ABSTRACT
Early childhood experiences a very rapid development of abilities. Appropriate
stimulation is needed for the development process. Language ability is an important
stimulation because it is the basis for developing other abilities. Classroom action
research by conducting two cycles using various learning methods and activities was
carried out at TKIT Nurul Iman with the aim of improving Receptive and Expressive
Language skills in group B children. .8%, 27.2% less, 36% enough, 34.6% good, and
0% very good. In the second cycle there was an increase compared to before the
learning improvement was made. In this cycle, the data obtained were 0% very less, 0%
less, 11% enough, 51% good, and 38% very good. So the improvement of children's
Receptive and Expressive Language learning has met the required complete standard
of 80%, where children master the indicators well as much as 89%. So it can be
concluded that there was a significant increase from Cycle I to Cycle II.
Keywords: Stimulation, Expressive and Receptive Language, Learning method.
ABSTRAK
Anak usia dini mengalami perkembangan kemampuan yang sangat pesat.
Dibutuhkan stimulasi yang tepat untuk proses pengembangan tersebut. Kemampuan
Bahasa merupakan stimulasi penting karena merupakan dasar untuk mengembangkan
kemampuannya yang lain. Penelitian tindakan kelas dangan melakukan dua siklus
menggunakan metode dan kegiatan pembelajaran yang bervariasi ini dilaksanakan di
TKIT Nurul Iman dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan Bahasa
Reseptif dan Ekspresif pada anak kelompok B. Hasil peneitian menunjukan pada Sklus
I peneliti mendapatkan data kemampuan anak yang kurang sekali 1,8%, kurang 27,2%,
cukup 36%, baik 34,6%, dan 0% baik sekali. Pada siklus II mengalami peningkatan
dibandingkan sebelum dilakukan perbaikan pembelajaran. Pada siklus ini diperoleh
data sebanyak 0% kurang sekali, 0% kurang, 11% cukup, 51% baik, dan 38% baik
sekali. Maka perbaikan pembelajaran Bahasa Reseptif dan Ekspresif anak telah
memenuhi standar tuntas yang diperlukan yaitu 80%, di mana anak menguasai indikator
dengan baik sebanyak 89%. Maka dapat disimpulkan terjadi peningkatan secara
signifikan dari Siklus I ke Siklus II.
Kata kunci: Stimulasi, Bahasa Ekspresif dan reseptif, Metode pembelajaran.
1. PENDAHULUAN dan Aristoteles mengartikan bahasa
sebagai interaksi antara dua pandangan
Pada abad 18 ada beberapa pendapat
tersebut
yang berbeda tentang definisi bahasa.
Monks, Knoers, dan Haditono (1984) Untuk mengembangkan kemampuan
sebagaimana dikutip oleh Nurbiana Bahasa diperlukan metode yang tepat.
Dhieni dkk menyatakan bahwa menurut Bagi Anak Usia Dini yang berusia antara
aliran Sofisme bahasa sebagai suatu 5-6 tahun (Kelompok B) seharusnya
perjanjian yang sifatnya disengaja antara memiliki kemampuan bahasa dalam
masyarakat. Selanjutnya Aliran Stoijin menyimak, berbicara, terutama
memandang bahasa sebagai suatu perbendaharaan kata yang mulai banyak
kemampuan yang bersifat alamiah. Plato sehingga merupakan masa peka untuk
Jurnal Instruksional, Volume 2, Nomor 2|138
menjadi mati dan dapat menghambat diucapkan dengan lisan maupun secara
perkembangannya ketika dewasa karena tertulis disebut dengan Bahasa. Beberapa
pendidikan anak usia dini adalah modal definisi tentang bahasa dapat
dasar untuk kemajuan masa depannya dikemukakan sebagai berikut (Nurbiana
diibaratkan seorang anak itu adalah Dhieni dkk, 2009):
rumah apabila dibuat pondasi yang
Menurut Badudu Bahasa adalah alat
kokoh maka untuk dibangun mau dengan
penghubung atau komunikasi antara
bentuk apapun akan kokoh pula. Begitu
anggota masyarakat yang terdiri dari
pula sebaliknya apabila pondasi rumah
individu-individu yang menyatakan
itu dibangun asal-asalan maka akan cepat
pikiran, perasaan dan keinginan. Jadi
roboh. Jadi apabila seorang anak yang
dalam hal ini bahasa merupakan suatu
mendapatkan pendidikan di masa usia
sistem lambang yang digunakan sebagai
dininya sesuai maka akan terbentuk
alat komunikasi oleh anggota masyarakat
pribadi yang kokoh, cerdas dan
yang bersifat arbiter dan manusiawi.
