Anda di halaman 1dari 18

Pancasila Antara Identitas Dan modernitas

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas makalah Pendidikan Pancasila

Yang diampu oleh bpk, Mahsun ismail,S.H M.H

Disusun oleh :

Kelompok :

1. Abd.Rohman (2022520012)

PROGRAM STUDI INFORMATIKA FAKULTAS


TEKNIK

UNIVERSITAS MADURA
KATA PENGANTAR

Puji dan puji syukur selalu kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana yang berjudul “PANCASILA
ANTAR IDENTITAS MODERNITAS.

Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila
di Universitas Madura. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Harapan kami dalam membuat makalah ini semoga dapat memberikan manfaat bagi semua
yang membacanya.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.
Pamekasan, 12 Desember 2022

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..……………………….…….…...............................................................…………....1

Daftar Isi…………...………..……….……………………..................................................................2

Pendahuluan............................................................................................................................................3

a. Latar Belakang…...……………………….….……..........................................................3

b. Rumusan Masalah.……….…..…………..…………........................................................4

Pembahasan.............................................................................................................................................4

a. Pengertian identitas nasional……………………….…............................................................4

b. Proses terbentuknya identitas bangsa Indonesia…….…..................................................…..8

c. Pengertian dari Pancasila………………………………….…………...................................10

d. Pengertian Modernitas……………………………………………….....................................12

e. Sejarah Munculnya Modernitas..............................................................................................13

f. Dampak Positif Dan Negatif Modernitas..............................................................................14

Penutup..................................................................................................................................................16

Kesimpulan...………………………………………...………………..................................................16

Daftar Pustaka……………………….……………………………......................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia sebelum disahkan pada tanggal 18
Agustus 1945 oleh PPKI, nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu
kala sebelum Indonesia mendirikan suatu Negara. nilai-nilai itu berupa adat istiadat,
kebudayaan serta nilai-nilai religius. Nilai-nilai tersebut telah ada dan melekat serta teramalkan
dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup dan nilai-nilai luhur yang dicita-citakan.
Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para bapak-bapak
pendiri bangsa ini untuk selanjutnya dijadikan dasar filsafat Indonesia.

Ditinjau secara etimologi, kata pancasila berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu panca
‘lima’; sila ‘ajaran, dasar’. Istilah pancasila pertama kali diperkenalkan oleh agama Budha
pada jaman Majapahit. Kerajaan Majapahit mengalami masa kejayaan pada kurun waktu 39
tahun saat pemerintahan kerajaan dipegang oleh Hayam Wuruk pada tahun 1350- 1389. Pada
masa pemerintahan Hayam Wuruk, bidang sastra mengalami kemajuan. Karya sastra yang
paling terkenal paa zaman Majapahit adalah Kitab Negarakertagama. Kitab ini ditulis oleh
Empu Prapanca pada tahun 1365 M. Di samping menunjukkan kemajuan di bidang sastra,
Negarakertagama juga merupakan sumber sejarah Majapahit. Kitab lain yang penting adalah
Sutasoma. Kitab ini disusun oleh Empu Tantular. Kitab Sutasoma memuat kata-kata yang
sekarang menjadi semboyan negara Indonesia, yakni Bhineka Tunggal Ika. Selain itu, Empu
Tantular juga menulis Kitab Arjunawiwaha1.

Pancasila dibentuk pada sidang BPUPKI I dari 28 Mei-1 Juni 1945. BPUPKI
atau kepribadian bangsa Indonesia serta menjadi tuntunan dalam berpikir,
berkata, dan bersikap di dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Perilaku yang
sudah menjadi kebiasaan akan membentuk budaya, dengan demikian Pancasila dapat
dikatakan menjadi sumber budaya dalam beretika dan bermoral. Pancasila sebagai Dasar
Negara2

1
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sejarah Indonesia. (Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2014)., h. 138-139
2
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/semnasfh/article/view/4819/3748
Berdasarkan kenyataan tersebut, Pancasila selain merupakan dasar Negara republik
Indonesia, merupakan suatu ideologi, pandangan hidup, jiwa dan kepribadian bangsa yang
mencerminkan identitas nasional bangsa Indonesia. Identitas nasional sendiri merupakan suatu
ciri dari sebuah bangsa yang membedakannya dengan bangsa lain.Dengan kata lain setiap
bangsa memiliki keunikan dan ciri khas yang menentukan identitas bangsa tersebut.
Berdasarkan pengertian yang telah disebukan, identitas suatu bangsa tidak dapat dipisahkan
dengan jati diri dan kepribadian masyarakat suatu bangsa.

Penyusunan makalah dengan tema ini diharapkan dapat membantu memperluas wawasan kita
mengenali identitas nasional bangsa Indonesia, sehingga dapat diterapkan dalam-kehidupan
sehari-hari.

a. Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan penulisan makalah ini adalah:

a. Apa pengertian dari identitas nasional

b. Bagaimana proses terbentuknya identitas bangsa Indonesia

c. Apa pengertian dari Pancasila

d. Pengertian Modernitas

e. Sejarah Munculnya Modernitas

f. Dampak Positif Dan Negatif Modernitas

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL

Identitas Nasional secara etimologis berasal dari kata identitas dan nasional. Kata
identitas berasal dari bahasa Inggris identityyang memiliki pengertian harfiah; ciri, tanda atau
jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau sesuatu sehingga membedakan dengan
yang lain. Kata nasional merujuk pada konsep kebangsaan.Jadi,identitas nasional
adalahciri,tanda atau jati diri yang melekat pada suatu negara sehingga membedakan dengan
negara lain. Identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu
bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain 3.

