Anda di halaman 1dari 28

OPTIMASI DESAIN ALAT MESIN CUCI TANGAN OTOMATIS

MENGGUNAKAN ENERGI SURYA SEBAGAI MEDIA PENCEGAHAN


VIRUS COVID-19 DAN POLA HIDUP SEHAT DI SEKOLAH X

PROPOSAL TESIS

OLEH
JUNIOR RAMADHANI SYAHRI

5321220004

Diajukan untuk melengkapi sebagian persayaratan


menjadi Magister Teknik

PROGRAM MEGISTER TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS PANCASILA
2022
ABSTRAK

Wabah virus covid-19 masih dirasakan oleh seluruh dunia. Pemanfaatan energi surya
merupakan energi listrik tidak terbatas yang tersedia di muka bumi pertiwi ini. Energi
surya mengubah sinar matahari menjadi listik yang bisa digunakan oleh manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidup dan biasa dimanfaatkan untuk kehidupan manusia. Salah
satunya yaitu untuk menggerakan alat mesin cuci tangan yang menggunakan arduino
secara otomatis dengan energi surya dalam sebagai media pencegahan virus COVID-19.
Arduino digunakan untuk pengatur proximity dan suhu dalam alat mesin cuci tangan
otomatis, dengan memanfaatkan sinar matahari sebagai tenaga listrik untuk menjadi
penggerak. Rangkaian alat dibuat efisiensi mungkin agar alat dapat digunakan dengan
mudah dan maksimal. Penelitian ini melakukan variasi pengujian dengan mengatur sudut
tangkap cahaya dengan varian berturut-turut adalah 00,300,450,900. Didapatkan hasil
varian terbaik adalah …

Keywords : Covid, Surya, Proximity, Adruino


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyebaran virus Covid-19 sudah berlangsung melanda dunia sejak tahun 2019. Tercatat
virus covid-19 memasuki Indonesia diawal tahun 2020 dan Kementrian Kesehatan menetapkan
Indonesia menjadi pandemi covid-19 pada tanggal 11 Maret 2020 (Kemenkes pedoman).
Tercatat sampai tanggal 24 April 2022 jumlah kasus positif di Indonesia mencapai 6.044.150
orang dan terkonfirmasi korban meninggal dunia akbiat covid-19 sebanyak 156.100 jiwa.(
https://covid19.go.id/)
Salah satu bukti saat ini bahwa covid-19 menyebar antar manusia secara tidak langsung,
yaitu melalui benda atau permukaan yang terkontaminasi dan salah satu pencegahan yang paling
efektif adalah mencuci tangan agar virus tidak menyebar (WHO). Mencuci tangan merupakan
hal yang sangat penting dalam Kesehatan diri namun sering dilupakan oleh sebagian orang.
Prilaku mencuci tangan dengan benar dalam data Riskesdar 2018 menunjukkan rata rata seluruh
provinsi sebesar 49,8 % manusia berumur ≥ 10 tahun sudah melakukan cuci tangan dengan
benar (RISKESDAS 2018). Data ini menunjukkan bahwa masih kurangnya perhatian
masyarakat terhadap perilaku hidup sehat dengan mencuci tangan.
Pada kondisi saat ini yang masih menunjukkan bahwa Indonesia masih menjadi pandemic
covid-19, banyak sekali tempat umum menyediakan tempat untuk cuci tangan otomatis sebagai
sarana mengurangi penyebaran virus melalui benda atau permukaan yang terkontaminasi (Asrul,
et al 2022). Pemanfaatan sistem otomatis harus didukung dengan pasokan energi listrik untuk
menggerakan sistem sensor dan pompa. Pengaplikasian dari pemanfaatan energi matahari
sebagai sumber listrik bisa dimanfaatkan sebagai pasokan listrik untuk menjalankan sistem
tersebut. Sel Surya di Indonesia merupakan salah satu sumber energi terbesar yang bisa
dimanfaatkan sebagai energi listrik di Indonesia.
Saraswati. T, et al (2021) Meneliti optimasi ketinggian westafel untuk anak Sekolah Dasar
yang dapat di atur ketinggiannya menggunakan sensor setiap pengguna yang menggunakannya.
Febriansyach. R, et al (2020) Membuat alat cuci tangan otomatis menggunakan adruino dan
solar cell sebagai sumber listrik didapat hasil yang kurang optimal pada solar cell dan baterai
yang diguanakan. Kaklay A.B.P, et al (2020) meneliti alat cuci tangan otomatis menggunakan
sensor proximity dan ultrasonic dan didapat hasil dari sensor proximity mampu mendetek tangan
dengan jarak 3-12cm sedangkan untuk sensor ultrasonic didapat ketelitian pembacaan debit air
sebesar 99,61%.
Berdasarkan kebutuhan alat cuci tangan otomatis melalui referensi diatas dibutukan
penelitian berkelanjutan terhadap dimensi solar cell, baterai yang digunakan dan sistem yang
digunakan agar hasil yang didapat bisa optimum dan sesuai apa yang diinginkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat alat cuci tangan otomatis yang higeinis dan
memanfaatkan energi terbarukan sebagai sumber listrik dengan menggunakan beberapa sensor
sebagai beberapa penggunaan yaitu sensor suhu, sensor proximity yang bisa dimanfaatkan oleh
siswa dan karyawan di SMKN 26 Jakarta.
1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil dari pemanfaatan panas matahari
menggunakan sel surya untuk menghasilkan listrik, media pemanfaatan listrik yang digunakan
untuk menyalakan mesin cuci tangan otomatis sebagai alat mencegah penyebaran virus corona
dan perilaku hidup sehat di lingkungan SMKN 26 Jakarta

