Anda di halaman 1dari 4

1. Apakah pengelolaan kelas memberikan pengaruh terhadap hasil belajar peserta didik ?

Narasumber :
Pengelolaan kelas itu, memiliki pengaruh besar dalam mempengaruhi hasil pembelajaran
siswa dikelas. Karena itu termasuk pengelolaan kelas (penguasaan didalam kelas) dimana
seorang guru bisa menguasai kelas, bisa menarik perhatian siswa agar memperhatikan guru.
Jadi, apa yang disampaikan guru bisa ditangkap oleh siswa. Sebenarnya, ilmu itu dari guru
bukan kitab atau buku (karena buku dan kitab itu hanya teori dan pengetahuan) sedangkan
guru itu adalah sumber ilmunya.

Pewawancara :
Jadi dalam garis besar pengelolaan kelas itu memiliki pengaruh besar bagi hasil belajar siswa.
Dan guru memiliki peran penting dalam penguasaan kelas ?

Narasumber :
Iya betul, sangat mempengaruhi. Karena kembali lagi, anak bisa menjawab atau tidak itu
tergantung guru. Kalau guru bisa menguasai anak pasti bisa focus terhadap satu titik (guru).
Jika kita mempelajari tentang amaliyah attadris (praktek mengajar) kelas dirapihkan
terdahulu, dan tidak boleh memulai pembelajaran sebelum anak-anak dikondusifkan.

2. Bagaimana cara guru mengatur ruang kelas agar suasana belajar menyenangkan ?

Narasumber :
Pada dasarnya siswa itu pasti berantakan pada waktu perpindahan jam pelajaran. Biasanya
tergantung methode gurunya masing-masing. Ada yang menggunakan ice breaking terlebih
dahulu. Semua kembali pada pengaruh guru terhadap siswa.
Guru itu biasanya memberikan paling tidak, anak itu tidak akan bisa focus belajar jika fikiran
anak tersebut tidak ada didalam kelas. Maka dari itu guru mempunyai beban diawal
pembelajaran 5 menit pertama. Bagaimana caranya anak bisa memperhatikan guru. Jika 5
menit guru tidak bisa mengkodusifkan anak dengan cara unik untuk memulai kelas, maka
anak tidak akan bisa focus. Dan tidak boleh memulai pelajaran ketika anak-anak belum
difokuskan untuk menuju satu sumber (guru). Itulah fungsinya ice breaking untuk
mengalihkan focus anak, untuk menyemangati anak kembali, karna biasanya anak ada yang
mengantuk atau merasa bosan untuk belajar. Itulah beban guru 5 menit diawal.

3. Apakah cara mengatur fasilitas dikelas guru juga melibatkan siswa ? Contohnya, mengatur
posisi meja atau papan tulis dan lain-lain.

Narasumber :
Tentu saja melibatkan siswa, ice breaking itu tidak selalu. Bisa kita ganti 5 menit diawal tadi
dengan mengubah pola tempat duduk. Lebih banyak guru yang ketika beliau masuk selama
sebulan tidak pernah merubah pola duduk, sehingga membuat suasana belajar terasa
monoton. Biasanya saya terkadang menggunakan leter U, dan anak-anak dilibatkan untuk
menggerakan atau mengatur pola nya (gotong meja dan kursi) dengan tujuan untuk
menggerakan otak mereka atau merefresh. ‫ال‬ ِ ‫اح ٌة فِى ال َّت َبد ُِّل اَأْلعْ َم‬
َ َّ‫( الر‬Istirahat itu ada
dipergantian pekerjaan bukan tidur). Agar anak-anak bisa focus. Kalau untuk melibatkan
siswa pasti, tidak mungkin yang bergerak hanya guru. Untuk ice breaking juga kalau bisa
tidak harus dari guru juga tidak masalah jadi, anak-anak yang memulai.
4. Apakah struktur dikelas berpengaruh terhadap pengaturan tata Kelola kelas ?

