Dakwah Multikultural
Dakwah Multikultural
Disusun oleh :
Kelompok 3
Azwar Surya Syahputra (0104202149)
Fadia Hanim Siregar (0104203067)
Rika Malia Panjaitan (0104203011)
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pengertian manajemen
organisasi dan pentingnya berorganisasi ini tepat pada waktunya.Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak Dr. H. Sahrul, M.Ag. pada
mata kuliah Manajemen organisasi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. H. Sahrul, M.Ag.selaku dosen bidang
studi Manajemen organisasi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kami sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. oleh karena itu, kritik
dan saran teman-teman nantinya yang akan membangun kesempurnaan makalah ini.
Medan, 1 April 2022
Penyusun
Kelompok III
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................................iii
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................iii
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................iii
BAB II PEMBAHASAN
A. Pemikiran Masyarakat Islam Tradisional....................................................................4
B.Pemikiran Masyarakat IslamModern.............................................................................4
C.Pemikiran Masyarakat Islam Neo-Modern....................................................................5
D.Pemikiran Masyarakat Islam Liberal.............................................................................6
A. Latar Belakang
Dakwah bergerak dan berkembang sejalan dengan penguatan dan penyebaran ajaran Islam
di muka bumi. Bahkan dakwah ini dapat dikatan menjadi barometer kemajuan Islam. Apabila
aktivitas dakwah masih eksis dan semarak, berarti Islam terus maju dan berkembang. Tetapi
apabila dakwah ini melemah dan berhenti, berarti alamat kebekuan, kemunduran dan
keterbelakangan umat Islam. Oleh karena itu, demi kemajuan Islam maka dakwah ini harus
terus berjalan dan berkembang sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.
Persoalan yang muncul kemudian adalah perbedaan pendapat dalam menjelaskan dan
memahami sumber Islam tersebut. Perbedaan ini muncul karena adanya upaya untuk
menafsirkan ajaran terhadap permasalahan sosial yang ada. Sejak zaman sahabat (as-sabiqun
al-awwalun) perbedaan ini pun sudah terjadi. Perbedaan ini tercermin dalam pemahaman,
sikap, dan keyakinan. Perbedaan umat Islam dapat diketahui dari produk pikir para muslim
cendekia/ ulama, seperti fikih. Produk fikih ada banyak variannya/mazhabnya. Seperti fikih
Syafi‘i, Hanafi, Maliki, atau Hambali. Selain empat mazhab yang besar itu tentu masih ada
mazhab kecil lainnya. Di bidang teologi pun demikian, ada Khawarij, Murji‘ah, Mu‘tazilah,
Asy‘ariyah, dan lain sebagainya. Termasuk ilmu-ilmu Islam lain, seperti Ulum al-Quran yang
melahirkan tafsir al-Quran dengan banyak variannya, kemudian Ulum al-Hadith, ilmu
Tauhid, ilmu Tasawuf dan lain sebagainya. Produk pemikiran seperti itu sudah tentu
melahirkan keberagamaan yang berbeda di antara para penganutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja tipologi masyarakat dalam dakwah multikultural?
2. Apa saja tipologi pemikiran masyarakat islam ?
3. Bagaimana pemikiran masyarakat tentang dakwah multikultural ?
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui tipologi masyarakat dalam dakwah multikultural.
2. Mengetahui apa saja pemikiran masyarakat islam.
3. Mengetahui apa saja pemikiran masyarakat tentang dakwah multikultural.
BAB II
Pembahasan
Ketegangan karena keragaman pemikiran akan muncul jika setiap kelompok selalu
mempertahankan pemahaman agama yang eksklusif dan tidak melihat dan membuka
diri dengan situasi dunia yang selalu berubah, berhadapan dengan tuntutan untuk
melahirkan interpretasi baru yang sinkron dengan perkembangan. Meskipun
demikian, kehadiran suatu gagasan keagamaan pada akhirnya sering memberi dasar
bagi proses sosial, setelah terlebih dahulu gagasan itu teruji. Di Indonesia,
keteganganitu terlihat dari polarisasi visi yang dikedepankan kaum tradisional,
modernis, dan fundamentalis.