1.3 Identifikasi Masalah

1. Seperti apa mekanisme sistem sel surya sehingga dapat menghasilkan listrik?
2. Seperti apa desain yang dibuat agar alat dapat digunakan digunakan dengan mudah?
3. Bagaimana alat cuci tangan otomatis masih bisa dapat digunakan sewaktu cuaca berawan
atau dimalam hari?
4. Bagaimana pengujian yang dilakukan untuk mengetahui peforma pada mesin cuci tangan
otomatis dengan menggunakan sel surya?

1.4 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti memiliki batasan masalah yang digunakan agar penelitian tidak
melebar.
1) Penelitian ini hanya membahas masalah pengaplikasian sistem sel surya untuk alat cuci
tangan otomatis
2) Menggunakan Arduino sebagai pengatur sensor suhu dan sensor proximity
3) Tempat yang menjadi objek penelitian adalah SMKN 26 Jakarta
4) Waktu penelitian dibatasi hanya pada siang hari, yaitu pukul 11.00 – 13.00 WIB.
BAB 2
STUDI LITERATUR

1.5 Energi Surya Matahari

Energi matahari ramah lingkungan tidak menghasilkan emisi gas buang CO2 yang dapat
merusak lingkungan, oleh karena itu sistem teknologi panel surya sangat mendukung penyediaan
energi alternatif pada saat kerisis energi dan mendukung pencegahan pemanasan global didunia.

Matahari adalah bintang terdekat dengan Bumi dengan jarak rata-rata 150.000.000 km.
Matahari menyediakan energi surya dan elektromagnetik yang dibutuhkan oleh kehidupan di
bumi ini secara terus menerus dan berputar pada porosnya.. Energi surya sangat aktif karena
tidak bersifat polutif dan tidak akan habis pemanpaatannya, dalam pemanpaatannya harus
menggunakan sistem dan kolektor yang permukaannya luas untuk mengumpulkan dan
mengkonsentrasikan energi matahari ini (M.R.Pahlevi, et al (2017)

1.5.1 Konstanta Matahari

Lapisan luar dari matahari yang disebut fotosfer memancarkan spektrum radiasi yang

kontinu. Untuk maksud yang akan dibahas kiranya cukup untuk menganggap matahari sebagai

sebuah benda hitam, sebuah radiator sempurna pada 5762 K. Dalam ilmu fotovoltaik dan studi

mengenai permukaan tertentu, distribusi spectral adalah penting. Radiasi yang dipancarkan oleh

permukaan matahari Es adalah sama dengan hasil perkalian konstanta Stefan Bolztman σ,

pangkat 4 temperatur permukaan absolute Ts4 dan luas permukaan π ds2.

𝐸𝑠 = 𝜎 𝜋 𝑑𝑠 2 𝑇𝑠 4 𝑊

Dimana σ = 5,67 x 10-8 W/m2.K4

Ts = Temperature permukaan (K)

DS = Diameter matahari (m)


Pada radiasi ke semua arah energi yang diradiasikan mencapai luas permukaan bola

dengan matahari sebagai titik tengahnya. Jari-jari R adalah sama dengan jarak rata-rata antara

matahari dan bumi. Luas permukaan bola adalah sama dengan 4 πR 2, dan fluks radiasi pada

satuan luas dari permukaan bola tersebut yang dinamakan iradiansi, menjadi.

𝜎 𝑑𝑠 2 𝑇𝑠 4
𝐺= W/m2
4 𝑅2

Dengan garis tengah matahari 1,39 x 109 m, temperatur permukaan matahari 5762 K dan

jarak rata-rata antara matahari dan bumi sebesar 1,5 x 10 11 m, maka fluks radiasi per satuan luas

dalam arah yang tegak lurus pada radiasi tepat diluar atmosfir bumi adalah:

𝑊
5,67 𝑥 108 𝑥 (1,39 𝑥 109 )2 𝑚2 𝑥 (5,762 𝑥 103 )4 𝐾 4
𝐺= 𝑚2 𝐾 4
4 𝑥 (1,5 𝑥 1011 )2 𝑚2

= 1352 w/m2

Harga G ini disebut konstanta surya, Gsc. Pengukuran yang baru-baru ini dilakukan oleh

pesawat antariksa telah membenarkan harga Gsc ini yang kemudian telah diterima oleh NASA

sebagai standar. Tabel 2-1 memuat konstanta surya dalam satuan lain. Satuan 6 angley sama

dengan 1 cal/cm2, adalah satuan yang umumnya dapat dijumpai dalam literature mengenai

radiasi surya, perlu dicatat di sini bahwa karena 1 kalori = 4.187 Joule, maka 1 langley = 1

cal/cm2 = 0.04187 MJ/m2, sebuah faktor konversi yang sering digunakan.

