkan
polipeptida ke dalam sub unit fungsional yang sesuai protein dan enzym. Pada
tahapan ini, menghasilkan generasi virus yang matur dan menular. HIV yang
menginfeksi sel CD4+ limfosit dan makrofag yang menyebabkan kerusakan sel,
virus akan memperbanyak diri, menghancurkan CD4 limfosit dan melepaskan virus
yang baru kedalam darah. akibatnya sel CD4 limfosit banyak yang mati dan
berkurang jumlahnya tetapi jumlah virus HIV semakin bertambah sehingga, daya
tahan tubuh berkurang dapat mengakibatkan infeksi oportunistik dan keganasan. (
Yasmara, dkk, 2017 – rencana asuhan keperawatan medikal bedah).

E. CARA PENULARAN
1. Hubungan seksual.
HIV dapat menular pada hubungan seksual yang tidak aman. Penularan ini melalui
sperma dan cairan vagina. Resiko penularan dapat dikurangi dengan menggunakan
kondom. Meskipun kedua pelaku seks sudah positif HIV, mereka harus tetap
memakai kondom. Jika tidak, ada kemungkinan terjadinya infeksi ulang dengan tipe
HIV yang berbeda serta infeksi penyakit menular lainnya
2. Transfusi darah
Kemungkinan penularan melalui darah dan produk darah yang tercemar virus HIV
sangatlah besar, yaitu lebih dari 90% oleh karena itu untuk menjaga agar darah
bebas dari HIV dan virus lainnya, calon pendonor darah dan darah yang tersedia
harus di periksa terlebih dahulu
3. Berbagi jarum atau infus yang tercemar
Pemakaian ulang dan berbagi jarum atau infus sangat beresiko menularkan HIV
resiko ini dapat di kurangi dengan menggunakan jarum baru atau sekali pakai.
4. Penularan dari Ibu ke Bayi
Virus HIV dapat menular bayi dari seorang ib u yang mengidap HIV saat
kehamilan, persalinan, dan ketika menyusui. Secara umum resiko penularan dari
ibu ke bayi pada masa kehamilan dan pesalinan adalah sebesar 15 – 30%. Semakin
besar jumlah virus HIV pada ibu hamil, semakin besar pula kemungkinan penularan
keanak yang sedang di kandung. Walaupun begitu, tidak berarti semua bayi yang
lahir dari ibu positif HIV telah terinfeksi HIV. Status HIV bayi bisa terlihat saat dia
berusia 15 bulan ( Nursalam dan ninuk 2017 )

F. PENTALAKSANAAN
1. Pengobatan supportif
a. Pemberian nutrisi yang baik
b. Pemberian multivitamin
2. Pengobatan asimptomatik
3. Pencegahan infeksi oporstunistik
4. Pemberian ARV
ARV dapat digunakan saat pasien sudah siap tehadap kepatuhan berobat seumur
hidup. Indikasi dimulainya ARV dapat di dilihat pada table berikut:

WHO 2009 untuk Negara Amerika Serikat DHHS 2008


berkembang
Stadium 4 AIDS tanpa memandang Riwayat diagnosis AIDS
CD 4
Stadium 3 HIV-associated nefropaty/HIVAN