Dalam kondisi seperti ini negara nasional akan dikuasai oleh negara transnasional,
yang lazimnya didasari oleh negara-negara dengan prinsip kapitalisme (Rosenau).
Konsekuensinya negara-negara kebangsaan lambat laun akan semakin terdesak. Namun
demikian dalam menghadapi proses perubahan tersebut sangat ter-gantung kepada kemampuan
bangsa itu sendiri. Menurut Toyenbee, ciri khas suatu bangsa yang merupakan local genius
dalam menghadapi pengaruh budaya asing akan menghadapi challance dan response. Jika
challance cukup besar sementara respons kecil maka, bangsatersebut akan punah dan hal ini
sebagaimana terjadi pada bangsa Aborigin di Australia dan bangsa Indian di Amerika. Namun
demikian jika challance kecil sementara response besar maka bangsa tersebut tidak akan
berkembang menjadi bangsa yang kreatif. Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia tetap eksis
dalam menghadapi globalisasi maka harus tetap meletakan jati diri dan identitas nasional yang
merupakan keperibadian bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreativitas budaya
globalisasi. Sebagaimana terjadii berbagai negara di dunia, justru dalam era globalisasi dengan
penuh tantangan yang cenderung menghancurkan nasionalisme, muncullah kebangkitan kembali
kesadaran nasional.

Istilah "identitas nasional" secara terminologis adalah suatu ciri yang di miliki oleh
suatu bangsa yang secara filosofis yang pemembedakan bangsa tersebut dangan bangsa lain.
Berdasarkan ngertian ini, setiap bangsa di dunia ini akan memiliki indentitas sendiri-sendiri
sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Demikian pula hal
ini juga sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis.
Berdasarkan hakikat pengertian "identitas nasional" di atas, maka identitas nasional suatu
bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih populer disebut sebagai
kepribadian suatu bangsa.

Pengertian kepribadian sebagai suatu identitas sebenarnya pertama kali muncul dari
para pakar psikologi. Manusia sebagi individu sulit dipahami manakala ia terlepas dari
manusia lainnya. Oleh karena.itu, manusia dalam melakukan interaksi dengan individu lainnya
senantiasa memiliki suatu sifat kebiasaan, tingkah laku serta karakter yang khas yang
membedakan manusia tersebut dengan manusia lainnya. Namun demikian pada umumnya
pengertian atau istilah kepribadian sebagai suatu identitas adalah keseluruhan atau totalitas dari
faktor-faktor biologis, psikologis, sosiologis yang mendasari tingkah laku individu. Tingkah
laku tersebut terdiri atas kebiasaan,sikap, sifat-sifat serta karekter yang berada pada seseorang
sehingga seseorang tersebut berbeda dengan orang yang lainnya. Oleh karena itu kepribadian
adalah tercermin pada keseluruhan tingkah laku seseorang dalam hubungan dengan manusia
lain (Ismaun, 1981:6).

Jika kepribadian sebagai suatu identitas dari suatu bangsa, maka persoalannya adalah
bagaimana pengertian suatu bangsa itu. Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar
manusia yang mempunyai persamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai
persamaan watak atau karakter yang kuat untuk bersatudan hidup bersama serta mendiami
suatu wilayah tertentu sebagai suatu "kesatuan nasional". Para tokoh besar ilmu pengetahuan
yang mengkaji tentang hakikat kepribadian bangsa tersebut adalah.dari beberapa disiplin ilmu,
antara lain antropologi, psikologi dan sosiologi. Tokoh-tokoh tersebut antara lain Margareth
Mead, Ruth Benedict, Ralph Linton, Abraham Kardiner, David Riesman. Menurut Mead dalam
3
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/12599/1/73897666bed07ff50b5b2bf1ed73e60a.pdf
"Anthroplogy to Day" (1954) misalnya, bahwa studi tentang "National Character" mencoba
untuk menyusun suatu kerangka pikiran yang merupakan suatu konstruksi tentang bagaimana
sifat-sifat yang dibawa oleh kelahiran dan unsur-unsur ideotyncrotie pada tiap-tiap manusia
dan patroon umum serta patroon individu dari proses pendewasaannya diintegrasikan dalam
tradisi sosial yang didukung oleh bangsa itu sedemikian rupa sehingga nampak sifat-sifat
kebudayaan yang sama, yang menonjol yang menjadi ciri khas suatu bangsa tersebut (Kroeber,
1954; Ismaun,1981:7).

