DISUSUN OLEH :
BAGUS SETYAWAN
2022
1
PRAKATA
Segala puji kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya kepada kitta semua sehingga kita bisa beraktivitas dan terlebh saya bisa
menyelesaikan makalah saya ini. Sholawat beserta salam semoga selalu tercurahkan
kepada junjungan alam yakni Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing kita
ke era pendidikan seperi pada zaman ini. Terimakasih sebesarbesrnya saya sampaikan
kepada bapak Sopyan S,AG M,Ag yang telah membimbing dan memberikan ilmunya
sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.
Saya selaku penulis makalah ini meminta maaf sebesar-besarnya jika terdapat
kesalahan dalam penulisan makalah ini
penulis
2
DAFTAR ISI
PRAKATA....................................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
PENDAHULUAN........................................................................................................4
1. LATAR BELAKANG.................................................................................4
2. RUMUSAN MASALAH............................................................................4
3. TUJUAN PENULISAN..............................................................................4
PEMBAHASAN...........................................................................................................5
2. LINGKUNGAN ALAM..............................................................................5
3. LINGKUNGAN DALAM...........................................................................7
4. LINGKUNGAN SOSIAL...........................................................................8
PENUTUP...................................................................................................................18
KESIMPULAN...........................................................................................................18
SARAN.......................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................19
3
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. RUMUSAN MASALAH
3. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penuisan makalah ini selain untuk meme uhi tugas mata kuliah tafsir
hadis tarbawi makalah ini juga memiliki tujuan agar saya dan temn-teman bisa
memahami lebih dalam tentang lingkiungan pendidikan yang baik sesuai
dengan perspektif Al-Qur’an.
4
PEMBAHASAN
امن جعل األرض قرارا وجعل حللها انهارا و جعل لها رواسى و جعل بين البحرين حاجزا أءله مع هللا بل
اكثرهم ال يعلمون
“…atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang
menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gununggunung
untuk mengkokohkannya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah
disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari
1
Sama’un bakrie ( 2005 ), menggagas konsep ilmu pendidikan islam, Bandung: pustaka Bani Quraisy
hlm 97
2
Abdurrahman Saleh. ( 1989 ). Didaktik dan Methodik Pendidikan Agama. Jakarta: PT Bulan
Bintang. hlm. 77-78.
3
Ngalim purwanto. ( 2014 ). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda karya hlm.28
5
mereka tidak mengetahui.” (Q.S. An-Naml [27]: 61)
وألقى في االرض رواسى ان تميدبكم وانهارا و سبال لعلكم تهتدون
“Dan Dia menancapkan gununggunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang
bersama kamu, ( dan Dia menciptakan ) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu
mendapat petunjuk.” (Q.S. AnNahl [16]: 15)
خلق السموات بغير عمد ترونها وألقى في االرض رواسى ان تميدبكم وبث فيها من كل دابة وانزلنا من السماء
ماء فانبتنا فيها من كل زوج كريم
“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan
gunung-gunung ( di permukaan ) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu;
dan memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang. dan Kami
turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-
tumbuhan yang baik.” (Q.S. Luqman [31]: 10)
وال تفسدوا في االرض بعد اصالحها ودعوه خوفا وطمعا ان رحمة هللا قريب من المحسنين
4
Afzalur Rahman. ( 2000 ). AlQur’an Sumber Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 135.
5
Ibid 136
6
bahwa rahmat Allah S.W.T. amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
Dalam ilmu ushul fiqh, ketika dilarang melakukan sesuatu berarti kita diperintahkan
untuk melakukan kebalikannya. Misalnya, kita dilarang merusak alam berarti kita
diperintah untuk melestarikan alam. Adapun status perintah tersebut tergantung status
larangannya. Contoh, status larangan merusak alam adalah haram, itu menunjukan
perintah melestarikan alam hukumnya wajib. Sementara itu, Fakhruddin Al-Raziy
dalam menanggapi ayat di atas, berpendapat bahwa ayat tersebut menunjukkan
larangan membuat kerusakan. Pada dasarnya, setiap perbuatan yang menimbulkan
madharat itu dilarang agama. Al-Qurtubi menyebutkan dalam tafsirnya bahwa
penebangan pohon juga merupakan tindakan pengrusakan yang mengakibatkan
adanya madharat. Beliau juga menyebutkan bahwa mencemari air juga masuk dalam
bagian pengrusakan.6
يا ايها الناس كلوا مما في االرض حالال طيبا وال تتبعوا خطوات الشيطان انه لكم عدو مبين
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu
adalah musuh yang nyata bagimu.”
