Anda di halaman 1dari 41

8

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR


DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Kata metode secara harfiah berasal dari bahasa Greek
(Yunani) yang terdiri dari kata ”Metha” yang artinya melalui, dan
”Hodo” yang berarti jalan, cara, alat atau gaya. Jadi metodos berarti
mengikuti, menuruti jalan yang telah lalu, dan metode berarti jalan
yang telah lalu.1
Sedangkan secara istilah ”metode adalah rencana yang
menyeluruh yang berhubungan dengan penyajian mata pelajaran
secara teratur dan tidak saling bertentangan dan didasarkan atas
suatu approach”.2 Penggunaan metode pembelajaran yang tepat pada
dasarnya adalah bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah
yang timbul dalam proses belajar mengajar.
Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai
suatu cara atau prosedur yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan
tertentu. Sedangkan terkait dengan pembelajaran, Sumiati dan Asra
mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan metode adalah cara
mengajar itu sendiri. Karena itu salah satu ketrampilan guru yang
memegang peranan penting dalam proses pembelajaran adalah
ketrampilan memilih metode.3
Sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran menurut
Rudi Susilana merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang

1
Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987 h. 97
2
Mulyanto Sumardi, pengajaran Bahasa Asing, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1974 ), hlm. 12.
3
Asra dan sumiati. 2007. Metode Pembelajaran Pendekatan Individual. Bandung: Rancaekek
Kencana. Departemen Pendidikan Nasional. 2004.
11
12

dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai


positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar.4
Saat ini pembelajaran diartikan sebagai “proses kerjasama
antar guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan
sumber yang ada baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar
diri siswa”. Dalam hal ini potensi dari dalam diri siswa seperti minat,
bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar.
Sedangkan potesi dari luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan
sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar. Hal ini
mengindikasikan bahwa pengertian pembelajaran sudah bergeser,
dulu berorientasi kepada guru (teacher centered) menjadi
berorientasi kepada siswa (student centered).
Pembelajaran melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai
pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Yang terpenting dalam
kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (learning
process). Sebab hasil belajar akan diperoleh siswa apabila belajar
sifatnya disadari, dalam hal ini siswa merasa bahwa dirinya sedang
belajar, timbul dalam dirinya motivasi-motivasi untuk memiliki
pengetahuan secara permanen (retensi). Hasil belajar diperoleh
dengan adanya proses, dalam hal ini pengetahuan diperoleh tidak
secara spontanitas, instant, namun bertahap (sequensial).
Dalam pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan
perlu diperhatikan bahwa tidak semua metode bisa dikategorikan
sebagai metode yang baik dan tidak pula semua metode dikatakan
jelek serat tidak ada satu metode manapun yang sesuai untuk semua
jenis materi pembelajaran. Kebaikan suatu metode terletak pada
ketepatan memilih/sesuai dengan tuntutan pembelajaran. Ada
beberapa ciri metode belajar yang baik, antara lain:
1) Berpadunya metode dari segi tujuan.
2) Memiliki daya sesuai dengan watak siswa dan materi.
3) Dapat mengantarkan siswa pada kemampuan praktis.

4
Rudi Susilana. 2007. Media Pembelajaran. Bandung, CV Wacana Prima
13

4) Dapat mengembangkan materi


5) Memberikan keleluasaan pada siswa untuk menyatakan
pendapatnya.
6) Mampu menempatkan guru dalam posisi yang tepat, terhormat
dalam keseluruhan proses pembelajaran.
Menurut Ruseffendi bahwa suatu metode yang diterapkan
dalam suatu pengajaran itu dikatakan efektif, bila menghasilkan
sesuatu yang sesuai dengan yang diharapkan. Makin tinggi
kekuatannya dapat menghasilkan sesuatu yang makin efektif pada
metode itu. Sedangkan suatu metode itu disebut efisien bila
penerapannya dalam menghasilkan sesuatu yang diharapkan itu
relatif menggunakan tenaga, usaha, pengeluaran dan waktu yang
yang lebih sedikit.5
Pemilihan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar
akan dapat membantu tercapainya tujuan instruksional secara efektif
dan efisien. Untuk itu guru dalam menentukan metode yang akan
digunakan harus memperhatikan beberapa prinsip. Adapun prinsip
dalam mentode mengajar yang harus diperhatikan adalah
1) Metode yang digunakan harus dapat membangkitkan perhatian
dan motivasi siswa terhadap pelajaran yang diberikan
2) Sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai
3) Sesuai dengan materi yang akan diberikan.
4) Sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir siswa
5) Sesuai dengan media yang tersedia
6) Sesuai dengan efisien waktu, fasilitas dan peralatan
7) Sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan siswa
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran adalah suatu cara atau teknik pengajaran yang di dalam
fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Metode
dikatakan efektif apabila menghasilkan sesuatu yang diharapkan.
Selain itu, metode dikatakan efisien apabila tenaga, usaha,
5
Ruseffendi. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam
Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito
14

pengeluaran dan waktu yang dipergunakan makin kecil.


Banyak metode dan model pembelajaran yang dapat dipilih
oleh seorang guru dalam pelaksanaan pembelajaran, antara lain yang
sering digunakan adalah metode ceramah, metode tanya jawab,
metode diskusi, metode demonstrasi, metode presentasi, metode
permainan, metode simulasi, metode bermain peran, metode kerja
sama, metode discovery (penemuan), metode observasi
(pengamatan), metode eksperimen (praktek) dan metode lainnya.

2. Metode Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)


a. Pengertian Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model
PjBL merupakan penerapan dari pembelajaran aktif. Secara
sederhana pembelajaran berbasis proyek didefinisikan sebagai suatu
pengajaran yang mencoba mengaitkan antara teknologi dengan
masalah kehidupan sehari-hari yang akrab dengan siswa, atau
dengan proyek sekolah. Model pembelajaran berbasis proyek atau
Model PjBL adalah sebuah pembelajaran yang inovatif, dan lebih
menekankan pada belajar kontekstual melalui kegiatan- kegiatan
yang kompleks6.

Pembelajaran berbasis proyek merupakan model


pembelajaran yang diorientasikan untuk mengembangkan
kemampuan dan keterampilan belajar para siswa melalui
serangkaian kegiatan merencanakan, melaksanakan penelitian, dan
menghasilkan produk tertentu yang dibingkai dalam satu wadah
berupa proyek pembelajaran7. Model PjBL merupakan pembelajaran
dengan aktivitas jangka panjang yang melibatkan siswa dalam
6
Made Wena. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011). H.
145
7
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011). H. 112.
15

merancang, membuat, dan menampilkan produk untuk mengatasi


permasalahan dunia nyata”8. Berdasarkan beberapa definisi di atas
dapat disimpulkan bahwa model PjBL merupakan model
pembelajaran yang melatih siswa untuk memecahkan masalah
sehari-hari yang pada akhirnya siswa mampu menghasilkan sebuah
karya proyek, dan melatih siswa untuk bekerja dalam tim atau
kelompok. Atau kata lain bahwa dengan model PjBL siswa dilatih
menyusun sendiri pengetahuannya, mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah, mandiri, serta meningkatkan kepercayaan diri.

Pembelajaran berbasis proyek mempunyai beberapa prinsip


yaitu sebagai berikut: a) Prinsip sentralistis (centrality) menegaskan
bahwa kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum yaitu
merupakan pusat strategi pembelajaran.; b) Prinsip pertanyaan
pendorong/penuntun (driving question) berarti bahwa kerja proyek
berfokus pada “pertanyaan atau permasalahan” yang dapat mendoron
siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu
bidang tertentu.; c) Prinsip investigasi konstruktif (construktive
investigation) merupakan proses yang mengarah kepada
pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri,
pembangunan konsep, dan resolusi.; d) Prinsp otonomi (autonomy)
dapat diartikan sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakan
proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri,
bekerja dengn minimal supervisi, dan bertanggung jawab; dan d)
Prinsip realistis (realism) berarti bahwa proyek merupakan suatu
yang nyata.9

b. Sintaks Model PjBL


Langkah-langkah model PjBL10 yaitu:
1) Penyajian Permasalahan

8
Riduwan Abdullah Sani. Inovasi Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). H. 172.
9
Made Wena. Op.Cit. . H. 145-147
10
Riduwan Abdullah Sani. … . H. 181 – 182.
16

Permasalahan diajukan dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan


awal yang diajukan adalah pertanyaan esensial (penting) yang
dapat memotivasi siswa untuk terlibat dalam belajar. Topik
penugasan sesuai dengan dunia nyata yang relevan untuk siswa.
dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
2) Membuat Perencanaan
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa.
Dengan demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas
proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main,
pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab
pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai
subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat
diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
3) Menyusun Penjadwalan
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas
dalam menyelesaikan proyek. aktivitas yang dilakukan pada tahap
ini antara lain: a) Membuat timeline (alokasi waktu) untuk
menyelesaikan proyek; b) Membuat deadline (batas waktu akhir)
penyelesaian proyek; c) Membawa peserta didik agar
merencanakan cara yang baru; d) Membimbing peserta didik
ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan
proyek: dan e) Meminta peserta didik untuk membuat penjelasan
(alasan) tentang pemilihan suatu cara.