Demikian pula tokoh antropologi Ralph Linton bersama dengan pakar Psikologi
Abraham Kardiner, mengadakan suatu proyek penelitian tentang watak umum suatu bangsa
dan sebagai objek penelitiannya adalah bangsa Maequesesas dan Tanala, yang kemudian hasil
penelitiannya ditulis dalam suatu buku yang bertitel "The Individual and His Society" (1938).
Dari hasil penelitian tersebut dirumuskan bahwa sebuah konsepsi tentang basic personality
structure. Dengan konsep itu dimaksudkan bahwa semua unsur watak sama dimiliki oleh
sebagian besar warga suatu masyarakat. Unsur watak yang sama ini disebabkan oleh
pengalaman-pengalaman yang sama yang telah dialami oleh warga masyarakat tersebut, karena
mereka hidup di bawah pengaruh suatu lingkungan kebudayaan selama masa tumbuh dan
berkembangnya bangsa tersebut.

Linton juga mengemukan pengertian tentang status personality, yaitu watak individu
yang ditentukan oleh statusnya yangdidapatkan dari kelahiran maupun dari segala daya
upayanya. Status personality seseorang mengalami perubahan dalam suatu saat,jika seseorang
tersebut bertindak dalam kedudukannya yang berbedabeda, misalnya sebagai ayah, sebagai
pegawai, sebagai anak laki-laki,sebagai pedagang dan lain sebagainya. Berdasarkan pengertian
tersebut maka dalam hal basic personality structure dari suatu masyarakat, seorang peneliti
harus memperhatikan unsur-unsur status personaliy yang kemungkinan mempengaruhinya
(Ismaun, 1981: 8).

Berdasarkan uraian di atas pengertian kepribadian sebagai identitas nasioanal suatu


bangsa, adalah keseluruhan atau totalitas dari kepribadian individu-individu sebagai unsur yang
membentuk bangsa tersebut. Pengertian identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan
dengan pengertian "People Character", "National Character" atau "National Identity". Dalam
hubungannya dengan identitas nasional Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia kiranya sangat
sulit jika hanya dideskripsikan berdasarkan ciri khas fisik. Hal ini mengingat bangsa Indonesia
terdiri atas berbagai macam unsuretnis, ras, suku, kebudayaan, agama, serta karakter yang
sejak asalnya memang memiliki suatu perbedaan. Kepribadian bangsa Indonesia sebagai suatu
identitas nasional secara historis berkembang dan menemukan jati dirinya setelah Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Namun demikian, identitas nasional
suatu bangsa tidak cukup hanya dipahami secara statis mengingat bangsa merupakan kumpulan
dari manusia-manusia yang senantiasa berinteraksi dengan bangsa lain di dunia dengan segala
hasil budayanya. Identitas nasional suatu bangsa termasuk identitas nasional Indonesia juga
harus dipahami dalam konteks dinamis. Menurut Robert de Ventos sebagaimana dikutip oleh
Manuel Castelis dalam bukunya, The Power of Identity (dalam Suryo, 2002), mengemukakan
bahwa selain faktor etnisitas, teritorial, bahasa, agama serta budaya, juga faktor dinamika
suatu bangsa tersebut dalam proses pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh
karena itu, identitas nasional bangsa Indonesia juga harus dipahami dalam arti dinamis, yaitu
bagaimana bangsa itu melakukan akselerasi dalam pembangunan, termasuk proses interaksinya
secara global dengan bangsa-bangsa lain di dunia internasional.
Sebagaimana kita ketahui di dunia internasional bahwa bangsa-bangsa besar yang telah
mengembangkan identitasnya secara dinamis membawa nama bangsa tersebut baik dalam
khasanah dunia ilmu pengetahuan maupun pergaulan antar bangsa di dunia. Kebesaran bangsa
Inggris tidak terlepas dari jerih payah serta kreativitas bangsa tersebut dalam melakukan
akselarasi pembangunannya. Dalam sejarah dunia kita ketahui bahwa banyak anak-anakbangsa
Inggris menemukan ilmu pengetahuan, yang kemudian dikembangkan melalui teknologi. Atas
karya besar tersebut bangsa Inggris mengalami suatu revolusi kehidupan yaitu "Revolusi
Industri". Dengan revolusi industri tersebut bangsa Inggris menjelajahi benua lain, sehingga
diberbagai benua bangsa Inggris menamakan karya besarnya yang dikembangkan karena
kreativitas dari bangsa tersebut. Hal ini dengan sendirinya tanpa mengesampingkan aspek
negatifnya, yaitu bangsa Inggris melakukan penjajahan di berbagai benua di dunia. Atas
kebesaran penemuan bangsa Inggris tersebut maka bangsa diseluruh dunia berniat untuk
menimba ilmu pengetahuan dan teknologinya, sehingga tidak mengherankan jika bahasa Inggris
merupakan salah satu identitas nasional bangsa Inggris dipelajari oleh bangsa di seluruh dunia.

Bagi bangsa Indonesia dimensi dinamis identitas nasional Indonesia belum


menunjukkan perkembangan ke arah sifat kreatifserta dinamis. Setelah bangsa Indonesia
mengalami kemerdekaan 17 Agustus 1945, berbagai perkembangan ke arah kehidupan
kebangsaan dan kenegaraan mengalami kemerosotan dari segi identitas nasional. Pada masa
mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dihadapkan pada kemelut kenegaraan sehingga
tidak membawa kemajuan bangsa dan negara.

Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 bangsa Indonesia kembali ke UUD 1945. Pada
saat itu dikenal periode Orde Lama dengan penekanan kepada kepemimpinan yang sifatnya
sentralistik. Pada periode tersebut partai komunis semakin berkembang dengan subur,bahkan
tatkala mencapai kejayaannya berupaya untuk menumbangkan pemerintahan Indonesia, yang
ditandai dengan timbulnya gerakan G 30 S. PKI. Rakyat Indonesia semakin tidak
menentu.Identitas dinamis bangsa Indonesia saat itu ditandai dengan perang saudara yang
memakan banyak korban rakyat kecil. Maka muncullah gerakan aksi dari para pemuda,
pelajar, dan mahasiswa untuk menyelamatkan bangsa dari bahaya negara atheistik.
Kejatuhannya kekuasaan Orde Lama diganti dengan kekuasaan Orde Baru dengan munculnya
pemimpin kuat, yaitu Jenderal Soeharto. Pada periode Orde Baru Soeharto banyak
mengembangkan program Pembangunan Nasional yang sangat populer dengan program
Repelita. Memang sudah banyak yang dilakukan Soeharto melalui pembangunan yang
dinikmati rakyat, namun dalam kenyataannya pemerintah saat itu banyak melakukan utang ke
dana moneter internasional, sehingga rakyat kembali dihadapkan pada beban yang sangat berat,
yaitu menanggung utang negara. kurang lebih tiga puluh dua tahun Soeharto berkuasa seakan-
akan bangsa Indonesia menunjukkan kepada masyarakat dunia internasional bahwa bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang demokratis. Namun dalam kenyataannya hanya semu belaka,
pemerintah melakukan Pemilu memilih wakil-wakil rakyat namun secara langsung atau tidak
langsung juga mengarah kepada model kepemimpinan yang sentralistik bahkan juga ditandai
dengan kekuasaan militer. Pada saat itu bangsa Indonesia berupaya secara dinamis akan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui Menristek,bahkan juga
dikembangkannya teknologi modern dengan mengembangkan perusahaan pesawat terbang
"Nurtanio" yang dipelopori oleh B.J. Habibie. Meskipun seakan-akan pemerintah saat itu
mengembangkan teknologi modern, namun dalam kenyataannya industri pesawat terbang
tersebut belum memberikan peningkatankesejahteraan rakyat. Yang paling memprihatinkan saat
itu adalah berkembangnya budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), yang mengakar pada
pejabat pemerintahan negara, sehingga konsekuensinya identitas nasional Indonesia saat itu
dikenal sebagai bangsa yang "korup". Selain itu penguasa Orde Baru saat itu menempatkan
filsafat negara Pancasila yang sekaligus juga sebagai identitas bangsa dan negara Indonesia,
sebagai alat legitimasi politis untuk mempertahankan kekuasaan. Oleh karena itu, akibatnya
saat ini sebagian rakyat bahkan banyak kalangan elit politik memiliki pemahaman
epistemologis yang sesat yaitu Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan kepribadian bangsa
Indonesia, seakan-akan identik dengan kekuasaan Orde Baru.

Pasca kekuasaan Orde Baru bangsa Indonesia melakukan suatu gerakan nasional yang
populer dewasa ini disebut sebagai gerakan"reformasi". Rakyat dengan ditokohi oleh kalangan
elit politik, para intelektual termasuk mahasiswa melakukan reformasi dengan tujuan
seharusnya adalah peningkatan kesejahteraan atas kehidupan rakyat. Dihadapkan pada era
reformasi dewasa ini kehidupan rakyat menjadi semakin bebas, demokratis, dan yang terlebih
penting lagi adalah meningkat kesejahteraannya baik lahir maupun batin. Sudah banyak
memang yang sudah dilakukan pemerintah negara Indonesia dalam melakukan reformasi, baik
dibidang politik, hukum, ekonomi, militer, pendidikan serta bidang-bidang lainnya. Satu hal
yang sangat memprihatinkan dewasa ini adalah seharusnya kita bersyukur kepada Tuhan yang
Maha Esa, kita dikaruniai kesempatan untuk melakukan suatu reformasi dalam kehidupan
kenegaraan dan kebangsaan, namun saat ini kita lupa akan tujuan hidup berbangsa dan
bernegara, arah kehidupan kita tidak jelas, ideologi dan filsafat bangsa dan negara hanya
sebagai simbol kosong belaka. Konsekuensinya dewasa ini ideologi kebangsaan dan kenegaraan
bangsa Indonesia adalah reformasi itu sendiri, sementara arah dan makna reformasi juga
dimaknai secara beragam. Unsur-unsur filosofi bangsa Indonesia yang menekankan
kebersamaan dalam hidup berbangsa dan dan bernegara di samping berbagai perbedaan dewasa
ini dianggap kosong belaka. Akibatnya dalam era reformasi dewasa ini muncullah berbagai
konflik perbedaan yang bahkan ditandai dengan konflik fisik di antara elemen-elemen
masyarakat sebagai pembentuk bangsa Indonesia.

