Anda di halaman 1dari 204

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI


DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

EVI NUR HAMIDAH


P27220019021

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIPLOMA III
2022
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI


DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

EVI NUR HAMIDAH


P27220019021

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIPLOMA III
2022

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Evi Nur Hamidah

NIM : P27220019021

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Institusi : Politeknik Kesehatan Surakarta

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan
pengambil alih tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan
atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Surakarta, 13 Juni 2022

Pembimbing Pembuat Pernyataan

Dwi Sulistyowati , S.Kp., Ns., M.Kes Evi Nur Hamidah


NIP. 19631022 198511 2 001 NIM : P27220019021

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Evi Nur Hamidah NIM P27220019021 dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertensi Di RSUD Dr.Moewardi
Surakarta” telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Surakarta, 13 Juni 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Dwi Sulistyowati, S.Kp., Ns., M.Kes DR.Rita Benya Adriani,S.Kp., M.Kes


NIP. 19631022 198511 2 001 NIP. 19590208 198202 2 001

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Evi Nur Hamidah NIM P27220019021 dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertensi Di RSUD Dr.Moewardi
Surakarta” telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 13 Juni
2022.

Dewan Penguji

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil„alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah


SWT atas limpahan rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada
Pasien Hipertensi Di RSUD Dr.Moewardi Surakarta” dan tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Bapak Satino, SKM., M.Sc.N, selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta.

2. Bapak Widodo, M.N, selaku Ketua Jurusan Keperawatan yang telah


memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta.

3. Ibu Sunarsih Rahayu, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi
Diploma III Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat
menimba ilmu di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta.

4. Ibu Dwi Sulistyowati, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku pembimbing pertama


yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan,
inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi
sempurnanya Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Ibu DR.Rita Benya Adriani, S.Kep.,M.Kep selaku pembimbing kedua


yang telah membimbing dengan baik, memberi solusi, memotivasi, dan
menginspirasi dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Ibu Athanasia Budi Astuti, S.Kp.,M.N selaku penguji dan pembimbing


yang telah membimbing dengan baik, memberi solusi, momotivasi, dan

v
menginspirasi dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Semua Dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta yang


telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu
yang bermanfaat.

8. Staff dan Karyawan Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta


yang telah membantu sarana dan prasarana dalam penyelesaian Karya
Tulis Ilmiah ini.

9. Diri saya sendiri yang sudah berjuang dalam penyelesaian Karya Tulis
Ilmiah ini.

10. Kedua orangtua dan kakak saya yang selalu memberikan dukungan,
motivasi, semangat, dan doa demi terselesaikannya penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.

11. Teman-teman kelas semua yang telah memberikan semangat, dukungan,


dan bantuan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

12. Klien dan keluarganya, yang telah bersedia menjadi responden dalam studi
kasus.

13. Semua pihak yang membantu dalam terselesaikannya penyusunan Karya


Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki


penulis, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan di masa mendatang. Harapan penulis, semoga studi kasus ini
bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan, amin ya rabbalaamiin.

Surakarta, 13 Juni 2022

Penulis

vi
Asuhan Keperawatan Pasien Hipertensi Di RSUD Dr Moewardi Surakarta

Evi nur hamidah1, Dwi Sulistyowati,S.Kp.,Ns.,M.Kes2, DR.Rita Benya


Adriani,S.Kp.,M.Kes3
1
Mahasiswa Program D3 Keperawatan Politeknik Keesehatan Surakarta
2Dosen Program D3 Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta
3
Dosen Program D3 Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta

ABSTRAK

Kata Kunci: Asuhan Keperawatan, Hipertensi.


Latar Belakang: Hipertensi merupakan penyakit dimana tekanan sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Menurut data
World Health Organization (WHO) 2019, menunjukkan sekitar 1 miliar orang di
dunia menyandang hipertensi. Apabila hipertensi tidak segera ditangani akan
memicu beberapa komplikasi seperti penyakit jantung, gagal ginjal, diabetes,
stroke. Sehingga peran perawat sangat dibutuhkan untuk memberikan pemenuhan
kebutuhan pasien hipertensi.Tujuan: Untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan
pada Ny.M dan Ny.B dengan hipertensi di RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
Metode: Studi kasus ini menggunakan jenis rancangan penelitian yang
bersifat deskriptif. Hasil: Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny.M
masalah nyeri akut, intoleransi aktivitas dan defisit pengetahuan teratasi dengan
kriteria hasil nyeri berkurang, tekanan darah 130/80 mmHg, aktivitas dapat
dilakukan secara mandiri dan Ny.M paham mengenai penyakit hipertensi.
Sedangkan Ny.B masalah nyeri akut dan intoleransi aktivitas teratasi sebagian dan
defisit pengetahuan teratasi dengan kriteria hasil Ny.B mengatakan masih nyeri,
tekanan darah 140/90 mmHg dan aktivitas masih ada yang dibantu keluarga.
Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa asuhan keperawatan dengan
hipertensi pada Ny.M dapat teratasi, dan Ny.B teratasi sebagian. Saran: Studi
kasus ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat dan penderita
hipertensi untuk menghindari faktor pencetus yang menyebabkan hipertensi dan
dapat mencegah komplikasi.

vii
Nursing Care For Hypertension Patients In RSUD Dr.Moewardi Surakarta
Evi nur hamidah1, Dwi Sulistyowati,S.Kp.,M.Kes2, DR.Rita Benya
Adriani,S.Kp.,M.Kes3
1
Student of Nursing Study Program D3 in Health Polytechnik Surakarta
2
Lecture of Nursing Study Program D3 in Health Polytechnic Surakarta
3
Lecture of Nursing Study Program D3 in Health Polytechnic Surakarta

ABSTRACK
Keywords: Nursing Care, Hypertension.
Background: Hypertension is a disease where the systolic pressure is more
than 140 mmHg and the diastolic pressure is more than 90 mmHg. According to
data from the World Health Organization (WHO) 2019, it shows that around 1
billion people in the world have hypertension. If hypertension is not treated
immediately, it will trigger several complications such as heart disease, kidney
failure, diabetes, stroke. So the role of nurses is needed to fulfill the needs of
hypertensive patients.Objective: To describe nursing care for Mrs. M and Mrs. B
with hypertension at Dr. Moewardi Hospital Surakarta.
Methods: This case study uses a descriptive research design. Results: After
nursing care for Mrs. M, the problem of acute pain, activity intolerance and
knowledge deficit was resolved with the criteria for reduced pain, blood pressure
130/80 mmHg, activities can be done independently and Mrs. M understands
about hypertension. Meanwhile, Mrs. B's problems with acute pain and activity
intolerance were partially resolved and the knowledge deficit was resolved with
the criteria for the results. Mrs. B said she still had pain, blood pressure was
140/90 mmHg and her family was still involved in activities.
Conclusion: It can be concluded that nursing care with hypertension in Mrs.
M can be resolved, and Mrs. B is partially resolved. Suggestion: This case study
is expected to be an input for nurses and patients with hypertension to avoid
precipitating factors that cause hypertension and can prevent complications.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan Studi Kasus ............................................................................. 4
1. Tujuan Umum ................................................................................. 4
2. Tujuan Khusus ................................................................................ 4
D. Manfaat Studi Kasus ........................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7
A. Konsep Dasar Hipertensi ..................................................................... 7
1. Definisi ........................................................................................... 7
2. Etiologi ........................................................................................... 8
3. Klasifikasi ....................................................................................... 12
4. Manifestasi Klinis ........................................................................... 12
5. Patofisiologi dengan Pathway ........................................................ 13
6. Pemeriksaan Penunjang .................................................................. 15
7. Penatalaksanaan .............................................................................. 16
8. Komplikasi ..................................................................................... 21
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ................................................... 24
1. Pengkajian ...................................................................................... 24
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................... 31
3. Intervensi Keperawatan .................................................................. 32
4. Implementasi Keperawatan ............................................................ 39
5. Evaluasi Keperawatan .................................................................... 39
C. Konsep Dasar Relaksasi Nafas Dalam ................................................ 40
BAB III METODE STUDI KASUS ............................................................... 42
A. Rancangan Studi Kasus ....................................................................... 42
B. Subjek Studi Kasus .............................................................................. 42
C. Fokus Studi ......................................................................................... 43
D. Definisi Operasional ............................................................................ 43
E. Tempat dan Waktu .............................................................................. 44
F. Pengumpulan Data .............................................................................. 44
G. Analisa Data dan Penyajian Data ........................................................ 47

ix
H. Etika Studi Kasus ................................................................................ 48
BAB IV STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN .......................................... 50
A. Hasil Studi Kasus ................................................................................ 50
1. Pengkajian ..................................................................................... 50
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 58
3. Intervensi Keperawatan ................................................................. 60
4. Implementasi Keperawatan ........................................................... 62
5. Evaluasi Keperawatan ................................................................... 68
B. Pembahasan ......................................................................................... 71
C. Keterbatasan ........................................................................................ 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 96
A. Kesimpulan ......................................................................................... 96
B. Saran .................................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 100
Lampiran

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah .............................................................. 12

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway ....................................................................................... 14

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat penjelasan untuk mengikuti penelitian

Lampiran 2 : Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Surat pernyataan persetujuan (informed consent)

Lampiran 4 : Surat izin penelitian

Lampiran 5 : Ethical Clearance

Lampiran 6 : Dokumentasi Asuhan keperawatan

Lampiran 7 : Standar Operasional Posedur

Lampiran 8 : SAP dan Leaflet

Lampiran 9 : Lembar Konsultasi

Lampiran 10 : Surat selesai melaksanakan penelitian

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab pertama dituliskan berfungsi menghantarkan pembaca untuk dapat

mengetahui siapa dan apa yang diteliti, dimana diteliti, dan bagaimana penelitian

dilakukan. Oleh karena itu, di dalam bab pertama pada studi kasus ini memuat

latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit dimana tekanan darah sistolik ≥ 140

mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Udjianti ,2013).

Hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan yang di kategorikan cukup

berbahaya di seluruh dunia dan merupakan the silent killer pembunuh nomer

satu di indonesia sehingga pengobatannya seringkali terlambat (Susanti et al.,

2020). Hipertensi merupakan faktor utama yang mengarah ke penyakit

kardiovaskuler seperti serangan jantung, stroke, gagal jantung maupun gagal

ginjal yang menyebabkan angka morbiditas (kesakitan) maupun mortalitas

(kematian) yang tinggi jika tidak dideteksi secara dini dan ditangani dengan

tepat (Susanti et al., 2020).

Penderita hipertensi diperkirakan mencapai 1 milyar di dunia, dua pertiga

diantaranya berada pada negara berkembang. Angka tersebut kian hari kian

menghawatirkan yaitu sebanyak 972 juta orang atau (26%) orang dewasa di

dunia menderita hipertensi. Angka ini terus meningkat tajam, serta diprediksi

1
2

pada tahun 2025 sekitar 29% orang dewasa pada seluruh dunia

menderita hipertensi (WHO, 2019).

Prevalensi hipertensi pada populasi dewasa pada Negara maju sebesar

35% serta di Negara berkembang sebesar 40% (Departemen Kesehatan RI,

2019). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018)

menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi mengalami kenaikan dari 25,8%

menjadi 34,1%. Menggunakan perkiraan jumlah masalah hipertensi pada

Indonesia adalah sebesar 63.309.620 orang, dengan kematian akibat hipertensi

sebanyak 427.218.

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2019,

menjelaskan bahwa data didapatkan pravalensi penderita penyakit hipertensi

berdasarkan pengukuran pada umur lebih dari 15 tahun yaitu jumlah kasus baru

penyakit tidak menular (PTM) di jawa tengah 2019 adalah 3.074.607 kasus.

Penyakit hipertensi masih menempati proporsi terbesar dari seluruh penyakit

tidak menular yang dilaporkan yaitu sebesar 68,6 % dan hasil pengukuran

bahwa prevelensi penduduk provinsi jawa tengah dengan hipertensi pada

perempuan lebih besar (40,17%) lebih tinggi dibandingkan dengan laki laki

(34,83). Berdasarkan hasil laporan kinerja RSUD Dr.Moewardi Triwulan 1

tahun 2021 jumlah penderita hipertensi di rawat inap sebanyak 661 kasus,

jumlah penderita hipertensi yang memeriksakan diri ke rawat jalan sebanyak

820 kasus dan kasus baru di IGD sebanyak 210 kasus.

Tingginya prevelensi kejadian disebabkan oleh berbagai faktor resiko

yaitu faktor resiko langsung yang terbagi menjadi, faktor resiko yang tidak
3

dapat dicegah atau tidak dapat dihindari seperti umur, perbedaan gender,

hormonal,dan faktor genetik. Sedangkan faktor yang dapat dicegah biasanya

berkaitan dengan gaya hidup (perilaku), pengetahuan masyarakat (Rajput and

salma,2019). seperti yang berkembang dalam dekade terakhir dengan adanya

gaya hidup, seperti kebiasaan merokok yang cenderung meningkat di kalangan

usia muda, kemajuan teknologi yang cenderung menyebabkan gaya hidup

sedentary atau kurang aktivitas fisik, meningkatnya kejadian obesitas

kebiasaan konsumsi secara berlebihan untuk makanan olahan atau makanan

beresiko dengan kadar garam, gula, lemak yang tinggi, konsumsi minuman

beralkohol, serta gaya hidup tidak sehat lainnya, semua ini dapat meningkatnya

tekanan darah. faktor lain yang mempengaruhi terjadinya hipertensi secara

tidak langsung adalah kondisi ekonomi, lingkungan, dan belum optimalnya

akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan untuk monitoring tekanan darah

dan pelayanan pengobatan bagi semua lapisan masyarakat.

Melihat angka kejadian hipertensi yang meningkat setiap tahunnya

hipertensi perlu dan harus segera ditangani. Apabila hipertensi tidak segera

ditangani akan memicu beberapa penyakit lain dan resiko besar karena

menimbulkan beberapa komplikasi (Kartika et al., 2021). Sehingga hal tersebut

sangat membutuhkan perawatan supaya tercipta status kesehatan bagi penderita

hipertensi.

Peran perawat sangat dibutuhkan untuk melakukan asuhan keperawatan

dari pengkajian sampai evaluasi. Peran tersebut diharapkan dapat memberikan

pemenuhan kebutuhan pasien hipertensi. Perawat diharapkan mampu


4

mengurangi angka kematian dan risiko komplikasi akibat hipertensi. Perawat

bisa memberikan edukasi atau pendidikan pada pasien hipertensi selain itu

perawat dapat memberikan tindakan keperawatan non farmakologi untuk

menurunkan tekanan darah dan nyeri yang dialami penderita hipertensi

(Handayani & Widaryati, 2013).

Bersarkan uraian latar belakang permasalahan diatas maka penulis

tertarik untuk membuat studi kasus dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Hipertensi Di RSUD Dr.Moewardi Surakarta ”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan maslah pada studi kasus ini adalah “ Bagaimana Gambaran Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Hipertensi Di RSUD Dr.Moewardi Surakarta”?

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Tujuan dari studi kasus adalah mendiskripsikan asuhan keperawatan pada

pasien dengan hipertensi.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan pengkajian keperawatan pada pasien hipertensi Di

RSUD Dr.Moewardi Surakarta.

b. Mendeskripsikan diagnosis keperawatan pada pasien hipertensi Di RSUD

Dr.Moewardi Surakarta.

c. Mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien hipertensi Di RSUD

Dr.Moewardi Surakarta.
5

d. Mendeskripsikan implementasi keperawatan pada pasien hipertensi Di

RSUD Dr.Moewardi Surakarta.

e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien hipertensi Di RSUD

Dr.Moewardi Surakarta.

D. Manfaat Studi Kasus

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini :

1. Manfaat Praktis

a. Profesi Keperawatan

Studi kasus ini diharapkan menjadi masukan bagi profesi

keperawatan dalam memberikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Hipertensi. Sebagai informasi ilmiah terhadap bidang keperawatan dalam

memberikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi.

b. Penulis

Studi kasus ini diharapkan menjadi sarana dalam memperoleh

pengetahuan dan pengalaman dalam menggambarkan Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Hipertensi.

c. Pembaca

Penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan yang

menambah wawasan bagi pembacanya dan serta penambahan referensi

bagi penulisan selanjutnya.

2. Manfaat Teoritis

a. Institusi pendidikan
6

Studi kasus ini diharapkan sebagai masukan dalam kegiatan

pembelajaran tentang memberikan pelayanan keperawatan dengan

Asuhan Keperawaatan Pada Pasien Hipertensi.

b. Bagi Masyarakat

Studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber

informasi maupun pengetahuan masyarakat dalam mengurangi angka

terjadinya hipertensi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi landasan teori yang merupakan acuan/kerangka berpikir untuk

memecahkan masalah. Teori teori yang dijelaskan pada bab ini memuat konsep

teori penyakit hipertensi dan konsep asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.

A. Konsep Teori Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan

abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

lebih dari suatu periode. Hal tersebut terjadi bila arteriole-arteriole

konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan

meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban

kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan

jantung dan pembuluh darah.

Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥ 140

mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Udjianti ,2013).

Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah

140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥ 160/95 mmHg dinyatakan

sebagai hipertensi. Tekanan darah diantara nomotensi dan hipertensi disebut

borderline hypertension (Garis Batas Hipertensi).

7
8

2. Etiologi

Menurut Udjianti (2013) berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi

menjadi dua, yaitu:

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 dua yaitu :

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi

esensial yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang

tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Beberapa faktor diduga

berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial adalah :

1) Genetik

Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,

beresiko tinggi untuk terkena penyakit ini. Faktor genetik ini tidak

dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memiliki

tekanan darah tinggi.

2) Jenis kelamin dan usia

Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi

untuk mengalami hipertensi. ketika perempuan memasuki usia tua

(menopause) hormon estrogen akan menurun kadarnya sehingga

perempuan lebih rentan terhadap hipertensi. Penderita hipertensi

pada perempuan dipengaruhi oleh kadar hormon estrogen. Jika usia

bertambah maka tekanan darah meningkat. Faktor ini dapat

dikendalikan, serta jenis kelamin laki laki lebih tinggi dari pada

perempuan.
9

3) Diet

Konsumsi diet garam atau lemak secara langsung berhubungan

dengan berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh

penderita dengan mengurangi konsumsi garam. Karena dengan

mengkonsumsi banyak garam dapat meningkatkan tekanan darah

dengan cepat pada beberapa orang, khususnya dengan penderita

hipertensi, diabetes, serta orang dengan usia yang tua karena jika

garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk

mengolah garam akan menahan cairan lebih banyak dari pada yang

seharusnya didalam tubuh.

Banyaknya cairan yang tertahan menyebabkan peningkatan

pada volume darah seseorang atau dengan kata lain pembuluh darah

membawa lebih banyak cairan. Beban ekstra yang dibawa oleh

pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh darah bekerja

ekstra yakni adanya peningkatan tekanan darah didalam dinding

pembuluh darah. Kelenjar adrenal memproduksi suatu hormon yang

dinamakan Ouobain. Kelenjar ini akan lebih banyak memproduksi

hormone tersebut ketika seseorang mengkonsumsi terlalu banyak

garam.

Hormon ouobain berfungsi untuk menghadirkan protein yang

menyeimbangkan kadar garam dan kalsium dalam pembuluh darah,

namun ketika konsumsi garam meningkat produksi hormon ouobain


10

menganggu keseimbangan kalsium dan garam dalam pembuluh

darah.

4) Berat badan

Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan

dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal)

dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau

hipertensi.

5) Gaya hidup

Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola

hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi terjadi

yaitu merokok, dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok

yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan beberapa

punting rokok dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan darah

pasien. Konsumsi alkohol yang sering, atau berlebihan dan terus

menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien, sebaiknya jika

memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk menghindari

alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas stabil dan memelihara

gaya hidup sehat penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa

terjadi.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi

adalah hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan

tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti
11

penyakit ginjal atau gangguan tiroid, hipertensi endokrin, hipertensi

renal, kelainan saraf pusat yang dapat mengakibatkan hipertensi. Dari

penyakit tersebut karena hipertensi sekunder yang terkait dengan ginjal

disebut hipertensi ginjal (renal hypertension).

Gangguan ginjal yang paling banyak menyebabkan tekanan darah

tinggi karena adanya penyempitan pada arteri ginjal, yang merupakan

pembuluh darah utama penyuplai darah ke kedua organ ginjal. Bila

pasokan darah menurun maka ginjal akan memproduksi berbagai zat

yang meningkatkan tekanan darah serta gangguan yang terjadi pada tiroid

juga merangsang aktivitas jantung, meningkatkan produksi darah yang

mengakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh darah sehingga

mengakibatkan hipertensi.Faktor pencetus munculnya hipertensi

sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral, coarctation aorta,

neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris), kehamilan,

peningkatan volume intravaskuler, luka bakar ,dan stress.


12

3. Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi menurut american society of hypertension and the

international society of hypertension 2013

Kategori Tekanan darah Tekanan darah


sistolik (mmHg) diastolic (mmHg)

Optimal < 120 mmHg < 80 mmHg

Normal 120 – 129 mmHg < 80 mmHg

Normal Tinggi 130 - 139 mmHg 80 – 89 mmHg

Hipertensi derajat 1 140 - 159 mmHg 90 - 99 mmHg

Hipertensi derajat 2 160 – 179 100 – 109 mmHg


mmHg
Hipertensi derajat 3 ≥180 mmHg ≥110 mmHg

Hipertensi sistolik ≥140 mmHg <90 mmHg


terisolasi
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah (Julianty Pradono 2020)

4. Manifestasi Klinis

Menurut (Oktavianus; Febriana Sartika Sari 2014) kebanyakan

orang dengan darah tinggi tidak memiliki tanda atau mengalami gejala,

meskipun tekanan darah mencapai level tinggi yang membahayakan

kesehatan. Meskipun beberapa orang dengan hipertensi tahap awal

mungkin mengalami “dull headaches”, pusing atau beberapa lagi

mimisan, tanda dan gejala ini biasanya tidak muncul sampai hipertensi

tahap yang berat bahkan tingkat yang mengancam nyawa.

Secara umum orang dengan hipertensi terlihat sehat dan sebagian

besar tidak menimbulkan gejala. Tapi ada pula gejala awal yang mungkin
13

timbul dari hipertensi yaitu sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing,

wajah kemerahan, kelelahan.

5. Patofisiologi

Reseptor yang menerima perubahan tekanan daerah yaitu refleks

baroreseptor yang terdapat pada sinus karotis dan arkus aorta. Pada

hipertensi karena adanya berbagai gangguan genetik dan resiko

lingkungan, maka terjadi gangguan neurohormonal yaitu sistem saraf

pusat dan sistem renin-angiotensin-aldosterone, serta terjadinya

inflamasi dan resistensi insulin. Resistensi insulin dan gangguan

neurohormonal menyebabkan vasokonstriksi sistemik dan peningkatan

resistensi perifer. Inflamasi menyebabkan gangguan ginjal yang disertai

gangguan system renin-angiotensin-aldosteron (RAA) yang

menyebabkan retensi garam dan air ginjal, sehingga terjadi peningkatan

volume darah. Peningkatan resistensi perifer dan volume darah

merupakan dua penyebab utama terjadinya hipertensi (Asikin, dkk

,2016).
14

6. Pathway

Umur, Jenis Kelamin, Gaya Hidup, Obesitas, Keturunan

Kurang Defisit
Hipertensi Perubahan Terpapar Pengetah
situasi informasi uan

Jantung Otak Ginjal Retina Pembuluh Darah

Vasokontriksi
Kerja Jantung Retensi Vasokontriksi
pembuluh darah
Meningkat Pembuluh darah Spasme arteriole Afterload
Ginjal
Otak meningkat
Resiko
Penurunan Peningkatan TIK Rangsang Diplopia Cardiac Output
perfusi jaringan aldosteron Menurun
jantung

Nyeri Kepala Retensi Na Risiko


Intoleransi Injuri/Cedera
Aktivitas
Gangguan Rasa Oedema Gambar 2.1 Sumber Hariyanto dan Sulistyowati
Nyaman Nyeri (2015)

Gangguan
Keseimbangan
Cairan
15

7. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Udjianti (2013) menjelaskan bahwa pemeriksaan

penunjang atau pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk pasien

dengan hipertensi antara lain:

a. Hitung darah lengkap (completeBlood cells Count) meliputi

pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk menilai viskositas dan

indikator faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.

b. Kimia darah

1) BUN,kreatinin: peningkatan kadar menandakan penurunan perfusi

atau faal renal.

2) Serum glukosa: hiperglisemia (diabetes mellitus adalah presipitator

hipertensi) akibat peningkatan kadar katekolamin.

3) Kadar kolesterol atau trigliserida: peningkatan kadar

mengindikasikan predisposisi pembentukan plaque atheromatus.

4) Kadar serum aldosterone: menilai adanya aldosteronisme primer.

5) Studi tiroid ( T3 dan T4 ): menilai adanya hipertiroidisme yag

berkontribusi terhadap vasokontriksi dan hipertensi.

6) Asam urat: hiperurisemia merupakan implikasi faktor risiko

hipertensi.

c. Elektrolit

1) Serum potasium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan adanya

aldosteronisme atau efek samping terapi diuretik).

2) Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi.


16

d. Urine

1) Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine

mengindikasikan disfungsi renal atau diabetes.

2) Urine VMA (catecholamine metabolite): peningkatan kadar

mengindikasikan adanya pheochromacytoma.

3) Steroid urine: peningkatan kadar mengindikasikan

hiperadrenalisme, pheochomacytoma, atau disfungsi pituitasi,

sindrom cushing’s, kadar renin juga meningkat.

e. Radiologi

1) Intra Venous Pyelografi (IVP), mengidentifikasi penyebab

hipertensi seperti renal pharenchymal disease, urolithiasis, benign

prostate hyperplasia (BPH).

2) Rontgen toraks, menilai adanya klasifikasi obstruksi katup jantung,

deposit kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung.

f. EKG

Menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi

atau disritmia.

8. Penatalaksanaan

Menurut (nixson Manurung 2018) penatalaksanaan hipertensi dapat

dilakukan dengan Terapi farmakologi dan Terapi non Farmakologi:

a. Terapi Farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi adalah penatalaksanaan hipertensi

dengan menggunakan obat kimiawi, seperti jenis obat anti hipertensi.


17

Ada berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada

penatalaksanaan farmakologis ,yaitu :

1) Diuretik

Diuretik menurunkan tekanan darah dengan cara mengurangi

jumlah air dan garam di dalam tubuh serta melonggarkan

pembuluh darah. Sehingga tekanan darah secara perlahan lahan

mengalami penurunan karena hanya fluida yang sedikit di dalam

sirkulasi dibandingkan dengan sebelum menggunakan diuretik.

