Anda di halaman 1dari 19

“LINGKUNGAN PENDIDIKAN PERSPEKTIF AL-

QUR’AN DAN HADITS”

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester

MATA KULIAH TAFSIR DAN HADIS TARBAWI

Dosen Pengampu: Sopyan, S.Ag., M.Ag.

DISUSUN OLEH :

BAGUS SETYAWAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2022

1
PRAKATA

Segala puji kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya kepada kitta semua sehingga kita bisa beraktivitas dan terlebh saya bisa
menyelesaikan makalah saya ini. Sholawat beserta salam semoga selalu tercurahkan
kepada junjungan alam yakni Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing kita
ke era pendidikan seperi pada zaman ini. Terimakasih sebesarbesrnya saya sampaikan
kepada bapak Sopyan S,AG M,Ag yang telah membimbing dan memberikan ilmunya
sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.

Saya selaku penulis makalah ini meminta maaf sebesar-besarnya jika terdapat
kesalahan dalam penulisan makalah ini

Pekanbaru 27 desember 2022

penulis

2
DAFTAR ISI

PRAKATA....................................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

PENDAHULUAN........................................................................................................4

1. LATAR BELAKANG.................................................................................4

2. RUMUSAN MASALAH............................................................................4

3. TUJUAN PENULISAN..............................................................................4

PEMBAHASAN...........................................................................................................5

1. LINGKUNGAN PENDIDIKAN PERSPEKTIF AL-QUR’AN.................5

2. LINGKUNGAN ALAM..............................................................................5

3. LINGKUNGAN DALAM...........................................................................7

4. LINGKUNGAN SOSIAL...........................................................................8

PENUTUP...................................................................................................................18

KESIMPULAN...........................................................................................................18

SARAN.......................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................19

3
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Lingkungan pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan, sebab


lingkungan pendidikan berfungsi menunjang terjadinya proses belajar mengajar,
lingkungan yang nyaman dan mendukung bagi terselenggaranya suatu pendidikan
sangat dibutuhkan. Lingkungan dibedakan menjadi lingkungan alam hayati,
lingkungan alam non-hayati, lingkungan buatan dan lingkungan sosial. Pendidikan
merupakan salah satu kewajiban pertama bagi orang tua. Dalam Islam, orang yang
paling bertanggung jawab dalam pendidikan anak adalah orang tua. Keluarga adalah
“umat terkecil” yang memiliki pimpinan dan anggota, mempunyai pembagian tugas
dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing anggotanya. Pendidikan
keteladanan terbaik bagi anak, ialah jika kedua orang tua mampu menghubungkan
anaknya dengan keteladanan Rasûlullâh SAW, sebagai uswah seluruh umat manusia.
Lingkungan sekolah yang positif yaitu lingkungan sekolah yang memberikan fasilitas
dan motivasi untuk berlangsungnya pendidikan agama.

2. RUMUSAN MASALAH

A. Bagaimana lingkungan pendidikan perspektif Al-Qur’an?

B. Bagaimana lingkungan pendidikan alam perspektif Al=Qur’an?

C. Bagaimana lingkungan pendidikan dalam menurut perspektif Al=Qur’an?

D. Bagaimana lingkungan pendidikan sosial perspektif Al-Qur’an?

3. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penuisan makalah ini selain untuk meme uhi tugas mata kuliah tafsir
hadis tarbawi makalah ini juga memiliki tujuan agar saya dan temn-teman bisa
memahami lebih dalam tentang lingkiungan pendidikan yang baik sesuai
dengan perspektif Al-Qur’an.

4
PEMBAHASAN

A. Lingkungan Pendidikan dalam Perspektif Alquran

Ki Hajar Dewantara membagi lingkungan pendidikan menjadi tiga, yaitu


lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. 1Ditinjau dari
pengaruhnya terhadap peserta didik, Abdurrahman Saleh membagi lingkungan
menjadi tiga, yaitu lingkungan yang berpengaruh positif, lingkungan yang
berpengaruh negative, dan lingkungan yang berpengaruh netral. 2Sartain , membagi
lingkungan menjadi tiga, yaitu lingkungan alam/luar atau external environment,
lingkungan dalam atau internal environment, dan lingkungan sosial atau social
environment, 3Dalam makalah ini akan diuraikan jenis-jenis lingkungan menurut
Sartain dan dianalisis berdasarkan prespektif Alquran. Hal ini disebabkan karena
dengan menguraikan ketiga jenis lingkungan menurut Sartain tersebut, maka jenis
lingkungan baik yang dikemukakan oleh KI Hajar Dewantara maupun Abdurahman
Saleh secara langung akan dapat difahami.

