Abstrak
Sri Handayani ,
Sumarno
Yuli Haryati
Kemampuan anak dalam mengenal konsep pengukuran di TK Tunas Putra masih rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkankemampuan mengenal konsep pengukuran untuk
anak usia dini diTK Tunas Putra.Jenis penelitian ini menggunakan penelitian tindakankelas
yang mengadopsi model Kurt Levin, dengan subjek penelitian anak-anakkelompokTKBdiTK
Tunas Putra yangberjumlah14 orang terdiri dari l0 orang laki dan 4 orang perempuan. Metode
pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan mengenal konsep
pengukuran pada anak – anak kelompok TK B di TK Tunas Putra adalah metode bermain
peran dengan jenis drama terpimpin, artinya skenario cerita sudah dibuat disiapkan
sebelumnya. Dan anak tinggal memainkan sesuai peran dan cerita yang ada didalamnya.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam tiga siklus dengan satu tindakan dalam setiap
siklusnya. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada setiap siklusnya.
Presentase awal padas saat observasi awal sebelum di terapkannya metode bermain peran
(pra siklus) dalam kategori berkembang sangat baik (BSB) sebesar 0% meningkat pada akhir
siklus ketiga menjadi 21,43%. Pda kategori berkembang sesuai harapan (BSH) ketika
observasi awal sebesar 0% meningkat di akhir siklus ketiga menjadi 78,75%. Kategori mulai
terlihat (MB) dari observasi awal sebesar 42,86% menurun pada akhir siklus ketiga menjadi
0%. Kategori belum terlihat (BB) ketika observasi awal sebesar 57,14% menurun pada akhir
siklus ketiga menjadi 0%. Berdasarkan hasil peningkatan pada setiap siklus membuktikan
bahwa metode bermain peran memberikan pengaruh pada peningkatan kemmapuan mengenal
konsep pengukuran pada anak – anak kelompok TK B di TK Tunas Putra Rembang.
Rekomendari yang diajukan bagi peneliti selanjutnya adalah dapat mengembangkan
penelitian pengukuran lebih lanjut dengan menggunakan metode pembelajaran lainnya yang
melibatkan anak – anak aktif secara langsung dan nyata.
http ://jurnal.unimus.ac.id
20
JKPM VOLUME 4 NOMOR 1 APRIL 2017 e-ISSN : 2549 - 8401
http ://jurnal.unimus.ac.id
21
JKPM VOLUME 4 NOMOR 1 APRIL 2017 e-ISSN : 2549 - 8401
http ://jurnal.unimus.ac.id
22
JKPM VOLUME 4 NOMOR 1 APRIL 2017 e-ISSN : 2549 - 8401
suatu permainan gerak yang didalamnya c. Role playing, bermain peran yang
ada tujuan, aturan, dansekaligus tujuannnya untuk menggambarkansuatu
melibatkan unsur senang". peristiwa lampau
Karakteristik dari bermain peran Berdasarkan pengertian di atas
yang dikemukakan oleh Nugraha(2012) dapat disimpulkan bahwa bermainperan
yaitu (1) bahwa bermain peran permainan adalah sebuah strategi pembelajaran yang
yangmenyenangkan dan memiliki nilai efektif dalam memecahkan masalah
positif bagi anak. (2) motivasimuncul dari pembelajaran yang ingin dicapai,
dalam anak, sehingga anak akan bermain denganmelibatkan anak secara aktif untuk
sesuai kemauannyasendiri. (3) sifatnya memainkan peran yang sudahdisiapkan
spontan dan sukarela, artinya anak merasa sebelumnya dalam suasana yang
bebasmemilih apa saja yang ingin menyenangkan guna mengembangkan
dijadikan alternatifbagi kegiatan aspek perkembangannya, yang salah
bermainnya. (4) melibatkan peran anak satunya aspekperkembangan kognitif.
