Kelompok 2 MK Retorika Dakwah
Kelompok 2 MK Retorika Dakwah
DOSEN PEMBIMBING:
DRS. SIROJUDDI ARUSY, MA
DISUSUN OLEH :
1. GUNTUR SAPUTRA (1120200005)
2. JAFAR ASSOODIK (1120200015)
3. MUHAMMAD HAFIZ ADHA SIREGAR (1120200035)
4. MUHAMMAD RASYID PERMANA (1120200011)
i
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan ridho Allah SWT
Karena tanpa rahmat dan hidayahnya makalah ini tidak bisa terselesaikan dengan baik dan tepat
waktu. Alhamdulillah kami dapat melaksanakan kewajiban kami yaitu menuntut ‘ilmu. kami
bisa menyelesaikan laporan makalah “Ruang Lingkup Retorika Dakwah” dengan baik.
Laporan makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Retorika Dakwah
yang mana merupakan tugas Kelompok dari salah satu komponen yang harus di penuhi pada
perkuliahan semester VI di Universitas Islam As-Syafi’iyah Jakarta. Selanjutnya ungkapan
terima kasih kami ucapkan kepada orang tua yang sudah memberi kesempatan kami untuk
merasakan bangku kuliah dan membantu secara finansial serta selalu mendukung pendidikan
kami.
Banyak ungkapan terima kasih juga kami sampaikan Bapak Drs. Sirojuddin Arusy, MA
selaku dosen pengampu Mata Kuliah Retorika Dakwah yang membimbing dalam proses
pembelajaran selama ini dan memberikan banyak ilmunya kepada kami. Tentu, disini kami
juga mengucapkan terima kasih untuk diri sendiri yang sudah berkenan berjuang dan
meluangkan waktunya untuk menyelesaikan makalah ini
Manusia tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu bila mana dalam pembuatan
makalah ini ada kekeliruan itu bukan hal yang disengaja. Harapan kami, semoga para pembaca
makalah ini berkenan untuk mengkritik dan memberi saran agar kedepannya makalah ini bisa
lebih baik
ii
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................................1
C. Tujuan …………………………………………………………..………….....................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Persiapan Pidato (Dakwah)…….....................................................................................................2
B. Penyusunan Pidato……………………………………………….……………………………….8
C. Penyampaian Pidato…………………………………………………………………………..….11
D. Cara-Cara Pidato…………………………………………………………………………………15
E. Pidato-Pidato Khusus…………………………………………………………………………….19
F. Evaluasi Pidato…………………………………………………………………………..……….20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Seperti Apa Persiapan Pidato (dakwah) Secara Baik Dan Benar
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Penyusunan Materi Pidato Secara Baik Dan
Benar
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Penyampaian Pidato Secara Baik Dan Benar
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Cara Pidato Secara Baik Dan Benar
5. Untuk Mengetahui Apa Saja Contoh Pidato Pidato Khusus
6. Untuk Mengetahui Seperti Apa Cara Evaluasi Pidato
BAB II
PEMBAHASAN
1. Persiapan Mental
2
• Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Bryan mengakui bahwa pada
waktu pertama kali berpidato, di depan umum dirasakannya lututnya menjadi
lemas
• dan badannya gemetar. Mark Twin, ahli pidato jenaka juga menyatakan bahwa
pada waktu pertama kali berpidato, rasa- rasanya mulutnya tersumbat dan tidak
bisa mengatakan apa-apa serta pelipisnya berdenyut dengan kuatnya.
• Disraeli, orang yang terkenal di Inggris ini mengatakan pada waktu akan
berpidato untuk pertama kalinya di muka parlemennya lebih senang menggempur
musuh dengan kavaleri daripada berdiri di situ.
• Dan masih banyak lagi pengalaman dari ahli-ahli pidato yang lain dimana mereka
pada umumnya merasa malu sewaktu akan memulainya.
