Anda di halaman 1dari 94

PERANCANGAN BANGUNAN BAJA

(LAPORAN FINAL)

Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan mata kuliah

Perancangan bangunan baja

Di Fakultas Teknik

Program Studi S-1 Teknik Sipil

Universitas Kristen Maranatha Bandung

Disusun oleh :

Matius Amadeo Batara (1621050)

Dosen :

Cindrawaty L., S.T., M.Sc. (Eng), Ph.D

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hikmat dan rahmat-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Perancangan Bangunan Baja ini sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Penyusunan laporan ini diajukan sebagai syarat kelulusan
mata kuliah Perancangan Bangunan Baja di Fakultas Teknik Progaram studi S1 Teknik Sipil
Universitas Kristen Maranatha.

Laporan ini dibuat agar penyusun dapat memahami dan memperoleh gambaran yang
lebih jelas mengenai Perancangan Bangunan Baja. Dalam kesempatan ini penyusun ingin
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Cindrawaty L., S.T., M.Sc. (Eng), Ph.D. sebagai asisten mata kuliah Perancangan
Bangunan Baja.
2. Rekan-rekan mahasiswa/i lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut
mendukung proses penyelesaian laporan ini.

Penyusun menyadari bahwa laporan yang telah disusun ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, yang mana
pada akhirnya dapat memperbaiki laporan ini menjadi lebih baik. Penyusun berharap semoga
laporan Perancangan Bangunan Baja ini dapat berguna bagi rekan-rekan dan juga para pembaca.

Bandung, Juni 2022

Penyusun,

Matius Batara (1621050)


LEMBAR TUGAS
Tugas diberikan oleh,

Nama : Cindrawaty L., S.T., M.Sc. (Eng), Ph.D

Dosen : Perancangan Bangunan Baja

diberikan kepada,

Nama : Matius Amadeo Batara

NRP : 1621050

Untuk menyelesaikan Laporan Perancangan Bangunan Baja, dimana skenarionya memposisikan


diri sebagai konsultan struktur yang merancang bangunan sesuai dengan denah arsitektur yang
telah diberikan sebelumnya. Adapun pembagian tugasnya sebagai berikut:

Denah : Tipe E

Lokasi : Makassar, Sulawesi Selatan

Asumsi peletakan : Sendi

Jenis Pelat : Steel Deck

Jenis Pondasi : Tiang bor

Tipe Bangunan : Gudang penyimpanan

Dalam rancang bangunan dengan menggunakan struktur baja yang memenuhi persyaratan SNI
1729:2020;Lakukan analisis dan perancangan bangunan gedung dengan mempertimbangan
beban gravitasi (SNI 1727:2020) dan gempa respon spektrum, persyaratan periode gedung serta
simpangan antar lantai sesuai dengan SNI 1726:2019; Susunlah luaran berupa laporan
perancangan struktur sebagai dokumen kelengkapan tugas dan gambar arsitektur serta gambar
struktur yang meliputi: Dokumen perhitungan struktur, meliputi :

a. perhitungan dan distribusi beban (beban mati dan beban hidup),

b. perencanaan denah struktur (termasuk preliminary dimension),


c. pemodelan struktur,

d. analisis struktur,

e. output hasil analisis struktur,

f. desain penampang balok, kolom, pelat, tangga,

g. desain pondasi.