Ayat di atas menegaskan bahwa ada dua hal yang harus diperhatikan oleh
manusia dalam memenuhi lingkungan dalam atau memenuhi kebutuhan makanan,
yaitu makanan harus halal dan thayyib. Kata halal berasal dari kata yang berarti lepas
atau tidak terikat. Sesuatu yang halal adalah sesuatu yang terlepas dari ikatan bahaya
duniawi dan ukhrawi. Kata halal juga berarti boleh. Dalam bahasa hukum, halal
berarti sesuatu yang dibolehkan agama. Halal bermakna tidak haram, baik dari segi
6
Al Tafsir Al-Kabir, IV, hlm. 108-109; dan Tafsir Al Qurtubi, VII. hlm. 226.
7
zatnya dan cara memperolehnya. Kata thayyib dari segi bahasa berarti lezat, baik,
sehat, menenteramkan, dan paling utama. Pakar tafsir menjelaskan kata ini dalam
konteks perintah makan berarti bahwa makanan yang tidak kotor
Lingkungan sosial atau social environment adalah semua orang atau manusia
yang mempengaruhi kita. Sartain membagi lingkungan sosial menjadi tiga, yaitu
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sedangkan Ki Hajar Dewantara membagi
lingkungan sosial menjadi tiga dengan istilah 3 pusat lembaga pendidikan, yang
mencakup lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
1). Keluarga
Keluarga terdiri atas dua kata, kawuladan warga. Dalam bahasa Jawa Kuno,
kawula berarti hamba, maksudnya orang yang menghambakan diri. Warga berarti
anggota, artinya seseorang yang dalam lingkungannya mempunyai hak dan kewajiban
atas terselenggaranya sesuatu dalam lingkungannya.7 Dengan kata lain keluarga
merupakan suatu kesatuan atau kelompok dimana anggota-anggotanya mengabdikan
diri demi kepentingan dan tujuan kelompok tersebut. Dalam konteks pendidikan,
keluarga memiliki kedudukan yang sangat penting. 37 UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas menyebutkan bahwa keluarga merupakan bagian dari lembaga
pendidikan informal. Keluarga juga disebut sebagai satuan pendidikan luar Karena
besarnya peran keluarga dalam pendidikan, Sidi Gazalba seperti yang dikutip
Ramayulis, mengkategorikan keluarga sebagai lembaga pendidikan primer, terutama
untuk masa bayi dan masa kanak-kanak sampai usia sekolah. Dalam keluarga, orang
tua, kerabat, famili, dan sebagainya berperan sebagai pendidik. Orang tua selain
sebagai pendidik, juga sebagai penanggung jawab. Oleh karena itu, orang tua dituntut
menjadi teladan baik berkenaan dengan ibadah, akhlak, dan sebagainya. Dengan
begitu, akan terbentuk kepribadian anak yang Islami dan menjadi modal awal dalam
menentukan proses pendidikan selanjutnya. Untuk memenuhi harapan tersebut,
keluarga harus mampu menjadi lingkungan yang menyenangkan dan
membahagiakan, terutama bagi anggota keluarga itu sendiri. Alquran
memperkenalkan konsep keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah. Firman Allah
S.W.T. dalam Surat Ar-Rum [30] Ayat 21
8
dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Q.S. Ar-
Ruum [30]:21)
Menurut Salman Harun, kata sakinah dalam ayat di atas diungkapkan dalam
rumusan li taskunu (agar kalian memperoleh sakinah) yang mengandung dua makna:
kembali dan diam. Kata itu terdapat empat kali dalam Alquran, tiga di antaranya
membicakan malam. Pada umumnya, malam merupakan tempat kembalinya suami ke
rumah untuk menemukan ketenangan bersama istrinya. Saat itu akan tercipta
ketenangan sehingga istri sebagai tempat memperoleh penyejuk jiwa dan raga.