mempunyai kemampuan untuk
menghadapi masalah apapun yang Menurut Bromley Bahasa merupakan
dihadapinya. Oleh karenanya diperlukan simbol yang teratur untuk mentransfer
stimulasi-stimulasi yang tepat agar berbagai ide maupun informasi yang
semua potensi yang dimilikinya dapat terdiri dari simbol-simbol visual maupun
berkembang dengan pesat. verbal. Simbol-simbol visual itu dapat
dibaca, dilihat dan ditulis, sedangkan
c. Karakteristik anak usia dini
simbol-simbol verbal dapat diucapkan
Untuk memberikan simulasi yang dan didengar.
tepat maka seorang guru wajib
Menurut Llyod Bahasa adalah sistem
memahami beberapa karakteristik anak
simbol yang teratur untuk mentransfer
didik agar pembelajaran yang
arti yang dikomunikasikan, jadi suatu
diberikannya tepat sesuai dengan
modifikasi komunikasi yang meliputi
indikator yang diharapkan. Mengutip Siti
sistem simbol khusus yang dipahami dan
Aisyah dkk (2010: 1.7) karakteristik anak
digunakan sekelompok individu untuk
usia dini antara lain memiliki rasa ingin
mengkomunikasikan berbagai ide dan
tahu yang besar, merupakan pribadi yang
informasi. Komunikasi dimaksud tidak
unik, suka berfantasi dan berimajinasi,
berbatas pada bahasa verbal. Ketika
masa paling potensial untuk belajar,
beberapa orang bersama berada di suatu
menunjukan masa egosentris, memiliki
tempat pasti terjadi komunikasi
rentang daya konsentrasi yang pendek,
sekalipun mereka tidak berbicara, bisa
dan sebagai bagian dari makhluk sosial.
melalui bahasa tubuh, ekspresi wajah,
Terdapat beberapa titik masa kritis dan suara-suara non-linguistic seperti
yang perlu diperhatikan pada anak usia menggumam ataupun menggerutu.
dini, yaitu: membutuhkan rasa aman,
Kemampuan bahasa seseorang
istirahat dan makanan yang baik. Datang
didapat-kan sejak dia berada dalam
kedunia yang diprogram untuk meniru.
kandungan. Ketika seorang ibu yang
Membutuhkan rutinitas dan latihan.
sedang mengandung dia berbicara sambil
Memiliki kebutuhan untuk banyak
mengelus-elus perutnya maka janinpun
bertanya dan memperoleh jawaban. Cara
akan merespon dengan menggerakan
berfikir anak berbeda dengan orang
tubuhnya sehingga terjalinlah
dewasa. Membutuhkan pengalaman
komunikasi yang sederhana, begitupun
langsung. Trial and eror (uji coba)
ketika didengarkan lagu-lagu klasik
menjadi pokok dalam pembelajaran.
maka akan dapat merangsang
Bermain merupakan dunia masa anak-
perkembangan kemampu-an otaknya
anak.
dengan pesat, begitu pula ketika dia lahir
Konsep Bahasa senyuman dan tangisan pun sebagai
bahasa bayi pertama untuk
Kesepakatan Bersama manusia untuk
mengungkapkan yang dia inginkan ini
menggunakan simbol-simbol yang
bukti bahwa bahasa adalah kemampuan
Jurnal Instruksional, Volume 2, Nomor 2|140
awal yang dianugerahkan sang Pencipta memberikan informasi, dan (d) mampu
kepada manusia sebelum kemampuan- membahas bahasa itu sendiri.
kemampuannya yang lain.