Narasumber :
Kalau tempat duduk menyesuaikan struktur kelas mengacu kecembuaruan social atua
minder antar teman yang lainnya. Lebih baik dicampur. Guru harus bisa mengatur itu semua.
Contoh :
Mis Kiky sama Wardah duduk semeja, kemudian Siti Mighrofah dibelakang dengan Siti
Miknasah duduknya tidak berubah-ubah sudah pasti ada kubu-kubuan. Itu bagaimana
caranya kita bisa mengatur dan merubah posisi tersebut. Sering terjadi hal begitu, akhirnya
terjadi kubu-kubu an.
Jadi, kalau tempat duduk disesuaikan sesuai struktur kelas tidak efektif.
Disaat guru mempunyai daftar nilai yang kira nilainya tidak sesuai dan nilai yang bagus
dikelompokan. Sehingga siswa satu sama lain saling membantu.
Dizaman setelah covid 19 ini perubahan anak -anak sangat drastis dalam hal belajar menjadi
tugas paling berat guru untuk memberlakukan peraturan halnya seperti pertama sekolahan
didirikan maka dari itu struktur dan fasilitas kelas kita ada waktu untuk mengembalikan itu
semua. Yayasan itu hanya memfasilitasi saja sedangkan guru yang mengatur metode dll
Kadangkalanya kita untuk memulai sesuatu yang baru itu sangatlah berat dan ketakutan yang
menjadikan kita tidak melakukan perubahan padahal karna perubahan itulah kita bisa
mencetus anak -anak didik yang kreatif dan inovatif , dan bisa membuat keindahan .
pembelajaran itu sebenarnya tidak harus berpacu dalam ruangan kelas tetapi bisa juga di
luar kelas.
Kadang kalanya kita memulai untuk sesuatu yang baru itu malasnya, karena takut dibicarakan
yang lain. Karena itulah yang menjadikan kelas tetap berstruktur. Tapi sebenarnya itu suatu
fasilitas yang dimana bisa menentukan siswa yang bisa buat tata letak kelas, membuat
gambar dan lain sebagainya. Karena semua anak berbeda-beda, ada yang bisa menggambar,
ada yang tidak. Kadangkalanya kita diawal untuk membuat perubahan itu butuh
pengorbanan. Untuk masalah biasanya tergantung guru dan diserahkan kepada walikelas.
Justru itu membuat keindahan, yang Namanya keindahan itu tidak mesti semuanya. Jadi
kalau misalnnya sudah ada satu saja kelas yang membuat kelas memakai hiasan atau apapun
itu kemungkinan kelas yang juga ikut serta. Karena tadi juga diawal kita ntuk fasilitas
menumbuhkan anak untu belajar itu susah. Karena tidak ada yang berani diawal karena
belajar itu tidak harus selalu diruangan bisa juga di luar ruaangan supaya siswa tidak bosan
karena selalu belajar didalam ruangan. Jadi guru itu mangajak siswanya kumpul dilapangan
untuk memberikan gambaran Jadi seolah-olah kita ada disananya.
Pengelolaan kelas itu seperti tadi yang tidak harus selalu diruangan kelas saja. Apakah guru
pai itu bisa SD/MI, ya tentu bisa karena justru lebih enak mengajar PAI SD/MI. karena porsi
untuk bermain nya itu lebih besar daripada anak SMK. Sebenarnya orang belajar itu
sayangnya di Indonesia ketika anak sudah masuk SMK porsi untuk bermainnya itu sudah
hilang, anak SD/MI BAB rukun islam dan rukun iman diajak saja permainan pasti rame.