Sementara mawaddah adalah cinta untuk memiliki dengan segenap kelebihan dan
kekuarangannya sehingga di antara suami istri saling melengkapi. Sedangkan rahmah
berarti rasa cinta yang membuahkan pengabdian. Kata ini memiliki konotasi suci dan
membuahkan bukti, yaitu pengabdian antara suami istri yang tidak kunjung habis.
Ketiga istilah inilah yang menjadi ikon keluarga bahagia dalam Islam, yaitu adanya
hubungan yang menyejukkan (sakinah), saling mengisi (mawaddah), dan saling
“mengabdi” (rahmah) antara suami dan istri. Penjelasan di atas mengisyaratkan
bahwa dalam proses pendidikan di keluarga itu harus dilaksanakan secara sakinah,
mawaddah, dan rahmah atau dengan hubungan yang menyejukkan, penuh cinta, dan
kasih sayang, saling mengisi serta “mengabdi”.8 8Dalam Islam, orang yang paling
bertanggung jawab dalam pendidikan anak adalah orang tua. Ia bertanggung jawab
sejak anak-anak masih dalam kandungan. Ibu diperintahkan untuk memperhatikan
kesehatannya, karena kesehatan ibu mempengaruhi perkembangan janin, bahkan
kewajiban agama pun bisa ditangguhkan bila dalam pelaksanaanya menganggu
kesehatan ibu atau si janin.
Tanggung jawab itu disebabkan oleh dua hal, yaitu: 1) karena kodrat, dan 2)
karena kepentingan kedua orang tua. Orang tua ditakdirkan untuk bertanggung jawab
terhadap pendidikan anak-anaknya. Dengan demikian, pendidikan orang tua pun
harus diperhatikan, khususnya pendidikan ibu, sehingga diharapkan ibu rumah tangga
tidak hanya mengikuti pendidikan dikala masih di bangku sekolah saja, tetapi harus
senantiasa belajar baik melalui pengajian, majlis taklim, radio, televisi, dan bahkan
internet, sebab pendidikan ibu nantinya akan mempunyai implikasi yang sangat kuat
terhadap perkembangan dan pendidikan anak.
8
Salman Harun. ( 1999 ). Mutiara Al-Qur’an: Aktualisasi Pesan Al-Qur’an dalam Kehidupan. Jakarta:
Kaldera.hlm 94
9
Anak mengambil contoh pada anggota keluarganya, kepada ayahnya,
kepadaibunya atau saudara-saudaranya maka orang tua di dalam keluarga harus
memperhatikan anak-anaknya serta mendidiknya. Orang tua berkepentingan terhadap
kemajuan dan perkembangan anak-anaknya, orang senantiasa berharap agar putra-
putrinya menjadi lebih baik dari keadaan orang tuanya. Juga anak sebagai penerus
estafet amal ibadah orang tuanya, agar anak tidak menjadi lemah dan agar si anak
selamat baik di dunia maupun di akhirat hingga dapat membawa kebaikan pada orang
tuanya. Keluarga adalah “ umat terkecil ” yang memiliki pimpinan dan
anggota,mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi
masing-masing anggota nya. Ibu yang melahirkan disebut dengan umm, seakar
dengan kata kata ummat, hal ini dikarenakan ibu yang telah melahirkan di pundaknya
dibebankan pembinaan anak dalam kehidupan rumah tangga yang merupakan tiang
umat, tiang negara dan bangsa. Untuk mewujudkan hal di atas, ada beberapa kiat atau
langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh seorang ibu, yakni: 1) sejak masih dalam
kandungan seorang ibu diharuskan banyak berdo’a dan tadarus al-Qur’ân serta
menghindarkan dari perbuatan tercela. 2) Saat janin lahir, kedua orang tua (ayah)
hendaknya mengazankan dan mengiqomahkan di kedua telinga anaknya, yang diikuti
dengan pemberian nama yang baik, 3) memberikan makan-makanan yang halal dan
bergizi (halâlan thoyyiban), karena makanan akan sangat berpengaruh pada
perkembangan fisik dan psikis seorang manusia, makanan dan minuman dapat
berpengaruh terhadap jiwa dan mental pemakannya, perasaan manusia dipengaruhi
oleh kualitas dan kuantitas makanannya, 4) mengajarkan akidah yang benar,
keimanan ( aqîdah ) adalah hal terpenting yang harus senantiasa diperhatikan oleh
orangtua. Karena jika aqidah seseorang baik dan kuat maka segi-segi yang lain pun
akan menjadi baik, 5) Tauladan dan kontinuitas dalam ibadah dan akhlak,
keteladanan merupakan faktor penting dalam sebuah pendidikan.