Metode Pembelajaran
a. Bahasa Menurut Sifatnya
Terdapat berbagai metode
Menurut Bromley, seperti dikutip pembelajaran yang sesuai dengan
oleh Nurbiana Dhieni dkk (2009) karakteristik anak yang dapat diterapkan
terdapat empat macam Bahasa yaitu: agar pembelajaran dapat dilakukan
menyimak, membaca, berbicara, dan dengan menyenangkan, antara lain
menulis. Kemampuan bahasa berbeda metode bercakap-cakap, tanya jawab,
dengan kemampuan berbicara, bahasa bercerita, demonstrasi, bernyanyi,
merupakan suatu sistem tata bahasa yang karyawisata, metode pemberian tugas,
relatif rumit dan bersifat sematik, metode eksperimen, dan metode bermain
sedangkan kemampuan berbicara peran (Nurbiana Dhieni dkk, 2009).
merupakan suatu ungkapan dalam bentuk
3. METODE PENELITIAN
kata-kata. Menurut sifatnya, ada dua
macam bahasa yaitu: (a) Reseptif Penelitian dilaksanakan di TKIT
(dimengerti / diterima) contoh: NURUL IMAN di perumahan Taman
mendengarkan dan membaca suatu Sari Bukit Damai Desa Padurenan
informasi, dan (b) ekspresif (dinyatakan) Kecamatan Gunungsindur Bogor, pada
contohnya: berbicara dan menuliskan tahun ajaran 2019-2020.
informasi untuk dikomunikasikan kepada Penelitian ini dilakukan dengan
orang lain. menggunakan metode Penelitian
Dalam hal ini kemampuan reseptif Tindakan Kelas (PTK). Suradika dan
dan ekspresif pada masing-masing Dirgantara (2019: 108) menyatakan
individu akan berbeda, akan berpengaruh bahwa PTK merupakan suatu
pada kemampuannya ketika dia pencermatan terhadap kegiatan kelas
bersosialisasi, ketika menyerap informasi berupa tindakan yang disengaja
yang didapat dan untuk mengungkapkan dimunculkan dan terjadi dalam sebuah
atau menyampaikan sesuatu yang kelas secara Bersama.
dipikirkannya. Untuk mnjadikan seorang Di TKIT tersebut terdapat 34 murid
individu yang mempunyai kemampuan yang terdiri dari kelompok bermain
bahasa yang baik maka diperlukan empat anak, kelompok A delapan anak,
peranan dari berbagai pihak terutama kelompok B1 11 anak, kelompok B2 11
orangtua dan keluarga karena pertama anak. Siswa yang diteliti adalah
kali anak mengenal dan belajar bahasa kelompok B1 berjumlah 11 anak terdiri
dari lingkungan yang paling dekat dan dari 5 anak perempuan dan 6 anak laki-
yang paling sering berinteraksi dengan laki.
anak tersebut. Apabila dalam keluarga
tersebut menggunakan tata bahasa yang Perbaikan pembelajaran dilaksana-
baik maka kemampuan bahasa anaknya kan selama 10 hari dengan menggunakan
pun akan baik. Begitu juga sebaliknya. siklus 1 dan siklus 2 sebagaimana
layaknya dalam PTK. Tiap siklusnya
b. Tujuan perkembangan bahasa dilaksanaknan dalam lima hari.
Campebel dan Dickison seperti Data dianalisis melalui dua tahap,
dikutip Sujiono dan Sujiono (2004) yaitu tahap (a) rencana pengamatan.
menjelaskan bahwa tujuan Peneliti akan meneliti kegiatan yang
pengembangkan kecerdasan linguistik telah direncanakan dan mengumpulkan
anak adalah agar anak (a) mampu data selama kegiatan berlangsung dengan
berkomunikasi dengan baik lisan bermacam macam metode pembelajaran.
maupun tulisan dengan baik, (b) Data dikumpulkan dengan dengan teknik
memiliki kemampuan bahasa untuk observasi, tanya jawab, bercerita,
menyakinkan orang lain, (c) mampu bermain peran, berdiskusi, dan
mengingat, manghafal informasi dan performen, dan (b) refleksi yang
Jurnal Instruksional, Volume 2, Nomor 2|141
waktu yang kurang karena jam belajar karena lagunya lucu dan dengan
hari jum’at lebih singkat sehingga anak melakukan permainan menirukan
belum puas. gerakan binatang anak senang,
Kelemahan ketika melakukan kegiatan
2. Siklus kedua
bermain kartu perintah menirukan
gerakan binatang karena kegiatan
Hari pertama
didalam ruangan sehingga gerak anak
Kegiatan perbaikan pem-belajaran kurang leluasa.