Dokumen gambar arsitektur dan gambar struktur lengkap dalam ukuran A3 berskala yang terdiri
dari: denah, tampak, dan potongan arsitektur, denah pembalokan struktur, denah kolom,
sambungan kolom, balok, dll., detail penulangan pelat, denah dan detail tangga, serta potongan
melintang/memanjang bangunan lengkap dengan gambar detail sambungan. Gambar A3 wajib
dibuat dengan skala dan mengikuti aturan gambar teknik.
DAFTAR ISI
LEMBAR TUGAS.....................................................................................................................................3
DAFTAR NOTASI....................................................................................................................................7
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................12
1.1 Data Umum Proyek.................................................................................................................12
1.2 Spesifikasi Teknis.....................................................................................................................12
1.3 Metode Analisis & Desain.......................................................................................................13
1.4 Referensi...................................................................................................................................13
1.5 Denah........................................................................................................................................13
BAB II PEMBEBANAN...................................................................................................................16
2.1 Pembebanan Gording..............................................................................................................16
2.2 Pembebanan Rangka Atap......................................................................................................16
2.3 Pembebanan lantai Mezzanine...............................................................................................16
2.4 Pembebanan lantai 1...............................................................................................................17
2.4.1 Beban lantai Staging Area...............................................................................................17
2.4.2 Beban lantai Warehouse..................................................................................................17
2.5 Pembebanan angin (w)............................................................................................................17
2.6 Beban air hujan (R).................................................................................................................21
2.7 Beban Gempa (E).....................................................................................................................22
2.8 Kombinasi pembebanan..........................................................................................................26
BAB III Perencanaan pondasi...........................................................................................................28
BAB IV Analisis Struktur..................................................................................................................32
4.1 Perencanaan awal element struktur.......................................................................................32
4.1.1 Preliminary pelat.............................................................................................................32
4.1.2 Preliminary balok anak (BA)..........................................................................................35
4.1.3 Preliminary balok Induk (BI).........................................................................................39
4.1.4 Preliminary Kolom (K)....................................................................................................43
4.2 Pemodelan struktur.................................................................................................................47
4.3 Analisis beban gempa..............................................................................................................53
4.4 Hasil analisis struktur.............................................................................................................55
RANGKUMAN EKSEKUTIF
Laporan perancangan bangunan baja berisikan tentang peran seorang mahasiswa memposisikan
diri sebagai konsultan struktur yang merancang bangunan sesuai dengan denah arsitektur yang
telah diberikan sebelumnya. Adapun pembagian tugasnya sebagai berikut:

Denah : Tipe E

Lokasi : Makassar, Sulawesi Selatan

Asumsi peletakan : Sendi

Jenis Pelat : Steel Deck

Jenis Pondasi : Tiang bor

Tipe Bangunan : Gudang penyimpanan

Dalam rancang bangunan dengan menggunakan struktur baja yang memenuhi persyaratan SNI
1729:2020;Lakukan analisis dan perancangan bangunan gedung dengan mempertimbangan
beban gravitasi (SNI 1727:2020) dan gempa respon spektrum, persyaratan periode gedung serta
simpangan antar lantai sesuai dengan SNI 1726:2019; Susunlah luaran berupa laporan
perancangan struktur sebagai dokumen kelengkapan tugas dan gambar arsitektur serta gambar
struktur yang meliputi: Dokumen perhitungan struktur, meliputi :

a. perhitungan dan distribusi beban (beban mati dan beban hidup),

b. perencanaan denah struktur (termasuk preliminary dimension),

c. pemodelan struktur,

d. analisis struktur,

e. output hasil analisis struktur,

f. desain penampang balok, kolom, pelat, tangga,


DAFTAR NOTASI
Simbol berikut hanya berlaku untuk ketentuan SNI 1727:2020 Pasal 26 sampai dengan
Pasal 31:

Ag = luas bruto dinding di mana Ao berada, dalam ft2 (m2 )

Ao = luas total bukaan pada suatu dinding yang menerima tekanan eksternal positif, dalam ft2
(m2 )

Cf = koefisien gaya yang digunakan pada penentuan beban angin untuk struktur struktur lain

Cp = koefisien tekanan eksternal yang digunakan dalam penentuan beban angin untuk bangunan
gedung

G = faktor efek hembusan angin

(GCpi) = perkalian koefisien tekanan internal danfaktor efek hembusan angin yang digunakan
dalam menentukan beban angin untuk bangunan gedung

K1, K2, K3 = pengali dalam Gambar 26.8-1 untuk memperoleh Kzt

Kd = faktor arah angin dalam Tabel 26.6-1

Ke = faktor elevasi permukaan tanah

Kh = koefisien eksposur tekanan velositas pada ketinggian z = h

Kz = koefisien eksposur tekanan velositas pada ketinggian z

Kzt = faktor topografi seperti didefinisikan dalam Pasal 26.8

qz = tekanan velositas pada tinggi z di atas tanah, dalam lb/ft2 (N/m2 )

q = tekanan velositas, dalam lb/ft2 (N/m2 )

qh = tekanan velositas pada ketinggian z = h, dalam lb/ft2 (N/m2 )

