BAB II
1
Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987 h. 97
2
Mulyanto Sumardi, pengajaran Bahasa Asing, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1974 ), hlm. 12.
3
Asra dan sumiati. 2007. Metode Pembelajaran Pendekatan Individual. Bandung: Rancaekek
Kencana. Departemen Pendidikan Nasional. 2004.
11
12
4
Rudi Susilana. 2007. Media Pembelajaran. Bandung, CV Wacana Prima
13
8
Riduwan Abdullah Sani. Inovasi Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). H. 172.
9
Made Wena. Op.Cit. . H. 145-147
10
Riduwan Abdullah Sani. … . H. 181 – 182.
16
5) Melakukan Penilaian
Tabel 1
Langkah-Langkah Model PjBL
1. Penyajian Permasalahan
Menyampaikan tujuan dan mengajukan pertanyaan esensial (penting)
yang dapat memotivasi siswa untuk belajar, sehingga siswa memahami
tujuan dari pembelajaran yang akan dicapai dan antusias untuk
mengikuti pembelajaran.
2. Membuat Perencanaan
Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah :
a) merancang seluruh proyek, kegiatan dalam langkah ini adalah:
mempersiapkan proyek, secara lebih rinci mencakup: pemberian
informasi tujuan pembelajaran, guru menyampaikan fenomena
nyata sebagai sumber masalah, pemotivasian dalam memunculkan
masalah dan pembuatan laporan.
b) mengorganisir pekerjaan, kegiatan dalam langkah ini adalah:
merencanakan proyek, secara lebih rinci mencakup:
mengorganisir kerjasama, memilih topik, memilih informasi
terkait proyek, membuat prediksi, dan membuat desain
investigasi.
3. Menyusun penjadwalan
Tahapan ini siswa menyusun jadwal dan mengembangkan gagasan-
gagasan proyek, mengkombinasikan ide yang muncul dalam kelompok,
dan membangun proyek.
4. Memonitor pembuatan proyek
Tahapan kedua ini termasuk aktifitas pengembangan dan dokumentasi.
Pada tahapan ini pula siswa menghasilkan suatu produk (artefak) yang
nantinya akan dipresentasikan dalam kelas.
5. Melakukan penilaian
Tahapan ini meliputi presentasi proyek. Pada presentasi proyek akan
terjadi komunikasi secara aktual kreasi ataupun temuan dari investigasi
kelompok.
6. Evaluasi
Pada tahapan evaluasi akan dilakukan refleksi terhadap hasil proyek,
analisis dan evaluasi dari proses-proses belajar.
19
12
Riduwan Abdul Sani. Op.Cit., h. 177-178
21
14
Yunus Abidin. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. (Bandung:
Refika Aditama, 2014). H. 159.
15
Yatim Rianto. Paradigma Baru Pembelajaran. (Jakarta: Kencana, 2013). H. 285.
16
Trianto. Op.Cit., H. 67.
23
Tabel 2
Sintak Problem Based Learning
Tahap Kegiatan Guru
Guru merancang mempersiapkan media
dan sumber belajar, mengorganisasikan
Pra pembelajaran
siswa dan menjelaskan prosedur
pembelajaran.
Fase 1 Guru memberikan permasalahan dan
Menemukan Masalah Memotivasi siswa untuk mampu
menemukan masalah.
Fase 2 Guru memberikan bimbingan dalam
Membangun Struktur membuat perencanaan untuk memecahkan
Fase 3 Guru membimbing serta mendorong siswa
Menetapkan Masalah untuk menemukan masalah utama dan
membantu menyusun rumusan masalah.
Fase 4 Guru memberikan kesempatan kepada
Mengumpulkan dari berbagai siswa untuk berdiskusi secara
Informasi berkelompok untuk melakukan kegiatan
pengumpulan data.
Fase 5 Guru mengecek hasil tugas yang
Merumuskan Solusi diselesaikan serta memastikan proses
kelompok secara kolaboratif, kooperatif
dan komunikatif.
17
Yunus Abidin. Op.Cit, H. 163.
24
18
Yunus Abidin. Op.Cit., H. 161.
25
3. Motivasi Belajar
Faktor siswa menjadi unsur yang menentukan berhasil atau
tidaknya pengajaran yang disampaikan guru. Para ahli berpendapat
bahwa tingkah laku manusia didorong oleh motif-motif tertentu dan
perbuatan belajar akan berhasil apabila didasarkan pada motivasi yang
ada pada siswa. Siswa dapat dipaksa untuk mengikuti suatu perbuatan,
tetapi ia tidak dapat dipaksa untuk menghayati perbuatan itu sebagaimana
mestinya.19
Ada beberapa faktor yang dapat diidentifikasi oleh seorang guru
19
Hamalik. op. cit.. h. 157.
