Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

RUANG LINGKUP RETORIKA DAKWAH

DOSEN PEMBIMBING:
DRS. SIROJUDDI ARUSY, MA

DISUSUN OLEH :
1. GUNTUR SAPUTRA (1120200005)
2. JAFAR ASSOODIK (1120200015)
3. MUHAMMAD HAFIZ ADHA SIREGAR (1120200035)
4. MUHAMMAD RASYID PERMANA (1120200011)

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
2023

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan ridho Allah SWT
Karena tanpa rahmat dan hidayahnya makalah ini tidak bisa terselesaikan dengan baik dan tepat
waktu. Alhamdulillah kami dapat melaksanakan kewajiban kami yaitu menuntut ‘ilmu. kami
bisa menyelesaikan laporan makalah “Ruang Lingkup Retorika Dakwah” dengan baik.
Laporan makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Retorika Dakwah
yang mana merupakan tugas Kelompok dari salah satu komponen yang harus di penuhi pada
perkuliahan semester VI di Universitas Islam As-Syafi’iyah Jakarta. Selanjutnya ungkapan
terima kasih kami ucapkan kepada orang tua yang sudah memberi kesempatan kami untuk
merasakan bangku kuliah dan membantu secara finansial serta selalu mendukung pendidikan
kami.
Banyak ungkapan terima kasih juga kami sampaikan Bapak Drs. Sirojuddin Arusy, MA
selaku dosen pengampu Mata Kuliah Retorika Dakwah yang membimbing dalam proses
pembelajaran selama ini dan memberikan banyak ilmunya kepada kami. Tentu, disini kami
juga mengucapkan terima kasih untuk diri sendiri yang sudah berkenan berjuang dan
meluangkan waktunya untuk menyelesaikan makalah ini
Manusia tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu bila mana dalam pembuatan
makalah ini ada kekeliruan itu bukan hal yang disengaja. Harapan kami, semoga para pembaca
makalah ini berkenan untuk mengkritik dan memberi saran agar kedepannya makalah ini bisa
lebih baik

Jakarta, Maret 2023

ii
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................................1
C. Tujuan …………………………………………………………..………….....................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Persiapan Pidato (Dakwah)…….....................................................................................................2

B. Penyusunan Pidato……………………………………………….……………………………….8
C. Penyampaian Pidato…………………………………………………………………………..….11
D. Cara-Cara Pidato…………………………………………………………………………………15
E. Pidato-Pidato Khusus…………………………………………………………………………….19
F. Evaluasi Pidato…………………………………………………………………………..……….20

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan......................................................................................................................................22
B. Saran………………………………………………………………………………………………22
C. Daftar Pustaka.................................................................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Retorika, sebagaimana menurut Aristoteles tokoh filsuf Yunani Kuno, adalah


The art of persuasion (Seni untuk mempengaruhi). Retorika merupakan seni
kepandaian dalam berpidato atau teknik berbicara di depan umum.
Arti retorika adalah seni berpidato atau mengarang/mebuat naskah dengan baik.
Dalam Webster’s World College Dictionary disebutkan bahwa retorika adalah “The art
of speaking or writing with correctness, clearness and strenght”, yakni seni berpidato
atau mengarang dengan benar, teliti, jelas dan kuat. Retorika juga diartikan sebagai
kesenian untuk berbicara baik, yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan
keterampilan teknis (art techne). Seni dan kepandaian berbicara dibutuhkan dalam
banyak medan kehidupan manusia dalam hubungannya dengan manusia lain. Mulai
dari seorang pengacara, jaksa, hakim, pedagang sampai kepada negarawan, semuanya
membutuhkan retorika.
Retorika adalah seni berkomunikasi secara lisan yang dilakukan oleh seseorang
kepada sejumlah orang secara langsung bertatap muka. Oleh karena itu, istilah retorika
seringkali disamakan dengan istilah pidato atau ceramah.
Berbicara akan dapat meningkatkan kualitas eksistensi (keberadaan) kita di
tengah-tengah orang lain, bukanlah sekedar berbicara, tetapi berbicara yang menarik
(atraktif), bernilai informasi, menghibur(rekreatif) dan berpengaruh (persuasif).
Dengan kata lain, manusia mesti berbicara berdasarkan seni berbicara yang dikenal
dengan istilah retorika.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Cara Persiapan Pidato (dakwah)


2. Bagaimanakah Cara Penyusunan Materi Pidato
3. Bagaimanakah Cara Penyampaian Pidato
4. Bagaimanakah Cara Cara Pidato
5. Apa Saja Contoh Pidato Pidato Khusus
6. Seperti Apa Cara Evaluasi Pidato

1
C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Seperti Apa Persiapan Pidato (dakwah) Secara Baik Dan Benar
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Penyusunan Materi Pidato Secara Baik Dan
Benar
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Penyampaian Pidato Secara Baik Dan Benar
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Cara Pidato Secara Baik Dan Benar
5. Untuk Mengetahui Apa Saja Contoh Pidato Pidato Khusus
6. Untuk Mengetahui Seperti Apa Cara Evaluasi Pidato

BAB II
PEMBAHASAN

A. Persiapan Pidato (Dakwah)

1. Persiapan Mental

Dua persiapan yang pokok sebelum pelaksanaan pidato adalah persiapan


mental kejiwaan untuk berdiri dan berhadapan di muka khalayak dan persiapan
yang menyangkut materi atau isi pidato yang akan disajikan.
Jika persiapan mental kejiwaan ini masih kurang dan belum mantap
sehingga pembicara dihinggapi rasa cemas (nervous), kurang percaya diri, maka
hal ini akan berakibat kacaunya persiapan untuk isi dan sikap dalam pidato yang
akan disampaikan.
Perasaan gelisah, takut dan cemas pada saat akan dan sedang
menyampaikan pidato adalah perasaan yang akan biasa pada orang-orang yang
belum terbiasa berpidato di depan umum. Bahkan orang-orang yang ahli pidato pun
sebelum berpidato juga mengalami perasaan yang sama.
Dale Carnegie pernah mengatakan bahwa pada umumnya, orang merasakan
sedikit tertekan, malahan kadang-kadang agak gelisah. Namun hal yang demikian
ini ia anggap malahan baik. Orang yang berbicara di muka umum haruslah sedikit
bingung. Bahkan semua pidato yang penting dan berharga tentulah diiringi sedikit
gelisah.
Carnegie kemudian menunjukkan fakta-fakta, betapa banyak orang-orang
yang akhirnya menjadi ahli pidato yang mulanya juga mengalami perasaan cemas,
gelisah bahkan malu serta takut akan kegagalan, antara lain sebagai berikut:

2
• Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Bryan mengakui bahwa pada
waktu pertama kali berpidato, di depan umum dirasakannya lututnya menjadi
lemas

• dan badannya gemetar. Mark Twin, ahli pidato jenaka juga menyatakan bahwa
pada waktu pertama kali berpidato, rasa- rasanya mulutnya tersumbat dan tidak
bisa mengatakan apa-apa serta pelipisnya berdenyut dengan kuatnya.

• Disraeli, orang yang terkenal di Inggris ini mengatakan pada waktu akan
berpidato untuk pertama kalinya di muka parlemennya lebih senang menggempur
musuh dengan kavaleri daripada berdiri di situ.