R = faktor respons resonansi dalam Persamaan 26.11-12


V = kecepatan angin dasar yang diperoleh dari Buku Peta Angin Indonesia, dalam mi/h (m/s).
Kecepatan angin dasar sesuai dengan kecepatan hembusan angin dalam 3 detik pada ketinggian
33 ft (10 m) di atas tanah pada Kategori Paparan C

x = jarak pada sisi angin datang atau pada sisi angin pergi dari puncak dalam Gambar 26.8-1,
dalam ft (m)

z = tinggi di atas elevasi tanah, dalam ft (m)

Simbol berikut hanya berlaku untuk ketentuan SNI 1729:2020:

Ac = Luas slab beton di lebar efektif, in.2 (mm2 ), Luas beton, in.2 (mm2 ) pasal I2.1b dan I2.1b

Ae = Luas efektif, in.2 (mm2 ), Luas efektif, in.2 (mm2 ), Jumlah luas efektif penampang
berdasarkan lebar efektif tereduksi, be ,deatau he in.2 (mm2 ) pasal E7.2, D2, dan E7

Ag = Luas penampang bruto komponen struktur, in.2 (mm2 ), Luas bruto komponen struktur
komposit, in.2 (mm2) pasal B4.3a dan I2.1
Agv = Luas bruto pemikul geser, in.2 (mm2) pasal J4.2

An = Luas neto komponen struktur, in.2 (mm2) pasal B4.3b

Ant = Luas neto pemikul tarik, in.2 (mm2) pasal J4.3

Anv = Luas neto pemikul geser, in.2 (mm2) pasal J4.2

At = Luas tarik neto, in.2 (mm2) pasal Lamp. 3.4

Apb = Luas tumpu terproyeksi, in.2 (mm2) pasal J7

B = Lebar keseluruhan komponen struktur utama PSR persegi panjang, diukur 90 derajat
terhadap bidang sambungan, in. (mm) pasal Tabel D3.1

Bb = Lebar keseluruhan komponen struktur cabang PSR persegi panjang, diukur 900 terhadap
bidang sambungan, in. (mm) pasal K1.1

Be = Lebar efektif komponen struktur cabang PSR persegi panjang atau pelat, in. (mm) pasal
K1.1

E = Modulus elastisitas baja = 29.000 ksi (200.000 MPa) pasal Tabel B4.1
Fcr = Tegangan tekuk penampang seperti yang ditentukan melalui analisis, ksi (MPa), Tegangan
kritis, ksi (MPa), Tegangan tekuk torsi-lateral penampang seperti yang ditentukan melalui
analisis, ksi (MPa), dan Tegangan tekuk lokal penampang seperti ditentukan melalui analisis, ksi
(MPa) pasal H3.3, E3, F12.3, dan F12.2

Fnt = Tegangan tarik nominal dari Tabel J3.2, ksi (MPa) pasal J3.6

Fnv = Tegangan geser nominal dari Tabel J3.2, ksi (MPa) pasal J3.6

Fu = Kekuatan tarik minimum terspesifikasi, ksi (MPa) pasal D2

Fy = Tegangan leleh minimum terspesifikasi, ksi (MPa). Seperti yang digunakan dalam Standar
ini, “tegangan leleh” menunjukkan baik titik leleh minimum terspesifikasi (untuk baja yang
mempunyai titik leleh) maupun kekuatan leleh terspesifikasi (untuk baja yang tidak mempunyai
titik leleh) pasal B3.3

Ix ,Iy = Momen inersia terhadap sumbu utama, in.4 (mm4 ) pasal E4

Lb = Panjang antara titik-titik yang terbreis untuk mencegah peralihan lateral sayap tekan atau
terbreis untuk mencegah puntir penampang melintang, in. (mm), Panjang terbesar takterbreis
secara lateral sepanjang masingmasing sayap di titik beban, in. (mm). pasal F2.2, dan J10.4

Lc = Panjang efektif komponen struktur, in. (mm) pasal E2

Lp = Batas panjang tak terbreis secara lateral untuk kondisi batas leleh, in. (mm), Panjang
komponen struktur primer, ft (m) pasal F2.2 , dan Lamp. 2.1

Lr = Batas panjang tak terbreis secara lateral untuk kondisi batas tekuk torsi-lateral inelastis, in.
(mm), Beban hidup nominal atap. Pasal F2.2, dan Lamp.5.4.1