3
Perhatikan nasehat H.N Casson dalam hal ini: "Jangan menganggap
kegagalan sebagai hasil terakhir yang membuktikan bahwa anda tidak ada bakat
untuk itu. Ini harus anda camkan baik-baik. Anda harus yakin bahwa anda dapat
berbicara di muka umum lebih baik dari sekarang setelah anda mengetahui teori-
teorinya. Rubahlah pikiran-pikiran anda yang negatif itu. Kalau dulu anda merasa
tidak mampu dan tidak berbakat atau takut berpidato di muka umum baiklah
sekarang anda memiliki kemauan yang mantap untuk berpidato."
Mengapa orang sering dihinggapi perasaan nervous (cemas dan takut)
termasuk ketika berpidato? penyebanya oleh William J. Me Culloght" dibedakan
penyebab lahiriyah dan penyebab psikologis. Rasa nervous muncul bila salah satu
dari lima indera menghadapi tantangan atau bahaya. Pada saat demikian indera
itu langsung mengirim berita kepada pusat syaraf di otak kita. Lalu otak
memberitahukan juga kelenjar andrenalin yang segera mengeluarkan hormon
andrenalin yang pergi bersama darah ke hati kita. Hal ini membuat denyut jantung
kita bertambah cepat dan mempengaruhi anggota-anggota tubuh kita yang lain.
Akibat dari nervous itu, pikiran anda yang sebelumnya penuh dengan. isi
pidato secara terinci kata demi kata setelah ratusan pasang mata menyorot anda,
tiba-tiba suara anda menjadi serak, melengking, lalu bahan pidato yang
dipersiapkan sebelumnya menjadi buyar dan anda menjadi bungkam. Suasana
demikian semakin menambah panik dan pikiran anda secara total terganggu.
Nervous selalu ada pada setiap orang yang normal. Oleh karena itu jika
anda orang yang normal tentu nervous juga akan anda alami. Demikian lah maka
Casson mengatakan tak ada obat mujarab yang dapat menyembuhkan rasa takut
tersebut. Juga tak ada yang dapat menyembuhkan rasa takut tersebut. Juga tak ada
muslihat yang dapat menghilangkannya. Dukun pun tidak akan menawarkan obat
untuk itu?
Karena kewajaran itu pulalah maka William J. Me. Culloght setelah
menceritakan ratusan ahli pidato dan ahli teater yang selalu dihinggapi rasa takut
itu berkesimpulan semua merasa gugup, gelisah, tidak bisa tidur, hilang nafsu
makan, keringat dingin mengalir deras dan lain-lain. Tetapi hal yang paling
penting ialah mereka mengalami itu semua karena mereka ingin tampil dengan
baik, karena mereka ingin mengerjakan pekeriaannya sebaik mungkin. Mereka
menerima adanya gejala nervous dengan baik karena mereka percaya nervous
bisa menolong mereka mencapai kondisi puncak.
Jika gejala nervous itu telah anda ketahui dan telah mampu anda arahkan
untuk kemajuan pidato anda, maka anda akan mengalami rasa percaya diri dan
anda akan memperoleh pengalaman yang sangat mengasikkan dan
menyenangkan seperti yang dikatakan oleh seorang pembicara, "Dua menit
sebelum saya memulai pidato saya, saya merasa lebih baik dipukuli daripada saya
harus berpidato. Namun, dua menit sebelum saya mengakhiri pidato saya, saya
merasa lebih baik ditembak mati daripada saya harus mengakhiri pidato saya".
4
2. Memilih Topik
Sebelum pidato, kita harus mengetahui lebih dulu apa yang akan kita
sampaikan, yakni dengan membuat naskah pidato. Dalam membuat naskah
pidato, hal pertama yang diperlukan adalah pokok pembahasan (topik) dan
tujuan pidato.
Dalam memilih sebuah topik, yang harus diperhatikan adalah topik
harus sesuai dengan minat pembuat pidato dan juga harus menarik minat
pendengar. Jika seorang pembuat pidato tidak berminat dalam
menyampaikan sebuah pidato, orang tersebut juga tidak akan semangat
dalam menyampaikannya. Begitu juga jika topik yang disampaikan tidak
menarik minat pendengar, mereka akan cepat bosan dan mengantuk.