Tabel 2.1 Standar satuan untuk Gsc (A.Asrori, et al (2015)


No
Jenis Konstanta Jenis Satuan
1
Energi listrik 1353 W/m²
2
British 429 BTU/(jam-ft²)
3
Langley 116,4 langley/hr (langley per
jam)
4
SI 4,871 MJ/m².jam
1.5.2 Manfaat Matahari

Matahari adalah sumber energi kita yang paling kuat. Sinar matahari, atau energi surya,

dapat digunakan untuk pemanasan rumah, pencahayaan dan pendinginan, pembangkit listrik,

pemanas air, dan berbagai proses industri.

Sebagian besar bentuk energi terbarukan berasal baik secara langsung atau tidak

langsung dari matahari. Sebagai contoh, panas dari matahari menyebabkan angin bertiup,

memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan pohon dan tanaman lain yang digunakan untuk

energi biomassa, dan memainkan peran penting dalam siklus penguapan dan curah hujan yang

menjadi sumber energi air.

Suatu teori yang akhir-akhir ini dapat diterima para ahli mengatakan bahwa radiasi

gelombang elektromagnetik merupakan kombinasi dari gelombang elektrik arus bolak-balik

berkecepatan tinggi dengan gelombang medan magnet yang menumbuhkan partikel-partikel

energi dalam bentuk foton. Gelombang energi yang memancar melalui ruangan angkasa

memberikan pancaran radiasi dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Radiasi

gelombang elektromagnetik dikelompokkan pada panjang gelombang yang memberikan

rangsangan energi yang lebih besar dimana semakin pendek panjang gelombangnya semakin

besar energinya. Radiasi yang dipancarkan melalui permukaan matahari mempunyai variasi

panjang gelombang dari yang paling panjang (gelombang radiasi) sampai yang paling pendek

(gelombang sinar X dan sinar gamma).

Pada dasarnya energi radiasi yang dipancarkan oleh sinar matahari mempunyai besaran

yang tetap (konstan), tetapi karena peredaran bumi mengelilingi matahari dalam bentuk elips

maka besaran konstanta matahari bervariasi antara 1308 Watt/m2 dan 1398 Watt/m2. Dengan
berpedoman pada luas penampang bumi yang menghadap matahari dan yang berputar sepanjang

tahun, maka energi yang dapat diserap oleh bumi besarnya adalah 751 x 10 kW/jam.

Besarnya jumlah radiasi matahari yang diterima oleh suatu tempat dipengaruhi oleh

posisi sudut matahari yang masuk ke tempat tersebut. Dalam perencanaan suatu kolektor surya,

posisi sudut matahari sangat perlu diketahui untuk memperoleh hasil yang maksimal sesuai

dengan perancangan (Richard A, et al (2016).

1.6 Sel Surya

Sel surya tersusun dari dua lapisan semikonduktor dengan muatan yang berbeda. Lapisan

atas sel surya bermuatan negatif dan lapisan bawah sel surya bermuatan positif. Silikon adalah

bahan semikonduktor yang paling umum digunakan untuk sel surya. Ketika cahaya mengenai sel

surya, beberapa foton dari cahaya diserap oleh atom semikonduktor untuk membebaskan

elektron dari ikatan atomnya sehingga menjadi elektron yang bergerak bebas. Adanya

perpindahan electron elektron inilah yang menyebabkan terjadinya arus listrik (Nora Aditiya.

(2015).

Gambar 2.1 Proses pengubahan Energi matahari menjadi energi listrik pada sel surya
1.6.1 Sel Surya Struktur

Sebuah sel surya sel fotovoltaik atau sel surya yang dibentuk semi konduktor silikon atau

bahan lainnya dimana lempengan tipe-p dan n merupakan bidang datar yang sejajar dengan

permukaan yang disinari. Untuk mendapatkan koefisien penyerapan yang tinggi lapisan n dipilih

sebagai bidang langsung yang mendapatkan penyinaran. Lapisan tipe-n ini sangat tipis dan

kelihatannya tidak tembus cahaya, tetapi sesungguhnya. Cahaya matahari mampu menembus

sampai pada lapisan batas antara bahan tipe-n dan tipe-p agar sel dapat menyalurkan daya ke

suatu rangkaian eksternal, rnaka dihubungkan logam ke kedua lapisan tersebut. Hubungan ke

lapisan tipe-p berupa plat logam berbentuk kisi-kisi yang bertujuan supaya tidak menghalangi

cahaya rnatahari menembus lapisan batas p-n (junction). Adapun struktur sel surya dapat

dijelaskan dengan gambar berikut (Nora Aditiya. (2015).

Gambar 2.5 struktur dari sel surya [6]

Gambar di atas menunjukan ilustrasi sel surya dan juga bagian-bagiannya. Secara umum
sel surya terdiri dari:
1) Substrat/Metal backing

Substrat adalah material yang menopang seluruh komponen sel surya. Material substrat

juga harus mempunyai konduktifitas listrik yang baik karena juga berfungsi sebagai kontak
terminal positif sel surya, sehinga umumnya digunakan material metal atau logam seperti

aluminium atau molybdenum. Untuk sel surya dye-sensitized (DSSC) dan sel surya organik,

substrat juga berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya sehingga material yang digunakan yaitu

material yang konduktif tapi juga transparan seperti Indium tin oxide (ITO) dan flourine doped

tin oxide (FTO).

2) Material semikonduktor

Material semikonduktor merupakan bagian inti dari sel surya yang biasanya mempunyai

tebal sampai beberapa ratus mikrometer untuk sel surya generasi pertama (silikon), dan 1-3

mikrometer untuk sel surya lapisan tipis. Material semikonduktor inilah yang berfungsi

menyerap cahaya dari sinar matahari. Untuk kasus gambar diatas, semikonduktor yang

digunakan adalah material silikon, yang umum diaplikasikan di industri elektronik. Sedangkan

untuk sel surya lapisan tipis, material semikonduktor yang umum digunakan dan telah masuk

pasaran yaitu contohnya material Cu (In, Ga) (S, Se)2 (CIGS), CdTe (kadmium telluride), dan

amorphous silikon, disamping material-material semikonduktor potensial lain yang dalam

sedang dalam penelitian intensif seperti Cu2ZnSn(S,Se)4 (CZTS) dan Cu2O (copper oxide).

Bagian semikonduktor tersebut terdiri dari junction atau gabungan dari dua material

semikonduktor yaitu semikonduktor tipe-p (material-material yang disebutkan diatas) dan tipe-n

(silikon tipe-n, CdS, dll) yang membentuk p-n junction. P-n junction ini menjadi kunci dari

prinsip kerja sel surya.

3) Kontak metal / contact grid

Selain substrat sebagai kontak positif, diatas sebagian material semikonduktor biasanya

dilapiskan material metal atau material konduktif transparan sebagai kontak negatif.
4) Lapisan anti reflektif

Refleksi cahaya harus diminimalisir agar mengoptimalkan cahaya yang terserap oleh

semikonduktor. Oleh karena itu biasanya sel surya dilapisi oleh lapisan anti-refleksi. Material

anti-refleksi ini adalah lapisan tipis material dengan besar indeks refraktif optik antara

semikonduktor dan udara yang menyebabkan cahaya dibelokkan ke arah semikonduktor

sehingga meminimumkan cahaya yang dipantulkan kembali.

5) Enkapsulasi/cover glass

Bagian ini berfungsi sebagai enkapsulasi untuk melindungi modul surya dari hujan atau

kotoran.

1.6.2 Jenis –jenis Bahan Pembuatan Sel Surya

Perkembangan sel surya sangat meningkat sebagai energi alternatif yang terbarukan.

Perkembangan tersebut salah satunya berdampak pada bahan pembuatan sel surya. Bahan yang

digunakan banyak jenisnya dan memiliki efisiensi yang berbeda-beda. Dengan demikian untuk

mengaplikasikan sumber energi sel surya dapat disesuaiakan dengan kebutuhan dan pastinya

dapat disesuaiakan dengan anggaran dana. Macam-macam bahan pembuatan sel surya adalah

sebagai berikut berikut : (Nora Aditiya. (2015).

1) Poly-crystalline

Dibuat dari peleburan silikon dalam tungku keramik, kemudian pendinginan perlahan

untuk mendapatkan bahan campuran silikon yang akan timbul di atas lapisan silikon. Sel ini

kurang efektif dibandingkan dengan sel mono-crystalline (efektifitas 19.8%), tetapi biaya lebih

murah.
2) Mono-crystalline

Dibuat dari silikon kristal tunggal yang didapat dari peleburan silikon dalam bentuk

bujur. mono-crystalline dapat dibuat setebal 200 mikron, dengan nilai efisiensi sekitar 24%.

3) Gallium Arsenide

Sel Surya III-IV semikonduktor yang sangat efisien sekitar 25%.Sel surya silikon terpadu

”Thin Film”:

a) Amorphous Silikon

Sebagai pengganti tinted glass yang semi transparan.

b) Thin Film Silikon

Dibuat dari thin-crystalline atau poly-crystalline pada bahan metal yang cukup murah

(cladding system) .

c) Cadmium Telluride

Terbentuk dari bahan materi thin film poly-crystalline secara deposit, semprot dan

evaporasi tingkat tinggi. Nilai efisiensi 16%.

4) Copper Indium Diselenide

Merupakan bahan dari film tipis poly-crystalline. Nilai efisiensi 17.7%

Gambar 2.6 Fisik Modul Surya


1.7 Perkembangann sel surya

a) Arsitektur

Sel surya merupakan komponen yang berfungsi merubah energi sinar matahari menjadi

energi listrik. Panel ini tersusun dari beberapa sel yang dihubungkan secara seri maupun paralel.

Sebuah sel surya umumnya terdiri dari 32-40 sel surya, tergantung ukuran panel. Gabungan dari

panel-panel membentuk suatu “Array” [ Mintorogo. S. D. (2000)]

Gambar 2.11 Hubungan Sel, Modul dan Array

b) Luas permukaan sel surya

Sel surya komersil yang sudah ada di pasaran memiliki efisiensi sekitar 12-15%.

Sedangkan efisiensi sel surya skala laboratorium pada umumnya 1,5 hingga 2 kali efisiensi sel

surya skala komersil. Hal ini disebabkan pada luas permukaan sel surya yang berbeda. Pada sel

surya di pasaran, sel yang dipasarkan pada umumnya memiliki luas permukaan 100 cm2 yang

kemudian dirangkai menjadi modul surya yang terdiri atas 30-40 buah sel surya. Dengan

semakin besarnya luas permukaan sel surya, maka sudah menjadi pengetahuan umum jika
terdapat banyak efek negatif berupa resistansi sirkuit, cacat pada sel dan sebagainya, yang

mengakibatkan terdegradasinya efisiensi sel surya. Pada sel surya skala laboratorium, luas

permukaan sel yang diuji hanya berkisar kurang dari 1 cm2. Hal ini dimaksudkan untuk melihat

kondisi ideal sel surya yang bebas dari cacat maupun resistansi ketika dihubungkan ke sebuah

sirkuit. Disamping itu, kecilnya luas permukaan sel surya memudahkan proses pembuatannya di

mana alat yang dipakai di dalam laboratorium ialah alat yang berukuran kecil.

1.8 Pengoperasian Sel Surya

Pengoperasian umum panel surya sangat tergantung pada hal-hal sebagai berikut :

1. Temperatur

Sebuah panel surya dapat beroperasi secara maksimum jika temperatur yang diterimanya

tetap pada temperature 25°C. Kenaikan temperatur lebih tinggi dari temperatur normal pada

panel surya akan melemahkan tegangan (Voc) yang dihasilkan. Setiap kenaikan temperatur

panel surya 1°C (dari 15°C) akan mengakibatkan berkurang sekitar 0,5% pada total tenaga

(daya) yang dihasilkan (Foster dkk., 2010). Untuk menghitung besarnya daya yang berkurang

pada saat temperatur disekitar Sel Surya mengalami kenaikan °C dari temperatur standarnya,

dipergunakan rumus sebagai berikut [9] :

𝑃 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘 𝑜 𝐶 = 0,5 %𝑜 𝐶 𝑃𝑀𝑃𝑃 𝑥 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 (𝑜 𝐶)

Dimana :

𝑃 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘𝑜 𝐶 = daya pada saat temperatur naik dari temperatur standarnya.

𝑃𝑀𝑃𝑃 = daya keluaran maksimum Sel Surya.

Daya keluaran maksimum Sel Surya pada saat temperaturnya naik menjadi toC dari

temperatur standarnya diperhitungkan dengan rumus sebagai berikut:

𝑃𝑀𝑃𝑃 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑡 𝑜 𝑐 = 𝑃𝑀𝑃𝑃 − 𝑃𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘 𝑜 𝐶


Dimana:

𝑃𝑀𝑃𝑃 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑡 𝑜 𝑐 adalah daya keluaran maksimum Sel Surya pada saat temperatur di

sekitar sel surya menjadi t dari temperatur standarnya.

Faktor koreksi temperatur (Temperature corretion Faktor) diperhitungkan dengan rumus

sebagai berikut:
𝑃𝑀𝑃𝑃 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑡°𝐶
TFC = 𝑃𝑀𝑃𝑃

Gambar 2.12 Pengaruh temperature terhadap panel surya [R.Alfanz. et al (2015)]

2. Intensitas Cahaya Matahari

Intensitas cahaya matahari akan berpengaruh pada daya keluaran panel surya. Semakin

rendah intensitas yang diterima Sel Surya maka arus (Ics) akan semakin rendah. Hal ini akan

membuat titik Maksimum Power Point berada pada titik paling rendah.
Gambar 2.13 Pengaruh Intensitas Radiasi terhadap Sel Surya [9]

3. Orentasi Sel Surya (Array)

Orentasi dari rangkaian Sel Surya (array) kearah matahari adalah penting agar Sel surya

(array) dapat menghasilkan energy maksimum. Misalnya, untuk lokasi yang dibelahan bumi utra

maka sel Surya (array) sebaiknya diorentasikan keselatan. Begitu pula untuk lokasi yang terletak

dibelahan bumi selatan maka sel Surya (array) diorentasikan ke utara.

4. Keadaan atmosfer bumi

Keadaan atmosfir bumi berawan, mendung, jenis partikel debu udara, asap, uap air udara

(Rh), kabut dan polusi sangat menentukan hasil maximum arus listrik dari deretan sel surya.

5. Kecepatan angin bertiup

Kecepatan tiup angin disekitar lokasi lank Sel Surya dapat membantu mendinginkan

permukaan temperatur kaca-kaca lark Sel Surya.

6. Sudut Kemiringan sel surya (array)

Sudut Kemiringan memiliki dampak yang besar terhadap radiasi matahari di permukaan

Sel Surya. Untuk sudut kemiringan tetap, daya maksimum selama satu tahun akan diperoleh

ketika sudut kemiringan Sel Surya sama dengan lintang lokasi. Misalnya Sel Surya yang
terpasang dikatulistiwa (lintang = 0°) yang diletakan mendatar (tilt angel = 0°), akan

menghasilkan energi maksimum.

1.9 Efisiensi Dan Daya

Sebelum mengetahui daya sesaat yang dihasilkan kita harus mengetahui energi yang

diterima, dimana energi tersebut adalah perkalian intensitas radiasi yang diterima luasan dengan

persamaan: [Ferederik, H. et al (2012)]

E = Ir x A (2.1)

Dimana:

Ir = Intensitas radiasi matahari (W/m2)

A = Luas permukaan (m2)

Sedangkan besarnya daya sesaat yaitu perkalian tegangan dan arus yang dihasilkan oleh

sel photofoltaik dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut [Ferederik, H. et al (2012)]:

P=VxI (2.2)

Dimana:

P = Daya (Watt)

V = Beda Potensial (Volt)

I = Arus (Ampere)

Radiasi surya yang mengenai Photofoltaik dengan menggunakan alat pyrometer adalah

dalam satuan mV sehingga harus dikonversikan menjadi W/m2, persamaan yang digunakan

adalah:

Ir (mV) (W/m2)
Efisiensi yang terjadi pada sel surya adalah merupakan perbandingan daya yang dapat

dibangkitkan sel surya dengan energi input yang diperoleh dari sinar matahari. Efisiensi yang

digunakan adalah efisiensi sesaat pada pengambilan data.

Sehingga efisiensi yang dihasilkan [Suryadi, et al (2010)]:


𝑝𝑜𝑢𝑡
Ƞ= 𝑥 100% (2.3)
𝑝𝑖𝑛

Dimana:

ƞ = Efisiensi (%)

Pout = Daya output (Watt)

Pin = Daya input (Watt)

Pout = Voc . Isc . FF (2.4)

Dimana:

Vout = Tegangan rangkaian terbuka (Watt)

Isc = Arus hubungan singkat (Watt)

FF = Faktor pengisi

𝑉𝑜𝑐 .ln (𝑉𝑜𝑐 + 0,72)


FF = (2.5)
𝑉𝑜𝑐 +1

Untuk menentukan daya keluaran maka diawali dengan menghitung luas penampang sel

surya tersebut dari itu luas penampangnya adalah sebagai berikut [B.D.P. Sitorus, et al (2015)

A = P. L (2.6)

Dimana:

A = Luas penampang (m2)

P = Panjang solar cell (meter)

L = Lebar solar cell (meter)


1.10 Inventer

Inverter adalah perangkat elektrik yang digunakan untuk mengubah arus listrik searah

(DC) menjadi arus listrik bolak balik (AC). Inverter mengkonversi DC dari perangkat seperti

baterai, panel sel surya menjadi AC.Penggunaan inverter dari dalam Pembangkit Listrik Tenaga

Surya (PLTS) adalah untuk perangkat yang menggunakan AC (Alternating Current)

[Hasnawiyah H. (2012)]

Gambar 2.16. Inverter

Prinsip kerja inverter dapat dijelaskan dengan menggunakan 4 saklar seperti ditunjukkan pada

Gambar 2.12. Bila sakelar S1 dan S2 dalam kondisi on maka akan mengalir aliran arus DC ke

beban R dari arah kiri ke kanan, jika yang hidup adalah sakelar S3 dan S4 maka akan mengalir

aliran arus DC ke beban R dari arah kanan ke kiri.


Gambar 2.17 Skema sederhana Inverter
BAB 3
METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode atau pendekatan secara teoritis dan
eksperimental. Kajian secara teoritis untuk mendapatkan parameter-parameter utama solar cell
dengan berbagi sumber literature berupa buku teks, jurna-jurnal, internet

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilalukan di SMKN 26 JAKARTA yang beralamat di JL Balai Pustaka


Baru I No.2, RW.7, Rawamangun, Kec. Pulo Gadung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 13220 Dimulai dari bulan Maret 2022 sampai Desember 2022.

3.2 Variabel Penelitian

Dalam Melaksanakan penelitian ini menggunakan beberapa Variable pengujian berupa


sudut daya tangkap cahaya
1. 00
2. 300
3. 450
4. 900
3.3 Diagram Alir

Start

Studi literatur

Spesifikasi teknis hasil perancangan (Sudut


tangkap cahaya bisa diatur, baterai, sistem
sensor, adruino, dan kontruksi)

Pemilihan konsep terbaik

Perakitan alat

Tidak
Pengujian Alat

Ya

Hasil : Sudut tangkap cahaya, listrik yang


dihasilkan, sensor-sensor berfungsi

Hasil dan kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1. Diagram Alir


3.4 Bahan

Dalam proses pengujian ini bahan yang digunakan alat mesin cuci tangan dan sel surya
sebagai berikut
1) Besi hollow 40x20x2mm
2) Besi siku 40x40x2mm
3) Triplek melamin tebal 4mm
4) Besi plat 500x500mm
5) Plat strip 40x4mm
6) Kabel

3.5 Alat

Dalam pelaksanaan pengujian Adapun beberapa alat pengujian yang digunakan sebagai
berikut
1) Sel surya
2) Batre
3) Conventer ACDC
4) Controller sel surya
5) Motor Washer Air Panther Kijang 12V

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Penjelasan Gambar 1 diatas adalah penelitian dimulai dengan studi literatur dari
penelitian terkait yang sudah dilakukan mengenai pembuatan alat cuci tangan otomatis
menggunakan sel surya,. Selanjutnya dilakukan pemilihan spesifikasi perancangan yang
dibutuhkan berupa sudut tangkap cahaya yang bisa diatur, baterai yang digunakan, sensor sensor
sensor yang bekerja menggunakan adruino, dan kontruksi alat yang akan dibuat. Langkah ke-3
dialukan pemilihan konsep terbaik agar alat dapat digunakan dengan maksimal. Kemudian
dilakukan perakitan alat dan pengujian dari alat yang sudah dirakit sampai mendapkan hasil yang
diinginkan yaitu sudut terbaik, listrik yang dihasilkan dan alat sensor berfungsi dengan baik.
Adapun penjelasan yang dilakukan pada metode spesifikasi teknis hasil perancangan adalah
sebagai berikut :
1. Pertama, untuk pengoptimalan daya tangkap panas matahari bisa dilakukan dengan
penyesuaian sudut tangkap cahaya yang bisa diatur kemiringannya
2. Baterai yang digunakan untuk menyimpan daya bila saat kondisi cuaca tidak mendukung
untuk penggunaan alat.
3. Sistem sensor yang digunakan adalah sensor proximity untuk menyalakan pompa tanpa
menyentuh alat agar tidak terciptanya bakteri baru dari sentuhan alat yang digunakan
banyak orang dan sensor suhu digunakan untuk membaca suhu seseorang saat sedang
mencuci tangan menggunakan alat, sehingga dapat mengetahui kondisi seseorang
tersebut tidak dalam penyakit demam atau panas.
4. Adruino digunakan untuk mengatur sensor sensor agar bekerja dengan optimal
5. Kontruksi alat cuci tangan otomatis yang optimal dari bahan yang digunakan, desain alat,
sehingga alat dapat digunakan dengan mudah, kuat dan ringan
Kemudian dilakukan pengujian dengan beberapa variasi sudut tangkap cahaya dengan waktu
yang sudah ditentukan yaitu pukul 08.00-16.00 dan dihitung hasil dari setiap jam daya listrik
yang dihasilkan. dari beberapa variasi sudut maka ditemukan sudut tangkap cahaya terbaik untuk
menyerap daya sebagai sumber listrik, tetapi pengaplikasian sel surya pada penelitian ini
sebagai pemasok pompa air untuk pertanian di salah satu desa. Perlu adanya sedikit modifikasi
dari segi kontruksi agar lebih mudah mengatur sudut dan pengaplikasiannya dengan
menggunakan alat cuci tangan otomatis.

3.6.1 Perencanaan Gambar

Perencanaan gambar dibuat terlebih dahulu menggunakan software Autodesk Inventor


Proffesional. Perencanaan alat harus dibuat efisiensi mungkin dalam perakitan dan penggunaan
agar alat data digunakan dengan maksimal dan mudah.