• Dan masih banyak lagi pengalaman dari ahli-ahli pidato yang lain dimana mereka
pada umumnya merasa malu sewaktu akan memulainya.

Demikian memang segala pekerjaan di dunia ini pada umumnya adalah


sesuatu yang sulit all the beginning is difficult. Dan untuk menghilangkan
kesulitan itu serta agar dapat melaksanakannya dengan baik perlu adanya latihan.
Bukankah kita berenang itu sulit, bersepeda itu sukar pada mulanya bahkan
mungkin harus tenggelam atau jatuh dari sepeda. Akan tetapi dengan latihan
semua kesulitan itu bisa teratasi. Demikian jugalah halnya berpidato.
Apakah orang berpidato itu karena bakatnya semata? Herbert N. Casson"
menjawab bahwa sebagian dari kita ada yang dapat menguasai suatu kepandaian
dalam waktu yang lama. Ada pekerjaan yang mudah bagi sebagian orang dan ada
pula yang mencapainya dalam waktu yang lama. Sebagian orang dapat menjadi
ahli pidato yang ulung dalam waktu yang pendek (karena ia telah memiliki bakat
untuk itu) dan sebagian yang lain dapat menjadi ahli pidato setelah mengalami
latihan yang lama, sungguh-sungguh dan penuh kesabaran (karena tidak banyak
yang dimiliki untuk berpidato).
Apakah anda merasa takut akan mengalami kegagalan dalam pidato? rasa
takut kegagalan baik untuk membuat pidato orang berhati-hati dalam melangkah.
Akan tetapi ketakutan akan kegagalan yang berlebihan sehingga menghalangi
seseorang untuk melangkah adalah sikap yang sangat tercela. Bagi orang-orang
yang berusaha merangkak untuk menuju sukses berpidato harus berpendirian
bahwa: gagal dalam suatu pidato adalah lebih baik daripada tidak berani
berpidato. Sebab dengan kegagalan itu ia dapat mengetahui kelemahan-
kelemahan dirinya dan dapat memperbaiki pada waktu-waktu yang akan datang.

3
Perhatikan nasehat H.N Casson dalam hal ini: "Jangan menganggap
kegagalan sebagai hasil terakhir yang membuktikan bahwa anda tidak ada bakat
untuk itu. Ini harus anda camkan baik-baik. Anda harus yakin bahwa anda dapat
berbicara di muka umum lebih baik dari sekarang setelah anda mengetahui teori-
teorinya. Rubahlah pikiran-pikiran anda yang negatif itu. Kalau dulu anda merasa
tidak mampu dan tidak berbakat atau takut berpidato di muka umum baiklah
sekarang anda memiliki kemauan yang mantap untuk berpidato."
Mengapa orang sering dihinggapi perasaan nervous (cemas dan takut)
termasuk ketika berpidato? penyebanya oleh William J. Me Culloght" dibedakan
penyebab lahiriyah dan penyebab psikologis. Rasa nervous muncul bila salah satu
dari lima indera menghadapi tantangan atau bahaya. Pada saat demikian indera
itu langsung mengirim berita kepada pusat syaraf di otak kita. Lalu otak
memberitahukan juga kelenjar andrenalin yang segera mengeluarkan hormon
andrenalin yang pergi bersama darah ke hati kita. Hal ini membuat denyut jantung
kita bertambah cepat dan mempengaruhi anggota-anggota tubuh kita yang lain.
Akibat dari nervous itu, pikiran anda yang sebelumnya penuh dengan. isi
pidato secara terinci kata demi kata setelah ratusan pasang mata menyorot anda,
tiba-tiba suara anda menjadi serak, melengking, lalu bahan pidato yang
dipersiapkan sebelumnya menjadi buyar dan anda menjadi bungkam. Suasana
demikian semakin menambah panik dan pikiran anda secara total terganggu.
Nervous selalu ada pada setiap orang yang normal. Oleh karena itu jika
anda orang yang normal tentu nervous juga akan anda alami. Demikian lah maka
Casson mengatakan tak ada obat mujarab yang dapat menyembuhkan rasa takut
tersebut. Juga tak ada yang dapat menyembuhkan rasa takut tersebut. Juga tak ada
muslihat yang dapat menghilangkannya. Dukun pun tidak akan menawarkan obat
untuk itu?
Karena kewajaran itu pulalah maka William J. Me. Culloght setelah
menceritakan ratusan ahli pidato dan ahli teater yang selalu dihinggapi rasa takut
itu berkesimpulan semua merasa gugup, gelisah, tidak bisa tidur, hilang nafsu
makan, keringat dingin mengalir deras dan lain-lain. Tetapi hal yang paling
penting ialah mereka mengalami itu semua karena mereka ingin tampil dengan
baik, karena mereka ingin mengerjakan pekeriaannya sebaik mungkin. Mereka
menerima adanya gejala nervous dengan baik karena mereka percaya nervous
bisa menolong mereka mencapai kondisi puncak.
Jika gejala nervous itu telah anda ketahui dan telah mampu anda arahkan
untuk kemajuan pidato anda, maka anda akan mengalami rasa percaya diri dan
anda akan memperoleh pengalaman yang sangat mengasikkan dan
menyenangkan seperti yang dikatakan oleh seorang pembicara, "Dua menit
sebelum saya memulai pidato saya, saya merasa lebih baik dipukuli daripada saya
harus berpidato. Namun, dua menit sebelum saya mengakhiri pidato saya, saya
merasa lebih baik ditembak mati daripada saya harus mengakhiri pidato saya".

4
2. Memilih Topik

Sebelum pidato, kita harus mengetahui lebih dulu apa yang akan kita
sampaikan, yakni dengan membuat naskah pidato. Dalam membuat naskah
pidato, hal pertama yang diperlukan adalah pokok pembahasan (topik) dan
tujuan pidato.
Dalam memilih sebuah topik, yang harus diperhatikan adalah topik
harus sesuai dengan minat pembuat pidato dan juga harus menarik minat
pendengar. Jika seorang pembuat pidato tidak berminat dalam
menyampaikan sebuah pidato, orang tersebut juga tidak akan semangat
dalam menyampaikannya. Begitu juga jika topik yang disampaikan tidak
menarik minat pendengar, mereka akan cepat bosan dan mengantuk.
Maka topik yang harus ditentukan adlah yang sesuai dengan situasi
acara. Setelah mendapatkan topik pidato, alangkah baiknya jika mencari
referensi pendukung untuk argumen-argumen, seperti misalnya data-data
ataupun fakta-fakta dari bertbagai sumber, ini akan menambah keyakinan
pendengar terhadap kualitas pidato yang disampaikan. Adapun kriteria
topik yang baik :
a. Topik harusn sesuai dengan latar belakang pengetahuan yang kita miliki
b. Topik harus menarik minat kita
c. Topik harus menarik minat pendengar
d. Topik harus sesuai dengan pengetahuan pendengar
e. Topik harus terang ruang-lingkup dan pembatasannya
f. Topik harus sesuai dengan waktu dan situasi
g. Topik harus dapat ditunjang dengan bahan yang lain

3. Merumuskan Judul

Setelah menentukan topik, langkah selanjutnya adalah membuat


judul.Bila topik adalah bahasan yang akan diulas, maka judul adalah nama
yang diberikan untuk pokok bahasan tersebut. Judul yang baik harus
memenuhi tiga syarat, yakni relevan, provokati, dan singkat.
Relevan artinya ada hubungannya dengan pokok-pokok bahasan.
Peovokatif artinya dapat menimbulkan hasrat ingin tahu dan antusiasme
pendengar. Singkat artinya mudah ditangkap maksudnya, pendek
kalimatnya, dan enteng diingatnya.

