Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Instruksional, Volume 2, Nomor 2|137

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN RESEPTIF DAN EKSPRESIF


BAHASA ANAK KELOMPOK B TK DENGAN BERBAGAI METODE YANG
MENARIK
Novi Luthfiyah
Universitas Muhamadiyah Jakarta
luthfiyah.novi@gmail.com

ABSTRACT
Early childhood experiences a very rapid development of abilities. Appropriate
stimulation is needed for the development process. Language ability is an important
stimulation because it is the basis for developing other abilities. Classroom action
research by conducting two cycles using various learning methods and activities was
carried out at TKIT Nurul Iman with the aim of improving Receptive and Expressive
Language skills in group B children. .8%, 27.2% less, 36% enough, 34.6% good, and
0% very good. In the second cycle there was an increase compared to before the
learning improvement was made. In this cycle, the data obtained were 0% very less, 0%
less, 11% enough, 51% good, and 38% very good. So the improvement of children's
Receptive and Expressive Language learning has met the required complete standard
of 80%, where children master the indicators well as much as 89%. So it can be
concluded that there was a significant increase from Cycle I to Cycle II.
Keywords: Stimulation, Expressive and Receptive Language, Learning method.
ABSTRAK
Anak usia dini mengalami perkembangan kemampuan yang sangat pesat.
Dibutuhkan stimulasi yang tepat untuk proses pengembangan tersebut. Kemampuan
Bahasa merupakan stimulasi penting karena merupakan dasar untuk mengembangkan
kemampuannya yang lain. Penelitian tindakan kelas dangan melakukan dua siklus
menggunakan metode dan kegiatan pembelajaran yang bervariasi ini dilaksanakan di
TKIT Nurul Iman dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan Bahasa
Reseptif dan Ekspresif pada anak kelompok B. Hasil peneitian menunjukan pada Sklus
I peneliti mendapatkan data kemampuan anak yang kurang sekali 1,8%, kurang 27,2%,
cukup 36%, baik 34,6%, dan 0% baik sekali. Pada siklus II mengalami peningkatan
dibandingkan sebelum dilakukan perbaikan pembelajaran. Pada siklus ini diperoleh
data sebanyak 0% kurang sekali, 0% kurang, 11% cukup, 51% baik, dan 38% baik
sekali. Maka perbaikan pembelajaran Bahasa Reseptif dan Ekspresif anak telah
memenuhi standar tuntas yang diperlukan yaitu 80%, di mana anak menguasai indikator
dengan baik sebanyak 89%. Maka dapat disimpulkan terjadi peningkatan secara
signifikan dari Siklus I ke Siklus II.
Kata kunci: Stimulasi, Bahasa Ekspresif dan reseptif, Metode pembelajaran.
1. PENDAHULUAN dan Aristoteles mengartikan bahasa
sebagai interaksi antara dua pandangan
Pada abad 18 ada beberapa pendapat
tersebut
yang berbeda tentang definisi bahasa.
Monks, Knoers, dan Haditono (1984) Untuk mengembangkan kemampuan
sebagaimana dikutip oleh Nurbiana Bahasa diperlukan metode yang tepat.
Dhieni dkk menyatakan bahwa menurut Bagi Anak Usia Dini yang berusia antara
aliran Sofisme bahasa sebagai suatu 5-6 tahun (Kelompok B) seharusnya
perjanjian yang sifatnya disengaja antara memiliki kemampuan bahasa dalam
masyarakat. Selanjutnya Aliran Stoijin menyimak, berbicara, terutama
memandang bahasa sebagai suatu perbendaharaan kata yang mulai banyak
kemampuan yang bersifat alamiah. Plato sehingga merupakan masa peka untuk
Jurnal Instruksional, Volume 2, Nomor 2|138