Maka topik yang harus ditentukan adlah yang sesuai dengan situasi
acara. Setelah mendapatkan topik pidato, alangkah baiknya jika mencari
referensi pendukung untuk argumen-argumen, seperti misalnya data-data
ataupun fakta-fakta dari bertbagai sumber, ini akan menambah keyakinan
pendengar terhadap kualitas pidato yang disampaikan. Adapun kriteria
topik yang baik :
a. Topik harusn sesuai dengan latar belakang pengetahuan yang kita miliki
b. Topik harus menarik minat kita
c. Topik harus menarik minat pendengar
d. Topik harus sesuai dengan pengetahuan pendengar
e. Topik harus terang ruang-lingkup dan pembatasannya
f. Topik harus sesuai dengan waktu dan situasi
g. Topik harus dapat ditunjang dengan bahan yang lain
3. Merumuskan Judul
5
4. Menentukan Tujuan
Ada dua macam tujuan pidato yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum pidato yakni biasa dirumuskan dalam tiga hal:
a. Informatif (memberitahukan), yaitu ditujukan untuk menambah wawasan
pengetahuan pendengar.
b. Pidato persuasif (mempengaruhi), yaitu bertujuan agar orang mempercayai
sesuatu untuk melakukannya atau terbakar semangat antusiasmenya.
c. Pidato rekreatif (menghibur), yaitu bertujuan untuk membuat pendengar
terhibur. Perhatian, kesenangan, dan humor adalah reaksi pendengar yang
diharapkan di sini. Bahasanya bersifat enteng dan mudah dicerna.
Sedangkan tujuan khusus adalah tujuan yang dapat dijabarkan dari tujuan
umum. Misalnya dari tujuan menghibur dapat disampaikan ribuan jenis
pidato, tetapi apa yang ingin dicapai oleh kita pada saat ini terlihat dari
tujuan khususnya. Tujuan khisus bersifat kongkret dan sebaliknya dapat
diukur atau dibktikan segera.
6
6. Mengembangkan Pembahasan
7
7. Membuat Penutup Pidato
B. Penyusunan Pidato
• Kesatuan (Unity)
• Pertautan (Coherence)
8
• Titik-berat (Emphasis)
9
• Ciri Garis Besar yang Baik
Garis besar terdiri dari tiga bagian, yaitu pengantar, isi dan penutup. Dengan
menggunakan urutan bermotif dari Alan H. Monroe, kita dapat membaginya
menjadi lima bagian, yaitu perhatian, kebutuhan, pemuasan, visualisasi, dan
tindakan.
• Macam-macam Garis Besar
Sesuai dengan tahap persiapan atau pengalaman pembicara, Alan H.
Monroe menunjukkan tiga macam garis besar yaitu garis besar lengkap (full-
content outline), garis besar singkat(key-word outline), garis besar alur teknis
(outline of technical plot).
1) Garis besar lengkap diperlukan dalam proses pengembangan pidato dan
digunakan pembicara yang bukan ahli dalam penyajiannya. Pikiran-pikiran
pokok ditulis dengan kalimat-kalimat yang sempurna, dan di bawahnya
disertakan lengkap bahan-bahan yang digunakan untuk memperjelas uraian.
Dengan membaca garis besar lengkap, orang lain pun dapat mengetahui
gambaran isi pidato itu secara keseluruhan.
2) Garis besar singkat diperlukan hanya sebagai pedoman atau pengingat saja,
digunakan oleh pembicara ahli dalam proses penyampaian pidato. Di
dalamnya hanya ditulis inti-inti pembicaraan saja. Orang lain mungkin tidak
dapat membacanya. Garis besar alur teknis dipergunakan untuk memeriksa
dan meneliti teknik-teknik pidato.