Tampaknya makna kebebasan dalam era reformasi dewasa ini dimaknai lain oleh
sebagian besar masyarakat, bahkan kadangkala aparat penegak hukum serta peraturan
perundang-undangan dibuat tidak berdaya. Hubungannya dengan konteks identitas nasional
secara dinamis dewasa ini nampaknya bangsa Indonesia tidak merasa bangga dengan bangsa
dan negaranya di dunia internasional. Akibatnya dewasa ini semangat patriotisme, semangat
untuk mempersembahkan karya terbaik bagi bangsa dan negara di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi dewasa ini, bangsa Indonesia belum menunjukkan akselerasi yang berarti, pada
hal jika kita lihat sumber daya manusia Indonesia ini juga seharusnya dapat dibanggakan.
Sebagai contoh fakta konkret, anak-anak kita sering berprestasi internasional dalam Olimpiade
Ilmu Pengetahuan. Terlebih lagi dewasa ini muncul budaya "mudah menyalahkan orang lain"
tanpa diimbangi dengan ide serta solusi yang realistik.

Oleh karena itu, dalam hubungannya dengan identitas nasional secara dinamis, dewasa
ini bangsa Indonesia harus memiliki visi yang jelas dalam melakukan reformasi, melalui dasar
filosofi bangsa dan negara, yaitu Bhinneka Tunggal Ika, yang terkandung dalam filosofi
Pancasila. Masyarakat harus semakin terbuka, dan dinamis namun harus berkeadaban serta
kesadaran akan tujuan hidup bersama dalam berbangsa dan bernegara. Dengan kesadaran akan
kebersamaan dan persatuan tersebut maka insya Allah bangsa Indonesia akan mampu
mengukir identitas nasionalnya secara dinamis di dunia internasional 4.

4
Oetojo Oesman, PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI(jakarta: BP-7 pusat, 1991), hlm43.
B. PROSE TERBENTUKNYA IDENTITAS NASIONAL BANGSA INDONESIA

Ada beberapa unsur-unsur yang berperan dalam membentuk identitas


nasional Indonesia, yaitu:

1. Sejarah

Dibalik Indonesia sebagai negara yang mapan sepeti sekarang, terselip kejayaan masa
lalu ketika zaman kerajaan-kerajaan nusantara yang mempunyai sejarah yang gemilang yang
kini menjadi cambuk bagi masyarakat kekinian. Proses terbentuknya identitas bangsa Indonesia
telah dimulai jauh sebelum Indonesia merdeka yang berupa nilai-nilai istiadat, kebudayaaan
serta religius. Nilai-nilai tersebut kemudian hari diangkat dan dirumuskan secara formal
menjadi Pancasila yang merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia

2. Kebudayaan

Aspek ini diambil dilatarbelakangi oleh Indonesia yang mempunyai nilai-nilai luhur
ilmu. Pengetahuan yang berkembang pesat dari zaman ke zaman adalah salah satu bukti
bahwa kebudayaaan mempunyai peranaan penting dalam identitas sebuah bangsa khususnya
Indonesia. Menurut Mr. M Yamin bahwa berdirinya Negara kebangsaan Indonesia tidak dapat
dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek moyang bangsa
Indonesia. maka dari itu kebudayaan nenek moyang bangsa ini turut berperan dalam
membentuk identitas nasional Indonesia, karena didalamnya terdapat nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia.

3. Suku Bangsa

Indonesia yang kaya akan suku bangsa ini adalah tonggak persatuan dalam perbedaan
yang berasal dari kemajemukan yang diperjuangkan oleh para pendiri bangsa kita sampai
generasi kita dan masa depan. Dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, para pemimpin negeri
ini berusaha mempertahankan kemajemukan bangsa Indonesia yang merupakan salah satu ciri
khas bangsa ini.

4. Agama

Keragaman agama di Indonesia adalah berkah yang memberikan persatuan dalam


segala makna dalam payung pluralisme serta ditopang dengan UUD dan Pancasila yang
menjamin semua warga negara untuk beragama. Toleransi antar umat beragama di Indonesia
turut berperan dalam penciptaan identitas bangsa

5. Bahasa

Bahasa Indonesia yang menjadi bahasa pemersatu sebuah bangsa besar ini adalah
identitas yang nyata untuk mempersatukan Indonesia secara besar dalam keanekaragaman suku
bangsa serta budaya5.

Terdapat dua faktor penting dalam pembentukan identitas nasional yaitu faktor primodial dan
faktor kondisional. Faktor primodial atau factor objektif adalah faktor bawaan yang bersifat
alamiah yang melekat pada bangsa tersebut seperti geografi, ekologi dan demografi. Kondisi
geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang beriklim tropis

5
A. Ubaedilllah,Abdul rozak, PENDIDIKAN KEAWRGA NEGARAAN(jakarta: ICCE UIN, 2008), hlm19-20.
dan terletak di persimpangan jalan komunikasi antara wilayah dunia di Asia Tenggara, ikut
mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, sosial dan kultural bangsa
Indonesia.

Sedangkan faktor kondisional atau faktor subyektif adalah keadaan yang mempengaruhi
terbentuknya identitas nasional. Faktor subyektif meliputi faktor historis, sosial, politik, dan
kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Faktor historis ini mempengaruhi proses
pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia, beserta identitasnya, melalui interaksi
berbagai faktor yang terlibat di dalamnya6.