Mcr = Momen tekuk torsi lateral elastis, kip-in. (N-mm). pasal F10.2

Mn = Kekuatan lentur nominal, kip-in. (N-mm) pasal F1

Mnt = Momen orde pertama yang menggunakan kombinasi beban DFBT atau DKI, dengan
translasi lateral struktur dikekang, kip-in. (N-mm). pasal Lamp.8.2

Mp = Momen lentur plastis, kip-in (N-mm), Momen lentur plastis, kip-in (N-mm). pasal Tabel
B4.1, dan I3.4b
Mu = Kekuatan lentur perlu dengan menggunakan kombinasi beban DFBT, kip-in. (N-mm).
pasal J10.4

Pn = Kekuatan aksial nominal, kips (N). pasal D2 dan E1

Pnt = Gaya aksial orde pertama yang menggunakan kombinasi beban DFBT atau DKI, dengan
translasi lateral struktur dikekang, kips (N) pasal Lamp.8.2

Pu = Kekuatan aksial perlu pada kord dengan menggunakan kombinasi beban DFBT, kips (N).
pasal Tabel K2.1 dan Lamp. 1.3.2b

Qn = Kekuatan nominal satu angkur baja stad berkepala atau angkur kanal baja, kips (N). pasal
I3.2d.1

Qnt = Kekuatan tarik nominal angkur baja stad berkepala, kips (N). pasal I8.3b

Qnv = Kekuatan geser nominal angkur baja stad berkepala, kips (N). pasal I8.3a

Sx = Modulus penampang elastis terhadap sumbu x, in.3 (mm3 ) pasal F2.2 dan F13.1

Sy = Modulus penampang elastis terhadap sumbu y, in.3 (mm3 ) pasal F6.1

Tn = Kekuatan torsi nominal, kip-in. (N-mm) pasal H3.1


Tu = Gaya tarik perlu dengan menggunakan kombinasi beban DFBT, kips (N) pasal J3.9
Vc = Kekuatan geser tersedia, kips (N) pasal H3.2
Vn = Kekuatan geser nominal, kips (N) pasal G1
Z = Modulus penampang plastis terhadap sumbu lentur, in.3 (mm3 ) pasal F7.1
Zx = Modulus penampang plastis terhadap sumbu x, in.3 (mm3 )
Zy = Modulus penampang plastis terhadap sumbu y, in.3 (mm3 )
a = Jarak bersih antara pengaku-pengaku tranversal, in. (mm) pasal F13.2, E6.1, D5.1 , dan
Lamp. 3.3
b = Lebar total kaki yang mengalami tekan, in. (mm). pasal F10.3, B4.1a, B4.1a, B4.1a, E7.1,
B4.1, G3, dan F10.2
be= Lebar efektif tereduksi, in. (mm). pasal E7.1
bf = Lebar sayap, in. (mm) pasal B4.1
d = Tinggi penampang yang dipotong menjadi profil T, in. (mm) pasal Tabel D3.1
f'c = Kekuatan tekan beton terspesifikasi, ksi (MPa) pasal I1.2b

he = Lebar badan efektif, in. (mm) pasal E7

hf = Faktor untuk pengisi pasal J3.8

ho = Jarak antara titik-titik berat sayap, in. (mm). pasal F2.2

hp = Dua kali jarak dari sumbu netral plastis ke garis pengencang terdekat pada sayap tekan atau
muka bagian dalam sayap tekan bila las digunakan, in. (mm) pasal B4.1b

l = Panjang aktual las yang ujungnya dibebani, in. (mm) pasal J2.2

lb = Panjang tumpu, in. (mm) pasal K2.1, dan J7

le = Panjang efektif total las gruv dan las filet pada PSR persegi panjang untuk perhitungan
kekuatan las, in. (mm) pasal K5

n = Banyaknya titik-titik yang terbreis di dalam bentang pasal Lamp. 6.3.2a

nb = Banyaknya baut penahan tarik yang diterapkan pasal J3.9

s = Spasi as ke as longitudinal (pitch) antara dua lubang berurutan, in. (mm) pasal B4.3b

t = Tebal pelat, in. (mm) pasal D5.1

tp = Tebal pelat yang dibebani tarik, in. (mm) pasal Lamp. 3.3

tw = Tebal badan, in. (mm) pasal F4.2

α = Faktor penyesuaian level gaya DFBT/DKI pasal C2.3

β = Faktor reduksi panjang yang diberikan oleh Persamaan J2-1 pasal J2.2b

 = Faktor ketahanan pasal B3.1

θ = Sudut lancip antara cabang dan kord, derajat pasal K3.1

ρw = Rasio geser maksimum di dalam panel-panel badan pada setiap sisi pengaku transversal
pasal G2.3