TB paru Asimtomati

Pnemonia berulang Ibu hamil

Stadium I dan II bila CD4 <350

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. PENGKAJIAN
1. Data Demografi
Nama, Umur, Jenis Kelamin,alamat, suku bangsa Pekerjaan, Pendidikan, status
pernikahan, agama.
2. Wawancara
a. Riwayat dahulu
- Riwayat tranfusi, penggunan napza suntik (IDU) dan kegiatan medis yang
menggunakan alat tusuk dan iris tercemar HIV
- Riwayat melakukan hubungan seksual yang bukan dengan pasangan
suami/istri (berganti-ganti pasangan)
- Tinggal dengan orang yang HIV / AIDS
b. Riwayat sekarang
Penurunan BB .10 %, demam memanjang atau lebih dari 1 bulan, kelemahan
tubuh,berkeringat malam, diare kronis, batuk menetetap lebih dari1bulan,hilang
nafsu makan,infeksi kulit.
3. Pengkajian fisik dan psikologis
- Status nutrisi : riwayat diet, identifikasi faktor yang mengganggu asupan oral,
kaji kemampuan pasien membeli dan mempersiapkan makanan, ukur status
nutrisi
- Membran kulit dan mukosa : inspeksi adanya lecet, ulserasi, pantau rongga
mulut adanya kemerahan, bercak krem keputihan, kaji adanya eksporeasi dan
infeksi pada area perianal, kultur luka untuk mengidentifikasi organisme
penginfeksi
- Status pernapasan : pantau batuk, sputum, sesak napas, ortopnea, takipnea dan
nyeri dada, suara napas
- Status neurologi : tingkat kesadaran, orientasi terhadap orang, tempat , waktu
serta kejadian kehilangan memori, pantau defisit sensori, pantau kerusakan
motorik, dan aktivitas kejang
- Status cairan dan elektrolit: kaji turgor, kekeringan kulit dan membrane
mukosa, kaji dehidrasi, pantau ketidak seimbangan elektrolit, kaji tanda dan
gejala defisit elektrolit
- Tingkat pengetahuan : kaji dan evaluasi pengetahuan pasien, keluarga dan
teman mengenai penyakit dan penularannya, gali reaksi pasien terhadap
diagnosis HIV/ AIDS , gali bagaimana menghadapi penyakit dan stressor,
identifikasi sumber-sumber dukungan pasien.
4. Pemeriksaan aktivitas dan istirahat
- Aktivitas / Isthirahat : mudah lelah, berkurangnya toleransi: terhadap aktifitas
biasanya, kelemahan/malaise
- Sirkulasi : respon fisiologis terhadap aktivitas seperti kelemahan otot,
perubahan dalam tekanan darah, frekuensi jantung dan pernapasan.
- Eliminasi : diare terus menerus dengan atau tanpa disertai kram abdominal
- Makanan / Cairan : tidak nafsu makan, mual/muntah, disfagia ( nyeri
retrosternal saat menelan), penurunan berat badan yang cepat/progresif
- Neurosensori : sakit kepala, perubahan status mental( konsentrasi menurun,
kehilangan kemampuan diri untuk mengatasi masalah), kelemahan otot, tremor,
perubahan ketajaman penglihatan, kebas/kesemutan pada ekstremitas ( kaki
tampak menunjukkan perubahan paling awal )
- Pernapasan : napas pendek yang progresif, batuk terus menerus, produktif/non-
produktif sputum ( tanda awal dari adanya Pneumocystis Carnii Penumonia
mungkin batuk spasmodic saat napas dalam ), sesak pada dada
- Seksualitas : menurunnya libido sehingga terlalu sakit saat berhubungan seks,
penggunaan kondom yang tidak konsisten,berganti-ganti pasangan.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Test TLC
Jumlah TLC normal sekitar 2000, semakin rusak sistem kekebalan tubuh
seseorang, semakin rendah jumlah TLC-nya.
b. Viral Load
Test ini dilakukan untuk mengukur jumlah virus HIV di dalam darah (kopi/mL).
Semakin rendah jumlah viral load, berarti semakin baik kondisi kekebalan
tubuh seseorang. Terdapat 2 jenis test viral load :
- PCR ( Polymerase Chain Reaction ): angka yang dianggap tidak terdeteksi
< 50 kopi HIV dalam darah
- b-DNA ( branched DNA ): dianggap tidak terdeteksi bila angka < 500 kopi
HIV dalam darah
c. Test Antibodi HIV
- ELISA ( Enzym linked immunosorbent assay ) mengidentifikasi antibodi
yang secara spesifik ditunjukan kepada virus HIV. Tes ini tidak
menegakkan diagnosis AIDS tetapi menunjukan seseorang pernah terkena
atau terinfeksi virus HIV
- Western blood : untuk mengenali anti bodi HIV dan di gunakan untuk
memastikan seropositivitas
d. Jumlah CD4
Test untuk mengukur jumlah sel CD4 ( sel T) absolut dalam tubuh. Normal CD4
pada orang sehat berkisar antara 500 – 1000. Bila terinfeksi HIV, jumlah ini
biasanya turun terus menerus.
e. Test darah lengkap
- Lekosit : 4.000-10.000mg/dl
- Trombosit : 200.000-400.000mg/dl
- Hemoglobin: laki ( 14-18 mg/dl), wanita ( 12-16 mg/dl)
- Hematocrit : laki (40-58 mg/dl), wanita (37-43 mg/dl)
- Skrining kimia darah:
- SGOT ( 5-40 u/L), SGPT (7-56 u/L), PCT (nilai rujukan < 0,05 ng/ml)
f. Kultur : darah, urine, sputum, faeces, cairan serebrospinal, kultur luka.
g. Pemeriksaan diagnostik: Rontgen, CT-Scan, MRI, USG Abdomen ( di
sesuaikan dengan kasus yang di temukan ).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan imun
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekret

NO DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Resiko tinggi Tujuan :  Ajarkan Five moment
infeksi berhubungan dan cuci tangan
dengan penurunan  Setelah dengan 6 langkah
dilakukan kepada klien
system imun
tindakan  Berikan lingkungan
keperawatan 3x yang bersih dan
24 jam resiko berventilasi cukup
Infeksi tidak ada  Pantau TTV berkala
Kriteria hasil sesuai kondisi atau
EWS
 Lab menunjukan  Observasi perlukaan
hasil normal pada kulit dan
 Tidak adanya membrane mukosa
luka  Observasi tanda-
 Tidak adanya tanda inflamasi
tanda-tanda seperti demam
infeksi  Untuk petugas
(peningkatan gunakan APD sesuai
suhu) kebutuhan
 Klien dapat  Untuk sampah
mengidentifikasi pisahkan sampah
/ikut serta dalam yang terinfeksi ke
prilaku dalam kantong
mengurangi kuning
infeksi Kolaborasi :

 Periksa lab secara


rutin seperti darah
lengkap, PCT,CD4
 Periksa kultur darah,
urin dan sputum.
 Gunakan antibiotik
sesuai kebutuhan

2 Nutrisi kurang dari Tujuan :  Kaji kemampuan


kebutuhan tubuh intake klien (saat
b/d intake yang Setelah dilakukan mengunyah, menelan
tidak adekuat tindakan keperawatan 3x dan merasakan
24 jam Nutrisi terpenuhi makanan)
 Auskultasi BU
Kriteria Hasil :  Oral hygine secara
teratur pagi dan sore
BB tidak turun dalam  Berikan makanan
kurun waktu 1-2 bulan semenarik mungkin
dan hindari makanan
Nafsu makan meningkat yang merangsang
mual
 Timbang BB berkala
( 3 hari sekali)
Porsi yang di sediakan  Rencanakan
habis dengan kalori pemberian diit
yang cukup dengan pasien
 Kaji obat-obatan yang
ada efek samping
dalam pemenuhan
keb.nutrisi
Kolaborasi

 Berikan obat anti


mual
 Kolaborasi dalam
pemberian diit
 Berikan cairan
parenteral pengganti
nutrisi

3 Bersihan jalan nafas Tujuan :  Berikan minum air


tidak efektif b/d hangat secara rutin
peningkatan sekret  Setelah atau sering
dilakukan  Ajarkan batuk efektif
tindakan untuk mengeluarkan
keperawatan 3x secret
24 jam Bersihan  Berikan posisi semi
jalan nafas fowler untuk ekspansi
efektif dada
Kriteria hasil :  Suction bila perlu
 Pertahankan hidrasi
 Jalan nafas yang adekuat untuk
bersih mengencerkan secret
 Saturasi normal  Observasi suara nafas
(95 %- 100%) secara berkala
 Klien dapat
melakukan batuk Kolaborasi :
efektif untuk
mengeluarkan  Pemberian
sputum Nebulizer
 Pemberian
terapi obat
mukolitik
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIV DAN TUBERKULOSIS
DI RUANG DAHLIA ATAS RSUP PERSAHABATAN

KASUS

Klien Ny. A masuk pada tanggal 1 April 2019 dengan keluhan sesak nafas, batuk berdahak
berwarna kehijauan, dan badan terasa lemas. Pasien dengan DX HIV pada tahun 2010 dan
terkena TB pada tahun 2015, klien tertular HIV oleh suaminya yang merupakan pengguna
narkotika (jarum suntik secara bergantian) dan sudah meninggal pada tahun 2010.
PENGKAJIAN

A. BIODATA
1. Identitas Diri Klien
Nama : Ny. A
No. RM : 01 – 32 – 33 – 05
TTL/Umur : Jakarta, 18 januari 1975 / 43 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Menikah
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kamp. Rawa Bedung
Tanggal Masuk RS : 1 April 2019
Diagnosa Medis : TB Paru SIDA

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama Penanggung Jawab : Ny. R
Alamat : Kamp. Rawa Bedung
Hubungan dg klien : Anak

B. STATUS KESEHATAN SAAT INI


1. Ringkasan Pasien bila pasien bukan pasien baru
Klien masuk IGD dengan keluhan sesak selama seminggu , batuk sudah 2 minggu ,
keringat malam dan nafsu makan menurun, TD 100/60 mmHg, nadi 70x/mnt , RR
28x/mnt, SpO2 90%, sudah diberikan terapi O2 Nasal canule 4 lpm.