A. PENEGERTIAN DARI PANCASILA

Pancasila secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta dari India (bahasa kasta
Brahmana), kata “Pancasila” terdiri dari dua kata panca berarti lima dan syila (dengan vocal i
pendek) yang berarti batu sendi, alas atau dasar(Kaelan, 2004). Maka secara harfiah Pancasila
dapat diartikan sebagai dasar yang memiliki lima unsur.

Kelima sila dari Pancasila pada hakikatnya adalah suatu nilai. Nilai-nilai

yang merupakan perasan dari sila-sila Pancasila tersebut adalah

1) Nilai Ketuhanan;

2) Nilai Kemanusiaan;

3)Nilai Persatuan;

4) Nilai Kerakyatan;

5) Nilai Keadilan7.

ditinjau secara istilah Pancasilaadalah dasar negara yang disebut falsafah atau dasar
negara. Di dalam kitab Negarakertagama karya Empu Prapanca dijelaskan bahwa Pancasila
berisi ajaran sebagai berikut:

1) Dilarang membunuh

2) Dilarang mencuri

3) Dilarang berjina

4) Dilarang berdusta

5) Dilarang meminum minuman keras8

6
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/
20bb958d430cc7d21ef6c2b58d14da41.pd
7
Winarno, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN(jakarta: PT bumi aksara, 2008), hlm3.
8
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan Pancasila dan Keewarganegaran. (Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014)., h. 138-139
Pancasila sebagai dasar filsafat dan ideologi bangsa dan Negara Indonesia, bukan
terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang saja sebagaimana
yang terjadi pada ideologi panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. Ideologi pada suatu
bangsa hakikatnya memiliki ciri khas dan karakteristik masing-masing sesuai dengan sifat dan
ciri khas bangsa itu sendiri. Namun demikian dapat juga terjadi bahwa ideologi suatu bangsa
tersebut datang dari luar dan dipaksakan keberlakuannya pada bangsa tersebut sehingga tidak
mencerminkan karakteristik asli dari bangsa tersebut.

Secara kausalitas pancasila sebelum disahkan menjadi dasar Negara Indonesia, nilai-
nilainya telah tertanam dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa adat-istiadat,
kebudayaan, dan nilai-nilai religius. Kemudian para bapak pendiri bangsa Indonesia
mengangkat nilai-nilai tersebut dan dirumuskan secara musyawarah mufakat berdasarkan moral
yang luhur. Dimulai dari sidang-sidang BPUPKI, sidang Panitia Sembilan hingga akhirnya
disempurnakan kembali dan disahkan menjadi dasar negara dalam sidang PPKI pada tanggal
18 Agustus 1945. Oleh karena itu, ideologi pancasila telah ada pada kehidupan bangsa dan
terlekat pada kelangsungan hidup bangsa dalam rangka bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.

sejak awal kelahiranya tanggal 1Juni 1945, Pancasila dimaksudkan sebagai dasar
falsafah Negara Kesatuan RepublikIndonesia atau lebih dikenal sebagai Dasar
Negara(Philosofische Grondslag).Artipenting Pancasila merupakan salah satutolok
ukur dan pegangan hidup bagikehidupan bermasyarakat. Sebagai dasarnegara,
Pancasila tercantum dalam Alenia IV Penyusunan Undang-undang Dasar1945
yang merupakan landasan yuridiskonstitusional dan dapat disebut juga
sebagai ideologi negara (Budiyanto, 2004:151). Kehidupan masyarakat pascakemerdekaan
pada tahun 1945, Pancasilamemegang peranan penting di setiap gerak,arah dan cara
kita juga harus senantiasa dijiwai oleh Pancasila9

Isi sila-sila pancasila pada hakikatnya dapat dibedakan atas hakikat pancasila yang
umum dan universal sebagai pedoman pelaksanaan dan penyelenggaraan negara yaitu sebagai
dasar negara dan juga hakikat pancasila yang bersifat khusus dan kongkrit sebagai nilai-nilai
serta realisasi pengamalan pancasila. Nilai-nilai yang terkandung dari sila pertama sampai
kelima merupakan cita-cita,harapan dan dambaan bangsa Indonesia untuk diwujudkan dalam
kehidupan,agar terwujud Negara yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa selain sebagai dasar negara republik
Indonesia, pancasila mempunyai kedudukan sebagai ideologi bangsa yang mencerminkan
identitas bangsa Indonesia, karena pada dasarnya pancasila merupakan penjelmaan dari nilai-
nilai bangsa ini yang diangkat dan selanjutnya dijadikan dasar negara. Maka kedudukan
pancasila dapat dikembalikan kepada dua kedudukan dan fungsi pokok yaitu sebagai dasar
Negara dan sebagai ideologi dan pandangan hidup yang mencerminkan identitas bangsa.

Pancasila dalam kedudukannya sebagai dasar Negara Republik Indonesia merupakan


suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan negara. Konsekuensinya seluruh
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara terutama segala perundang-undangan termasuk proses
reformasi dalam segala bidang, dijabarkan dan diderivasikan dari nilai-nilai pancasila.