3) Garis besar alur teknis dapat ditulis sejajar dengan garis besar Slengkap
diletakkan pada kertas lain. Pada jenis garis besar ini dijelaskan teknik-teknik
pidato seperti gaya bahasa, cara penyajian fakta, daya tarik motif, dan
sebagainya. Di bawah diberikan contoh ketiga macam garis besar tersebut.
10
C. Penyampaian Pidato
• Kontak
11
Teknik pertama untuk menjalin hubungan adalah melihat langsung kepada
khalayak. Anda tidak mungkin melihat mereka satu per satu. Tetapi, sapukan
pandangan anda ke semua hadirin. Pada titik-titik tertentu anda melihat orang-orang
yang anda pilih sebaga wakil dari salah satu bagian hadirin. Bila ini pun sukar, paling
tidak pandanglah hadirin secara keselumhan dengan perhatian terbagi. Lakukan
seperti sopir yang memandang semua hal yang berada di depar.nya. Tidak terpusat,
tetapi terlihat semua.
12
Itu tingkat kekerasan yang bersifat fisiologis Faktor psikologis dapat
mempengaruhi keras atau tidaknya suara. Bila anda berbicara dengan tingkat
kekerasan 50-60 desibel. Kemudian. anda bergerak ke 70 desibel. Perubahan itu
tidak begitu terasa. Tetapi bila anda berbicara pada satuan 30-40 desibel, lalu naik
ke 70 desibel, suara anda akan terdengar keras. Perubahan itu akan menarik perhatian
orang.
Keragaman (variety). Tetapi, karateristik vokal yang paling mempengaruhi
makna adalah keragaman. Keragaman terdiri dari pitch (nada), duration (lama), rate
(kecepatan), pauses (hentian). Pitch adalah jumlah gelombang yang dihasilkan
sumber energi (sebuah definisi yang beriebihan untuk buku yang praktis semacam
buku ini). Pitch naik bila anda menjadi berang atau agresif. Orang yang
mendengamya akan menyatakan, "Hai, nada suara anda mulai naik". Nada tinggi
memang mengungkapkan marah, takut, atau kaget. Nada rendah, sebaliknya,
menunjukkan rasa senang, tenang, atau sedih. Nada yang datar menunjukkan suara
bosan atau tidak serius. Nada yang naik-turun secara teknis disebut infleksi
menunjukkan antusiasme, semangat, atau - kadang- kadang - rasa takut.
Rate, atau kecepatan bicara, menunjukkan jumlah kata yang diucapkan
dalam satu menit. Kecepatan bicara dipengaruhi isi pesan, tingkat emosionalitas dan
intelektualitas pesan, dan besarnya ruangan. Bila anda mengutarakan persoalan yang
sulit, anda sebaiknya memperlambat kecepatan bicara. Begitu pula, bila anda
berbicara di depan khalayak, dalam ruangan yang luas. Tetapi, para pemula sering
berpidato dengan kecepatan yang tinggi. Secara singkat, rate membantu anda
menyampaikan pengertian, mengungkapkan perasaan, dan memberikan tekanan
pada gagasan yang perlu ditegaskan.
Rate, dikontrol oleh pause (hentian). Seseorang komunikator berhenti untuk
memberikan kesempatan kepada khalayak untuk mencema dan memahami apa yang
dikatakannya. Bagi pembicara, hentian memberikan peluang untuk berpikir, mencari
kata yang paling tepat, dan merencanakan gagasan yang akan dikemukakan.
Hentikan juga dipergunakan untuk mengatur satuan-satuan pikiran, seperti koma,
titik, atau titik koma dalam tulisan.
Kemampuan mengatur pause sama seperti kemampuan meletakkan tanda
baca. Hanya pembicara berpengalaman yang dengan mudah melakukannya. Bifa
anda tidak cukup melakukan pause, pendengar akan "kecapaian". Sebelum mereka
memahami pesan anda, anda sudah meloncat kepada pesan yang lain. Sebaliknya,
bila anda terlalu lama berhenti dan terlalu sering, hadirin tidak akan memahami anda.