26
agar dapat memotivasi siswa, yaitu: faktor waktu yang tersedia, jumlah
siswa dan kebutuhan belajar dan emosionalnya, tuntutan
pertanggungjawaban yang berat dari administrator dan orang tua serta
situasi-situasi lain yang merupakan tekanan-tekanan yang dijumpai di
sekolah. Hal ini sangat menolong bagi guru-guru untuk mengetahui
tentang apa dan bagaimana menemukan motivasi belajar yang alami yang
dapat dikembangkan dan dicapai untuk memotivasi siswa. Pemahaman
terhadap hal-hal tersebut di atas membantu guru untuk menyadari bahwa
hampir semua yang dikerjakannya di dalam kelas memiliki pengaruh
motivasi pada siswa baik positif atau pun negatif. Hal ini termasuk cara
menyampaikan informasi, model aktivitas yang dipergunakan, cara guru
berinteraksi dengan siswa, dan kesempatan bagi siswa untuk bekerja
secara individu atau kelompok. Siswa akan bereaksi terhadap siapa guru
tersebut, apa yang dilakukannya dan bagaimana mereka merasakan
kenyamanan di dalam kelas.20
Motivasi merupakan proses yang tidak dapat diamati, tetapi
ditafsirkan melalui tindakan individu yang bertingkah laku, sehingga
motivasi merupakan konstruksi jiwa. Kedudukan motivasi sejajar dengan
isi jiwa sebagai cipta (kognisi), karsa (konasi), dan rasa (emosi) yang
merupakan tridaya. Apabila cipta, karsa dan rasa yang melekat pada diri
seseorang dikombinasikan dengan motivasi dapat menjadi catur daya
atau empat dorongan yang dapat mengarahkan individu untuk mencapai
tujuan dan memenuhi kebutuhan.
Menurut McDonald motivasi adalah merupakan perubahan energi
dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan
reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.21 Di dalam perumusan pendapat
Mc Donald tersebut di ini bila dicermati ada tiga unsur yang saling
berkaitan, yaitu:
20
Barbara L. McCombs, “Understanding the Keys to Motivation to Learn”. Internet, Kid Source
Online, h. 1, diakses tanggal 12 Januari 2016.
21
Soemanto. op. cit., h. 191.
27
22
Hamalik. op. cit., h. 158
23
Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosdakarya. 2001), h. 37.
24
Morris L. Bigge, op.cit., h. 73.
28
26
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendiidikan. (Bandung: Rosdakarya, 2002), h. 72.
27
Hamalik. op. cit., h. 159.
28
Arikunto, op. cit., h. 66.
30
29
Frederick McDonald, Educational Psychology (Becaming an Educator). (Boston: Houghton
Mifflin Company, 2001), h. 115
30
Bigge. op. cit., h. 75.
31
31
Barbara L. McCombs, Understanding the Keys to Motivation to Learn.
http://www.mcrel.orq/barbaran.asp, Internet, diakses tanggal 12 Januari 2016.
32
32
Ibid., h. 2
33
33
Suharsimi Arikunto, op. cit, h. 67.
34
34
Sudjana. op. cit., h. 167.
35
4. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.35
Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur
yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan
sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah
dan lingkungan sekitarnya.36
Teori belajar menurut J. Bruner, yaitu belajar tidak untuk
mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum
sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih
banyak dan mudah.37 Jadi belajar adalah suatu kegiatan yang merubah
tingkah laku dari yang tidak tahu menjadi tahu. Dengan belajar perlu
ada interaksi dengan lingkungan tersebut sehingga fungsi kecerdasan
semakin berkembang.
Sementara itu, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar.38 Hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi
dan keterampilan. Menurut Gagne hasil belajar berupa :
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan, maupun tulisan.
35
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2013),
h.2
36
Asep Jihad, Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2012), h.1
37
Slameto, Op.Cit, h. 11
38
Asep Jihad,Op.Cit, h. 14
36
39
Agus Suprijo, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2013), h. 6
40
Asep Jihad, Abdul Haris, Op.Cit, h. 14
37
c. Harod J Laski
Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena
mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah
lebih agung dari pada individu atau kelompok yang merupakan
bagian dari masyarakat itu.
d. Max Webber
Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam
penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah.
e. Miriam Budiarjo
Negara adalah suatu daerah territorial yang rakyatnya diperinyah
oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga
39
b. Memiliki Wilayah
Wilayah merupakan unsur terpenting dalam Negara. Sekelompok
orang dan pemerintahan tidak dapat disebut suatu Negara apabila tidak
memiliki wilayah kekuasaan tertentu. Bagi rakyat, wilayah merupakan
tempat melaksanakan berbagai kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
pribadi dan keluarganya.
