Disusun Oleh:
Kelompok 1H Kelompok 2H
1. Rian Andito 1. Kurniawan
2. Angga Pranata 2. Yuli Astuti
3. Beta Bunga 3. Loren R
4. Novita Wulandari 4. Ika Puspita
Alhamdulillahirobbil alamin,
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas nikmat,
berkah dan anugrah-Nyalah sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Seminar
Profesi Kemperawatan Medikal Bedah Tahun 2019
Makalah KAMI yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hiv
Dan Tuberculosis” Dapat terselesaikan. Mudah-mudahan dengan makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kami, institusi dan profesi keperawatan. Dengan segenap
hati, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut memberikan
kontribusi dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna, oleh karena itu, saran
dan kritik yang serta motivasi dari rekan-rekan sangat dibutukan untuk penyempurnaan
makalah ini.
Kelompok 1H dan 2H
DAFTAR ISI
KONSEP TEORI
A. DEFINISI
HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) merupakan virus yang hanya
menginfeksi manusia, Imunmunodeficiency karena efek virus ini dapat menurunkan
kemampuan sistem kekebalan tubuh dan termasuk golongan virus karena salah satu
karakteristiknya adalah tidak mampu memproduksi diri sendiri, melainkan
memanfaatkan sel-sel tubuh. Virus HIV biasa menyerang sel darah putih manusia yang
menyebabkan turunnya kekebalan tubuh. ( Desmawati, 2013)
AIDS ( Acquired Immunodeficiency Syndrome), suatu penyakit yang
menyerang sistem kekebalan baik humoral maupun selular penyakit yang di sebabkan
infeksi virus HIV yang termasuk dalam kelompok retrovirus dan termasuk virus RNA
( Darmono 2009 dalam Desmawati 2013).
B. MANIFESTASI KLINIS
1. Fase klinik 1
Tanpa gejala limfadenopati menetap dan menyeluruh
2. Fase klinik 2
Penurunan BB <10% tanpa sebab infeksi saluran pernapasan atas berulang. Herpes
zoster, infeksi sudut bibir, ulkus mulut berulan, popular pruritic eruptions,
sebborrhoic, dermatitis, infeksi jamur pada kuku
3. Fase klinik 3
Penurunan bb >10% tanpa sebab > 1 bulan demam menetap. Kaniassi oran mentap.
TB Pulmunal. Plak putih pada mulut. Infeksi berat.
4. Fase klinik 4
Gejala menjadi kurus , pnemonicytis pneumonia, pneumonia bakteri berulang.
Infeksi herpex simplex kronis. Osephagial kandiasis, TBC ekstra pulmonal,
cytomegalovirus, toksoplasma di ssp, HIV encephalopathy, meningitis, infeksi
progresif, lymphoma, invasive carcinoma, leukoencophalopaty.
Stadium 1 : HIV
Infeksi di mulai dengan masuknya HIV dan diikuti dengan terjadinya perubahan
serologis ketika anti body terhadap virus tersebut berubah dari negatif menjadi
positif. Rentang waktu sejak HIV masuk kedalam tubuh sampai test antibodi
terhadap HIV menjadi positif di sebut windows period. Jangka waktu antara 1-3
bulan, bahkan ada yang berlangsung sampai 6 bulan.
Stadium III : pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata, tidak hanya
muncul pada satu tempat saja, dan berlangsung lebih dari 1 bulan.