ρsr = Rasio tulangan minimum untuk penulangan longitudinal pasal I2.1


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Data Umum Proyek
Nama Proyek : Proyek bangunan gudang penyimpanan

Alamat Proyek : Makassar, Sulawesi Selatan

Pemilik : Pemerintah/Swasta

Perencana : Matius Batara

Fungsi bangunan : Gudang

Jumlah lantai : 1 Lantai + Mezzanine

Luas Bangunan : 62208 m2

1.2 Spesifikasi Teknis


Wilayah Gempa : Kota Makassar

Jenis Struktur : Struktur Baja

Sistem Struktur : BJ 41 (Fy = 250 MPa; Fu = 410 MPa)

Luas Tanah : 100000 m2

Jenis Pelat dan atap : Steel Deck

Luas Bangunan : Lantai 1 = 62208 m2

mezzanine = 1944 m2 +

Total luas = 64152 m

Tinggi Bangunan : Lantai 1 =7m

Mezzanine =5m

Atap = 8,54 m +

Total tinggi = 20,54 m


1.3 Metode Analisis & Desain
1. Sistem analisis : Metode Kekakuan Portal Terbuka Tiga Dimensi
2. Analisis gaya dalam : Metode Desain Kekuatan Batas
1.4 Referensi
Dalam perancangan bangunan Baja ini digunakan peraturan sebagai berikut:

1. SNI 1729:2020 – Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural


2. SNI 1726:2020 – Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan non gedung
3. SNI 1727:2020 – Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain
1.5 Denah

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . .

Gambar I-1 Denah lantai 1


Gambar I-2 Denah lantai mezzanine

Gambar I-3 Tampak sebelah timur


Gambar I-4 Tampak sebelah selatan

Gambar I-5 Potongan A-A

Gambar I-6 Potongan 2-2

Gambar I-7 Potongan 1-1


BAB II
PEMBEBANAN

2.1 Pembebanan Gording

Gambar II-6 Pembebanan gording

2.2 Pembebanan Rangka Atap

Gambar II-7 Pembebanan rangka atap

2.3 Pembebanan lantai Mezzanine

Gambar II-8 Pembebanan lantai mezzanine


2.4 Pembebanan lantai 1
2.4.1 Beban lantai Staging Area

Gambar II-9 Pembebanan lantai 1 staging area

2.4.2 Beban lantai Warehouse

Gambar II-10 Pembebanan lantai 1 area penyimpanan warehouse

2.5 Pembebanan angin (w)

Gambar II-11 langkah-langkah menentukan beban angin SPGAU untuk bangunan tertutup, tertutup sebagian, dan
terbuka semua bagian (SNI 1727:2020)
Gambar II-12 tabel SNI menentukan kategori risiko bangunan dan struktur

Kategori Risiko Bangunan = Kategori 1 (Tabel 1.5.1)


Kecepatan angin dasar V500 (500 tahun dengan R:500)
V500 = 70-(56R-0,1)
= 70-(56x500-0,1)
= 40 m/s

Parameter beban angin:

Gambar II-13 Faktor arah angina (Kd)

-
Faktor arah angin (Kd) = 0,85 (Pasal 26.6 dan Tabel 26.6-1)

-
Kategori eksposur : B

Karena tinggi atap = 8,66m yakni kurang dari 30ft (9,1m) yang tertuang dalam
(Pasal 26.7.3)

Gambar II-14 SNI 1727:2020 pasal 26.7.3

-
Faktor topografi (Kzt)
Dalam kondisi ini bangunan terletak ditengah kota hal ini membuat situs dan lokasi
bangunan gedung dan struktur lain tidak memenuhi semua, kondisi disyaratkan
dalam pasal 26.8.1. maka Kzt =1,0
-
Faktor elevasi permukaan tanah (Ke)
Ke = 1 (dalam semua kasus)  SNI 1727:2020 pasal 26.9
-
Faktor efek tiupan angin (G)