Wilayah atau teritori meliputi arti luas yang meliputi udara, darat,
dan laut. Ketiganya ditentukan oleh perjanjian internasional.
c. Pemerintahan yang Berdaulat
40
1. Monarkhi 1. Tirani/Diktator/Despotie
2. Aristokrasi 2. a. Oligarkhi
b. Plutokrasi
3. Politea 3. Demokrasi
Keterangan:
1. Monarkhi adalah pemerintahan oleh satu orang guna kepentingan
seluruh rakyat.
2. Tirani adalah pemerintahan oleh satu orang guna kepentingan seluruh
sendiri.
3. Aristokrasi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang, yaitu para
cendikiawan guna kepentingan seluruh rakyat.
4. Oligarkhi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang guna
kepentingan golongannya sendiri.
5. Plutokrasi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang gaya guna
ke[pentingan orang-orang kaya.
6. Politea adalah pemerintahan oleh seluruh orang guna kepentingan
seluruh rakyat.
7. Demokrasi adalah pemerintahan dari orang-orang yang tidak tahu
sama sekali soal-soal pemerintahan.
Ketujuh bentuk tersebut tidak berdiri sendiri tetapi mempunyai
hubungan satu dengan yang lainnya sehingga merupakan suatu siklus
42
Ika
6. Memelihara pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa
7. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdaian abadi dan keadilan sosial
Karena kondisi Indonesia yang hiterogen, maka semangat
kebangsaan harus dapat mengembangkan prinsip-prinsip kebangsaan
atau nasionalisme Pancasila sebagai berikut:
B. Penelitian Relevan
1. Rizal Abdurrozak, Asep kurnia Jayadinata, Isrok’atun (2019) yang
berjudul “Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa” penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui model pembelajaran problem based learning terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa.29 Persamaan dengan penelitian yang
peneliti lakukan yaitu model pembelajaran yang diterapkan dan
kemampuan berpikir yang diterapkan dengan analisis yang digunakan
yaitu analisis ANOVA satu jalan. Perbedaannya adalah tempat dan materi
46
C. Kerangka Berpikir
Banyak hal yang dapat mempengaruhi hasil belajar PKn siswa, tapi
pada kesempatan penelitian ini penulis memilih metode pembelajaran dan
motivasi belajar sebagai dua faktor utama yang dijadikan fokus masalah yang
akan diteliti. Metode pembelajaran sebagai independent variable pertama (X1),
motivasi belajar sebagai independent variable kedua (X2) dan hasil belajar
sebagai dependent variable (Y). Berdasarkan landasan teori di atas maka dapat
dibangun kerangka berfikir terhadap ketiga variabel diatas sebagai berikut :
1. Perbedaan Penerapan Metode Pembelajaran Project Based
Learning dan Problem Based Learning Terhadap Motivasi Belajar
dan Hasil Belajar PKn Siswa
Sementara Hasil belajar PKn adalah salah satu tujuan yang ingin
dicapai dalam satu kegiatan belajar mengajar. Untuk mencapai hal
tersebut maka digunakan suatu cara atau metode dalam hal ini metode
yang dipakai adalah metode PjBL dan PBL.
3. Perbedaan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Pada Materi
Hakikat Bangsa dan Negara
Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi mempunyai harapan
untuk berprestasi atau berhasil serta memiliki sikap positif terhadap
pencapaian suatu tujuan dan tidak terlalu memikirkan kemungkinan-
kemungkinan untuk gagal. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
akan mengikuti kegiatan belajar dengan penuh keyakinan untuk berhasil,
karena motivasi belajar akan mendukung faktor-faktor lain dalam
pencapaian tugas-tugas belajarnya.
Motivasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dilepaskan dari
diri manusia, karena pada hakekatnya kehidupan adalah kebutuhan dan
harapan. Motivasi yang ada manusia dapat bersumber dari diri manusia
itu sendiri (intrinsik) atau juga dari luar (ekstrinsik). Pada umumnya
motivasi intrinsik lebih kuat dan lebih baik daripada motivasi ekstrinsik.
Oleh karena itu motivasi intrinsik sebaiknya ditimbulkan dan diaktifkan
dalam diri setiap individu. Motivasi instrinsik mendorong siswa untuk
beraktivitas karena adanya kesenangan, harapan, dan timbulnya perasaan
sempurna, sedangkan motivasi ekstrinsik mendorong siswa beraktivitas
untuk mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman.
Betapapun baiknya potensi belajar siswa dan lengkapnya sarana
dan prasarana belajar termasuk pada pelajaran PKn, jika tidak disertai
dengan motivasi belajar yang tinggi, maka proses belajar mengajar tidak
akan berjalan optimal. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa motivasi
belajar yang tinggi sangat diperlukan dan dimiliki oleh siswa, sehingga
proses belajar mengajar akan berjalan optimal, dan berhasil sesuai yang
diharapkan.
D. Hipotesis Penelitian
51