Anda di halaman 1dari 9

STKIP-PGRI BANDAR LAMPUNG

Jln. Khairil Anwar No. 79 Bandar Lampung


--------------------------------------------------------

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP 2019/2020

MATA KULIAH : STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


DOSEN : JOKO SUTRISNO AB

Kerjakan soal di bawah ini dengan ditulis dalam bentuk dokumen pdf (soft copy)
dengan judul dokumen SBM (nama anda), kemudian kirim ke email:
jokosutrisnoab@gmail.com paling lambat hari Kamis, tanggal 11 Juni 2020 jam 24.00
WIB. Jawaban ditulis dengan huruf arial 12 dengan spasi 1.5 kertas A4.

1. Jelaskan
a) Tahap Perkembangan Kognitif
b) Teori belajar konstrukstivisme
c) Teori belajar Behavioristik

2. Dalam kegiatan pembelajaran terdapat kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan


penutup. Pada kegiatan inti terdapat proses atau kegiatan eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi. Jelaskan!

3. Terdapat tujuh komponen pembelajaran kontekstual. Jelaskan!

4. Tuliskan lima karakteristik utama pembelajaran realistik matematika!

5. Jelaskan, kemudian tuliskan tahap atau langkah-langkah dari:


a) Model Pembelajaran Langsung
b) Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
c) Model Pembelajaran Kooperatif

Kerjakan di rumah masing-masing


Nama : Almas Shifa Priastri
NPM : 19130006

1. Penjelasan
a) Tahapan Perkembangan Kognitif
Piaget menyakini bahwa perkembangan kognitif terjadi dalam empat tahapan,
yaitu sensorimotor, pra-operasional, operasional konkret, dan operasional formal.
 Tahap Sensorimotor (dari kelahiran – 2 tahun)
Pada tahap ini, bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengordinasikan
pengalaman indera (sensory) mereka (seperti melihat dan mendengar) dengan
gerakan (otot) mereka (menggapai, menyentuh)-oleh karena itu disebut sebagai
sensorimotor. Pencapaian kognitif yang penting di usia bayi adalah object
permanance, yaitu pemahaman bahwa objek dan kejadian terus eksis bahkan ketika
objek dan kejadian itu tidak dapat dilihat, didengar, atau disentuh. Menjelang akhir
priode sensorimotor, anak bisa membedakan antara dan dirinya dunia di sekitarnya
dan menyadari bahwa objek tetap ada dari waktu ke waktu.
 Tahap Pra-operasional (usia 2 – 7 tahun)
Pada tahap ini, anak lebih egosentris dan intuitif. Pemikiran pra-operasional di bagi
menjadi 2 subtahap : fungsi simbolis dan pemikiran intuitif.
a.Subtahap fungsi simbolis (usia 2 – 4 tahun).
Pada tahap ini, penggunaan bahasa mulai berkembang dan kemunculan sikap
bermain adalah contoh lain dari peningkatan pemikiran simbolis. Anak kecil mulai
mencoret-coret gambar orang, rumah, mobil, awan, dan benda lainnya. pemikiran pra-
operasional masih mengandung dua
keterbatasan : egosentris dan animisme. Egosentris adalah ketidakmampuan untuk
membedakan antara perspektif sendiri dengan perspektif orang lain.
Animisme adalah kepercayaan bahwa objek tak bernyawa punya kualitas “kehidupan”
dan bisa bergerak. Contoh : “pohon itu mendorong daun dan membuatnya gugur” atau
“ trotoar itu mmebuat ku terjatuh”.
b.Subtahap pemikiran intuitif (usia 4 – 7 tahun).
Disebut tahap pemikiran intuitif karena mereka mengatakan bahwa mereka tahu
sesuatu tetapi mereka mengetahui tanpa menggunakan pemikiran rasional. Tahap pra-
oprasional ini menunjukkan karaktersitik pemikiran yang disebut centration yaitu
pemokusan (pemusatan) perhatian pada satu karakteristik dengan mengabaikan
karaktersitik lainnya. centration tampak jelas dalam kurangnya conservation dari anak,
yaitu ide bahwa beberapa karaktersitik dari objek itu tetap sama meski objek itu
berubah penampilannya. Contoh : orang dewasa tahu bahwa volume air akan tetap
sama meski dia dimasukkan ke dalam wadah yang bentuknya berlainan. Tetapi, bagi
anak kecil tidak demikian. Menurut Piaget, anak pada tahap pra-operasional  juga tidak
bisa melakukan apa yang disebut operation (operasi) yaitu representasi mental yang
dapat di balik (reversible). Contoh : seorang anak kecil mungkin tahu bahwa 4 + 2 = 6,
tetapi tidak tahu kebalikannya, yaitu 6 – 2 = 4 adalah benar.
 Tahap Operasional Konkret (usia 7 – 11 tahun)
Pemikiran operasional konkret mencakup penggunaan operasi. Penalaran logika
matematika menggantikan penalaran intuitif, tetapi hanya dalam situasi konkret. Pada
tahap ini, anak secara mental bisa melakukan sesuatu yang sebelumnya hanya bisa
mereka lakukan secara fisik, dan mereka dapat membalikkan operasi konkret ini.
Misalnya, ada dua lempung berbentuk bola dengan ukuran sama. Kemudian bola
lempung tersebut dua menjadi bentuk panjang dan ramping. Anak itu ditanya lempung
mana yang lebih banyak, yang berbentuk bola atau yang panjang. Jika anak itu berusia
7 atau 8 tahun, besar kemungkinan mereka akan menjawab bahwa jumlah lempung
dlaam kedua bentuk tersebut adalah sama.
 Tahap Operasional Formal (usia 7 – 15 tahun)
Pada tahap ini, individu sudah mulai memikirkan pengalaman di luar pengalaman
konkret, dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealis, dan logis. Pemikir
operasional konkret perlu melihat elemen konkret A, B, dan C untuk menarik
kesimpulan logis bahwa jika A = B dan B = C, maka A = C. Sebaliknya, pemikir
operasional formal dapat memecahkan persoalan ini walau problem ini hanya disajikan
secara verbal.