5
4. Menentukan Tujuan
Ada dua macam tujuan pidato yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum pidato yakni biasa dirumuskan dalam tiga hal:
a. Informatif (memberitahukan), yaitu ditujukan untuk menambah wawasan
pengetahuan pendengar.
b. Pidato persuasif (mempengaruhi), yaitu bertujuan agar orang mempercayai
sesuatu untuk melakukannya atau terbakar semangat antusiasmenya.
c. Pidato rekreatif (menghibur), yaitu bertujuan untuk membuat pendengar
terhibur. Perhatian, kesenangan, dan humor adalah reaksi pendengar yang
diharapkan di sini. Bahasanya bersifat enteng dan mudah dicerna.
Sedangkan tujuan khusus adalah tujuan yang dapat dijabarkan dari tujuan
umum. Misalnya dari tujuan menghibur dapat disampaikan ribuan jenis
pidato, tetapi apa yang ingin dicapai oleh kita pada saat ini terlihat dari
tujuan khususnya. Tujuan khisus bersifat kongkret dan sebaliknya dapat
diukur atau dibktikan segera.

5. Membuat Pembukaan Pidato

Setelah membuat judul dan tujuan pidato, langkah selanjutnya


adalah membuat pembukaan pidato. Pembukaan pidato adalah bagian yang
takkalah menentukan bagi kesuksesan sebuah piddato, pembukaan pidato
baik akan memancing perhatian pendengar, sehingga mereka akan siap
mendengarkan isi pidato yang kita sampaikan.
Akan tetapi, pembukaan yang tidak baik akan membuat pendengar
langsung mendapatkan kesan bahwa kemungkinan besar isi pidato yang
akan kita sampaikan tidaklah menarik.

6
6. Mengembangkan Pembahasan

Sebuah pidato dinilai menarik atau tidak, dapat dilihat dari


pembahasan. Karena pendengar akan bosan jika pembahasannya itu-itu saja
setiap ia mendengarkan pidato. Jika kita mempunyai topik yang sama
dengan orang lain, kita bisa mengambil sudut pandang dan pembahasan
yang berbeda, yang lebih menarik, sehingga perhatian pendengar bisa
dipastikan tertuju pada kita. Hal lain yang perlu diberhatikan terkait isi
podato adalah, kita harus bisa menghubungkan antara pidato yang kita
sampaikan dengan situasi acara.
Dalam membuat pembahasan, kita harus bisa memasukkan kata-kata
yang sederhana dan tidak berbelit-belit, dan tentunya harus sesuai dengan
topik dan judul pidato. Selain itu, yang harus kita perhatikan adalah bahasa
yang digunakan harus jelas dan sesuai dengan bahasa dan pola pikir
pendengar.
Teknik pengembangan bahasan dapat dikelompokkan dalam enam
macam, yakni :
a. Penjelasan, penjelasan yang sempurna selalu menyertakan keterangan
penunjang lainnya.
b. Contoh, contoh dapat berupa cerita yang biasa disebut ilustrasi.
c. Analogi, yakni perbandingan dua hal atau lebih untuk menunjukkan
persamaan atau perbedaannya.
d. Testimoni, hal ini dapat berupa kutipan pernyataan ahli untuk menunjang
pembicaraan.
e. Statistik, yakni angka-angka yang digunakan untuk menunjukkan
perbandingan kasus dalam jenis tertentu.
f. Pengulangan, pengulangan berfungsi mengingatkan kembali dengan
penyajian berbeda.

7
7. Membuat Penutup Pidato

Mskipun bertindak sebagai penutup, penutup pidato juga sangat penting


untuk diperhatikan. Bayangkan saja bagaimana kita menjaga pidato kita dari
awal agar terlihat bagus dan memuaskan pendengar, tetapi semuanya hancur
dan menjadi kesan yang buruk karena penutupan yang tidak tepat. Oleh karena
itu, selain pembukaan dan isi, penutup pidato juga haru diperhatikan.
Untuk menutup pidato, kita bisa memasukkan kata-kata pujian dan
terima kasih kepada audoensi dengan sewajarnya dan tulus (tidak sampai
berlebihan karena justru akan terkesan dibuat-buat). Penutup juga bisa
dilakukan dengan mengucapkan kalimat-kalimat lucu atau anekdot pendek.
Selain itu, cara lainnya adalah dengan melantunkan pantun atau puisi pendek.

B. Penyusunan Pidato

1. Prinsip Penyusunan Pidato

• Kesatuan (Unity)

Aristoteles pernah membandingkan komposisi sebagai satu tubuh.


Seluruh gubahan harus merupakan kesatuan yang tidak dapat diceraiberaikan,
anggota yang satu melengkapi anggota yang lain. Hilangnya satu bagian
anggota tubuh menyebabkan bentuk yang rusak dan tidak lengkap. Komposisi
yang baik harus merupakan kesatuan yang utuh, ini meliputi kesatuan dalam isi,
tujuan dan sifat (mood).

• Pertautan (Coherence)

Pertautan menunjukkan urutan dan bagian uraian yang berkaitan satu


sama lain. Pertautan menyebabkan perpindahan dari pokok yang satu kepada
pokok yang lainnya berjalan lancar. Sebaliknya, hilangnya pertautan
menimbulkan gagasan yang tersendat-sendat atau khalayak tidak mampu
menarik gagasan pokok dari selurh pembicaraan. Ini biasanya disebabkan
perencanaan yang tidak memadai, pemikiran yang ceroboh dan penggunaan
kata-kata yang jelek.

8
• Titik-berat (Emphasis)

Titik-berat menunjukkan pendengar pada bagian-bagian penting yang


patut diperhatikan. Hak-hal yang harus dititikberatkan bergantung kepada isi
komposisi pidato, tapi pokok-pokoknya hampir sama. Gagasan utama, ikhtisar
uraian, pemikiran baru, perbedaan pokok, hal yang harus dipikirkan khalayak
adalah contoh-contoh bagian yang harus dititikberatkan, atau ditekankan. Titik-
berat dalam tulisan dapat dinyatakan dengan tanda garis bawah, huruf miring
atau huruf besar. Dalam uraian lisan, ini dinyatakan dengan hentian, tekanan
suara yang dinaikkan, perubahan nada, isyarat dan sebagainya.

