Anda di halaman 1dari 17

KEADILAN SOSIAL BAGI

SELURUH RAKYAT INDONESIA


Abdurrahman Wahid
Sisir Tanah - Obituari Air Mata
https://www.youtube.com/watch?v=IXwStXDmmFE
Sentralitas Keadilan dalam Al-Qurân
Salah satu ketentuan dasar yang dibawakan Islam adalah
keadilan, baik yang bersifat perorangan maupun dalam
kehidupan politik. Keadilan adalah tuntutan mutlak dalam
Islam, baik rumusan “hendaklah kalian bertindak adil (an
ta’dilû)” maupun keharusan “menegakkan keadilan (kûnû
qawwâmîna bi al-qisthi),” berkali-kali dikemukakan dalam
kitab suci al-Qurân.
13 Tahun Aksi Kamisan: Sumarsih Masih di Depan Istana
https://www.youtube.com/watch?v=VeB4lllxzTo
Kesenjangan antara UUD 1945 dan Kebijakan
Pemerintah
Antara ketentuan dalam Undang-undang Dasar 1945
dengan kebijakan pemerintah, terdapat kesenjangan
dan perbedaan yang sangat mencolok. Dapat
dikatakan, kebijakan pemerintah di bidang ekonomi
tidak berdasar pada konstitusi. Dengan demikian
dapat disimpulkan, ketentuan UUD ditinggalkan
karena keserakahan beberapa orang saja yang
menginginkan keuntungan maksimal bagi diri sendiri
dan golongan mereka saja. Ini adalah sikap dan
kebijakan pemerintah yang harus dikoreksi oleh
masyarakat dengan tegas. Keengganan kita untuk
melakukan koreksi itu, hanya akan mengakibatkan
kebijakan dan sikap pemerintah yang lebih jauh lagi
menyimpang dari ketentuan UUD 1945.
Reinterpretasi atas Ajaran Agama
Tanpa kehadirannya [penafsiran ulang], Islam akan
menjadi agama yang mengalami “kemacetan.” Hal itu
menyalahi ketentuan agama itu sendiri yang tertuang
dalam ucapan “Islam sesuai untuk segenap tempat dan
masa (al-Islâm yasluhu li kulli makânin wa zamânin).”
Dengan demikian jelaslah, agama yang dibawakan Nabi
Muhammad Saw itu pantas dinyatakan sebagai sesuatu
yang sempurna, karena hanya pada hal-hal prinsip saja
Islam bersifat tetap, sedangkan dalam hal-hal rincian
dapat dilakukan penafsiran ulang, kalau telah memenuhi
persyaratan-persyaratan untuk itu.
Bagus Dwi Danto ( ex Sisir Tanah ) - Lagu Hidup
https://www.youtube.com/watch?v=FRK37fMjTwo
Keadilan Sosial dalam Islam
Secara umum, Islam memperhatikan susunan
masyarakat yang adil dengan membela nasib mereka
yang miskin/lemah, seperti terlihat pada ayat suci
berikut; “Apa yang dilimpahkan (dalam bentuk pungutan
fai’) oleh Allah atas kaum (penduduk sekitar Madinah),
maka harus digunakan bagi Allah, utusan-Nya, sanak
keluarga terdekat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
para peminta-minta/pengemis dan pejalan kaki di jalan
Allah. Agar supaya harta yang terkumpul itu tidak hanya
berputar/beredar di kalangan orang-orang kaya saja di
lingkungan kalian. (mâ afâ ‘a Allâhu ‘alâ rasûlihi min ahl
al-qurâ fa li-Allâhi wa li al-rasûl wa li dzî al-qurbâ wa al-
yatâ mâ wa al-masâkîn wa ibn al-sabîl, kailâ yakûnâ
dûlatan bain al-aghniyâ’a minkum)” (QS al-Hasyr [59]:7).
Pergeseran Pemahaman “Keadilan Sosial”
Telah terjadi pergeseran pemahaman dan pengertian dalam
Islam mengenai kata “keadilan” itu sendiri. Dalam proses
memahami dan mencoba mengerti garis terjauh dari kata
i’dilû’ atau ‘al-qisth’ itu sendiri, lalu ada sementara pemikir
muslim yang menganggap, sebaiknya digunakan kata
“keadilan sosial” (social justice) dalam wacana kaum
muslimin mengenai perubahan sosial yang terjadi.
Kelompok ini menginginkan pendekatan struktural dalam
memahami perubahan sosial.
Namun pada umumnya masih berfungsi wacana dari
sebagian besar adalah para pemikir saja, bukannya
pejuang/aktivis masyarakat. Tetapi, lambat-laun akan
muncul para aktivis yang menggunakan acuan struktural