2. Keluhan Saat ini


Pasien mengeluh sesak nafas, batuk berdahak, dahak berwarna hijau purulen, tidak
nafsu makan, mual.
C. Riwayat penyakit masa lalu
1. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan terdiagnosa HIV pada tahun 2010 pada saat cek di puskesmas
cakung, sudah pengobatan ARV secara rutin, pasien tertular HIV dari suaminya
yang meninggal pada tahun 2010 karena TB dan HIV karena suaminya pengguna
narkoba (jarum suntik).

Pada tahun 2015 pasien terkena TBC dan pernah merawat anak dengan TBC dan
komunitas HIV dengan TBC.

2. Kebiasaan Pasien sebelum sakit


Klien mengatakan rutin mengkonsumsi OAT, pasien mengeluh mual, dan tidak
nafsu makan.

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Suami klien sebelum meninggal merupakan pengguna narkotika jarum suntik dan
positif terinfeksi HIV dan TBC.

Ny. A 43th dg HIV, TB

= Laki-laki u = menikah = klien

= Perempuan n = keturunan

= meninggal - - - = tinggal satu rumah


E. Kondisi Lingkungan
Klien pernah mengasuh anak tang terinfeksi TB, dan klien bergabung dengan
komunitas HIV

F. Aspek Psikososial, mekanisme koping, dan spiritual


Klien menerima kondisinya dan tetap berdoa agar bisa kembali pulang

G. Pengkajian Fisik
1. Keadaan Umum
Compos Mentis, GCS : E4 M6 V5
TD 110/80 mmHg, Nadi 87 x/mnt kekuatan : lemah, Irama : Teratur
Suhu 360C, RR 21 x/mnt irama ; reguler , suara nafas : ronkhi
SpO2 : 97 %, TB : 150 cm, BB 42 kg. IMT : 17 (BB kurang)

2. Data Fisik
a) Kepala dan leher
Kepala tidak ada benjolan/massa, rambut ada kerontokan. Leher tidak terdapat
tekanan vena jugularis, tidak ada devisiasi trakea.
 Wajah
Mata, konjungtiva anemis, sklera ikterik, tidak ada kelemahan otot wajah,
N II, III, IV, VI, VIII dalam rentang normal.
telinga tidak terdapat serumen, pendengaran dan keseimbangan baik.
 tenggorokan tidak terdapat devisiasi trakea, tidak ada pembesaran VJ,
kemampuan menelan baik.
b) Dada (Sistem Kardiovaskuler)
 Inspeksi
tidak ada pembesaran vena jugularis, denyut apex cordis terlihat.
 Palpasi
denyut apex cordis teraba. tidak pulsasi abnormal.
 Perkusi
tidak ada pelebaran dan pergeseran jantung : kanan atas ISC II linea
parasternalis dextra, kanan bawah ISC IV lineaprasternalis dextra, kiri atas
ISC II lineaparasternalis sinistra, kiri bawah ISC IV medio klavicularis
sinstra.
 Auskultasi
BJ I, BJ II tidak ada murmur dan gallop
c) Dada (Sistem Pernapasan)
 Inspeksi
Ekspansi dada simetris.
 Palpasi
Tidak ada krepitasi, taktil vremitus menurun di lapang paru kanan
 Perkusi
Suara redup dilapang paru kiri
 Auskultasi
Suara Paru ronkhi di lapang paru kiri

d) Abdomen
 Inspeksi
Simetris, tidak ada distnesi abdomen
 Palpasi
Tidak ada pembesaran hepar
 Perkusi
thympani
 Auskultasi
Bising usus 15 x/mnt

H. Data Penunjang dan diagnostik lain


Hasil Lab :
Tanggal 1 april 2019
Hb : 10.9 g/dl (12.0 – 14.0)
HT : 29.6 % (37.0 – 43.0)
Trombosit : 137.000 / dl (150 – 430
MCV/VER : 94.3 fL (82.0 – 92.0)
ROW-CV : 15.2 % (2 - 8)
CD4 : Sel T 25 sel/uL (410 – 1590)