Siklus II pada hari pertama mengucapkan Hari keempat
sajak sederhana pada kegiatan ini peneliti
menyadari bahwa setiap anak itu unik Pada hari keempat kegiatan perbaikan
sesuai dengan teori karakteristik anak di pembelajaran yang dilakukan bermain
mana kemampuan anak kadang tidak peran tema binatang. Diperoleh data
terduga yang pendiam bisa jadi lebih kemampuan anak yang kurang sekali 0%,
berani begitu pula kebalikannya. Dari kurang 0%, cukup 9%, baik 55% dan
hasil penilaian didapatkan data 36% baik sekali. Hal ini terjadi karena
kemampuan anak mengalami jalan cerita yang dibawakan sederhana
peningkatan, yaitu 0% kurang sekali, 0% dan sesuai dengan kemampuan anak,
kurang, 9% cukup, 55% baik dan 36% namun Alat yang digunakan masih
baik sekali. Hal ini karena peneliti sederhana dan masih ada beberapa anak
memberikan kesempatan untuk semua yang belum aktif terlibat dalam bermain
anak maju satu persatu mengucapkan peran ini.
sajak sehingga dapat dinilai secara
akurat, akan tetapi peneliti ketika Hari Kelima
mengajarkan isi sajak terlalu cepat ada Pada hari kelima kegiatan perbaikan
beberapa anak yang belum hafal benar. pembelajarannya adalah bermain kartu
Hari kedua ekspresi (suasana hati) dan sandiwara
boneka tema binatang. Diperoleh data
Kegiatan perbaikan pem- belajaran 0% kurang sekali, 0% kurang, 18%
pada hari kedua adalah kegiatan cukup, 55% baik dan 27% baik sekali.
menyebutkan macam-macam suara Ketika bermain kartu ekspresi dapat
binatang dan menceritakan isi gambar melatih anak untuk mau meng-
yang dibuatnya. Hasilnya 0% kurang ungkapkan suasana hatinya. Akan tetapi
sekali, 0% kurang, 0% cukup, 18% baik alat yang digunakan masih sederhana,
dan 82% baik sekali. Hal ini disebabkan meja kurang tinggi, belum mempunyai
kegiatan pembelajaran yang peneliti panggung sandiwara boneka sendiri dan
lakukan meng-gunakan metode yang masih ada beberapa anak yang belum
bervariasi sehingga anak tidak bosan mau duduk rapi sehingga yang lain
dengan kegiatan pembelajaran yang di- kurang berkosentrasi dengan cerita yang
laksanakan. Kelemahan pada kegiatan disampaikan.
ini jumlah binatang yang ada diposter
b. Pembahasan Hasil Penelitian
tidak banyak sehingga tidak semua anak
Perbaikan Pembelajaran
mendapatkan giliran untuk menyebutkan
suara binatang tersebut. 1. Siklus I
Hari Ketiga
Data kualitatif
Kegiatan perbaikan pem-belajaran
Secara kualitatif hasil kegiatan
pada hari ketiga ”Bemain kartu perintah
perbaikan pem-belajaran cukup
menirukan gerakan macam-macam
mengalami peningkatan dibandingkan
binatang dan bernyanyi lagu kodok”.
sebelumnya namun peneliti berusaha
Didapatkan data 0% kurang sekali, 0%
agar kemampuan anak dapat lebih
kurang, 18% cukup, 73% baik, dan 9%
berkembang lagi pada kemampuan
baik sekali. Dengan mengenalkan lagu
bahasa reseptif dan ekspresinya, data
baru anak bersemangat menyanyikannya
yang didapat pada kegiatan Siklus I
Jurnal Instruksional, Volume 2, Nomor 2|143
1 ANNISA 4 5 4 4 4 21
Data kuantitatif 2
3
ANNINDIYA
B.RIZKY
4
5
5
5
4
3
5
4
4
3
22
21
4 B.KEYSA 5 5 5 5 5 25
Tabel 9 Rekap hasil siklus I 5 DWI F 3 4 3 4 3 17
TANGGAL 6 FADHEL 5 5 4 4 4 22
JUMLAH
NO NAMA
13 14 15 16 17 BINTANG 7 M.ARIB 4 5 4 3 5 21
1 ANNISA 2 3 3 2 4 14 8 M.DINTA 4 5 4 4 4 21
2 ANNINDIYA 2 2 2 2 3 11 9 REVINA 4 5 4 5 5 23
3 B.RIZKY 4 4 3 2 4 17 10 SALSABILA 5 5 4 5 4 23
4 B.KEYSA 4 4 4 3 4 19 11 SYAHID 4 4 4 4 4 20
5 DWI F 3 3 2 1 3 12
8 M.DINTA 2 3 2 3 4 14
Dari hasil kegiatan Siklus II
9 REVINA 3 4 3 2 4 16