Selain itu, jumlah garam di dinding pembuluh darah menurun

sehingga menyebabkan pembuluh darah membesar. Kondisi

tersebut membantu tekanan darah menjadi normal.

2) Penghambat adrenergenik

Mekanisme kerja obat ini melalui penurunan daya pompa

jantung. jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang

telah diketahui mengidap gangguan pernafasan seperti asma

bronkial.

3) Vasodilator

Agen vasodilator bekerja langsung pada pembuluh darah

dengan merelaksasi otot pembuluh darah.contoh yang termasuk

obat jenis vasodilator adalah prasosin dan hidralasin. Kemungkinan

yang akan terjadi akibat pemberian obat ini adalah sakit kepala dan

pusing.
18

4) Penghambat enzim konversi angiotensin (penghambat ACE)

Obat ini bekerja melalui penghambatan aksi dari sistem

renin-angiotensin. Efek utama ACE inhibitor adalah menurunkan

efek enzim pengubah angiotensin (angiotensin-converting enzyme).

Kondisi ini akan menurunkan perlawanan pembuluh darah dan

menurunkan tekanan darah.

5) Antagonis kalsium

Merupakan sekelompok obat yang bekerja mempengaruhi

jalan masuk kalsium sel sel dan mengendurkan otot otot di dalam

dinding pembuluh darah sehingga menurunkan perlawanan

terhadap aliran darah dan tekanan darah. Yang termasuk obat ini

adalah Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil.Efek samping yang

mungkin timbul adalah sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.

b. Terapi Non Farmakologi

Upaya pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan

pengobatan non farmakologis, termasuk mengubah gaya hidup yang

tidak sehat. Penderita hipertensi membutuhkan perubahan gaya hidup

yang sulit dilakukan dalam jangka pendek. Oleh karena itu, faktor

yang menentukan dan membantu kesembuhan pada dasarnya adalah

diri sendiri. Perubahan gaya hidup sehat bagi penderita hipertensi

yaitu :

1) Mengontrol pola makan


19

Mengkonsumsi garam sebaiknya tidak lebih dari 2000 sampai 2500

miligram. karena tekanan darah dapat meningkat bila asupan garam

meningkat. Pembatasan asupan sodium dapat mempertinggi efek

sebagian besar obat yang digunakan untuk mengobati

tekanan darah tinggi kecuali kalsium antagonis.Penderita hipertensi

sebaiknya lemak kurang dari 30% dari konsumsi kalori setiap hari.

Mengkonsumsi banyak lemak akan berdampak pada kadar

kolesterol yang tinggi. Kadar kolesterol yang tinggi meningkatkan

risiko terkena penyakit jantung.

2) Tingkatkan konsumsi potasium dan magnesium

Pola makan yang rendah potasium dan magnesium menjadi salah

satu faktor pemicu tekanan darah tinggi. Buah buahan dan sayuran

segar merupakan sumber nutrisi terbaik tuntuk menurunkan

tekanan darah.

3) Makan makanan jenis padi padian

Bagi orang yang mengkonsumsi sedikitnya satu porsi sereal dari

jenis padi padian per hari mempunyai kemungkinan yang sangat

kecil untuk terkena penyakit jantung. Semakin banyak

mengkonsumsi padi padian, semakin rendah risiko penyakit

jantung koroner, termasuk terkena penyakit hipertensi.

4) Aktivitas olahraga

Melalui olahraga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobic

selama 30-45 menit per hari ) dapat menurunkan tahanan perifer


20

yang akan menurunkan tekanan darah, berjalan kaki misal jalan

jalan dipagi/sore hari, berenang di kolam renang selama 30 menit,

bersepeda selama 2-3 kali selama satu minggu, berlari setiap hari

dimana melakukan latihan ringan pada awalnya dan ditingkatan

secara perlahan dll.

5) Bantuan dari kelompok pendukung

Sertakan keluarga dan teman menjadi kelompok pendukung pola

hidup sehat. Sehingga keluarga dan teman teman mengerti

sepenuhnya tentang besarnya risiko jika tekanan darah tidak

terkendali. Dengan demikian keluarga dan teman akan membantu

dengan memperhatikan makanan atau mengingatkan saat tiba

waktunya untuk minum obat atau untuk untuk melakukan aktivitas

berjalan jalan setiap hari.

6) Berhenti merokok dan hindari konsumsi alkohol berlebihan

Nikotin dalam tembakau adalah penyebab meningkatnya tekanan

darah. Nikotin diserap oleh pembuluh darah di dalam paru paru dan

diedarkan ke aliran darah. Demikian dengan alkohol, efek

mengkonsumsi alkohol maka semakin tinggi tekanan darah,

sehingga peluang terkena hipertensi semakin tinggi karena alkohol

dalam darah merangsang pelepasan epinefrin (adrenalin) dan

hormon lain yang membuat pembuluh darah menyempit atau

menyebabkan penumpukan lebih natrium dan air. Selain itu alkohol

yang berlebihan dapat menyebabkan kekekurangan gizi yaitu


21

penurunan kadar kalsium dan magnesium, rendahnya kadar dari

kalsium dan magnesium berkaitan dengan peningkatan pembuluh

darah.

c. Terapi Herbal

Di dalam Traditional Chinesse Pharmacology, ada lima macam

cita rasa dari tanaman obat yaitu pedas, manis, asam, pahit dan asin.

Pengkajian jenis obat obatan herbal khususnya dalam terapi hipertensi

disuguhkan dengan beberapa cara, misalnya dengan dimakan

langsung, disajikan dengan dibuat jus untuk diambil sarinya, diolah

menjadi obat ramuan ataupun dimasak sebagai pelengkap menu sehari

hari. Adapun tanaman obat tradisional yang dapat digunakan untuk

penyakit hipertensi yaitu: bawang putih, seledri, belimbing wuluh,

belimbing, wortel, teh, mengkudu, mentimun, dan lain lain.

9. Komplikasi

Menurut Dalimartha (2019), penderita hipertensi berisiko terserang

penyakit lain yang menyebabkan komplikasi, beberapa penyakit yang

timbul sebagai akibat hipertensi di antara nya sebagai berikut :

a. Penyakit Jantung koroner

Penyakit ini sering di alami penderita hipertensi sebagai akibat terjadi

nya pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan

lubang pembuluh darah jantung menyebabkan berkurangnya aliran

darah pada beberapa bagian otot jantung. Hal ini menyebabkan rasa
22

nyeri di dada dan dapat berakibat gangguan pada otot jantung.

Bahkan, dapat menyebabkan timbul nya serangan jantung.

b. Gagal Jantung

Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat

untuk memompa darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan

menebal dan merenggang sehingga daya pompa otot menurun. Pada

akhirnya dapat terjadi kegagalan kerja jantung secara umum. Tanda -

tanda adanya komplikasi yaitu sesak napas, napas putus - putus

(pendek), dan terjadi pembengkakan pada tungkai bawah serta kaki.

c. Kerusakan pembuluh darah otak

Beberapa penelitian di luar negeri mengungkapkan bahwa hipertensi

menjadi penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah otak. Ada

dua jenis kerusakan yang di timbulkan yaitu pecahnya pembuluh

darah dan rusaknya dinding pembuluh darah. Dampak akhirnya,

seseorang bisa mengalami stroke dan kematian.

d. Gagal Ginjal

Gagal ginjal merupakan peristiwa di mana ginjal tidak dapat berfungsi

sebagaimana mestinya. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi,

yaitu nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna.

Nefrosklerosis benigna terjadi pada hipertensi yang berlangsung lama

sehingga terjadi pengendapan fraksi - fraksi plasma pada pembuluh

darah akibat proses menua. Hal itu akan menyebabkan daya

permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang. Adapun


23

nefrosklerosis maligna merupakan kelainan ginjal yang di tandai

dengan naiknya tekanan diastole di atas 130 mmHg yang disebabkan

terganggunya fungsi ginjal.

e. Stroke

Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak atau akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajang

tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila

arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan,

sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri

otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga

meningkatkan kemingkinan terbentuknya aneurisma.

f. Infark Miokard

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang

arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium

atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah

melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi

ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat

dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

Demikian juga, hipertrofi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia

jantung, dan peningkatan resiko pembekuan darah.

g. Ensefalopati (kerusakan otak)

Ensefalopati dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna

(hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan sangat


24

tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan kapiler dan

mendorong cairan keruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat.

Neuron- neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.

h. Kejang

Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir mungkin

memiliki berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang

tidak adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia, ibu mengalami

kejang selama atau sebelum proses perasalinan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi

Proses keperawatan adalah salah satu metoda efektif pemecahan masalah

yang dilakukan perawat terhadap klien dengan pendekatan metodologi ilmiah.

Asuhan keperawatan dapat di pertanggungjawabkan berdasarkan substansi

ilmiah yaitu logis, sistimatis, dinamis dan restruktur (Muhlisin, 2011).

1. Pengkajian Keperawatan

Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang

melibatkan hubungan kerjasama dengan klien ,keluarga atau masyarakat

untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

a. Anamnesa

1) Identitas Klien (Data Biografi)

Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama, status,

pekerjaan, alamat rumah, tanggal masuh rumah sakit, tanggal

penentuan diagnosa klien. Selain itu juga dilengkapi dengan identitas


25

penanggung jawab klien meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama,

pekerjaan, hubungan dengan klien serta alamat rumah.

2) Keluhan utama

Klien dengan penyakit hipertensi biasanya sakit kepala, sesak nafas,

kurang nafsu makan dan mual.

3) Riwayat penyakit sekarang

Pasien dengan hipertensi yang mengalami peningkatan tekanan darah

riwayat kesehatan saat ini biasanya pasien dengan keluhan nyeri

kepala dan bagian tengkuk terasa berat, mengalami kesulitan tidur,

penglihatan berkunang-kunang.

4) Riwayat penyakit dahulu

Pada pasien hipertensi riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat

kardiovaskuler sebelumnya, penyakit yang menahun atau sudah lama

dialami pasien, riwayat pekerjaan pasien yang berhubungan dengan

peningkatan aktivitas, riwayat penggunaan obat-obatan, riwayat

mengkonsumsi alkohol dan merokok.

5) Riwayat penyakit keluarga

Biasanya penyakit hipertensi merupakan penyakit keturunan yang

perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang

sama karena faktor genetik atau keturunan. keluarga belum mengerti

tentang hal- hal yang menyebabkan penyakit hipertensi seperti faktor

risiko keluarga penyakit jantung, penyakit ginjal, DM, penggunan pil

KB, penggunaan obat atau alhokol


26

b. Pola fungsional Gordon pada pasien hipertensi

1) Pola persepsi dan pemeliharaan

Kesehatan pasien mengatakan tahu tentang pentingnya kesehatan

sehingga apabila ada salah satu keluarganya yang sakit langsung

dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.

2) Pola Nutrisi

a) Sebelum sakit

Makan: 3 x 1 sehari (Nasi, sayur, lauk) habis 1 porsi, pasien

mempunyai kebiasaan konsumsi makanan tinggi garam, tinggi

lemak, tinggi natrium, tinggi kolesterol, tinggi kalium, sebelum

sakit pasien tidak ada pantangan makan.

Minum: 6-7 gelas sehari (air putih, teh dan kopi).

b) Selama sakit

Makan: 2 x 1 sehari, dengan menu nasi, sayur, ikan, habis ½ porsi,

terjadi perubahan berat badan, pasien mengurangi konsumsi

makanan yang menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Minum: 5-6 gelas ukuran 200 cc air putih.

3) Pola Eliminasi

a) Sebelum sakit

BAB normal ± 2 kali sehari, dengan konsistensi bentuk padat,

warna kuning, bau khas.

BAK normal ± 6-8 kali sehari, warna kekuning kuningan, bau khas,

tidak ada tanda gangguan pada ginjal, pasien tidak mempunyai


27

riwayat penyakit ginjal sebelum sakit, tidak terdapat penurunan

frekuensi BAK sebelum sakit.

b) Selama sakit

BAB cair ± 1-2 kali sehari, dengan konsistensi bentuk padat, warna

kuning, bau khas.

BAK cair 6-8 kali sehari, dengan konsistensi warna kekuningan

kuningan, bau khas.

4) Pola aktivitas dan latihan

a) Sebelum sakit

Kemampuan 0 1 2 3 4
Aktifitas
dan Latihan
Makan dan √
minum
Mandi √
Toletting √
Berpakaian √
Mobilitas di √
tempat tidur
Berpindah √

b) Sesudah sakit

Kemampuan 0 1 2 3 4
Aktifitas
dan Latihan
Makan dan √
minum
Mandi √
Toletting √
Berpakaian √
Mobilitas di √
tempat tidur
Berpindah √
28

Keterangan :

0 : Mandiri, mampu merawat sendiri secara penuh.

1 : Memerlukan penggunaan alat.

2 : Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain.

3 : Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, peralatan.

4 : Sangat tergantung, dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi

dalam melakukan aktivitas.

c) Pola Istirahat dan Tidur

a) Sebelum sakit

Pasien mengatakan sebelum sakit tidur 7-8 jam/hari, tidur nyenyak,

tidak ada gangguan tidur.

b) Selama sakit

Pasien hanya tidur 3-5 jam/ hari karena merasakan pusing.

d) Pola Perseptual (Penglihatan, pendengaran, pengecapan, sensasi)

a) Sebelum sakit

Pendengaran sedikit ada gangguan, penglihatan pasien sudah

kabur, pengecapan pasien masih baik, sensasi pasien masih baik.

b) Selama sakit

Ada gangguan pada pendengaran pasien karena faktor usia,

penglihatan pasien sudah kabur, pengecapan pasien kurang baik

karena bibir pasien terasa pahit, sensasi pasien masih baik.


29

e) Pola Persepsi Diri

a) Sebelum sakit

Pasien tidak merasakan kecemasan, kegelisahan.

b) Selama sakit

Pasien tampak pucat, lemah, tingkat kecemasan pasien dapat

terlihat saat pasien akan dilakukan tindakan keperawatan, pasien

sering bertanya sesuatu tentang penyakit yang dialami.

f) Pola Hubungan dan Peran

a) Komunikasi: Dalam berkomunikasi pasien berkomunikasi baik

dengan teman dan keluarganya.

b) Hubungan pasien dengan orang lain: Pasien bersosialisasi baik

dengan lingkungan dan keluarga.

g) Pola Seksual dan Reproduksi

a) Sebelum sakit: Pasien sudah menopause.

b) Selama sakit: Pasien tidak memiliki gairah seksual.

c) Pasien tidak memiliki gangguan reproduksi.

h) Pola Mekanisme Stres dan koping

a) Sebelum sakit

Pasien mengatakan senang bergaul dengan warga sekitar, jika ada

masalah pasien cerita dengan keluarga.

b) Selama sakit
30

Pasien mengatakan jarang bergaul, merasa jenuh karena aktifitas

pasien diabatasi, jika ada masalah pasien selalu terbuka dengan

keluarga.

i) Pola Nilai dan Keyakinan

a) Sebelum sakit

Pasien mengatakan beragama islam, beribadah sesuai dengan

keyakinan.

b) Selama sakit

Pasien mengatakan selama sakit merasakan pusing berat, pasien

sholat dengan duduk.

c. Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum

b) Kesadaran

c) Tanda-tanda vital

d. Pemeriksaan Head to toe

a) Wajah ekspresi wajah: tampak sesak gelisah, kesakitan, pucat, biru.

b) Mata: simetris/tidak, konjungtiva anemis/tidak, sklera icterus tidak.

c) Telinga: adanya peradangan, kelainan bentuk, serumen, perdarahan,

benjolan.

d) Hidung: simetris/tidak, adanya peradangan, kelainan bentuk, terdapat

secret atau tidak.

e) Mulut: bibir sianosis (pada penyakit jantung bawaan), bibir pucat

(anemia), lembab atau kering.


31

f) Leher: terjadi pembesaran kelenjar tiroid atau tidak.

g) Dada: pemeriksaan menggunakan IPPA pada jantung dan paruparu

pasien.

h) Perut: pemeriksaan menggunakan IAPP.

i) Kulit/ekstermitas: terperatur/akral yang dingin atau hangat, terdapat

sianosis atau tidak di dasar kuku, warna kulit (Manurung 2018).

2. Diagnosis Keperawatan penyakit Hipertensi

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon

pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya

baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan

bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien, individu, keluarga dan

komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa

keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hipertensi menurut

SDKI 2017 adalah sebagai berikut:

a. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (D.0077)

b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (D.0055)

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)

d. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan

darah (D.0009)

e. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

afterload (D.0011)

f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

(D.00111)
32

3. Rencana Keperawatan penyakit Hipertensi

Menurut Tim Pokja SIKI PPNI (SIKI 2018) menjelaskan bahwa intervensi/

perencanaan keperawatan pada pasien hipertensi adalah:

a. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan nyeri berkurang.

Kriteria Hasil :

1) Keluhan nyeri menurun dengan skala 1-2

2) Pasien tampak rileks, tidak gelisah

3) Tidak terjadi ketegangan otot

4) Meringis menurun

5) Kesulitan tidur menurun

Intervensi:

1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri.

Rasional: Untuk mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, dan intesitas nyeri.

2) Identifikasi skala nyeri.

Rasional: Untuk menentukan skala nyeri.

3) Identifikasi respons nyeri non ferbal.

Rasional: Untuk mengetahui respon pasien terhadap nyeri.

4) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.

Rasional: Untuk mengetahui nyeri yang dirasakan.


33

5) Ajarkan tekhnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

Rasional: Untuk melihat perkembangan sesudah dilakukan terapi

nonfarmakologis.

6) Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu.

Rasional: Pemberian obat analgetik untuk mengurangi nyeri dan

mempercepat proses penyembuhan pasien.

b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan gangguan pola tidur pasien teratasi.

Kriteria Hasil:

1) Keluhan sulit tidur menurun.

2) Keluhan tidak puas tidur menurun.

3) Keluhan pola tidur berubah menjadi baik.

4) Pasien dapat tidur nyenyak.

Intervensi:

1) Identifikasi pola aktivitas dan tidur.

Rasional: Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana

keperawatan.

2) Batasi waktu tidur siang,jika perlu.

Rasional: Meningkatkan agar klien bisa tidur pada malam hari.

3) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis pijat,

pengaturan posisi.
34

Rasional: Memberikan rasa nyaman dan meningkatkan pola tidur

pasien.

4) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit.

Rasional: Meningkatkan pengetahuan klien pentingnya tidur cukup

untuk mempercepat proses penyembuhan.

5) Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.

Rasional: Mempercepat proses penyembuhan pasien.

6) Anjurkan menghindari makanan/minuman yang menganggu waktu

tidur.

Rasional: Menghindari gangguan saat tidur ,dan memberikan rasa

nyaman.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan pasien dapat melakukan aktivitas sesuai tingkat

kemampuan

Kriteria Hasil:

1) Pasien dapat melakukan aktifitas ringan.

2) Keluhan lelah menurun.

3) Peningkatan kekuatan tubuh meningkat tanpa disertai peningkatan

tekanan darah, nadi dan pernafasan.

Intervensi:

1) Kaji tingkat kemampuan pasien melakukan aktivitas.


35

Rasional: Mengetahui tingkat kemampuan dan perkembangan

kemampuan aktivitas pasien.

2) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas.

Rasional: Mengetahui lokasi ketidaknyamanan pasien selama

melakukan aktivitas.

3) Lakukan latihan gerak pasif dan/atau aktif.

Rasional: Mempercepat proses penyembuhan klien dalam

melakukan aktivitas secara normal.

4) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.

Rasional: Mendorong pasien untuk melakukan latihan beraktivitas.

5) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan

makanan.

Rasional: Meningkatkan asupan makan pasien dan mempercepat

proses penyembuhan pasien.

d. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan

darah.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam

keadekuatan aliran darah pembuluh darah distal untuk

mempertahankan jaringan membaik.

Kriteria Hasil:

1) Denyut nadi perifer meningkat.

2) Warna kulit pucat menurun.

3) Tekanan darah sistolik membaik.


36

4) Tekanan darah diastolik membaik.

Intervensi:

1) Monitor tekanan darah.

Rasional: Untuk mengetahui kondisi tekanan darah pasien yang

konstan atau ada masalah.

2) Monitor nadi (Frekuensi, kekuatan, irama)

Rasional: Untuk mengetahui kondisi jantung.

3) Identifikasi penyebab perubahan tanda vital.

Rasional: Untuk mengetahui penyebab perubahan tanda vital.

4) Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien.

Rasional: Untuk memantau kondisi pasien.

5) Dokumentasikan hasil pemantauan.

Rasional: Untuk mengingat hasil pemantauan.

6) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan.

Rasional: Supaya pasien mengetahui tujuan dan prosedur

pemantauan.

e. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

afterload

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan

ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi

metabolisme tubuh meningkat.

Kriteria Hasil:

1) Kekuatan nadi perifer meningkat.


37

2) Pucat atau sianosis menurun.

3) Tekanan darah membaik

Intervensi:

1) Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi

dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea,

peningkatan CVP).

Rasional: Untuk mengetahui ada tidaknya tanda/gejala primer

penurunan curah jantung (meliputi dispnea, kelelahan, edema,

ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, peningkatan CVP).

2) Monitor tekanan darah.

Rasional: Untuk selalu memantau tekanan darah.

3) Berikan diet jantung yang sesuai (misal batasi asupan kafein,

natrium, kolesterol, dan makanan tinggi lemak).

Rasional: Mencegah faktor risiko terjadinya penyakit jantung

4) Berikan teknik relaksasi untuk mengurangi stres, Jika perlu.

Rasional: Untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit akibat stres.

5) Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi.

Rasional: Untuk menjaga kesehatan pasien dengan melakukan

olahraga.

6) Anjurkan berhenti merokok.

Rasional: Untuk mengurangi faktor risiko penyakit.

7) Ajarkan pasien dan keluarga untuk mengukur berat badan harian.

Rasional: Untuk mengetahui ada tidaknya kenaikan berat badan.


38

8) Rujuk ke program rehabilitasi jantung

Rasional: Untuk mendapatkan tindakan yang lebih baik sehingga

mempercepat proses kesembuhan pasien.

f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan

kecukupan informasi yang berkaitan dengan topik tertentu meningkat.

Kriteria Hasil:

1) Perilaku sesuai anjuran meningkat.

2) Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat.

3) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun.

4) Perilaku membaik.

Intervensi:

1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.

Rasional: Untuk mengetahui kesiapan dan kemampuan menerima

informasi.

2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan

motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.

Rasional: Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan

dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.

3) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.

Rasional: Untuk menambah wawasan pasien dan agar pasien tetap

ingat pendidikan kesehatan yang telah diberikan.

4) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan


39

Rasional: Untuk menambah pengetahuan pasien tentang penyakit.

5) Berikan kesempatan untuk bertanya.

Rasional: Untuk mengetahui hal yang belum dimengerti oleh pasien

dan menambah pemahaman pasien.

6) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.

Rasional: Untuk menambah pengetahuan pasien mengenai faktor

risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.

7) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

Rasional: Untuk merubah perilaku pasien ke perilaku sehat dan

bersih.

4. Implementasi keperawatan

Menurut Budiono (2016) Implementasi/Pelaksanaan tindakan

keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang

telah di tetapkan. Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang

dilakukan dengan instruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen P

(perencanaan). Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi pengumpulan data

berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksaan

tindakan, serta menilai data yang baru.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi menurut (Budiono 2016) adalah penilaian dengan cara

membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan

tujuan dan kriteria hasil yang di buat pada tahap perencanaan. Evaluasi

dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang ditetapkan sudah dicapai


40

atau belum. Format yang digunakan dilakukan dalam evaluasi asuhan

keperawatan adalah SOAP.

a) S ( Data Subjektif )

Data berdasarkan keluhan yang diucapkan atau disampaikan oleh pasien

yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan

b) O ( Data Objektif )

Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau hasil

observasi secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah

dilakukan tindakan keperawatan.

c) A ( Analisis )

Interpretasi dari data subjektif dan data objektif. Analisis merupakan

suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga

dapat dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan

status kesehatan klien yang telah teridentifiksasi datanya dalam data

subjektif dan objektif.

d) P (Planning)

Perencanaan keperawatan yang akan dihentikan atau dilanjutkan dari

rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan.

C. Konsep Dasar Relaksasi Nafas Dalam

1. Pengertian Relaksasi Nafas Dalam

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien

bagaimana cara melakukan teknik nafas dalam , nafas lambat (menahan


41

inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara

perlahan, selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas

dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan

oksigenasi darah (Nurman, 2017).

2. Tujuan Relaksasi Nafas Dalam

Tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi

alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,

meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun

emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri, menurunkan tekanan darah

tinggi dan menurunkan kecemasan (Nasuha, 2016).

3. Manfaat Relaksasi Nafas Dalam

Teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan nyeri kepala melalui

mekanisme dengan merelaksasikan otot otot seklet yang mengalami

spasme yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi

vasodilatasi pembuluh darah ke otak dan meningkatkan aliran darah ke

otak dan mengalir ke daerah yang mengalami spasme dan iskemik, teknik

relaksasi nafas dalam juga mampu merangsang tubuh untuk melepaskan

opoid endogen yang endorphin dan enkafalin serta relaksasi nafas dalam

akan merangsang muncculnya oksida nitrit yang akan memasuki paru

paru bahkan pusat otak yang berfungsi membuat orang menjadi tenang

dan rileks sehingga dapat menurunkan intensitas nyeri yang dialami

pasien (Cahyanti, 2017).


BAB III

METODE STUDI KASUS

Pada bab ini berisi design penelitian atau acuan strategi penelitian agar peneliti

dapat memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik dan tujuan. Bagian

ini memuat penjelasan singkat tentang metode yang diambil untuk menjawab

pertanyaan penelitian.

A. Rancangan Studi Kasus

Rancangan studi kasus ini menggunakan jenis rancangan penelitian yang

bersifat deskriptif. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih

menekankan pada data faktual daripada penyimpulan. Penyusunan dilakukan

secara intensif, terperinci, dan mendalam pada pasien Hipertensi di Ruang

Flamboyan 8 RSUD Dr.Moewardi Surakarta.

Tujuan studi kasus ini adalah untuk mendeskripsikan asuhan

keperawatan pada pasien hipertensi, pada studi kasus ini penulis

mendeskripsikan proses keperawatan mulai dari pengkajian keperawatan,

penetapan diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi

keperawatan dan evaluasi sesuai dengan tujuan yang dicapai.