Hasil Rontgen :
Tulang dan jaringan lunak dinding dada kesanya dalam batas normal, jantung tidak
membesar (CTR <50 % )
Paru kiri atas dan bawah tampak konsolidasi

I. Terapi
Oral :
Cotriroxazole 1 x 96 mg
Sucralfat 5 gr 3 x 15 ml
Flemicyl caps 3 x 20 mg
Azitromycin 1 x 500 mg
Tenofrom 1 x 300 mg
Nevirapine 2 x 1tab
Lamivudine 2 x 10 mg
Micostatin 4 x 1 cc

Injeksi :
Ranitidine 2 x 50 mg
Ceftriaxone 1 x 2gr
Levofloxacine 1 x 750 mg

Nacl 0,9% 500 cc 42 ml/j IVFD


J. DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif

Klien mengatakan : Klien terlihat :

 Sesak  KU sakit sedang, keadaran CM


 Batuk berdahak , dahak berwarna hijau E4V5M6
purulen  suara paru : ronkhi di kedua lapang paru
 Mual, tidak nafsu makan  , RR 21 x/mnt, SpO2 97%
 Lemas  dahak berwarna hijau purulen
 mengidap HIV dari tahun 2010 dan  makan tidak habis, menghabiskan
menjalani terapi ARV makanan hanya ½ p

 Pemeriksaan Penunjang
Ro Thorax : paru kiri atas bawah
tampak konsolidasi

Hasil Lab :
Tanggal 1 april 2019
Hb : 10.9 g/dl (12.0 –
14.0)
HT : 29.6 % (37.0 –
43.0)
Trombosit : 137.000 / dl (150 –
430
MCV/VER : 94.3 fL (82.0 –
92.0)
ROW-CV : 15.2 % (2 - 8)
CD4 : Sel T 25 sel/uL (410
– 1590)

TB : 150 cm
BB : 41 KG
IMT ; 17 Kg (BB kurang)

K. Analisa Data

Data Subjektif Data Objektif Etiologi Masalah Keperawatan

Klien mengatakan : Klien terlihat : Peningkatan Sputum Bersihan Jalan Nafas

 Sesak  KU sakit
 Batuk berdahak sedang,
, dahak keadaran CM
berwarna hijau E4V5M6
kekuningan  suara paru :
ronkhi di kedua
lapang paru
 RR 21 x/mnt,
SpO2 97%
 ada dahak
warna

Klien mengatakan : Klien Terlihat : Intke yang tidak Nutrisi Kurang dari
adekuat kebutuhan Tubuh
 Mual, tidak  makan tidak
nafsu makan habis,
menghabiskan
makanan hanya
½p
 TB 150 cm
 BB 41 kg
 IMT ; 17 (BB
kurang)
Hasil Lab :
Tanggal 1 april 2019
Hb : 10.9
g/dl (12.0 – 14.0)
HT : 29.6
% (37.0 – 43.0)
Trombosit :
137.000 / dl (150
– 430

Klien mengatakan : Klien Terlihat : Penurunan Sistem Resiko Penyebaran


Imunitas Infeksi
mengidap HIV dari MCV/VER : 94.3
tahun 2010 dan fL (82.0 – 92.0)
menjalani terapi ROW-CV : 15.2
ARV % (2 - 8)
CD4 : Sel
T 25 sel/uL (410 –
1590)

Klien mengatakan : Klien Terlihat : Kelemahan Fisik Intoleransi Aktivitas

 Lemas  Aktivitas
 sesak dibantu
keluarga
 TD 110/80
mmHg, nadi 87
x/mnt, RR 21
x/mnt, SpO2
97%
 HB 10,4 g/dl
L. Diagnosa Keperawatan Prioritas
1. Bersihan Jalan Nafas b.d peningkatan sputum
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
3. Resiko Penyebaran Infeksi b.d penurunan sistem imun
4. Intoleransi Aktifitas b.d kelemahan fisik
M. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan

Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan KH Intervensi Nama & Paraf

1 Setelah dilakukan askep  Berikan posisi semi


3x24 jam bersihan jalan fowler
nafas efektif dengan KH :  kaji bunyi, frekuensi
dan pola nafas
 suara nafas
 monitor status
vesikuler
oksigen
 tidak ada dahak
 lakukan fisioterapi
 RR16-20x/menit
dada
 anjurkan minum air
hangat
 anjurkan membuanag
spuntum pada pot
yang berisi
disenfektan
 kalaborasi pemberian
o2
 berikan obat
mukolitik
 Lanjutkan program
terapi OAT