B. Lingkungan Alam atau External Environment

Lingkungan alam atau external environment ialah segala sesuatu di dunia


selain manusia yang bisa berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
individu, seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim, hewan, dan sebagainya. Dalam
Al-Qur’an banyak sekali ayat yang menjelaskan tentang lingkungan alam. Di
antaranya adalah dalam Surat An-Naml [27]: 61, An-Nahl [16]: 15, dan Surat
Lukman [31]: 10 sebagai berikut

‫امن جعل األرض قرارا وجعل حللها انهارا و جعل لها رواسى و جعل بين البحرين حاجزا أءله مع هللا بل‬
‫اكثرهم ال يعلمون‬

“…atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang
menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gununggunung
untuk mengkokohkannya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah
disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari

1
Sama’un bakrie ( 2005 ), menggagas konsep ilmu pendidikan islam, Bandung: pustaka Bani Quraisy
hlm 97
2
Abdurrahman Saleh. ( 1989 ). Didaktik dan Methodik Pendidikan Agama. Jakarta: PT Bulan
Bintang. hlm. 77-78.
3
Ngalim purwanto. ( 2014 ). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda karya hlm.28

5
mereka tidak mengetahui.” (Q.S. An-Naml [27]: 61)
‫وألقى في االرض رواسى ان تميدبكم وانهارا و سبال لعلكم تهتدون‬

“Dan Dia menancapkan gununggunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang
bersama kamu, ( dan Dia menciptakan ) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu
mendapat petunjuk.” (Q.S. AnNahl [16]: 15)
‫خلق السموات بغير عمد ترونها وألقى في االرض رواسى ان تميدبكم وبث فيها من كل دابة وانزلنا من السماء‬
‫ماء فانبتنا فيها من كل زوج كريم‬

“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan
gunung-gunung ( di permukaan ) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu;
dan memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang. dan Kami
turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-
tumbuhan yang baik.” (Q.S. Luqman [31]: 10)

Ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah S.W.T. menciptakan gunung


yang memiliki fungsi agar bumi tidak goyang dan dapat mebuat rasa aman bagi
mmanusia dari goncangan.4Dalam Surat Lukman ayat 10 dijelaskan, bahwa dengan
diciptakannya gunung juga memiliki banyak manfaat, misalnya akan mempengaruhi
musim di daerah sekitarnya, menarik turunnya hujan, serta memberikan bahan-bahan
mentah untuk keperluan lainnya. 5Dengan kata lain, apabila lingkungan alam
goncang, iklim tidak stabil, dan bahan-bahan untuk keperluan hidup mausia tidak
tersedia di alam, maka proses pendidikan tidak berjalan secara efektif.Allah S.W.T.
melarang manusia berbuat kerusakan di alam semesta. Sebagaimana firman-Nya
dalam Surat AlA’raf [ 7 ]: 56:

‫وال تفسدوا في االرض بعد اصالحها ودعوه خوفا وطمعا ان رحمة هللا قريب من المحسنين‬

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi, sesudah ( ALLAH )


memperbaikinya dan berdoalah kepada-NYA dengan rasa takut ( tidak akan
dikabulkan ) dan harapan ( akan dikabulkan ) ssungguhnya rahmat ALLAH sangat
dekat kepada orang-orang yaang berbuat baik.”

Ayat tersebut menjelaskan bahwa kita manusia dilarang berbuat kerusakan di


muka bumi selain itu, ayat itu juga menjelaskan bahwa ketika kita berdoa kita harus
merasa akut tidak dikabulkan dan berharap doa kita di kabulkan serta penegasan

4
Afzalur Rahman. ( 2000 ). AlQur’an Sumber Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 135.
5
Ibid 136

6
bahwa rahmat Allah S.W.T. amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
Dalam ilmu ushul fiqh, ketika dilarang melakukan sesuatu berarti kita diperintahkan
untuk melakukan kebalikannya. Misalnya, kita dilarang merusak alam berarti kita
diperintah untuk melestarikan alam. Adapun status perintah tersebut tergantung status
larangannya. Contoh, status larangan merusak alam adalah haram, itu menunjukan
perintah melestarikan alam hukumnya wajib. Sementara itu, Fakhruddin Al-Raziy
dalam menanggapi ayat di atas, berpendapat bahwa ayat tersebut menunjukkan
larangan membuat kerusakan. Pada dasarnya, setiap perbuatan yang menimbulkan
madharat itu dilarang agama. Al-Qurtubi menyebutkan dalam tafsirnya bahwa
penebangan pohon juga merupakan tindakan pengrusakan yang mengakibatkan
adanya madharat. Beliau juga menyebutkan bahwa mencemari air juga masuk dalam
bagian pengrusakan.6

C. Lingkungan dalam atau internal environment

Lingkungan dalam atau internal environment adalah segala sesuatu yang


termasuk lingkungan alam atau luar yang berada di dalam perut atau berada dalam
pencernaan atau yang sudah diserap oleh pembuluh-pembuluh darah. Dengan kata
lain, lingkungan dalam meliputi segala kondisi dan material jasmaniah di dalam
tubuh manusia, seperti gizi, vitamin, protein air, zat asam, dan sebagainya yang dapat
mempengaruhi sistem syaraf, peredaran darah, pernafasan, pencernaan makanan,
kelenjar-kelenjar indoktrin, selsel pertumbuhan, dan kesehatan jasmani.Alquran
sudah mengatur tentang lingkungan dalam atau makanan. Allah S.W.T. berfirman
dalam Alquran Surat AlBaqarah [2]: 168 yang berbunyi:

‫يا ايها الناس كلوا مما في االرض حالال طيبا وال تتبعوا خطوات الشيطان انه لكم عدو مبين‬
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu
adalah musuh yang nyata bagimu.”

Ayat di atas menegaskan bahwa ada dua hal yang harus diperhatikan oleh
manusia dalam memenuhi lingkungan dalam atau memenuhi kebutuhan makanan,
yaitu makanan harus halal dan thayyib. Kata halal berasal dari kata yang berarti lepas
atau tidak terikat. Sesuatu yang halal adalah sesuatu yang terlepas dari ikatan bahaya
duniawi dan ukhrawi. Kata halal juga berarti boleh. Dalam bahasa hukum, halal
berarti sesuatu yang dibolehkan agama. Halal bermakna tidak haram, baik dari segi

6
Al Tafsir Al-Kabir, IV, hlm. 108-109; dan Tafsir Al Qurtubi, VII. hlm. 226.

7
zatnya dan cara memperolehnya. Kata thayyib dari segi bahasa berarti lezat, baik,
sehat, menenteramkan, dan paling utama. Pakar tafsir menjelaskan kata ini dalam
konteks perintah makan berarti bahwa makanan yang tidak kotor

D. Lingkungan Sosial atau Social Environment

Lingkungan sosial atau social environment adalah semua orang atau manusia
yang mempengaruhi kita. Sartain membagi lingkungan sosial menjadi tiga, yaitu
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sedangkan Ki Hajar Dewantara membagi
lingkungan sosial menjadi tiga dengan istilah 3 pusat lembaga pendidikan, yang
mencakup lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

1). Keluarga

Keluarga terdiri atas dua kata, kawuladan warga. Dalam bahasa Jawa Kuno,
kawula berarti hamba, maksudnya orang yang menghambakan diri. Warga berarti
anggota, artinya seseorang yang dalam lingkungannya mempunyai hak dan kewajiban
atas terselenggaranya sesuatu dalam lingkungannya.7 Dengan kata lain keluarga
merupakan suatu kesatuan atau kelompok dimana anggota-anggotanya mengabdikan
diri demi kepentingan dan tujuan kelompok tersebut. Dalam konteks pendidikan,
keluarga memiliki kedudukan yang sangat penting. 37 UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas menyebutkan bahwa keluarga merupakan bagian dari lembaga
pendidikan informal. Keluarga juga disebut sebagai satuan pendidikan luar Karena
besarnya peran keluarga dalam pendidikan, Sidi Gazalba seperti yang dikutip
Ramayulis, mengkategorikan keluarga sebagai lembaga pendidikan primer, terutama
untuk masa bayi dan masa kanak-kanak sampai usia sekolah. Dalam keluarga, orang
tua, kerabat, famili, dan sebagainya berperan sebagai pendidik. Orang tua selain
sebagai pendidik, juga sebagai penanggung jawab. Oleh karena itu, orang tua dituntut
menjadi teladan baik berkenaan dengan ibadah, akhlak, dan sebagainya. Dengan
begitu, akan terbentuk kepribadian anak yang Islami dan menjadi modal awal dalam
menentukan proses pendidikan selanjutnya. Untuk memenuhi harapan tersebut,
keluarga harus mampu menjadi lingkungan yang menyenangkan dan
membahagiakan, terutama bagi anggota keluarga itu sendiri. Alquran
memperkenalkan konsep keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah. Firman Allah
S.W.T. dalam Surat Ar-Rum [30] Ayat 21

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-


isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
7
Zahara Idris dan Risma Jamal. (1992). Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Gramedia.

8
dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Q.S. Ar-
Ruum [30]:21)

Menurut Salman Harun, kata sakinah dalam ayat di atas diungkapkan dalam
rumusan li taskunu (agar kalian memperoleh sakinah) yang mengandung dua makna:
kembali dan diam. Kata itu terdapat empat kali dalam Alquran, tiga di antaranya
membicakan malam. Pada umumnya, malam merupakan tempat kembalinya suami ke
rumah untuk menemukan ketenangan bersama istrinya. Saat itu akan tercipta
ketenangan sehingga istri sebagai tempat memperoleh penyejuk jiwa dan raga.
Sementara mawaddah adalah cinta untuk memiliki dengan segenap kelebihan dan
kekuarangannya sehingga di antara suami istri saling melengkapi. Sedangkan rahmah
berarti rasa cinta yang membuahkan pengabdian. Kata ini memiliki konotasi suci dan
membuahkan bukti, yaitu pengabdian antara suami istri yang tidak kunjung habis.
Ketiga istilah inilah yang menjadi ikon keluarga bahagia dalam Islam, yaitu adanya
hubungan yang menyejukkan (sakinah), saling mengisi (mawaddah), dan saling
“mengabdi” (rahmah) antara suami dan istri. Penjelasan di atas mengisyaratkan
bahwa dalam proses pendidikan di keluarga itu harus dilaksanakan secara sakinah,
mawaddah, dan rahmah atau dengan hubungan yang menyejukkan, penuh cinta, dan
kasih sayang, saling mengisi serta “mengabdi”.8 8Dalam Islam, orang yang paling
bertanggung jawab dalam pendidikan anak adalah orang tua. Ia bertanggung jawab
sejak anak-anak masih dalam kandungan. Ibu diperintahkan untuk memperhatikan
kesehatannya, karena kesehatan ibu mempengaruhi perkembangan janin, bahkan
kewajiban agama pun bisa ditangguhkan bila dalam pelaksanaanya menganggu
kesehatan ibu atau si janin.

Tanggung jawab itu disebabkan oleh dua hal, yaitu: 1) karena kodrat, dan 2)
karena kepentingan kedua orang tua. Orang tua ditakdirkan untuk bertanggung jawab
terhadap pendidikan anak-anaknya. Dengan demikian, pendidikan orang tua pun
harus diperhatikan, khususnya pendidikan ibu, sehingga diharapkan ibu rumah tangga
tidak hanya mengikuti pendidikan dikala masih di bangku sekolah saja, tetapi harus
senantiasa belajar baik melalui pengajian, majlis taklim, radio, televisi, dan bahkan
internet, sebab pendidikan ibu nantinya akan mempunyai implikasi yang sangat kuat
terhadap perkembangan dan pendidikan anak.

8
Salman Harun. ( 1999 ). Mutiara Al-Qur’an: Aktualisasi Pesan Al-Qur’an dalam Kehidupan. Jakarta:
Kaldera.hlm 94

9
Anak mengambil contoh pada anggota keluarganya, kepada ayahnya,
kepadaibunya atau saudara-saudaranya maka orang tua di dalam keluarga harus
memperhatikan anak-anaknya serta mendidiknya. Orang tua berkepentingan terhadap
kemajuan dan perkembangan anak-anaknya, orang senantiasa berharap agar putra-
putrinya menjadi lebih baik dari keadaan orang tuanya. Juga anak sebagai penerus
estafet amal ibadah orang tuanya, agar anak tidak menjadi lemah dan agar si anak
selamat baik di dunia maupun di akhirat hingga dapat membawa kebaikan pada orang
tuanya. Keluarga adalah “ umat terkecil ” yang memiliki pimpinan dan
anggota,mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi
masing-masing anggota nya. Ibu yang melahirkan disebut dengan umm, seakar
dengan kata kata ummat, hal ini dikarenakan ibu yang telah melahirkan di pundaknya
dibebankan pembinaan anak dalam kehidupan rumah tangga yang merupakan tiang
umat, tiang negara dan bangsa. Untuk mewujudkan hal di atas, ada beberapa kiat atau
langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh seorang ibu, yakni: 1) sejak masih dalam
kandungan seorang ibu diharuskan banyak berdo’a dan tadarus al-Qur’ân serta
menghindarkan dari perbuatan tercela. 2) Saat janin lahir, kedua orang tua (ayah)
hendaknya mengazankan dan mengiqomahkan di kedua telinga anaknya, yang diikuti
dengan pemberian nama yang baik, 3) memberikan makan-makanan yang halal dan
bergizi (halâlan thoyyiban), karena makanan akan sangat berpengaruh pada
perkembangan fisik dan psikis seorang manusia, makanan dan minuman dapat
berpengaruh terhadap jiwa dan mental pemakannya, perasaan manusia dipengaruhi
oleh kualitas dan kuantitas makanannya, 4) mengajarkan akidah yang benar,
keimanan ( aqîdah ) adalah hal terpenting yang harus senantiasa diperhatikan oleh
orangtua. Karena jika aqidah seseorang baik dan kuat maka segi-segi yang lain pun
akan menjadi baik, 5) Tauladan dan kontinuitas dalam ibadah dan akhlak,
keteladanan merupakan faktor penting dalam sebuah pendidikan.

Baik atau buruknya akhlak seorang anak sangat tergantung dari keletadanan
yang diberikan oleh orang tua. Hal ini dikarenakan orang tua adalah contoh terbaik
dan terdekat dalam pandangan anak, yang akan ditirunya dalam tindak-tanduknya dan
tata santunnya, disadari ataupun tidak, bahkan tercetak dalam jiwa dan perasaan suatu
gambaran orangtua tersebut, baik dalam ucapan atau perbuatan, baik material atau
spiritual, diketahui atau tidak diketahui. Betapapun suci dan bersihnya fitrah manusia,
betapa pun baiknya suatu sistem pendidikan tidak akan mampu mencetak atau
membentuk generasi yang baik, tanpa adanya keteladanan dari sang pendidik (orang
tua).

10
Anak akan tumbuh dalam kebaikan, memiliki kemuliaan akhlak, jika kedua
orang tuanya memberikan teladan yang baik, demikian pula sebaliknya, ia akan
tumbuh dalam kesesatan, berjalan dalam kekufuran dan kemaksiatan, jika ia melihat
kedua orang tuanya memeberikan teladan yang buruk. Tidak mungkin sang anak
belajar amanah, kemuliaan, sopan santun, kasih sayang dan sebagainya, jika kedua
orang tua memiliki sifat yang berlawanan seperti dusta, kasar, suka mencela, pun
sebaliknya. Pendidikan keteladanan terbaik bagi anak, ialah jika kedua orang tua
mampu menghubungkan anaknya dengan keteladanan Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi
wa Salam, uswah seluruh umat manusia. Sebagaimana yang diperintahkan oleh
Rasûlullâh SAW, yang artinya; “Didik lah anak-anakmu tiga perkara: cinta kepada
nabi mereka, cinta kepada sanak keluarga dan membaca al-Qur`an” ( H.R. ath-
Thabrâni

2). Lingkungan Sekolah

Secara historis, sekolah merupakan perkembangan lebih lanjut dari


keberadaan masjid. Sebab, tempo dulu proses pendidikan dilaksanakan di masjid. Di
masjid terjadi proses pembelajaran yang di dalamnya ada guru, peserta didik, materi,
dan metode pembelajaran yang diterapkan. Sekolah atau madrasah, merupakan
lembaga pendidikan formal yang dapat membentuk kepribadian anak. Lingkungan
sekolah yang positif yaitu lingkungan sekolah yang memberikan fasilitas dan
motivasi untuk berlangsungnya pendidikan agama, tugas sekolah sangat penting
dalam menyiapkan anak untuk kehidupan masyarakat, sekolah juga sebagai produsen
dan pemberi jasa yang sangat erat hubungannya dengan pembangunan. Pembangunan
tidak mungkin berhasil dengan baik tanpa di dukungnya dengan manusia yang
memiliki sumber daya yang berkualitas sebagai produk pendidikan. Karena itu
sekolah perlu dirancang dengan baik. Sekolah merupakan lingkungan baru bagi anak.
Tempat bertemunya ratusan anak dari berbagai kalangan dan latar belakang yang
berbeda, baik status social maupun agamanya. Di sekolah inilah anak akan terwarnai
oleh berbagai corak pendidikan, kepribadian dan kebiasaan, yang dibawa masing-
masing anak dari lingkungan dan kondisi rumah tangga yang berbedabeda. Begitu
juga para pengajar berasal dari berbagai latar belakang pemikiran dan budaya serta
kepribadian. Pada mulanya pendidikan dilaksanakan di dalam keluarga, ayah dan

11
ibunya lah sebagai pendidik utama, akan tetapi kondisi sekarang orang tua
menyerahkan tanggung jawab pendidikan sepenuhnya kepada sekolah, melihat
kondisi seperti ini maka peranan guru disekolah perlu dioptimalkan, sebagai
pemegang amanah guru bertangung jawab atas amanah yang diserahkan kepadanya.
Seorang guru atau pengajar adalah merupakan social dan tokoh yang menjadi
uswatun hasanah bagi peserta didik dalam mengambil semua nilai dan pemikiran
tanpa memilah antara yang baik dengan yang buruk.

Pendidik menurut Islam adalah setiap individu yang bertanggung jawab


terhadap perkembangan peserta didik. Pendidikan pertama dan utama adalah
keluarga. Tugas mendidik sebenarnya berada di pundak orangtua sebab dari
merekalah proses kelahiran anak terjadi, orangtua adalah pihak yang paling dekat
dengan anak dan paling berkepentingan terhadap anak-anaknya sehingga mereka
diberi amanah dan tanggungjawab untuk mengembangkan anak-anaknya. Setiap
orang tua memiliki tugas pendidikan. Setiap orang tua memiliki kepentingan terhadap
anak-anaknya, yaitu: a) anak sebagai generasi penerus keturunan, b) anak merupakan
kebanggan dan belaian kasih orangtua dan c) doa anak merupakan investasi bagi
orangtua setelah mereka wafat. Untuk itu, guru pendidikan agama Islam harus
mempunyai karakter humanis multi kulturalis yang memiliki ciri : pertama, tidak
terjebak pada pemahaman keagamaan yang rigit, mengingat tafsir agama sangat
variatif dan beragam. Kedua, tidak mengedepankan klaim kebenaran ( truth claim )
dan justifikasi teologis. Ketiga, menunjung tinggi hak asasi manusia dan keadilan,
serta memandang keragaman dan perbedaan sebagai sunatullah anugerah Tuhan.
Keempat, ikut mempromosikan perdamaian serta aktif mengkampanyekan anti ujaran
kebencian ( hate speech ) kepada peserta didik nya, baik di media social maupun di
kehidupan nyata

Karena anak-anak memandang, guru adalah sosok yang disanjung, didengar


dan ditiru, sehingga pengaruh guru sangat besar terhadap kepribadian dan pemikiran

12
anak. Oleh sebab itu, seorang pengajar harus membekali diri dengan ilmu dîn
(agama) dan ilmu keduiawian, akhlak yang mulia, serta rasa ocial kepada anak didik.

Menurut Abuddin Nata, di dalam Alquran tidak ada satu kata pun yang secara
langsung menunjukkan pada arti sekolah atau madrasah. Akan tetapi kata madrasah
dapat diambil dari kata darasa. Kata darasa di dalam Alquran dijumpai sebanyak 6
kali. Kata-kata darasa tersebut mengandung pengertian yang bermacammacam. Di
antaranya berarti mempelajari sesuatu (Al-An’am: 105); mempelajari Taurat (Al-
A’raf: 169); perintah agar mereka (ahli kitab) menyembah Allah S.W.T. lantaran
mereka telah membaca Al-Kitab (Ali-ĺmran: 79); pertanyaan kepada kaum Yahudi
apakah mereka memiliki kitab yang dapat dipelajari (Al Qalam: 37); informasi bahwa
Allah S.W.T. tidak pernah memberikan kepada mereka suatu kitab yang mereka
pelajari/dibaca (Saba’: 44); dan berisi informasi bahwa Alquran ditujukan sebagai
bacaan untuk semua orang (Al An’am: 165).99

Dari keterangan tersebut jelaslah bahwa kata-kata darasa yang merupakan


akar kata dari madrasah terdapat dalam Alquran. Hal ini membuktikan bahwa
keberadaan madrasah atau sekolah sebagai tempat belajar atau lingkungan pendidikan
sejalan dengan semangat Alquran yang senantiasa menunjukkan kepada umat
manusia agar mempelajari sesuatu.

Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,


membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Memiliki kemampuan dalam mengembangkan potensi peserta didiknya,
mendewasakan mereka, memberdayakan komponen pendidikan, memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, dan bertanggung jawab dalam proses
pendidikan. Guru sebagai muallim, peranannya terfokus pada mentransfer dan
menginternalisasikan ilmu pengetahuan dalam rangka mewujudkan peserta didik
yang mampu menguasai, mendalami, memahami, mengamalkan ilmu baik secara
teoritis maupun praktis. Guru sebagai muaddib, bertugas menanamkan nilai-nilai
tatakrama, sopan santun, dan berbudi pekerti yang baik. Muaddib, orang yang harus
menjadi teladan bagi peserta didik karena sebelum melaksanakan tugas, ia harus
mengamalkan adab dan tingkah laku yang terpuji. Guru sebagai mursyid, bertugas
membimbing peserta didik agar memiliki ketajaman berpikir, dan kesadaran dalam
beramal. Guru sebagi mudarris, berusaha mencerdaskan peserta didik,
mengembangkan potensi mereka dan menciptakan suasana belajar yang harmonis.
9
Abuddin Nata. ( 2014 ). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama. hlm. 79.

13
Guru sebagai mutli, bertanggung jawab terhadap proses perkembangan kemampuan
membaca peserta didik. Selain dapat membaca baik secara lisan maupun tulisan, juga
harus mampu memahami dan menterjemahkannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru
sebagai muzakki, bertugas menjauhkan diri peserta didik dari sifat-sifat tercela dan
menanamkan sifat-sifat terpuji.

Indikator sebuah sekolah dikatakan baik atau bagus pun dari waktu ke waktu
berubah. Ketika masa penjajahan Belanda, sekolah bagus menurut kaum pribumi
pada waktu itu adalah sekolah bergengsi yang dibentuk oleh pemerintah kolonial
Belanda. Ada sekolah untuk anak-anak pribumi berbahasa Belanda, tapi khusus bagi
pegawaipegawai tinggi seperti: demang, wedana, dan sebagainya, yaitu HIS, MULO,
dan AMS. Sedangkan sekolah yang dianggap kurang bermutu waktu itu adalah
sekolah yang diperuntukkan kaum pribumi secara umum yang di Jawa biasa disebut
dengan Sekolah Ongko Loro (bahasa jawa) yang berarti angka dua.Pada jaman
kemerdekaan berbeda lagi. Undang-undang pendidikan yang lahir pada waktu itu
(UU tahun 1947, 1950, dan 1954) fungsi dan tujuannya bernuansa persatuan bangsa.
Undang-undang pendidikan selanjutnya yaitu tahun 1967 (Tap MPR) bernuansa
membendung ideologi komunis. Sedangkan dua undang-undang pendidikan terakhir,
yaitu No. 2/1989 dan No. 20/2003 fungsi dan tujuannya bernuansa sains dan
teknologi.Fungsi dan tujuan pendidikan sebagai indikator sekolah bagus yang
diamanahkan undang-undang kepada lembaga pendidikan dalam Undang-undang No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 disebutkan fungsi
pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sedangkan tujuannya adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Itulah indikator yang paling sederhana
untuk menilai standar sekolah bagus di negara kita.

Glasser dalam bukunya yang kedua, The Quality School Teacher memberi
pesan kepada kita bahwa sedikitnya ada enam indikator yang harus dipenuhi sebuah
sekolah agar menjadi sekolah berkualitas. Ke enam indikator tersebut adalah: 1)
lingkungan kelas yang hangat dan mendukung, 2) siswa harus selalu diminta
( hanya ) untuk melakukan hal-hal yang berguna, 3) siswa selalu diminta untuk
mengerjakannya sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya, 4) siswa diajari dan
diberi kesempatan mengevaluasi pekerjaan mereka sendiri kemudian diminta untuk

14
meningkatkannya, 5) pekerjaan yang berkualitas selalu terasa menyenangkan, 6)
pekerjaan berkualitas tidak pernah bersifat merusak.

3) Pendidikan di Masyarakat

Masyarakat sebagai lembaga pendidikan non formal, juga menjadi bagian


penting dalam proses , tetapi tidak mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan
ketat. Masyarakat yang terdiri dari sekelompok atau beberapa individu yang beragam
akan mempengaruhi pendidikan peserta didik yang tinggal di sekitarnya. Oleh karena
itu, dalam pendidikan Islam, masyarakat memiliki tanggung jawab dalam mendidik
generasi muda tersebut. Masyarakat sebagai lembaga ketiga sesudah keluarga dan
sekolah mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dengan
batasan yang tidak jelas dan keaneka ragaman bentuk kehidupan ocial serta berbagai
jenis macam budaya.

Setiap masyarakat di manapun berada tentu mempunyai karakteristik sendiri


sebagai norma khas di bidang ocial budaya yang berbeda dengan karakteristik
masyarakat lain,namun juga mempunyai norma-norma yang universal dengan
masyarakat pada umumnya di masyarakat terdapat norma norma ocial budaya yang
harus di ikuti oleh warganya dan norma norma itu berpengaruh dalam pemebentukan
kepribadian warganya dalam bertindak dan brsikap. Mengingat pentingnya peran
masyarakat sebagai lingkungan pendidikan, maka setiap individu sebagai anggota
masyarakat harus menciptakan suasana yang nyaman demi keberlangsungan proses
pendidikan yang terjadi di dalamnya. Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat
ditinjau dari tiga sisi, yaitu :

1)   Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan.

2)   Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat.

3)   Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar baik yang dirancang (by
design), maupun yang dimanfaatkan (utility).

  Lembaga kemasyarakatan kelompok sebaya dan kelompok sosial seperti


remaja masjid, pramuka, dan sebagainya. Kelompok teman sebaya mempunyai fungsi
terhadap anggotanya antara lain :

1)      Mengajar berhubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain.

2)      Memperkenalkan kehidupan masyarakat yang lebih luas.

15
3)      Menguatkan sebagian dari nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat
orang

dewasa.

4)      Memberikan kepada anggota-anggotanya cara-cara untuk membebaskan diri


dari pengaruh

kekuatan otoritas.

5)      Memberikan pengalaman untuk mengadakan hubungan yang didasarkan pada


prinsip

persamaan hak.

6)      Memberikan pengetahuan yang tidak bisa dibrikan oleh keluarga secara
memuaskan ( pengetahuan mengenai cita rasa berpakaian, musik, jenis tingkah laku
tertentu, dan lain lain ).

7)  Memperluas cakrawala pengalaman anak, sehingga ia menjadi orang yang lebih


kompleks.

Dengan demikian organisasi tersebut menyediakan program pendidikan bagi


anak-anaknya, yakni :

c. Mengajarkan keyakinan serta praktik-praktik keagamaan dengan cara


memberikan

pengalaman-pengalaman yang menyenangkan bagi mereka

2) Mengajarkan bagi mereka tingkah laku dan prinsip-prinsip moral yang sesuai
dengan

keyakinan-keyakinan agamanya

3)  Memberikan model model bagi perkembangan watak

Fungsi Lingkungan Pendidikan Terhadap Proses Pendidikan Manusia. Setiap


pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga
kegiatan pendidikan, yakni:

a.    Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya

16
b.    Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan

c.    Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.

Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik


dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai sumber
daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
Terdapat hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara lingkungan yang
satu dengan lingkungan yang lain.
Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia.
Lingkungan sekolah sebagai bekal keterampilan dan ilmu pengetahuan, sedangkan
lingkungan masyarakat merupakan tempat praktek dari bekal yang diperoleh di
keluarga dan sekolah sekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan diri.

PENUTUP

17
KESIMPULAN

a) Lingkungan pendidikn adalah tempat pendidikan dilaksanakan,


b) Secara umum lingkungan pendidikan terdiri dari: lingkungan alam.
Lingkungan dalam dan lingkungan sosial
c) Para ahli menyebutkan jenis lingkngan pendidikan yaitu : pendidikan
keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan di masyarakat
d) Kedua orang tua adala sosok paling berpengaruh dalam pendidikan
seorang anak,
e) Guru adalah sosok yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak
di sekolah.
f) Teman sebaya dan pergaulan juga berpengaruh bagi pendidikan anak
karena berada di lingkungan masyarakat
g) Islam menganjurkan umatnya untuk memakan makanan yang halal
dan baik karena baik atau tidaknya makanan yang di konsumsi
seseorang berpengaruh terhadap prilaku dan kecerdasan seseorang
tersebut

SARAN

Demkianlah makalah ini saya buat dengan sungguh sungguh. Saya seaku
penulis makalah menyadari bahwa makalah yang saya buat masih memiliki banyak
kekurangan, ya mun gkin karena sulitnya untuk memanfaatkan teknologi yang ada.
Terimakasih kepada bapak dosen atas ilmunya dan saya akan berusaha untuk
menerapkan ilmu yang bapak sampaikan sepanjang waktu. Semoga bapak dosen dan
seuruh teman teman yang membaca ini bisa memberikan nasihat atau saran agar saya
dapat berubah menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

18
Al Tafsir Al Kabir, IV, dan Tafsir Al Qurtubi, VII.

Harun. salman ( 1999 ). Mutiara Al Qur’an : Aktualisasi Pesan Al-Qur’an dalam


Kehidupan. Jakarta: Kaldera

Idris. Zahara dan Risma Jamal. ( 1992 ). Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta:
Gramedia.

Nata . Abuddin ( 2014 ). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Gaya Media Pratama

Purwanto, M . N. ( 2014 ). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda karya

Rahman. afzalur ( 2000 ). Al Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan . Jakarta : Rineka


Cipta.

Saleh. Abdur Rahman ( 1989 ). Didaktik dan Methodik Pendidikan Agama. Jakarta :
PT Bulan Bintang.

19

Anda mungkin juga menyukai