B. Subjek Studi Kasus

Subjek dalam studi kasus ini adalah individu dengan penyakit hipertensi

yang akan diberikan asuhan keperawatan yang berfokus pada kebutuhan dasar

42
43

manusia yang terganggu akibat masalah keperawatan yang dialami

individu sesuai dengan masalah peningkatan tekanan darah dengan kriteria

meliputi:

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien dan keluarga berssedia dikelola sebagai subyek penelitian dengan

mengajukan surat permohonan responden.

b. Pasien dengan diagnosa medis Hipertensi.

c. Pasien Hipertensi dengan usia >40 tahun.

2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien tidak bersedia menjadi responden.

b. Pasien penderita Hipertensi yang mengalami komplikasi yang

menyebabkan proses penelitian terganggu.

C. Fokus Studi

Fokus studi kasus dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah

pemberian asuhan keperawatan pada pasien hipertensi yang meliputi

pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, dan

evaluasi keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan diharapkan dapat

mengatasi masalah kesehatan yang dialami pasien.kesehatan yang dialami

pasien.

D. Definisi Operasional

Asuhan keperawatan pada pasien hipertensi merupakan suatu proses atau

tahapan kegiatan yang diberikan kepada pasien hipertensi dalam tatanan


44

pelayanan kesehatan mulai dari tahapan pengkajian, diagnosa, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

Pasien Hipertensi sendiri adalah pasien yang mengalami peningkatan

abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

lebih dari suatu periode yang ditandai dengan tekanan sistolik ≥140 mmHg

dan tekanan diastolik ≥90 mmHg.

E. Tempat dan Waktu

1. Tempat Studi kasus

Tempat sudi kasus dilakukan di RSUD Dr.Moewardi Surakarta .

2. Waktu studi kasus

Waktu yang digunakan dalam studi kasus untuk karya tulis ilmiah ini pada

bulan 21 Februari - .20 April 2022.

F. Pengumpulan Data

Menurut Nursalam (2016) menjelaskan bahwa pengumpulan data adalah

suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik

subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian. Menurut Budiono ( 2016 )

pengumpulan data yang dilakukan pada asuhan keperawatan meliputi :

1. Sumber data primer

Klien adalah sebagai sumber utama data (primer) dan sehingga dapat

menggali informasi yang sebenarnya secara langsung mengenai masalah

kesehatan klien.

a. Anamnesis
45

Anamnesis adalah suatu proses tanya jawab atau komunikasi untuk

mengajak klien dan keluarga bertukar fikiran dan perasaan, mencakup

keterampilan secara verbal dan non verbal, empati dan rasa kepedulian

yang tinggi. Teknik verbal, meliputi pertanyaan terbuka/tertutup,

menggali jawaban dan memvalidasi respon klien. Teknik non verbal,

meliputi mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan dan kontak mata.

b. Observasi

Observasi merupakan pengamatan perilaku serta keadaan klien

untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan

klien. Penulisan karya tulis ini penulis menggunkan observasi tidak

terstuktur yaitu mengobservasi secara spontan dan mencatat apa yang

dilihat dari klien seperti mengobservasi vital sign terutama pola dan

frekuensi pernapasan, kecemasan, ekspresi wajah, kegelisahan dan data

yang lainnya.

c. Wawancara

Merupakan metode pengumpulan data dengan cara berbicara

langsung pada pasien sehingga terbina hubungan saling percaya antara

perawat dengan pasien. Wawancara dilakukan dengan pasien atau

keluarga pasien untuk mendapatkan data data pasien tentang pasien,

riwayat penyakit, riwayat pengobatan, dan respon terhadap tindakan

keperawatan.

d. Pemeriksaan fisik
46

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien dari ujung kepala

sampai ujung kaki. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk memperoleh data

subjektif dan data objektif melalui pemeriksaan dengan menggunakan

metode atau teknik P.E.(Physical Examination) yang terdiri dari :

1) Inspeksi

Inspeksi merupakan teknik yang dapat dilakukan dengan proses

observasi yang dilaksanakan secara sistematis.

2) Palpasi

Palpasi merupakan teknik yangdapat dilakukan dengan menggunakan

indera peraba sebagai alat untuk mengumpulkan data.

3) Perkusi

Perkusi merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan

mengetuk yang bertujuan untuk membandingkan bagian kiri dan

kanan pada daerah setiap permukaan tubuh dengan menghasilkan

suara. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi ,ukuran,

bentuk, dan konsistensi jaringan.

4) Auskultasi

Auskultasi merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan

mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Pemeriksaan

Auskultasi biasanya menggunakan stetoskop untuk mendengarkan

bunyi yang dihasilkan oleh tubuh.

5) Instrumen studi kasus


47

Instrument studi kasus yang digunakan penulis yaitu format asuhan

keperawatan melalui proses asuhan keperawatan.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh selain dari pasien

,yaitu orang terdekat pasien, orang tua pasien, suami atau istri pasien, anak

pasien, atau teman pasien.

a. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan adalah bahan pustaka dan menunjang latar

belakang teoritis studi kasus. Pada kasus ini menggunakan studi kasus

kepustakaan yang bersumber dari buku kesehatan, jurnal, laporan

laporan, hasil penelitian dari sumber terbaru serta buku ilmu keperawatan

terbitan baru untuk mendapatkan data dasar klien yang dapat digunakan

untuk membantu dalam memberikan asuhan keperawatan yang benar dan

tepat sesuai dengan masalah kesehatan klien.

b. Studi dokumentasi

Semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan

dokumen. Dalam kasus ini, setelah mendapatkan data yang diperlukan

maka perlu didokumentasikan pada lembar catatan perkembangan klien,

agar dapat dipertanggungjawabkan.

G. Analisa Data dan Penyajian Data

Studi kasus ini menggunakan teknik deskriptif yang dilakukan dengan

rancangan studi kasus dan dengan pendekatan asuhan keperawatan yang

meliputi pengkajian keperawatan, penetapan diagnosa keperawatan,intervensi


48

keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan. Sedangkan untuk

analisa studi kasus ini adalah dengan menggambarkan hasil penulisan terhadap

objek sesuai dengan keadaan sebenarnya serta memaparkan hasil penelitian.

H. Etika Studi Kasus

Etika studi kasus yang penulis gunakan dalam studi kasus ini yaitu :

1. Informed Concent (surat persetujuan), Sebelum pengambilan data

dilakukan, penulis memperkenalkan diri, memberikan penjelasan tentang

judul studi kasus. Subjek dalam penelitian ini harus mendapatkan informasi

secara lengkap mengenai tujuan penelitian yang akan dilaksanakan,

mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi

responden.

2. Anonymity (tanpa nama), dimana penelitian melindungi hak-hak pada

privasi responden, nama tidak digunakan serta menjaga kerahasiaan

responden ,penelitian hanya menggunakan inisial sebagai identitas.

3. Confidentiality (kerahasiaan), Semua informasi yang diberikan responden

kepada peneliti akan tetap dirahasiakan untuk melindungi privasi pasien.

4. Ethical clarance (kelayakan etik), dalam studi kasus ini penulis memerlukan

ethical clearance yaitu uji kelayakan etik sebagai pernyataan bahwa

kegiatan studi kasus yang tergambar telah dilakukan kajian dan telah

memenuhi kaidah etik sehingga layak dilaksanakan. Tujuan utamanya

adalah untuk melindungi subjek studi kasus dari bahaya fisik dan psikis

(tertekan penyesalan), dan konsekuensi (dituntut) sebagai akibat turut

berpartisipasi dalam studi kasus. Ethical Clearance dapat dilakukan dengan


49

cara mengajukan proposal kepada komite untuk menilai kelayakan apakah

studi kasus memenuhi etik atau tidak. Etical clearance studi kasus ini

diperoleh dari Komisi Etik Penulisan Kesehatan (Health Research Ethics

Comitte) RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan nomor 68 / I / HREC /

2022.
BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

Pada bab keempat memuat dua bagiaan besar, yaitu bagian pertama yang berisi

uraian tentang deskripsi /karakteristik yang berisikan hasil studi kasus yang

berisi pengkajian, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Sedangkan bagian

kedua berisi pembahasan dari hasil penelitian yang berisi pembahasan

kesenjangan antara teori dan kasus yang ditemukan.

A. Hasil Studi Kasus

Pada hasil studi kasus ini penulis membahas tentang Ny.M dan Ny.B

dengan Hipertensi di Bangsal Flamboyan 8 RSUD Dr.Moewardi Surakarta.

Studi kasus ini meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Data

diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan pasien, keluarga pasien,

dan catatan rekam medis pasien.

1. Pengkajian

a. Pasien 1 Ny.M

Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 Februari 2022 pukul

12.30 WIB. Hasil pengkajian pasien bernama Ny.M berusia 51 tahun,

jenis kelamin perempuan, alamat Padas, Ngawi, diagnosa medis

Hipertensi. Keluhan utama pasien mengeluh nyeri kepala. Riwayat

penyakit sekarang pasien merasakan nyeri kepala, pusing sudah 2 hari

50
51

merasa mual,dan lemas. Dirumah pasien ketika pusing hanya

minum obat dari warung tetapi belum sembuh juga. Kemudian

keluarga pasien membawa pasien ke Poliklinik RSUD Dr.Moewardi

pada tanggal 22 Februari 2022 pukul 09.00 WIB. Pasien mengatakan

sebelumnya tidak pernah memeriksakan tekanan darahnya. Di

poliklinik dilakukan pemeriksaan tanda tanda vital tekanan darah

190/100 mmHg, nadi 96x/mnt, respiratory rate 23x/mnt, S 36,7℃,

GCS 15 ( E4 V5 M6).

Riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan menderita dm dan

hipertensi sudah ±1 tahun.tetapi jarang mengkonsumsi obat tensi dan

hanya mengkonsumsi obat warung untuk meredakan nyeri kepalanya

dan pasien tidak pernah suntik insulin. Pasien mengatakan tidak

memiliki riwayat penyakit menurun dan menular di keluarganya.

Pengkajian genogram pasien mengatakan anak pertama dari empat

bersaudara, pasien tinggal serumah dengan suami dan satu orang anak

perempuannya.

Pengkajian fungsional pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa ke

rumah sakit, pola nutrisi dan metabolik sebelum sakit pasien

mengatakan makan 3x/hari dengan nasi, sayur, dan lauk pauk. Setiap

makan 1 porsi habis dan minum air putih ±7-8 gelas/hari, selama sakit

pasien makan 3x/hari dengan nasi lunak, sayur, dan buah dari rumah

sakit, setiap makan hanya menghabiskan ½ porsi. Minum 4-5


52

gelas/hari. Pola eliminasi sebelum sakit pasien mengatakan BAB

1x/hari dengan konsistensi lembek, berbau khas feses, berwarna

kuning kecoklatan, dan BAK normal 7-8 x/hari berbau khas, warna

kuning jernih, selama sakit pasien mengatakan belum BAB sejak

masuk rumah sakit. BAK 4-5 x/hari berbau khas, warna kuning.

Pola aktivitas dan latihan sebelum sakit pasien melakukan

aktivitas secara mandiri, selama sakit aktivitas seperti ke kamar

mandi, makan, berpakaian, mandi, aktivitas dibantu keluarga. Pola

istirahat dan tidur sebelum sakit pasien mengatakan tidur siang 2-3

jam, tidur malam ±7-8 jam, selama sakit pasien mengatakan tidur

siang ±2 jam, tidur malam ± 6-7 jam. Pola persepsi dan kognitif

sebelum sakit pasien mengatakan tidak mengalami gangguan

penglihatan, penciuman, pengecap, dan pendengaran, selama sakit

pasien mengatakan tidak mengalami gangguan penglihatan,

penciuman, pengecap, dan pendengaran.

Pola personal hygine sebelum sakit pasien mengatakan mandi 2x

sehari. Setiap pagi dan sore dilakukan secara mandiri, selama sakit

pasien mandi 2x sehari hanya disibin oleh keluarganya. Pola seksual

dan reproduksi sebelum sakit pasien mengatakan tidak ada masalah

seksual dan reproduksi, pasien mengatakan memiliki 1 anak, selama

sakit pasien mengatakan tidak ada masalah reproduksi. Pola

mekanisme stress dan koping sebelum sakit pasien mengatakan jika

ada masalah dibicarakan dengan keluarganya, selama sakit pasien


53

mengatakan selama di rumah sakit jika ada masalah dibicarakan

dengan suami dan anaknya. Pola nilai dan keyakinan sebelum sakit

pasien mengatakan selalu sholat 5 waktu, selama sakit pasien

mengatakan sholat di tempat tidur.

Pemeriksaan fisik head to toe didapatkan hasil pemeriksaan

Kepala Mesochepal, tidak ada lesi, rambut hitam dan panjang. Mata

simetris, sclera putih, konjungtiva tidak anemis. Hidung bersih,

simetris, tidak ada benjolan, pendengaran baik. Mulut bersih, mukosa

lembab. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

Dada paru - paru inspeksi pengembangan dada simetris, palpasi

tidak ada nyeri tekan, perkusi sonor, auskultasi suara nafas vesikuler.

Jantung inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba,

perkusi pekak, auskultasi tidak ada suara jantung tambahan. Abdomen

inspeksi simetris, tidak ada benjolan, auskultasi bising usus 9x/menit,

palpasi tidak ada nyeri tekan, perkusi timpani. Genetalia bersih tidak

terpasang kateter. Ekstermitas atas kanan terpasang infus, ekstermitas

atas kiri tidak ada luka, tidak ada edema dan ekstermitas bawah tidak

ada edema dan luka. Integumen kulit berwarna sawo matang, tidak

ada edema, tidak ada luka atau lesi.

Pemeriksaan fisik keadaan umum pasien lemah dan lemas.

Kesadaran composmentis. Tanda-tanda vital tekanan darah 160/100

mmHg, nadi 85x/menit, respiratory rate 21x/menit, suhu 37,6℃,

SPO2: 99 %, CRT <2 Detik.


54

Pengkajian nyeri didapatkaan hasil yaitu kepala pasien terasa

nyeri (Paliatif: tekanan darah tinggi, Quality: Seperti ditusuk-tusuk,

Regional: kepala bagian belakang, Skala: 5, Time: hilang timbul).

Pemeriksaan penunjang : Protrombin Time (PT) 13.2 detik,

Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) 22.8 detik,

International Normalized Ratio (INR) 1.030, hemoglobin 12.0 g/dl,

hematokrit 17%, leukosit 5.3 ribu/ul, trombosit 148 ribu/ul, eritrosit

4.35 juta/ul, SGOT 10 u/l, SGPT 12 u/l, ureum 49 mg/dl, albumin 2.9,

kreatinin 1.0 mg/dl, GDS 549 mg/dl, natrium darah 134 mmol/L,

kalium darah 2.6 mmol/L, calcium Ion 1.13 mmol/L.

Terapi obat infus Ns 20 tpm, candesartan PO 16 mg 3x1,

amlodipine 10 mg 1x1, inj santagesik 500 mg/12, ciprofloxacin 400

mg/12, novorapid 20 unit, lantus 10 unit.

b. Pasien 2 Ny.B

Pengkajian dilakukan pada tanggal 17 April 2022 pukul 08.00

WIB. Hasil pengkajian didapatkan pasien bernama Ny.B berusia 58

tahun, jenis kelamin perempuan, alamat Giritontro,Wonogiri diagnosa

medis Hipertensi. Keluhan utama, pasien mengatakan nyeri kepala.

Riwayat penyakit sekarang, pasien datang ke RSUD Dr.Moewardi

pukul 09.30 WIB dengan keluhan nyeri kepala, pusing berkunang

kunang, lemas sejak 2 minggu smrs, mual dan muntah 4x. Kemudian,

keluarga pasien langsung membawa ke IGD RSUD Dr.Moewardi

Surakarta. Di IGD dilakukan pemeriksaan tekanan darah 200/100


55

mmHg, nadi 98x/menit, respiratory rate 21x/menit, Suhu 36,8 ℃,

GDS 416 mg/dl, GCS (E4 V5 M6). Pasien mengatakan sebelumnya

tidak mengetahui jika mempunyai penyakit darah tinggi, pasien juga

tidak memiliki pantangan makan apapun dirumah, pasien mengatakan

tidak mengetahui bagaimana penyembuhan penyakit yang diderita.

pasien sudah periksa ke mantri desa tetapi tidak sembuh.

Riwayat penyakit dahulu, Pasien mengatkan pernah memiliki

gula darah tinggi tetapi sudah lama, pasien juga mengatakan tidak

pernah memeriksakan tekanan darahnya karena saat merasa pusing

hanya minum obat warung. Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat

penyakit menurun dan menular di keluarganya. Pengkajian genogram

pasien mengatakan anak kedua dari dua bersaudara, pasien

mempunyai 3 orang anak pertama laki laki dan dua orang anak

perempuan, pasien tinggal bersama anak perempuan terakhirnya.

Pengkajian fungsional pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa ke

mantri atau puskesmas dekat rumah, pola nutrisi dan metabolik

sebelum sakit pasien mengatakan makan 3x/hari dengan nasi, sayur,

dan lauk pauk setiap makan 1 porsi habis minum teh hangat setiap

pagi 1 gelas dan minum air putih ±5-6gelas/hari, selama sakit pasien

makan 3x/hari dengan nasi lunak, sayur, dan buah dari rumah sakit,

setiap makan menghabiskan 1 porsi walaupun sedikit sedikit. Minum

4-5 gelas/hari. Pola eliminasi sebelum sakit pasien mengatakan BAB


56

1x/hari dengan konsistensi lembek, berbau khas feses, berwarna

kuning kecoklatan, dan BAK normal 4-5x/hari berbau khas, warna

kuning jernih, selama sakit pasien mengatakan belum BAB sejak

masuk rumah sakit. BAK 5-6 x/hari berbau khas, warna kuning.

Pola aktivitas dan latihan sebelum sakit pasien melakukan

aktivitas secara mandiri, selama sakit aktivitas seperti ke kamar

mandi, makan, berpakaian, mandi, aktivitas dibantu keluarga. Pola

istirahat dan tidur sebelum sakit Pasien mengatakan tidur siang 1-2

jam, tidur malam ±7-8 jam, selama sakit Pasien mengatakan tidur

siang ±2 jam, tidur malam ± 5-6 jam. Pola persepsi dan kognitif

sebelum sakit pasien mengatakan tidak mengalami gangguan

penglihatan, penciuman, pengecap, dan pendengaran, selama sakit

pasien mengatakan tidak mengalami gangguan penglihatan,

penciuman, pengecap, dan pendengaran.

Pola personal hygine sebelum sakit pasien mengatakan mandi 2x

sehari. Setiap pagi dan sore dilakukan secara mandiri, selama sakit

pasien mandi 1x sehari hanya disibin oleh keluarganya. Pola seksual

dan reproduksi sebelum sakit pasien mengatakan tidak ada masalah

seksual dan reproduksi.pasien mengatakan memiliki 1 anak, selama

sakit pasien mengatakan tidak ada masalah reproduksi. Pola

mekanisme stress dan koping sebelum sakit pasien mengatakan jika

ada masalah dibicarakan dengan keluarganya, selama sakit pasien

mengatakan selama di rumah sakit jika ada masalah dibicarakan


57

dengan anak - anaknya. Pola nilai dan keyakinan sebelum sakit pasien

mengatakan selalu sholat 5 waktu, selama sakit pasien mengatakan

sholat di tempat tidur.

Pemeriksaan fisik head to toe didapatkan hasil pemeriksaan

kepala mesochepal, tidak ada lesi, rambut hitam beruban dan panjang.

Mata simetris, sclera putih, konjungtiva tidak anemis. Hidung bersih,

simetris. Telinga simetris, bersih, tidak ada benjolan, pendengaran

baik. Mulut bersih, mukosa lembab. Leher tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid.

Dada paru - paru inspeksi pengembangan dada simetris, palpasi

tidak ada nyeri tekan, perkusi sonor, auskultasi suara nafas vesikuler.

Jantung inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba,

perkusi pekak, auskultasi tidak ada suara jantung tambahan. Abdomen

inspeksi simetris, tidak ada benjolan, auskultasi bising usus 12

x/menit, palpasi tidak ada nyeri tekan, perkusi timpani. Genetalia

bersih tidak terpasang kateter. Ekstermitas atas kiri terpasang infus,

ekstermitas atas kanan tidak ada luka,tidak ada edema dan

ekstermitas bawah tidak ada edema dan luka. Integumen kulit

berwarna sawo matang, tidak ada edema, tidak ada luka atau lesi.

Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak lemas

dan berbaring ditempat tidur.kesadaran composmentis. Hasil

pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah 170/100 mmHg, nadi


58

90x/menit, respiratory rate 20x/menit, suhu 36,5℃, SPO2 : 99 %,

CRT <2 Detik.

Pengkajian nyeri didapatkan hasil yaitu kepala pasien terasa

nyeri (Paliatif: tekanan darah tinggi, Quality: Seperti cekot-cekot,

Regional: seluruh kepala, Skala: 6, Time: hilang timbul).

Pemeriksaan penunjang : hemoglobin 12.5 g/dl, hematokrit

33%, leukosit 4.5 ribu/ul, trombosit 304 ribu/ul, eritrosit 4.30 juta/ul,

Protrombin Time (PT) 14.9 detik, Activated Partial Thromboplastin

Time (APTT) 27.0 detik, International Normalized Ratio (INR) 1.130,

Gds 416 mg/dl, SGOT 15 u/l, SGPT 17 u/l, albumin 1.5 g/dl, kreatinin

1.1 mg/dl, ureum 40 mg/dl, natrium darah 122 mmol/L, kalium darah

3.8 mmol/L, calcium ion 1.10 mmol/L.

Terapi obat infus asering 20 tpm, inj omeprazole 40 mg/ 12 jam,

inj santagesik 500 mg/ 12 jam, inj metronidazole 500 mg/ 8 jam,

candesartan PO 16 mg 3x1, novorapid 4, lantus 10 unit.

2. Diagnosa Keperawatan

Penulis menegakkan diagnosa keperawatan sesuai prioritas masalah

berdasarkan hasil pengkajian kedua pasien.

a. Pasien 1 (Ny.M)

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

Diagnosa pertama didukung dengan data subyektif pasien

mengatakan nyeri kepala (Paliatif: tekanan darah tinggi, Quality:

seperti ditusuk-tusuk, Regional: kepala bagian belakang, Skala 5,


59

Time: hilang timbul). Data objektif pasien tampak meringis menahan

nyeri dan memegangi kepala, tanda-tanda vital tekanan darah 160/100

mmHg, nadi 85x/menit, respiratory rate 21x/menit, suhu 37,6℃.

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Diagnosa kedua didukung dengan data subjektif pasien

mengatakan lemas, tidak bisa beraktivitas sendiri selama di RS

dibantu keluarga. Data objektif pasien tampak lemas dan berbaring

ditempat tidur, ADL dibantu oleh keluarga.

3) Defisit penegetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Diagnosa ketiga didukung dengan data subjektif pasien

mengatakan jarang minum obat tensi dan hanya mengkonsumsi obat

warung untuk meredakan nyeri kepala, pasien mengatakan kurang

memahami tentang tekanan darah yang sering tinggi yang diderita,

pasien mengatakan tidak pernah memeriksakan tekanan darahnya,

pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah diberikan pendidikan

kesehatan tentang hipertensi. Data objektif pasien tampak bingung

ketika ditanya mengenai tekanan darah tinggi yang diderita.

b. Pasien 2 (Ny.B)

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

Diagnosa pertama didukung dengan data subjektif pasien

mengatakan pusing dsan nyeri kepala ( Paliatif: tekanan darah tinggi,

Quality: cekot-cekot, Regional: seluruh kepala, Skala: 6, Time: hilang

timbul). Data objektif pasien tampak meringis menahan nyeri, tanda-


60

tanda vital tekanan darah 170/100 mmHg, nadi 90x/menit, respiratory

rate 20x/menit, suhu 36,5℃.

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Diagnosa kedua didukung dengan data subjektif pasien

mengatakan lemas dan semua aktivitas selama dirumah sakit dibantu

oleh keluarga. Data objektif pasien tampak lemas dan berbaring

ditempat tidur,ADL dibantu keluarga.

3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Diagnosa ketiga didukung dengan data subjektif pasien

mengatakan tidak mengetahui penyakit darah tinggi yang

diderita,pasien mengatakan jika merasa pusing hanya mengkonsumsi

obat warung, pasien mengatakan belum pernah diberikan pendidikan

kesehatan dirumah. Data objektif pasien tampak bingung dan diam

jika ditanya tentang penyakit darah tinggi yang diderita, pasien

tampak tegang.

3. Intervensi Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan tindakan 3x24 jam

diharapkan nyeri kepala hilang atau berkurang dengan kriteria hasil skala

nyeri berkurang menjadi 1-2, meringis menurun, tanda- tanda vital dalam

batas normal. Intervensi yang dilakukan antara lain monitor tanda tanda

vital, identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi respon nyeri non


61

verbal, anjurkan memonitor nyeri secara mandiri, ajarkan teknik non

farmakologi relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri, kolaborasi

pemberian analgetik.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan tindakan 3x24 jam

diharapkan pasien dapat meningkatkan aktivitas sesuai tingkat

kemampuan dengan kriteria hasil pasien dapat melakukan aktivitas

ringan, keluhan lemah menurun. Intervensi yang dilakukan antara lain

kaji tingkat kemampuan pasien melakukan aktivitas, monitor lokasi dan

ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas, berikan lingkungan yang

nyaman dan batasi pengunjung, anjurkan melakukan aktivitas secara

bertahap.

c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan tindakan 2x24jam

diharapkan pasien memiliki kecukupan informasi tentang penyakit yang

diderita atau defisit pengetahuan dapat teratasi dengan kriteria hasil

pasien dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakit yang dialami,

perilaku sesuai anjuran meningkat, perilaku sesuai pengetahuan

meningkat. Intervensi yang dilakukan antara lain identifikasi tingkat

pengetahuan pasien dan keluarga, identifikasi kesiapan dan kemmpuan

pasien menerima informasi, identifikasi faktor yang dapat meningkatkan

dan menurunkan motivasi perilaku hidup sehat, sediakan materi dan

media pendidikan kesehatan, jadwalkan pendidikan kesehatan, berikan


62

penyuluhan kesehatan tentang penyakit hipertensi, berikan kesempatan

untuk bertanya, kolaborasi dengan keluarga dalam membantu pasien

mengenal hipertensi yang dialami.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi pada Ny.M pada tanggal 22 Februari 2022 pukul 13.00

WIB sedangkan pada Ny.B pada tanggal 17 April 2022 pukul 08.30 adalah

memonitor ttv, mengkaji nyeri lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri, dan skala nyeri, mengidentifikasi respon nyeri non

ferbal dengan respon subjektif Ny.M mengatakan nyeri kepala (Paliatif:

tekanan darah tinggi, Quality: seperti ditusuk tusuk, Regional: kepala bagian

belakang, Skala: 5, Time: hilang timbul), sedangkan Ny.B mengatakan

kepalanya nyeri (Paliatif: tekanan darah tinggi, Quality: cekot- cekot,

Regional: seluruh kepala, Skala: 6, Time: hilang timbul). Respon objektif

Ny.M tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 85x/menit, respiratory rate

21x/menit, suhu 37,6℃, Ny.M tampak menahan nyeri dan memegangi

kepala, sedangkan Ny.B tekanan darah 170/100 mmHg, nadi 90x/menit,

respiratory rate 20x/menit, suhu 36,5℃, Ny.B tampak meringis menahan

nyeri.