4) Memonitor Pembuatan Proyek


Pelaksanaan pekerjaan siswa harus dimonitor dan difasilitasi
prosesnya, paling sedikit pada dua tahapan yang dilakukan oleh
siswa (checkpoint). Fasilitasi yang juga perlu dilakukan adalah
memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja di laboratorium
atau fasilitas lainnya jika dibutuhkan. Guru perlu melakukan
monitoring pelaksanaan proses, serta menyediakan rubrik dan
instruksi tentang apa yang harus dilakukan untuk setiap konten
pembelajaran
17

5) Melakukan Penilaian

Penilaian dilakukan secara autentik dan guru perlu


memvariasikan jenis penilaian yang digunakan. Penilaian proyek
merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa
suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data. Penilaian
proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,
kemampuan mengaplikasikan, kemampuan melakukan
penyelidikan, dan kemampuan menerapkan keterampilan
membuat produk atau karya.
6) Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pada siswa
dalam melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan baik
secara individual maupun kelompok. Siswa perlu berbagi
perasaan dan pengalaman, mendiskusikan apa yang sukses,
mendiskusikan apa yang perlu diubah, dan berbagi ide yang
mengarah pada inkuiri baru.
Berdasarkan sintaks model PjBL diatas maka langkah-
langkah model PjBL dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1
Langkah-Langkah Model PjBL

Langkah – Langkah Pembelajaran


18

1. Penyajian Permasalahan
Menyampaikan tujuan dan mengajukan pertanyaan esensial (penting)
yang dapat memotivasi siswa untuk belajar, sehingga siswa memahami
tujuan dari pembelajaran yang akan dicapai dan antusias untuk
mengikuti pembelajaran.
2. Membuat Perencanaan
Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah :
a) merancang seluruh proyek, kegiatan dalam langkah ini adalah:
mempersiapkan proyek, secara lebih rinci mencakup: pemberian
informasi tujuan pembelajaran, guru menyampaikan fenomena
nyata sebagai sumber masalah, pemotivasian dalam memunculkan
masalah dan pembuatan laporan.
b) mengorganisir pekerjaan, kegiatan dalam langkah ini adalah:
merencanakan proyek, secara lebih rinci mencakup:
mengorganisir kerjasama, memilih topik, memilih informasi
terkait proyek, membuat prediksi, dan membuat desain
investigasi.
3. Menyusun penjadwalan
Tahapan ini siswa menyusun jadwal dan mengembangkan gagasan-
gagasan proyek, mengkombinasikan ide yang muncul dalam kelompok,
dan membangun proyek.
4. Memonitor pembuatan proyek
Tahapan kedua ini termasuk aktifitas pengembangan dan dokumentasi.
Pada tahapan ini pula siswa menghasilkan suatu produk (artefak) yang
nantinya akan dipresentasikan dalam kelas.
5. Melakukan penilaian
Tahapan ini meliputi presentasi proyek. Pada presentasi proyek akan
terjadi komunikasi secara aktual kreasi ataupun temuan dari investigasi
kelompok.
6. Evaluasi
Pada tahapan evaluasi akan dilakukan refleksi terhadap hasil proyek,
analisis dan evaluasi dari proses-proses belajar.
19

c. Kelebihan dan kelemahan model PjBL

Menurut Widyantini, (2014:5-6) bahwa Manfaat/ kelebihan


model PjBL dalam adalah untuk meningkatkan motivasi siswa,
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, meningkatkan
kolaborasi, meningkatkan keterampilan mengelola sumber,
meningkatkan keaktifan siswa meningkatkan keterampilan siswa
dalam mencari informasi, mendorong siswa untuk mengembangkan
keterampilan komunikasi, memberikan pengalaman kepada siswa
dalam mengorganisasi proyek, memberikan pengalaman dalam
membuat alokasi waktu untuk menyelesaikan tugas, menyediakan
pengalaman belajar yang melibatkan siswa sesuai dunia nyata, dan
membuat suasana belajar menjadi menyenangkan.
Manfaat/ kelebihan dari model PjBL11 sebagai berikut:
1. Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan mendorong
mereka untuk melakukan pekerjaan penting;
2. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
masalah;
3. Membuat siswa lebih aktif dalam menyelesaikan permasalahan
yang kompleks;
4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama;
5. Mendorong siswa mempraktikan keterampilan berkomunikasi;
6. Meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola sumber
daya;
7. Memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengorganisasi
proyek, mengalokasi waktu, dan mengelola sumber daya seperti
peralatan dan bahan untuk menyelesaikan tugas;
8. Memberikan kesempatan belajar bagi siswa untuk berkembang
sesuai kondisi dunia nyata;
9. Melibatkan siswa untuk belajar mengumpulkan informasi dan
menerapkan pengetahuan tersebut untuk menyelesaikan
11
Riduwan Abdul Sani. Op.Cit. . h. 177
20

permasalahan di dunia nyata;


10. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan.
Kelemahan model PjBL12 sebagai berikut:

1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah dan


menghasilkan produk;
2. Membutuhkan biaya yang cukup;
3. Membutuhkan guru yang terampil dan mau belajar;
4. Membutuhkan fasilitas, peralatan, dan bahan yang memadai;
5. Tidak sesuai untuk siswa yang mudah menyerah dan tidak
memiliki pengetahuan serta keterampilan yang dibutuhkan;
6. Kesulitan melibatkan semua siswa dalam kerja kelompok.
Mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di
atas seorang guru harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi
peserta didik dalam menghadapi masalah, membatasi waktu peserta
didik dalam menyelesaikan proyek, meminimalis dan menyediakan
peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar,
memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak
membutuhkan banyak waktu dan biaya, menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta
didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran.
Model PjBL ini juga menuntut siswa untuk
mengembangkan keterampilan seperti kolaborasi dan refleksi.
Menurut studi penelitian, model PjBL membantu siswa untuk
meningkatkan keterampilan sosial mereka, sering menyebabkan
absensi berkurang dan lebih sedikit masalah disiplin di kelas. Siswa
juga menjadi lebih percaya diri berbicara dengan kelompok orang,
termasuk orang dewasa. model PjBL juga meningkatkan
antusiasme untuk belajar. Ketika anak-anak bersemangat dan
antusias tentang apa yang mereka pelajari, mereka sering
mendapatkan lebih banyak terlibat dalam subjek dan kemudian
memperluas minat mereka untuk mata pelajaran lainnya. Antusias

12
Riduwan Abdul Sani. Op.Cit., h. 177-178
21

peserta didik cenderung untuk mempertahankan apa yang mereka


pelajari, bukan melupakannya secepat mereka telah lulus tes.

d. Penilaian Tugas Project


Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu
tugas yang harus diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu.
Tugas tersebut berupa suatu investigasi atau penyelidikan sejak dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan
penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui
pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan
penyelidikan dan kemampuan siswa memberikan informasi tentang
sesuatu yang menjadi penyelidikannya pada materi tertentu secara
jelas.
Menurut Widyantini ada 3 (tiga) hal yang perlu
dipertimbangkan pada penilaian proyek yaitu:
1. Kemampuan pengelolaan yaitu kemampuan siswa dalam
memilih topik apabila belum ditentukan oleh guru, mencari
informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta
penulisan laporan.
2. Relevansi yaitu kesesuaian dengan mata pelajaran dengan
mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan
keterampilan dalam pembelajaran.
3. Keaslian yaitu proyek yang dilakukan siswa harus merupakan
hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru
berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek siswa.13
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses
pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, pendidik perlu
menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti
penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapan
laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat
disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat
13
Widyantini, T. (2014). Penerapan Model Project Based Learning. Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika, 1 (3), 2-19
22

menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek atau skala


penilaian.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menyimpulkan


bahwa model pembelajaran berbasis proyek ( project based
learning) adalah pembelajaran yang berfokus pada aktivitas peserta
didik untuk dapat memahami suatu konsep dan prinsip dengan
melakukan penelitian yang mendalam tentang suatu masalah dan
mencari solusi yang relevan dan peserta didik belajar secara mandiri
serta hasil dari pembelajaran ini adalah produk.

3. Metode Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

a. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Pemecahan masalah salah satu cara bagimana siswa mampu


memberikan solusi dari permasalahan yang diberikan. Model
pembelajaran bagian dari rencana proses penyampaikan konsep agar
siswa mengembangkan kemampuan berpikir. Model pembelajaran
berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang
dikembangkan untuk membantu guru mengembangkan kemampuan
berpikir dan keterampilan pemecahan masalah pada siswa selama
mereka mempelajari materi pembelajaran14.