Mereka sudah melupakan gagasan sebelumnya.
Pause berarti mennghentikan bunyi. Kadang- kadang pembicara memisah-
misahkan satuan gagasan dengan bunyi: "eh", "anu", "apa", "apa namanya". Yang
seperti ini tidak fungsional dan mengganggu. Para ahli komunikasi menyebutnya
institutions. Instrutions menunjukkan orang yang tidak siap, ragu, kurang persiapan,
atau takut. Sekurang-kurangnya, takut tidak bicara.
Ritma. Ritma adalah keteraturan dalam meletakkan tekanan pada bunyi, suku
kata, tata kalimat, atau paragraf. Tekanan pada satuan ungkapan yang kecil disebut
stress atau aksen.
13
• Olah Visual
14
Jadi, gerak-gerak tubuh anda dalam berpidato akan melibatkan
pendengar untuk bergerak juga. Mereka akan ikut merasakan apa yang anda
rasakan. Bagi komunikator, gerak fisik dapat menyalurkan energi tambah
dalam tubuhnya (Ingat GAS!). Dengan dermkian, ia mengurangi kecemasan
komunikator dan meningkatkan kepercayaan diri.
Sampai disini kita berbicara tentang gerak tubuh secara umum. Ada
macam-macam gerak tubuh: (1) gerak sseluru torso misalnya anda berjalan
dari suatu tempat ke tempat lain, (2) gerak sebagian tubuh anda misainya
gerak tangan, kaki, bahu, (3) ekspresi wajah, dan (4) posture - posisi
pembicaraan ketika duduk dan berdiri. Diantara semua itu. yang paling
efektif untuk mempengaruhi emosi pendengaran, tetepi yang paling sulit
untuk dipelajari adalah ekspresi wajah. Nasihat kita mungkin sederhana saja:
berbicaralah langsung dari hati anda. Ekspresi wajah akan muncul dengan
sendirinya. Mudah diucapkan, memang. Paling tidak, biasakanlah
menggunakan isyarat yang baik.
D. Cara-Cara Pidato
15
Akan tetapi kelemahan-kelemahannya lebih banyak terutama bagi pembicara
yang masih hijau yaitu:
a. Menimbulkan kesimpulan yang mentah sebab dasar pengetahuan
yang kurang memadai;
b. Penyampaian pidato yang tersendat-sendat dan tidak lancar,
c. Gagasan yang disampaikan bisa acak-acakan:
d. Ada kemungkinan membuat demam panggung.
Improptu terdapat mungkin harus dihindari akan tetapi jika keadaan memang
memaksa terjadi improptu maka:
a. Jika masih ada waktu walaupun sangat sedikit gunakan waktu yang
minim itu untuk membuat garis besar atau rencana pidato dalam pikiran
atau dalam kertas-kertas kecil yang kebetulan ada pada anda.
17
• Pidato Outline (Ekstempore)
Pidato ekstempore ini adalah pidato yang paling populer dan banyak
dipakai oleh ahli-ahli pidato. Pembicaraan tidak mempersiapkan dan
menyusun pidato kata demi kata serta tidak perlu menghafal keseluruhan isi
pidato, akan tetapi ia hanya menyusun outline (garis besar) dan isi pidato yang
akan disampaikan yang dianggap dapat mengorganisir dan mensistematisir
keseluruhan pesan pidato. Biasanya outline pidato ini ditulis dalam catatan
atau kertas kecil yang mudah dibawa. Mengapa catatan outline ini diperlukan?
Tidak lain agar kita tidak tersesat, mengembara kian kemari, tidak mengikuti
garis besar pembicaraan yang akan kita sampaikan.
Agaknya pengalaman Churchill, ahli retorika Inggris ini bisa dijadikan
contoh dalam ekstempore. Churchill pada waktu berbicara kepada orang
banyak sedikit sekali menggunakan catatan. Bagian amplop Sudan cukup
baginya.