mencerna informasi yang disampaikan. metode dan media pembelajaran yang


pada usia ini anak mengalami digunakan kurang menarik.
perkembangan yang pesat dalam semua
Setelah mengidentifikasi masalah
kemampuan yang akan menentukan
yang terjadi pada saat kegiatan belajar
untuk masa depannya. Jika diibaratkan
mengajar dengan cara refleksi maka
membangun sebuah rumah, maka masa
ditemukan masalah dalam hal
ini adalah masa membangun pondasi
kemampuan reseptif dan ekspresif anak,
rumah yang akan menentukan
kemampuan dalam menyajikan
kekokohan rumah tersebut. Selain itu,
pembelajaran dan kemampuan
perlu juga dikemukakan bahwa dengan
penggunaan bahasa yang kurang tepat
stimulasi yang tepat akan menghasilkan
untuk anak usia 5-6 tahun.
pribadi yang berkualitas yang dapat
menghadapi kehidupannya kelak. Masalah penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut: “bagaimana cara
Berdasarkan pengalaman mengajar,
meningkatkan kemampuan reseptif dan
anak-anak pada kelompok B mengalami
ekspresi anak Kelompok B diTKIT Nurul
kendala dalam menyampaikan informasi
Iman Padurenan, Gunungsindur Bogor”
tentang suatu hal yang tidak dekat
dengan kehidupaannya. Untuk mengatasi Tujuan penelitian tindakan kelas yang
ini diperlukan metode yang tepat, dilakukan ini adalah untuk meningkatkan
pemilihan kata-kata yang sesuai dengan kemampuan dalam mengajar dan untuk
tingkat pemahaman mereka, dan dapat mengatasi masalah di TK
pemilihan media dan alat peraga yang kelompok B yang dihadapi. yang akan
tepat agar dapat dimengerti oleh anak. meningkatkan kemampuan bahasa anak
Dengan pengalaman mengajar ini dapat didik terutama dalam hal kemampuan
dipahami bahwa ternyata kemampuan reseptif dan ekspresinya sehingga dapat
reseptif dan ekspresif menguasai materi yang disampaikan dan
(dimengerti/diterima) anak usia 5-6 dapat mengungkapkan yang ada
tahun berkembang sangat pesat dan dipikiran anak didik menjadikannya
memerlukan stimulasi yang tepat. Untuk pribadi yang matang mampu menyerap
itu dipandang perlu melakukan penelitian semua informasi yang didapatkannya dan
tindakan kelas untuk meningkatkan mampu mengungkap-kan
kemampuan bahasa anak usia 5-6 tahun. kemampuannya tersebut ketika dewasa
Penelitian ini akan mencoba mencari kelak.
metode, media dan alat peraga serta 2. KAJIAN LITERATUR
pemilihan bahasa yang tepat sehingga
kemampuan bahasa Anak dapat Anak usia dini
berkembang dengan baik, begitu juga a) Hakikat anak usia dini
dengan pengembangan kemampuan-
kemampuan yang lainnya. Anak adalah anugrah terindah yang
Allah berikan kepada orang tua, anak
Dari hasil evaluasi kegiatan yang baru dilahirkan sampai berusia
pembelajaran yang dilaksanakan ternyata enam tahun adalah pada fase usia dini,
ditemukan beberapa masalah yang pada masa ini anak mengalami
teridentifikasi di antaranya (a) pertumbuhan dan perkembangan yang
penguasaan materi yang disampaikan sangat pesat dari berbagai bidang
kurang dari 60 %, (b) ketika kegiatan meliputi perkembangan fisik motorik,
berdiskusi anak belum terlibat aktif seni, bahasa, kognitif, moral dan sosial
didalamnya, (c) pada saat bermain peran emosi dewasa, jadi perkembangan
maupun sosio drama sebagian anak kecerdasan berkembang sangat pesat
belum dapat mengungkap-kan pada manusia di saat hidupnya berada
ekspresinya, (d) begitu juga tidak dapat pada masa usia dini, maka sangat
mengungkapkan pengalaman atau disayangkan sekali apabila pada saat
sesuatu hal yang di rasakan, (e) strategi anak mengalami masa peka mendapatkan
pembelajaran yang kurang menarik pendidikan ataupun simulasi yang
sehingga anak menjadi bosan, dan (f) kurang tepat. Potensi kecerdasannya
Jurnal Instruksional, Volume 2, Nomor 2|139