Implementasi selanjutnya pada Ny.M dilakukan pukul 13.15 WIB

sedangkan Ny.B pukul 08.45 adalah mengajarkan teknik non farmakologis

relaksasi nafas dalam untuk mengontrol nyeri ketika nyeri timbul dengan cara

menarik nafas dari hidung, menahan sebentar, lalu mengeluarkan nafas

melalui mulut secara perlahan, dengan respon subjektif Ny.M mengatakan


63

senang di ajarkan latihan relaksasi nafas dalam dan lebih rileks, sedangkan

Ny.B mengatakan lebih tenang. Respon objektif Ny.M dan Ny.B tampak

lebih rileks dan tenang serta dapat mempraktikkan teknik relaksasi nafas

dalam.

Implementasi selanjutnya pada Ny.M dilakukan pukul 13.30 WIB

sedangkan Ny.B pukul 09.00 WIB adalah mengkaji tingkat kemampuan

pasien melakukan aktivitas dengan respon subjektif Ny.M mengatakan

badannya lemas, semua aktivitas seperti makan, kekamar mandi, mandi,

berpakaian, berpindah dibantu oleh keluarga sedangkan Ny.B mengatakan

badannya lemas, selama di Rumah sakit semua aktivitas dibantu keluarga.

Respon objektif Ny.M tampak lemas semua aktivitas dibantu keluarga,

sedangkan Ny.B juga tampak lemas semua aktivitas juga dibantu keluarga.

Implementasi selanjutnya pada Ny.M dilakukan pukul 13.35 WIB

sedangkan Ny.B pukul 09.05 WIB adalah memonitor lokasi dan

ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas dengan respon subjektif Ny.M

mengatakan jika dilakukan aktivitas seperti duduk kepala terasa sakit dan

pusing sedangkan Ny.B mengatakan kepala terasa sakit dan mudah lelah

ketika dibuat aktivitas terus menerus. Respon objektif Ny.M tampak

memegangi kepalanya, sedangkan Ny.B tampak lemas dan meringis menahan

sakit.

Implementasi selanjutnya pada Ny.M dilakukan pukul 13.40 WIB

sedangkan Ny.B pukul 09.10 WIB adalah menganjurkan melakukan aktivitas

secara bertahap dengan respon subjektif Ny.M mengatakan bersedia


64

sedangkan Ny.B mengatakan bersedia akan melakukan aktivitas ringan.

Respon objektif Ny.M dan Ny.B tampak kooperatif.

Implementasi selanjutya dilakukan pada Ny.M pukul 13.50 WIB

sedangkan Ny.B pukul 09.30 WIB adalah mengidentifikasi tingkat

pengetahuan pasien dan keluarga dengan respon subjektif Ny.M mengatakan

belum mengetahui banyak mengenai penyakit hipertensinya sedangkan Ny.B

mengatakan belum mengetahui bagaimana pengobatan penyakit hipertensi

ketika dirumah, kurang memahami penyebab tekanan darahnya tinggi,

komplikasi dari penyakitnya. Respon objektif Ny.M dan Ny.B terlihat

bingung.

Implementasi selanjutnya dilakukan pada Ny.M pukul 14.00 WIB

sedangkan Ny.B pukul 10.00 WIB adalah menjadwalkan pendidikan

kesehatan dengan respon subjektif Ny.M mengatakan bersedia diberikan

pendidikan kesehatan sedangkan Ny.B mengatakan bersedia kapan saja

diberikan pendidikan kesehatan. Respon objektif Ny.M dan Ny.B tampak

kooperatif.

Implementasi pada Ny.M pada tanggal 23 februarri 2022 pukul 13.30

WIB sedangkan Ny.B pada tanggal 18 april 2022 pukul 14.00 adalah

memonitor ttv, mengkaji nyeri lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas, nyeri dan skala nyeri, mengidentifikasi respon nyeri non

verbal dengan respon subjektif Ny.M mengatakan nyeri kepala sudah

berkurang (Paliatif: tekanan darah tinggi, Quality: seperti ditusuk tusuk,

Regional: kepala bagian belakang, Skala: 3, Time: hilang timbul), sedangkan


65

Ny.B mengatakan nyeri kepala sudah berkurang (Paliatif: tekanan darah

tinggi, Quality: cekot-cekot, Regional: seluruh kepala, Skala: 4, Time: hilang

timbul). Respon objektif Ny.M tampak lebih tenang tekanan darah 140/90

mmHg, nadi 90 x/menit, respiratory rate 22x/menit, suhu 36,6℃, sedangkan

Ny.B tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 82 x/menit, respiratory rate

20x/menit, suhu 36,6℃, Ny.B tampak sedikit lebih tenang.

Implementasi selanjutnya dilakukan pada Ny.M pukul 13.45 WIB

sedangkan Ny.B pukul 14.15 WIB adalah menganjurkan pasien melakukan

teknik relaksasi nafas dalam dengan respon subjektif Ny.M mengatakan

sudah paham dan akan melakukan teknik relaksasi nafas dalam jikan nyerinya

timbul sedangkan Ny.B mengatakan sudah melakukan teknik relaksasi nafas

dalam. Respon objektif Ny.M dan Ny.B tampak memahami apa yang

dikatakan mahasiswa.

Implementasi selanjutnya dilakukan pada Ny.M pukul 14.00 WIB

sedangkan Ny.B pukul 14.30 WIB adalah mengkaji tingkat kemampuan

pasien melakukan aktivitas dengan respon subjektif Ny.M mengatakan

badannya sudah tidak lemas lagi dan sudah melakukan aktivitas makan,

duduk, dan berjalan di samping tempat tidur tetapi ke kamar mandi masih

dibantu keluarga sedangkan Ny.B mengatakan badannya masih lemas dan

aktivitas masih dibantu keluarga. Respon objektif Ny.M tampak lebih rileks

dan lebih segar sedangkan Ny.B tampak lemas dan berbaring ditempat tidur.

Implementasi selanjutnya dilakukan pada Ny.M pukul 14.15 WIB

sedangkan Ny.B pukul 14.40 WIB adalah mengidentifikasi kesiapan pasien


66

menerima informasi dengan respon subjektif Ny.M mengatakan hari ini siap

dilakukan pendidikan kesehatan sedangkan Ny.B mengatkan sekarang bisa

dilakukan pendidikan kesehatan. Respon objektif Ny.M dan Ny.B tampak

kooperatif.

Implementasi selanjutnya dilakukan pada Ny.M pukul 14.20 WIB

sedangkan Ny.B pukul 14.45 WIB adalah mengidentifikasi faktor - faktor

yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup sehat

dengan respon subjektif Ny.M mengatakan bila nyeri kepala menyebabkan

tidak nyaman ntuk melakukan aktivitas dirumah seperti melakukan kegiatan

mencuci baju, menyapu sedangkan Ny.B mengatakan bila pusing dan nyeri

menyebabkan tidak nyaman untuk melakukan kegiatan sehari hari seperti ke

lading, sawah untuk menyiangi rumput. Respon objektif Ny.M dan Ny.B

tampak kooperatif.

Implementasi selanjutnya dilakukan pada Ny.M pukul 14.30 WIB

sedangkan Ny.B pukul 15.00 WIB adalah menyediakan materi dan media

pendidikan kesehatan serta memberikan penyuluhan kesehatan tentang

hipertensi dan memberikan kesempatan untuk bertanya dengan respon

subjektif Ny.M mengatakan sudah paham apa yang dijelaskan dan

mengatakan sudah mulai mengetahui mengenai penyakit hipertensinya

sedangkan Ny.B mengatakan sudah paham apa yang sudah dijelaskan dan

pasien mengatakan pendidikan kesehatan menambah pengetahuan mengenai

penyakit hipertensi yang dialami. Respon objektif Ny.M tampak bisa

menjawab pertanyaan yang diberikan dan bisa menjelaskan kembali secara


67

singkat apa yang telah dijelaskan sedangkan Ny.B tampak kooperatif dan

mengerti mengenai materi yang penyuluh berikan.

Implementasi selanjutnya dilakukan pada Ny.M pukul 15.10 WIB

sedangkan Ny.B pukul 15.30 WIB adalah berkolaborasi dengan keluarga

dalam membantu merawat pasien dan mengenal hipertensi yang dialami

pasien dengan respon subjektif keluarga Ny.M dan Ny.B mengatakan akan

meningkatkan perawatan pasien. Respon objektif keluarga Ny.M dan Ny.B

tampak kooperatif.

Implementasi selanjutnya dilakukan pada Ny.M pukul 16.00 sedangkan

Ny.B pukul 16.10 WIB adalah memberikan terapi sesuai dosis dengan respon

subjektif Ny.M mengatakan sedikit nyeri ketika disuntik obat melalui selang

infus sedangkan Ny.B mengatakan nyeri ketika disuntik obat. Respon objektif

Ny.M tampak menahan nyeri ketika obat masuk, obat masuk sesuai rute

sedangkan Ny.B tampak menahan nyeri dan obat masuk sesuai rute.

Implementasi pada Ny.M pada tanggal 24 Februari 2022 pukul 08.45

WIB sedangkan Ny.B pada tanggal 19 april 2022 pukul 14.00 WIB adalah

memonitor ttv, mengkaji nyeri lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas, nyeri dan skala nyeri, mengidentifikasi respon nnyeri non

verbal dengan respon subjektif Ny.M mengatakan nyeri kepalanya berkurang

dari skala 3 menjadi 1 (Paliatif: tekanan darah tinggi, Quality: seperti ditusuk

tusuk, Regional: kepala bagian belakang, Skala: 1, Time: hilang timbul),

sedangkan Ny.B mengatakan nyeri kepala sudah berkurang dari skala 4

menjadi 3 (Paliatif: tekanan darah tinggi, Quality: cekot-cekot, Regional:


68

seluruh kepala, Skala: 3, Time: hilang timbul). Respon objektif Ny.M tampak

rileks tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 85 x/menit, respiratory rate 21

x/menit, suhu 36,8℃, sedangkan Ny.B tekanan darah 140/70 mmHg, nadi 87

x/menit, respiratory rate 20x/menit, suhu 36,4℃, Ny.B tampak rileks dan

tenang.

Implementasi selanjutnya pada Ny. M dilakukan pada pukul 09.00 WIB

sedangkan Ny.B dilakukan pukul 04.15 WIB adalah menganjurkan pasien

melakukan teknik relaksasi nafas dalam dengn respon subjektif Ny.M

mengatakan sudah mengerti jika nyeri timbul melakukan tekhnik relaksasi

nafas dalam sedangkan Ny.B mengatakan sudah melakukan teknik relaksasi

nafas dalam jika nyeri timbul. Respon objektif Ny.M dan Ny.B tampak

kooperatif.

Implementasi selanjutnya dilakukan pada Ny.M pada pukul 09.10 WIB

sedangkan Ny.B dilakukan pada pukul 14.15 WIB adalah mengkaji tingkat

kemampuan pasien melakukan aktivitas didapatkan data subjektif Ny.M dan

Ny.B mengatakan sudah bisa makan sendiri tetapi aktivitas yang lain masih

dibantu. Respon objektif Ny.M tampak lebih segar dan rileks ADL dilakukan

secara mandiri sedangkan Ny.B tampak lebih segar dan bisa makan sendiri.

Implementasi selanjutnya pada Ny B dilakukan pada pukul 16.00 WIB

adalah memberikan obat sesuai dosis. Data objektif Ny.B tampak meminum

obat dan obat masuk sesuai rute.

5. Evaluasi Keperawatan

a. Pasien 1 (Ny.M)
69

Evaluasi pada tanggal 23 februari 2022 dengan diagnosa defisit

pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi didapatkan

data subjektif pasien mengatakan sudah memahami apa yang sudah

dijelaskan, pasien mengatakan mulai mengetahui mengenai penyakit

hipertensi, keluarga pasien juga mengatakan berusaha meningkatkan

perawatan pasien, data objektif pasien tampak bisa menjawab pertanyaan

yang diberikan dan bisa menjelaskan kembali secara singkat apa yang

sudah disampaikan. Analisa masalah defisit pengetahuan sudah teratasi.

Planning: hentikan intervensi.

Evaluasi dilakukan pada tanggal 24 februari 2022 terhadap Ny.M

dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera

fisiologis didapatkan data subjektif: Ny.M mengatakan nyeri kepalanya

berkurang dari skala 3 menjadi 1 (Paliatif: tekanan darah tinggi, Quality:

seperti ditusuk tusuk, Regional: kepala bagian belakang, Skala: 1, Time:

hilang timbul), data objektif: pasien tampak rileks, tekanan darah 130/80

mmHg, nadi 85 x/menit, respiratory rate 21 x/menit, suhu 36,8℃.

Analisa masalah nyeri akut sudah teratasi. Planning: hentikan intervensi.

Evaluasi dengan diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan didapatkan data subjektif: Ny. M mengatakan badannya sudah

tidak lemas, sudah bisa beraktivitas secara mandiri, data objektif pasien

tampak lebih segar dan rileks ADL dilakukan secara mandiri. Analisa:

masalah intoleransi aktivitas sudah teratasi. Planning: hentikan intervensi.

b. Pasien 2 (Ny.B)
70

Evaluasi pada tanggal 18 april 2022 dengan diagnosa defisit

pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi didapatkan

data subjektif: Ny.B mengatakan sudah mulai faham tentang penyakit

hipertensinya dan pasien mengatakan pendidikan kesehatan sangat

menambah pengetahuan mengenai penyakit hipertensi yang pasien alami,

keluarga pasien juga mengatakan akan meningkatkan perawatan pasien

data objektif: pasien bisa menjelaskan kembali apa yang sudah dijelaskan

mahasiswa, Analisa: masalah defisit pengetahuan sudah teratasi.

Planning: hentikan intervensi.

Evaluasi dilakukan pada tanggal 19 April 2022 terhadap Ny.B

dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera

fisiologis didapatkan data subjektif: pasien mengatakan masih nyeri

kepala tetapi sudah berkurang dari skala 4 menjadi 3 (Paliatif: tekanan

darah tinggi, Quality: cekot- cekot , Regional: seluruh kepala, Skala: 3,

Time: hilang timbul), data objektif:Ny.B tampak rileks , tekanan darah

140/90 mmHg, nadi 87 x/menit, respiratory rate 20 x/menit, suhu 36,4℃.

Analisa: masalah nyeri akut teratasi sebagian. Planning: Pertahankan

intervensi.

Evaluasi dengan diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan didapatkan data subjektif: Ny. B mengatakan sudah bisa

makan sendiri tetapi aktivitas lain masih dibantu, data objektif: pasien

tampak lebih segar dan bisa makan sendiri. Analisa masalah intoleransi

aktivitas teratasi sebagian. Planning: pertahankan intervensi.


71

B. Pembahasan

Pada sub bab ini penulis membahas tentang, persamaan, perbedaan dan

kesenjangan antara teori yang mendasari dengan kasus yang ditemukan pada

Ny.M dan Ny.B dengan hipertensi, meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan

evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian

Pengkajian yang sesuai dengan teori dan terdapat di dalam kedua kasus

yaitu:

a. Usia

Usia merupakan faktor resiko yang tidak bisa dimodifikasi dari

gagal jantung kongestif. Individu yang berusia diatas 40 tahun akan

mengalami suatu kondisi dimana akan terjadi pada dinding pembuluh

darah keadaan kehilangan elastisitas. Kondisi demikian akan

mengakibatkan meningkatnya tekanan darah karena darah yang terus

memompa tanpa adanya dilatasi pembuluh darah (Anggara &

Prayitno, 2013). Pertambahan usia menyebabkan adanya perubahan

terhadap fungsi normal organ tubuh (Anggara & Prayitno, 2013).

Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Jannah, Nurhasanah,

Nur, & Sartika (2016) menunjukkan hasil yang signifikan yaitu

semakin bertambahnya umur maka tekanan darah juga akan

mengalami peningkatan. Dinding arteri akan mengalami penebalan

yang disebabkan oleh penumpukan zat kolagen pada lapisan otot,


72

sehingga mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan menjadi

kaku dan mengakibatkan hipertensi pada usia setelah umur ≥40 tahun

(Amanda & Martini, 2018).

Dalam pengkajian usia studi kasus ini ditemukan kedua pasien

memasuki usia lanjut yang merupakan faktor resiko terjadinya

hipertensi. Dengan hasil pengkajian umur pasien Ny.M 51 tahun dan

Ny.B 58 tahun.

b. Jenis kelamin

Menurut penelitian Mariza Elvira (2019), bahwa jenis kelamin

sangat erat kaitannya terhadap terjadinya hipertensi dimana

perempuan yang sudah mengalami menopause akan cenderung

mengalami hipertensi yang disebabkan karena rendahnya kadar

estrogen didalam darah yang dapat menyebabkan peningkatan kadar

LDL di darah sehingga memicu terjadinya proses ateroskleoris yang

pada akhirnya dapat memicu terjadinya hipertensi.

Hal ini disebabkan karena wanita yang telah mengalami

menopause memiliki kadar esterogen yang rendah. Padahal esterogen

ini berfungsi meningkatkan kadar HDL yang sangat berperan dalam

menjaga kesehatan pembuluh darah. Sehingga pada perempuan yang

akan memasuki usia tua (menopause) hormone estrogen akan

menurun kadarnya sehingga lebih rentan terkena hipertensi.


73

Dalam pengkajian studi kasus ini ditemukan kedua pasien sama

sama berjenis kelamin perempuan. Dimana jenis kelamin merupakan

salah satu faktor penyebab hipertensi.

c. Peningkatan tekanan darah

Menurut Udjianti (2013), bahwa seseorang bisa dikatakan

hipertensi apabila tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan

diastolik lebih dari 90 mmHg (Udjianti, 2013). Menurut penelitian

yang dilakuakan oleh (Yonata & Pratama, 2016) pasien hipertensi

memiliki peningkatan resistensi vaskuler sistemik dan kekakuan

pembuluh darah. tonus pembuluh darah meningkat karena

peningkatan angiotensin dan endotelin. Sistem renin-angiotensin

mempengaruhi kontrol tekanan darah, renin bertanggung jawab

mengubah substrat renin (angiotensinogen) menjadi angiotensin I

kemudian menjadi angiotensin II. Angiotensin II adalah

vasokontriktor kuat dan demikian menyebabkan peningkatan tekanan

darah.

Dalam pengkajian kedua pasien sama - sama mengalami

kenaikan tekanan tinggi lebih dari 140/90 mmHg. Dengan

pengkajian tekanan darah Ny.M 160/100 mmHg dan Ny.B 170/100

mmHg.

d. Nyeri kepala

Ny.M dan Ny.B sama - sama mengeluh nyeri kepala. Menurut

(Istyawati et al., 2020) Nyeri kepala merupakan masalah yang sering


74

dirasakan oleh penderita hipertensi. Nyeri kepala ini dikategorikan

sebagai nyeri kepala intrakranial yaitu jenis nyeri kepala migren

diduga akibat dari fenomena vascular abnormal. Hal ini sesuai

dengan penelitian Price dan Wilson (2014), nyeri kepala disebabkan

karena kerusakan vaskuler akibat dari hipertensi tamapak jelas pada

seluruh pembuluh perifer. Perubahan struktur dalam arteri - arteri

kecil dan arteriola menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Bila

pembuluh darah menyempit maka aliran arteri akan terganggu. Pada

jaringan yang terganggu akan terjadi penurunan oksigen dan

peningkatan karbondioksida kemudian terjadi metabolisme anaerob

dalam tubuh yang meningkatkan asam laktat dan menstimulasi peka

nyeri kapiler pada otak.

Nyeri pada Hipertensi disebabkan akibat perubahan struktur

pembuluh darah sehingga terjadi penyumbatan pada pembuluh darah,

kemudian terjadi vasokonstriksi dan terjadi gangguan sirkulasi pada

otak dan terjadi resistensi pembuluh darah otak meningkat dan

menyebabkan terjadinya nyeri kepala pada Hipertensi (Murtiono &

Ngurah, 2020)

Dalam pengkajian studi kasus ini ditemukan adanya keluhan

nyeri kepala pada Ny.M dan Ny.B. Keduanyamengalami nyeri kepala

dengan skala nyeri Ny.M dengan skala nyeri 5 dan Ny.B dengan

skala nyeri 6 yang dikategorikan merupakan nyeri sedang.


75

e. Kelemahan dan lemas

Kelemahan dan lemas sering terjadi pada pasien hipertensi.

Udjianti (2013) menjelaskan bahwa kelemahan dan lemas

digambarkan sebagai ketidakmampuan melakukan atau

menyelesaikan aktivitas rutinitas sehari - hari Hal tersebut

diakibatkan karena terganggunya aliran darah ke otot jantung

sehingga meningkatkan beban kerja jantung yang mengakibatkan

pasien tidak mampu melakukan aktivitas. Pada hasil pengkajian

kedua pasien didapatkan keluhan lemah dan lemas dalam melakukan

kegiatan sehari hari dibantu oleh keluarga.

f. Kurangnya pengetahuan

Pengetahuan merupakan proses belajar dengan menggunakan

pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk

dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan. Menurut

(Mubarak 2007 dalam Liang, 2015) beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang, diantaranya meliputi umur

seseorang, tingkat pendidikan, pekerjaan, minat, pengalaman, serta

sumber informasi.

Kurangnya pengetahuan akan mempengaruhi pasien hipertensi

untuk dapat mengatasi kekambuhan atau melakukan pencegahan agar

tidak terjadi komplikasi (Dewi (2010 dalam Purwati DR, 2014).

Sehingga pengetahuan serta sikap tentang hipertensi merupakan suatu


76

hal yang sangat penting untuk dimiliki, agar bisa menanggulangi

penyakit hipertensi itu sendiri.

Pada pengkajian kedua pasien sama sama kurang mengetahui

mengenai penyakit hipertensinya. Kedua pasien sama sama tamat

pendidikan SD dan sudah memasuki usia lanjut. Karena faktor usia

dan faktor pendidikan yang sudah tua membuatnya sering lupa.

Kurangnya pengetahuan karena derajat pendidikan terakhir kedua

pasien yakni SD. Diangkatnya diangnosa defisit pengetahuan sesuai

dengan teori (Gobel, Mulyadi, & Malara, 2016) bahwa peran perawat

sebagai (educator) atau pendidik, peran ini meningkatkan kesehatan

melalui pemberian pengetahuan terkait dengan keperawatan dan

tindakan medis.

Pengkajian yang ada dalam teori tetapi tidak ada pada kedua kasus yaitu :

a. Sesak nafas

Hasil pengkajian pada Ny.M dan Ny.B tidak mengalami sesak

nafas. Sesak nafas merupakan salah satu manifestasi klinis sering

muncul pada pasien hipertensi. Hal ini didukung oleh Udjianti (2013)

menjelaskan bahwa sesak nafas digambarkan sebagai kesulitan bernafas.

Berdasarkan hasil penelitian (Ramanto Saputra et al., 2017), diketahui

bahwa keluhan utama pasien hipertensi adalah sesak nafas. Hal ini

sesuai dengan pernyataan yaitu sesak nafas adalah hal yang sering

dikeluhkan oleh sebagian besar penderita hipertensi, terutama yang


77

hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati (Ramanto Saputra et

al., 2017).

b. Epitaksis

Menurut Herkner dkk, ada dua hipotesis yang menerangkan

kenapa epistaksis dapat terjadi pada pasien-pasien dengan hipertensi

Pertama pasien dengan hipertensi yang lama memiliki kerusakan

pembuluh darah yang kronis. Hal ini berisiko terjadi epistaksis terutama

pada kenaikan tekanan darah yang abnormal. Kedua Pasien epistaksis

dengan hipertensi cenderung mengalami perdarahan berulang pada

bagian hidung yang kaya dengan persarafan autonom yaitu bagian

pertengahan posterior dan bagian diantara konka media dan konka

inferior.

Hubungan antara hipertensi dengan kejadian epistaksis masih

merupakan suatu yang kontroversial. Adanya kecendrungan peningkatan

kejadian epistaksis pada pasien dengan hipertensi yang lama dan

hipertrofi ventrikel kiri. Tetapi sebagian penulis menemukan sebaliknya.

Lubianca dkk (1999), menyatakan tidak ditemukan hubungan yang

bermakna antara peningkatan tekanan darah dengan kejadian epistaksis

(Budiman & Hafiz, 2012). Penilaian pertama yang harus dilakukan

untuk mengetahui epitaksis adalah menilai stabilitas hemodinamik

pasien, kehilangan darah yang banyak serta diperhatikan tanda – tanda

terjadinya syok hipovelemik (Massick dalam Bestari, 2012).Pada

pengkajian kedua pasien tidak ditemukan epitaksia atau mimisan.


78

2. Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan sesuai teori yang muncul pada pasien kasus

pertama dan kedua yaitu :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

Diagnosa yang terjadi pada Ny.M dan Ny.B sama – sama nyeri

akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis. Menurut (SDKI,

2017) nyeri akut adalah keadaan ketika individu mengalami

pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan onset

mendadak atau lambat dan berintensitas berat yang berlangsung

kurang dari 3 bulan. Nyeri kepala merupakan masalah yang sering

dirasakan oleh penderita hipertensi. Nyeri kepala ini dikategorikan

sebagai nyeri kepala intrakranial yaitu jenis nyeri kepala migren

diduga akibat dari fenomena vaskular abnormal (Istyawati et al.,

2020).

Nyeri kepala ini sering ditandai dengan sensasi prodromal

misal nausea, pengelihatan kabur, auravisual, atau tipe sensorik

halusinasi. Salah satu penyebab nyeri kepala migrain ini akibat dari

emosi atau ketegangan yang berlangsung lama yang akan

menimbulkan reflek vasospasme beberapa pembuluh arteri kepala

termasuk pembuluh arteri yang memasok ke otak. Secara teoritis,

vasospasme yang terjadi akan menimbulkan iskemik pada sebagian

otak sehingga terjadi nyeri kepala (Hall, 2012) (Mulyadi, Supratman,


79

2015). Alasan diagnosa ini diangkat karena Ny.M dan Ny.B

mengeluh nyeri kepala.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Diagnosa yang terjadi pada Ny.M dan Ny.B sama - sama

intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. Menurut

(SDKI, 2017) intoleransi aktivitas adalah keadaan ketika individu

mengalami ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari -

hari dikarenakan kelelahan dan membutuhkan istirahat yang cukup.