Penanya :
Kenapa kalau setiap sudah naik tingkatan seperti dari SD/MI ke SMP, dari SMP ke SMK itu
yang tadi dijelaskan rasa ingin main nya itu menurun?
Narasumber :
Salahnya itu, kan porsi bermain sambal belajar itu SD/MI itu adalah 50 dan 50, 50% bermain
dan 50% belajar ini disinkronkan seperti PAUD. Seperti kata Menteri pendidikan, guru yang
paling berpengaruh dan guru yang paling susah adalah guru PAUD, makanya guru PAUD itu
tidak ada yang Namanya laki-laki. Naik ke SMP itu sebenarnya 60 dan 40 untuk belajar 60%
dan untuk bermain 40% tetapi tetap harus disinkronkan, naik ke SMK itu sudah mulai hilang
70 dan 30, 70% untuk belajar dan 30% untuk bermain. Pokonya penguasaan kelas itu penting
sekarang kita sudah pernah ditingkatan itu.
Setiap guru itu jangan monoton ini kurikulum pendidikan di Indonesia selalu berubah-ubah,
kita juga harus ikut serta berubah. Ketika masuk ke kelas khususnya kelas 12, sebelum masuk
kelas saya lihat tiktok terlebih dahulu mencari Bahasa untuk anak-anak zaman sekarang. Jadi
bagaimana caranya kitab isa masuk kealam mereka, maka nya guru yang paling susah itu
guru PAUD. Masuk SD/MI kalau misalnya monoton itu tadi akhirnya anak kebawa tegang,
jangan sampai anak kesekolah itu bawaannya tegang karena takut. Jangan memaksakan anak
masuk ke pandangan guru tapi usahakan guru masuk kepandangan anak itu lebih menguasai
nantinya untuk materi. Sebenarnya anak itu bisa diajak itu ketika anak dekat dengan guru
bukan guru keanak. Saya rasa ilmu itu tidak bisa didapat dari dari kelas saja, tapi memang
tadi diluar juga bisa. Makanya itu usahakan ketika ada diruangan kelas kita bisa menguasai
mereka, kita bisa membawa mereka, yang penting kita bisa menec waktu saja, kalau mau
membuat sesuatu dikelas untuk masalah pembelajaran dikelas kita bikin suatu pembelajaran
yang berbeda sendiri, tetapi setelahnya kita balikkan lagi, intinya harus berani memulai,
sebenarnya tidak jadi masalah kira-kira orang lain itu hanya melihat saja, kalau sudah melihat
nanti kalau semuanya bagus itu ditiru, sebenarnya yang jarang guru tau itu adalah
perkumpulan antara guru mapel, contoh kelas 7,8,9 guru mapel PAI semuanya pernah tidak
guru mapel berkumpul, materinya tentukan kita bicara tentang masalah kolaborasi tentang
masalah pembelajaran terus tentang masalah metode, karena materi kurikulum sekarang
materi kelas 7-9 itu sebenarnya materinya sama semua, tapi dikelas 8 dan 9 itu diperdalam
lagi. Kadangkala ada materi yang diloncatkan sehingga ada materi yang tidak diajarkan
kepada siswa. Pasti setiap guru PAI itu bukunya beda-beda kalau bisa samakan semua
penerbitnya siapa , nanti baru dibuat dan dikolaborasikan, dikelas 7 apa yang sekiranya tidak
ada, dikelas 8 ada sebenarnya materi ini ada dikelas 8, boleh kita bikin kurikulum sendiri
tidak jadi masalah materi itu, yang penting kita tidak imbas ke siswa berhasil suatu tidaknya
itu tergantung guru mapelnya sendiri, kalau misalnya guru PAI anak-anak harus sholat
semuanya, sudah kita upayakan tapi kadang anak-anak sendiri yang tidak mau, yang penting
sambal berjalan saja tidak bisa langsung berubah, yang paling penting masalah pembelajaran
itu guru harus sekreatif mungkin, guru jika terlalu keras terhadap anak-anak akan
menimbulkan rasa takut namun materi tidak masuk.
Ada pula guru yang menggunakan sistem metode ceramah, sehingga suasana kelas terasa
monoton dan tidak hidup.
Untuk sekarang ini ada yang Namanya guru penggerak. Memamng mas nadiem ini jauh
pemikirannya, karena beliau TK nya diluar negri dan ingin menerapkan pendidikan seperti
diluar negri. Di Virlandia sekolah itu hanya 3 jam saja belajar formal. Selebihnya diisi dengan
kegiatan ekstrakulikuler. Jadi, anak mendapatkan suatu pembelajaran dari praktek ekskul
tersebut.

Pewawancara :
Apakah itu berlaku setiap hari ?
Narasumber :
Iya betul, setiap hari.
Maka dari itu diluar negri ad akelas music, dan kesenian lainnya. Untuk kelas yang perlu
waktu 3 jam itu untuk sekedar pengetahuan saja. Selebihnya langsung praktek dikelas
kesenian atau bidang masing-masing.
Intinya sebagai seorang guru kita memiliki tugas untuk bisa lebih akrab dengan anak, agar
materi yang kita sampaikan bisa diterima dengan baik oleh siswa.
Setiap guru pasti memiliki methode nya masing-masing, namun bis akita mencoba untuk
menggunakan methode agar kita masuk ke dunia nya anak-anak. tujuannya agar anak
merasa lebih akrab dengan guru. Apalagi tingkatan kelas yang dituju ini adalah kelas 12.
Sebagai seorang guru, kita harus bisa memancing rasa percaya diri siswa misalnya dalam hal
bertanya.
Saya kasih contoh, saya mengajak anak-anak untuk diskusi tentang ijma’ dan qiyas. Kalau
menjawab dengan jawaban yang salah mendapatkan pahala satu jika benar mendapatkan
pahala 2. Sehingga dengan metode seperti itu anak perlahan akan merasa percaya diri untuk
menjawab.

5. Tata tertib seperti apakah yang diterapkan saat pelajaran berlangsung ?

Narasumber :
Peraturan yang saya buat pada pelajaran PAI.
1. Tidak ada PR.
Karna saya tau waktu dirumah itu saat nya Bersama keluarga.
2. Ketika pelajaran saya berlangsung, semuanya focus dikelas, tidak ada yang keluar.

Anda mungkin juga menyukai