Anda di halaman 1dari 2

Nama : Elsa Renata

Nim : 1203060036
Kelas : HPI 6-A
Mata Kuliah : Hukum Bisnis

PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT YANG DILAKUKAN PT. FORISA


NUSAPERSADA TERHDAP PELAKU USAHA LAIN DALAM PRODUK SEJENIS
(ANALISA PUTUSAN KPPU NO 14/KPPU-L/2015)

Kronologi
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memutus perkara monopoli pasar PT
Forisa Nusapersada, perusahaan minuman serbuk dalam kemasan merek Pop Ice, dengan
mendenda senilai Rp 11,4 miliar. “Perusahaan tersebut terbukti menghambat pelaku usaha
pesaingnya untuk memasarkan produknya di seluruh pasar di Indonesia,” ujar Ketua KPPU
Syarkawi Rauf saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (31/8/2016). Perkara dengan
nomor 14/KPPU-L/2015 berawal dari laporan masyarakat kepada KPPU yang menduga PT
Forisa Nusaperseda telah melanggar Undang-undang (UU) nomor 5 Tahun 1999 tentang
larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
Berdasarkan laporan tersebut PT Forisa Nusapersada diduga melanggar UU tersebut dengan
mengeluarkan program “Pop Ice The Real Ice Blender.”
Dalam program tersebut, PT Forisa Nusapersada mewajibkan kios minuman dan toko
di pasar untuk tidak menjual produk minuman serbuk dalam kemasan lainnya seperti
Milkjuss, S’Cafe, Camelo dan SooIce dengan menjajikan hadiah berupa satu renceng Pop
Ice, kaos, dan blender. Dalam program tersebut, pemilik kios minuman dan toko di pasar juga
bisa menukarkan satu renceng produk minuman serbuk dalam kemasan lainnya dan
mendapatkan dua renceng produk Pop Ice. Selain itu, PT Forisa Nusapersada membuat
perjanjian kontrak eksklusif dengan pemilik kios minuman dan toko di pasar untuk melarang
menjual produk minuman serbuk kemasan lainnya.
KPPU memanggil 36 pihak yang terdiri dari saksi, ahli, dan terlapor untuk diperiksa dalam
persidangan. Majelis Komisi yang terdiri dari Nawir Messi selaku Ketua Majelis, lalu
Syarkawi Rauf dan Saidah Sakwan masing-masing sebagai anggota Majelis. Majelis Komisi
kemudian menyimpulkan dan memutuskan PT Forisa Nusapersada telah terbukti bersalah
dengan melanggar UU nomor 5 Tahun 1999. Selain itu, Majelis Komisi juga memerintahkah
PT Forisa Nusapersada untuk menghentikan program “Pop Ice The Real Ice Blender.”
Landasan Teori
1. Teori Philip Kloter market leader adalah perusahaan yang diakui oleh indrustri yang
bersangkutan sebagai pemimpin pasar. Bahwa menurut Teori Philip Kloter
karakteristik strategi market leader adalah mengembangkan pasar dan melindungi
pasar. Bahwa menurut Teori Philip Kloter market leader erat sekali kaitannya dengan
penguasaan pasar.
2. Teori Kesetaraan yang dimaksud adalah bahwa kesetaraan antara pelaku usaha
merupakan hubungan hukum yang mana tiap pelaku usaha memiliki keduudkan yang
sama dan kesempatan yang sma dalam melakukan usaha di Indonesia.
Analisis Hukum
Saya berpendapat belum memenuhi standar yang universal, dan penentuannya juga
belum mengacu pada Undang-Undang No. 5 Thaun 1999 maupun Peraturan Komisi No. 3
Tahun 2009 tentang Pasar Bersangkutan. Analisis substitusi yang menjadi inti dalam
penentuan relevant market belum dilakukan. Dengan ketidaktepatan dalam penentuan pasar
yang bersangkutan, maka syarat pembuktian apakah perusahaab yang diinvetigasi memiliki
posisi dominan yang menjadi unsur kunci Pasal 25UU No. 5 Th 1999, menjadi tidak dapat
dilakukan secara tepat. Konsekuensi logisnya adalah bawha analisis lebih lanjut, yaitu
mengevaluasi apakah kesepakatan ekslusif dalam bentuk perjanjian atau bentuk lainnya
sebagimana menjadi ujnsur kunci dalam Pasal 19, yang menajdi objek perkara ini yang
bersifat antikompetitif dan menimbulkan kerugian signifikan terhadap persaingan di industri
minuman ringan, tidak dapat dilakukan dengan benar.

Anda mungkin juga menyukai