Stadium IV AIDS
E. CARA PENULARAN
1. Hubungan seksual.
HIV dapat menular pada hubungan seksual yang tidak aman. Penularan ini melalui
sperma dan cairan vagina. Resiko penularan dapat dikurangi dengan menggunakan
kondom. Meskipun kedua pelaku seks sudah positif HIV, mereka harus tetap
memakai kondom. Jika tidak, ada kemungkinan terjadinya infeksi ulang dengan tipe
HIV yang berbeda serta infeksi penyakit menular lainnya
2. Transfusi darah
Kemungkinan penularan melalui darah dan produk darah yang tercemar virus HIV
sangatlah besar, yaitu lebih dari 90% oleh karena itu untuk menjaga agar darah
bebas dari HIV dan virus lainnya, calon pendonor darah dan darah yang tersedia
harus di periksa terlebih dahulu
3. Berbagi jarum atau infus yang tercemar
Pemakaian ulang dan berbagi jarum atau infus sangat beresiko menularkan HIV
resiko ini dapat di kurangi dengan menggunakan jarum baru atau sekali pakai.
4. Penularan dari Ibu ke Bayi
Virus HIV dapat menular bayi dari seorang ib u yang mengidap HIV saat
kehamilan, persalinan, dan ketika menyusui. Secara umum resiko penularan dari
ibu ke bayi pada masa kehamilan dan pesalinan adalah sebesar 15 – 30%. Semakin
besar jumlah virus HIV pada ibu hamil, semakin besar pula kemungkinan penularan
keanak yang sedang di kandung. Walaupun begitu, tidak berarti semua bayi yang
lahir dari ibu positif HIV telah terinfeksi HIV. Status HIV bayi bisa terlihat saat dia
berusia 15 bulan ( Nursalam dan ninuk 2017 )
F. PENTALAKSANAAN
1. Pengobatan supportif
a. Pemberian nutrisi yang baik
b. Pemberian multivitamin
2. Pengobatan asimptomatik
3. Pencegahan infeksi oporstunistik
4. Pemberian ARV
ARV dapat digunakan saat pasien sudah siap tehadap kepatuhan berobat seumur
hidup. Indikasi dimulainya ARV dapat di dilihat pada table berikut:
TB paru Asimtomati
A. PENGKAJIAN
1. Data Demografi
Nama, Umur, Jenis Kelamin,alamat, suku bangsa Pekerjaan, Pendidikan, status
pernikahan, agama.
2. Wawancara
a. Riwayat dahulu
- Riwayat tranfusi, penggunan napza suntik (IDU) dan kegiatan medis yang
menggunakan alat tusuk dan iris tercemar HIV
- Riwayat melakukan hubungan seksual yang bukan dengan pasangan
suami/istri (berganti-ganti pasangan)
- Tinggal dengan orang yang HIV / AIDS
b. Riwayat sekarang
Penurunan BB .10 %, demam memanjang atau lebih dari 1 bulan, kelemahan
tubuh,berkeringat malam, diare kronis, batuk menetetap lebih dari1bulan,hilang
nafsu makan,infeksi kulit.
3. Pengkajian fisik dan psikologis
- Status nutrisi : riwayat diet, identifikasi faktor yang mengganggu asupan oral,
kaji kemampuan pasien membeli dan mempersiapkan makanan, ukur status
nutrisi
- Membran kulit dan mukosa : inspeksi adanya lecet, ulserasi, pantau rongga
mulut adanya kemerahan, bercak krem keputihan, kaji adanya eksporeasi dan
infeksi pada area perianal, kultur luka untuk mengidentifikasi organisme
penginfeksi
- Status pernapasan : pantau batuk, sputum, sesak napas, ortopnea, takipnea dan
nyeri dada, suara napas
- Status neurologi : tingkat kesadaran, orientasi terhadap orang, tempat , waktu
serta kejadian kehilangan memori, pantau defisit sensori, pantau kerusakan
motorik, dan aktivitas kejang
- Status cairan dan elektrolit: kaji turgor, kekeringan kulit dan membrane
mukosa, kaji dehidrasi, pantau ketidak seimbangan elektrolit, kaji tanda dan
gejala defisit elektrolit
- Tingkat pengetahuan : kaji dan evaluasi pengetahuan pasien, keluarga dan
teman mengenai penyakit dan penularannya, gali reaksi pasien terhadap
diagnosis HIV/ AIDS , gali bagaimana menghadapi penyakit dan stressor,
identifikasi sumber-sumber dukungan pasien.