Baik atau buruknya akhlak seorang anak sangat tergantung dari keletadanan
yang diberikan oleh orang tua. Hal ini dikarenakan orang tua adalah contoh terbaik
dan terdekat dalam pandangan anak, yang akan ditirunya dalam tindak-tanduknya dan
tata santunnya, disadari ataupun tidak, bahkan tercetak dalam jiwa dan perasaan suatu
gambaran orangtua tersebut, baik dalam ucapan atau perbuatan, baik material atau
spiritual, diketahui atau tidak diketahui. Betapapun suci dan bersihnya fitrah manusia,
betapa pun baiknya suatu sistem pendidikan tidak akan mampu mencetak atau
membentuk generasi yang baik, tanpa adanya keteladanan dari sang pendidik (orang
tua).
10
Anak akan tumbuh dalam kebaikan, memiliki kemuliaan akhlak, jika kedua
orang tuanya memberikan teladan yang baik, demikian pula sebaliknya, ia akan
tumbuh dalam kesesatan, berjalan dalam kekufuran dan kemaksiatan, jika ia melihat
kedua orang tuanya memeberikan teladan yang buruk. Tidak mungkin sang anak
belajar amanah, kemuliaan, sopan santun, kasih sayang dan sebagainya, jika kedua
orang tua memiliki sifat yang berlawanan seperti dusta, kasar, suka mencela, pun
sebaliknya. Pendidikan keteladanan terbaik bagi anak, ialah jika kedua orang tua
mampu menghubungkan anaknya dengan keteladanan Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi
wa Salam, uswah seluruh umat manusia. Sebagaimana yang diperintahkan oleh
Rasûlullâh SAW, yang artinya; “Didik lah anak-anakmu tiga perkara: cinta kepada
nabi mereka, cinta kepada sanak keluarga dan membaca al-Qur`an” ( H.R. ath-
Thabrâni
11
ibunya lah sebagai pendidik utama, akan tetapi kondisi sekarang orang tua
menyerahkan tanggung jawab pendidikan sepenuhnya kepada sekolah, melihat
kondisi seperti ini maka peranan guru disekolah perlu dioptimalkan, sebagai
pemegang amanah guru bertangung jawab atas amanah yang diserahkan kepadanya.
Seorang guru atau pengajar adalah merupakan social dan tokoh yang menjadi
uswatun hasanah bagi peserta didik dalam mengambil semua nilai dan pemikiran
tanpa memilah antara yang baik dengan yang buruk.
12
anak. Oleh sebab itu, seorang pengajar harus membekali diri dengan ilmu dîn
(agama) dan ilmu keduiawian, akhlak yang mulia, serta rasa ocial kepada anak didik.
Menurut Abuddin Nata, di dalam Alquran tidak ada satu kata pun yang secara
langsung menunjukkan pada arti sekolah atau madrasah. Akan tetapi kata madrasah
dapat diambil dari kata darasa. Kata darasa di dalam Alquran dijumpai sebanyak 6
kali. Kata-kata darasa tersebut mengandung pengertian yang bermacammacam. Di
antaranya berarti mempelajari sesuatu (Al-An’am: 105); mempelajari Taurat (Al-
A’raf: 169); perintah agar mereka (ahli kitab) menyembah Allah S.W.T. lantaran
mereka telah membaca Al-Kitab (Ali-ĺmran: 79); pertanyaan kepada kaum Yahudi
apakah mereka memiliki kitab yang dapat dipelajari (Al Qalam: 37); informasi bahwa
Allah S.W.T. tidak pernah memberikan kepada mereka suatu kitab yang mereka
pelajari/dibaca (Saba’: 44); dan berisi informasi bahwa Alquran ditujukan sebagai
bacaan untuk semua orang (Al An’am: 165).99
13
Guru sebagai mutli, bertanggung jawab terhadap proses perkembangan kemampuan
membaca peserta didik. Selain dapat membaca baik secara lisan maupun tulisan, juga
harus mampu memahami dan menterjemahkannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru
sebagai muzakki, bertugas menjauhkan diri peserta didik dari sifat-sifat tercela dan
menanamkan sifat-sifat terpuji.