Sedangkan menurut Yatim Rianto “Problem based learning


adalah suatu model yang dirancang dan dikembangkan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik memecahkan masalah”15.
Problem based learning merupakan suatu model
pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang
autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata
dari permasalahan nyata”16. Berdasarkan pendapat diatas dapat

14
Yunus Abidin. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. (Bandung:
Refika Aditama, 2014). H. 159.
15
Yatim Rianto. Paradigma Baru Pembelajaran. (Jakarta: Kencana, 2013). H. 285.
16
Trianto. Op.Cit., H. 67.
23

disimpulkan bahwa model problem based learning adalah


pembelajaran yang dihadapkan dan diawali dengan masalah-
masalah yang ditemukan dalam kehidupan nyata dan dapat
merangsang siswa untuk mencari solusi serta membentuk
pengetahuan baru untuk menyelesaikan suatu masalah.
b. Sintak Problem Based Learning
Sintak model problem based learning17 sebagai berikut:

Tabel 2
Sintak Problem Based Learning
Tahap Kegiatan Guru
Guru merancang mempersiapkan media
dan sumber belajar, mengorganisasikan
Pra pembelajaran
siswa dan menjelaskan prosedur
pembelajaran.
Fase 1 Guru memberikan permasalahan dan
Menemukan Masalah Memotivasi siswa untuk mampu
menemukan masalah.
Fase 2 Guru memberikan bimbingan dalam
Membangun Struktur membuat perencanaan untuk memecahkan
Fase 3 Guru membimbing serta mendorong siswa
Menetapkan Masalah untuk menemukan masalah utama dan
membantu menyusun rumusan masalah.
Fase 4 Guru memberikan kesempatan kepada
Mengumpulkan dari berbagai siswa untuk berdiskusi secara
Informasi berkelompok untuk melakukan kegiatan
pengumpulan data.
Fase 5 Guru mengecek hasil tugas yang
Merumuskan Solusi diselesaikan serta memastikan proses
kelompok secara kolaboratif, kooperatif
dan komunikatif.

17
Yunus Abidin. Op.Cit, H. 163.
24

Fase 6 Guru menyakinkan siswa pentingnya


Menentukan Solusi Terbaik meninjau ulang dan menimbang
keefektifan solusi yang telah dihasilkan
pada tahap sebelumnya.
Fase 7 Guru memberikan kesempatan kepada
Menyajikan solusi siswa untuk mempersentasikan hasil kerja
kelompok dan menilai atas performa yang
disajikan.
Guru membahas kembali masalah dan
solusi alternatif yang bisa digunakan
Pasca pembelajaran
untuk memecahkan masalah dan
memberikan evaluasi secara individu.

c. Kelebihan dan Kelemahan Problem Based Learning

Keungulan model Problem Based Learning18 sebagai berikut:


1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna, dimana siswa yang belajar
memecahkan suatu masalah akan menerapkan pengetahuan yang
dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang
diperlukan.
2. Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan
dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
3. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
siswa dalam belajar
4. Memotivasi internal untuk belajar.
5. Mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja
kelompok.
6. Mengoptimalkan kemampuan metakognisinya.
Kelemahan model Problem Based Learning13 sebagai berikut:
1. Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang komplek.
2. Sulit mencari problem yang relevan.
3. Sering terjadi kesalahan konsep.

18
Yunus Abidin. Op.Cit., H. 161.
25

4. Memerlukan waktu yang cukup panjang.


Belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus
dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan
lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik
berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi
menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi
dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan
baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa
Inggris Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk
menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru
untuk dapat menyelesaikannya.
Berdasarakan pengertian Problem Based Learning di atas
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa model Problem Based
Learning ini menuntut agar para peserta didik aktif, kreatif, berinisiatif,
berinovasi, serta mempunyai motivasi dalam belajar. Model
pembelajran Problem Based Learning terfokus pada kegiatan peserta
didik yang mandiri, sementara guru hanya menjadi desainer, fasilitator,
motivator dalam kegiatan belajar tersebut.

3. Motivasi Belajar
Faktor siswa menjadi unsur yang menentukan berhasil atau
tidaknya pengajaran yang disampaikan guru. Para ahli berpendapat
bahwa tingkah laku manusia didorong oleh motif-motif tertentu dan
perbuatan belajar akan berhasil apabila didasarkan pada motivasi yang
ada pada siswa. Siswa dapat dipaksa untuk mengikuti suatu perbuatan,
tetapi ia tidak dapat dipaksa untuk menghayati perbuatan itu sebagaimana
mestinya.19
Ada beberapa faktor yang dapat diidentifikasi oleh seorang guru

19
Hamalik. op. cit.. h. 157.
26

agar dapat memotivasi siswa, yaitu: faktor waktu yang tersedia, jumlah
siswa dan kebutuhan belajar dan emosionalnya, tuntutan
pertanggungjawaban yang berat dari administrator dan orang tua serta
situasi-situasi lain yang merupakan tekanan-tekanan yang dijumpai di
sekolah. Hal ini sangat menolong bagi guru-guru untuk mengetahui
tentang apa dan bagaimana menemukan motivasi belajar yang alami yang
dapat dikembangkan dan dicapai untuk memotivasi siswa. Pemahaman
terhadap hal-hal tersebut di atas membantu guru untuk menyadari bahwa
hampir semua yang dikerjakannya di dalam kelas memiliki pengaruh
motivasi pada siswa baik positif atau pun negatif. Hal ini termasuk cara
menyampaikan informasi, model aktivitas yang dipergunakan, cara guru
berinteraksi dengan siswa, dan kesempatan bagi siswa untuk bekerja
secara individu atau kelompok. Siswa akan bereaksi terhadap siapa guru
tersebut, apa yang dilakukannya dan bagaimana mereka merasakan
kenyamanan di dalam kelas.20
Motivasi merupakan proses yang tidak dapat diamati, tetapi
ditafsirkan melalui tindakan individu yang bertingkah laku, sehingga
motivasi merupakan konstruksi jiwa. Kedudukan motivasi sejajar dengan
isi jiwa sebagai cipta (kognisi), karsa (konasi), dan rasa (emosi) yang
merupakan tridaya. Apabila cipta, karsa dan rasa yang melekat pada diri
seseorang dikombinasikan dengan motivasi dapat menjadi catur daya
atau empat dorongan yang dapat mengarahkan individu untuk mencapai
tujuan dan memenuhi kebutuhan.
Menurut McDonald motivasi adalah merupakan perubahan energi
dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan
reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.21 Di dalam perumusan pendapat
Mc Donald tersebut di ini bila dicermati ada tiga unsur yang saling
berkaitan, yaitu:

20
Barbara L. McCombs, “Understanding the Keys to Motivation to Learn”. Internet, Kid Source
Online, h. 1, diakses tanggal 12 Januari 2016.
21
Soemanto. op. cit., h. 191.
27

1. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi di dalam pribadi.


Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perbuatan tertentu di
2. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula-
mula merupakan ketegangan psikologis lalu merupakan suasana
emosi. Suasana ini menimbulkan kelakuan yang bermotif Perubahan
ini bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam
perbuatan.
3. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi
yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju ke arah
suatu tujuan. Respons-respons itu berfungsi mengurangi ketegangan
yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respons
merupakan suatu langkah ke arah mencapai tujuan.22
Sejalan dengan pendapat McDonald di atas Syamsuddin mengatakan
bahwa pada esensinya motivasi itu merupakan:
1. Suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya energi.
2. Suatu keadaan yang kompleks ( a complex state) dan kesiapsediaan
(preparatory set) dalam diri individu (organisasi) untuk bergerak ( to
move, motion, motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun
tidak disadari.23
Psikolog Gestalt mengatakan bahwa motivasi merupakan produk
dari ketidaksesuaian dari sebuah pase kehidupan. Dalam pase kehidupan
itu meliputi tujuan-tujuan yang positif atau negatif yang ingin diraih atau
dihindarkan. Artinya bahwa motivasi itu timbul akibat adanya dorongan-
dorongan lain yang ada dalam organisme. Morris L. Bigge mengatakan
bahwa organism drives such as hunger, thirst and sexual need; and for
emotionals such as fear, anger and “love”--produce behaviors that
predictable and irresistible.24
Selanjutnya ahli perilaku (behavioriest) berpendapat bahwa
motivasi adalah dorongan untuk berbuat sesuatu sebagai akibat adanya
rangsangan yang mendahuluinya. Seluruh motivasi timbul secara