secara aktif baik fisik maupun 2. Tujuan Bermain Peran
mental.(5)memiliki sistematik yang khusus Tujuan bermain peran menurut
dengan sesuatuyang bukan bermain, Gunarti, dkk. (2008) adalah
misalnya memecahkan masalah dalam a. Anak dapat mengeksplor perasaan-
suatupembelajaran. perasaan
Mutiah (2010), mengemukakan b. Memperoleh wawasan tentang sikap,
bahwa bermain peran disebut nilai dan persepsinya
jugasimbolis, pura-pura, make-believe, c. Mengembangkan keterampilan dan
atau bermain drama, yang sangatpenting sikap dalammemecahkanmasalah yang
untuk perkembangan kognitif, sosial, dan dihadapi
emosi anak pada usia 3-6 tahun. d. Melatih daya tangkap
Moedjiyono dan Dimyati e. Melatih membuat kesimpulan
(Muthoharoh:2009) berpendapat bahwa “ f. Membantu mengembangkan kognitif
bermain peran rnerupakan salah satu g. Membantu perkembangan fantasi
proses belajar yangtergolong dalam h. Menciptakan suasana yang menciptakan
simulasi" Dimana pengajaran simulasi i. Mencapai kemampuan berkomunikasi
terbagi menjadi tiga kelompok, Ali secara spontan/ berbicaralancar
(Muthoharoh.2009) menjelaskan sebagai j. Membangun pemikiran yang analitis
berikut: dan kritis
a. Sosiodrama, semacam drama sosial k. Membangun sikap positif dalam diri
berguna untuk anak
menanamkankemampuan menganalisa Disimpulkan bahwa tujuan dari
situasi sosial tertentu. bermain peran dapatmengembangkan
b. Psikodrama, hampir mirip dengan berbagai aspek yaitu aspek sosial-
sosiodrama, perbedaannya terletakpada emosional, kognitif,fisik-motorik anak,
penekanannya. Sosiodrama dapat menangkap daya tangkap, daya
menekankan pada permasalahansosial, konsentrasi,membuat kesimpulan,
sedangkan psikodrama menekankan membuat suasana yang menyenangkan,
pada pengaruhpsikologisnya. mengembangkan keterampilan dan sikap
http ://jurnal.unimus.ac.id
24
JKPM VOLUME 4 NOMOR 1 APRIL 2017 e-ISSN : 2549 - 8401
http ://jurnal.unimus.ac.id
25
JKPM VOLUME 4 NOMOR 1 APRIL 2017 e-ISSN : 2549 - 8401
http ://jurnal.unimus.ac.id
27
JKPM VOLUME 4 NOMOR 1 APRIL 2017 e-ISSN : 2549 - 8401
http ://jurnal.unimus.ac.id
28
JKPM VOLUME 4 NOMOR 1 APRIL 2017 e-ISSN : 2549 - 8401
http ://jurnal.unimus.ac.id
30
JKPM VOLUME 4 NOMOR 1 APRIL 2017 e-ISSN : 2549 - 8401
http ://jurnal.unimus.ac.id
32
JKPM VOLUME 4 NOMOR 1 APRIL 2017 e-ISSN : 2549 - 8401
http ://jurnal.unimus.ac.id
33
JKPM VOLUME 4 NOMOR 1 APRIL 2017 e-ISSN : 2549 - 8401
Ket: Jumlah Item : 16 Kategori: 4 Nilai bendamenggunakan satuan ukur tidak baku
Tertinggi: 4 selanjutnya semakinberkembang dengan
baik. Membedakan panjang-pendek,
Tabel di atas menunjukan adanya tinggi-rendah, dan menyebutkan benda
peningkatan lagi dalam kemampuan semua kemampuannya meningkat dan
mengenal konsep pengukuran untuk anak berkembang lebih baik lagi.Hasil refleksi
usia dini dibandingkan pada siklus l. Pada pada siklus kedua ini mendorong penulis
siklus 2 sebanyak 85.71% sudahada pada danguru untuk merancang kegiatan
kategori berkembang sesuai harapan bermain peran, yang lebih menariklagi
(BSH). Sedangkandalam kategori mulai dengan menuangkan materi-materi tentang
berkembang (MB) jumlahnya semakin pengukuran anakusia dini di dalam
sedikit menjadi l4,29%. Sedangkan untuk skenario cerita bermain peran,
kategori belum berkembang (BB) sudah sehinggaindikator-indikator yang menjadi
tidak ada lagi, dengan kata lain sudah 0%. aspek penilaian tercapai
Untuk kategori berkembang sangat baik secarakeseluruhan.
(BSB) pada siklus keduaini masih sama c). Siklus 3
dengan siklus sebelumnya belum muncul Tema pembelajaran pada siklus 3
masih berjumlah 0%. Peningkatan ini masih bertema “Tanaman” dan sub
kemampuan mengenal konsep pengukuran temanya adalah “Jenis sayuran”. Peneliti
anak usiadini pada siklus kedua danguru merancang skenario bermain
digambarkan padu diagram berikut ini. peran pada siklus 3 ini tentang “ makan
Diagram 4.3 di restoran". Untuk media yangdigunakan
Presentase Peningkatan Kemampuan peneliti dan guru menyiapkan media
Mengenal Konsep Pengukuran Anak nyataberupa seperti wortel, sosis, bakso.