menjadi mati dan dapat menghambat diucapkan dengan lisan maupun secara
perkembangannya ketika dewasa karena tertulis disebut dengan Bahasa. Beberapa
pendidikan anak usia dini adalah modal definisi tentang bahasa dapat
dasar untuk kemajuan masa depannya dikemukakan sebagai berikut (Nurbiana
diibaratkan seorang anak itu adalah Dhieni dkk, 2009):
rumah apabila dibuat pondasi yang
Menurut Badudu Bahasa adalah alat
kokoh maka untuk dibangun mau dengan
penghubung atau komunikasi antara
bentuk apapun akan kokoh pula. Begitu
anggota masyarakat yang terdiri dari
pula sebaliknya apabila pondasi rumah
individu-individu yang menyatakan
itu dibangun asal-asalan maka akan cepat
pikiran, perasaan dan keinginan. Jadi
roboh. Jadi apabila seorang anak yang
dalam hal ini bahasa merupakan suatu
mendapatkan pendidikan di masa usia
sistem lambang yang digunakan sebagai
dininya sesuai maka akan terbentuk
alat komunikasi oleh anggota masyarakat
pribadi yang kokoh, cerdas dan
yang bersifat arbiter dan manusiawi.
mempunyai kemampuan untuk
menghadapi masalah apapun yang Menurut Bromley Bahasa merupakan
dihadapinya. Oleh karenanya diperlukan simbol yang teratur untuk mentransfer
stimulasi-stimulasi yang tepat agar berbagai ide maupun informasi yang
semua potensi yang dimilikinya dapat terdiri dari simbol-simbol visual maupun
berkembang dengan pesat. verbal. Simbol-simbol visual itu dapat
dibaca, dilihat dan ditulis, sedangkan
c. Karakteristik anak usia dini
simbol-simbol verbal dapat diucapkan
Untuk memberikan simulasi yang dan didengar.
tepat maka seorang guru wajib
Menurut Llyod Bahasa adalah sistem
memahami beberapa karakteristik anak
simbol yang teratur untuk mentransfer
didik agar pembelajaran yang
arti yang dikomunikasikan, jadi suatu
diberikannya tepat sesuai dengan
modifikasi komunikasi yang meliputi
indikator yang diharapkan. Mengutip Siti
sistem simbol khusus yang dipahami dan
Aisyah dkk (2010: 1.7) karakteristik anak
digunakan sekelompok individu untuk
usia dini antara lain memiliki rasa ingin
mengkomunikasikan berbagai ide dan
tahu yang besar, merupakan pribadi yang
informasi. Komunikasi dimaksud tidak
unik, suka berfantasi dan berimajinasi,
berbatas pada bahasa verbal. Ketika
masa paling potensial untuk belajar,
beberapa orang bersama berada di suatu
menunjukan masa egosentris, memiliki
tempat pasti terjadi komunikasi
rentang daya konsentrasi yang pendek,
sekalipun mereka tidak berbicara, bisa
dan sebagai bagian dari makhluk sosial.
melalui bahasa tubuh, ekspresi wajah,
Terdapat beberapa titik masa kritis dan suara-suara non-linguistic seperti
yang perlu diperhatikan pada anak usia menggumam ataupun menggerutu.
dini, yaitu: membutuhkan rasa aman,
Kemampuan bahasa seseorang
istirahat dan makanan yang baik. Datang
didapat-kan sejak dia berada dalam
kedunia yang diprogram untuk meniru.
kandungan. Ketika seorang ibu yang
Membutuhkan rutinitas dan latihan.
sedang mengandung dia berbicara sambil
Memiliki kebutuhan untuk banyak
mengelus-elus perutnya maka janinpun
bertanya dan memperoleh jawaban. Cara
akan merespon dengan menggerakan
berfikir anak berbeda dengan orang
tubuhnya sehingga terjalinlah
dewasa. Membutuhkan pengalaman
komunikasi yang sederhana, begitupun
langsung. Trial and eror (uji coba)
ketika didengarkan lagu-lagu klasik
menjadi pokok dalam pembelajaran.
maka akan dapat merangsang
Bermain merupakan dunia masa anak-
perkembangan kemampu-an otaknya
anak.
dengan pesat, begitu pula ketika dia lahir
Konsep Bahasa senyuman dan tangisan pun sebagai
bahasa bayi pertama untuk
Kesepakatan Bersama manusia untuk
mengungkapkan yang dia inginkan ini
menggunakan simbol-simbol yang
bukti bahwa bahasa adalah kemampuan
Jurnal Instruksional, Volume 2, Nomor 2|140