22
Hamalik. op. cit., h. 158
23
Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosdakarya. 2001), h. 37.
24
Morris L. Bigge, op.cit., h. 73.
28

langsung dari dorongan-dorongan organisme, emosi-emosi dasar atau


dari kecenderungan untuk merespons terhadap dorongan-dorongan dan
emosi-emosi tersebut. Dorongan organisme seperti lapar, haus dan
kebutuhan seksual (sexual need) dan dorongan emosi seperti rasa takut,
marah keduanya membentuk tingkah laku (behavior) yang dapat
diprediksi.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa tingkah laku
yang tampak pada diri seseorang itu dipengaruhi oleh stimulus-stimulus
dari dalam dan dari luar diri manusia. Seperti rasa lapar, haus, kebutuhan
seksual, takut, marah, cinta dan lain-lain. Stimulus-stimulus inilah
merupakan motif atau dorongan yang mempengaruhi seseorang untuk
berbuat sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.
Sementara itu Murray (1938) dalam Arikunto mengatakan: bahwa
motivasi merupakan konstruk (konsep hipotetik) yang terdiri atas
kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi persepsi dan perilaku seseorang
dalam upayanya untuk mengubah situasi yang tidak memuaskan
dirinya.25
Dari teori Murray di atas menunjukkan bahwa rangsangan dari luar
memegang peranan penting bagi tumbuhnya motivasi, merkipun motivasi
yang timbul dari dalam merupakan hal yang lebih penting dibandingkan
dengan motivasi yang ditimbulkan dari luar, namun tetap peranan guru di
dalam menimbulkan motivasi siswa tetap diperlukan untuk dapat
merubah persepsi dan perilakunya di dalam proses belajar.
Ada dua prinsip yang dapat digunakan untuk meninjau motivasi
ialah:
(1) Motivasi dipandang sebagai suatu proses. Pengetahuan tentang
proses ini akan membantu kita menjelaskan kelakuan yang kita amati
dan untuk menjelaskan kelakuan-kelakuan lain pada seseorang;
(2) Kita menentukan karakter dari proses ini dengan melihat petunjuk-
petunjuk dari tingkah lakunya. Apakah petunjuk-petunjuk itu dapat
dipercaya, dapat dilihat dari kegunaannya dalam memperkirakan dan
25
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), h. 67.
29

menjelaskan tingkah laku lainnya. Motivasi mengandung tiga


komponen pokok, yaitu menggerakkan, mengarahkan dan
menopang tingkah laku manusia. Menggerakkan berarti
menimbulkan kekuatan pada individu; memimpin seseorang untuk
bertindak dengan cara-cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam
ingatan, respons-respons efektif, dan kecenderungan mendapat
kesenangan. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah
laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan.
Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu. Untuk menjaga
dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan
(reinforcement) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan
kekuatan-kekuatan individu.26
Komponen lain dalam motivasi, yaitu komponen dalam (inner
component), dan komponen luar (outer component). Komponen dalam
ialah perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, dan
ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang diinginkan
seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi komponen dalam
adalah kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan, sedangkan
komponen luar ialah tujuan yang hendak dicapai.27
Teori stimulus respons (S-R) atau teori rangsang reaksi dalam llmu
jiwa menjelaskan bahwa perilaku seseorang ditimbulkan oleh kejadian-
kejadian yang datang dari dalam atau pun dari luar dirinya, sedangkan
arah dari perilaku tersebut ditentukan oleh hubungan mekanisme dari S-
R yang bersangkutan28.
Motivasi siswa secara alami harus terjadi karena hasratnya untuk
berpartisipasi dalam proses belajar. Akan tetapi ini juga berdasarkan
alasan-alasan atau cita-cita yang mendasarinya untuk berpartisipasi
dalam proses akademik. Karena, walaupun mungkin siswa dapat

26
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendiidikan. (Bandung: Rosdakarya, 2002), h. 72.
27
Hamalik. op. cit., h. 159.
28
Arikunto, op. cit., h. 66.
30

dimotivasi secara sama untuk melakukan suatu perbuatan, akan tetapi


sumber-sumber motivasinya mungkin akan berbeda.
McDonald mengatakan bahwa ahli psikologi telah mempelajari
bagaimana seseorang belajar dengan kecenderungan-kecenderungan
motivasi yang relatif stabil. Salah satu konsep dasar untuk menerangkan
kecenderungan itu adalah adanya kebutuhan. Kebutuhan adalah
kecenderungan umum yang termotivasi dengan cara-cara khusus. 29
Sementara itu teori-teori Gestalt cenderung untuk menghindari
pemakaian konsep-konsep tingkah laku (behavioristic concepts), seperti
dorongan (drive), pengaruh (effect), dan penguatan (reinforcement) pada
satu sisi dan konsep-konsep mentalistik seperti vitalisme, dan kesadaran
pada sisi lainnya. Bagi mereka ada beberapa konsep yang berkaitan
dengan motivasi, yaitu cita-cita (goal), harapan (expectancy), niat
(intention) dan tujuan/sasaran (purpose). Dalam kerangka referensi
Gestalt tingkah laku adalah fungsi sebuah situasi total. Orang
berinteraksi dalam lapangan (wilayah) dorongan-dorongan psikologis.
Lapangan psikologis meliputi tujuan dan cita-cita, interpretasi obyek dan
kejadian fisik yang relevan, memori dan antisipasi. Dengan demikian
motivasi tidak dapat diuraikan hanya dengan sebuah gerakan hati (an
impulse) terhadap perbuatan yang digerakkan oleh stimulus. Lebih dari
itu ia timbul dari situasi psikologis yang dinamis yang ditandai dengan
hasrat seseorang untuk berbuat sesuatu.30
Berdasarkan paparan di atas dapat dipahami bahwa sebenarnya
motivasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dilepaskan dari diri
manusia, karena pada hakekatnya kehidupan adalah kebutuhan dan
harapan. Motivasi yang ada manusia dapat bersumber dari diri manusia
itu sendiri (intrinsik) atau juga dari luar (ekstrinsik). Pada umumnya
motivasi intrinsik lebih kuat dan lebih baik daripada motivasi ekstrinsik.
Oleh karena itu motivasi intrinsik sebaiknya ditimbulkan dan diaktifkan
dalam diri setiap individu. Motivasi instrinsik mendorong siswa untuk

29
Frederick McDonald, Educational Psychology (Becaming an Educator). (Boston: Houghton
Mifflin Company, 2001), h. 115
30
Bigge. op. cit., h. 75.
31

beraktivitas karena adanya kesenangan, harapan, dan timbulnya perasaan


sempurna, sedangkan motivasi ekstrinsik mendorong siswa beraktivitas
untuk mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman.
Seseorang melakukan suatu aktivitas karena aktivitas itu bermakna,
adanya kesenangan, harapan, perasaan berprestasi, atau apa pun juga
yang menjadi pendorong (motif) seseorang untuk melakukan suatu
aktivitas. Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang mendorong
seseorang untuk beraktivitas yang timbulnya dari luar seperti adanya
hukuman, hadiah dan di luar aktivitas itu sendiri yaitu adanya tingkatan,
ikatan-ikatan atau restu guru.
Memahami bagaimana pengalaman-pengalaman sekolah yang
berbeda dapat mempengaruhi motivasi belajar adalah penting untuk
membedakan berbagai kualitas situasi belajar yang dirasakan; menarik,
senang, berarti secara pribadi atau relevan versus situasi belajar yang
dirasakan membosankan, menjenuhkan, tidak bermakna, atau tidak
relevan dari perspektif individu. Pada kasus pertama, motivasi belajar
secara alami terdorong oleh tugas-tugas belajar yang dirasa
mengasyikkan atau secara pribadi bermakna. Pada kasus yang kedua,
motivasi belajar harus dirangsang dari luar untuk menanggulangi
kurangnya motivasi intrinsik yang disebabkan oleh persepsi belajar siswa
bahwa tugas-tugas belajar membosankan atau secara pribadi tidak
bermakna.
Dalam banyak situasi belajar yang ditentukan secara eksternal,
pilihan-pilihan dibatasi untuk mengontrol dan memanaj pikiran dan
perasaan internal. Pemilihan perilaku itu sedikit. Oleh karena itu
perbedaan yang penting lainnya, apakah motivasi merupakan respons
alami terhadap keingintahuan pembelajar atau pembelajar tersebut harus
mengerahkan segenap tenaganya untuk mengatur perasaan-perasaan
yang timbul dari pemikiran negatif tentang kondisi-kondisi eksternal
(seperti guru, kurikulum, dan praktek-praktek pengajaran)31.