Bangunan gedung dan struktur lain yang kaku boleh diambil sebesar 0,85
(pasal 26.11)
-
Klasifikasi ketertutupan (pasal 26.2) dan (pasal 26.12)

Asumsi bangunan gedung tertutup

dimana:

A0 (luas total bukaan di dinding yang menerima tekanan eksternal positif dalam m 2)
Ag (luas bruto dinding untuk A0)

A0 < 0,01 Ag ; atau A0 > 0,37 m2

Gambar II-15 Tabel 26.13-1 Klasifikasi ketutupan

-
Koefisien tekanan internal (Bangunan Gedung Tertutup)

GCPI = + 0,18 ; - 0,18 (Pasal 26.11 dan Tabel 26.11-1)

-
Koefisien eksposur tekanan velositas Kz atau Kh

Gambar II-16 Tabel menentukan eksposur dataran


Gambar II-17 Tabel koefisien eksposur tekanan kecepatan

Kz = 0,7 (Tabel 27.3.1)

-
Menentukan tekanan velositas q atau qh (Persamaan 27.3-1)

qz = 0,613 . Kz . Kzt . Kd . V2
= 0,613 x 0,7 x 1 x 0,85 x 402
= 14,6 Mpa

Koefisien tekanan external :

Gambar II-18 Diagram beban angin ke bangunan

-
Dinding di sisi angin datang (Cp1)

Gambar II-19 Koefiesien tekanan dinding

Cp1 = 0,8 (seluruh nilai)


-
Dinding di sisi angin pergi Cp2 = -0,3 (L/B =1,3  2)
-
Atap di sisi angin datang (Cp3)
Gambar II-20 Koefsien tekanan atap

Cp3 = -0,9 (h/L = 0,03 < 0,5)


-
Atap di sisi angin pergi Cp4 = -0.18
Dinding di sisi angin datang
P = qz x G x Cp – qz(GCPI)
= 14,6 x 0,85 x 0,8 – 14,6 (0,18)
= 7,3 Mpa
Dinding di sisi angin pergi
P = qz . G . Cp – qz(GCPI)
= 14,6 x 0,85 x -0,3 – 14,6 (-0,18)
= -1,09 Mpa
Atap di sisi angin datang
P = q x G x Cp – qi(GCPI)
= 14,6 . 0,85 . (-0,9) – 14,6 (0,18)

= -13,8 Mpa
Atap di sisi angin pergi
P = q x G x Cp – qi(GCPI)
= 14,6 . -0,85 . (-0,18) – 14,6 (-0,18)

= 4,86 Mpa
2.6 Beban air hujan (R)
Sistem drainase atap harus didesain sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Laju aliran
desain saluran sekunder sebagai saluran pelimpah (termasuk saluran atap dan pipa talang) atau
lubang talang (scupper), dan kepala hidraulik (dh) yang dihitung harus didasarkan pada intensitas
curah hujan berdurasi 15 menit dengan periode ulang sama dengan 100 tahun atau lebih panjang
dari itu. Sistem drainase primer harus dirancang untuk intensitas curah hujan berdurasi 60 menit
dengan periode ulang (frekuensi) 100 tahun atau lebih.

Beban air hujan desain:

Ket:

dh = tambahan kedalaman air pada atap yang tidak melendut di atas lubang masuk sistem
drainase sekunder pada aliran desainnya (yakni, kepala hidraulik), dalam in. (mm)

ds = kedalaman air pada atap yang tidak melendut meningkat ke lubang masuk sistem drainase
sekunder apabila sistem drainase primer tertutup (yakni, tinggi statis), dalam in. (mm)

R = beban air hujan pada atap yang tidak melendut, dalam lb/ft2 (kN/m2 ). Apabila istilah "atap
yang tidak melendut" digunakan, lendutan dari beban (termasuk beban mati) tidak perlu
diperhitungkan ketika menentukan jumlah air hujan pada atap.

R = 0,0098 (ds + dh)


= 0,0098 (11,8 +2,1)
= 0,1362 kN/m2
2.7 Beban Gempa (E)
Fungsi bangunan : Gudang Penyimpanan

Lokasi : Kota Makassar – Sulawesi selatan

Koordinat : ( Lat: -5,139681 ; Long: 119,440265).