2 Setelah dilakukan askep  kaji status nutrisi


3x24 jam nutrisi kurang (IMT)
darikebutuhan teratasi  anjurkan makan
dengan KH : sedikit tapi sering
 berikan makanan
yang hangat
 nafsu makan  monitor berat badan
bertambah /hari
 dapat  kolaborasi dengan
menghabiskan ahli gizi untuk
makanan satu menetukan diet yang
porsi sesuai
 imt : 18-25
 hb : 12—14 g/dl
 con

3 Setelah dilakukan askep  pertahankan teknik


3x24 jam resiko infeksi isolasi
teratasi dengan KH :  batasi pengunjung
 edukasi teknik cuci
 tidak terjadi
tangan 6 langkah
infeksi
pada keluarga dan
oppurtunistik
pengunnjung
lanjutan
sebelum dan sesudah
 cd4 bertambah
kontak dengan pasien
dalam rentang
 anjurkan penggunaan
normal
masker pada klien
dan pengunjung
 kalaborasi pemberian
antibiotik
 lanjutkan Program
terapi ARV
4 Setelah dilakukan askep  anjurkan keluarga
3x24 jam diharapkan dalam meberikan
masalah intoleransi bantuan aktivitas fisik
aktifitas teratasi dengan pada klien
KH :  monitor kemampuan
aktivitas klien
 klien dapat
 monitor tanda tanda
melakukan
vital
aktivitas secara
 pantau
mandiri
kardiorespiratory
 RR 16-20x/menit
terhadap aktivitas
 hb 12-14 g/dl
 bantu klien mengubah
posisi secara berkala
 kalaborasi
pemberian oksigen
N. IMPLEMENTASI HARI 1

NO Tanggal Implementasi & Respon Paraf &


DX & Jam nama

1 april
2019

1
15.30 Kurniawan

 mengkaji bunyi, frekuensi dan pola nafas


RS : klien mengatakan sesak dan batuk
Kurniawan
berdahak
RO : RR 21x/menit, irama teratur, tidak ada
penggunaan otot bantu tambahan, terdengar
Kurniawan
1 suara ronchi di kedua lapang paru.
15.40

 memberikan posisi semi fowler


Kurniawan
RS : klien mengatakan sesak sedikit berkurang

RO : klien tampak nyaman dalam posisi


2
15.50 semifowler Kurniawan

 mengkaji status nutrisi (IMT)


RS : klien mengatakan merasa mual dan tidak
3 15.50 nafsu makan Kurniawan
RO : IMT 17 : Berat badan kurang

 mempertahankan teknik isolalsi


3 16.00 RS : - Kurniawan
RO : klien berada di kamar isolasi

 mengedukasi teknik cuci tangan 6 langkah pada


keluarga dan pengunjung
RS : keluarga dan pengunjung mengatakan
mengatakan memahami apa yang di ajarkan
perawat
4
16.00 RO : keluarga dan pengunjung dapat Kurniawan
melakukan teknik cuci tangan 6 langkah

 menganjurkan kepada keluarga untuk


membantu klien dalam aktivitas fisik
RS : keluarga mengerti dan mau membantu
16.00 klien dalam setiap aktivitas perawatan diri klien Kurniawan
4
RO :

 Memonitor tanda tanda vital

2 RS : Klien mengatakan sesak TD 110/80


16.10 mmHg, Nadi 87 x/mnt Suhu 360C, RR 21 Kurniawan
x/menit

4  Memberikan therapi oral Sucralfat 5 gr 15 ml


17.00 RS : - Kurniawan
RO : Obat masuk tanpa dimuntahkan

1,2,3
18.00  Memonitor aktivitas klien
RS : klien mengeluh masih lemas kurniawan

RO : klien terlihan aktv. dibantu klg

 Memberikan therapi oral dan injeksi


Ranitidine 50 mg
Flemicyl caps 20 mg
Micostatin 1 cc
Ranitidine 50 mg
Ceftriaxone 2gr
Levofloxacine 750 mg
O. EVALUASI HARI 1