Usia Dini (Siklus 2) Guru bercerita tentang "makan di
restoran". Setelahselesai bercerita.
Presentase kemudian guru bertanya ''mau bermain
Kemampuan peranlagi?", anak-anak serempak
85.71
menjawab "mau". Kemudian
100 14.29 waitertersebut memberikan menunya
0 0
0 kepada chef di dapur.
Chef'memintabantuan kepada asistennya
dengan memberikan instruksi. Guru dan
yang berperan sebagaichef "chef tolong
potong sosisdengan ukuran ter panjang,
Setelah selesai melakukan tindakan wortel dipotong lebih pendek darisosis,
di siklus 2, peneliti danguru kembali lalu stik nuget dipotong lebih pendek ".
berkomunikasi untuk melakukan diskusi Lalu asisten chef menjawab " baik chef'
perihalevaluasi pelaksanaan tindakan yang
kedua ini. Kemampuan pengukuran juga
semakin meningkat, seperti
menyebutkanbenda berukuran panjang,
pendek, tinggi, rendah, lalu mengukur
http ://jurnal.unimus.ac.id
34
JKPM VOLUME 4 NOMOR 1 APRIL 2017 e-ISSN : 2549 - 8401
http ://jurnal.unimus.ac.id
35
JKPM VOLUME 4 NOMOR 1 APRIL 2017 e-ISSN : 2549 - 8401
http ://jurnal.unimus.ac.id
37
JKPM VOLUME 4 NOMOR 1 APRIL 2017 e-ISSN : 2549 - 8401
bermain peran. Bermain peran merupakan untuk memilih wortel yang ukurannya
salah satu pembelajaran yang melibatkan panjang, dan mencari ikan yang berukuran
anak-anak secara aktif dalam memainkan sedang. Ketika kegiatan mengukur
peran-peran tertentu, dalam kegiatan ini dilakukan saat bermain peran berlangsung,
anak akan banyak mendapatkan anak-anak dari kelompok lain sudah
pengalaman yang baik untuk dirinya terlihat antusias ingin segera mencoba
sendiri, orang lain ataupun lingkungan di mengukur secara langsung menggunakan
sekitarnya (Nugraha:2012). Sehingga ukuran satuan tidak baku seperti sedotan
melalui bermain peran anak dapat belajar dan pita
tentang kehidupannya, karena mereka akan Kegiatan pada siklus ketiga adalah
berpura pura belajar untuk memecahkan bermain peran "makan direstoran" Dalam
masalah yang ditemui sebagai bekal dalam cerita ini ada sebuah keluarga kecil yang
pengalaman hidupnya, untuk mencari dan makan direstoran dan memesan makanan
memecahkan permasalahan yang "sate sosis".. Dalam skenario cerita saat
berhubungan dengan konsep pengukuran. proses memasak sate sosis terjadi
Penerapan metode bermain peran percakapan antara chef dan assistennya
untuk meningkatkan kemampuan yang berhubungan dengan pengukuran.
mengenal konsep pengukuran anak usia Kemudian wortel harus dipotong lebih
dini dalam penelitian ini dilaksanakan pendek dari sosis, stik nuget dipotong
melalui tiga siklus, dimana masing-masing lebihpendek dari wortel dan baso di potong
siklushanya diberikan I tindakan, lebihpendek dari stik nuget , kemudian
mengingat desain penelitian menggunakan chef meminta bantuan kepada asistennya
model Kurt Lervin. Kegiatan di siklus untuk menusuk bahan-bahan tersebut
pertama bermain drama tentang "jalan- sesuai urutan ukuran dari yang terpanjang
jalan kekebun binatang". Anak-anak ke yang terpendek. Melalui siklus ketiga
berperan sebagai siswa/i dari sekolah awan ini diharapkan anak-anak akan benar-benar
biru yang akan melakukan fieldtrip ke mengenal tentang konsep pengukuran yang
kebun binatang, dan gurunya diperankan sesuai usia Taman Kanak-kanak.
oleh guru kelas langsung. Bermain peran Mengenal benda yang berukuran panjang-
”Jalan-jalan ke kebun binatang" pada pendek dan tinggi-rendah, menyebutkan
siklus I untuk mengetahui ukuran benda yang ter panjang, ter pendek, ter
panjang/pendek, tinggi/rendah, serta tinggi, selain itu mengetahui tentang
membedakan ukuran panjang-pendek dan ukuran yang non standar yang biasa
tinggi-rendah. digunakan oleh anak usia pra sekolah.