Indikator sebuah sekolah dikatakan baik atau bagus pun dari waktu ke waktu
berubah. Ketika masa penjajahan Belanda, sekolah bagus menurut kaum pribumi
pada waktu itu adalah sekolah bergengsi yang dibentuk oleh pemerintah kolonial
Belanda. Ada sekolah untuk anak-anak pribumi berbahasa Belanda, tapi khusus bagi
pegawaipegawai tinggi seperti: demang, wedana, dan sebagainya, yaitu HIS, MULO,
dan AMS. Sedangkan sekolah yang dianggap kurang bermutu waktu itu adalah
sekolah yang diperuntukkan kaum pribumi secara umum yang di Jawa biasa disebut
dengan Sekolah Ongko Loro (bahasa jawa) yang berarti angka dua.Pada jaman
kemerdekaan berbeda lagi. Undang-undang pendidikan yang lahir pada waktu itu
(UU tahun 1947, 1950, dan 1954) fungsi dan tujuannya bernuansa persatuan bangsa.
Undang-undang pendidikan selanjutnya yaitu tahun 1967 (Tap MPR) bernuansa
membendung ideologi komunis. Sedangkan dua undang-undang pendidikan terakhir,
yaitu No. 2/1989 dan No. 20/2003 fungsi dan tujuannya bernuansa sains dan
teknologi.Fungsi dan tujuan pendidikan sebagai indikator sekolah bagus yang
diamanahkan undang-undang kepada lembaga pendidikan dalam Undang-undang No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 disebutkan fungsi
pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sedangkan tujuannya adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Itulah indikator yang paling sederhana
untuk menilai standar sekolah bagus di negara kita.
Glasser dalam bukunya yang kedua, The Quality School Teacher memberi
pesan kepada kita bahwa sedikitnya ada enam indikator yang harus dipenuhi sebuah
sekolah agar menjadi sekolah berkualitas. Ke enam indikator tersebut adalah: 1)
lingkungan kelas yang hangat dan mendukung, 2) siswa harus selalu diminta
( hanya ) untuk melakukan hal-hal yang berguna, 3) siswa selalu diminta untuk
mengerjakannya sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya, 4) siswa diajari dan
diberi kesempatan mengevaluasi pekerjaan mereka sendiri kemudian diminta untuk
14
meningkatkannya, 5) pekerjaan yang berkualitas selalu terasa menyenangkan, 6)
pekerjaan berkualitas tidak pernah bersifat merusak.
3) Pendidikan di Masyarakat
3) Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar baik yang dirancang (by
design), maupun yang dimanfaatkan (utility).
15
3) Menguatkan sebagian dari nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat
orang
dewasa.
kekuatan otoritas.
persamaan hak.
6) Memberikan pengetahuan yang tidak bisa dibrikan oleh keluarga secara
memuaskan ( pengetahuan mengenai cita rasa berpakaian, musik, jenis tingkah laku
tertentu, dan lain lain ).
2) Mengajarkan bagi mereka tingkah laku dan prinsip-prinsip moral yang sesuai
dengan
keyakinan-keyakinan agamanya
16
b. Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan
PENUTUP
17
KESIMPULAN
SARAN
Demkianlah makalah ini saya buat dengan sungguh sungguh. Saya seaku
penulis makalah menyadari bahwa makalah yang saya buat masih memiliki banyak
kekurangan, ya mun gkin karena sulitnya untuk memanfaatkan teknologi yang ada.
Terimakasih kepada bapak dosen atas ilmunya dan saya akan berusaha untuk
menerapkan ilmu yang bapak sampaikan sepanjang waktu. Semoga bapak dosen dan
seuruh teman teman yang membaca ini bisa memberikan nasihat atau saran agar saya
dapat berubah menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
18
Al Tafsir Al Kabir, IV, dan Tafsir Al Qurtubi, VII.
Idris. Zahara dan Risma Jamal. ( 1992 ). Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta:
Gramedia.
Nata . Abuddin ( 2014 ). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Gaya Media Pratama
Saleh. Abdur Rahman ( 1989 ). Didaktik dan Methodik Pendidikan Agama. Jakarta :
PT Bulan Bintang.
19