31
Barbara L. McCombs, Understanding the Keys to Motivation to Learn.
http://www.mcrel.orq/barbaran.asp, Internet, diakses tanggal 12 Januari 2016.
32

Selain motivasi intrinsik dan ekstrinsik di atas ada lagi motivasi


lain yaitu motivasi positif dan motivasi negatif. Motivasi positif
menimbulkan semangat dan kekuatan dalam diri setiap individu. Hal itu
terjadi karena pada setiap diri manusia senang pada hal-hal yang baik
dan senang akan pujian. Sementara motivasi negatif akan memberikan
dampak yang kurang baik untuk jangka panjang akan tetapi akan
berdampak pada semangat kerja yang baik untuk jangka pendek. Hal ini
terjadi karena motivasi negatip sifatnya adalah teguran dan peringatan
terhadap kekeliruan yang dilakukan dan untuk menjadi perhatian untuk
melakukan kegiatan yang akan datang.
Dalam prakteknya kedua jenis motivasi itu sering digunakan dalam
suatu kelompok aktivitas. Yang harus diperhatikan adalah kapan
motivasi positif atau negatif dapat merangsang secara efektif
kegairahan beraktivitas dalam diri individu. Motivasi positip untuk
jangka panjang sementara motivasi negatip untuk jangka pendek.
Oleh karena itu Barbara mengatakan:
“Another key to motivation to learn is helping students see ways
they can change negative thinking and make learning fun by relation to
the personal interest, working with other in meeting learning goals and
being able to make choices—have a voice—in their own learning
process”.(Salah satu cara memotivasi siswa untuk belajar adalah dengan
menolong mereka untuk melihat cara-cara yang dapat merubah
pemikiran negatif dan membuat belajar menyenangkan dengan
mengkaitkannya kepada kepentingan pribadi, bekerja sama dalam
mencapai tujuan dan dapat membuat pilihan, memiliki pendapat dalam
proses pembelajaran mereka). 32
Dorongan yang ada pada diri seseorang itu sering berwujud
kebutuhan (needs), kemauan (willingness), rangsangan (drive) dan kata
hati. Dorongan tersebut disadari atau tidak disadari oleh seseorang
mengarah pada suatu tujuan. Dorongan itu pun pada dasarnya akan
mempengaruhi tingkah laku seseorang dan menjadi alasan mengapa

32
Ibid., h. 2
33

seseorang itu melakukan suatu tindakan atau kegiatan. Dorongan


kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang menggerakkan tingkah
laku orang itu untuk dan dalam mencapai tujuan. Dengan demikian
dorongan akan menimbulkan kegiatan yang bertujuan dan akan
mempengaruhi tingkah laku seseorang yang memiliki dorongan itu.
McClelland (1961) telah mengadakan penelitian tentang motivasi
yang dikenal dengan studi pengukuran “N’ Ach”, merupakan sebuah
istilah popular di dalam bidang pendidikan, yaitu singkatan dari “need
for achievement”, suatu bentuk kebutuhan (need) yang dimiliki oleh
seseorang untuk suatu pencapaian (achievement). Biasanya orang yang
memiliki keinginan untuk memperoleh sesuatu di dalam dirinya akan
terdapat suatu dorongan yang kuat untuk mencapai keinginannya itu.
Dorongan kuat itulah yang dinamakan motivasi33.
Dilihat dari segi motifnya setiap gerak perilaku manusia itu selalu
mengandung tiga aspek, yang kedudukannya bertahap dan berurut
(sequential), yaitu:
(1) Motivating states (timbulnya kekuatan dan terjadinya kesiapsediaan
sebagai akibat terasanya kebutuhan jaringan atau sekresi, hormonal
dalam diri organisme atau karena terangsang oleh stimulasi tertentu).
(2) Motivated behavior (bergeraknya organisme ke arah tujuan tertentu
sesuai dengan sifat yang hendak dipenuhi dan dipuaskannya).
(3) Satisfied conditions (dengan berhasilnya dicapai tujuan yang dapat
memenuhi kebutuhan yang terasa, maka keseimbangan dalam diri
organisme pulih kembali).
Kebutuhan dapat mendorong, menguatkan, dan mengarahkah
perilaku seseorang baik untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi
kebutuhan tersebut maupun untuk memcapai suatu tujuan. Tingkatan
kebutuhan menurut Maslow dimulai dari kebutuhan yang paling rendah
dan menuju kebutuhan yang paling tinggi. Kebutuhan pada tingkat yang
lebih rendah menjadi syarat untuk memenuhi setiap kebutuhan yang
lebih tinggi. Maslow dalam Sudjana mengemukakan lima macam

33
Suharsimi Arikunto, op. cit, h. 67.
34

kebutuhan yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan


sosial, kebutuhan untuk diakui dan dihargai, dan kebutuhan
pengembangan diri/ aktualisasi diri.34
Bila dijelaskan dari kelima kebutuhan tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer yang
menyangkut fungsi biologis dari organisme individu sebagai
manusia, seperti kebutuhan sandang, papan, pangan, kesehatan dan
sebagainya.
2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan adalah kebutuhan individu
untuk merasa terjamin dari segala bahaya dan hal-hal yang akan
merusaknya.
3) Kebutuhan sosial adalah kebutuhan yang meliputi keinginan untuk
diperhitungkan dan diakui dalam kelompok, seperti kebutuhan untuk
dicintai, kerjasama dan lain-lain.
4) Kebutuhan diakui dan dihargai adalah kebutuhan karena prestasi,
kemampuan, kedudukan ataupun status individu dalam kelompok.
5) Kebutuhan akan aktualisasi diri adalah kebutuhan untuk
mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki individu untuk
mengembangkan diri secara maksimal, berkreativitas dan
mengekspresikan diri.
Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disintesiskan bahwa
motivasi belajar siswa adalah keseluruhan daya penggerak atau tenaga
dorong yang mempengaruhi persepsi dan perilaku siswa dalam belajar
dan menimbulkan adanya keinginan untuk melakukan kegiatan atau
aktivitas dalam belajar sebagai seorang siswa yang dilakukan secara
sistematis, kontinyu dan progresif mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

34
Sudjana. op. cit., h. 167.
35

Adapun yang menjadi indikatornya adalah: 1) Kesadaran, 2) Kebutuhan,


3) Harapan, 4) Usaha, 5) Pujian, 6) Hukuman, dan 7) Aturan

4. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.35
Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur
yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan
sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah
dan lingkungan sekitarnya.36
Teori belajar menurut J. Bruner, yaitu belajar tidak untuk
mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum
sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih
banyak dan mudah.37 Jadi belajar adalah suatu kegiatan yang merubah
tingkah laku dari yang tidak tahu menjadi tahu. Dengan belajar perlu
ada interaksi dengan lingkungan tersebut sehingga fungsi kecerdasan
semakin berkembang.
Sementara itu, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar.38 Hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi
dan keterampilan. Menurut Gagne hasil belajar berupa :
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan, maupun tulisan.

35
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2013),
h.2
36
Asep Jihad, Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2012), h.1
37
Slameto, Op.Cit, h. 11

38
Asep Jihad,Op.Cit, h. 14
36

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempersentasikan


konsep dan lambang.
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktifitas kognitif sendiri.
4. Keterampilan motorik yaitu keterampilan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan gerak dan koordinasi, sehingga
terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek tersebut.
Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai
standar perilaku.39
Menurut A.J. Romizowski hasil belajar merupakan keluaran
(outputs) dari suatu sistem pemperosesan masukan (input). Masukan
dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan
keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance).40

Hasil belajar adalah angka yang diperoleh siswa yang telah


berhasil menuntaskan konsep-konsep mata pelajaran yang sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Umumnya hasil belajar berupa
nilai, baik yang nilai mentah ataupun nilai yang sudah
diakumulasikan. Namun, tidak menutup kemungkinan hasil belajar
berupa perubahan perilaku siswa.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan


bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai setelah
mengikuti belajar mengajar, hasil belajar ini dapat berwujud
pengetahuan, sikap pemahaman, dan keterampilan yang diperoleh
melalui kegiatan dan program belajar dalam bidang tertentu yang
ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai. Sedangkan suatu
perubahan perilaku yang tetap dan berkelanjutan, dilihat berdasarkan
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang diperoleh dari proses
pembelajaran dan berupa nilai atau perubahan perilaku.