4. Pemeriksaan aktivitas dan istirahat
- Aktivitas / Isthirahat : mudah lelah, berkurangnya toleransi: terhadap aktifitas
biasanya, kelemahan/malaise
- Sirkulasi : respon fisiologis terhadap aktivitas seperti kelemahan otot,
perubahan dalam tekanan darah, frekuensi jantung dan pernapasan.
- Eliminasi : diare terus menerus dengan atau tanpa disertai kram abdominal
- Makanan / Cairan : tidak nafsu makan, mual/muntah, disfagia ( nyeri
retrosternal saat menelan), penurunan berat badan yang cepat/progresif
- Neurosensori : sakit kepala, perubahan status mental( konsentrasi menurun,
kehilangan kemampuan diri untuk mengatasi masalah), kelemahan otot, tremor,
perubahan ketajaman penglihatan, kebas/kesemutan pada ekstremitas ( kaki
tampak menunjukkan perubahan paling awal )
- Pernapasan : napas pendek yang progresif, batuk terus menerus, produktif/non-
produktif sputum ( tanda awal dari adanya Pneumocystis Carnii Penumonia
mungkin batuk spasmodic saat napas dalam ), sesak pada dada
- Seksualitas : menurunnya libido sehingga terlalu sakit saat berhubungan seks,
penggunaan kondom yang tidak konsisten,berganti-ganti pasangan.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Test TLC
Jumlah TLC normal sekitar 2000, semakin rusak sistem kekebalan tubuh
seseorang, semakin rendah jumlah TLC-nya.
b. Viral Load
Test ini dilakukan untuk mengukur jumlah virus HIV di dalam darah (kopi/mL).
Semakin rendah jumlah viral load, berarti semakin baik kondisi kekebalan
tubuh seseorang. Terdapat 2 jenis test viral load :
- PCR ( Polymerase Chain Reaction ): angka yang dianggap tidak terdeteksi
< 50 kopi HIV dalam darah
- b-DNA ( branched DNA ): dianggap tidak terdeteksi bila angka < 500 kopi
HIV dalam darah
c. Test Antibodi HIV
- ELISA ( Enzym linked immunosorbent assay ) mengidentifikasi antibodi
yang secara spesifik ditunjukan kepada virus HIV. Tes ini tidak
menegakkan diagnosis AIDS tetapi menunjukan seseorang pernah terkena
atau terinfeksi virus HIV
- Western blood : untuk mengenali anti bodi HIV dan di gunakan untuk
memastikan seropositivitas
d. Jumlah CD4
Test untuk mengukur jumlah sel CD4 ( sel T) absolut dalam tubuh. Normal CD4
pada orang sehat berkisar antara 500 – 1000. Bila terinfeksi HIV, jumlah ini
biasanya turun terus menerus.
e. Test darah lengkap
- Lekosit : 4.000-10.000mg/dl
- Trombosit : 200.000-400.000mg/dl
- Hemoglobin: laki ( 14-18 mg/dl), wanita ( 12-16 mg/dl)
- Hematocrit : laki (40-58 mg/dl), wanita (37-43 mg/dl)
- Skrining kimia darah:
- SGOT ( 5-40 u/L), SGPT (7-56 u/L), PCT (nilai rujukan < 0,05 ng/ml)
f. Kultur : darah, urine, sputum, faeces, cairan serebrospinal, kultur luka.
g. Pemeriksaan diagnostik: Rontgen, CT-Scan, MRI, USG Abdomen ( di
sesuaikan dengan kasus yang di temukan ).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan imun
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekret
KASUS
Klien Ny. A masuk pada tanggal 1 April 2019 dengan keluhan sesak nafas, batuk berdahak
berwarna kehijauan, dan badan terasa lemas. Pasien dengan DX HIV pada tahun 2010 dan
terkena TB pada tahun 2015, klien tertular HIV oleh suaminya yang merupakan pengguna
narkotika (jarum suntik secara bergantian) dan sudah meninggal pada tahun 2010.