awal yang dianugerahkan sang Pencipta memberikan informasi, dan (d) mampu
kepada manusia sebelum kemampuan- membahas bahasa itu sendiri.
kemampuannya yang lain.
Metode Pembelajaran
a. Bahasa Menurut Sifatnya
Terdapat berbagai metode
Menurut Bromley, seperti dikutip pembelajaran yang sesuai dengan
oleh Nurbiana Dhieni dkk (2009) karakteristik anak yang dapat diterapkan
terdapat empat macam Bahasa yaitu: agar pembelajaran dapat dilakukan
menyimak, membaca, berbicara, dan dengan menyenangkan, antara lain
menulis. Kemampuan bahasa berbeda metode bercakap-cakap, tanya jawab,
dengan kemampuan berbicara, bahasa bercerita, demonstrasi, bernyanyi,
merupakan suatu sistem tata bahasa yang karyawisata, metode pemberian tugas,
relatif rumit dan bersifat sematik, metode eksperimen, dan metode bermain
sedangkan kemampuan berbicara peran (Nurbiana Dhieni dkk, 2009).
merupakan suatu ungkapan dalam bentuk
3. METODE PENELITIAN
kata-kata. Menurut sifatnya, ada dua
macam bahasa yaitu: (a) Reseptif Penelitian dilaksanakan di TKIT
(dimengerti / diterima) contoh: NURUL IMAN di perumahan Taman
mendengarkan dan membaca suatu Sari Bukit Damai Desa Padurenan
informasi, dan (b) ekspresif (dinyatakan) Kecamatan Gunungsindur Bogor, pada
contohnya: berbicara dan menuliskan tahun ajaran 2019-2020.
informasi untuk dikomunikasikan kepada Penelitian ini dilakukan dengan
orang lain. menggunakan metode Penelitian
Dalam hal ini kemampuan reseptif Tindakan Kelas (PTK). Suradika dan
dan ekspresif pada masing-masing Dirgantara (2019: 108) menyatakan
individu akan berbeda, akan berpengaruh bahwa PTK merupakan suatu
pada kemampuannya ketika dia pencermatan terhadap kegiatan kelas
bersosialisasi, ketika menyerap informasi berupa tindakan yang disengaja
yang didapat dan untuk mengungkapkan dimunculkan dan terjadi dalam sebuah
atau menyampaikan sesuatu yang kelas secara Bersama.
dipikirkannya. Untuk mnjadikan seorang Di TKIT tersebut terdapat 34 murid
individu yang mempunyai kemampuan yang terdiri dari kelompok bermain
bahasa yang baik maka diperlukan empat anak, kelompok A delapan anak,
peranan dari berbagai pihak terutama kelompok B1 11 anak, kelompok B2 11
orangtua dan keluarga karena pertama anak. Siswa yang diteliti adalah
kali anak mengenal dan belajar bahasa kelompok B1 berjumlah 11 anak terdiri
dari lingkungan yang paling dekat dan dari 5 anak perempuan dan 6 anak laki-
yang paling sering berinteraksi dengan laki.
anak tersebut. Apabila dalam keluarga
tersebut menggunakan tata bahasa yang Perbaikan pembelajaran dilaksana-
baik maka kemampuan bahasa anaknya kan selama 10 hari dengan menggunakan
pun akan baik. Begitu juga sebaliknya. siklus 1 dan siklus 2 sebagaimana
layaknya dalam PTK. Tiap siklusnya
b. Tujuan perkembangan bahasa dilaksanaknan dalam lima hari.
Campebel dan Dickison seperti Data dianalisis melalui dua tahap,
dikutip Sujiono dan Sujiono (2004) yaitu tahap (a) rencana pengamatan.
menjelaskan bahwa tujuan Peneliti akan meneliti kegiatan yang
pengembangkan kecerdasan linguistik telah direncanakan dan mengumpulkan
anak adalah agar anak (a) mampu data selama kegiatan berlangsung dengan
berkomunikasi dengan baik lisan bermacam macam metode pembelajaran.
maupun tulisan dengan baik, (b) Data dikumpulkan dengan dengan teknik
memiliki kemampuan bahasa untuk observasi, tanya jawab, bercerita,
menyakinkan orang lain, (c) mampu bermain peran, berdiskusi, dan
mengingat, manghafal informasi dan performen, dan (b) refleksi yang
Jurnal Instruksional, Volume 2, Nomor 2|141