Hal tersebut terjadi karena terganggunya aliran darah ke otot jantung

sehingga meningkatkan beban kerja jantung yang mengakibatkan

pasien tidak mampu melakukan aktivitas (Udjianti, 2013). Alasan

diagnosa tersebut diangkat karena ditemukan tanda - tanda yang

mendukung pada Ny.M dan Ny.B yaitu secara subjektif pasien

mengeluh lemas, pasien beraktivitas dibantu keluarga dan data

objektif pasien terbaring lemas di tempat tidur.

c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Diagnosa yang terjadi pada Ny.M dan Ny.B defisit

pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

Menurut (SDKI, 2017) defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau

defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.

Menurut penelitian Beigi, et al., (2014), menunjukkan bahwa

program pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan,

meningkatkan manajemen diri, dan mengendalikan kebiasaan gaya


80

hidup yang merugikan pasien dengan hipertensi. Penelitian Susanti,

et al., (2012) menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan

antara pemberian pendidikan tentang hipertensi terhadap peningkatan

pengetahuan mengelola hipertensi. Pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap pengetahuan klien tentang cara pencegahan hipertensi

(Mardhiah, 2015). Alasan diagnosa ini diambil karena kedua pasien

belum mengetahui penyakit darah tinggi yang diderita. Oleh karena

itu diagnosa ini diangkat untuk mengatasi masalah defisit

pengetahuan yang dialami pasien.

Masalah keperawatan sesuai teori tetapi tidak terdapat pada kedua pasien

dalam kasus yaitu :

a. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan

tekanan darah

Kedua pasien tidak mengalami masalah penurunan curah

jantung. Penurunan curah jantung merupakan keadaan ketika individu

mengalami atau beresiko mengalami ketidakadekuatan suplai darah

dalam memenuhi kebutuhan jaringan akibat insufusiensi pompa darah

oleh jantung (SDKI, 2017). Hipertensi menjadi faktor risiko terjadinya

pembesaran ventrikel, abnormalitas aliran arteri coronari dan disfungsi

sistolik dan diastolik. Kompleks abnormalitas tersebut disebut sebagai

Hipertensive Heart Disease (HHD) yang pada akhirnya bisa terjadi

gagal jantung (Sawicka, 2011) dalam Sri Wahyuningsih (2018).


81

Hal ini sejalan dengan pendapat Suharjono (2008) dalam

Bangsawan (2013) Tekanan darah yang tidak terkontrol dapat

mengakibatkan peningkatan risiko serangan penyakit kardiovaskular

jika berkepanjangan, hipertensi bisa merusak pembuluh darah yang ada

di sebagian besar tubuh. Hipertensi juga meningkatkan kerja jantung.

Beban kerja yang berkepanjangan akhirnya akan menyebabkan

pembesaran jantung dan meningkatkan risiko gagal jantung dan

serangan jantung.

Batasan karakteristik, adanya perubahan irama jantung , edema,

distensi vena jugularis, nadi perifer teraba lemah, capillary refill

>2detik, warna kulit sianosis, depsneu dan kelelahan. Diagnosa ini

tidak muncul karena tidak ditemukan data yang mendukung yaitu

pasien tidak sesak nafas, tidak tampak sianosis, dan capillary refill <2

detik.

b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan

darah

Kedua pasien tidak mengalami perfusi perifer tidak efektif.

Perfusi perifer tidak efektif merupakan penurunan sirkulasi darah pada

level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh. Batasan

karakteristik diagnosa ini pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer

menurun atau tidak teraba, akral teraba dingin, edema, turgor kulit

menurun (SDKI, 2017). Diagnosa ini tidak penulis angkat karena

tidak didapatkan data seperti pada batasan karakteristik tersebut.


82

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur

Kedua pasien tidak mengalami gangguan pola tidur. Gangguan

pola tidur merupakan gangguan yang terjadi pada kualitas dan

kuantitas waktu tidur seseorang akibat faktor eksternal (SDKI, 2017).

Menurut penelitian (Darmojo 2009 dalam Madeira 2019 ) gangguan

tidur pada penderita hipertensi diketahui dari kesulitan memulai tidur,

kesulitan untuk mempertahankan tidur nyenyak dan bangun terlalu

pagi sehingga tidak tercukupi kebutuhan tidur selama 6 jam, hal

tersebut menyebabkan pasien hipertensi mudah mengalami kelelahan

dan stress.

Hal ini sejalan dengan penelitian Lu, Chen, Wu, Chen, & Hu

(2015) mengungkapkan bahwa seseorang yang memiliki tekanan darah

tinggi cenderung memiliki gangguan kualitas tidur. Gangguan kualitas

tidur akan memiliki dampak buruk yang dapat terjadi dalam jangka

waktu yang singkat maupun panjang.

Diagnosa ini tidak ditegakkan karena kudua pasien tidak

mengalami gangguan pola tidur walupun tekanan darahnya tinggi.

Sehingga keluhan gangguan pola tidur harus tetap dikaji.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan pada pasien disesuaikan dengan tujuan dan

kriteria hasil, intervensi dibuat berdasarkan pada keluhan yang dirasakan,

data subjektif dan data objektif yang ada, karena data ini sangat

mendukung dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.


83

Intervensi keperawatan dari diagnosa pertama nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisologis yaitu observasi monitor

tanda-tanda vital pasien dengan rasionalisasi untuk mengetahui abnormal

ttv pasien, Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intesitas nyeri dengan rasionasisasi untuk mengetahui lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri yang dialami

pasien, identifikasi skala nyeri dengan rasionalisasi untuk mengetahui

skala nyeri pasien, identifikasi respon nyeri non ferbal dengan

rasionalisasi untuk mengetahui respon pasien terhadap nyeri, anjurkan

memonitor nyeri secara mandiri dengan rasionalisasi untuk mengetahui

nyeri yang dirasakan pasien, ajarkan tekhnik non farmakologi relaksasi

nafas dalam dengan rasionalisasi untuk mengurangi rasa nyeri, kolaborasi

pemberian analgetik dengan rasionalisasi mengurangi nyeri dan

mempercepat proses penyembuhan pasien.

Intervensi keperawatan dari diagnosa kedua intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan yaitu kaji tingkat kemampuan pasien

melakukan aktivitas dengan rasionalisasi mengetahui tingkat kemampuan

pasien melakukan aktivitas, monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama

malakukan aktivitas dengan rasionalisasi mengetahui lokasi dan

ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas, berikan lingkungan yang

nyaman dan batasi pengunjung dengan rasionalisasi menurunkan stress

dan meningkatkan istirahat, anjurkan melakukan aktivitas secara


84

bertahap dengan rasionalisasi mendorong pasien untuk melakukan latihan

beraktivitas.

Intervensi keperawatan dari diagnosa ketiga defisit pengetahuan

berhubungan dengan kurang terpapar informasi yaitu identifikasi tingkat

pengetahuan pasien dan keluarga dengan rasionalisasi untuk mengetahui

kesiapan dan kemampuan pasien menerima informasi, identifikasi

kesiapan dan kemampuan pasien menerima informasi dengan

rasionalisasi untuk mengetahui kesiapan pasien menerima informasi,

Identifikasi faktor - faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan

motivasi perilaku hidup sehat dengan rasionalisasi untuk mengetahui

faktor - faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi

berperilaku hidup bersih dan sehat, sediakan materi dan media

pendidikan kesehatan dengan rasionalisasi untuk menambah wawasan

pasien dan agar pasien tetap ingat pendidikan kesehatan yang telah

diberikan, jadwalkan pendidikan kesehatan dengan rasionalisasi untuk

menambah pengetahuan pasien mengenai penyakit yang diderita pasien,

berikan penyuluhan kesehatan tentang penyakit hipertensi dengan

rasionalisasi untuk menambah pengetahuan pasien, berikan kesempatan

untuk bertanya dengan rasionalisasi menambah infomasi mengenai

ketidakpahaman pasien, kolaborasi dengan keluarga dalam membantu

pasien mengenal hipertensi yang dialaminya dengan rasionalisasi

membantu pasien meningkatkan pengetahuan.

4. Implementasi keperawatan
85

Implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan adalah

realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

(Budiono, 2016).

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis yaitu

1) Melakukan pengkajian tanda – tanda vital pada pasien

Tindakan yang dilakukan pada Ny.M dan Ny.B yaitu

melakukan pengkajian tanda - tanda vital. Tanda vital merupakan

cara yang cepat dan efisien untuk memantau kondisi klien atau

mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien

terhadap intervensi. Tanda-tanda vital atau tanda-tanda dasar

meliputi: suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan, tekanan darah

(Sulistyowati, 2018).

Tindakan yang dilakukan pada pasien ini bertujuan untuk

mengetahui tekanan darah pasien dalam batas normal, hal ini

dikarenakan pada kasus hipertensi biasanya pasien mengalami

peningkatan tekanan darah, jadi pengukuran tanda - tanda vital

harus dilakukan untuk mengetahui perkembangan keadaan umum

pasien.

2) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intesitas nyeri dan skala nyeri

Ny.M dan Ny.B dilakukan tindakan pengkajian nyeri.

Tindakan ini berguna untuk memantau apakah skala nyeri yang


86

dialami pasien berkurang atau belum setelah dilakukan tindakan

keperawatan.

Pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan teknik

PQRST (Kartikawati, 2011) :

a) P (Provokes, Paliative): Apa yang menyebabkan rasa

sakit/nyeri; apakah ada hal yang menyebabkan kondisi

memburuk/membaik; apa yang dilakukan jika sakit/nyeri

timbul; apakah nyeri ini sampai mengganggu tidur.

b) Q (Quality): Bisakah anda menjelaskan rasa sakit/nyeri;

apakah rasanya tajam, sakit, seperti diremas, menekan,

membakar, nyeri berat, kolik, kaku atau seperti ditusuk

(biarkan klien menjelaskan kondisi ini dengan kata-katanya).

c) R (Radiates): Apakah rasa sakitnya menyebar atau berfokus

pada satu titik

d) S (Severety): Seperti apa sakitnya; nilai nyeri dalam skala 1-

10, skala nyeri dapat ditentukan dengan berbagai instrumen,

pada studi kasus ini skala nyeri ditentukan dengan

Numberical Rating Scale, skala 1-3 (nyeri ringan), skala 4-6

(nyeri sedang), skala 7-9 (nyeri berat terkontrol), skala 10

(nyeri berat tidak terkontrol).

e) T (Time): Kapan sakit mulai muncul; apakah munculnya

perlahan atau tiba-tiba; apakah nyeri muncul secara terus

menerus atau kadang-kadang; apakah klien pernah mengalami


87

nyeri seperti ini sebelumnya. apabila "iya" apakah nyeri yang

muncul merupakan nyeri yang sama atau berbeda.

3) Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam

Ny.M dan Ny.B diajarkan tehnik relaksasi nafas dalam.

Cara melakukan tekhnik relaksasi nafas dalam yaitu dengan cara

menarik nafas dari hidung, menahan sebentar, lalu mengeluarkan

nafas melalui mulut secara perlahan, diharapkan pasien dapat

melakukan tekhnik nafas secara mandiri ketika mengalami nyeri

kepala. Terapi relaksasi nafas dalam dapat menurunkan tekanan

darah baik itu tekanan sistolik maupun diastolik. Kerja dari terapi

ini dapat memberikan pereganggan kardiopulmonari (Hartati,

2016)

Terapi keperawatan nonfarmakologi yang sebenarnya

cukup ampuh dalam mengatasi nyeri adalah teknik relaksasi nafas

dalam, keefektifan latihan teknik relaksasi nafas dalam sebaiknya

dilakukan sedikitnya memakan waktu 15-20 menit guna

mendapatkan hasil yang maksimal sehingga dapat meminimalkan

nyeri yang dirasakan (Mulyadi, Supratman, 2015).

4) Berkolaborasi dalam pemberian analgetik

Kedua pasien diberikan obat analgesik untuk mengurangi

rasa nyeri. Pemberian obat analgesik diberikan untuk menganggu

atau memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan presepsi

dengan cara mengurangi kortikal terhadap nyeri. Analgesik juga


88

digunakan untuk memblok rangsangan pada sentral dan perifer

yang memiliki khasiat setelah 15 sampai 20 menit dengan efek

puncak obat sekitar 1-2 jam (Bararah & jauhar, 2013).

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan yaitu

1) Mengkaji tingkat kemampuan pasien melakukan aktivitas

Ny.M dan Ny.B telah dilakukan pengkajian tingkat

kemampuan melakukan aktivitas setiap hari. Hal ini menurut

Mujahidullah (2012), bahwa salah satu fokus intervensi pada

masalah intoleransi aktivitas adalah kaji respon kemampuan pasien

terhadap aktivitas. Menyebutkan parameter membantu dalam

mengkaji respons fisiologi terhadap stress aktivitas dan bila ada

merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan

tingkat aktivitas (Doengoes, E. Marilynn, 2012 & Sya’diyah, 2018).

2) Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama malakukan aktivitas

Ny.M dan Ny. B dilakukan monitor lokasi ketidaknyamanan

selama melakukan aktivitas. Intervensi tersebut sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Aspiani (2016), bahwa dalam Nursing

Intervensions Classificasion bagian manajemen energi

menyebutkan intervensi tentukan keterbatasan klien terhadap

aktivitas. hal tersebut membantu untuk memilih aktivitas konsisten

sesuai kemampuan fisik, psikologi dan sosial untuk meningkatkan

aktivitas fisik pada pasien.

3) Memberikan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung


89

Memberikan lingkungan yang nyaman dan membatasi jumlah

pengunjung dapat meningkatkan rasa nyaman pasien. Menurut Ely,

Risandiansyah & Airlangga (2019) memberikan lingkungan yang

nyaman akan menghindari perilaku yang dapat memicu timbulnya

gangguan rasa nyaman dan membatasi jumlah pengunjung akan

mengurangi resiko tinggi terjadinya infeksi dengan cara memberi

aturan penjengukan pasien maksimal 2 orang. Jika menjenguk

pasien melebihi 3 orang maka resiko infeksinya akan lebih tinggi.

Infeksi dapat dengan mudah menyebar dari pasien ke pasien,

petugas ke pasien dan pengunjung ke pasien melalui tangan selama

perawatan pribadi atau dengan menyentuh permukaan bersama yang

terkontaminasi, seperti kamar mandi, toilet atau peralatan kesehatan

lainnya.

4) Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

Ny.M dan Ny.B dianjurkan untuk melakukan aktivitas secara

bertahap. Hal ini sesuai dengan penelitian (Anies, 2007 dalam

Jurnal Hasanudin, Ardiyani & Perwiraningtyas 2018) Kegiatan fisik

yang dilakukan secara teratur menyebabkan perubahan - perubahan

misalnya jantung akan bertambah kuat pada otot polosnya sehingga

daya tampung besar dan kontruksi atau denyutannya kuat dan

teratur, selain itu elastisitas pembuluh darah akan bertambah karena

adanya relaksasi dan vasodilatasi sehingga timbunan lemak akan

berkurang dan meningkatkan kontraksi otot dinding pembuluh


90

darah. Dengan melakukan aktivitas fisik secara rutin dan bertahap

dapat menurunkan atau menstabilkan tekanan darah.

c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

yaitu

1) Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien dan keluarga

Pengetahuan merupakan proses belajar dengan

menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap

objek tertentu untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan

keterampilan. Hal ini sesuai pendapat Budiman dan Riyanto

(2013) dalam (Eduan, 2019), faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah pendidikan, usia, informasi, sosial budaya

ekonomi, pengalaman, dan lingkungan.

Tingkat pengetahuan serta pemahaman pasien hipertensi

terkait penyakitnya dapat menunjang keberhasilan terapi sehingga

tekanan darah pasien dapat terkontrol dengan baik. Semakin

pasien memahami penyakitnya, maka pasien akan semakin sadar

dalam menjaga pola hidup, teratur minum obat, dan tingkat

kepatuhan pasien juga akan semakin meningkat (Sinuraya, 2017)

Salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan

pemahaman tentang hipertensi yaitu dengan dilakukan

penyuluhan kesehatan. Penyuluhan merupakan suatu upaya yang

direncanakan untuk menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,

sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi


91

juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang diharapkan

untuk meningkatkan status kesehatan, mencegah timbulnya

penyakit, mempertahankan derajat kesehatan, memaksimalkan

fungsi dan peran penderita selama sakit, dan membantu penderita

dan keluarga mengatasi masalah kesehatan (Pratiwi, 2010 dalam

(Purwati et al., 2014).

2) Memberikan penyuluhan kesehatan tentang penyakit hipertensi

Kurangnya pendidikan kesehatan mengenai manajemen

hipertensi menyebabkan kurangnya pengetahuan pada penderita

hipertensi. Hal tersebut sejalan dengan penelitian (Susanti et al

2012 dalam (Mardhiah, 2015), bahwa ada pengaruh yang

signifikan antara pemberian pendidikan kesehatan dan sikap baik

sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang

hipertensi terhadap sikap dalam mengelola hipertensi. Setelah

dilakukan pendidikan kesehatan klien akan paham dan

menerapkan dalam kehidupan sehari - hari.

Pengetahuan seharusnya dimiliki oleh pasien karena pasien

adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap

terkontrolnya tekanan darah. hal tersebut menandakan bahwa

dengan adanya pemberian penyuluhan kesehatan akan

meningkatkan pengetahuan perilaku seseorang dalam

mengintervensi penyakitnya dengan mengontrol dan mencegah


92

terjadinya kenaikan tekanan darah yang melebihi batas normal

(Purwati et al, 2014)

Penyuluhan kesehatan tidak dapat lepas dari media, pesan-

pesan di sampaikan dengan mudah dipahami, dan lebih menarik.

Media juga dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas

informasi, mempermudah pengertian, dapat mengurangi

komunikasi yang verbalistik, dan memperlancar komunikasi.

Dengan demikian, sasaran dapat mempelajari pesan tersebut dan

mampu memutuskan mengadopsi perilaku sesuai dengan pesan-

pesan yang disampaikan ( Notoatmodjo (2003) dam purwati et al,

2014).

3) Berkolaborasi dengan keluarga dalam membantu pasien

mengenal hipertensi yang dialaminya

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Mardhiah,

2015), menyatakan bahwa pendidikan kesehatan berpengaruh

terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan

keluarga terutama dalam merawat anggota keluarga dengan

hipertensi.

Pendidikan kesehatan tentang perawatan hipertensi pada

keluarga dengan hipertensi memiliki pengaruh yang positif

terhadap peningkatan pengetahuan keluarga dalam merawat

anggota keluarga yang menderita hipertensi di rumah (Mardhiah,

2015).
93

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien (hasil diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat

pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah

tujuan yang ditetapkan sudah tercapai atau belum (Budiono, 2016).

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 hari

diperoleh hasil pada Ny.M nyerinya sudah berkurang dari skala 3

menjadi 1 masalah nyeri akut teratasi sedangkan Ny.B masih nyeri

tetapi sudah berkurang dari skala 4 menjadi 3, masalah nyeri akut

teratasi sebagian. Dapat disimpulkan bahwa Ny.M dan Ny.B

mengalami penurunan nyeri dengan melakukan teknik relaksasi nafas

dalam. Menurut Putra (2017) dalam Misa Arman (2021), salah satu

penanganan dalam penurunan tekanan darah adalah menggunakan

terapi relaksasi nafas dalam, relaksasi ini merupakan terapi non

farmakologi yang dapat menenangkan jiwa dan tubuh sehingga dapat

menimbulkan efek relaks dalam tubuh. Hal ini sejalan dengan

penelitian (Mulyadi, Supratman, 2015) , yang menyatakan bahwa

relaksasi dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan

ketegangan otot atau bagian yang dirasa nyeri.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari diperoleh

hasil pada Ny.M sudah tidak lemas aktivitas dilakukan secara mandiri,
94

masalah intoleransi aktivitas teratasi sedangkan Ny.B aktivitas masih

ada yang dibantu keluarga, masalah intoleransi aktivitas teratasi

sebagian. Dapat disimpulkan bahwa kedua pasien mengalami

peningkatan dalam pemenuhan aktivitas dan latihan karena kedua

pasien beristirahat yang cukup dan melakukan aktivitas secara

bertahap. Menurut penelitian Budiyarti dalam Nadiah (2018), bahwa

tindakan keperawatan untuk mengatasi intoleransi aktivitas diperoleh

hasil bahwa level toleransi pasien dari hari kehari mengalami

peningkatan. Pasien mampu berpartisipasi dalam kegiatan kebutuhan

dasar mandiri, pasien mampu melakukan aktivitas secara bertahap

sesuai kondisi pasien.

c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari diperoleh

hasil pada Ny.M sudah paham tentang penyakit hipertensinya dan

Ny.B mulai faham tentang penyakit hipertensi yang dialami serta

pasien mengatakan pendidikan kesehatan sangat menambah

pengetahuan mengenai penyakit hipertensi yang pasien alami, masalah

defisit pengetahuan sudah teratasi. Dapat disimpulkan bahwa kedua

pasien faham mengenai penyakitnya setelah dilakukan penyuluhan

pendidikan kesehatan. Menurut penelitian Susanti, et al., (2012)

menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pemberian

pendidikan tentang hipertensi terhadap peningkatan pengetahuan

mengelola hipertensi. Hal ini sejalan dengan penelitian (Mardhiah,


95

2015) yang menyatakan bahwa pendidikan kesehatan berpengaruh

terhadap pengetahuan pasien tentang cara pencegahan hipertensi.

C. Keterbatasan

Penulis menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan studi kasus.

Keterbatasan studi kasus tersebut adalah penulis tidak dapat melakukan

asuhan keperawatan secara langsung selama 3x24 jam.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini menjelaskan secara singkat, tepat, dan jelas terkait langsung

dengan ringkasan semua temuan pada penelitian yang berisi kesimpulan dan

saran.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus asuhan keperawatan pada Ny.M dan

Ny.B dengan hipertensi di Bangsal Flamboyan 8 RSUD Dr.Moewardi

Surakarta dapat disimpulkan, sebagai berikut:

1. Pengkajian

Data yang didapat pada hasil pengkajian melalui observasi dan

wawancara pada kedua pasien menunjukkan tanda dan gejala sesuai teori

yang muncul pada pasin yaitu nyeri kepala, pusing, peningkatan tekanan

darah pada Ny.M 160/100 mmHg Ny.B 170/100 mmHg , mual, lemas dan

kurangnya pengetahuan pasien terhadap penyakit hipertensi yang diderita.

Dari data hasil pengkajian tidak jauh beda dengan teori, meskipun ada

beberapa data di teori tidak muncul pada kasus, karena hal tersebut terjadi

tergantung pada kondisi yang dialami pasien.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa yang ada di dalam teori yang ditemukan pada kedua pasien

yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis,

intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan defisit

96
97

pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi. Sedangkan

yang ada didalam teori dan tidak ditemukan pada kedua pasien yaitu

gangguan pola tidur berhubungan dengan agen pencedera fisiologis,

perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan

darah, dan resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan kurang

terpapar informasi.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan yang dilakukan pada kedua pasien untuk diagnosa

nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis yaitu monitor

tanda - tanda vital, identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi respon nyeri

non ferbal, anjurkan memonitor nyeri secara mandiri, ajarkan tekhnik non

farmakologi relaksasi nafas dalam, kolaborasi pemberian analgetik. Untuk

diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan yaitu kaji

tingkat kemampuan pasien melakukan aktivitas, monitor lokasi dan

ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas, berikan lingkungan yang

nyaman dan batasi pengunjung, anjurkan melakukan aktivitas secara

bertahap. Sedangkan untuk diagnosa defisit pengetahuan berhubungan

dengan kurang terpapar informasi yaitu identifikasi tingkat pengetahuan

pasien dan keluarga, identifikasi kesiapan dan kemampuan pasien

menerima informasi, identifikasi faktor - faktor yang dapat meningkatkan

dan menurunkan motivasi perilaku hidup sehat, sediakan materi dan

media pendidikan kesehatan, jadwalkan pendidikan kesehatan, berikan


98

penyuluhan kesehatan tentang penyakit hipertensi, berikan kesempatan

untuk bertanya, kolaborasi dengan keluarga dalam membantu pasien

mengenal hipertensi yang dialami.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kedua pasien yaitu

menerapkan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan pada Ny.M dan Ny.B dengan masalah nyeri akut,

intoleransi aktivitas dan defisit pengetahuan teratasi dengan kriteria hasil

Ny.M mengatakan mengatakan nyerinya berkurang dari skala 3 menjadi

1, tekanan darah 130/80 mmHg, aktivitas dapat dilakukan secara mandiri,

dan Ny.M sudah paham tentang penyakit hipertensi yang diderita.

sedangkan Ny.B masalah nyeri akut dan intoleransi aktivitas teratasi

sebagian dan defisit pengetahuan teratasi dengan kriteria hasil Ny.B

mengatakan masih nyeri kepala tetapi sudah berkurang dari skala 4

menjadi 3, tekanan darah 140/90 mmHg, aktivitas masih ada yang dibantu

keluarga dan Ny.B sudah mulai paham tentang penyakit hipertensi yang

diderita.

B. Saran

Berdasarkan asuhan keperawatan pada Ny.M dan Ny.B dengan

hipertensi di ruang flamboyant 8 RSUD Dr.Moewardi dan berkaitan dengan

kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Pelayanan kesehatan
99

Diharapkan studi kasus ini dapat menjadi bahan masukan bagi rumah

sakit khusunya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada

pasien dengan Hipertensi dan terus meningkatkan mutu pelayanan dan

bekerja secara professional.

2. Pasien dengan Hipertensi

Diharapkan dengan studi kasus ini dapat menjadi sumber informasi bagi

pasien untuk menghindari pencetus yang menyebabkan kekambuhan

hipertensi dan dapat mencegah komplikasi pada pasien Hipertensi agar

tidak terjadi.

3. Institusi pendidikan

Diharapkan studi kasus ini dapat menjadi referensi dalam proses

pembelajaran tentang asuhan keperawatan pada pasien Hipertensi.


DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Jateng
Tahun 2019. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 3511351(24), 61.
https://dinkesjatengprov.go.id/v2018/storage/2020/09/Profil-Jateng-tahun-
2019.pdf
Kartika, M., Subakir, S., & Mirsiyanto, E. (2021). Faktor-Faktor Risiko Yang
Berhubungan Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Kota
Sungai Penuh Tahun 2020. Jurnal Kesmas Jambi, 5(1), 1–9.
https://doi.org/10.22437/jkmj.v5i1.12396
Kusumawaty, J., Hidayat, N., & Ginanjar, E. (2016). Hubungan Jenis Kelamin
dengan Intensitas Hipertensi pada Lansia di Wilayah Factors Related Events
Sex with Hypertension in Elderly Work Area Health District Lakbok Ciamis.
Jurnal Mutiara Medika, 16(2), 46–51.
Panggabean, N. S. (2019). Perencanaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Hipertensi. https://doi.org/10.31227/osf.io/y2qsv
Susanti, N., Siregar, P. A., & Falefi, R. (2020). Determinan Kejadian Hipertensi
Masyarakat Pesisir Berdasarkan Kondisi Sosio Demografi dan Konsumsi
Makan. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 2(1), 43–52.
https://doi.org/10.36590/jika.v2i1.52
Laporan Kerja Triwulan 1. (2021). RSUD Dr.Moewardi.06
Semeltzer, C.Susan.2013.Keperawatan Medikal bedah Brunner & Suddart, Jakarta
: ECG
Udjianti,W.J.(2013).Keperawatan kardiovaskuler,Jakarta : Salemba Medika
Dalimartha (2019).Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Terhadap Penurunan Tekanan
Darah, Jakarta : Media Aesculapius
Triyanto. (2018). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Trans Info Media
Nursalam. (2016).Metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Nixson Manurung. (2018)Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Tran Info Media
Julianty Pradono.dkk. (2020).Hipertensi: pembunuh Terselubung di Indonesia :
Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (LPB)
Oktavianus : Febriana Sartika Sari. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Sistem
Kardiovaskuler Dewasa. Yogyakarta : Graha Ilmu
Budiono.2016. " Konsep Dasar Keperawatan Komprehensif " Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia

100
PPNI (2017). Standar diagnosa keperawatan Indonesia definisi dan indikator
diagnostik edisi 3. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia dan tindakan keperawatan
edisi 3. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar luaran Keperawatan Indonesia definisi dan kriteriaa hasil
keperawatan edisi 3. Jakarta : DPP PPNI
Hariyanto,Awam dan Sulistyowati,Rini.2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah 1 : Dengan Diagnosa NANDA International. Yogyakarta : Ar-ruzz
Media.
Majid, Abdul. 2019. Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan
Kardiovaskular, Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Asikin,M., dkk. (2016). Keperawatan Medikal Bedah : Sistem
Kardiovaskuler.Jakarta: Erlangga
Amanda, D., & Martini, S. (2018). The Relationship between Demographical
Characteristic and Central Obesity with Hypertension. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 6(1), 43. https://doi.org/10.20473/jbe.v6i12018.43-50
Budiman, B. J., & Hafiz, A. (2012). Tinjauan Pustaka Epistaksis dan Hipertensi :
Adakah Hubungannya ? Jurnal Kesehatan Andalas, 1(2), 75–79.
Eduan, W. (2019). Influence of study abroad factors on international research
collaboration: evidence from higher education academics in sub-Saharan
Africa. Studies in Higher Education, 44(4), 774–785.
https://doi.org/10.1080/03075079.2017.1401060
Hartanti, R. D. (2016). Terapi Relaksasi Napas dalam Menurunkan Tekanan
Darah Pasien Hipertensi. Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK), 9(1). Maret 2016
ISSN 1978-3167. Jurnal Ilmiah Kesehatan, IX(1).
Istyawati, P., Prastiani, D. B., & Rakhman, A. (2020). Efektifitas Slow Stroke
Back Massage (Ssbm) Dalam Menurunkan Skala Nyeri Kepala Pasien
Hipertensi Di Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal. Coping: Community of
Publishing in Nursing, 8(2), 207.
https://doi.org/10.24843/coping.2020.v08.i02.p14
Mardhiah, A. (2015). Pendidikan Kesehatan Dalam Peningkatan Pengetahuan,
Sikap Dan Keterampilan Keluarga Dengan Hipertensi - Pilot Study. Jurnal
Ilmu Keperawatan, 3(2), 111–121.
http://jurnal.unsyiah.ac.id/JIK/article/view/5310
Mulyadi, Supratman, V. Y. (2015). Efektifitas Relaksasi Napas Dalam Pada
Pasien Hipertensi Dengan Gejala Nyeri Kepala Di Puskesmas Baki
Sukoharjo. 1–19.

101
Purwati, R. D., Bidjuni, H., & Babakal, A. (2014). Perilaku Klien Hipertensi Di
Puskesmas Bahu Manado. Journal Keperawatan, 2(2), 1–8.
Ramanto Saputra, B., . R., & Sis Indrawanto, I. (2017). Profil Penderita Hipertensi
Di Rsud Jombang Periode Januari-Desember 2011. Saintika Medika, 9(2),
116. https://doi.org/10.22219/sm.v9i2.4140
Wrijan, Wahyudi, T., & Rahayu, R. D. (2016). Nursing Care of Hypertension in
the Elderly with a Focus on Study of Activity Intolerance in Dr. R. Soetijono
Blora Hospital Wrijan, SPd, AKep, MKes 1* Teguh Wahyudi,MN 2 Risma
Dwi Rahayu 3.
Yonata, A., & Pratama, A. S. P. (2016). Hipertensi sebagai Faktor Pencetus
Terjadinya Stroke. Jurnal Majority, 5(3), 17–21.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1030
Access, O., Wahyudi, T., Astuti, Y., Rahayu, R. D., Studi, P., Blora, D. K., &
Semarang, P. K. (2021). Jurnal Studi Keperawatan.
Alfi, W. N., & Yuliwar, R. (2018). The Relationship between Sleep Quality and
Blood Pressure in Patients with Hypertension. Jurnal Berkala Epidemiologi,
6(1), 18. https://doi.org/10.20473/jbe.v6i12018.18-26
B, S. (2019). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Jahe Terhadap Skala Nyeri
Kepala Hipertensi Pada Lansia Di Posyandu Lansia Karang Werdha
Rambutan Desa Burneh Bangkalan. Jurnal Kesehatan, 5(1), 1–7.
https://doi.org/10.25047/j-kes.v5i1.29
Bangsawan, M., & Purbianto. (2013). Faktor Risiko yang Mempercepat
Terjadinya Komplikasi Gagal Jantung pada Klien Hipertensi. Jurnal
Keperawatan, 9(2), 145–150.
Madeira, A., Wiyono, J., & Ariani, N. L. (2019). Hubungan Gangguan Pola Tidur
Dengan Hipertensi Pada Lansia. Nursing News, 4(1), 29–39.
Misa, A., Wijayanti, E. T., & Mudzakkir, M. (2021). Penerapan relaksasi nafas
dalam untuk mengurangi nyeri kepala pada pasien hipertensi (studi
literatur) application of deep breath relaxation to reduce headaches in
hypertensive patients (literature study). 130–140.
Rahmawati, R., & Wijayanti, D. (2017). Scoping Review : Hubungan Jenis
Kelamin dan Usia dengan Penyakit Hipertensi.
Lestari, K., & Diantini, A. (2017). Assessment of Knowledge on Hypertension
among Hypertensive Patients in Bandung City: A Preliminary Study.
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 6(4), 290–297.
https://doi.org/10.15416/ijcp.2017.6.4.290
Wahyuningsih, S., Amalia, M., & Bustamam, N. (2018). Pengaruh Derajat

102
Hipertensi, Lama Hipertensi Dan Hiperlipidemia Dengan Gangguan Jantung
Dan Ginjal Pasien Hipertensi Di Posbindu Cisalak Pasar. Jurnal KESMAS
Indonesia, 10(1), 54–67.
Wrijan, Wahyudi, T., & Rahayu, R. D. (2016). Nursing Care of Hypertension in
the Elderly with a Focus on Study of Activity Intolerance in Dr. R. Soetijono
Blora Hospital Wrijan, SPd, AKep, MKes 1* Teguh Wahyudi,MN 2 Risma
Dwi Rahayu 3.
Gobel, M. G. S., Mulyadi, N., & Malara, R. (2016). Hubungan Peran Parawat
Sebagai Care Giver Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Instalasi Gawat
Darurat Di Rsu. Gmibm Monompia Kotamobagu Kabupaten Bolaang
Mongondow. Jurnal Keperawatan, 4(2)
Cahyanti, L. (2017). Penatalaksanaan teknik relaksasi napas dalam pada pasien
hipertensi untuk mengurangi nyeri di RSUD dr Loekmono Hadi Kudus.
Jurnal Profesi Keperawatan, 4(2), 91–98.
Bestari, J.B. (2012). Epistaksis dan Hipertensi : Adakah Hubungannya. Jurnal
Kesehatan Andalas. 1(2): 75-78. Diunduh di
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka pada 15 Mei 2020.
Nasuha, Widodo D, Widiani E. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas dalam Terhadap
Tingkat Kecemasan pada Lansia di Posyandu Lansia RW IV Dusun Dempok
Desa Gading Kembar kecamatan Jabung Kabupaten Malang. J Nurs News.
2016;1(2):53-62

103
Lampiran 1 : Surat penjelasan untuk mengikuti penelitian
Lampiran 2 : Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Surat pernyataan persetujuan (informed consent)
Lampiran 4 :Surat izin penelitian
Lampiran 5 : Ethical clearance
Lampiran 6 : Dokumentasi asuhan keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY.M DENGAN HIPERTENSI

DI BANGSAL FLAMBOYAN 8 RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA

DISUSUN OLEH

EVI NUR HAMIDAH

(P27220019021)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

TAHUN 2022
A. PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan di bagsal Flamboyan 8 pada tanggal 22 Februari 2022 pukul


12.30 WIB. Data diperoleh dari wawancara dengan pasien, keluarga pasien,dan
catatan medis.

1. Data Umum

a. Identitas Pasien

Nama : Ny.M

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 51 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Padas,Ngawi

Status : Kawin

No.RM : 0153xxxx

Tanggal Masuk : 22 Februari 2022

Dx Medis : Hipertensi

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn.S

Umur : 52 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SD
Alamat : Tambakromo,Padas,Ngawi

Hubungan : Suami

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Pasien mengatakan nyeri kepala

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien merasakan nyeri kepala dan pusing sudah 2 hari merasa


mual,dan lemas. Dirumah pasien ketika pusing minum obat dari
warung tetapi belum sembuh juga.kemudian keluarga pasien membawa
pasien ke Poliklinik Rsud Dr.Moewardi Pada tanggal 22 Februari 2022
pukul 09.00 WIB. Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah
memeriksakan tekanan darahnya.Pemeriksaan Ttv, TD 190/100 mmHg
,Nadi 96 x/mnt , RR 23x/mnt S 36,7℃ Gcs 15 ( E4 V5 M6).

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan pernah mengatakan menderita dm dan hipertensi


sudah ±1 tahun.tetapi jarang minum obat tensi dan hanya
mengkonsumsi obat warung untuk meredakan nyeri kepalanya dan
tidak pernah suntik insulin.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menurun dan


menular di keluarganya.
e. Genogram

3. Pengkajian Fungsional
a. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa ke
rumah sakit
b. Pola Nutrisi dan Metabolik
- Sebelum sakit : pasien mengatakan makan 3x/hari dengan
nasi,sayur, dan lauk pauk.setiap makan 1 porsi habis dan minum air
putih ±7-8 gelas/hari
- Selama sakit : pasien makan 3x/hari dengan nasi lunak,sayur,dan
buah dari rumah sakit, setiap makan hanya menghabiskan ½ porsi.
Minum 4-5 gelas/hari.
c. Pola Eliminasi
- Sebelum sakit : pasien mengatakan BAB 1x/hari dengan
konsistensi lembek, berbau khas feses, berwarna kuning kecoklatan,
dan BAK normal 7-8 x/hari berbau khas, warna kuning jernih.
- Selama sakit : pasien mengatakan belum BAB sejak masuk
rumah sakit. BAK 4-5 x/hari berbau khas,warna kuning.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
- Sebelum sakit : pasien melakukan aktivitas secara mandiri.
- Selama sakit :
ADL 0 1 2 3 4
Toileting V
(kamar mandi)
Fooding (makan) V
Dressing V
(berpakaian)
Bathing V
(mandi)
Activity V
(aktivitas)
Keterangan :
0 :. Mandiri
1 : Dengan bantuan alat
2 : Bantuan orang lain
3 : bantuan orang lain dan alat
4 : tergantung total
e. Pola Istirahat dan Tidur
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidur siang 2-3 jam, tidur
malam ±7-8 jam.
- Selama Sakit : Pasien mengatakan tidur siang ±2 jam, tidur
malam ± 6-7 jam.
f. Pola Persepsi dan Kognitif
- Sebelum sakit : pasien mengatakn tidak mengalami gangguan
penglihatan, penciuman, pengecap, dan pendengaran.
- Selama Sakit : Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan
penglihatan, penciuman, pengecap, dan pendengaran.
g. Pola Personal Hygiene
- Sebelum sakit : pasien mengatakan mandi 2x sehari. Setiap pagi
dan sore dilakukan secara mandiri.
- Selama Sakit : pasien mandi 2x sehari hanya disibin oleh
keluarganya.
h. Pola seksual dan Reproduksi
- Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak ada maslah seksual dan
reproduksi.pasien mengatakan memiliki 1 anak.
- Selama sakit : pasien mengatakan tidak ada masalah reproduksi.
i. Pola Mekanisme stress dan koping
- Sebelum sakit : pasien mengatakan jika ada masalah dibicarakan
dengan keluarganya
- Selama sakit : pasien mengatakan selama di rumah sakit jika adaa
masalah dibicarakan dengan suami dan anaknya.
j. Pola nilai dan keyakinan
- Sebelum sakit : pasien mengatakan selalu sholat 5 waktu
- Selama sakit : pasien mengatakan sholat di tempat tidur
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum : lemah dan lemas
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda tanda Vital : TD : 160/100 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 21x/menit
S : 37,6℃
SPO2 : 99 %
CRT : <2 Detik
d. Pemeriksaan Head to toe
1) Kepala : Mesochepal, tidak ada lesi, rambut hitam dan panjang
2) Mata : Simetris, sclera putih, konjungtiva tidak anemis
3) Hidung : Bersih, simetris
4) Telinga : Simetris, bersih, tidak ada benjolan, pendengaran baik
5) Mulut : Bersih, mukosa lembab
6) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
7) Dada :
Paru-paru :I : Pengembangan dada simetris
Pa : Tidak ada nyeri tekan
Pe : Sonor
A : Suara nafas Vesikuler
Jantung :I : Ictus cordis tidak tampak
Pa : Ictus cordis teraba
Pe : Pekak
Aus : Tidak ada suara jantung tambahan
Abdomen :I : Simetris, tidak ada benjolan
Aus : Bising usus 9x/menit
Pa : Tidak ada nyeri tekan
Pe : Timpani
8) Genetalia : Bersih, tidak terpasang kateter
9) Ekstermitas : Atas kanan : tidak ada luka , terpasang infus
Atas kiri : tidak ada edema, tidak ada luka
Bawah kanan : Tidak ada edema, tidak ada luka
Bawah kiri : Tidak ada edema, tidak ada luka
10) Integumen : Kulit berwarna sawo matang, tidak ada edema
5. Pengkajian nyeri
P : Tekanan darah tinggi
Q : Ditusuk-tusuk
R : Kepala bagian belakang
S : Skala 5
T : Hilang timbul
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tanggal 22 Februari 2022 Pukul 16.22 WIB
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
HEMOSTASIS
PT 13.2 detik 10.0 – 15.0
APTT 22.8 detik 20.0 – 40.0
INR 1.030
Golongan Darah B
HEMOTOLOGI
RUTIN
Hemoglobin 12.0 g/dl 12.0 – 15.6
Hematokrit 17 % 33 – 45
Leukosit 5.3 Ribu/ul 4.5 – 11.0
Trombosit 148 Ribu/ul 150 – 450
Eritrosit 4.35 Juta/ul 4.10 – 5.10
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah Sewaktu 549 mg/dl 60 – 140
SGOT 10 u/l < 31
SGPT 12 u/l < 34
Ureum 49 mg/dl < 50
Albumin 2.9 g/dl 3.5 – 5.2
Creatinine 1.0 mg/dl 0.6 – 1.1
ELEKTROLIT
Natrium darah 134 mmol/L 136 – 145
Kalium darah 2.6 mmol/L 3.3 – 5.1
Calcium Ion 1.13 mmol/L 1.17– 1.29

7. Terapi Obat
Jenis Terapi Dosis Fungsi
Infus Ns 20 tpm Mengganti cairan tubuh yang hilang
Candesartan PO 16 mg Membantu menurunkan tekanan darah
3x1 tinggi
Amlodipin 10 mg 1x1 Membantu menurunkan darah tinggi
mengatasi nyeri dada
Inj Santagesik 500 mg/ 12 Untuk mengatasi nyeri akut atau kronik
jam berat
Inj 400 mg/12 Antibiotic untuk mengatasi jenis bakteri
Ciprofloxacin jam
Inj omeprazole 40 mg/12 Mengatasi penyakit yang disebabkan
jam oleh asam lambung
Novorapid 20 unit Insulin untuk menurunkan gula darah
Lantus 10 unit Insulin untuk menurunkan gula darah

B. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
1. Pasien mengatakan nyeri kepala 1. Ttv
P : Tekanan darah tinggi TD : 160/100 mmHg
Q : Ditusuk- tusuk N : 85 x/menit
R : Kepala bagian belakang RR : 21 x/menit
S : Skala 5 N : 85 x/menit
T : hilang timbul S : 37,6 ℃
2. Pasien mengatakan semua 2. Pasien tampak lemas dan berbaring
aktivitas dibantu keluarga di tempat tidur
3. Pasien mengatakan pusing dan 3. Semua aktivitas pasien dibantu
lemas saat melakukan aktivitas keluarga
4. Pasien mengatakan tidak pernah 4. Pasien tampak meringis menahan
memeriksakan tekanan darahnya nyeri dan memegangi kepalanya
5. Pasien mengatakan kurang 5. Pasien tampak bingung ketika
begitu paham tentang tekanan ditanya mengenai tekanan darah
darah yang sering tinggi yang tinggi yang dideritanya
dideritanya
6. Pasien mengatakan sebelumnya
tidak pernah diberikan
pendidikan kesehatan tentang
hipertensi

C. Analisa Data
No Data Problem Etiologi
Dx
1. Ds : Nyeri Akut Agen pencedera
- Pasien mengatakan nyeri fisiologis
kepala
P : tekanan darah tinggi
Q : ditusuk-tusuk
R : kepala bagian belakang
S:5
T : Hilang timbul
Do :
Ttv :
TD : 160/100 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 21 x/menit
S : 37,6℃
- Pasien tampak meringis
menahan nyeri dan
memegangi kepalanya
2. Ds : Intoleransi Kelemahan
- Pasien mengatakan semua aktivitas
aktivitas saat sakit dibantu
keluarga
- Pasien mengatakan
badannya lemas saat
beraktivitas
Do :
- Pasien tampak lemas dan
berbaring di tempat tidur
- Semua aktivitas pasien
dibantu keluarga
3. Ds : Defisit Kurang terpapar
- Pasien mengatakan jarang pengetahuan informasi
minum obat tensi dan hanya
mengkonsumsi obat warung
untuk meredakan nyeri
kepalanya
- Pasien mengatakan kurang
begitu paham tentang
tekanan darah yang sering
tinggi yang dideritanya
- Pasien mengatakan tidak
pernah memeriksakan
tekanan darahnya
- Pasien mengatakan
sebelumnya tidak pernah
diberikan pendidikan
kesehatan tentang hipertensi
Do :
- Pasien tampak bingung
ketika ditanya mengenai
tekanan darah tinggi yang
dideritanya

D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecendera fisiologis
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
E. Intervensi Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Dx Hasil
1. Setelah dilakukan Observasi 1) Untuk
tindakan keperawatan 1) Monitor tanda-tanda mengetahui
selama 3 x 24 jam vital abnormal ttv
diharapkan nyeri/ sakit 2) Identifikasi lokasi, pasien
kepala hilang atau karakteristik,durasi,frek 2) Untuk
berkurang dengan uensi,kualitas, intesitas mengetahui
kriteria hasil : nyeri lokasi
- Skala berkurang 3) Identifikasi skala nyeri karakteristik,dura
menjadi 1-2 4) Identifikasi respon si,frekuensi,kualit
- Meringis menurun nyeri non ferbal as, intensitas
- Ttv dalam batas Terapeutik nyeri yang
normal dialami pasien
5) Anjurkan memonitor
TD : 120/80 mmHg 3) Untuk
nyeri secara mandiri
– 130/80 mmHg Edukasi mengetahui skala
N : 60-100 mmHg 6) Ajarkan tekhnik non nyeri pasien
RR : 16- 24 mmHg farmakologi relaksasi 4) Untuk
S : 36,5℃- 37,5℃ nafas dalam untuk mengetahui
mengurangi rasa nyeri respon pasien

Kolaborasi terhadap nyeri


5) Untuk
7) Kolaborasi pemberian
mengetahui nyeri
analgetik
yang dirasakan
6) Ajarkan tekhnik
non farmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
7) Mengurangi nyeri
dan mempercepat
proses
penyembuhan
pasien
2. Setelah dilakukan Observasi 1) Mengetahui
tindakan keperawatan 1) Kaji tingkat tingkat
selama 3 x 24 jam kemampuan pasien kemampuan
diharapkan pasien dapat melakukan aktivitas pasien melakukan
melakukan aktivitas 2) Monitor lokasi dan aktivitas
sesuai tingkat ketidaknyamanan 2) Mengetahui
kemampuan dengan selama malakukan lokasi dan
kriteria hasil : aktivitas ketidaknyamanan
- Pasien dapat Terapeutik selama
melakukan aktivitas melakukan
3) Berikan lingkungan
ringan aktivitas
yang nyaman dan
- Keluhan lemah batasi pengunjung 3) Menurunkan
menurun Edukasi stress dan

4) Anjurkan melakukan meningkatkan

aktivitas secara istirahat

bertahap 4) Mendorong
pasien untuk
melakukan
latihan
beraktivitas

3. Setelah dilakukan Observasi 1) Untuk


tindakan keperawatan 1) Identifikasi tingkat mengetahui
2x24 jam diharapkan pengetahuan pasien dan kesiapan dan
kecukupan informasi keluarga kemampuan
tentang penyakit yang 2) Identifikasi kesiapan pasien menerima
diderita dan kemampuan pasien informasi
meningkat/defisit menerima informasi 2) Mengetahui
pengetahuan dapat kesiapan pasien
3) Identifikasi factor
teratasi dengan kriteria menerima
faktor yang dapat
hasil : informasi
meningkatkan dan
- Pasien 3) Untuk
menurunkan motivasi
mengungkapkan mengetahui factor
perilaku hidup sehat
pemahaman tentang factor yang dapat
Terapeutik
penyakitnya meningkatkan
4) Sediakan materi dan
- Perilaku sesuai dan menurunkan
media pendidikan
anjuran meningkat motivasi
kesehatan
Perilaku sesuai berperilaku hidup
5) Jadwalkan pendidikan
pengetahuan meningkat bersih dan sehat
kesehatan
4) Untuk menambah
Edukasi
wawasan pasien
6) Berikan penyuluhan
kesehatan tentang dan agar pasien
penyakit hipertensi tetap ingat
7) Berikan kesempatan pendidikan
untuk bertanya kesehatan yang

Kolaborasi telah diberikan


5) Untuk menambah
8) Kolaborasi dengan
pengetahuan
keluarga dalam
pasien mengenai
membantu pasien
penyakit yang
mengenal hipertensi
dideritanya
yang dialaminya
6) Untuk menambah
pengetahuan
pasien
7) Menambah
informasi
mengenai
ketidakfahaman
pasien
8) Membantu pasien
meningkatkan
pengetahuan