2. Menyusun Pesan Pidato

Adapun menyusun pesan pidato dengan organisasi pesan. Organisasi pesan


dapat mengikuti enam macam urutan (sequence): deduktif, induktif, kronologis,
logis, spasial, dan topikal.
Urutan deduktif dimulai dengan menyatakan dulu gagasan utama, kemudian
memperjelasnya dengan keterangan penunjang, penyimpulan dan bukti.
Sebaliknya, dalam urutan induktif kita mengemukakan perincian-perincian dan
kemudian menarik kesimpulan. Dalam urutan kronologis, pesan disusun
berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa. Dalam urutan logis, pesan disusun
berdasarkan sebab – ke – akibat atau akibat – ke – sebab. Dalam urutan spasial,
pesan disusun berdasarkan tempat. Cara ini dipergunakan kalau pesan berhubungan
dengan subjek geografis atau keadaan fisik lokasi. Dalam urutan topikal, pesan
disusun berdasarknn topik pembicaraan: klasifikasinya, dari yang penting kepada
yang kurang penting, dari yang mudah kepada yang sukar, dari yang dikenal kepada
yang asing.

3. Membuat Garis-Garis Besar Pidato

Garis-garis besar (outline) pidato merupakan pelengkap yang amat berharga


bagi pembicara yang berpengalaman dan keharusan bagi pembicara baru. Garis
besar adalah peta bumi bagi komunikator yang akan memasuki daerah kegiatan
retorika. Peta ini memberikan petunjuk dan arah yang akan dituju. Garis besar yang
salah akan mengacaukan perjalanan pembicaraan, seperti juga garis besar yang
teratur akan menertibkan jalannya pidato.

9
• Ciri Garis Besar yang Baik
Garis besar terdiri dari tiga bagian, yaitu pengantar, isi dan penutup. Dengan
menggunakan urutan bermotif dari Alan H. Monroe, kita dapat membaginya
menjadi lima bagian, yaitu perhatian, kebutuhan, pemuasan, visualisasi, dan
tindakan.
• Macam-macam Garis Besar
Sesuai dengan tahap persiapan atau pengalaman pembicara, Alan H.
Monroe menunjukkan tiga macam garis besar yaitu garis besar lengkap (full-
content outline), garis besar singkat(key-word outline), garis besar alur teknis
(outline of technical plot).
1) Garis besar lengkap diperlukan dalam proses pengembangan pidato dan
digunakan pembicara yang bukan ahli dalam penyajiannya. Pikiran-pikiran
pokok ditulis dengan kalimat-kalimat yang sempurna, dan di bawahnya
disertakan lengkap bahan-bahan yang digunakan untuk memperjelas uraian.
Dengan membaca garis besar lengkap, orang lain pun dapat mengetahui
gambaran isi pidato itu secara keseluruhan.
2) Garis besar singkat diperlukan hanya sebagai pedoman atau pengingat saja,
digunakan oleh pembicara ahli dalam proses penyampaian pidato. Di
dalamnya hanya ditulis inti-inti pembicaraan saja. Orang lain mungkin tidak
dapat membacanya. Garis besar alur teknis dipergunakan untuk memeriksa
dan meneliti teknik-teknik pidato.
3) Garis besar alur teknis dapat ditulis sejajar dengan garis besar Slengkap
diletakkan pada kertas lain. Pada jenis garis besar ini dijelaskan teknik-teknik
pidato seperti gaya bahasa, cara penyajian fakta, daya tarik motif, dan
sebagainya. Di bawah diberikan contoh ketiga macam garis besar tersebut.

10
C. Penyampaian Pidato

Ada dua ekstrem dalam memandang penyampaian pidato. Sebagian orang


melihat pidato sebagai sejenis percakapan yang diperluas (an enlarged conversation).
Karena itu, kita tidak perlu mempelajarinya. Asalkan kita menguasai bahan yang
dipergunakan, pidato akan berjalan dengan sendirinya. Sebagian lagi melihat pidatonya
bukan lagi sebagai percakapan. Pidato merupakan peristiwa yang khas, yang
memerlukan bakat dan keterampilan khas juga. Tidak setiap orang dapat
menyampaikan pidato.
Kedua pandangan ekstrem ini setengah benar; dan karena itu, setengah salah.
Memang benar, pidato itu tidak berbeda dengan percakapan. Tetapi, seseorang yang
menjadi kawan bercakap yang baik belum tentu dapat berpidato dengan baik. Tidak
jarang. irama suara dan gerak tubuh yang muncul secara alamiah dalam percakapan
justru hilang dalam pidato. Begitu tampil di mimbar, ia "membeku" seperti patung.
Tangannya terikat pada mimbar, suaranya datar dan pandangannya kosong (seperti
melihat jauh ke ruang angkasa). Memang benar juga bahwa pidato adalah peristiwa
khas. Tetapi kekhasannya sama sekali tidak berarti bahwa harya orang tertentu saja
yang dapat menyampaikan pidato. Semua orang dapat menyampaikan pidato dengan
baik bila mereka mengetahui dan mempraktekkan tiga prinsip penyampaian pidato (Di
tempat lain, kita menyebutnya tiga rukun pidato atau trisula pidato).

1. Pelihara kontak visual dan kontak mental dengan khalayak (kontak).

2. Gunakan lambang-lambang auditif; atau, usahakan agar suara anda memberikan


makna yang lebih kaya pada bahasa anda (Olah Vokal).

3. Berbicara dengan seluruh kepribadian anda; dengan


wajah, tangan dan tubuh anda (Olah Visual).

• Kontak

Sebagian pakar komunikasi menyebutnya "rapport" adalah hubungan erat


dengan pendengar. Pidato adalah komunikasi tatap muka, yang besifat dua arah.
Walaupun pembicara lebih banyak mendominasi pembicara, ia harus
"mendengarkan" pesan-pesan yang disampaikan para pendengarnya (baik berupa
kata-kata atau bukan kata-kata). la harus menjalin hubungan dengan pendengarnya.

11
Teknik pertama untuk menjalin hubungan adalah melihat langsung kepada
khalayak. Anda tidak mungkin melihat mereka satu per satu. Tetapi, sapukan
pandangan anda ke semua hadirin. Pada titik-titik tertentu anda melihat orang-orang
yang anda pilih sebaga wakil dari salah satu bagian hadirin. Bila ini pun sukar, paling
tidak pandanglah hadirin secara keselumhan dengan perhatian terbagi. Lakukan
seperti sopir yang memandang semua hal yang berada di depar.nya. Tidak terpusat,
tetapi terlihat semua.

Disamping kontak visual, anda juga melakukan kontak mental. Perhatikan


"feedback" umpan balik dari mereka, dan sesuaikan pembicaraan anda dengannya.
Anda melihat mereka mengantuk, masukkan bahan-bahan yang menarik perhatian.
Anda melihat dahi antara mereka mengemnyit, jelaskan pembicaraan anda lebih
terinci. Bila ada di antara mereka yang memberikan komentar, ambil komentar itu
dan jadikan bahan pembicaraan.