dilakukan setelah kegiatan pembelajaran menceritakan isi gambar yang


selesai dan siswa sudah pulang. dilengkapinya. Didapatkan data 0%
Kegunaan refleksi adalah untuk kurang sekali, 45% kurang, 36% cukup
mengetahui kelemahan maupun dan 19% baik. Terjadi penurunan di
kelebihan pembelajaran yang telah karenakan kegiatan bercerita isi gambar
dilakukan untuk meningkatkan kualitas cerita anak-anak kurang bervariasi
pembelajaran dan untuk merencanakan karena anak hanya melengkapi gambar
kegiatan pada siklus selanjutnya. yang disediakan oleh peneliti.
Kelebihannya adalah kegiatan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
pengembangan yang di-lakukan adalah
Deskripsi Hasil Penelitian menggunakan metode bermain kuda
a. Perbaikan Pembelajaran bisik anak lebih cepat dan senang
menguasai kosakata baru ketika
1. Siklus pertama menemukan kata baru yang mereka
belum paham artinya, timbul diskusi
 Hari pertama. diluar rencana pembelajaran sehingga
menambah wawasan anak.
Kegiatan perbaikan pem-belajaran
yang dilakukan peneliti pada hari  Hari keempat
pertama adalah kegiatan tanya jawab
tentang negara Indonesia dan bernyanyi Pada hari keempat kegiatan perbaikan
lagu Bendera Merah Putih yang pembelajaran mengucapkan sajak
bertujuan untuk meningkatkan ke- sederhana, bercakap-cakap tentang isi
mampuan ekspresi dan reseptifnya. sajak dan mengenal nama-nama pulau
Diperoleh data anak yang masih kurang yang ada di Indonesia dari hasil penilaian
sekali 0%, kurang 28%, cukup 36% dan terjadi penurunan pada penguasaan
36% baik. Hal ini dikarenakan kemampuannya yaitu 9% kurang sekali,
penggunaan media pembelajaran yang 55% kurang dan 36% cukup, 0% baik
baru dan menarik minat anak, namun disebabkan anak belum terbiasa
penggunaan bahasa yang disampaikan mengucapkan sajak dan pengalokasian
kurang di mengerti anak sehingga tidak waktu yang kurang maka tidak semua
semua anak paham dengan materi yang anak maju kedepan secara individu,
disampaikan dan terlibat dalam tanya sehingga belum diketahui penguasaan-
jawab untuk dapat mengungkapkan nya dan untuk penilaian kurang
pendapatnya. maksimal, akan tetapi penggunaan syair
sajak yang sesuai dengan tahap
 Hari kedua perkembangan anak dan dengan
menggunakan media atlas anak-anak
Kegiatan perbaikan pem-belajaran
mengenal pulau secara sederhana
pada hari kedua berjalan cukup baik
membuat anak senang tidak cepat bosan.
dengan kegiatan yang dilakukan adalah
bercerita satu persatu tentang  Hari kelima
pengalaman yang dialaminya, bercerita
dengan menggunakan media wayang dan Kegiatan perbaikan pembelajaran
menceritakan kembali isi cerita diperoleh pada hari kelima berdiskusi tentang tema
data sebanyak 0% kurang sekali, 9% yang dibahas dalam satu minggu dan
kurang 36% cukup dan 55% baik. Hal ini bermain peran tema “Pahlawan
terjadi karena mengguna-kan media Indonesia” anak-anak terlihat antusias
pembelajaran yang dapat menarik minat sehingga kemampuan pembelajaran
anak akan tetapi dikarenakan mengalami peningkatan, di mana 0%
keterbatasan jumlah wayang sehingga kurang sekali, 0% kurang, 36% cukup
tokoh cerita kurang bervariasi. dan 64% Baik, Kelebihan kegiatan
pengembangan yang dilakukan adalah
 Hari ketiga. kegiatan yang dapat menarik minat anak
dan penggunaan properti yang menarik
Kegiatan perbaikan pem-belajaran
sehingga indikator yang diharapkan
pada hari ketiga bermain kuda bisik dan
dapat tercapai, akan tetapi pengalokasian
Jurnal Instruksional, Volume 2, Nomor 2|142