NO Tanggal Implementasi Paraf &


DX & Jam nama

1 1 April  S : Klien mengatakan masih sesak dan Batuk kurniawan


2019  O : RR 21X/menit, ada dahak hijau purulen,
aulkultasi bunyi nafas ronkhi di kedua paru
20.00  A : Bersihan jalan nafas belum teratasi
 P : - Kaji KU pasien, Obs. TTV, kaji bunyi,
frekuensi dan pola nafas, monitor status
oksigen, berikan therapi sesuai anjuran dokter
2 20.00  S : Klien mengatakan merasa mual dan tidak kurniawan
nafsu makan
 O : IMT 17  BB kurang
 A : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi
 P : - Kaji KU pasien, kaji status nutrisi, beri
therapi sesuai anjuran dokter
3 20.00  S:- kurniawan
 O : CD4 = Sel T 25 sel/uL (410 – 1590)
 A : Resiko Penyebaran Infeksi belum teratasi
 P : - Kaji KU pasien, Obs. TTV, beri therapi
antibiotik sesuai anjuran dokter, lanjutkan
Program terapi ARV
4 20.00  S : Klien mengatakan masih lemas kurniawan
 O : klien terlihat aktivitas dibantu deg keluarga
 A : Intoleransi aktivitas belum teratasi
 P : - Kaji KU pasien , Obs. ttv , monitor aktivitas
klien, anjurkan keluarga untuk menemani klien
saat aktivitas
P. IMPLEMENTASI HARI KE 2

NO Tanggal Implementasi & Respon Paraf &


DX & Jam nama

2/April/19
15.30 Kurniawan
1,2,3,4  Mengkaji KU pasien
RS : -
RO : Pasien terlihat sakit sedang kesadaran
1 15.30 CM, E4V5M6 Kurniawan

 Mengkaji bunyi, frekuensi, dan pola nafas


RS : Pasien mengatakan masih sesak, batuk
masih berdahak Kurniawan
RO : suara nafas ronkhi dikedua lapang
2 15.40
paru, terpasang 02 4 lpm

 Mengkaji status nutrisi Kurniawan


1,2,3,4 RS : Pasien mengatakan mual berkurang,
15.45
makan habis ¾ p
RO : -
16.10 Kurniawan
2
 Mengobservasi TTV
RS : -
RO : TD 110/70 mmHg, nadi 90 x/mnt, kurniawan
4 16.20 SpO2 97%, RR 20 x/mnt

 Memonitor aktivitas klien


18.00 RS : Pasien masih lemas
1,2,3 RO : Aktivitas masih dibantu keluarga

 Memberikan sukralfat 15 cc
RS : -
RO : obat masuk tanpa dimuntahlan

 Memberikan therapi oral dan injeksi


Ranitidine 50 mg
Flemicyl caps 20 mg
Micostatin 1 cc
Ranitidine 50 mg
Ceftriaxone 2gr
Levofloxacine 750 mg
Q. EVALUASI HARI KE 2

NO Tanggal Implementasi Paraf &


DX & Jam nama

1 2 April  S : Klien mengatakan masih sesak dan Batuk kurniawan


2019  O : RR 20X/menit, suara nafas ronkhi di kedua
lapang paru
20.00  A : Bersihan jalan nafas belum teratasi
 P : - Kaji KU pasien, Obs. TTV, kaji bunyi,
frekuensi dan pola nafas, monitor status
oksigen, berikan therapi sesuai anjuran dokter
2 20.00  S : Klien mengatakan mual berkurang , makan kurniawan
¾p
 O:-
 A : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi
 P : - Kaji KU pasien, kaji status nutrisi, beri
therapi sesuai anjuran dokter
3 20.00  S:- kurniawan
 O : CD4 =
Leukosit =
 A : Resiko Penyebaran Infeksi belum teratasi
 P : - Kaji KU pasien, Obs. TTV, beri therapi
antibiotik sesuai anjuran dokter, lanjutkan
Program terapi ARV
4 20.00  S : Klien mengatakan masih lemas kurniawan
 O : klien terlihat aktivitas dibantu keluarga
 A : Intoleransi aktivitas belum teratasi
 P : - Kaji KU pasien , Obs. ttv , monitor aktivitas
klien, anjurkan keluarga untuk menemani klien
saat aktivitas
R. IMPLEMENTASI HARI KE 3

NO Tanggal Implementasi & Respon Paraf &


DX & Jam nama

3/April/19
15.30 Kurniawan
1,2,3,4  Mengkaji KU pasien
RS : -
RO : Pasien terlihat sakit sedang kesadaran
1 15.30 CM, E4V5M6

Kurniawan
 Mengkaji bunyi, frekuensi, dan pola nafas
RS : Pasien mengatakan sudah tidak sesak
RO : suara nafas vesikuler