39
Agus Suprijo, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2013), h. 6
40
Asep Jihad, Abdul Haris, Op.Cit, h. 14
37

5. Materi Hakikat Bangsa dan Negara


Hakikat bangsa adalah sekolompok manusia yang memiliki sejarah
hidup bersama sehingga tercipta rasa senasib sepenenggungan. Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang didirikan atas dasar
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 memiliki tujuan Negara yang
tercantum pada pembukaan dasar UUD 1945 pada alinea ke empat.
Bangsa adalah sejumlah orang yang dipersatukan karena
persamaan cita-cita dan kerinduan untuk bernegara sendiri. Menurut
pandangan Hans Khon, nasionalisme secara fundamental timbul ari
adanya kesepakatan nasional (National coucciousness). Dengan kata lain
nasionalisme adalah formalisasi (bentuk) dari kesadaran nasional
berbangsa dan bernegara sendiri. Kesadaran nasional inilah yang
membentuk nation dalam arti politik, yaitu Negara nasional. Unsur-unsur
yang merupakan factor penting bagi pembentukan bangsa Indonesia
adalah sebagai berikut :
a. Persamaan asal keturunan bangsa (etnis), yaitu bangsa Indonesia
berasal dari rumpun bangsa Melayu dan kemudian diperkaya oleh
variasi percampuran antar daerah.
b. Persamaan poila kebudayaan, terutama pola hidup sebagai suku
bangsa petani dan pelaut dengan segala adat istiadat dan lembaga
sosialnya. Manifestasinya terwujud dalam persamaan bahasa
nasional, yaitu bahasa Indonesia.
c. Persamaan tempat tinggal yaitu dengan dengan nama khas tanah air,
yakni tanah tumpah darah Indonesia yang berwilayah dari Sabang
sampai Merauke.
d. Persamaan sejarah, baik pada masa kejayaan kerajaan-kerajaan besar
besar zaman Sriwijaya dan Majapahit maupun penderitaan dibawah
dominasi penjajah asing.
e. Persamaan cita-cita, yakni persamaan cita-cita hidup bersama
sebagai bangsa yang merdeka dan berdaualat serta membangun
38

negaranya dalam ikatan persatuan Indonesia yang berdasarkan


Pancasila dan UUD 1945.
Secara sederhana, Negara merupakan kesatuan social masyarakat
yang diatur secara konstitusional untuk mewujudkan kepentingan
bersama. Dalam sejarah ketatanegaraan, pengertian-pengertian
menyangkut Negara senantiasa berubah-ubah. Hal ini disebabkan karena
pengertian-pengertian itu dilahirkan menurut zamannya. Maka, tidak
heran jika pengertian tentang Negara tersebut berbeda-beda sepanjang
perkembangan sejarahnya.
Di bawah ini akan ditunjukan beberapa pengertian tentang Negara
dari berbagai sarjana-sarjana kenamaan sebagai bahan perbandingan.
a. Mr. soenarko
Negara adalah suatu jenis dari suatu organisasi masyarakat yang
mengandung tiga criteria, yaitu harus ada daerah, warga Negara, dan
kekuasaan tertentu.
b. Roger H Soltou
Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau
mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat.

c. Harod J Laski
Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena
mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah
lebih agung dari pada individu atau kelompok yang merupakan
bagian dari masyarakat itu.
d. Max Webber
Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam
penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah.
e. Miriam Budiarjo
Negara adalah suatu daerah territorial yang rakyatnya diperinyah
oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga
39

negaranya ketaatan pada peraturan perundangan-undangannya


melalui penguasa (kontrol) monopolistis dari kekuasaan yang sah.
Ada empat unsur pembentuk Negara, yaitu memiliki rakyat,
memiliki wilayah, memiliki pemerin tahan yang berdaulat, dan mendapat
pengakuan dari Negara lain.
a. Rakyat
Rakyat merupakan unsur terpenting dalam Negara, Negara tidak
terbentuk dengan sendirinya tanpa ada keinginan dari rakyatnya.
Rakyat, ditinjau dari segi hukum, disebut warga Negara karena
mempunyai ikatan ikatan hukum dengan Negara tertentu.
Beberapa istilah yang erat pengertiannya dengan rakyat adalah
rumpun (ras), bangsa (volks), dan natie.
 Rumpun diartikan sebagai sekumpulan manusia yang merupakan
suatu kesatuan karena mempunyai cirri-ciri jasmaniah yang sama,
misalnya warna kulit, warna rambut, bentuk badan, bentuk muka,
dan lain-lain
 Bangsa diartikan sebagai sejumlah orang yang dipersatukan karena
persamaan cita-cita dan kerinduan untuk bernegara sendiri.
 Natie, juga sering disebut bangsa, akan tetapi mempunyai cirri-ciri
yang berbeda. Natie diartikan sebagai sekumpulan manusia yang
merupakan suatu kesatuan karena mempunyai kesatuan politik
yang sama.

b. Memiliki Wilayah
Wilayah merupakan unsur terpenting dalam Negara. Sekelompok
orang dan pemerintahan tidak dapat disebut suatu Negara apabila tidak
memiliki wilayah kekuasaan tertentu. Bagi rakyat, wilayah merupakan
tempat melaksanakan berbagai kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
pribadi dan keluarganya.
Wilayah atau teritori meliputi arti luas yang meliputi udara, darat,
dan laut. Ketiganya ditentukan oleh perjanjian internasional.
c. Pemerintahan yang Berdaulat
40

Walaupun ada rakyat dan wilayah, tidak mungkin bias terorganisasi


dengan baik tanpa ada pemerintahan yang berdaulat. Ketiga unsure
tersebut merupakan unsure mutlak. Ketiga unsure itu harus ada karena
merupakan pembentuk utama suatu Negara atau unsure konstitutif.
d. Pengakuan dari Negara Lain
Pengakuan dari Negara lain ada 2 macam, yaitu secara de facto dan
de jure. Pengakuan de facto berarti menurut Negara yang mengakui
suatu Negara yang telah berdiri telah memenuhi syarat menurut fakta
bahwa diatas wilayah tersebut telah berdiri suatu Negara. Sedangkan,
pengakuan de jure adalah Negara yang sudah berdiri diakui secara
formal, telah memenuhi persyaratan hokum internasional sehingga
memenuhi syarat untuk aktif dalam kegiata-kegiatan masyarakat
internasional.
Bentuk Negara adalah batas antara peninjauan secara sosiologis dan
peninjauan secara yuridis mengenai Negara. Disebut peninjauan secara
sosiologis, yaitu apabila Negara dilihat secara keseluruhan tanpa melihat
isi dan sebagainya. peninjauan secara yuridis, yaitu apabila Negara hanya
dilihat dari isisnya atau strukturnya. Bentuk Negara ini telah dibahas pada
zaman Yunani kuno yang mengutamakan peninjauan secara ideal
(filsafat).
 Plato mengemukakan lima macam bentuk Negara yang sesuai dengan
sifat tertentu dan jiwa manusia.
a. Aristrokasi adalah pemerintahan oleh aristocrat (cendikiawan) sesuai
dengan pikiran keadilan.
b. Keburukan merubah Aristokrasi menjadi Timokrasi, yaitu
pemerintahan oleh orang-orang yang ingin mencapai kemashuran
dan kehormatan.
c. Timokrasi kemudian berubah menjadi Oligharki, yaitu pemerintahan
oleh para (golongan) hartyawan. Keadaan ini melahirkan milik
partikulir maka orang-orang miskin pun bersatu melawan kaum
hartawan dan lahirlah Demokrasi.
41

d. Demokrasi, yaitu pemerintahan opleh rakyat. Karena salah


mempergunakannya maka keadaan ini berakhir dengan kekacauan
atau anarki.
e. Tirani, yaitu pemerintahan oleh seorang penguasa yang bertindak
sewenang-wenag. Bentuk ini adalah yang paling jauh dari cita-cita
tentang keadilan. Sebab seorang Tirani akan menindas rakyatnya.
 Aristoteles mengemukakan tiga macam bentuk Negara yang dibanginya
menurut bentuk yang ideal dan bentuk pemerosotan, yaitu sebagai
berikut :

Bentuk Ideal Bentuk Pemrosotan

1. Monarkhi 1. Tirani/Diktator/Despotie
2. Aristokrasi 2. a. Oligarkhi
b. Plutokrasi
3. Politea 3. Demokrasi
Keterangan:
1. Monarkhi adalah pemerintahan oleh satu orang guna kepentingan
seluruh rakyat.
2. Tirani adalah pemerintahan oleh satu orang guna kepentingan seluruh
sendiri.
3. Aristokrasi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang, yaitu para
cendikiawan guna kepentingan seluruh rakyat.
4. Oligarkhi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang guna
kepentingan golongannya sendiri.
5. Plutokrasi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang gaya guna
ke[pentingan orang-orang kaya.
6. Politea adalah pemerintahan oleh seluruh orang guna kepentingan
seluruh rakyat.
7. Demokrasi adalah pemerintahan dari orang-orang yang tidak tahu
sama sekali soal-soal pemerintahan.
Ketujuh bentuk tersebut tidak berdiri sendiri tetapi mempunyai
hubungan satu dengan yang lainnya sehingga merupakan suatu siklus
42