waktu yang kurang karena jam belajar karena lagunya lucu dan dengan
hari jum’at lebih singkat sehingga anak melakukan permainan menirukan
belum puas. gerakan binatang anak senang,
Kelemahan ketika melakukan kegiatan
2. Siklus kedua
bermain kartu perintah menirukan
gerakan binatang karena kegiatan
 Hari pertama
didalam ruangan sehingga gerak anak
Kegiatan perbaikan pem-belajaran kurang leluasa.
Siklus II pada hari pertama mengucapkan  Hari keempat
sajak sederhana pada kegiatan ini peneliti
menyadari bahwa setiap anak itu unik Pada hari keempat kegiatan perbaikan
sesuai dengan teori karakteristik anak di pembelajaran yang dilakukan bermain
mana kemampuan anak kadang tidak peran tema binatang. Diperoleh data
terduga yang pendiam bisa jadi lebih kemampuan anak yang kurang sekali 0%,
berani begitu pula kebalikannya. Dari kurang 0%, cukup 9%, baik 55% dan
hasil penilaian didapatkan data 36% baik sekali. Hal ini terjadi karena
kemampuan anak mengalami jalan cerita yang dibawakan sederhana
peningkatan, yaitu 0% kurang sekali, 0% dan sesuai dengan kemampuan anak,
kurang, 9% cukup, 55% baik dan 36% namun Alat yang digunakan masih
baik sekali. Hal ini karena peneliti sederhana dan masih ada beberapa anak
memberikan kesempatan untuk semua yang belum aktif terlibat dalam bermain
anak maju satu persatu mengucapkan peran ini.
sajak sehingga dapat dinilai secara
akurat, akan tetapi peneliti ketika  Hari Kelima
mengajarkan isi sajak terlalu cepat ada Pada hari kelima kegiatan perbaikan
beberapa anak yang belum hafal benar. pembelajarannya adalah bermain kartu
 Hari kedua ekspresi (suasana hati) dan sandiwara
boneka tema binatang. Diperoleh data
Kegiatan perbaikan pem- belajaran 0% kurang sekali, 0% kurang, 18%
pada hari kedua adalah kegiatan cukup, 55% baik dan 27% baik sekali.
menyebutkan macam-macam suara Ketika bermain kartu ekspresi dapat
binatang dan menceritakan isi gambar melatih anak untuk mau meng-
yang dibuatnya. Hasilnya 0% kurang ungkapkan suasana hatinya. Akan tetapi
sekali, 0% kurang, 0% cukup, 18% baik alat yang digunakan masih sederhana,
dan 82% baik sekali. Hal ini disebabkan meja kurang tinggi, belum mempunyai
kegiatan pembelajaran yang peneliti panggung sandiwara boneka sendiri dan
lakukan meng-gunakan metode yang masih ada beberapa anak yang belum
bervariasi sehingga anak tidak bosan mau duduk rapi sehingga yang lain
dengan kegiatan pembelajaran yang di- kurang berkosentrasi dengan cerita yang
laksanakan. Kelemahan pada kegiatan disampaikan.
ini jumlah binatang yang ada diposter
b. Pembahasan Hasil Penelitian
tidak banyak sehingga tidak semua anak
Perbaikan Pembelajaran
mendapatkan giliran untuk menyebutkan
suara binatang tersebut. 1. Siklus I
 Hari Ketiga
 Data kualitatif
Kegiatan perbaikan pem-belajaran
Secara kualitatif hasil kegiatan
pada hari ketiga ”Bemain kartu perintah
perbaikan pem-belajaran cukup
menirukan gerakan macam-macam
mengalami peningkatan dibandingkan
binatang dan bernyanyi lagu kodok”.
sebelumnya namun peneliti berusaha
Didapatkan data 0% kurang sekali, 0%
agar kemampuan anak dapat lebih
kurang, 18% cukup, 73% baik, dan 9%
berkembang lagi pada kemampuan
baik sekali. Dengan mengenalkan lagu
bahasa reseptif dan ekspresinya, data
baru anak bersemangat menyanyikannya
yang didapat pada kegiatan Siklus I
Jurnal Instruksional, Volume 2, Nomor 2|143

menjadi dasar untuk merencanakan Tabel 10 PENILAIAN SIKLUS II


perbaikan kegiatan pembelajaran pada NO NAMA
Hari ke
JUMLAH
BINTANG
siklus II 1 2 3 4 5