• Karakteristik Olah Vokal

Mekanisme olah voka! mengubah bunyi menjadi kalimat. Tetapi kata,


ungkapan, atau Tetapi cara kita mengeluarkan suara memberikan makna tambahan
atau bahkan membelokkan makna kata, ungkapan, atau kalimat.
Berkata Stewart Tubbs dan Sylvia Moss dalam Human Communication: An
Interpersonal Perspective,
Secara intuitif kita merasa bahwa kita dapat menarik kesimpulan dari suara
seseorang tentang apa yang ia komunikasikan. Mungkin anda pernah berdebat,
kemudian sesorang berkata, "Jangan jawab aku dengan nada suara seperti itu!" Pada
saat seperti itu emosi mulai naik, karena keberatan akan nada suara seseorang
didasarkan pada penyimpulan mengenai perasaannya. Vocal cues adalah sumber
berbagai macam penyimpulan. dan kebanyakan berkaitan dengan emosi.
Tubbs dan Moss menyebutnya vocal cues (petunjuk suara). Kebanyakan
penulis ilmu komunikasi menyebutnya "paralanguage". Kita menyebutnya olah
vokal (kawan saya mengatakan bahwa istilah ini lazim dipergunakan di kalangan
teater di Indonesia)
Pidato, seperti teater, sangat bergantung pada akting. Salah satu unsur akting
adalah olah vokal. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam olah vocal, yaitu:
kejelasan (intelligibility), keragaman (variety), ritma (rythtri).
Tingkat kekerasan bunyi (lowness) menunjukkan jumlah energi atau tekanan
suara pada gendang telinga kita. Besamya tekanan itu dipengaruhi oleh (a) besamya
energi yang diproduksi pembicara. (b) jarak yang harus ditempuh oleh bunyi dari
pembicara ke pendengar, (e) jumlah gangguan yang harus dilewati. Jadi, bila anda
mengeluarkan tenaga yang besar untuk berteriak, dan jarak anda dengan pendengar
hanya satu meter saja, pada malam yang sunyi, suara anda akan terdengar keras
sekali (pendengar bisa pingsan).

12
Itu tingkat kekerasan yang bersifat fisiologis Faktor psikologis dapat
mempengaruhi keras atau tidaknya suara. Bila anda berbicara dengan tingkat
kekerasan 50-60 desibel. Kemudian. anda bergerak ke 70 desibel. Perubahan itu
tidak begitu terasa. Tetapi bila anda berbicara pada satuan 30-40 desibel, lalu naik
ke 70 desibel, suara anda akan terdengar keras. Perubahan itu akan menarik perhatian
orang.
Keragaman (variety). Tetapi, karateristik vokal yang paling mempengaruhi
makna adalah keragaman. Keragaman terdiri dari pitch (nada), duration (lama), rate
(kecepatan), pauses (hentian). Pitch adalah jumlah gelombang yang dihasilkan
sumber energi (sebuah definisi yang beriebihan untuk buku yang praktis semacam
buku ini). Pitch naik bila anda menjadi berang atau agresif. Orang yang
mendengamya akan menyatakan, "Hai, nada suara anda mulai naik". Nada tinggi
memang mengungkapkan marah, takut, atau kaget. Nada rendah, sebaliknya,
menunjukkan rasa senang, tenang, atau sedih. Nada yang datar menunjukkan suara
bosan atau tidak serius. Nada yang naik-turun secara teknis disebut infleksi
menunjukkan antusiasme, semangat, atau - kadang- kadang - rasa takut.
Rate, atau kecepatan bicara, menunjukkan jumlah kata yang diucapkan
dalam satu menit. Kecepatan bicara dipengaruhi isi pesan, tingkat emosionalitas dan
intelektualitas pesan, dan besarnya ruangan. Bila anda mengutarakan persoalan yang
sulit, anda sebaiknya memperlambat kecepatan bicara. Begitu pula, bila anda
berbicara di depan khalayak, dalam ruangan yang luas. Tetapi, para pemula sering
berpidato dengan kecepatan yang tinggi. Secara singkat, rate membantu anda
menyampaikan pengertian, mengungkapkan perasaan, dan memberikan tekanan
pada gagasan yang perlu ditegaskan.
Rate, dikontrol oleh pause (hentian). Seseorang komunikator berhenti untuk
memberikan kesempatan kepada khalayak untuk mencema dan memahami apa yang
dikatakannya. Bagi pembicara, hentian memberikan peluang untuk berpikir, mencari
kata yang paling tepat, dan merencanakan gagasan yang akan dikemukakan.
Hentikan juga dipergunakan untuk mengatur satuan-satuan pikiran, seperti koma,
titik, atau titik koma dalam tulisan.
Kemampuan mengatur pause sama seperti kemampuan meletakkan tanda
baca. Hanya pembicara berpengalaman yang dengan mudah melakukannya. Bifa
anda tidak cukup melakukan pause, pendengar akan "kecapaian". Sebelum mereka
memahami pesan anda, anda sudah meloncat kepada pesan yang lain. Sebaliknya,
bila anda terlalu lama berhenti dan terlalu sering, hadirin tidak akan memahami anda.
Mereka sudah melupakan gagasan sebelumnya.
Pause berarti mennghentikan bunyi. Kadang- kadang pembicara memisah-
misahkan satuan gagasan dengan bunyi: "eh", "anu", "apa", "apa namanya". Yang
seperti ini tidak fungsional dan mengganggu. Para ahli komunikasi menyebutnya
institutions. Instrutions menunjukkan orang yang tidak siap, ragu, kurang persiapan,
atau takut. Sekurang-kurangnya, takut tidak bicara.
Ritma. Ritma adalah keteraturan dalam meletakkan tekanan pada bunyi, suku
kata, tata kalimat, atau paragraf. Tekanan pada satuan ungkapan yang kecil disebut
stress atau aksen.

13
• Olah Visual

Sebenamya ketika kita bicara, ketika kita bercakap- cakap, kita


menggunakan olah visual itu dengan sendirinya. Secara alamiah, anak-
anak belajar berbicara dengan tangan, wajah, dan seluruh tubuhnya.
Tetapi, begitu kita tampil di muka orang banyak, kita berbicara hanya
dengan kata-kata lisan saja. Kita menjadi "mesin suara", yang
mengeluarkan bunyi saja.
Peribahasa Arab mengatakan, "lisanul hal min lisanail maqal"
(lisan keadaan lebih kuat dari lisan ucapan). Bila anda menceritakan
peristiwa duka dengan wajah ceria, orang tidak akan mempercayai anda.
Anda datang ke rumah kawan anda, ia berkata, "Silahkan duduk!". Tetapi
anda melihat mukanya masam, tubuhnya kaku, dan tangannya dilipat di
atas dadanya. Ucapkan sopan (silahkan duduk!), tetapi keadaannya "buas".
Kata orang Arab, anda akan percaya pada lisan keadaan. daripada lisan
ucapan. aqwa
Para sarjana komunikasi membagi lisan keadaan kepada dua
halgerakan fisik (physical action) atau tubuh (bodily action) dan alat-alat
visual (visual aids). Untuk kepentingan kita sekarang, yang kedua tidak
kita bicarakan. Diperlukan buku tersendiri untuk menjelaskan cara
penggunaan alat-alat visual.
Fungsi gerakfisik. Dalam komunikasi, gerak fisik digunakan paling
tidak untuk tiga hal: (I) menyampaikan makna, (2) menarik perhatian, dan
(3) menumbuhkan kepercayaan diri dan semangat gerak fisik dapat
digunakan untuk menggambarkan ukuran atau bentuk sesuatu. Misalnya,
kedua tangan anda disusun secara vertikal - telapak tangan kanan di atas
dan telapak tangan kiri di bawah. Kemudian anda berkata "tubuhnya
tinggi", sambil menarik tangan anda ke atas lagi. Lazimnya gerakan seperti
itu disebut deskriptif (description gestures).
Disamping menyampaikan makna, gerak fisik dapat memefihara
dan menarik perhatian. Gerak (motion), kata para psikolog, adalah unsur
menarik peerhatian. Kita tertarik pada hal-hal yang bergerak (itulah
sebabnya anda terpaksa memperhatikan huruf-huruf yang bergerak pada
iklan di pinggir jalan). Pada diri manusia ada kecenderungan untuk nieniru
gerak yang dilihatnya. Lihatlah bagaimana otot-otot anda menegaog ketika
menyaksiskan pertandingan sepak bola. Semuanya mengikuti gerak
pemain. Boleh jadi anda ikut mendorong memasukkan bola dari jauh. Para
psikolog menyebutnya respon empatik - dengan p (bukan emfatik - dengan
f).