Dalam buku Hold Your Audience: The way to success in Public
Speaking oleh William J.Mc Culloght kita dianjurkan jika kita berpidato, anda
tidak boleh terikat oleh satu karangan lengkap. Juga anda tidak boleh tampil
tanpa teks singkat sama sekali, hal itu akan membuat pidato anda tidak teratur
dan tidak terarah. Anda harus menuliskan garis besar dari apa saja yang anda
kerjakan. Tuliskan yang penting- penting saja, berilah beberapa kata utama
untuk memudahkan anda mengingat apa saja yang harus dikatakan."
Keuntungan ekstempore ialah komunikasi pendengar yang lebih baik
karena pembicara berbicara secara langsung kepada khalayak. pesan dapat
fleksibel untuk dapat diubah yang sesuai dengan kebutuhan serta penyajiannya
lebih spontan. Bagi pembicara yang belum ahli kerugian-kerugian berikut
dapat timbul: Persiapan kurang baik bila dibuat terburu-buru, pemilihan
bahasa yang jelek, kefasihan yang terhambat karena kesukaran memilih kata
yang segera, kemungkinan menyimpang dari ouiline, dan tentu saja tidak bisa
dijadikan bahan peneribitan.
18
E. Pidato-Pidato Khusus
Jenis pidato ditentukan oleh beberapa faktor seperti situasi, tempat, tujuan dan
isi pembicaraan. Faktor-faktor yang menjadi patokan untuk menentukan jenis pidato
adalah:
1. Bidang Politik
Dunia politik seringkali menuntut adanya pidato yang bersifat politis.
Pendengar pidato politis pada umumnya adalah massa rakyat. Tujuan pidato ini
bukan mengajar, tetapi mempengaruhi, bukan meyakinkan tetapi membakar
semangat. Jenis pidato politis yang lazimnya dibawakan adalah pidato
kenegaraan, pidato parlemen, pidato pada perayaan nasional, pidato pada
kesempatan demonstrasi, dan pidato kampanye. Pidato-pidato politis umumnya
panjang dan dapat dibawakan langsung di hadapan massa atau dapat juga melaui
media komunikasi seperti radio dan televisi.
2. Kesempatan Khusus
Ada banyak kesempatan atau pertemuan tidak resmi, di mana orang harus
membawakan pidato. Suasana pertemuan semacam ini umumnya akrab, sebab
para peserta sudah saling mengenal, misalnya pertemuan keluarga, sidang
organisasi dan sidang antara para anggota dan pimpinan perusahaan. Bentuk
pidato yang dibawakan biasanya disebut Kata Sambutan. Lamanya antara 3
sampai 5 menit. Pidato atau sambutan ini lebih diarahkan untuk menggerakkan
hati dan bukan pikiran pendengar. Sasaran utamanya adalah perasaan bukan
pengertian.
Jenis-jenis pidato yang dibawakan pada kesempatan ini adalah pidato ucapan
selamat datang, pidato untuk memberi motivasi, pidato ucapan syukur, pidato
pembukaan, dan pidato penutup.
3. Kesempatan Resmi
Dalam kehidupan bermasyarakat sering diselenggarakan berbagai
pertemuan karena alasan-alasan resmi. Para peserta yang hadir adalah para
pejabat, para pembesar, atau orang-orang terkemuka yang datang dalam suasana
formal. Bentuk pidato pada kesempatan ini juga disebut Kata Sambutan. Dalam
kesempatan resmi, pidato atau sambutan yang dibawakan seharusnya singkat,
meskipun disampaikan secara bebas. Sasarannya lebih untuk menggerakkan
perasaan dan bukan untuk menanamkan pengertian rasional.
Jenis-jenis pidato yang diucapkan pada kesempatan ini adalah pidato Hari
Ulang Tahun (HUT), pidato pernikahan, pidato perpisahan, dan pidato pelantikan.