1 ANNISA 4 5 4 4 4 21

 Data kuantitatif 2

3
ANNINDIYA

B.RIZKY
4

5
5

5
4

3
5

4
4

3
22

21

4 B.KEYSA 5 5 5 5 5 25
Tabel 9 Rekap hasil siklus I 5 DWI F 3 4 3 4 3 17

TANGGAL 6 FADHEL 5 5 4 4 4 22
JUMLAH
NO NAMA
13 14 15 16 17 BINTANG 7 M.ARIB 4 5 4 3 5 21

1 ANNISA 2 3 3 2 4 14 8 M.DINTA 4 5 4 4 4 21

2 ANNINDIYA 2 2 2 2 3 11 9 REVINA 4 5 4 5 5 23

3 B.RIZKY 4 4 3 2 4 17 10 SALSABILA 5 5 4 5 4 23

4 B.KEYSA 4 4 4 3 4 19 11 SYAHID 4 4 4 4 4 20

5 DWI F 3 3 2 1 3 12

6 FADHEL 4 4 4 3 4 19  Hasil Evaluasi


7 M.ARIB 4 4 3 3 3 17

8 M.DINTA 2 3 2 3 4 14
Dari hasil kegiatan Siklus II
9 REVINA 3 4 3 2 4 16

10 SALSABILA 3 4 2 2 4 15 didapatkan data sebanyak 0% kurang


11 SYAHID 3 3 2 2 3 13 sekali, 0% kurang, 11% cukup, 51% baik
dan 38% baik sekali maka kegiatan
Dari hasil penelitian pada Siklus I
perbaikan pembelajaran bahasa reseptif
yang menggunakan bermacam media
dan ekspresi anak telah memenuhi
dan metode pembelajaran bertujuan
standar tuntas yang diperlukan yaitu 80%
untuk meningkatkan kemampuan bahasa
menguasai indikator yang disampaikan.
reseptif dan ekspresi, peneliti
Berdasarkan data di atas anak menguasai
mendapatkan data kemampuan anak
indikator dengan baik sebanyak 89%.
yang kurang sekali 1,8 %, kurang 27,2%,
Hal ini berarti anak telah memenuhi
cukup 36% ,34.6% baik dan 0% baik
standar tuntas yang diperlukan. Maka
sekali. Hal ini menunjukan peningkatan
dari analisis data tersebut dapat
kemampuan anak dibandingkan sebelum
dikemukakan terjadi peningkatan secara
dilakukan penelitian perbaikan kegiatan
signifikan.
pembelajaran, akan tetapi perlu
dilakukan Siklus II untuk memperbaiki 3. Perbandingan Siklus I dan II
kekurangan yang ada pada siklus I
sehingga hasil yang didapatkan lebih  Data kualitatif
optimal dan juga untuk memenuhi
standar tuntas penelitian maka untuk Secara kualitatif hasil kegiatan
selanjutnya diperlukan Siklus II. perbaikan pembelajaran dengan
menggunakan media belajar dan metode
2. Siklus II pembelajaran yang bervariasi yang
bertujuan untuk meningkatkan
 Data kualitatif kemampuan bahasa reseptif dan ekspresi
anak, maka berdasarkan data yang
Secara kualitatif hasil kegiatan
diperoleh pada Siklus I dan Siklus II,
penelitian pada Siklus II ini mengalami
kemampuan anak yang kurang sekali
peningkatan secara signifikan pada
pada Siklus I sebanyak 1,8% menjadi 0%
kemampuan bahasa reseptif dan
pada Siklus II, yang kurang 27,2%
ekspresinya dibandingkan pada Siklus I.
menjadi 0%, 36,4% cukup menjadi 11%,
Hal ini berarti indikator yang diharapkan
34,6% baik menjadi 51% dan yang
oleh peneliti dapat tercapai dengan baik.
tadinya 0% baik sekali menjadi 38%, jadi
 Data kuantitatif dari data yang diperoleh maka terjadi
peningkatan secara signifikan dari Siklus
I keSiklus II .
Jurnal Instruksional, Volume 2, Nomor 2|144