Bagi Nurcholish, tradisionalisme Islam tumbuh subur sejak awal masuknya Islam di
Indonesia, dengan ciri akomodatifnya terhadap tradisi-tradisi lokal. Pola ini memiliki
sumbangan yang berarti bagi proses awal islamisasi masyarakat yang berjalan secara
evolutif dan relatif tanpa kekerasan.1Nurcholish membagi secara garis besar bahwa
kalangan tradisionalis memiliki beberapa visi dasar dalam paham keagamaan.
Pertama, dalam bidang hukum, mereka menganut salah satu ajaran keempat mazhab,
meskipun dalam praktek sangat kuat pada Mazhab Syafi’i.
Kedua, dalam bidang tauhid, mereka menganut paham yang dikembangakan oleh
Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi. Ketiga, dalam bidang tasawuf
dan akhlak, kelompok ini menganut dasar- dasar ajaran Abu Qasim Junaid Al-
Baqdadi dan Imam Al-Ghazali. Secara khusus, tradisionalisme mempunyai ciri yang
bersifat ideologis yang kemudian mempengaruhi seluruh tingkah laku keagamaan,
politik dan kemasyarakatan mereka, khususnya ketika mereka memahami konsep
Ahlu al-Sunnah wa-al-Jama’ah secara ketat. Keterikatan mereka pada paham ini
semakin mengental yang kemudian berfungsi sebagai semacam ideologi tandingan
terhadap pemikiran keagamaan lain.2
1
Nurcholish Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan (Bandung : Mizan, 1992), h. 122
2
A. Muhith, NU dan Fiqhi Kontekstual (Yogyakarta: LKPPPSM, 1994), 29.
B. Pemikiran Masyarakat Islam Modern
Sangat jelas bahwa visi yang dikedepankan kaum modernis berlawanan dengan apa
yang selama ini dipertahankan kalangan tradisionalis. Adanya represi politik di atas,
ditambah derasnya arus negatif akibat modernisasi, melahirkan kesadaran baru pada
sejumlah aktivis Islam. Mereka ini adalah generasi yang mengalami krisis identitas
dan mendambakan Islam sebagai kekuatan yang mampu memberikan penawar bagi
kesejukan jiwa di tengah ketandusan modernitas. Semangat keberagamaan model
demikian memunculkan pola baru yang disebut fundamentalisme.
Ciri liberalisme yang lebih khusus lagi yakni liberalisme Islam di Indonesia. Yakni
berusaha membumikan dan merasionalkan pemahaman terhadap doktrin Islam
sebagai agama yang rasional dan elastisitas. Liberalisme islam di Indonesia
padadasarnya menghendaki bagaimana seharusnya umat Islam memahami islam
secara komprehensif mulai dari aspek ketauhidan, syariat, muamalat dan etika. Tidak
memahami islam sebatas aspek syariat saja, karena selama ini umat islam kebanyakan
memahami Islam masih sebatas symbol-simbol.
Liberalisme Islam hadir di Indonesia tidak perlu ditakuti karena, Liberalisme pada
intinya memfokuskan pada kepentingan individu manusia. Sangat jauh dari bayangan
yang dikhawatirkan orang selama ini.
Kesimpulan
Liberalisme Islam hadir di Indonesia tidak perlu ditakuti karena, Liberalisme pada
intinya memfokuskan pada kepentingan individu manusia. Sangat jauh dari bayangan
yang dikhawatirkan orang selama ini.
Nurcholish Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan (Bandung : Mizan, 1992), h. 122
A. Muhith, NU dan Fiqhi Kontekstual (Yogyakarta: LKPPPSM, 1994), 29.
H.Nihaya M, TIPOLOGI PEMIKIRAN ISLAM INDONESIA PERSPEKTIF NURCHOLISH
MADJID. UIN Alauddin Makassar-Samata
Ibid h.5