Negara yang ideal adalah berdasarkan kuantitas dan pemrosotannya


berdasarkan kualitas. Ajaran Aristoteles ini kemudian hanya dianut oleh
Polybios yang hidup pada zaman Alexander Zulkarnaen dengan sedikit
perubahan, yaitu mengganti ideal politea dengan demokrasi, dan bentuk
pemrosotan atau Demokrasi menjadi Aristokrasi. Teori Polybios ini
dikenal dengan istilah Cyclus Theory.
Para ahli mencari perumusan bentuk Negara yang lebih mendekati
kenyataan maka munculah tiga aliran yang didasarkan pada bentuk Negara
yang sebenarnya, yaitu :
a. Paham yang menggabungkan persoalan bentuk Negara dengan bentuk
pemerintahan.
b. Paham yang membahas bentuk Negara itu atas dua golongan, yaitu
demokrasi dictator
c. Paham yang mencoba memecahkan bentuk Negara dengan ukuran-
ukuran atau ketentuan yang sudah ada.
Mengenai fungsi Negara, Montesquieu mengajukan tiga fungsi
Negara yang dikenal dengan Trias Politika, yang meliputi :
a. Fungsi legislative adalah fungsi membuat undang-undang.
Pelaksananya adalah Dewan Perwakilan Rakyat
b. Fungsi eksekutif adalah fungsi untuk melaksanakan undang-undang.
Pelaksananya dikepali oleh presiden dan dengan dibantu oleh kabinet
atau dewan menteri.
c. Fungsi yudikatif adalah fungsi untuk mengawasi agar semua peraturan
(undang-undang) ditaati. Kekuasaan kehakiman di Indonesia menurut
konstitusi, berada di tangan Mahkamah Agung dan badan peradilan.
Kemudian teori tersebut dilengkapi kembali oleh Vanvollen Houven
yang mengajukan empat funsi Negara yang dikenal dengan teori Catur
Praja yang meliputi :
a. Pembuat peraturan (regelling)
b. Penyelenggara pemerintah (bestuur)
c. Penyelenggara peradilan (rechtspraak)
d. Penjaga ketertiban dan keamanan (politie)
43

Fungsi secara khusus terdiri atas hal-hal berikut :


a. Negara berfungsi menjaga ketertiban untuk mencapai tujuan bersama
dan mencegah berbagai bentrokan dan perselisihan dalam masyarakat
atau dalam hal ini, negara bertindak sebagai stabilisator.
b. Negara berfungsi mengusahakan kesejahtraan dan kemakmuran
rakyat. Fungsi ini sangat penting bagi Negara-negara baru atau sedang
berkembang.
c. Negara berfungsi mengusahakan pertahanan untuk menangkal
kemungkinan serangan dari luar. Dalam hal ini Negara harus
dilengkapi alat pertahanan yang canggih.
d. Negara berfungsi menegakan keadilan yang dilaksanakan melalui
badan-badan peradilan.
Semangat kebangsaan disebut nasionalisme adalah rasa kesadaran
untuk berbangsa dan bernegara sendiri secara berdaulat. Nasionalisme
juga berarti suatu paham atau ajaran yang mencintai bangsa dan
negaranya sendiri. Yang membedakan nasionalisme satu negara
dengan negara lain terletak pada falsafah negaranya atau kepribadian
bangsa. Republik Indonesia menganut nasionalisme Pancasila.
Nasionalisme Pancasila adalah ajaran kebangsaan masyarakat
Indonesia yang tidak mengagungkan bangsanya sendiri dengan tidak
merendahkan bangsa lain. Akan tetapi nasionalisme yang cinta bangsa
dan negara Indonesia dengan tetap menghargai kemerdekaan dan
kedaulatan bangsa lain.Pada hakikatnya nasionalisme Pancasila akan
melahirkan semangat kebangsaan yang dijiwai oleh kepribadian
bangsanya antara lain :
1. Selaku peduli akan persatuan, kesatuan, kepentingan dan
kesejahteraan bangsa dan negara
2. Sanggup dan mau berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
3. Mengembangkan cinta tanah air dan bangsa
4. Mengembangkan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia
5. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinika Tunggal
44

Ika
6. Memelihara pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa
7. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdaian abadi dan keadilan sosial
Karena kondisi Indonesia yang hiterogen, maka semangat
kebangsaan harus dapat mengembangkan prinsip-prinsip kebangsaan
atau nasionalisme Pancasila sebagai berikut:

a. Bhinneka Tunggal Ika


1. Nasionalisme Indonesia yang menghargai kemerdekaan dan
kedaulan bangsa
2. Kebebasan yang bertanggung jawab
3. Wawasan Nusantara
4. Persatuan dalam pembangunan bangsa
Dalam sejarah perkembangan nasionalisme di Indonesia terdapat
faktor-faktor penting bagi pembentukan nasionalisme Indonesia. Faktor-
faktor itu adalah :
1. Persamaan atas keturunan sebagai bangsa Indonesia
2. Persamaan pada kebudayaan terutama cara hidup sebagai suku
bangsa petani, pelaut dengan segala adat istiadat dan lembaga
sosialnya

3. Persamaan tempat tinggal atau tumpah darah seluruh bangsa


IndonesiaPersamaan nasib baik pada masa penjajahan maupun
masa kejayaan dan masa reformasi.

4. Persamaan cita-cita hidup sebagai mana yang diamanatkan


dalam pembukaan UUD 45

5. Menerapkan semangat kebangsaan


Nasionalisme dan patriotisme telah dibuktikan keberhasilannya
ketika bangsa Indonesia merebit kemerdekaannya dari tangan penjajah.
Nilai-nilai semangat nasionalisme dan patriotisme yang harus
dilestarikan dan diwariskan kepada generasi penerus bangsa, agar
mampu mempertahankan kemerdekaan serta mengisi kemerdekaan
45

sehingga mampu menyejajarkan diri dengan bagnsa-bangsa lain di


dunia adalah :
1. Sifat dan jiwa nasionalisme dan patriotisme :
a. Pro Patria dan Primus Patria
b. Jiwa solidaritas / kesetiakawanan
c. Jiwa toleransi / tenggang rasa
d. Jiwa tanpa pamrih dan tanggung jawab
e. Jiwa kasatria, kebebasan jiwa tanpa balas dendam
2. Semangat nasionalisme dan patriotisme, seperti :
a. Semangat menentang dominasi asing
b. Semangat pengorbanan
c. Semangat tahan derita dan tahan uji
d. Semangat kepahlawanan
e. Semangat persatuan dan kesatuanPercaya pada diri sendiri
Jiwa dan semangat nasionalisme serta patriotisme dapat diterapkan
atau dilaksanakan dalam kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat dan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disintesiskan (1)


Mendeskripsikan hakikat bangsa dan unsur-unsur terbentuknya negara (2)
Mendeskripsikan hakikat negara dan bentuk-bentuk kenegaraan (3)
Menjelaskan pengertian, fungsi dan pengertian NKRI (4) Menunjukan
semangat kebangsaan nasionalisme, dan patriotisme dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan negara.

B. Penelitian Relevan
1. Rizal Abdurrozak, Asep kurnia Jayadinata, Isrok’atun (2019) yang
berjudul “Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa” penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui model pembelajaran problem based learning terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa.29 Persamaan dengan penelitian yang
peneliti lakukan yaitu model pembelajaran yang diterapkan dan
kemampuan berpikir yang diterapkan dengan analisis yang digunakan
yaitu analisis ANOVA satu jalan. Perbedaannya adalah tempat dan materi
46

yang diterapkan. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas yang


dilaksanakan dalam dua siklus, dengan bentuk guru sebagai
peneliti.Subyek penelitian yang akan dijadikan penelitian adalah siswa
kelas XI Semester ganjil SMK N 2 Singaraja tahun pelajaran 2018/2019
yang berjumlah 35 orang. Data dianalisis menggunakan analisis statistik
deskriptif. Hasil analisis data hasil belajar siswa dalam pelajaran
perawatan wajah, badan (body massage) dan waxing dengan skor rata-rata
hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I 78,65% dan menjadi
81,35% pada siklus ke II dan siklus ketuntasan belajar pada siklus I dan II
masing-masing 83,65% dan 90,30%..Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan, simpulan penelitian ini adalah penerapan model
pembelajaran problem based learning dengan seting belajar kelompok
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran
2. Maria Anita Titu (2020), yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Project Based Learning (PjBL) untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa
Pada Materi Konsep Masalah ekonomi”.30 Penerapan pembelajaran project
based learning sangat mendukung kreativitas siswa di mana Kreativitas
adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan
menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas meliputi baik ciri-
ciri aptitude seperti kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), dan
keaslian (originality) dalam pemikiran, maupun ciri- ciri non aptitude,
seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan selalu ingin
mencari pengalaman-pengalaman baru. Persamaan dengan penelitian yang
dilakukan adalah model pembelajaran dan kemampuan yang akan di ukur.
Perbedaannya pada materi, tempat dan metode penelitian.
3. Rinta Doski Yance, Ermaniati Ramli dan Fatmi Mufit yang berjudul
“Pengaruh Penerapa Model Project Based Learning (PjBL) Terhadap
Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Batipuh
Kabupaten Tanah Datar”.31 Hasil penelitian diperoleh perbedaan hasil
belajar fisika siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada
ranah afektif, kognitif, dan psikomotor secara signifikan pada taraf nyata
0,05. Hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan Project Based
47