5) Dibutuhkan kosistensi dalam


30
BINTANG melakukan pembelajaran dan
1
20 pengelolaan waktu yang tepat dari
BINTANG
2 Guru.
10
BINTANG
3
6) Perlunya pengulangan kegiatan
0
SIKLUS I
pembelajaran yang sama agar anak
lebih mengasai indikator yang
diinginkan.
Bagan 2 Rekap hasil Perbandingan Siklus I 7) Menggunakan konsep bahasa
dan Siklus II
sederhana yang lebih sesuai dengan
5. KESIMPULAN anak usia dini.
Dari hasil penelitian yang dilakukan 8) Menjelaskan sesuatu hal dengan jelas
pada kelompok B di TKIT NURUL dan rinci tentang aturan
IMAN pada hakikatnya telah permainan/materi yang disampaikan
meningkatkan kemampuan bahasa sesuai dengan tema pembelajaran.
reseptif dan ekspresi pada anak, dengan
Berdasarkan hasil penelitian Siklus I
bermacam media dan metode
dan Siklus II yang telah diobservasi,
pembelajaran yang bervariasi yang
maka peneliti memberikan saran untuk
disesuaikan dengan karakteristik anak.
perbaikan perkembangan pada
Peningkatan cukup pada Siklus I dan
kemampuan menyerap dan
mengalami peningkatan yang signifikan
mengekspresikan bahasa kepada anak
pada Siklus II. Hal ini dapat dilihat dari
TK kelompok B sebagai berikut:
data presentasi hasil belajar pada Siklus I
dan Siklus II. Lembaga sekolah
Setelah melaksanakan penelitian Untuk meningkatkan kemampuan
maka berdasarkan hasil temuan yang anak maka lembaga sekolah perlu
didapatkan di lapangan dan pem- memfasilitasi kegiatan belajar mengajar
bahasannya telah dipaparkan di atas dengan berbagai macam media, alat,
maka upaya untuk meningkatkan bahan ajar dan lingkungan kondusif
kemampauan Bahasa Reseptif dan yang memadai sehingga proses belajar
Ekspresi anak pada kelompok B di TKIT mengajar dapat berjalan dengan lancar
NURUL IMAN Taman Sari Bukit dan hasilnya dapat sesuai dengan
Damai, Padurenan, Gunungsindur, indikator yang telah direncanakan.
Bogor maka dapat disimpulkan sebagai Tenaga pengajar/Guru
berikut :
Saat hendak melakukan
1) Sesuai dengan karakteristik anak pembelajaran Guru harus
yang unik dan berbeda maka mempersiapkan secara matang Rencana
diperlukan pembelajaran/perlakuan kegiatan pembelajaran disesuaikan
yang disesuaikan dengan dengan indikator yang diharapkan, terus
karakternya. memotivasi anak, memberikan pujian,
2) Dengan metode bermain dan konsisten dengan yang diberikan dan
bervariasi dapat meningkatkan selalu berinovasi agar pembelajarannya
kemampuan Bahasa Reseptif dan dapat menarik minat dan antusias anak.
Ekspresi anak. Bagi orang tua
3) Dengan motivasi dan pujian dapat Perkembangan bahasa merupakan
meningkatkan semangat anak untuk dasar sebelum mengembangkan aspek
melakukan pembelajaran. kemampuan yang lain maka peran orang
4) Dengan media pembelajaran yang tua yang menghabiskan waktu lebih
bervariasi dan memadai dapat banyak dengan anaknya perlu ikut serta
menarik minat anak untuk antusias dalam mengembangkan kemampauan
melakukan pembelajaran. Bahasa untuk mengembangkan semua
Jurnal Instruksional, Volume 2, Nomor 2|145

aspek perkembangan sebagai bekal Handayani, S dan Zif. 2001. Bahasa


kehidupannya kelak. asing untuk anak. Jakarta: Umi
edisi 10/XIII/2001.
Peneliti selanjutnya
Handayani, S, dkk. 2001. Lima tahun
Kepada peneliti selanjutnya
pertama kehidupan masa penuh
diharapkan lebih dapat mengembangkan
pembelajaran. Jakarta: Umi edisi
media dan metode pembelajaran yang
5/XIII/2001.
baru dan lebih baik lagi untuk
meningkatkan kemampuan reseptif dan Handayani, S, dkk. 2001. Modal awal
ekspresi bahasa pada anak TK kelompok bagi anak gemar membaca.
B sehingga hasilnya lebih optimal dan Jakarta: Umi edisi 5/XIII/2001.
bermanfaat bagi dunia pendidikan anak
Handayani,S , dkk. 2001. Metode
usia dini.
permainan meningkatkan bahasa.
6. REFERENSI Jakarta: Umi edisi 6/XII/2001.
Aisyah, S, dkk . 2010. Perkembangan Sujiono, Y dan Sujiono, B. 2001.
dan Konsep dasar pengembangan Bermain kreatif berbasis
Anak Usia Dini. Jakarta: kecerdasan jamak. Jakarta:
Universitas Terbuka. Indeks.
Dhieni, N, dkk. 2009. Metode Suradika, Agus, dan Dirgantara
Perkembangan Bahasa. Jakarta : Wicaksono. 2019. Metodologi
Universitas Terbuka. Penelitian. Tangerang Selatan:
UM Jakarta Press.
Handayani, S dan Vienny. 2001,
Merangsang empati anak. Jakarta: Tim PKP PG-PAUD. 2012. Panduan
Umi edisi 6/XII/2001. Pemantapan Kemampuan
Profesional. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai