Anda di halaman 1dari 4

Nama: Salsabila Nasution

NIM: 1403619048
Kelas: Pendidikan Sejarah 2019
ULANGAN TENGAH SEMESTER

SEJARAH STUDI PERKEMBANGAN ISLAM

1. Meskipun sama-sama focus of interest-nya studi tentang Islam, obyek formal dan
obyek material Sejarah dan Studi Pemikiran Islam berbeda dengan Pendidikan
Agama Islam maupun Sejarah Islam. Jelaskan perbedaan dimaksud !
Jawab: Tim Penulis IAIN Sunan Ampel menyampaikan rumusan definisi Studi
Islam sebagai “kajian secara sistematis dan terpadu untuk mengetahui, memahami
dan menganalisis secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam, baik
yang menyangkut sumber-sumber ajaran Islam, pokok-pokok ajaran Islam, sejarah
Islam, maupun realitas pelaksanaannya dalam kehidupan.Dan sementara itu
Muhaimin, Abdul Mujib dan Mudzakkir menyampaikan pendapatnya bahwa Studi
Islam merupakan “usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami
serta membahas secara mendalam tentang seluk-beluk atau hal-hal yang
berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah
maupun praktek-praktek pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari hari,
sepanjang sejarahnya”.

Sedangkan pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, mememahami, mengimani, bertakwa,
berakhalak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab
suci al-Quran dan al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta
penggunaan pengalaman.Sehingga sejarah dan studi pemikiran islam mempelajari
secara dalam tidak hanya sejarah islam melainkan juga menyangkut sumber-sumber
ajaran islam, okok-pokok ajaran Islam, maupun membahas realitas pelaksanaanya
saat ini. Sedangkan Pendidikan agama Islam lebih mengarah kepada bagaimana
menjadi seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber: Muhaimin, Mujib dan Mudzakkir, Kawasan dan Wawasan Studi Islam
Prof. Dr. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Kalam
Mulia, 2005
2. Meskipun sumber ajarannya sama, transmitter pembawa risalahnya sama, namun
dalam perkembangan sejarahnya telah muncul beragam aliran pemikiran dalam
Islam, baik yang sekedar persoalan ikhtilaf (furu’iyah) maupun yang sudah masuk
pada persoalan-persoalan ushul (furuqiyah). Berdasarkan analisa Anda, faktor-faktor
apakah yang telah menyebabkan terjadinya keragaman aliran-aliran tersebut ?, serta
sikap seperti apa yang sebaiknya dilakukan oleh kaum muslimin dalam menyikapi
masalah perbedaan pemikiran tersebut ?!
Jawab: Islam sebagai agama yang ajaran bersumber wahyu dari Allah SWT (yangdi
maktub kan / dibukukan dalam Al-Qur’an) dan As-Sunnah (Hadits dan tindakan-
tindakan Nabi Muhammad SAW) ternyata menimbulkan berbagai versi penafsiran
yang bervariatif. Itu wajar saja dikarenakan setiap orang ataupun golongan tentunya
memiliki perspektif masing-masing dalam menginterpretasikan sumber ajaran Islam
yang utama (Al-Qur’an dan As-Sunnah).

Hal itu pula didasari oleh fitrah manusia sebagai makhluk yang
berpikir,tentunya manusia akan memiliki pemikirannya masing-masing. Dari adanya
perbedaan perspektif tersebutlah yang kemudian menimbulkan pemahaman yang
beraneka ragam pula terkait ajaran Islam,baik persoalan ikhtilaf (furu’iyah) ataupun
persoalan ushul (furuqiyah).

Perbedaan perspektif terkait interpretasi sumber ajaran Islam ini makin marak
semenjak wafatnya Rasulullah, karena saat Rasulullah masih hidup, berbagai
persoalan dan pemecahannyadapat ditanyakan langsung kepada Rasulullah. Di
samping itu, adapun faktor-faktor yang kemungkinan mempengaruhi adanya
perbedaan pandangan dalam pengintrepretasian sumber ajaran Islam itu diantaranya,
situasi sosiologis, kultural, dan intelektual, sertaadanya kepentingan pribadi dan
politik tertentu.Sikap kaum muslimin dalam menyikapi masalah perbedaan pemikiran
tersebutsebaiknya adalah mengembangkan toleransi terhadap perbedaan pemikiran
tentangajaran Islam dan memahami bahwa sejauh perbedaan pemikiran tentang ajaran
Islam itutidak menyimpang dari hal-hal mendasar (hal-hal principle itu, seperti:Al-
Qur’an adalah wahyu dari Allah yang diberikan pada Rasulullah melalui malaikat
Jibril, serta ajaran bahwa nabi dan rasul terakhir adalah Nabi Muhammad SAW), sah-
sahsaja perbedaan itu tetap ada.
Sumber: Hilal, Samsul.2013. “Qawâ’id Fiqhiyyah Furû’iyyah Sebagai Sumber
Hukum Islam”. Bandar Lampung: Fakultas Syariah IAIN Raden Intan Lampung

3. Peristiwa SAQIFAH sering dianggap sebagai awal perselisihan Ummat Islam.


Berikan penjelasan secara singkat tentang peristiwa Saqifah tersebut, sehingga jelas
bagi pembaca apa yang menjadi latar belakang / pokok masalah berikut penyelesaian
masalahnya.
Jawab: Merupakan peristiwa pertama yang terjadi setelah wafatnya Nabi Muhammad
saw pada tahun ke-11 H/632, di mana Abu Bakar bin Abi Quhafah dipilih sebagai
khalifah kaum Muslimin. Ketika Nabi Muhammad saw wafat, Imam Ali as dan
beberapa sahabat lainnya sedang mempersiapkan acara pemakaman beliau, pada saat
yang sama, beberapa orang dari kaum Anshar dengan pimpinan Sa'ad bin Ubadah,
berkumpul di sebuah tempat bernama Saqifah Bani Saidah untuk mengambil sebuah
keputusan dalam memilih seorang pemimpin setelah Nabi saw.

Menurut pandangan sebagian ahli sejarah, perkumpulan yang dilakukan


komunitas Anshar, hanya untuk menentukan hakim dan penguasa bagi kota Madinah.
Tetapi dengan kedatangan beberapa orang Muhajirin ke dalam pertemuan tersebut,
perbincangan beralih pada pembahasan mengenai penentuan penerus Nabi untuk
kepemimpinan semua umat Islam dan akhirnya, Abu Bakar dibaiat sebagai khalifah
kaum Muslimin. Menurut sumber-sumber sejarah, selain Abu Bakar yang menjadi
juru bicara kaum Muhajirin, Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah juga
hadir di Saqifah.

Dalam peristiwa Saqifah ini, berhasil disepakati konsep pemilihan khalifah


berdasarkan bai’at. Para peserta pertemuan tersebut pun sepakat untuk memilih Abu
Bakar, yang kemudian disusul bai’at sahabat-sahabat Nabi. Tokoh-tokoh yang belum
memberikan bai’at pada saat pertemuan Saqifah tersebut merasa tersinggung, karena
pertemuan itu cenderung mendahulukan perbincangan pemimpin dengan melalaikan
pengurusan jenazah Rasulullah yang belum dimandikan dan dishalatkan, Ali sebagai
tokoh terkemuka dari Ahlul Bayt Rasulullah pun tidak mau membai’at Abu Bakar
sampai enam bulan pemerintahan Abu Bakar.
Dalam pertemuan Saqifah dapat ditelaah bagaimana pertentangan terjadi di
antara para sahabat dan keluarga utama Rasulullah. Abu Bakar yang didukung kuat
Umar bin Khattab dan sebagian besar sahabat dari Anshar, Muhajirin dan suku
Quraisy berhadapan dengan Bani Hasyim atau Ahlul Bayt Rasulullah yang
menginginkan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Meskipun persoalan itu mulai
mereda dengan bai’at Ali enam bulan pasca pemilihan Abu Bakar, tetap saja masih
ada potensi perpecahan umat Islam, dalam hal ini terlihat dari munculnya golongan
Sunni dan Syiah.

4. Terhadap persoalan apakah manusia memiliki kebebasan dan kuasa sepenuhnya


dalam menentukan nasib dan perbuatannya ataupun nasib dan perbuatannya telah
digariskan oleh Allah baginya sejak azali, telah melahirkan pandangan yang berbeda
antara faham Qadariyah, Jabariyah, dan Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Jeskan
perbedaan pandangan tersebut.
Jawab: Qadariyah (free will & free act), berasal dari kata “Qadr” (bahasa Arab),
yang berarti “kekuatan atau hak”. Dalam pandangan aliran pemikiran ini, manusia
memiliki kemauan berdiri sendiri dan bebas dalam menentukan nasibnya sendiri
dengan mutlak, serta manusialah yang menciptakan pekerjaan dirinya, baik dalam
masalah kebaikan dan keburukan. Kemauan dan kehendak manusia itu terlepas dari
kemauan dan kehendak Allah.

Jabariyah (fatalism atau predestination), berasal dari kata “Jabara” (bahasa


Arab), yang berarti “memaksa dan mengharuskan melakukan sesuatu”. Dalam
pandangan aliran pemikiran ini, manusia terpaksa dalam melakukan perbuatannya
serta tidak memiliki pilihan di antara beberapa alternatif, dan manusia hanya
mengikuti saja segala yang harus dikerjakan, sehingga manusia tidak bebas berbuat
dan berkehendak sesuai dengan pilihannya. Ini dikarenakan bahwa kemauan dan
kehendak manusia telah ditentukan oleh Allah.

Ahlu sunnah wal jama’ah merupakan satu kelompok atau golongan yang
senantiasa komitmen dan tetap berpegang teguh kepada apa-apa yang dikerjakan dan
diyakini oleh Rasulullah SAW dan thoriqoh (jalan) para sahabatnya dalam hal aqidah,
fiqh dan hakikat (tasawwuf dan akhlaq).

Sumber: Mahmuddin,Romy. Syandri. 2020. “Qadariyah, Jabariyah, dan


AhluSunnah”. Bustanul Fuqaha: Jurnal Bidang Hukum Islam

Anda mungkin juga menyukai