19
4. Pertemuan Informatif
Dalam hubungannya dengan pembinaan, sering diselenggarakan
pertemuan-pertemuan informatif. Maksudnya adalah pertemuan dalam
kelompok-kelompok kecil atau besar, baik dalam dunia pendidikan, maupun
dalam bidang kehidupan lain. Pidato ini memiliki maksud untuk memberi dan
membagi informasi atau untuk membahas suatu masalah secara ilmiah.
a. Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca acara
atau mc (master of ceremony).
b. Pidato Pengarahan adalah pidato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.
c. Pidato Sambutan adalah pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau
peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang
terbatas secara bergantian.
d. Pidato Peresmian adalah pidato yang dilakukan oleh seseorang yang berpengaruh
ketika akan meresmikan sesuatu.
e. Pidato Laporan adalah pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau
kegiatan.
f. Pidato Pertanggungjawaban adalah pidato yang berisi suatu laporan
pertanggungjawaban terhadapa suat kegitan tertentu.
F. Evaluasi Pidato
Agar dapat diketahui apakah pelaksanaan pidato telah mencapai target yang
diharapkan, maka perlu dilakukan kontrol dan penilaian atau evaluasi.
Dengan kontrol dan penilaian itu pelaksana pidato (da'i) dapat mengambil
tindakan-tindakan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan dalam proses pelaksanaan
pidato, sehingga dapat diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan. Disamping itu
dengan pengendalian dan penilaian pelaksanaan pidato dapat meningkatkan hal-hal
yang kurang pada dirinya.
Evaluasi dapat dilakukan dalam dua segi. Segi pertama ialah evaluasi terhadap
segala sesuatu yang menyangkut diri sendiri (da'i), baik mengenai metode, tehnik
penyampaian materi pidato.
20
Segi kedua ialah evaluasi terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan
obyek dakwah (pidato). Seperti evaluasi tentang kesan-kesan obyek dakwah,
pengaruhnya terhadap sika, mental dan lain sebagainya.
Pengendalian dan penilaian (evaluasi) dapat diartikan sebagai proses
pemeriksaan dan usaha dengan aktivitas pidato dapat dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka proses pengendalian dan penilaian
(evaluasi) itu melalui langkah- langkah sebagai berikut:
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan
kepada orang banyak. Pidato juga berarti kegiatan seseorang yang dilakukan di
hadapan orang banyak dengan mengandalkan kemampuan bahasa sebagai
alatnya, Suatu naskah atau manuskrip (bahasa Latin manuscript: manu
scriptus ditulis tangan), secara khusus, adalah semua dokumen tertulis yang ditulis
tangan.
Saat kita akan berpidato, kita pasti akan mempersiapkan semuanya, seperti
salah satunya penyusunan naskah/teks pidato. Dengan harapan, nantinya pidato kita
akan menarik, semua pendengar dapat menikmati kata demi kata yang kita ucapkan.
Sebaliknya, jika kita tidak menyusun naskah/teks pidato, bisa saja pidato kita akan
membosankan ketika didengar oleh orang banyak, bahkan pendengar tidak ada
minat untuk mendengarkan pidato yang sedang kita sampaikan.
Pada intinya, seseorang yang mampu berpidato dengan baik itu tidak lepas
dari mempersiapkan semuanya dengan sebaik mungkin dan senantiasa belajar
berpidato. Tidak mungkin orang yang baru pertama kali berpidato, dan pidatonya
langsung bagus. Semua butuh proses untuk menjadi sempurna.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat dan kami sampaikan. Mudah-
mudahan dapat bermanfaat bagi kami semua. Apabila ada kesalahan dalam
penulisan, ataupun referensi yang kurang benar dalam pembahasan, kami mohon
maaf yang sebesar- besarnya. Dan kami menerima saran dan kritikkan dari pembaca
demi kebaikan kami untuk selanjutnya. Tiada kesempurnaan bagi kami, kecuali
kesempurnaan itu hanya milik Allah semata.
22
C. Daftar Pustaka
23