F. Implementasi Keperawatan
Hari, No Implementasi Respon Pasien TTD
Tanggal Dx
Jam
Selasa, 1 - Memonitr Ttv Ds : Pasien mengatakan nyeri
22 Februari ,mengakaji nyeri kepala
2022 lokasi, P : Tekanan darah tinggi
13.00 WIB karakteristik,dura Q : Seperti ditusuk- tusuk
si,frekuensi,kualit R : Kepala bagian belakang
as, intesitas nyeri S : Skala nyeri 5
dan,skala nyeri T : Hilang Timbul
- Mengidentifikasi Do :
respon nyeri non TD : 160/100 mmHg
ferbal N : 85 x/menit
RR : 21x/menit
S : 37,6℃
- Pasien tampak menahan
nyeri dan memegangi
kepalanya
13.15 1 Mengajarkan Ds : pasien bersedia,dan
tekhnik non pasien mengatakan senang
farmakologis diajari melakukan
(tekhnik relaksasi relaksasi,pasien juga
nafas dalam ) mengatakan lebih rileks
Do : pasien tampak lebih
rileks dan dapat
mempraktikkan tekhnik
relaksasi nafas dalam
13.30 2 Mengkaji tingkat Ds : pasien mengatakan
kemampuan pasien badannya lemas,semua
melakukan kegiatan seperti makan,
aktivitas toileting,mandi,berpakaian,be
rpindah dibantu oleh keluarga
Do : pasien tampak lemas.
semua aktivitas dibantu
keluarga.
13.35 2 Memonitor lokasi Ds : pasien mengatakan jika
dan dilakukan aktivitas seperti
ketidaknyamanan duduk kepala terasa sakit dan
selama malakukan pusing
aktivitas Do : pasien tampak
memegangi kepalanya
13.40 2 Menganjurkan Ds : pasien mengatakan
melakukan bersedia
aktivitas secara Do : pasien kooperatif
bertahap
13.50 3 Mengidentifikasi Ds : Pasien mengatakan
tingkat belum mengetahui banyak
pengetahuan pasien mengenai penyakit
dan keluarga hipertensinya
Do : pasien tampak bingung
14.00 3 Menjadwalkan Ds : Pasien mengatakan
pendidikan bersedia diberikan pendidikan
kesehatan kesehatan
Do : pasien tampak
kooperatif
Rabu, 1 - Memonitr Ttv Ds : Pasien mengatakan nyeri
23 Februari ,mengakaji kepala sudah berkurang
2022 nyeri lokasi, P : Tekanan darah tinggi
13.30 WIB karakteristik,dur Q : Seperti ditusuk- tusuk
asi,frekuensi,ku R : Kepala bagian belakang
alitas, intesitas S : Skala nyeri 3
nyeri dan,skala T : Hilang Timbul
nyeri Do :
- Mengidentifikas TD : 140/90 mmHg
i respon nyeri N : 90 x/menit
non verbal RR : 22x/menit
S : 36,6℃
Pasien tampak lebih tenang
13.45 WIB 1 Menganjurkan Ds : pasien mengatakan
pasien melakukan sudah paham dan akan
tekhnik relaksasi melakukan tekhnik relaksasi
nafas dalam nafas dalam jika nyerinya
timbul
Do : pasien tampak paham
dan kooperatif
14.00 WIB 2 Mengkaji tingkat Ds : pasien mengatakan
kemampuan pasien badannya sudah tidak lemas
melakukan lagi dan sudah melakukan
aktivitas aktivitas makan, duduk dan
berjalan di samping tempat
tidur, tetapi ke kamar mandi
masih dibantu keluarga
Do : pasien tampak lebih
segar dan lebih rileks
14.15 WIB 3 Mengidentifikasi Ds : pasien mengatakan hari
kesiapan pasien ini siap dilakukan pendidikan
dan kemampuan kesehatan
pasien menerima Do : pasien tampak
informasi kooperatif
14.20 WIB 3 Mengidentifikasi Ds : pasien mengatakan bila
faktor faktor yang nyeri kepala dan
dapat menyebabkan tidak nyaman
meningkatkan dan untuk melakukan aktivitas
menurunkan dirumah seperti melakukan
motivasi perilaku kegiatan mencuci baju,
hidup bersih dan menyapu
sehat Do : pasien tampak
kooperatif
14.30 WIB 3 Menyediakan Ds : pasien mengatakan
materi dan media sudah paham apa yang
pendidikan dijelaskan, dan pasien
kesehatan, mengatakan sudah mulai
Memberikan mengatahui mengenai
penyuluhan penyakit hipertensinya
kesehatan tentang Do : pasien tampak bisa
penyakit hipertensi menjawab pertanyaan yang
dan memberikan diberikan dan bisa
kesempatan untuk menjelaskan kembali secara
bertanya singkat apa yang telah
dijelaskan.
15.10 WIB 3 Berkolaborasi Ds : keluarga mengatakan
dengan keluaraga akan berusaha meningkatkan
dalam membantu perawatan pasien
merawat pasien Do : keluarga tampak
dan mengenal kooperatif
hipertensi yang
dialami pasien
`16.00 WIB 1 Memberikan terapi Ds : pasien mengatakan
sesuai dengan dosis sedikit nyeri ketika disuntik
obat melalui selang
Do : pasien tampak menahan
nyeri dan obat masuk sesuai
rute
- Candesartan 16 mg
- Inj santagesik 500 mg
- Inj Ciprofloxacin 400 mg
- Inj omeprazole 40 mg
- Novorapid 20 unit
Kamis , 1 Memonitor Ttv Ds : Pasien mengatakan nyeri
24 Februari ,mengakaji nyeri sudah berkurang dari skala 3
2022 lokasi, menjadi 1
08.45 karakteristik,durasi, Do :
WIB frekuensi,kualitas, TD : 130/80 mmHg
intesitas nyeri N : 85 x/menit
dan,skala nyeri RR : 21x/menit
S : 36,8℃
- Pasien tampak rileks
09.00 WIB 1 Menganjurkan Ds : pasien mengatakan
pasien melakukan sudah mengerti jika nyeri
tekhnik relaksasi timbul melakukan teknik
nafas dalam relaksasi nafas dalam
Do : pasien kooperatif
O9.10 WIB 2 Mengkaji tingkat Ds : pasien mengatakan
kemampuan pasien badannnya sudah tidak lemas
melakukan ,sudah bisa beraktivitas
aktivitas secara mandiri
Do : pasien tampak lebih
segar dan rileks ADL
dilakukan secara mandiri

G. Evaluasi Keperawatan
Hari No Evaluasi TTD
Tanggal Dx
Selasa, 1 S : Pasien mengatakan nyeri kepala
22 P : Tekanan darah tinggi
Februari Q : Seperti ditusuk- tusuk
2022 R : Kepala bagian belakang
S : Skala nyeri 5
T : Hilang Timbul
O:
- Pasien tampak menahan nyeri dan
memegangi kepalanya
TD : 160/100 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 21 x/menit
S : 37,6 ℃
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor Ttv ,mengakaji nyeri lokasi,
karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,
intesitas nyeri dan,skala nyeri
- Anjurkan pasien melakukan tekhnik
relaksasi nafas dalam
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Berikan terapi obat sesuai dosis
2 S : Pasien mengatakan badannya lemas,semua
kegiatan seperti makan,
toileting,mandi,berpakaian,berpindah dibantu
oleh keluarga
O : pasien tampak lemas. semua aktivitas dibantu
keluarga.
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Kaji tingkat kemampuan pasien melakukan
aktivitas
3 S : Pasien mengatakan belum mengetahui banyak
mengenai penyakit hipertensinya
O : Pasien tampak bingung
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjut Intervensi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan
pasien menerima informasi
- Identifikasi faktor faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
- Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
- Berikan penyuluhan kesehatan tentang
penyakit hipertensi
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Rabu , 1 S : Pasien mengatakan nyeri kepala sudah
23 berkurang
Februari P : Tekanan darah tinggi
2022 Q : Seperti ditusuk- tusuk
R : Kepala bagian belakang
S : Skala nyeri 3
T : Hilang Timbul
O:
Pasien tampak lebih tenang
TD : 140/90 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,6℃
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor Ttv ,mengakaji nyeri lokasi,
karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,
intesitas nyeri dan,skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Kolaborasi dalam pemberian analgesic
- Anjurkan pasien melakukan tekhnik
relaksasi nafas dalam
2 S : Pasien mengatakan badannya sudah tidak
lemas lagi dan sudah mulai melakukan aktivitas
makan, duduk dan berjalan di samping tempat
tidur
O : pasien tampak lebih segar dan lebih rileks
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Kaji tingkat kemampuan pasien melakukan
aktivitas
3 S : pasien mengatakan sudah paham apa yang
dijelaskan, dan pasien mengatakan sudah mulai
mengatahui mengenai penyakit hipertensinya.
keluarga pasien juga mengatakan akan berusaha
meningkatkan perawatan pasien.
O : pasien tampak bisa menjawab pertanyaan
yang diberikan dan bisa menjelaskan kembali
secara singkat apa yang telah disampaikan.
A : Masalah sudah teratasi
P : Hentikan intervensi
Kamis , 1 S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang dari
24 skala 3 menjadi 1
Februari O:
2022 - Pasien tampak rileks
TD : 130/80 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 21x/menit
S : 36,8℃
A : Masalah teratasi
P :. Hentikan Intervensi
2 S : Pasien mengatakan badannnya sudah tidak
lemas ,sudah bisa beraktivitas secara mandiri
O : pasien tampak lebih segar dan rileks ADL
dilakukan secara mandiri
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY.B DENGAN HIPERTENSI
DI BANGSAL FLAMBOYAN 8 RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA

DISUSUN OLEH
EVI NUR HAMIDAH
(P27220019021)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
TAHUN 2022
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan di bagsal Flamboyan 8 pada tanggal 17 April 2022 pukul
08.00 WIB. Data diperoleh dari wawancara dengan pasien, keluarga pasien,dan
catatan medis.
1. Data Umum
a. Identitas Pasien
Nama : Ny.B
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 58 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Giritontro,Wonogiri
Status : Kawin
No.RM : 0157xxxx
Tanggal Masuk : 16 April 2022
Dx Medis : Hipertensi
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.M
Umur : 36 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Demangan,Makam Haji
Hubungan : Anak
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri kepala
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merasakan pusing berkunang kunang ,nyeri kepala badan terasa
lemas sejak 2 minggu SMRS , mual dan muntah 4x.kemudian keluarga
langsung membawa ke IGD RSUD Dr.Moewardi pada tanggal 16 April
2022 pukul 09.30 WIB.Di IGD pasien diberikan Infus Asering 20 tpm
,inj ondansetron 4 mg, inj omeprazole 40 mg, inj santagesik 1gr/vena,
lantus 10 unit .pemeriksaan Ttv : TD: 200/100 mmHg, N : 98x/mnt, RR
21x/mnt, S: 36,8℃ Gds 416, Gcs (E4 V5 M6). Pasien mengatakan
sebelumnya tidak mengetahui jika mempunyai penyakit darah
tinggi,pasien juga tidak memiliki pantangan makan apapun
dirumah,pasien mengatakan tidak mengetahui bagaimana penyembuhan
penyakit yang diderita. pasien sudah periksa ke mantri desa tetapi tidak
sembuh. Pasien dipindahkan ke bangsal flamboyan 8 pada pukul 14.00
WIB
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan pernah memiliki gula darah tinggi tetapi sudah lama
sekali. pasien mengatakan tidak pernah memeriksakan tekanan
darahnya. karena saat merasakan pusing hanya minum obat dari
warung.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menurun dan
menular di keluarganya.
e. Genogram
3. Pengkajian Fungsional
a. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa ke
mantri atau puskesmas dekat rumah
b. Pola Nutrisi dan Metabolik
- Sebelum sakit : pasien mengatakan makan 3x/hari dengan
nasi,sayur, dan lauk pauk.setiap makan 1 porsi habis. Minum teh
hangat setiap pagi 1 gelas dan minum air putih ±5-6 gelas/hari
- Selama sakit : pasien makan 3x/hari dengan nasi lunak,sayur,dan
buah dari rumah sakit, setiap makan menghabiskan 1 porsi habis
walaupun sedikit sedikit. Minum 4-5 gelas/hari.
c. Pola Eliminasi
- Sebelum sakit : pasien mengatakan BAB 1x/hari dengan
konsistensi lembek, berbau khas feses, berwarna kuning kecoklatan,
dan BAK normal 4-5 x/hari berbau khas, warna kuning jernih.
- Selama sakit : pasien mengatakan belum BAB sejak masuk
rumah sakit. BAK 5-6 x/hari berbau khas,warna kuning.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
- Sebelum sakit : pasien melakukan aktivitas secara mandiri.
- Selama sakit :
ADL 0 1 2 3 4
Toileting V
(kamar mandi)
Fooding (makan) V
Dressing V
(berpakaian)
Bathing V
(mandi)
Activity V
(aktivitas)
Keterangan :
0 :. Mandiri
1 : Dengan bantuan alat
2 : Bantuan orang lain
3 : bantuan orang lain dan alat
4 : tergantung total
e. Pola Istirahat dan Tidur
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidur siang 1-2 jam, tidur
malam ±7-8 jam.
- Selama Sakit : Pasien mengatakan tidur siang ±2 jam, tidur
malam ± 5-6 jam.
f. Pola Persepsi dan Kognitif
- Sebelum sakit : pasien mengatakn tidak mengalami gangguan
penglihatan, penciuman, pengecap, dan pendengaran.
- Selama Sakit : Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan
penglihatan, penciuman, pengecap, dan pendengaran.
g. Pola Personal Hygiene
- Sebelum sakit : pasien mengatakan mandi 2x sehari. Setiap pagi
dan sore dilakukan secara mandiri.
- Selama Sakit : pasien mandi 1x sehari hanya disibin oleh
keluarganya.
h. Pola seksual dan Reproduksi
- Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak ada maslah seksual dan
reproduksi.pasien mengatakan memiliki 1 anak.
- Selama sakit : pasien mengatakan tidak ada masalah reproduksi.
i. Pola Mekanisme stress dan koping
- Sebelum sakit : pasien mengatakan jika ada masalah dibicarakan
dengan keluarganya
- Selama sakit : pasien mengatakan selama di rumah sakit jika adaa
masalah dibicarakan dengan anak anaknya.
j. Pola nilai dan keyakinan
- Sebelum sakit : pasien mengatakan selalu sholat 5 waktu
- Selama sakit : pasien mengatakan sholat di tempat tidur
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : lemah dan lemas
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda tanda Vital : TD : 170/100 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5℃
SPO2 : 97 %
CRT : <2 Detik
d. Pemeriksaan Head to toe
1) Kepala : Mesochepal, tidak ada lesi, rambut hitam beruban dan
panjang
2) Mata : Simetris, sclera putih, konjungtiva tidak anemis
3) Hidung : Bersih, simetris
4) Telinga : Simetris, bersih, tidak ada benjolan, pendengaran baik
5) Mulut : Bersih, mukosa lembab
6) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
7) Dada :
Paru-paru :I : Penembangan dada simetris
Pa : Tidak ada nyeri tekan
Pe : Sonor
A : Suara nafas Vesikuler
Jantung :I : Ictus cordis tidak tampak
Pa : Ictus cordis teraba
Pe : Pekak
Aus : Tidak ada suara jantung tambahan
Abdomen :I : Simetris, tidak ada benjolan
Aus : Bising usus 12x/menit
Pa : Tidak ada nyeri tekan
Pe : Timpani
8) Genetalia : Bersih, tidak terpasang kateter
9) Ekstermitas : Atas kanan : tidak ada luka , tidak ada edema
Atas kiri : tidak ada edema, terpasang infus
Bawah kanan : Tidak ada edema, tidak ada luka
Bawah kiri : Tidak ada edema, tidak ada luka
10) Integumen : Kulit berwarna sawo matang, tidak ada edema,
tidak ada luka atau lesi
5. Pengkajian Nyeri
P : Tekanan darah tinggi
Q : Cekot-Cekot
R : Seluruh Kepala
S : Skala 6
T : Hilang timbul
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tanggal 16 April 2022 Pukul 11.23 WIB
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12.5 g/dl 12.0-15.6
Hematokrit 33 % 33-45
Leukosit 4.5 ribu/ul 4.5-11.0
Trombosit 304 ribu/ul 150-450
Eritrosit 4.30 Juta/ul 4.10-5.10
HEMOSTASIS
PT 14.9 Detik 10.0-15.0
APTT 27.0 Detik 20.0-40.0
INR 1.130 -

Pemeriksaan tanggal 16 April 2022 pukul 11.23 WIB


Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
GDS 416 Mg/dl 60-140
SGOT 15 u/l <31
SGPT 17 u/l <34
Albumin 1.5 g/dl 3.5-5.2
Kreatinin 1.1 Mg/dl 0.6-1.1
Ureum 40 Mg/dl <50
ELEKTROLIT
Natrium darah 122 Mmol/L 136-145
Kalium darah 3.8 Mmol/L 3.3-5.1
Calsium Ion 1.10 Mmol/L 1.17-1.29

7. Terapi Obat
Jenis Terapi Dosis Fungsi
Infus Asering 20 tpm Pengganti cairan yang hilang
Inj Omeprazole 40mg/12 jam Mengatasi penyakit yang disebabkan
oleh asam lambung
Inj santagesik 500mg/12jam Untuk mengatasi nyeri akut atau kronik
berat
Inj 500 mg/8 jam Obat antibiotic untuk mengobati infeksi
metronidazole
Candesartan PO 16 mg Membantu menurunkan tekanan darah
3x1 tinggi
Novorapid 4 unit Insulin untuk menurunkan gula darah
Lantus 10 unit Insulin untuk menurunkan gula darah

B. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
1. Pasien mengatakan nyeri kepala 1. Ttv
P : Tekanan darah tinggi TD : 170/100 mmHg
Q : cekot-cekot N : 90 x/menit
R : Seluruh kepala RR : 20 x/menit
S : Skala 6 N : 90 x/menit
T : hilang timbul S : 36,5 ℃
2. Pasien mengatakan lemas 2. Pasien tampak lemas dan berbaring
3. Pasien mengatakan masih di tempat tidur
merasa mual 3. Semua aktivitas pasien dibantu
4. Pasien mengatakan masih pusing keluarga
5. Pasien mengatakan semua 4. Pasien tampak meringis menahan
aktivitas dibantu keluarga nyeri
6. Pasien mengatakan tidak 5. Pasien tampak bingung dan hanya
mengetahui penyakit tekanan diam jika ditanya tentang penyakit
darah tinggi yang diderita karena darah tinggi yang dideritanya
tidak pernah memeriksakan 6. Pasien terlihat tegang
tekanan darahnya
7. Pasien mengatkan jika pusing
hanya minum obat warung
8. Pasien mengatakan belum
pernah diberikan pendidikan
kesehatan dirumah
C. Analisa Data
No Data Problem Etiologi
Dx
1. Ds : Nyeri Akut Agen pencedera
- Pasien mengatkan pusing fisiologis
- Pasien mengatakan nyeri
kepala
P : tekanan darah tinggi
Q : Cekot-cekot
R : Seluruh Kepala
S:6
T : Hilang timbul
Do :
Ttv :
TD : 170/100 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5℃
- Pasien tampak meringis
menahan nyeri
2. Ds : Intoleransi Kelemahan
- Pasien mengatakan di RS aktivitas
semua aktivitas dibantu
keluarga
- Pasien mengatakan
badannya lemas
Do :
- Pasien tampak lemas dan
berbaring di tempat tidur
- Semua aktivitas pasien
dibantu keluarga
3. Ds : Defisit Kurang terpapar
- Pasien mengatakan tidak Pengetahuan informasi
mengetahui penyakit
tekanan darah tinggi yang
diderita
- Pasien mengtakan jika
pusing hanya
mengkonsumsi obat warung
saja
- Pasien mengatakan belum
pernah diberikan
pendidikan kesehatan
dirumah
Do :
- Pasien tampak bingung dan
hanya diam jika ditanya
tentang penyakit darah
tinggi yang dideritanya
- Pasien terlihat tegang

D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecendera fisiologis
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
E. Intervensi Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Dx Hasil
1. Setelah dilakukan Observasi 1) Untuk
tindakan keperawatan 1) Monitor tanda-tanda mengetahui
selama 3 x 24 jam vital abnormal ttv
diharapkan nyeri/ sakit 2) Identifikasi lokasi, pasien
kepala hilang atau karakteristik,durasi,frek 2) Untuk
berkurang dengan uensi,kualitas, intesitas mengetahui
kriteria hasil : nyeri lokasi
- Skala berkurang 3) Identifikasi skala nyeri karakteristik,dura
menjadi 1-2 4) Identifikasi respon si,frekuensi,kualit
- Meringis menurun nyeri non ferbal as, intensitas
- Ttv dalam batas Terapeutik nyeri yang
normal dialami pasien
5) Anjurkan memonitor
TD : 120/80 mmHg 3) Untuk
nyeri secara mandiri
– 130/80 mmHg mengetahui skala
Edukasi
N : 60-100 mmHg nyeri pasien
6) Ajarkan tekhnik non
RR : 16- 24 mmHg 4) Untuk
farmakologi relaksasi
S : 36,5℃- 37,5℃ mengetahui
nafas dalam untuk
respon pasien
mengurangi rasa nyeri
terhadap nyeri
Kolaborasi
5) Untuk
7) Kolaborasi pemberian
mengetahui nyeri
analgetik
yang dirasakan
6) Ajarkan tekhnik
non farmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
7) Mengurangi nyeri
dan mempercepat
proses
penyembuhan
pasien
2. Setelah dilakukan Observasi 1) Mengetahui
tindakan keperawatan 1) Kaji tingkat tingkat
selama 3 x 24 jam kemampuan pasien kemampuan
diharapkan pasien dapat melakukan aktivitas pasien melakukan
melakukan aktivitas 2) Monitor lokasi dan aktivitas
sesuai tingkat ketidaknyamanan 2) Mengetahui
kemampuan dengan selama malakukan lokasi dan
kriteria hasil : aktivitas ketidaknyamanan
- Pasien dapat Terapeutik selama
melakukan aktivitas melakukan
3) Berikan lingkungan
ringan aktivitas
yang nyaman dan
- Keluhan lemah 3) Menurunkan
batasi pengunjung
menurun stress dan
Edukasi
meningkatkan
4) Anjurkan melakukan
istirahat
aktivitas secara
4) Mendorong
bertahap
pasien untuk
melakukan
latihan
beraktivitas

3. Setelah dilakukan Observasi 1) Untuk


tindakan keperawatan 1) Identifikasi tingkat mengetahui
2x24 jam diharapkan pengetahuan pasien dan kesiapan dan
kecukupan informasi keluarga kemampuan
tentang penyakit yang 2) Identifikasi kesiapan pasien menerima
diderita dan kemampuan pasien informasi
meningkat/defisit menerima informasi 2) Mengetahui
pengetahuan dapat 3) Identifikasi factor kesiapan pasien
teratasi dengan kriteria factor yang dapat menerima
hasil : meningkatkan dan informasi
- Pasien menurunkan motivasi 3) Untuk
mengungkapkan perilaku hidup sehat mengetahui
pemahaman tentang Terapeutik factor factor
penyakitnya 4) Sediakan materi dan yang dapat
- Perilaku sesuai media pendidikan meningkatkan
anjuran meningkat kesehatan dan menurunkan
- Perilaku sesuai 5) Jadwalkan pendidikan motivasi
pengetahuan kesehatan berperilaku
meningkat hidup bersih dan
Edukasi
sehat
6) Berikan penyuluhan
4) Untuk
kesehatan tentang
menambah
penyakit hipertensi
wawasan pasien
7) Berikan kesempatan
dan agar pasien
untuk bertanya
tetap ingat
Kolaborasi
pendidikan
8) Kolaborasi dengan
kesehatan yang
keluarga dalam
telah diberikan
membantu pasien
5) Untuk
mengenal hipertensi
menambah
yang dialaminya
pengetahuan
pasien mengenai
penyakit yang
dideritanya
6) Untuk
menambah
pengetahuan
pasien
7) Menambah
informasi
mengenai
ketidakfahaman
pasien
8) Membantu
pasien
meningkatkan
pengetahuan

F. Implementasi Keperawatan
Hari, No Implementasi Respon Pasien TTD
Tanggal Dx
Jam
Minggu, 1 - Memonitor Ttv Ds : Pasien mengatakan nyeri
17 April ,mengakaji nyeri kepala
2022 lokasi, P : Tekanan darah tinggi
08.30 WIB karakteristik,dura Q : cekot-cekot
si,frekuensi,kualit R : seluruh kepala
as, intesitas nyeri S : Skala nyeri 6
dan,skala nyeri T : Hilang Timbul
- Mengidentifikasi Do :
respon nyeri non TD : 170/100 mmHg
ferbal N : 90 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,5℃
- Pasien tampak meringis
menahan nyeri
08.45 1 Mengajarkan Ds : pasien bersedia,dan
tekhnik non pasien mengatakan lebih
farmakologis tenang
(tekhnik relaksasi Do : pasien tampak lebih
nafas dalam ) rileks dan tenang ,pasien
tampak mempraktikkan
tekhnik relaksasi nafas dalam
09.00 2 Mengkaji tingkat Ds : pasien mengatakan
kemampuan pasien badannya lemas, semua
melakukan aktivitas di RS dibantu
aktivitas keluarga
Do : pasien tampak lemas.
semua aktivitas dibantu
keluarga.
09.05 2 Memonitor lokasi Ds : pasien mengatakan
dan kepala terasa sakit dan mudah
ketidaknyamanan lelah ketika dibuat
selama malakukan beraktivitas terus menerus
aktivitas Do : pasien tampak lemas dan
meringis menahan sakit
09.10 2 Menganjurkan Ds : pasien mengatakan
melakukan bersedia akan melakukan
aktivitas secara aktivitas ringan
bertahap Do : pasien kooperatif
09.30 3 Mengidentifikasi Ds : pasien mengatakan
tingkat belum mengetahui bagaimana
pengetahuan pasien pengobatan penyakit
dan keluaga hipertensi ketika dirumah
,pasien juga mengatakan
kurang memahami penyebab
tekanan darahnya tinggi,
komplikasi dari penyakitnya
Do : pasien tampak terlihat
bingung
10.00 3 menjadwalkan Ds : pasien mengatakan
pendidikan bersedia kapan saja diberikan
kesehatan pendidikan kesehatan
Do : pasien tampak
kooperatif
Senin , 1 - Memonitr Ttv Ds : Pasien mengatakan nyeri
18 April ,mengakaji kepala sudah berkurang
2022 nyeri lokasi, P : Tekanan darah tinggi
14.00 WIB karakteristik,dur Q : cekot cekot
asi,frekuensi,ku R : seluruh kepala
alitas, intesitas S : Skala nyeri 4
nyeri dan,skala T : Hilang Timbul
nyeri Do :
- Mengidentifikas TD : 150/90 mmHg
i respon nyeri N : 82 x/menit
non verbal RR : 20x/menit
S : 36,6℃
Pasien tampak sedikit lebih
tenang
14.15 WIB 1 Menganjurkan Ds : pasien mengatakan
pasien melakukan sudah melakukan tekhnik
tekhnik relaksasi relaksasi nafas dalam.
nafas dalam Do : pasien tampak paham
14.30 WIB 2 Mengkaji tingkat Ds : pasien mengatakan
kemampuan pasien badannya masih lemas dan
melakukan aktivitas masih dibantu
aktivitas keluarga
Do : pasien tampak terlihat
lemas dan berbaring di
tempat tidur
14.40 WIB 3 Mengidentifikasi Ds : Pasien mengatakan
kesiapan dan sekarang bisa dilakukan
kemampuan pasien pendidikan kesehatan
menerima Do : pasien tampak
informasi kooperatif

14.45 WIB 3 Mengidentifikasi Ds : pasien mengatakan bila


faktor faktor yang pusing dan nyeri
dapat menyebabkan tidak nyaman
meningkatkan dan untuk melakukan kegiatan
menurunkan sehari hari seperti ke ladang,
motivasi perilaku sawah untuk menyiangi
hidup bersih dan rumput
sehat Do : pasien terlihat kooperatif
15.00 WIB 3 Menyediakan Ds : pasien mengatakan
materi dan media sudah Paham apa yang
pendidikan dijelaskan,dan pasien
kesehatan, mengatakan pendidikan
Memberikan kesehatan sangat menambah
penyuluhan pengetahuan mengenai
kesehatan tentang penyakit hipertensi yang
penyakit hipertensi pasien alami
dan memberikan Do : pasien tampak
kesempatan untuk kooperatif dan mengerti
bertanya mengenai materi yang
penyuluhan berikan
15.30 WIB 3 Berkolaborasi Ds : keluarga mengatakan
dengan keluaraga akan meningkatkan
dalam membantu perawatan pasien
pasien merawat dan Do : keluarga tampak
mengenal kooperatif
hipertensi yang
dialami pasien
16.10 WIB 1 Memberikan terapi Ds : pasien mengatakan nyeri
sesuai dengan dosis ketika disuntik obat
Do : pasien tampak menahan
nyeri dan obat masuk sesuai
rute
- Inj santagesik 500 mg
- Inj metronidazole 500 mg
- Inj omeprazole 40 mg
- Candesartan 16 mg
- Novorapid 4 unit
Selasa, 1 Memonitor Ttv Ds : Pasien mengatakan
19 April ,mengakaji nyeri masih nyeri kepala tetapi
2022 lokasi, sudah berkurang dari skala 4
14.00 karakteristik,durasi, menjadi 3
WIB frekuensi,kualitas, Do :
intesitas nyeri TD : 140/90 mmHg
dan,skala nyeri N : 87 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,4℃
- Pasien tampak rileks dan
tenang
14.15 WIB 1 Menganjurkan Ds : pasien mengatakan
pasien melakukan sudah melakukan teknik
tekhnik relaksasi relaksasi nafas dalam jika
nafas dalam nyeri timbul.
Do : pasien kooperatif
14.30 WIB 2 Mengkaji tingkat Ds : pasien mengatakan
kemampuan pasien sudah bisa makan
melakukan sendiri,aktivitas yang lain
aktivitas masih dibantu
Do : pasien tampak lebih
segar dan bisa makan sendiri
16.00 WIB 1 Memberikan obat Ds : pasien mengatakan
sesuai dosis bersedia diberikan obat
Do : pasien tampak meminum
obat dan obat masuk sesuai
rute
- Inj santagesik 500 mg
- Candesartan 16 mg
- Inj metronidazole 500 mg