9
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jiip/article/view/1634/1082
Sedangkan pancasila dalam kedudukannya sebagai ideologi dan pandangan hidup
adalah nilai-nilai yang berupa adat-istiadat, kebudayaan dan nilai-nilai religius yang sejak
dahulu tertanam dalam diri masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara. Dengan kata
lain, unsur-unsur yang merupakan materi dari pancasila tidak lain berasal dari pandangan
hidup masyarakat Indonesia sendiri . unsur-unsur pancasila tersebut kemudian diangkat dan
dirumuskan oleh para pendiri bangsa, sehingga pancasila berkedudukan sebagai dasar Negara
dan pandangan hidup serta ideologi bangsa. Dengan demikian pancasila berakar dari ideologi
dan pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, dan bukannya mengangkat dan mengambil
ideologi bangsa lain.

Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dalam masyarakat Internasional, mamiliki
sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa lain di dunia. Tatkala
Indonesia berkembang dan berinteraksi dengan negara lain, prinsip-prinsip dasar filsafat
pancasila sebagai suatu asas dalam hidup bernegara harus diletakkan menjadi lokomotif yang
menentukan arah kebijakan pemerintah, sehingga tidak melenceng dari cita-cita dan pandangan
hidup bangsa ini. Pancasila harus menjadi benteng pertahanan bangsa untuk menyaring
globalisasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa ini dan berusaha merusak
identitas bangsa . Dengan kembali melakukan penekanan pengamalan pancasila yang kini
mulai agak lemah, identitas bangsa Indonesia akan lebih terlihat dan bangsa ini akan mampu
menghadapi segala sesuatu yang datang dari dalam maupun luar negeri.

B. MODERNITAS

Pengertian modernitas merupakan suatu proses perubahan yang menuju pada tipe sistem-
sistem sosial, ekonomi, dan politik yang telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara
pada abad ke-17 sampai 19. Sistem sosial yang baru ini kemudian menyebar ke negara-negara
Eropa lainnya serta juga ke negara-negara Amerika Selatan, Asia, dan Afrika.

Pancasila adalah dasar dari negara kesatuan republik Indonesia yang merupakan acuan
dalam kehidupan bermasyarakat di negara Indonesia. Pancasila telah terbukti sebagai ideologi
yang kuat hingga kini berada di masyarakat modern sehingga nilai-nilainya tetap terwujud
sebagai cerminan bangsa Indonesia di masyarakat modern. Masyarakat modern Indonesia yang
bijak tetaplah menjunjung tinggi pancasila dan mewujudkannya dalam sikap dan kehidupan
bermasyarakat sehari-hari. Ciri-ciri dan perkembangan yang hadir dijadikan alat untuk
mempererat kesatuan dan persatuaan bangsa Indoensia dan memperkuat pancasila sebagai dasar
negara10.

Berikut pengertian Modernitas Menurut para ahli:

a. Widjojo Niti sastro,

modernitas adalah suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang tradisional
atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola ekonomis dan
politis.

10
https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/view/2722
b. Soerjono Soekanto,

modernitas adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan
pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning. Dengan dasar pengertian di
atas maka secara garis besar istilah modern mencakup pengertian

sebagai berikut:

 Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya tarat
penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata.

 Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulanhidup


dalam masyarakat.

C. SEJARAH MUNCULNYA MODERNITAS

Teori Modernitas lahir sebagai tanggapan ilmuwan sosial Barat terhadap


Perang DuniaII. Teori ini muncul sebagai upaya Amerika untuk memenangkan perang ideologi
melawan sosialisme yang pada waktu itu sedang populer. Bersamaan dengan itu, lahirnya
negara-negara merdeka baru di Asia, Afrika, dan Amerika Latin bekas jajahan Eropa melatar
belakangi perkembangan teori ini. Negara adidaya melihat hal ini sebagai peluang untuk
membantu Negara Dunia Ketiga sebagai upaya stabilitas ekonomi dan politik.

Di awal perumusannya tahun 1950-an, aliran modernitas mencari bentuk teori dan
mewarisi pemikiran-pemikiran dari teori evolusi dan fungsionalisme. Teori evolusi dan
fungsionalisme pada waktu itu dianggap mampu menjelaskan proses peralihan masyarakat
tradisional menuju masyarakat modern di Eropa Barat, selain juga didukung oleh para pakar
yang terdidik dalam alam pemikiran struktural-fungsionalisme. Teori evolusi menggambarkan
perkembangan masyarakat sebagai gerakan searah seperti garis lurus. Kita dapat melihatnya
dalam karya-karya Spencer dan Comte. Teori fungsionalisme dari Talcott Parsons beranggapan
bahwa masyarakat tidak ubahnya seperti organ tubuh manusia yang memiliki berbagai bagian
yang saling bergantung.