14
Jadi, gerak-gerak tubuh anda dalam berpidato akan melibatkan
pendengar untuk bergerak juga. Mereka akan ikut merasakan apa yang anda
rasakan. Bagi komunikator, gerak fisik dapat menyalurkan energi tambah
dalam tubuhnya (Ingat GAS!). Dengan dermkian, ia mengurangi kecemasan
komunikator dan meningkatkan kepercayaan diri.
Sampai disini kita berbicara tentang gerak tubuh secara umum. Ada
macam-macam gerak tubuh: (1) gerak sseluru torso misalnya anda berjalan
dari suatu tempat ke tempat lain, (2) gerak sebagian tubuh anda misainya
gerak tangan, kaki, bahu, (3) ekspresi wajah, dan (4) posture - posisi
pembicaraan ketika duduk dan berdiri. Diantara semua itu. yang paling
efektif untuk mempengaruhi emosi pendengaran, tetepi yang paling sulit
untuk dipelajari adalah ekspresi wajah. Nasihat kita mungkin sederhana saja:
berbicaralah langsung dari hati anda. Ekspresi wajah akan muncul dengan
sendirinya. Mudah diucapkan, memang. Paling tidak, biasakanlah
menggunakan isyarat yang baik.

D. Cara-Cara Pidato

Suatu pidato haruslah didahului dengan persiapan- persiapan yang cukup.


Hanya orang yang tidak bijaksana yang berpidato tanpa mengadakan persiapan. Makin
pandai orang berpidato, semakin segan dan tidak mau berpidato tanpa persiapan.
Bagaimana pun pandainya anda dalam beberapa masalah tetapi sebaiknya anda
jangan mencoba berpidato di muka umum tanpa adanya persiapan. Seorang arsitek
tidak akan langsung memberikan gambar bangunan yang anda minta. Seoang musikus
tidak akan dapat membuat lagu seketika. Jika anda berkeinginan menjadi pembicara
yang baik, anda harus menjaga nama baik anda. Anda tidak boleh menyampaikan
pidato seara tergesa-gesa yang mungkin sekali mengakibatkan orang kurang bijaksana.
simpang siur dan canggung." Demikian pesan Herbert N. Cusson.
Demikian pentingnya persiapan pidato itu sampai Dale Carnegie, penulis dan
pembicara terkenal di Amerika ini mengatakan suatu pidato ataupun ceramah yang
telah dipersiapkan dahulu, sebetulnya telah 90 persen diucapkan."

• Pidato Spontan (Improptu)

Persiapan pidato mutlak diperlukan. Akan untuk tetapi seringkali keadaan


memaksa orang harus berpidato tanpa adanya waktu mempersiapkannya dengan
cukup. Pidato spontan inilah yang disebut dalam retorika dengan istilah Pidato
Improptu.

Pidato Improptu ini memiliki keuntungan- keuntungan antara lain dapat


mengungkapkan perasaan asli pembicara serta nampak lebih segar dan hidup yang
bersikap netral, ada kesempatan memandang pendengar, berfikir dengan aktif, dan
dapat mengajak pendengar berfikir."

15
Akan tetapi kelemahan-kelemahannya lebih banyak terutama bagi pembicara
yang masih hijau yaitu:
a. Menimbulkan kesimpulan yang mentah sebab dasar pengetahuan
yang kurang memadai;
b. Penyampaian pidato yang tersendat-sendat dan tidak lancar,
c. Gagasan yang disampaikan bisa acak-acakan:
d. Ada kemungkinan membuat demam panggung.
Improptu terdapat mungkin harus dihindari akan tetapi jika keadaan memang
memaksa terjadi improptu maka:

a. Jika masih ada waktu walaupun sangat sedikit gunakan waktu yang
minim itu untuk membuat garis besar atau rencana pidato dalam pikiran
atau dalam kertas-kertas kecil yang kebetulan ada pada anda.

b. Usahakan dapat membuka pidato dengan pembukaan yang menarik


dan mengakhirinya dengan penutup yang mengesankan.

• Pidato Membaca (Manuskrip)

Pidato dengan membaca naskah yang telah tertulis lengkap ini


dipergunakan pada pembicaraan yang membutuhkan ketelitian misalnya pada
pidato resmi mengenai persoalan politik, pengumuman, atau ulasan teknik.
Manuskrip diperlukan oleh tokoh nasional. sebab kesalahan kata saja dapat
menimbulkan kekacauan dan berakibat jelek bagi pembicara. Manuskrip juga
dilakukan oleh ilmuwan yang melaporkan hasil penelitiannya dalam
pertemuan ilmiah. Pidato radio dapat menggunakan manuskrip tanpa kelihatan
oleh pendengarnya.
Keuntungan pidato manuskrip ini adalah:
a. Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat
menyampaikan arti yang tepat dan pernyataan yang gemilang:
b. Pernyataan dapat dihemat karena manuskrip dapat disusun kembali;
c. Kefasihan bicara dapat dicapai karena kata-kata:
d. Hal-hal yang ngawur atau menyimpang dapat dihindari:
e. Manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak " Akan tetapi
Prochnow kelemahan-kelemahan pidato model ini sangat berat
yaitu: Ketika tak dapat menyesuaikan diri dengan situasi saat pidato,
Mungkin pendengaran menghargai apa yang anda bicarakan, akan
tetapi tidak merasa diajak bicara secara langsung. Membaca dapat
menjadi monoton, suara anda bergerak dalam tangga nada yang
sama, Apabila anda tidak menguasai apa yang anda baca, anda tak
dapat memandang pendengar dan menatap muka mereka. Akibatnya
anda kehilangan kemampuan untuk menarik perhatian mereka, tak
ada keakraban yang dapat menimbulkan hasil, yang memuaskan dan
efektif.
16
Kerugian yang lain dan pidato manuskrip ini adalah:

a Komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara tidak berbicara


langsung terhadap mereka;

b. Pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik sehingga akan


kehilangan gerak dan bersifat kaku: c. Umpan balik dari pendengar tidak dapat
mengubah, memperpendek atau memperpanjang pesan;
d. Pembuatannya lebih lama dari pada sekedar menyiapkan garis besar (out line)
saja

• Pidato Hafalan (Memoritor)