b) Teori Belajar Konstruktivisme


Konstruktivisme merupakan metode pembelajaran yang lebih menekankan pada
proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam
mengkonstruksi pengalaman atau dengan kata lain teori ini memberikan keaktifan
terhadap siswa untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau
teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Dalam
proses belajarnya pun, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga
siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif.
Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek untuk aktif
menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan
bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi
kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang
diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan
disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah.
Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi.

c) Teori Belajar Behaviorisik


Teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai
akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan siswa
mempunyai pengalaman baru. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan
yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang
baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon (Budiningsih, 2004) Aplikasinya
dalam pembelajaran adalah guru memiliki kemampuan dalam mengelola hubungan
stimulus respons dalam situasi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat
optimal. Menurut teori ini, masukan dari guru yang berupa stimulus dan keluaran siswa
yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi diantara stimulus dan respon
dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting
untuk melihat terjadinya perubahan tingkah laku.

2. Penjelasan :
Eksplorasi dalam kegiatan pembelajaran adalah tahapan pembelajaran di mana siswa
di minta aktif menelaah dan mencaritemukan informasi suatu pengetahuan/konsep ilmu
baru, teknik baru, metode dan rumus baru, atau menyelidiki pola hubungan antar unsur
konsep ilmu, sembari berusaha memahaminya. Inti kegiatan eksplorasi yaitu pelibatan
siswa dalam menelaah sesuatu hal baru, baik itu berhubungan dengan materi
pelajaran sebelumnya maupun yang benar-benar baru bagi siswa.
Elaborasi dalam kegiatan pembelajaran adalah kegiatan di mana siswa mengerjakan
suatu tes secara cermat atau siswa menyimpulkan suatu konsep ilmu (hasil eksplorasi)
secara cermat. Misalnya, setelah kegiatan peragaan dengan persegi satuan, siswa
menentukan bagaimana rumus luas bangun datar segi persegi panjang yang
sebenarnya. Selanjutnya, harus memahami, mencermati semua hal, sehingga ia berani
menyatakan rumusan tersebut.
Konfirmasi dalam kegiatan pembelajaran adalah penegasan kebenaran tentang suatu
konsep berdasarkan rujukan resmi. Misalnya, membandingkan rumus yang
disimpulkan siswa dengan merujuk pada rumus dalam buku pelajaran resmi. Tahapan
kegiatan konfirmasi bisa diwujudkan dalam bentuk siswa mempresentasikan
pekerjaanya dan mempertahankan kebenaran kesimpulan yang dibuat dengan sesuai
hasil elaborasi dan eksplorasi dan membandingkannya dengan konsep yang telah
dinyatakan dalam sumber belajar resmi (misalnya seperti buku). Kegiatan menjelaskan
hasil pekerjaan dilakukan secara mendetail, semua argumen atau pengamatan
disampaikan secara detail sehingga secara logika mendukung kebenaran kesimpulan
akhir.

3. Tujuh komponen pembelajaran kontekstual :

 Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan CTL. Dalam konstruktivisme
pengetahuan siswa dibangun secara bertahap dan hasil yang diperoleh melalui
konteks yang terbatas. Pengetahuan yang diperoleh tidak hanya seperangkat fakta,
konsep, atau kaidah yang siap diambil dan diingat belaka, melainkan siswa harus
mengkonstruksi sendiri pengetahuan tersebut barulah kemudian memberi makna
melalui pengalaman yang nyata. Dengan dasar tersebut pembelajaran harus dikemas
menjadi proses ”mengkonstruksi” bukan ”menerima” pengetahuan. Dalam proses
pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif
selama dalam prooses pembelajaran, sehingga siswa menjadi pusat kegiatan.
 Inquiry (menemukan sendiri)
Inquiry  merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran yang menggunakan
pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diperoleh dengan cara menemukan sendiri. Oleh sebab itu  proses pembelajaran yang
dirancang guru harus berbentuk kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan.
Langkah-langkah pembelajarannya dimulai dengan merumuskan masalah, mengamati,
menganalisis, dan mengkomunikasikan.
 Questioning (bertanya)
Questioning  merupakan strategi yang utama dalam pendekatan kontekstual. Bertanya
dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru yntuk mendorong,
membeimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa.
 Learning community (masyarakat belajar)
Learning community  merupakan salah satu teknik dalam pendekatan kontekstual.
Dengan tekhnik ini pembelajaran diperolah dari kerjasama dengan orang lain. Hasil
belajar diperoleh melalui shering  antar teman, antar kelompok dan antara yang tahu ke
yang belum tahu. Kegiatan ini akan terjadi bila tidak ada pihak yang dominan dalam
komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya dan tidak ada pihak
yang menganggap dirinya yang paling tahu. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap
orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman atau keterampilan yang berbeda yang
perlu dipelajari.
 Modeling (pemodelan)
Maksud dari pemodelan adalah pembelajaran dilakukan dengan menampilkan model
yang bisa dilahat, dirasa dan bahkan bisa ditiru oleh siswa. Dalam praktiknya guru
bukan merupakan satu-satunya model. Karena model yang disampaikan akan menjadi
standar kompetensi yang akan dicapai, maka jika guru tidak mampu menjadi model
jangan sekali-kali memaksakan diri. Guru dapat mendatangkan model dari luar. Model
tersebut bisa dari siswa yang dianggap mampu, atau para pakar ke dalam kelas.
 Reflection ( refleksi)
Reflection  adalah cara berfikir tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu.
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian , aktivitas, atau pengetahuan yang baru
diterima. Tujuan dari kegiatan refleksi ini adalah untuk melihat sudah sejauh mana
pengetahuan yang dibangun sebelumnya dapat mengendap di benak siswa. Oleh
sebab itu kegiatan refleksi ini harus selalu dilakukan sebelum guru mengakhiri proses
pembelajaran untuk setiap kali pertemuannya.
 Authentic Assessment (penilan yang sebenarnya)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Kegiatan ini perlu dilakukan guru untuk
mengetahui dan memastikan bahwa siswa telah mengalami proses pembelajaran
dengan benar. Dan apabila dari hasil assessment ini diketahui siswa mengalami
kesuliatan dalam menguasai kompetensi, maka guru harus segera mengambil tindakan
yang tepat agar siswa dapat menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.