Learning (PjBL) lebih tinggi di bandingkan hasil belajar kelas kontrol


yang tidak menggunakan PjBL. Perbedaan ini diyakini disebabkan oleh
pengaruh penerapan PjBL terhadap hasil belajar siswa. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa PjBL mempunyai pengaruh yang berarti
terhadap hasil belajar fisika siswa pada ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah
menerapkan model pembelajaran yang sama yaitu PjBL dan analisis yang
digunakan yaitu ANOVA sedangkan perbedaannya adalah mata pelajaran
yang diterapkan dan kemampuan yang diukur yaitu kemampuan berpikir
kreatif

C. Kerangka Berpikir
Banyak hal yang dapat mempengaruhi hasil belajar PKn siswa, tapi
pada kesempatan penelitian ini penulis memilih metode pembelajaran dan
motivasi belajar sebagai dua faktor utama yang dijadikan fokus masalah yang
akan diteliti. Metode pembelajaran sebagai independent variable pertama (X1),
motivasi belajar sebagai independent variable kedua (X2) dan hasil belajar
sebagai dependent variable (Y). Berdasarkan landasan teori di atas maka dapat
dibangun kerangka berfikir terhadap ketiga variabel diatas sebagai berikut :
1. Perbedaan Penerapan Metode Pembelajaran Project Based
Learning dan Problem Based Learning Terhadap Motivasi Belajar
dan Hasil Belajar PKn Siswa

Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan benar dalam


suatu proses belajar mengajar sangat mempengaruhi hasil belajar yang
akan diperoleh siswa. Dengan menerapkan metode ceramah dan
pengamatan dalam pelajaran Pkn, diharapkan dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Karena dengan metode ini memungkinkan siswa
mengalami secara langsung dan menemukan sendiri pengertian dan
pemahaman tentang materi yang sedang dipelajarinya, guru hanya
sebagai mediator dan fasilitator.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk
48

membantu siswa mengembangkan kreativitas siswa dalam


menyelesaikan kerja projek adalah Project Based Learning (PjBL)/
Pembelajaran Berbasis Proyek. Penerapan Model PjBL artinya siswa
melaksanakan proyek secara bersama-sama dalam kelompok dan pada
akhirnya menghasilkan penyelesaian dari tugas proyek yang dapat
dipresentasikan. Hasil akhir dalam pembelajaran berbasis proyek adalah
berupa penyelesaian masalah dari kerja kelompok siswa.
Model PBL adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
dimana menggunakan masalah sebagai titik tumpu agar siswa mampu
mengembangkan keterampilan berpikir dan pemrcahan masalah, dan
menjadi pembelajar yang mandiri. Kelebihan dari model pembelajaran
PBL adalah pemecahan masalah dalam PBL ini cukup bagus untuk
memahami isi pelajaran dan merangsang siswa untuk belajar secara
kontinu serta memungkinkan aplikasi dalam dunia nyata bila PjBL dan
PBL diterapkan maka motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa akan
meningkat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode
belajar yang tepat dan benar yang dibarengi dengan peningkatan
motivasi siswa yang tinggi akan meningkatkan hasil belajar PKn siswa.
2. Perbedaan Penerapan Metode Pembelajaran Project Based
Learning dan Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar
Pada Materi Hakikat Bangsa dan Negara
Metode belajar adalah suatu teknik penyampaian bahan ajar
kepada anak didik dengan tujuan agar bisa manerima pelajaran dengan
mudah dan efektif, oleh karena itu terdapat berbagai cara yang dapat
ditempuh oleh seorang guru untuk menguasai dalam memilih cara atau
metode ketika akan menyampaikan pelajaran pada siswa.
Proses pembelajaran merupakan bagian dari kegiatan guru
disekolah. Proses tersebut berguna untuk menyampaikan informasi,
pengetahuan dan pengalaman kepada siswa. Siswa dituntut untuk
mengkonstruksi dan menemukan sendiri pengetahuan yang mereka
butuhkan melalui keterlibatan langsung siswa dalam pembelajaran
49

Belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, berhasil atau


tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran adalah hasil belajar yang baik
sangat tergantung pada kegiatan belajar. Keberhasilan proses
pembelajaran dapat dilihat dari ketuntasan siswa terhadap materi yang
disampaikan yang ditunjukkan dengan hasil belajar siswa. Menyampaian
suatu konsep tidak terlepas bagaimana cara guru menyampaikan materi
menggunakan model pembelajaran. Pemilihan model yang tepat akan
memberikan kesan pada siswa dalam menguasai konsep sehingga siswa
dapat dengan mudah menyelesaikan soal terkait penggunaan konsep
tersebut sehingga dapat berpikir kreatif untuk mendapat hasil belajar
yang diinginkan.
Upaya mewujudkan hasil belajar hendaknya guru memilih
model pembelajaran yang mampu menuntut siswa untuk dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam belajar, dan mampu
memilih model pembelajaran yang memungkinkan siswa berpikir.
Pembelajaran berbasis proyek atau Pembelajaran Project Based Learning
(PjBL) merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia
nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik. Dengan
Pembelajaran berbasis proyek atau Pembelajaran Project Based Learning
(PjBL) maka siswa mendapatkan sebuah pembelajaran dari
pengalamannya sendiri dan akan lebih bermakna bagi siswa. model
pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang amat besar untuk
membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermanfaat bagi
peserta didik.
Manfaat problem based learning yaitu untuk membantu siswa
mengembangkan keterampilan berfikir, keterampilan menyelesaikan
masalah, dan keterampilan intelektualnya, mempelajari berbagai situasi
nyata dan menjadi pelajar yang mandiri. Penerapan model problem based
learning pada pembelajaran matematika memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memahami konsep dari suatu permasalahan yang diberikan
sehingga dengan sendirinya siswa memahami konsep dengan baik, dan
terbiasa dengan menyelesaikan permasalahan soal yang diberikan
50

Sementara Hasil belajar PKn adalah salah satu tujuan yang ingin
dicapai dalam satu kegiatan belajar mengajar. Untuk mencapai hal
tersebut maka digunakan suatu cara atau metode dalam hal ini metode
yang dipakai adalah metode PjBL dan PBL.
3. Perbedaan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Pada Materi
Hakikat Bangsa dan Negara
Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi mempunyai harapan
untuk berprestasi atau berhasil serta memiliki sikap positif terhadap
pencapaian suatu tujuan dan tidak terlalu memikirkan kemungkinan-
kemungkinan untuk gagal. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
akan mengikuti kegiatan belajar dengan penuh keyakinan untuk berhasil,
karena motivasi belajar akan mendukung faktor-faktor lain dalam
pencapaian tugas-tugas belajarnya.
Motivasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dilepaskan dari
diri manusia, karena pada hakekatnya kehidupan adalah kebutuhan dan
harapan. Motivasi yang ada manusia dapat bersumber dari diri manusia
itu sendiri (intrinsik) atau juga dari luar (ekstrinsik). Pada umumnya
motivasi intrinsik lebih kuat dan lebih baik daripada motivasi ekstrinsik.
Oleh karena itu motivasi intrinsik sebaiknya ditimbulkan dan diaktifkan
dalam diri setiap individu. Motivasi instrinsik mendorong siswa untuk
beraktivitas karena adanya kesenangan, harapan, dan timbulnya perasaan
sempurna, sedangkan motivasi ekstrinsik mendorong siswa beraktivitas
untuk mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman.
Betapapun baiknya potensi belajar siswa dan lengkapnya sarana
dan prasarana belajar termasuk pada pelajaran PKn, jika tidak disertai
dengan motivasi belajar yang tinggi, maka proses belajar mengajar tidak
akan berjalan optimal. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa motivasi
belajar yang tinggi sangat diperlukan dan dimiliki oleh siswa, sehingga
proses belajar mengajar akan berjalan optimal, dan berhasil sesuai yang
diharapkan.

D. Hipotesis Penelitian
51

Berdasarkan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis yang akan diuji


pada penelitian ini adalah :
1. Terdapat perbedaan penerapan metode pembelajaran Problem Based
Learning dan Project Based Learning Terhadap motivasi belajar dan
hasil belajar pada materi hakikat bangsa dan negara.
2. Terdapat perbedaan penerapan metode pembelajaran Problem Based
Learning dan Project Based Learning terhadap hasil belajar pada materi
hakikat bangsa dan negara.
3. Terdapat perbedaan penerapan motivasi belajar terhadap hasil belajar
pada materi hakikat bangsa dan negara.

Anda mungkin juga menyukai