Selain itu, teori modernitas pun didukung oleh tokoh-tokoh seperti Neil Smelser
dengan teori diferensiasi strukturalnya. Smelser beranggapan dengan proses modernisasi,
ketidakteraturan struktur masyarakat yang menjalankan berbagai fungsi sekaligus akan dibagi
dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi yang lebih khusus. Sedangkan Rostow yang
menyatakan bahwa ada lima tahapan pembangunan ekonomi. Ia merumuskannya ke dalam
teori tahapan pertumbuhan ekonomi, yaitu tahap masyarakat tradisional, prakondisi lepas
landas, lepas landas, bergerak ke kedewasaan, dan berakhir dengan tahap konsumsi massal
yang tinggi. Di samping itu, ada beberapa varian teori modernisasi lain seperti Coleman
dengan diferensiasi dan modernisasi politik-nya, Harrod-Domar yang menekankan penyediaan
modal untuk investasi pembangunan, McClelland dengan teori need for Achievement (n-Ach)-
nya, Weber dengan “Etika Protestan"-nya, Hoselitz yang membahas faktor-faktor nonekonomi
yang ditinggalkan Rostow yang disebut faktor "kondisi lingkungan", dan Inkeles yang
mengemukakan ciri-ciri manusia modern.

Satu hal yang menonjol dari teori ini adalah modernitas seolah-olah tidak
memberikancelah terhadap unsur luar yang dianggap modern sebagai sumber kegagalan, namun
lebihmenekankan sebagai akibat dari dalam masyarakat itu sendiri. Alhasil faktor eksternal
menjadi terabaikan. Teori modernitas memberikan solusi, bahwa untuk membantu Dunia
Ketiga termasuk kemiskinan, tidak saja diperlukan bantuan modal dari negara-negara
maju,tetapi negara itu disarankan untuk meninggalkan dan mengganti nilai-nilai tradisional dan
kemudian melembagakan demokrasi politik.

Karena berpatokan dengan perkembangan di Barat, modernisasi diidentikkan dengan


westernisasi. Teori ini pun kurang mampu menjawab kegagalan penerapannya di Amerika
Latin, tidak memperhatikan kondisi obyektif masyarakat, sejarah dan tradisi lama yang masih
berkembang di Negara Dunia Ketiga. Untuk menjawabnya, muncullah teori modernisasi baru.
Bila dalam teori modernisasi klasik, tradisi dianggap sebagai penghalang pembangunan, dalam
teori modernisasi baru, tradisi dipandang sebagai faktor positif pembangunan. Namun, tetap
saja baik teori modernisasi klasik, maupun baru, melihat permasalahan pembangunanlebih
banyak dari sudut kepentingan Amerika Serikat dan Negara maju lainnya.

D. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF MODERNITAS

1. Dampak Positif

Dampak positif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut:

a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap

Adanya modernisasi dalam zaman sekarang ini bisa dilihat dari cara berpikir
masyarakat

yang irasional menjadi rasional.

b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih


mudah

dalam beraktivitas.

Serta mendorong untuk berpikir lebih maju, perkembangan ilmu pengetahuan


danteknologi

pula yang membentuk masa modernisasi yang terus kian berkembangdan maju di
waktu

sekarang ini.

c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik

Dibukanya industri atau industrialisasi berdasarkan teknologi yang sudah maju

menjadikan nilai dalam memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi


yang

canggih, dan juga merupakan salah satu usaha mengurangi pengangguran

danmeningkatkan taraf hidup masyarakat, hal ini juga dipengaruhi tingkat ilmu
pengetahuan dan teknologi yang membantu perkembangan modernisasi.

2. Dampak Negatif

Dampak negatif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut:

a. Pola Hidup Konsumtif

Perkembangan teknologi industri yang sudah modern dan semakin pesat membuat

penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat

mudah tertarik untuk menkonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada,
sesuai

dengan kebutuhan masing-masing.

b. Sikap Individualistik

Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa

tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Padahal manusia


diciptakan

sebagai makhluk sosial.


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Identitas Nasional adalah ciri atau jati diri suatu bangsa yang membedakan suatu
bangsa dengan bangsa lainnya. Suatu bangsa berdiri kerena pada kodratnya manusia adalah
makhluk individual sekaligus makhluk sosial yang membutuhkan bantuan dan pertolonan dari
orang lain sehingga mendorong terbentuknya suatu masyarakat. Proses terbentuknya identitas
nasional di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari sejarah, kebudayaan, kesukuan, agama dan
bahasa yang berkembang di Indonesia.
DAFTAR PUSAKA

1. Kebudayaan, dan kementrian pendidikan, Sejarah Indonesia, Jakarta: Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan, 2014

2. https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/semnasfh/article/view/4819/3748

3. http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/12599/1/73897666bed07ff50b5b2bf1ed73e60a.pdf

4. Oesman, Oetojo. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI, jakarta: BP-7 pusat, 1991

5. rozak,Abdul, Ubaedilllah, A. PENDIDIKAN KEAWRGA NEGARAAN, jakarta: ICCE


UIN, 2008

6. https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/
20bb958d430cc7d21ef6c2b58d14da41.pdf

7. Winarno, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN, jakarta: PT bumi aksara, 2008

8. Kebudayaan, dan kementrian pendidikan, Sejarah Indonesia, Jakarta: Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan, 2014

9. https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jiip/article/view/1634/1082

10. https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/view/2722

Anda mungkin juga menyukai