4. Lima karakteristik utama pembelajaran realistik matematika :


 Menggunakan masalah kontekstual (The use of Context)
 Menggunakan berbagai model (Use Models, Bringing by vertical instrument)
 Konstribusi siswa (Student Contribution)
 Interaktif (Interactivity)
 Keterkaitan (Intertwinment)

5. Penjelasan :

a) Metode pembelajaran langsung


Model pembelajaran langsung adalah strategi untuk melatih siswa agar dalam
belajar bisa sesuai dengan pengetahuan deklaratif dan prosedural yang
sistematis. Serta pembelajaran bisa dilaksanakan secara perlahan dan
berjenjang.

Langkah-langkah :

 Guru diharuskan menyampaikan fokus dan tujuan pembelajaran kepada siswa.


 Mengulas kembali pemahaman siswa tentang materi yang telah dikuasai
sebelumnya.
 Memberikan bahan materi ajar.
 Melakukan bimbingan.
 Siswa diberi waktu luang untuk mengasah materi (pengetahuan).
 Mengevaluasi kemampuan siswa dan guru memberi feedback.
 Membuat latihan individu ke siswa. Pada sesi ini guru membuat latihan tugas
individu kepada siswa, latihan tersebut berguna untuk mengembangkan
pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dipelajari.

b) Metode pembelajaran berdasarkan masalah

Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning/PBL) adalah


suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan
masalah sebagai titik awal akuisisi dan integrasi pengetahuan baru. Model
pembelajaran ini pada dasarnya mengacu kepada pembelajaran-pembelajaran
mutakhir lainnya seperti pembelajaran berdasar proyek (project based
instruction), pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience based
instruction), pembelajaran autentik (authentic instruction), dan pembelajaran
bermakna.

Langkah-langkah :

 Orientasi siswa pada masalah. dalam hal ini guru menjelaskan tujuan
pembelajaran dan memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam
pemecahan masalah.
 Mengorganisasi siswa untuk siswa. dalam hal ini guru mengarahkan siswa
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
 Membimbing pengalaman individual/kelompok. pada tahap ini guru mendorong
siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dalam pemecahan masalah.
 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya siswa. dalam hal ini guru
mengajak siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai untuk
dipresentasikan.
 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu
siswa melakukan refleksi dan mengevaluasi dalam penyelidikan yang telah
siswa buat dan telah dipresentasikannya serta memberikan saran terhadap hasil
siswa yang kurang sempurna.

c) Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran kelompok dengan


jumlah peserta didik 2-5 orang dengan gagasan untuk saling memotivasi antara
anggotanya untuk saling membantu agar tercapainya suatu tujuan pembelajaran
yang maksimal. 

Langkah-langkah :

 Menyampaikan tujuan dan motivasi kepada siswa.


Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
 Menyampaikan informasi.
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat
bacaan.
 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok
belajar dan membantu setiap kelompok belajar agar melakukan transisi secara
efisien.
 Membimbing kelompok belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka.
 Mengevaluasi hasil belajar siswa.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
 Memberikan penghargaan terhadap hasil belajar siswa.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar
individu.

Anda mungkin juga menyukai