itu, dan dengan demikian mengubah keseluruhan watak
perjuangan kaum muslimin. Implikasinya akan muncul istilah
“muslim revolusioner” dan lawannya yaitu “muslim
reaksioner”. Memang mudah merumuskan perjuangan
kaum muslimin itu, namun sulit memimpinnya,bukan?
Sisir Tanah - Lagu Alternatif
https://www.youtube.com/watch?v=jt6ok7dMSAA
Tujuan Kepemimpinan
Dalam fiqh dikemukakan keharusan
seorang pemimpin agar mementingkan
kesejahteraan rakyat yang dipimpin,
sebagai tugas yang harus dilaksanakan:
“Kebijaksanaan dan tindakan Imam
(pemimpin) harus terkait langsung
dengan kesejahteraan rakyat yang
dipimpin (tasharruf al-imâm ‘alâ
arra’iyyah manûtun bi al-maslahah)”.
Sangat jelas tujuan berkuasa bukanlah
kekuasaan itu sendiri, melainkan
sesuatu yang dirumuskan dengan kata
kemaslahatan (al-maslahah). Prinsip
kemaslahatan itu sendiri seringkali
diterjemahkan dengan kata
“kesejahteraan rakyat.”
Masyarakat Adil dan Makmur
Dalam bahasa pembukaan Undang-undang Dasar (UUD)
1945, kata kesejahteraan tersebut dirumuskan dengan
ungkapan lain, yaitu dengan istilah “masyarakat adil dan
makmur”. Itulah tujuan dari berdirinya sebuah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam siklus berikut:
hak setiap bangsa untuk memperoleh kemerdekaan, guna
mewujudkan perdamaian dunia yang abadi dan
meningkatkan kecerdasan bangsa, guna mencapai tujuan
masyarakat adil dan makmur. Dengan menganggapnya
sebagai tujuan bernegara, UUD 1945 jelas-jelas
menempatkan kesejahteraan /keadilan-kemakmuran
sebagai sesuatu yang esensial bagi kehidupan kita.
Jalinan antara Kesejahteraan dan Keadilan
Pentingnya upaya [jalinan antara
kesejahteraan dan keadilan] tersebut dapat
dilihat pada tidak tercapainya keadilan
maupun kesejahteraan di negeri ini,
walaupun ia memiliki tiga sumber alam
yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain:
hutan yang lebat yang dikenal sebagai paru-
paru dunia, kekayaan tambang yang luar
biasa dan kekayaan laut yang kini banyak
dicuri orang. Kegagalan mencapai
kesejahteraan hidup bagi rakyat banyak itu,
dapat dikembalikan sebabnya kepada
kebijakan ekonomi dan peraturan-
peraturan semenjak kemerdekaan kita, yang
lebih banyak ditekankan pada kepentingan
orang kaya / cabang atas dari masyarakat
kita, bukan kepentingan rakyat banyak.
Nilai Islam dalam Kebijakan Ekonomi
Karena eratnya hubungan antara kebijakan/
tindakan pemerintah di bidang ekonomi dengan
pencapaian kesejahteraan, jelas bagi kita nilai-
nilai Islam memang belum dilaksanakan dengan
tuntas oleh bangsa kita selama ini. Dikombinasikan
dengan maraknya korupsi dan pungutan-
pungutan liar, maka secara keseluruhan dapat
dikatakan telah terjadi penguasaan aset-aset
kekayaan bangsa oleh segelintir orang. Dan dari
penguasaan seperti itu dapatkah diharapkan akan
tercapai kesejahteraan yang merata bagi bangsa
kita?
Kebijakan Ekonomi Baru
Kita harus menempuh kebijakan dan tindakan
baru di bidang ekonomi. Caranya dengan
mengembangkan ekonomi rakyat dalam
bentuk memperluas dengan cepat inisiatif
mendirikan dan mengembangkan Usaha
Kecil dan Menengah (UKM). Segenap
sumber-sumber daya kita harus diarahkan
kepada upaya tersebut, yang berarti
pemerintah langsung memimpin tindakan
itu. Namun, ini tidak berarti kita menentang
usaha besar dan raksasa, melainkan mereka
harus berdiri sendiri tanpa pertolongan
pemerintah dan tanpa memperoleh
keistimewaan apapun. Selain itu, kita tetap
berpegang pada persaingan bebas, efisiensi
dan permodalan swasta dalam dan luar
negeri.
Trailer film SEMESTA
https://www.youtube.com/watch?v=5W6tlcykKSY

Anda mungkin juga menyukai