Kalau dalam pidato manuskrip, pembicara menulis naskah pidato kemudian


dibaca kata demi kata pada waktu pidato, maka ada memoriter pembicara menulis
naskah menghafalkannya kata demi kata. kemudian
Dengan persiapan naskah yang telah tertulis, maka pidato memoriter ini
dapat memilih kata dan ungkapan yang tepat, pemilihan bahasa yang baik, susunan
pembicaraan yang tersusun secara sistimatis dan terarah. Akan tetapi karena pesan
sudah tetap. maka tidak terjalin saiing hubungan antara pesan dan pendengar,
kurang langsung, memerlukan banyak waktu dalam persiapan, kurang spontan,
perhatian beralih dari kata-kata kepada usaha mengingat-ingat. Bahaya terbesar
timbul, ketika satu kata atau lebih hilang dari ingatan."
Buku The Successful Speakers Hard Book menambahkan kerugian
memoriter ini bahwa menghafalkan memakan terlalu banyak waktu dan energi.
Terlalu banyak resikonya, apabila kita menggantungkan diri pada kekuatan daya
hafal otak kita. Apabila pada suatu ketika, daya ingatan kita gagal memenuhi
tugasnya kita akan tertinggal tanpa daya. Menghafal juga menimbulkan kesulitan
dalam penyampaian. Menyajikan sesuatu yang kita hafal memerlukan keahlian
bermain sandiwara yang luar biasa. Kekurangan-kekurangan di atas adalah apabila
kita berpidato dengan mengahafal kata demi kata. Sebaiknya menghafal itu tidak
kata akan tetapi menghafal bagian-bagian terpenting saja daripada naskah pidato
yang telah dipersiapkan.

17
• Pidato Outline (Ekstempore)

Pidato ekstempore ini adalah pidato yang paling populer dan banyak
dipakai oleh ahli-ahli pidato. Pembicaraan tidak mempersiapkan dan
menyusun pidato kata demi kata serta tidak perlu menghafal keseluruhan isi
pidato, akan tetapi ia hanya menyusun outline (garis besar) dan isi pidato yang
akan disampaikan yang dianggap dapat mengorganisir dan mensistematisir
keseluruhan pesan pidato. Biasanya outline pidato ini ditulis dalam catatan
atau kertas kecil yang mudah dibawa. Mengapa catatan outline ini diperlukan?
Tidak lain agar kita tidak tersesat, mengembara kian kemari, tidak mengikuti
garis besar pembicaraan yang akan kita sampaikan.
Agaknya pengalaman Churchill, ahli retorika Inggris ini bisa dijadikan
contoh dalam ekstempore. Churchill pada waktu berbicara kepada orang
banyak sedikit sekali menggunakan catatan. Bagian amplop Sudan cukup
baginya.
Dalam buku Hold Your Audience: The way to success in Public
Speaking oleh William J.Mc Culloght kita dianjurkan jika kita berpidato, anda
tidak boleh terikat oleh satu karangan lengkap. Juga anda tidak boleh tampil
tanpa teks singkat sama sekali, hal itu akan membuat pidato anda tidak teratur
dan tidak terarah. Anda harus menuliskan garis besar dari apa saja yang anda
kerjakan. Tuliskan yang penting- penting saja, berilah beberapa kata utama
untuk memudahkan anda mengingat apa saja yang harus dikatakan."
Keuntungan ekstempore ialah komunikasi pendengar yang lebih baik
karena pembicara berbicara secara langsung kepada khalayak. pesan dapat
fleksibel untuk dapat diubah yang sesuai dengan kebutuhan serta penyajiannya
lebih spontan. Bagi pembicara yang belum ahli kerugian-kerugian berikut
dapat timbul: Persiapan kurang baik bila dibuat terburu-buru, pemilihan
bahasa yang jelek, kefasihan yang terhambat karena kesukaran memilih kata
yang segera, kemungkinan menyimpang dari ouiline, dan tentu saja tidak bisa
dijadikan bahan peneribitan.

18
E. Pidato-Pidato Khusus

Jenis pidato ditentukan oleh beberapa faktor seperti situasi, tempat, tujuan dan
isi pembicaraan. Faktor-faktor yang menjadi patokan untuk menentukan jenis pidato
adalah:
1. Bidang Politik
Dunia politik seringkali menuntut adanya pidato yang bersifat politis.
Pendengar pidato politis pada umumnya adalah massa rakyat. Tujuan pidato ini
bukan mengajar, tetapi mempengaruhi, bukan meyakinkan tetapi membakar
semangat. Jenis pidato politis yang lazimnya dibawakan adalah pidato
kenegaraan, pidato parlemen, pidato pada perayaan nasional, pidato pada
kesempatan demonstrasi, dan pidato kampanye. Pidato-pidato politis umumnya
panjang dan dapat dibawakan langsung di hadapan massa atau dapat juga melaui
media komunikasi seperti radio dan televisi.

2. Kesempatan Khusus
Ada banyak kesempatan atau pertemuan tidak resmi, di mana orang harus
membawakan pidato. Suasana pertemuan semacam ini umumnya akrab, sebab
para peserta sudah saling mengenal, misalnya pertemuan keluarga, sidang
organisasi dan sidang antara para anggota dan pimpinan perusahaan. Bentuk
pidato yang dibawakan biasanya disebut Kata Sambutan. Lamanya antara 3
sampai 5 menit. Pidato atau sambutan ini lebih diarahkan untuk menggerakkan
hati dan bukan pikiran pendengar. Sasaran utamanya adalah perasaan bukan
pengertian.
Jenis-jenis pidato yang dibawakan pada kesempatan ini adalah pidato ucapan
selamat datang, pidato untuk memberi motivasi, pidato ucapan syukur, pidato
pembukaan, dan pidato penutup.

3. Kesempatan Resmi
Dalam kehidupan bermasyarakat sering diselenggarakan berbagai
pertemuan karena alasan-alasan resmi. Para peserta yang hadir adalah para
pejabat, para pembesar, atau orang-orang terkemuka yang datang dalam suasana
formal. Bentuk pidato pada kesempatan ini juga disebut Kata Sambutan. Dalam
kesempatan resmi, pidato atau sambutan yang dibawakan seharusnya singkat,
meskipun disampaikan secara bebas. Sasarannya lebih untuk menggerakkan
perasaan dan bukan untuk menanamkan pengertian rasional.
Jenis-jenis pidato yang diucapkan pada kesempatan ini adalah pidato Hari
Ulang Tahun (HUT), pidato pernikahan, pidato perpisahan, dan pidato pelantikan.

19
4. Pertemuan Informatif
Dalam hubungannya dengan pembinaan, sering diselenggarakan
pertemuan-pertemuan informatif. Maksudnya adalah pertemuan dalam
kelompok-kelompok kecil atau besar, baik dalam dunia pendidikan, maupun
dalam bidang kehidupan lain. Pidato ini memiliki maksud untuk memberi dan
membagi informasi atau untuk membahas suatu masalah secara ilmiah.