PENGKAJIAN
A. BIODATA
1. Identitas Diri Klien
Nama : Ny. A
No. RM : 01 – 32 – 33 – 05
TTL/Umur : Jakarta, 18 januari 1975 / 43 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Menikah
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kamp. Rawa Bedung
Tanggal Masuk RS : 1 April 2019
Diagnosa Medis : TB Paru SIDA
Pada tahun 2015 pasien terkena TBC dan pernah merawat anak dengan TBC dan
komunitas HIV dengan TBC.
= Perempuan n = keturunan
G. Pengkajian Fisik
1. Keadaan Umum
Compos Mentis, GCS : E4 M6 V5
TD 110/80 mmHg, Nadi 87 x/mnt kekuatan : lemah, Irama : Teratur
Suhu 360C, RR 21 x/mnt irama ; reguler , suara nafas : ronkhi
SpO2 : 97 %, TB : 150 cm, BB 42 kg. IMT : 17 (BB kurang)
2. Data Fisik
a) Kepala dan leher
Kepala tidak ada benjolan/massa, rambut ada kerontokan. Leher tidak terdapat
tekanan vena jugularis, tidak ada devisiasi trakea.
Wajah
Mata, konjungtiva anemis, sklera ikterik, tidak ada kelemahan otot wajah,
N II, III, IV, VI, VIII dalam rentang normal.
telinga tidak terdapat serumen, pendengaran dan keseimbangan baik.
tenggorokan tidak terdapat devisiasi trakea, tidak ada pembesaran VJ,
kemampuan menelan baik.
b) Dada (Sistem Kardiovaskuler)
Inspeksi
tidak ada pembesaran vena jugularis, denyut apex cordis terlihat.
Palpasi
denyut apex cordis teraba. tidak pulsasi abnormal.
Perkusi
tidak ada pelebaran dan pergeseran jantung : kanan atas ISC II linea
parasternalis dextra, kanan bawah ISC IV lineaprasternalis dextra, kiri atas
ISC II lineaparasternalis sinistra, kiri bawah ISC IV medio klavicularis
sinstra.
Auskultasi
BJ I, BJ II tidak ada murmur dan gallop
c) Dada (Sistem Pernapasan)
Inspeksi
Ekspansi dada simetris.
Palpasi
Tidak ada krepitasi, taktil vremitus menurun di lapang paru kanan
Perkusi
Suara redup dilapang paru kiri
Auskultasi
Suara Paru ronkhi di lapang paru kiri
d) Abdomen
Inspeksi
Simetris, tidak ada distnesi abdomen
Palpasi
Tidak ada pembesaran hepar
Perkusi
thympani
Auskultasi
Bising usus 15 x/mnt
Hasil Rontgen :
Tulang dan jaringan lunak dinding dada kesanya dalam batas normal, jantung tidak
membesar (CTR <50 % )
Paru kiri atas dan bawah tampak konsolidasi
I. Terapi
Oral :
Cotriroxazole 1 x 96 mg
Sucralfat 5 gr 3 x 15 ml
Flemicyl caps 3 x 20 mg
Azitromycin 1 x 500 mg
Tenofrom 1 x 300 mg
Nevirapine 2 x 1tab
Lamivudine 2 x 10 mg
Micostatin 4 x 1 cc
Injeksi :
Ranitidine 2 x 50 mg
Ceftriaxone 1 x 2gr
Levofloxacine 1 x 750 mg
Pemeriksaan Penunjang
Ro Thorax : paru kiri atas bawah
tampak konsolidasi
Hasil Lab :
Tanggal 1 april 2019
Hb : 10.9 g/dl (12.0 –
14.0)
HT : 29.6 % (37.0 –
43.0)
Trombosit : 137.000 / dl (150 –
430
MCV/VER : 94.3 fL (82.0 –
92.0)
ROW-CV : 15.2 % (2 - 8)
CD4 : Sel T 25 sel/uL (410