Kegiatan di siklus yang kedua Hasil dari pengamatan setiap
anak-anak bermain peran "belanja siklusnya menunjukan bahwa anak-anak
kepasar". Dalam bermain peran di terlihat senang, enjoy dan semangat.
pedagang sayuran, pedagang ikan, tukang Dalam setiap siklus, kemampuan
becak, ibu dan anak yang mau berbelanja. mengenal konsep pengukuran anak usia
Ketika transaksi belanja di pasar dibuat dini selalu mengalami perubahan angka
percakapan tentang konsep pengukuran presentase yang meningkat. Kemampuan
untuk anak usia dini. Pada siklus tindakan mengenal konsep pengukuran anak usia
2 terjadi percakapan antara ibu dan anak dini dapat dilihat dari 2 dimensiyaitu
http ://jurnal.unimus.ac.id
38
JKPM VOLUME 4 NOMOR 1 APRIL 2017 e-ISSN : 2549 - 8401
dimensi mengukur suatu benda dan l2 orang (85,71%). kategori sesuai dengan
dimensi membandingkan , hal ini sesuai harapanBSH) baru 2 orang (14,29%) serta
dengan pernyataan Coply (2001 :132) kategori berkembang sangat baik (BSB)
Hasil observasi yang terjadi pada pra masih (0%).
siklus, setelah menjumlahkan skor yang Pada tindakan di siklus 2, setelah
diperoleh setiap anak dari hasil penilaian diterapkan bermain peran drama terpimpin
tentang kemampuan mengenal konsep "belanja ke pasar tradisional" terlihat
pengukuran anak usia dinipada penilaian kemampuan mengenal konsep pengukuran
belum berkembang (BB) ada 8 orang anak usia dini, presentase meningkat. Hal
(57,14%) sisanya 6 orang(42,86%) pada ini kategori berkembang sesuai harapan
kategori mulai berkembang (MB). Berarti (BSH) meningkat dratis dari 2 orang
pada kategori berkembang sesuai harapan (14,29%) menjadi 12 orang(85,71%),
(BSH) dan berkembang sangat baik (BSB) kategori mulai berkembang (MB) dari 12
belummuncul (0%). Metode yang dipilih orang (85,71) menjadi 2 orang (14,29%)
yaitu melalui metode bermain peran, dan kategori belum berkembang (BB)
melalui metode bermain peran anak-anak tidak ada (0%), dan berkembang sangat
akan lebih terlihat aktif dan pengalaman baik (BSB) belum terlihat (0%) .
yang didapatkan akanlebih nyata Hasil pengamatan selama tindakan
dibandingkan dengan menggunakan di siklus 3 ini anak-anak semakin antusias
lembar kerja siswa (LKS).Seperti Nugraha dan semangat, bahkan anak-anak sudah
(2012) menyatakan bahwa "Bermain peran lebih terbiasa untuk memainkan peran
merupakan salah satu pembelajaran yang yang dimainkannya dan mengetahui bahwa
melibatkan anak-anak secara aktif dalam dalam bermain peran yang dilakukannya
memainkan peran-peran tertentu, dalam sedang mempelajari macam-macann
kegiatan ini anak akan banyak menyelidiki ukuran. Pada siklus ketiga ini penilaian
dan mendapatkan pengalaman baik untuk kategori berkembang sangat baik (BSB) 3
dirinya sendiri, orang lain ataupun orang (21,43%), l1 orang (78,57%) pada
lingkungan di sekitarnya. Jadi melalui kategori berkembang sesuai harapan
metode bermain peran anak-anak akan (BSH), kategori mulai berkembang (MB)
belajar sambil bermain, sehingga materi dan belum berkembang (BB) sudah tidak
yang anak terima akan mudah dimengerti ada (0%).Hasil pengamatan secara
jika suasana hati anak terasa senang, keseluruhan, menggambarkan bahwa
terutama materi tentang mengenal konsep kemampuan mengenal konsep pengukuran
pengukuran anak usia dini. anak usia dini mengalami peningkatan dari
Setelah diterapkannya bermain satu siklus ke siklus lainnya. Setelah
peran drama terpimpin “Jalan-jalan penerapan metode bermain peran sebagian