G. Evaluasi Keperawatan
Hari No Evaluasi TTD
Tanggal Dx
Minggu , 1 S : Pasien mengatakan nyeri kepala
17 April P : Tekanan darah tinggi
2022 Q : cekot cekot
R : seluruh kepala
S : Skala nyeri 6
T : Hilang Timbul
O:
- Pasien tampak meringis menahan nyeri
TD : 170/90 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5 ℃
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor Ttv ,mengakaji nyeri lokasi,
karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,
intesitas nyeri dan,skala nyeri
- Anjurkan pasien melakukan tekhnik
relaksasi nafas dalam
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Identifikasi respon nyeri non verbal
2 S : Pasien mengatakan badannya lemas,semua
aktivitas di RS dibantu keluarga
O : pasien tampak lemas. semua aktivitas dibantu
keluarga.
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Kaji tingkat kemampuan pasien melakukan
aktivitas
3 S : pasien mengatakan belum mengetahui
bagaimana pengobatan penyakit hipertensi,pasien
juga mengatakan kurang memahami penyebab
takanan darah tinggi,pengobatan di rumah dan
komplikasi dari penyakitnya
O : Pasien terlihat bingung
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan
pasien menerima informasi
- Identifikasi faktor faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
- Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
- Berikan penyuluhan kesehatan tentang
penyakit hipertensi
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Senin , 1 S : Pasien mengatakan nyeri kepala sudah
18 April berkurang
2022 P : Tekanan darah tinggi
Q : Cekot cekot
R : Kepala bagian belakang
S : Skala nyeri 4
T : Hilang Timbul
O:
Pasien tampak lebih tenang
TD : 150/90 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,6℃
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor Ttv ,mengakaji nyeri lokasi,
karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,
intesitas nyeri dan,skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Kolaborasi dalam pemberian analgesic
- Anjurkan pasien melakukan tekhnik
relaksasi nafas dalam
2 S : Pasien mengatakan badannya masih lemas
aktivitas masih dibantu keluarga
O : pasien tampak lemas
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Kaji tingkat kemampuan pasien melakukan
aktivitas
3 S : pasien mengatakan sudah mulai faham tentang
penyakit hipertensinya dan pasien mengatakan
pendidikan kesehatan sangat menambah
pengetahuan mengenai penyakit hipertensi yang
pasien alami
Keluarga pasien juga mengatakan akan
meningkatkan perawatan pasien
O : Pasien bisa menjelaskan kembali apa yang
sudah dijelaskan mahasiswa
A : Masalah Sudah Teratasi
P : Hentikan Intervensi
Selasa , 1 S : Pasien mengatakan masih nyeri kepala tetapi
19 April sudah berkurang dari skala 4 menjadi 3
2022 O:
- Pasien tampak rileks
TD : 140/90 mmHg
N : 87 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,4℃
A : Masalah teratasi sebagian
P :. Pertahankan Intervensi
2 S : Pasien mengatakan sudah bisa makan sendiri
tetapi aktivitas lain masih dibantu
O : pasien tampak lebih segar dan bisa makan
sendiri
A : Masalah teratasi sebagian
P : pertahankan intervensi Intervensi
Lampiran 7 : Standar Operasional Prosedur
SOP TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM

PENGERTIAN Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri


pada klien yang mengalami nyeri kronis. Rileks sempurna
yang dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh,
kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulasi
nyeri. Ada tiga hal yang utama dalam teknik relaksasi
1. Posisikan klien dengan tepat
2. Pikiran beristirahat
3. Lingkungan yang tenang
TUJUAN Untuk menguranggi atau menghilangkan rasa nyeri
INDIKASI Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri
PROSEDUR 1. Tahap prainteraksi
a. Membaca status klien
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat
2. Tahap orientasi
a. Memberikan salam teraupetik
b. Validasi kondisi klien
c. Menjaga privasi klien
d. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan
dilakukan kepada klien dan keluarga
3. Tahap kerja
a. Memberi kesempatan kepada klien untuk
bertanya bila ada sesuatu yang kurang
dipahami/jelas
b. Atur posisi klien agar rileks tanpa adanya beban
fisik, baik duduk maupun berdiri. Apabila klien
memilih duduk, maka bantu klien duduk di tepi
tempat tidur atau posisi duduk tegak di kursi.
Posisi juga bisa semi fowler, berbaring di
tempat tidur dengan punggung tersangga bantal
c. Instruksikan klien untuk melakukan tarik napas
dalam sehingga rongga paru berisi udara,
intruksikan klien dengan cara perlahan.
d. Menghembuskan udara membiarkannya keluar
dari setiap anggota tabuh, pada saat bersamaan
minta klien untuk memusatkan perhataiannya
pada sesuatu hal yang indah dan merasakan
betapa nikmatnya rasanya
e. Instruksikan klien buat bernafas dengan irama
normal beberapa saat 1-2 menit
f. Instruksikan klien untuk kembali menarik nafas
dalam, kemudian menghembuskannya dengan
cara perlahan
g. Merasakan saat ini udara mulai mengalir dari
tangan, kaki menuju keparu-paru seterusnya
rasakan udara mengalir keseluruh bagian
anggota tubuh
h. Minta klien untuk memusatkan perhatian pada
kaki dan tangan dan merasakan keluar dari
ujungujung jari tangan dan kaki dan rasakan
kehangatannya
i. Minta klien untuk memusatkan perhatian pada
kaki dan tangan, udara yang mengalir dan
merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan
dan kaki dan rasakan kehangatanya
j. Instruksiakan klien untuk mengulangi
teknikteknik ini apa bila rasa nyeri kembali lagi
k. Setelah klien merasakan ketenangan, minta
pasien untuk melakukan secara mandir
l. Ulangi latihan nafas dalam ini sebanyak 3
sampai 5 kali
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan
b. Lakukan kontrak untuk kegistan selanjutnya
c. Akhiri kegiatan dengan baik
d. Cuci tangan
DOKUMENTASI 1. Catat waktu pelaksanaan tindakan
2. Catat respon pasien
3. Paraf dan nama perawat
REFERENSI Murni, 2014
Lampiran 8 : SAP dan leaflet
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Hipertensi
Sasaran : Ny. M dan NyB
Hari/ Tanggal : 23 februari dan 18 April 2022
Waktu : 30 menit
Tempat : Ruang Flamboyan 8 Rsud Dr.Moewardi Surakarta

A. Latar Belakang
Penyakit hipertensi merupkan suatu masalah kesehatan yang dikategorikan
cukup berbahayadi seluruh dunia.hipertensi merupakan factor utama yang
mengarah ke penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung, stroke, gagal
jantung maupun gagal ginjal yang menyebabkan angka morbiditas (kesakitan)
maupun mortalitas (kematian) yang tinggi jika tidak dideteksi secara dini dan
ditangani dengan tepat (Susanti et ak., 2020).
Berdasarkan data Riskdas tahun 2018 menunjukkan bahwa prevelensi
hipertensi mengalami kenaikan dari 25,8% menjadi 34,1% menggunakan
perkiraan jumlah masalah hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang
dengan kematian sebanyak 427.218 (Kementrian Kesehatan RI,2018).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang hipertensi selama 30
menit, pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang hipertensi
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan sasaran
mampu :
a. Memahami pengertian hipertensi
b. Mengetahui penyebab dan tanda gejala hipertensi
c. Mengetahui penatalaksanaan non farmakologi hipertensi
d. Mengetahui makanan yang dihindari penderita hipertensi
e. Mengetahui komplikasi hipertensi
C. Materi
Terlampir
D. Metode
1. Ceramah (Penyuluhan)
2. Tanya Jawab
E. Media
Leaflet
F. Proses Pembelajaran
WAKTU TAHAP KEGIATAN
KEGIATAN PENYULUH SASARAN
3 menit Pendahuluan 1. Mengucapkan 1. Menjawab salam
salam 2. Memperhatikan
2. Memperkenalkan penyuluh
diri 3. Mendengarkan
3. Menyampaikan promotor
topic, maksud dan menyampaikan
tujuan penkes topic dan tujuan
4. Kontrak waktu 4. Menyetujui
untuk kesepakatan kesepakatan
pelaksanaan waktu
penkes pelaksanaan
penkes
20 menit Penyampaian 1. Menggali 1. Menyampaikan
Materi kemampuan pengetahuannya
audien tentang tentang materi
materi yang akan penyuluhan
disampaikan 2. Mendengarkan
2. Memberikan penyuluh
penjelasan tentang menyampaikan
materi yang akan materi
diberikan kepada 3. Bertanya
pasien dengan mengenai materi
menggunakan yang telah
hard file disampaikan
3. Memberikan
kesempatan
kepada audien
untuk bertanya
7 menit Penutup 1. Menanyakan 1. Menjawab
kembali hal hal 2. Mendengarkan
yang sudah 3. Menjawab salam
dijelaskan
2. Menutup
pertemuan dengan
menyimpulkan
materi yang telah
dibahas
3. Memberikan
salam penutup

G. Evaluasi
1. Pasien mampu menjelaskan tentang pengertian hipertensi
2. Pasien mampu menjelaskan tentang penyebab hipertensi
3. Pasien mampu menjelaskan tanda gejala hipertensi
4. Pasien mampu menjelaskan penatalaksanaan non farmakologi
hipertensi
5. Pasien mampu menjelaskan makanan yang harus dihindari penderita
hipertensi
6. Pasien mampu menjelaskan komplikasi hipertens
MATERI PENYULUHAN HIPERTENSI

A. Pengertian
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus
menerus lebih dari suatu periode. Hipertensi akan menambah beban kerja
jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan
jantung dan pembuluh darah.hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg (
Ujianti,2013).
B. Penyebab
Menurut Udjianti (2013) berdsarkan penyebabnya hipertensi dibagi
menjadi dua, yaitu :
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
a. Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi,beresiko tinggi untuk terkena penyakit ini.faktor genetic
tidak bisa dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang
memiliki tekanan darah tinggi.
b. Jenis kelamin dan usia
Laki laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause beresiko
tinggi untuk mengalami hipertensi. Ketika perempuan memasuki
usia tua (menopause) hormone estrogen akan menurun kadarnya
sehingga perempuan lebih rentan terhadap hipertensi.
c. Diet
Konsumsi diet garam atau lemak secara langsung berhubungan
dengan berkembangnya hipertensi. Factor ini dapat dikendalikan
oleh penderita hipertensi dengan mengurangi konsumsi garam.
Karena dengan mengkonsumsi banyak garam dapat meningkatkan
tekanan darah dengan cepat, khususnya pada penderita hipertensi,
diabetes, serta orang dengan usia tua karena jika garam
dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah
garam akan menahan cairan lebih banyak daripada yang
seharusnya didalam tubuh.
d. Berat badan
Factor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan
dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB
ideal)dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah
atau hipertensi.
e. Gaya hidup
Factor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola
hidup sehat dengan menghindari factor pemicu hipertensi terjadi
yaitu merokok, konsumsi alcohol yang sering.
2. Hipertensi Sekunder
Factor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain :
penggunaan kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenic (tumor
otak, ensefalitis, gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan volume
intravaskuler, luka bakar, stress.
C. Tanda dan Gejala
Meskipun beberapa orang dengan hipertensi tahap awal mungkin
mengalami “dull headaches”, pusing atau beberapa lagi mimisan, tanda
dan gejala ini biasanya tidak muncul sampai hipertensi tahap berat bahkan
tingkat mengancam nyawa.
Secara umum orang dengan hipertensi terlihat sehat dan sebagaian besar
menimbulkan gejala. Gejala awal yang mungkin timbul dari hipertensi
yaitu sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan,
kelelahan.
D. Penatalaksanaan non farmakologi
Menurut (nixaon Manurung 2018) penatalaksanaan hipertensi non
farmakologi :
Upaya pengobatan hipertensi non farmakologi dengan mengubah gaya
hidup yang tidak sehat. Perubahan hidup yang sehat bagi penderita
hipertensi yaitu:
1. Mengontrol pola makan
Mengkonsumsi garam sebaiknya tidak lebih dari 2000 sampai 2500
miligram.karena tekanan darah dapat meningkat bila asupan garam
meningkat. Penderta hipertensi sebaiknya lemak kurang dari 30%
darikonsumsi kalori setiap hari.mengkonsumsi banyak lemak akan
berdampak pada kadar kolesterol yang tinggi. Kadar kolesterol yang
tinggi meningkatkan risiko terkena penyakit jantung.
2. Tingkatkan konsumsi potasium dan magnesium
Buah buahan dan sayuran segar merupakan sumber nutrisi terbaik
untuk menurunkan tekanan darah.
3. Makan makanan jenis padi padian
Bagi orang yang mengkonsumsi sedikitnya satu porsi sereal dari jenis
padi padian perhari mempunyai kemungkinan yang sangat kecil untuk
terkena penyakit jantung. Semakin banyak mengkonsumsi padi padian
semakin rendah resiko penyakit jantung coroner termasuk terkena
penyakit hipertensi.
4. Aktivitas olahraga
Melalui olahraga yang isotonic dan teratur (aktivitas fisik aerobic
selama 30-45 menit perhari), berjalan kaki missal jalan jalan pagi/sore
hari, berenang selama 30 menit ,bersepeda 2-3 kali dalam seminggu,
berlari setiap hari dimana melakukan latihan ringan pada awalnya dan
ditingkatkan secara perlahan akan dapat menurunkan tahanan perifer
yang menurunkan tekanan darah.
5. Bantuan dari kelompok pendukung
Demikian keluarga dan teman ikut serta membantu dengan
memperhatikan makanan dan meningatkan saat tiba waktunya minum
obat atau untuk melakukan aktivitas berjalan setiap hari.
6. Berhenti merokok dan hindari mengkonsumsi alcohol berlebihan
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab meningkatnya tekanan
darah, selain itu alcohol yang berlebihan dapat menyebabkan
kekurangan gizi yaitu penurunan kadar kalsium dan magnesium
,rendahnya kadar dari kalsium dan magnesium berkaitan dengan
peningkatan pembuluh darah.
7. Makanan yang harus dihindari bagi penderita hipertensi Menurut
Almatsier, S (2008 dalam Anugrah, dkk,2016) makanan yang harus
dihindari pada penderita hipertensi sebagai berikut :
a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru,
minyak kelapa, gajih).
b. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium
(biskuit, cracker, keripik dan makanan kering yang asin).
c. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, kornet,
sayuran serta buah buahan dalam kaleng, soft drink).
d. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan
asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
e. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta
sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah
(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
f. Bumbu-bumbu seperti maggi, terasi, saus tomat, saus sambal,
tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya
mengandung garam natrium.
g. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian
dan tape
E. Komplikasi
Menurut Dlimartha (2019), penderita hipertensi beresiko terserang
penyakit lain yang menyebabkan komplikasi, beberapa penyakit yang
timbul sebagai akibat hipertensi diantaranya sebagai berikut :
1. Penyakit jantung koroner
Penyakit ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat
terjadinye pengapuran pada dinding pembuluh darah
jantung.penyempitan lubang pembuluh darah jantung menyebabkan
berkurangnya aliran darah pda beberapa bagian otot jantung.hak ini
menyebabkan nyeri di dada dan dapat berakibat gangguan pada otot
jantung,bahkan timbulnya serangan jantung.
2. Gagal jantung
Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat
untuk memompa darah. Kondisi ini berakibat otot jantung akan
menebal dan merenggang sehingga daya pompa otot menurun. Pada
akhirnya dapat terjadi kegagalan kerja jantung secara umum.
3. Kerusakan pembuluh darah otak
Hipertensi menjadi penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah
otak. Ada dua jenis kerusakan yaitu pecahnya pembuluh darah dan
rusaknya dinding pembuluh darah. Dampak akhirnya, seseorang bisa
mengalami stroke dan kematian.
4. Gagal ginjal
Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi yaitu nefrosklerosis
benigna terjadi pada hipertensi yang berlangsung lama sehingga
terjadi pengendapan fraksi fraksi plasma pada pembuluh darah akibat
proses menua. Sedangkan nefrosklerosis maligna merupakan kelainan
ginjalyang ditandai dengan naiknya tekanan darah diatole di atas 130
mmHg yang disebabkan terganggunya fungsi ginjal.
5. Stroke
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga
aloiran darah ke area otak yang diperdarhi berkurang.
6. Infark miokard
Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia
jantung yang menyebabkan infark.
7. Ensefalopati(kerusakan otak)
Ensefalopati dapat terjadi, terutama pada penderita hipertensi
maligna( hipertensi yang meningat cepat dan berbahaya). Tekanan
sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan kapiler dan
mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf
pusat.neuron neuron di sekitarnya kolps dan erjadi koma serta
kematian.
8. Kejang
Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir mungkin
memiliki berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang
tidak adekuat, kemuadian dapat mengalami hipoksia, ibu mengalami
kejang selama atau sebelum proses persalinan.
DAFTAR PUSTAKA

Susanti, N., Siregar, P. A., & Falefi, R. (2020). Determinan Kejadian Hipertensi
Masyarakat Pesisir Berdasarkan Kondisi Sosio Demografi dan Konsumsi
Makan. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 2(1), 43–52.
https://doi.org/10.36590/jika.v2i1.52

Anuggrah, dkk. (2016). Sistem Pakar Perencanaan Diet Bagi Penderita Hipertensi
Menggunakan Metode Fuzzy Mamdani Sistem Pakar Perencanaan Diet Bagi
Penderita Hipertensi Menggunakan Metode Fuzzy Mamdani, Jurnal
Rekursif. Vol. 2 No. 2 Juli 2016, ISSN 2303-0755.

Dalimartha (2019).Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Terhadap Penurunan Tekanan


Darah, Jakarta : Media Aesculapius

Nixson Manurung. (2018)Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Tran Info Media

Udjianti,W.J.(2013).Keperawatan kardiovaskuler,Jakarta : Salemba Medika


Lampiran 9 : Lembar Konsultasi
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN

PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH

Nama Mahasiswa : Evi Nur Hamidah


NIM : P27220019021
Nama Pembimbing : Dwi Sulistyowati,S.Kp.,Ns.,M.Kes
NIP : 19631022 198511 2 001

No Hari/Tgl Materi Konsultasi Rekomendasi Paraf


. Bimbingan Pembimbing
Pembimbing

1 Jum‟at 27 Pengarahan Kontrak bimbingan


Agustus Pembimbing dan perkenalan
2021 dengan dosen
pembimbing

2 Selasa 31 Konsultasi judul a. Fokus pada


Agustus masalah individu
2021 b. Pengambilan
Askep seperti di
RS
c. Askep KMB
3 Sabtu,29 Konsultasi BAB I a. Alasan mengambil
November judul
2021 b. Kasih angka
kejadian di tempat
mengambil kasus
c. Perhatikan
penulisannya
4 Kamis 02 Konsultasi BAB II Perhatikan sistematika
Desember penulisan
2021

5 Rabu 08 Konsultasi BAB III Perhatikan penulisan


Desember sesuaikan dengan
2021 panduan

6 Jum‟at 10 Konsultasi revisi ACC Lanjut Seminar


Desember BAB II dan III proposal
2021

7 Senin 13 Konsultasi BAB Sistematika penulisan


Desember I,II,III diperbaiki lagi
2021

8 Rabu 22 Konsultasi Revisi a. Perbaikan latar


Desember BAB I,II,III belakang
2021 b. Tulisan konsep
intervensi dengan
narasi,sehingga
tidak banyak yang
kosong
c. Perbaikan pathway
d. Perbaikan pada
paragraph
disesuaikan rata
kanan dan kiri
9 Senin 3 Revisi BAB I,II,III ACC Lanjutkan bab
Januari IV, V
2022

10 Rabu 09 Konsultasi askep Asuhan keperawatan


Maret pasien 1 dibuat sesuai kondisi
2022 pasien, diagnosa
sesuai SDKI, evaluasi
dibuat setiap hari

11 Kamis 28 Konsultasi askep Asuhan keperawatan


April 2022 pasien 2 dibuat sesuai kondisi
pasien, diagnosa
sesuai SDKI, evaluasi
dibuat setiap hari

12 Selasa 17 Konsultasi askep 1 Acc askep lanjutkan


Mei 2022 dan 2 bab IV

13 Jumat 19 Konsultasi bab IV Pembahasan diagnosa


Mei 2022 keperawatan berisi:
a. Ada di teori dan
ada di kasus
b. Ada di teori tidak
ada di kasus
c. Ada dikus tidak
ada diteori

14 Jumat 20 Konsultasi bab IV Kalimat dibuat narasi,


Mei 2022 perhatikan penulisan,
citasi yang benar

15 Senin 23 Konsultasi bab IV Perhatikan tulisan


Mei 2022 double atau typo

16 Rabu 25 Konsultasi bab V, Kesimpulan dari


Mei 2022 daftar pustaka dan pengkajian sampai
lampiran evaluasi dibuat secara
ringkas,saran ditulis
aplikatif, semua
referensi dimasukkan
ke daftar pustaka,
masukkan semua
lampiran termasuk
leaflet

17 Kamis 26 Konsultasi bab V, ACC


Mei 2022 daftar pustaka, dan
lampiran
18 Selasa 28 Konsultasi hasil a. Perbaikan kata
Juni 2022 sidang KTI asing dicetak
miring, typo
diperbaiki
b. Tindakan harus
ada
pembahasannya
c. Judul KTI tidak
boleh dikotak

19 Selasa 28 Konsultasi KTI ACC


Juni 2022

Surakarta, 28 Juni 2022


Mengetahui
Ketua Prodi DIII Keperawatan Pembimbing

Dwi Sulistyowati,S.Kp.,Ns., M.Kes


NIP. 19631022 198511 2 001
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN

PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH

Nama Mahasiswa : Evi Nur Hamidah


NIM : P27220019021
Nama Pembimbing : DR.Rita Benya Adriani,S.Kp., M.Kes
NIP : 19590208 198202 2 001

No Hari/Tgl Materi Konsultasi Rekomendasi Paraf


Bimbingan Pembimbing Pembimbing

1 Rabu 15 Konsultasi BAB I a. Perbaikan etiologi


Desember ,II b. Perbaikan
2021 sistematika
penulisan

2 Senin 20 Konsultasi BAB III a. Perbaiki sistematika


Desember penulisan
2021 b. Tambahkan
lampiran seperti
informed
consent,surat
pernyataan
persetujuan

3 Jum‟at 24 Konsultasi Daftar Semua sitasi,nama


Desember Pustaka tahun dimasukkan
2021 semua ke dalam daftar
pustaka

4 Rabu 29 Konsultasi BAB ACC


Desember I,II,II, Daftar
2021 Pustaka dan
Lampiran
5 Jumat 27 Konsultasi BAB IV Pembahasan diagnosa
Mei 2022 keperawatan:
a. Ada di teori dan ada
di kasus
b. Ada di teori tidak
ada di kasus
6 Rabu 29 Konsultasi bab IV Pembahasan
Mei 2022 dan V ditambahkan jurnal dan
buku 1-2 agar lebih
kuat
7 Selasa 31 Konsultasi bab IV Perbaiki penulisaan,
Mei 2022 dan V citasi, dan typo

8 Kamis 2 Konsultasi KTI ACC


Juni 2022

9 Selasa 15 Konsultasi hasil a. Perbaikan Typo,


Juni 2022 sidang KTI citasi.
b. Semua referensi
dimasukkan ke
dalam daftar pustaka
c. Jarak spasi daftar
pustaka 1 spasi
d. Prevelensi pada latar
belakang disebutkan
berapa banyaknya
10 Selasa 28 Konsultasi KTI ACC
Juni 2022

Surakarta, 28 Juni 2022


Mengetahui
Ketua Prodi DIII Keperawatan Pembimbing

DR.Rita Benya Adriani,S.Kp., M.Kes


NIP. 19590208 198202 2 001
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN

PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH

Nama Mahasiswa : Evi Nur Hamidah


NIM : P27220019021
Nama Pembimbing : Athanasia Budi Astuti, S.Kp.,M.N
NIP : 19611009 198403 2 001

No Hari/Tgl Materi Konsultasi Rekomendasi Paraf


Bimbingan Pembimbing Pembimbing

1 Rabu 16 Seminar Hasil KTI a. Penulisan judul tidak


Juni 2022 dikolom
b. Perbaikan tata tulis
penulisan abstrak
c. Pembahasan bab IV ;
berisi apa, kenapa,
dan bagaimana
d. Bab V diagnosa yang
tidak ada di kasus dan
terdapat di teori
dimasukkan ke dalam
kesimpulan
e. Perbaikan tata
penulisan
f. Perbaikan alinea
penulisan
g. Perbaikan tata cara
penulisan citasi
h. Dibaca lagi masih ada
penulisan yang double
atau typo

2 Rabu 22 Konsultasi KTI a. Perbaikan abstrak


Juni 2022 b. Pada latar belakang
satu alinea ada 3
kalimat
c. Latar belakang
nyambung antara
alinea satu dengan
yang lain
d. Pada latar belakang
berisi apa yang orang
tau, apa yang orang
tidak tau,fenomena
yang terjadi dan apa
yang ditawarkan
e. Perbab dan sub bab
diberi narasi sedikit
untuk penghantar
f. Bab IV masih ada
yang belum sesuai
g. Perhaikan dalam
menyusun kalimat
perhatikan SPOK

3 Rabu 29 Konsultasi KTI ACC


Juni 2022

Surakarta, 29 Juni 2021


Mengetahui
Ketua Prodi DIII Keperawatan Pembimbing

Athanasia Budi Astuti, S.Kp.,M.N


NIP. 19611009 198403 2 001
Lampiran 10 : Surat selesai melaksanakan penelitian

Anda mungkin juga menyukai