Gambar 3.2. Tampak Belakang Gambar 3.3. Tampak Depan


Gambar 3.4. Tampak tertutup
3.7 Research Schedule

Penelitian dilakukan selama 10 bulan dimulai bulan Maret 2022. Pada table menjelaskan data penelitian dengan uji coba langsung
setelah pengumpulan data studi literatur. Data yang diperlukan dalam penelitian yaitu perhitungan dan design rancang gambar dengan
software, lalu fabrikasi dan uji coba alat mesin cuci tangan untuk digunakan di lingkungan SMKN 26 Jakarta.
Tabel 3.1. Data dalam proses Rancang bangun Alat Mesin cuci tangan berbasis arduino

Maret Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember


NO KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Mengumpulkan
1
ide
Mengumpulkan
2 data studi
literatur
Melakukan
rancangan
3 perhitungan dan
gambar dengan
software
Menyiapkan alat
4
dan bahan
5 Proses fabrikasi
6 Uji coba alat
Analisis mesin
cuci tangan
7
otomatis dengan
tenaga surya
Mengumpulkan
8
data hasil analisis
Membuat laporan
9
tugas akhir
DAFTAR PUSTAKA

1. F. Isbaniah et. al, (2020) "Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease
(COVID-19)," Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
2. Satuan Tugas Penanganan Covid 19 (2022). “Data Sebaran Covid 19 di Indonesia” Diakses 25
April 2022 [Online] di. https://covid19.go.id/
3. World Health Organization. (2022). “Question Answer how is COVID-19 transmitted”
Diakses 25 April 2022”.[Online]. di: https://www.who.int/indonesia/news/novel-
coronavirus/qa/qa-how-is-covid-19-transmitted
4. Siswanto (2018). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan.
5. Asrul et al. (2021) “Mesin Cuci Tangan Otomatis Menggunakan Sensor Proximity Dan
Dfplayer Mini Berbasis Arduino Uno, JURNAL MOSFET Vol. 1 No. 1, hlm. 01-07, eISSN:
2775-5274
6. Saraswati. T, et al (2021). “Perancangan Tempat Cuci Tangan Otomatis Bagi Siswa Sekolah
Dasar” Seminar Nasional Teknik dan Manajemen Industri, ISSN 2809-1825
https://doi.org/10.28932/sentekmi2021.v1i1.65
7. Febriansyach. R, et al (2020). “Design Of Portable Automatic Hand Washer With Arduino Uno
Microcontroller Technology” Jurnal Electro Luceat Vol. 6 No. 2.
https://doi.org/10.32531/jelekn.v6i2.225
8. Kaklay. A.B.P, et al (2020). “Instrumentation System on Hand Detection and Tank Monitoring
Auto Wash Supplies Using Photovoltaic” Jurnal Electro Luceat Vol. 6 No. 2.
https://doi.org/10.32531/jelekn.v6i2.223
9. Ferederik H, Sumbuyung, Yohane` Letsoin. 2012. Analisa dan Estimasi Radiasi Konstan
Energi Matahari Melalui Variasi Sudut Panel Fotovoltatik SHS 50 WP. Papua: Universitas
Musamus Merauke.
10. B. Pemrograman, C. Library, M. R. Vahlevi, W. K. Sari, dan T. P. Astuti. 2017. Simulasi Bumi
dan Matahari dengan Menggunakan Bahasa Pemrograman C ++ dan Library OpenGL.
Medan: Universitas Sumatra Utara.
11. C. Paper, A. Asrori, dan P. Negeri. 2015. Konsentrator Lensa Frensel: Kajian Pemanfaatan
Energi Panas Matahari Untuk Aplikasi Kompor Surya. Malang: Universitas Brawijaya.
12. Richard A. M. Napitupulu, Sutan Simanjuntak, Riko Pandiangan. 2016. Karakteristik sel surya
20 wp dengan dan tanpa tracking system. Medan Sumatra Utara: Universitas HKBP
Nommensen.
13. Nora Aditiya. 2015. Karakterisasi Panel Surya Model SR-156P-100 Berdasrkan Intensitas
Cahaya Matahari. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
14. Danny Santoso Mintorogo. 2000. Strategi Aplikasi Sel Surya (Photovoltaic Cells) Pada
Perumahan dan Komersial. Surabaya: Universutas Keristen Petra.
15. R. Alfanz, Fajar Maulana, Heri Heryanto. 2015. Rancang Bangun Penyedia Energi Listrik
Tenaga Hibrida ( PLTS- PLTB-PLN ) Untuk Membantu Pasokan Listrik Rumah Tinggal.
Cilegon Banten: Universitas Sultan Agung Tirtayasa
16. Suryadi, M. Syukri. 2010. Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya ( PLTS ) Terpadu
Menggunakan Software PVSYST Pada Komplek Perumahan di Banda Aceh. Aceh: Universitas
Syiah Kuala.
17. B. D. P. Sitorus, Ari Wibawa Budi Santosa. 2015. Analisa Teknis dan Ekonomis Penggunaan
Wind Turbine dan Solar Cell pada Kapal Perikanan. Semarang: Universitas Dipenogoro.
18. Hasnawiyah Hasan. 2012. Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Pulau Saugi.
Makasar: Universitas Hasanudin.

Anda mungkin juga menyukai