kekebun binatang" pada siklus1, ternyata besar anak-anak kelompok TKB di TK
terjadi perubahan tentang perkembangan Tunas Putra sudah menunjukan mulai
anak-anak dalam mengenal konsep mengenal konsep pengukuran untuk anak
pengukuran anak usia dini. Pada kategori usia dini, seperti mengidentifikasi apakah
belum berkembang (BB), sudah (0%), benda tersebut berukuran panjang, pendek,
kategori mulai berkembang (MB) terjadi tinggi rendah, lalu mengukur
peningkatan dari 6 orang(42,86%) menjadi menggunakan alat ukur tidak baku yang
http ://jurnal.unimus.ac.id
39
JKPM VOLUME 4 NOMOR 1 APRIL 2017 e-ISSN : 2549 - 8401
biasa di pakai untuk anak usia prasekolah 2009) "bahwa bermain peran merupakan
di Taman Kanak-kanak. Perbandingan salah satu proses belajar yang tergolong
peningkatan kemampuan mengenal konsep dalam simulasi"
pengukuran anak usia dini pada setiap Kesimpulan
siklus dapat dilihat pada grafik berikut ini. 1. Kemampuan mengenal konsep
pengukuran anak usia dini pada
kelompok TK B di TK Tunas Putra
sebelum diterapkannya metode
100.00% 85.71%85.71%
78.57% bermain peran (pra siklus)
80.00% 57.14%
60.00% 42.86% menunjukkan kemampuan kategori
BB penilaian belum berkembang (BB)
40.00%
14.29% 21.43%
14.29%
20.00% 0%
0%0%0%0%0%0% 0% MB sebanyak 8 (57,14%), kategori mulai
0.00% BSH berkembang (MB) sebanyak6 orang
BSB (42.86%), kategori berkembang sesuai
harapan (BSH) dan berkembang sangat
baik (BSB) belum muncul (0%),
Rendahnya kemampuan mengenal
konsep pengukuran dikarenakan
Grafik 4.1 metode pembelajarannya belum
Perbandingan Kemampuan Mengenal optimal, masih menggunakan lembar
Konsep Pengukuran Anak Usia Dini per kerja siswa (LKS) sehingga anak-
Siklus anaknya kurang terlibat secara aktif.
2. Penerapan metode bermain peran
Berdasarkan pemaparan tiap siklus untuk meningkatkan kemampuan
pada grafik di atas dapat disimpulkan mengenal konsep pengukuran anak
bahwa penerapan metode bermain peran usia dini dalam penelitian ini
memberikan peran dalam meningkatkan dilaksanakan melalui tiga siklus, siklus
kemampuan mengenal konsep pengukuran 1 temaadalah "binatang" dengan sub
anak usia dini. Hal ini dikarenakan tema "binatangdarat”. Kemudian di
metode bermain peran memberikan siklus 2 dan 3 tema digunakan
metode belajar yang aktif dan "tanaman" dan sub tema “Jenis-jenis
menyenangkan, seperti pendapat Nugraha sayuran". Kegiatan di siklus 1 bermain
(2012) "bermain peran merupakan salah drama tentang “Jalan-jalan ke kebun
satu pembelajaran yang melibatkan anak- binatang". Anak-anakberperan sebagai
anak secara aktif dalam memainkan peran- siswa/i dari sekolah awan biru yang
peran tertentu, anak banyak menyelidiki akan rnelakukan fieldtrip ke kebun
dan mendapatkan pengalaman yang baik binatang, Kegiatan disiklus 2 anak-
untuk cirinya sendiri, orang lain ataupun anak bermain peran "belanja ke
lingkungan di sekitarnya". Bermain pasar",kegiatannya mencari wortel dan
peran yang dilakukan merupakan proses ikan yang berukuran panjang.
belajar yang dikemas dengan suasana Kegiatan pada siklus 3 bermain peran
menyenangkan sehingea tidak memberikan "makan di restoran". Dalam cerita
rasa bosan terhadap anak,seperti pendapat inisebuah keluarga kecil yang makan
Moedjiyono dan Dimyati (Muthoharoh:
http ://jurnal.unimus.ac.id
40
JKPM VOLUME 4 NOMOR 1 APRIL 2017 e-ISSN : 2549 - 8401
http ://jurnal.unimus.ac.id
41
JKPM VOLUME 4 NOMOR 1 APRIL 2017 e-ISSN : 2549 - 8401
http ://jurnal.unimus.ac.id
42