2 15.40 Kurniawan
 Mengkaji status nutrisi
RS : Pasien mengatakan sudah tidak mual,
makan habis 1 p
1,2,3,4 RO : terlihat makanan habis 1 p
15.45 Kurniawan
 Mengobservasi TTV
RS : -
RO : TD 110/80 mmHg, nadi 87 x/mnt,
16.00 Kurniawan
SpO2 98%, RR 20 x/mnt
4

 Memonitor aktivitas klien


RS : Pasien sudah tidak lemas
16.10 Kurniawan
2 RO : Aktivitas masih dibantu keluarga

 Memberikan sukralfat 15 cc kurniawan


RS : -
1,2,3 18.00
RO : obat masuk tanpa dimuntahlan

 Memberikan therapi oral dan injeksi


Ranitidine 50 mg
Flemicyl caps 20 mg
Micostatin 1 cc
Ranitidine 50 mg
Ceftriaxone 2gr
Levofloxacine 750 mg
S. EVALUASI HARI KE 3
NO Tanggal Implementasi Paraf &
DX & Jam nama

1 2 April  S : Klien mengatakan masih sesak dan Batuk kurniawan


2019  O : RR 20X/menit, suara nafas vesikuler di
kedua lapang paru
20.00  A : Bersihan jalan nafas belum teratasi
 P : - Kaji KU pasien, Obs. TTV, kaji bunyi,
frekuensi dan pola nafas, monitor status
oksigen, berikan therapi sesuai anjuran dokter
2 20.00  S : Klien mengatakan sudah tidak mual, makan kurniawan
habis 1 p
 O : -terlihat pasien menghabiskan makanan 1 p
 A : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi
 P : - Kaji KU pasien, kaji status nutrisi, beri
therapi sesuai anjuran dokter
3 20.00  S:- kurniawan
 O : CD4 =
Leukosit =
 A : Resiko Penyebaran Infeksi belum teratasi
 P : - Kaji KU pasien, Obs. TTV, beri therapi
antibiotik sesuai anjuran dokter, lanjutkan
Program terapi ARV
4 20.00  S : Klien mengatakan sudah tidak lemas kurniawan
 O : klien terlihat aktivitas mandiri
 A : Intoleransi aktivitas teratasi
 P : intervensi dihentikan
Melakukan Hubungan seksual dengan penderita HIV

tertular virus hiv tes HIV positive tahun 2010

Virus HIV masuk ke dalam tubuh

Masuk ke peredaran darah

Menyerang sel CD4

RNA virus akan mengubah DNA CD4 menjadi DNA virus

Virus baru terbentuk

Virus bereplikasi

CD4 akan di musnakan (berkurang) DX: Resiko tinggi


CD4 Sel T 25
infeksi
Sistem imun melemah sel/uL
oportunistik

Mycrobacterium tuberculosis masuk melalui udara

infeksi mycrobacterium tuberculosis konsumsi obat OAT

tuberkulum basil menginvasi apeks paru

mencapai alveolus efeksamping

terbentuknya koloni

fibrosis

nekrosis perkejuan reaksi hipermetabolik

bahan perkejuan mengental penurunan nafsu makan

menimbulkan obstruksi pada bronkus intake tidak adekuat

dan respon hipersekresi secret


DX: Nutrisi kurang IMT 17, HB 10,9,
dari kebutuhan tidak nafsu makan,
DX: Bersihan jalan tubuh
Batuk,sesak, secret mual
nafas tidak efektif
hijau purulen, ronkhi
nutrisi berkuranng
di kedua lapang paru
hambatan masuk 02 hb menurun

suplay o2 keperifer menurun

kelemahan fisk
Aktivitas di bantu, pernapasan
DX: intoleransi 21x/menit pakai 02 nasal kanul, hb
aktivitas 10,9
DAFTAR PUSTAKA

Nuarif H Amin, Kusuma Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Medis Berdasakan Nanda Nic-Noc.
Yogyakarta: Mediacton Jogja
Dosen keperawatan medical bedah. (2017). Rencana Asuhan keperawatan Medikal-Bedah, Diagnosis
Nanda-I 2015-2017 intervensi NIC, Hasil NOC. Jakarta: EGC

LeMone, Priscilla. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 5. Jakarta: EGC

NANDA-I. (2018). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020, Ed. 11. Jakarta:
EGC

Nursalam, Ninuk Dian. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta : Salemba
Medika.

Susan, C. Smeltzer. (2013). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Sudarth, Edisi 12. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai