Anda di halaman 1dari 7

KOGNISI :

Proses pengolahan informasi mengenai lingkungan yang diterima oleh alat-alat indera
Melibatkan :
1. Seleksi informasi,
salah satunya bicara tentang proses atensi di mana informasi-informasi yang ada di
dalam lingkungan ttidak serta merta semuanya diolah oleh kognisi kita tetapi diseleksi
terlebih dahulu.
2. Pembuatan perubahan informasi yg diperoleh,
jadi yang tadinya informasi itu berbentuk misalnya cahaya atau suara, itu ubah
informasinya disebut transduksi. Perubahan informasi menjadi sinyal-sinyal kimia yang
diterima di dalam otak
3. Asosiasi antar informasi,
jadi kita menghubungkan informasi satu dengan informasi yang lainnya dan itu
terjadi pada proses kognisi
4. Elaborasi informasi dalam pikiran,
disebut elaborasi itu adalah memperkaya informasi, jadi misalnya awalnya kita cuma
tahu mobil itu beroda empat tetapi ketika kita mendapatkan terus banyak informasi ternyata
mobil itu bukan cuma punya roda Tetapi dia ada kaca spion kemudian dia bisa bergerak
kemudian dia bisa mengangkut sesuatu kemudian tidak hanya bisa mengangkut orang tetapi
bisa juga mengangkut barang dan lain-lain jadi memperkaya informasi.
5. Penyimpanan informasi di memori
6. Pengambilan informasi,
bisa dalam bentuk Ketika kita melakukan pengambilan keputusan pemecahan
masalah atau untuk berpikir kreatif. Misalnya, anda belajar tentang penjumlahan kemudian di
simpan di dalam otak anda terkait dengan penjumlahan tersebut. kemudian sewaktu-waktu
ketika ada persoalan terkait dengan penjumlahan Anda ambil kembali untuk memecahkan
masalah persoalan tersebut.

Sign-gestalt theory/ Sign Learning


/Expectancy theory

 E. C. Tolman (1932) emphasized the purposiveness of behavior—the idea that much of


behavior is goal-directed. perilaku itu bertujuan, jadi suatu perilaku itu bertujuan dan tujuan
itu bisa mengarahkan perilaku.

 Penting untuk mempelajari keseluruhan urutan perilaku agar dapat memahami mengapa sso
melakukan perilaku tertentu. jadi di dalam training ini yang paling penting adalah sebelum
hasil perilakunya Seperti apa Jadi perilaku-perilaku yang sebelumnya itu seperti apa sehingga
menghasilkan perilaku akhir tersebut
 Tolman → ketika classical dan operant conditioning muncul, organisme memperoleh
harapan-harapan (expectancies) tertentu. jadi menurut Tolman setiap individu atau setiap
organisme i memiliki harapan Kenapa dia perlu menampilkan perilaku tersebut

 Peninggalannya : Role of goal setting in human behavior


jadi peran dari tujuan dalam perilaku manusia Jadi intinya tidak mungkin anda misalnya makan
kalau sebelum-sebelumnya anda tidak punya harapan untuk makan atau tujuan untuk makan itu jadi
menurut dia perilaku itu memang diawali dari perilaku itu bertujuan tidak serta-merta muncul begitu
saja. Bukan hanya sekedar orang belajar tentang bahwa konsekuensi tertentu menghasilkan perilaku
tertentu jadi tidak serta merta orang bisa memunculkan perilaku tersebut karena ada konsekuensi itu
juga tergantung kalau dia punya harapan.

 Menurut Tolman (1948), organisme membentuk peta kognitif yg terbentuk dari harapan
mengenai perilaku mana yg dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
jadi dia berharap ketika memunculkan pelaku ini maka itu akan mencapai tujuan tersebut.
misalnya di dalam operant conditioning kenapa tikus akhirnya terus menekan tombol itu, karena dia
punya tujuan untuk mendapatkan makanan. jadi dia berharap dengan perilaku tersebut dia
mendapatkan tujuan.

 Peta kognitif → representasi mental organisme mengenai struktur dari ruang fisik. jadi
mengenai hal-hal yang diketahui tentang dunia di sekitarnya

Jenis-jenis Belajar Kognitif


1. LATENT LEARNING
Latent = hidden(Tersembunyi)
“Proses belajar dimana hasilnya tidak langsung muncul dalam bentuk tampilan
perilaku sampai ada kondisi yg memungkinkan tampilan perilaku.”

 Tersimpan scr kognitif di memori namun belum ditampilkan dalam bentuk perilaku.
 Tolman and Hoznik (1930).
Eksperimen yg melibatkan 3 kelompok tikus yg belajar untuk memecahkan maze.

Group 1 tidak diberi reinforcement saat berhasil memecahkan maze.


Group 2 selalu diberi reinforcement.
Group 3 tidak diberi reinforcement sampai hari ke-11

2. Insight Learning
Wolfgang Kohler, psikolog Jerman.
The Mentality of Apes
Kohler ingin melihat kemampuan kera dalam menggunakan peralatan sederhana dan
memecahkan masalah.
Pengamatan thd kera (sultan) alatnya berupa :
1. Stick problem
2. Box problem
Kohler ini mengamati tingkah laku kera di dalam suatu ruangan di mana ruangan itu terdapat
makanan di atasnya. Kemudian ada beberapa box di dalam ruangan tersebut dan ada stik di dalam
ruangan tersebut dan ternyata hari ke hari diamati ketika kera memiliki tujuan untuk mengambil
makanan tersebut di atas, dia menggunakan box-box tersebut dengan ditumpuk dan kemudian ketika
dia sudah menumpuk box tersebut ternyata masih belum sampai tangannya untuk menggapai hal
tersebut dan akhirnya dia mencoba dengan stik dan dia bisa menggapai makanan tersebut. ini disebut
dengan Insight learning jadi Insight learning ini adalah belajar mendapatkan cara pemecahan
masalah. Jadi, dia bisa mempergunakan berbagai macam objek atau berbagai macam benda di luar
dari fungsinya untuk memecahkan masalah.
Insight learning → bentuk pemecahan masalah dimana organisme mengembangkan insight
atau pemahaman secara tiba-tiba mengenai solusi permasalahan.
Seringkali muncul scr mendadak → pemecahan masalah tanpa melalui pengalaman.

Penelitian Kohler tidak terkontrol dgn baik → seringkali beberapa kera berada dalam kandang
yg sama.
Kritik → binatang/kera mungkin
belajar dengan cara
mengimitasi/mencontoh kera yang lain

Social Cognitive Theory


Prinsip umum :
1. Seseorang dapat belajar dengan mengobservasi perilaku orang lain dan juga mengobservasi
hasil dari perilaku tersebut
2. Belajar dapat muncul tanpa adanya perubahan perilaku
3. Kognisi memberikan peran dalam belajar
4. Orang dapat mengontrol perilakunya dan lingkungannya.
OBSERVATIONAL LEARNING
Albert Bandura
 is learning that occurs when a person observes and imitates behavior.
learning atau belajar itu dapat terjadi ketika seseorang mengobservasi dan meniru perilaku
orang lain
 Melalui observasi, diperoleh pengetahuan, kemampuan, aturan, strategi, keyakinan dan sikap.
 Menghilangkan trial and error.
jadi menurut Albert badura dalam belajar itu tidak ada trial and error tapi dengan kita
mengobservasi atau meniru perilaku orang lain maka kecil kemungkinan untuk terjadi
kesalahan Karena model Itu sudah merupakan model yang memang mumpuni untuk
melakukan sesuatu.

3. Observational Learning
1. Attention
Atensi dibutuhkan untuk dapat mengimitasi suatu perilaku secara akurat
2. Retention
Untuk dapat meniru model, maka informasi hasil observasi harus disimpan dalam
memori. jadi retension ini adalah ketika kita sudah memperhatikan model tersebut
lakukan apa kemudian proses selanjutnya adalah kita menyimpannya dalam memori kalau
dalam penyimpanan memorinya gagal maka tidak akan terjadi observational learning. jadi
misalnya kita lupa Apa yang dilakukan oleh model tersebut tidak akan terjadi yang
namanya observational learning. Kenapa informasi itu bisa tersimpan dalam memori kita
yaitu karena pertama kita punya tujuan untuk bisa melakukan hal tersebut

3. Motor reproduction
Proses mereplikasi/mengulangi Kembali perilaku yg diperlihatkan oleh model.

4. Reinforcement
Reinforcement berfungsi untuk memperkuat perilaku
jadi ketika dia sudah mengulangi kembali apa yang dilakukan oleh model dan
kemudian dia mendapatkan apa yang kamu lakukan bagus karena kamu sudah sesuai
dengan apa yang dilakukan oleh bu guru bagi siswa tersebut sehingga sewaktu-waktu
perilaku tersebut akan menetap dan cenderung akan Diulangi Kembali. tapi kalau
misalnya tidak mendapatkan feedback apapun atau sebaliknya malah mendapatkan
cemoohan maka perilaku tersebut akan melemah dan kemudian dia tidak akan
mengulangi perilaku itu Kembali.

 Seeing a model attain a reward for an activity increases the chances that an observer will
repeat the behavior — vicarious reinforcement .
Jadi, Yang ditiru itu adalah karena ada konsekuensi di balik perilaku tersebut
sehingga perilaku itu akan dilakukan. Oh Ternyata kalau saya bertanya kemudian saya
menjawab di dalam kelas saya mendapatkan nilai teman-teman saya itu mendapatkan nilai
baik oke kalau kayak gitu Saya akan lakukan perilaku tersebut jadi fokusnya pada hasil yang
diperoleh dari perilaku tersebut
 Seeing the model punished makes the observer less likely to repeat the behavior — vicarious
punishment
jadi yang diamati adalah model tersebut mendapatkan punishment tidaknya dari
perilaku tersebut kalau misalnya mendapatkan punishment maka dia tidak perlu coba untuk
melakukannya. orang ketika melakukan hal tersebut mengakibatkan punishment ya dia akan
menghindari perilaku tersebut

Faktor-Faktor yang mempengaruhi belajar


1. Faktor biologi
The structure of an organism’s body permits certain kinds of learning and inhibits others (Chance,
2009).
 instinctive drift , the tendency of animals to revert to instinctive behavior that interferes with
learning. jadi intinya, ada kecenderungan dari individu atau organisme tersebut untuk
melakukan perilaku yang memang diinginkan untuk dimunculkan. Jadi ada keinginan/ ada
kecenderungan untuk mempelajari perilaku tersebut
 preparedness The species-specific biological predisposition to learn in certain ways but not
others. Bicara tentang apakah kita sudah siap untuk menerima pembelajaran tersebut. Kalau
misalnya belum ada kesiapan secara biologis untuk menerima pembelajaran tersebut maka
kita tidak akan bisa melakukannya salah satunya adalah anak kecil misalnya meniru untuk
belajar berjalan tapi otot-otot kakinya belum kuat sehingga dia tidak memungkinkan untuk
dilakukan belajar
2. Faktor budaya
Most psychologists agree that the principles of classical conditioning, operant conditioning,
and observational learning are universal and are powerful learning processes in every culture.
However, culture can influence the degree to which these learning processes are used
(Goodnow, 2010).
Hampir semua psikologi berpandangan bahwa prinsip-prinsip belajar yang sudah kita bahas
itu universal bisa dilakukan di semua tingkat budaya tapi meskipun demikian budaya tetap
bisa mempengaruhi dalam prosesnya
Culture can determine the content of learning (Shiraev & Levy, 2010). budaya itu
mempengaruhi konten dari apa yang dipelajari bukan dari prosesnya

3. Faktor psikologis
Carol Dweck (2006) uses the term mindset to describe the way our beliefs about ability
dictate what goals we set for ourselves, what we think we can learn, and ultimately what we
do learn.
Two mindsets:
Jadi mindset ini sangat berkaitan dengan bagaimana keyakinan kita akan sesuatu. kalau
misalnya kita merasa kita bisa nih makanya ya itu akan terjadi belajar tapi kalau kita bilang
nggak bisa ya udah nggak akan terjadi.
 a fixed mindset, in which they believe that their qualities are carved in stone and
cannot change; or
jadi keyakinan anda akan sesuatu yang sifatnya tidak akan berubah

 a growth mindset ,in which they believe their qualities can change and improve
through their effort.
keyakinan kita akan sesuatu itu bisa berubah bisa berkembang dengan kita
mengusahakannya

 Fixed-mindset students typically read and re-read the text and class notes or tried to
memorize everything verbatim
pada siswa siswa yang fix mindset punya tipikal dia hanya membaca dan membaca
dari catatan kemudian mencoba mengingat kembali segala sesuatu yang ada di
Catatan hanya dicatatan
.
 Growth-mindset students took charge of their motivation and learning, searching for
themes and principles in the course and going over mistakes until they understood
why they made them.
dia punya motivasi untuk belajar dia akan mengembangkan dirinya, dia akan mencari
tahu Pengetahuan itu bukan hanya dari catatan yang dia tulis saja atau dari dosen
yang menyampaikan materi tapi dia juga akan mengembangkan misalnya dengan
mengikuti pelatihan mencari tahu tentang hal tersebut dari buku-buku yang lain.

Anda mungkin juga menyukai