– 1590)
TB : 150 cm
BB : 41 KG
IMT ; 17 Kg (BB kurang)
K. Analisa Data
Sesak KU sakit
Batuk berdahak sedang,
, dahak keadaran CM
berwarna hijau E4V5M6
kekuningan suara paru :
ronkhi di kedua
lapang paru
RR 21 x/mnt,
SpO2 97%
ada dahak
warna
Klien mengatakan : Klien Terlihat : Intke yang tidak Nutrisi Kurang dari
adekuat kebutuhan Tubuh
Mual, tidak makan tidak
nafsu makan habis,
menghabiskan
makanan hanya
½p
TB 150 cm
BB 41 kg
IMT ; 17 (BB
kurang)
Hasil Lab :
Tanggal 1 april 2019
Hb : 10.9
g/dl (12.0 – 14.0)
HT : 29.6
% (37.0 – 43.0)
Trombosit :
137.000 / dl (150
– 430
Lemas Aktivitas
sesak dibantu
keluarga
TD 110/80
mmHg, nadi 87
x/mnt, RR 21
x/mnt, SpO2
97%
HB 10,4 g/dl
L. Diagnosa Keperawatan Prioritas
1. Bersihan Jalan Nafas b.d peningkatan sputum
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
3. Resiko Penyebaran Infeksi b.d penurunan sistem imun
4. Intoleransi Aktifitas b.d kelemahan fisik
M. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan KH Intervensi Nama & Paraf
1 april
2019
1
15.30 Kurniawan
1,2,3
18.00 Memonitor aktivitas klien
RS : klien mengeluh masih lemas kurniawan
2/April/19
15.30 Kurniawan
1,2,3,4 Mengkaji KU pasien
RS : -
RO : Pasien terlihat sakit sedang kesadaran
1 15.30 CM, E4V5M6 Kurniawan
Memberikan sukralfat 15 cc
RS : -
RO : obat masuk tanpa dimuntahlan
3/April/19
15.30 Kurniawan
1,2,3,4 Mengkaji KU pasien
RS : -
RO : Pasien terlihat sakit sedang kesadaran
1 15.30 CM, E4V5M6
Kurniawan
Mengkaji bunyi, frekuensi, dan pola nafas
RS : Pasien mengatakan sudah tidak sesak
RO : suara nafas vesikuler
2 15.40 Kurniawan
Mengkaji status nutrisi
RS : Pasien mengatakan sudah tidak mual,
makan habis 1 p
1,2,3,4 RO : terlihat makanan habis 1 p
15.45 Kurniawan
Mengobservasi TTV
RS : -
RO : TD 110/80 mmHg, nadi 87 x/mnt,
16.00 Kurniawan
SpO2 98%, RR 20 x/mnt
4
Virus bereplikasi
terbentuknya koloni
fibrosis
kelemahan fisk
Aktivitas di bantu, pernapasan
DX: intoleransi 21x/menit pakai 02 nasal kanul, hb
aktivitas 10,9
DAFTAR PUSTAKA
Nuarif H Amin, Kusuma Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Medis Berdasakan Nanda Nic-Noc.
Yogyakarta: Mediacton Jogja
Dosen keperawatan medical bedah. (2017). Rencana Asuhan keperawatan Medikal-Bedah, Diagnosis
Nanda-I 2015-2017 intervensi NIC, Hasil NOC. Jakarta: EGC
LeMone, Priscilla. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 5. Jakarta: EGC
NANDA-I. (2018). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020, Ed. 11. Jakarta:
EGC
Nursalam, Ninuk Dian. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta : Salemba
Medika.
Susan, C. Smeltzer. (2013). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Sudarth, Edisi 12. Jakarta