Pidato yang dibawakan pada kesempatan ini bersifat sungguh-sungguh, ilmiah,


objektif, dan rasional. Konsentrasi pembeberannya lebih pada penalaran rasional. Jenis-
jenis pidato informatif ialah kuliah, ceramah, presentasi makalahm pengajaran, dan
wejangan informatif. Wejangan informatif ialah ceramah yang santai di depan
sekelompok pendengar dalam jumlah kecil. Bentuk ini sering dipakai apabila
menunjukkan slides atau film. Gambar atau film menjadi pokok pembicaraan, sehingga
tidak menuntut suatau persiapan yang teliti.
Berdasarkan sifat dan Isi Pidato, jenis-jenis Pidato dibedakan atas:

a. Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca acara
atau mc (master of ceremony).
b. Pidato Pengarahan adalah pidato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.
c. Pidato Sambutan adalah pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau
peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang
terbatas secara bergantian.
d. Pidato Peresmian adalah pidato yang dilakukan oleh seseorang yang berpengaruh
ketika akan meresmikan sesuatu.
e. Pidato Laporan adalah pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau
kegiatan.
f. Pidato Pertanggungjawaban adalah pidato yang berisi suatu laporan
pertanggungjawaban terhadapa suat kegitan tertentu.

F. Evaluasi Pidato

Agar dapat diketahui apakah pelaksanaan pidato telah mencapai target yang
diharapkan, maka perlu dilakukan kontrol dan penilaian atau evaluasi.
Dengan kontrol dan penilaian itu pelaksana pidato (da'i) dapat mengambil
tindakan-tindakan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan dalam proses pelaksanaan
pidato, sehingga dapat diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan. Disamping itu
dengan pengendalian dan penilaian pelaksanaan pidato dapat meningkatkan hal-hal
yang kurang pada dirinya.
Evaluasi dapat dilakukan dalam dua segi. Segi pertama ialah evaluasi terhadap
segala sesuatu yang menyangkut diri sendiri (da'i), baik mengenai metode, tehnik
penyampaian materi pidato.

20
Segi kedua ialah evaluasi terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan
obyek dakwah (pidato). Seperti evaluasi tentang kesan-kesan obyek dakwah,
pengaruhnya terhadap sika, mental dan lain sebagainya.
Pengendalian dan penilaian (evaluasi) dapat diartikan sebagai proses
pemeriksaan dan usaha dengan aktivitas pidato dapat dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka proses pengendalian dan penilaian
(evaluasi) itu melalui langkah- langkah sebagai berikut:

a. Menetapkan Standar Yang dimaksud dengan standar adalah patokan yang


disesuaikan garis-garis besar perencanaan pidato, baik mengenai tema yang dipilih,
dan dengan kondisi obyek yang akan dihadapi. Metode dan materi teknik
penyampaian yang sebagainya."

b. Mengadakan Pemeriksaan dan Penelitian terhadap digunakan dan akan Tanggapan


Obyek Langkah kedua dari proses pengendalian dan penelitian pidato adalah
mencari dan melihat tanggapan obyek, terhadap si da'i. Maupun materi, yang
dipilih. Apakah dapat tanggapan positif atau sebaliknya.

c. Membanding Pelaksanaan Pidato dengan Standar Langkah berikutnya dalam proses


pengendalian dan penilaian pidato (dakwah) ialah membanding. Pelaksanaan pidato
dengan standar yang telah ditetapkan. Hasil nyata dari pelaksanaan pidato yang
telah dapat dicapai oleh si da'i itu dibanding dengan standar atau diukur dengan
target yang telah ditetapkan, manakala hasilnya sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Maka dapat di anggap bahwa pidato (dakwah) itu telah sukses, akan
tetapi bila tidak sesuai dengan hasilnya jauh dari target yang ditentukan, maka si
da'i harus memperhatikan kekurangan-kekurangan itu.

d. Mengadakan Perbaikan dan Pembetulan Langkah terakhir dari pada proses


pengendalian dan penilaian pidato adalah mengadakan tindakan perbaikan dan
pembetulan terhadap penyimpangan dan kekurangan-kekurangan yang ada. Baik
kekurangan pada diri si da'i maupun kekurangan pada ketidaktepatan menggunakan
metode dan teknik penyampaian atau kesalahan memilih materi. Semua itu harus
diperbaiki sesuai dengan kondisi obyek yang dihadapi.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan
kepada orang banyak. Pidato juga berarti kegiatan seseorang yang dilakukan di
hadapan orang banyak dengan mengandalkan kemampuan bahasa sebagai
alatnya, Suatu naskah atau manuskrip (bahasa Latin manuscript: manu
scriptus ditulis tangan), secara khusus, adalah semua dokumen tertulis yang ditulis
tangan.
Saat kita akan berpidato, kita pasti akan mempersiapkan semuanya, seperti
salah satunya penyusunan naskah/teks pidato. Dengan harapan, nantinya pidato kita
akan menarik, semua pendengar dapat menikmati kata demi kata yang kita ucapkan.
Sebaliknya, jika kita tidak menyusun naskah/teks pidato, bisa saja pidato kita akan
membosankan ketika didengar oleh orang banyak, bahkan pendengar tidak ada
minat untuk mendengarkan pidato yang sedang kita sampaikan.
Pada intinya, seseorang yang mampu berpidato dengan baik itu tidak lepas
dari mempersiapkan semuanya dengan sebaik mungkin dan senantiasa belajar
berpidato. Tidak mungkin orang yang baru pertama kali berpidato, dan pidatonya
langsung bagus. Semua butuh proses untuk menjadi sempurna.

B. Saran

Demikian makalah yang dapat kami buat dan kami sampaikan. Mudah-
mudahan dapat bermanfaat bagi kami semua. Apabila ada kesalahan dalam
penulisan, ataupun referensi yang kurang benar dalam pembahasan, kami mohon
maaf yang sebesar- besarnya. Dan kami menerima saran dan kritikkan dari pembaca
demi kebaikan kami untuk selanjutnya. Tiada kesempurnaan bagi kami, kecuali
kesempurnaan itu hanya milik Allah semata.

22
C. Daftar Pustaka

Hamzah Yaqub, Publistik Islam (Bandung; CV. Diponegoro, 1981), hlm. 99


Dean J Champion, Metode dan Masalah Penelitian, (Bandung; Refika Meditama),
1998.
Dale Carnegie. Teknik dan Seni Berpidato. (terjemah) (t.t.: Nur Cahaya.t.th.) hlm.
16.
Ibid., him. 16-17.
Herbert N. Casson. A Complete public Speaking Course. (terj. Ds. Ibn Jarir)
(Semarang: Toha Putra, t.th.), hlm. 9
Ibid., hlm. 10
William J. Mc. Cullought, Hold Yiur Audience, (terjemahan) (Bandung: Pioner
Jaya, 1986), hlm. 20
Herbert J. Mc. Cullaght. Op Cit., hlm. 23
Herbert J. Mc. Culloght, Op: Cit., hlm. 23
Ristina Yani Puspita, Cara Praktis Belajar Pidato, MC, dan Penyiar Radio
(Yogyakarta: Notebook, 2014), hal. 7.
Ristina Yani Puspita, hal. 20-21.
Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998),
hal. 21-23.
Jalaluddin Rakhmat, hal. 24.
Ristina Yani Puspita, Cara Praktis Belajar Pidato, MC, dan Penyiar Radio, hal. 22.
Ristina Yani Puspita, hal. 25-28.
http://belajarpsikologi.com/cara-menulis-naskah-pidato/
http://aamaliyahm.blogspot.co.id/2012/06/makalah-bahasa-indonesia-pidato-
dan.html
http://kbbi.web.id/pidato
http://id.wikipedia.org/wiki/Pidato

23

Anda mungkin juga menyukai