Gambar II-21 SNI 1727:2020 Faktor kepentingan berdasarkan kategori risiko bangunan gedung
Ketika dimasukan data koordinatnya pada website tersebut dipilih jenis tanah dilokasi tersebut
menggunakan tanah sedang (D).

Gambar II-22 SNI 1726:2020 Tabel 3 kategori risiko bangunan

Kategori resiko : I SNI 1727:2020 Tabel 3

Kategori resiko Faktor keutamaan gempa, Ie


I atau II 1
III 1,25
IV 1,5
Tabel 2.2 Faktor Keutamaan Gempa

Faktor Keutamaan Gempa (Ie) : 1,0 SNI 1727:2020 Tabel 1.5-2

Perolehan data gempa pada daerah tersebut didapatkan dari program online pada website:
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011.

Adapun perolehan data yang didapat dari website adalah, sebagai berikut:

Ss (g) = 0,32 SMS (g) = 0,32

S1 (g) = 0,143 SM1 (g) = 0,143

Fa =1 SDS (g) = 0,213

Fv =1 SD1 (g) = 0,095

 nilai SDS dan SD1.


SMS = 0,32
SM1 = 0,143 g
SDS = 0,213 g
SD1 = 0,095 g
 Menentukan kategori desain seismic.
Untuk SDS =0,213; 0,167 < SDS < 0,33, dan kategori resiko IV, masuk kedalam kategori seismic
B.
Untuk SD1 = 0,095 ; 0,067 < SD1 < 0,133, dan kategori resiko IV, masuk kedalam kategori
seismic B.

Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kategori desain seismic B.

 Menentukan sistem dan parameter struktur.


Struktur beton bertulang dan sistem penahan gaya seismik yang digunakan adalah system rangka
pemikul momen khusus. Untuk rangka beton bertulang pemikul momen khusus (SRPMK) (Arah
Ortogonal sama) digunakan koefisien modifikasi respon
(R), Rx = Ry = 8.0 (lihat Tabel 9)

g x Ie 9,81 x 1
Faktor skala = = =1,23
R 8
 Simpulan berdasarkan data yang diperoleh dari perhitungan koefisien gempa, sebagai berikut:
Koefisien Nilai

Ie 1

Ss 0,32

S1 0,143

R 8
Gambar II-23 Nilai Spektral Percepatan Di Permukaan Dari Gempa Risk-Targeted Maximum Consider Earthquake
Dengan Probabilitas Keruntuhan Bangunan 1% dalam 50 Tahun

2.8 Pembebanan tangga

Gambar II-9 Tampak samping dan tampak atas tangga

Lebar tangga = 110mm Jumlah pijakan = 42 buah γ beton = 23,6 kN/m3 

Tinggi pijakan = 166,7 mm Lebar pijakan = 250 mm

Beban mati (DL)

Coran pelat tangga = 0,11 x 0,22 x 23,6 = 0,57 kN/m

Anak tangga = ((0,1667 x 0,25)/2) x 23,6 x 42 = 20,65 kN/m


_____________________________________________________________+
Total DL = 21,22 kN/m
Beban mati tambahan (SDL)

Keramik = 0,007 x 23,6 = 0,165 kN/m

Spesi = 0,02 x 22,6 = 0,452 kN/m

Railing = 0,73 x 1 = 0,73 kN/m


_____________________________________________________________+
Total SDL = 1,347 kN/m

Beban Hidup (LL)

LL = = 1,92 kN/m  SNI 1727:2020 – Tabel 4.3-1(lanjutan)


_____________________________________________________________+
Total DL = 1,92 kN/m

Kombinasi pembebanan

qU = 1,2 (DL+SDL) + 1,6 LL

= 1,2 x (21,22+1,347) + (1,6 x 1,92)

= 30,2 kN/m

2.9 Kombinasi pembebanan


Kombinasi pembebanan yang digunakan berdasarkan Beban Minimum untuk
Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur lain (SNI 1727:2020), yaitu:
Kombinasi 1 : 1,4DL + 1,4 SDL
Kombinasi 2 : 1,2DL + 1,2 SDL + 1,6 LL
BAB III
Perencanaan pondasi

TABLE: Base Reactions


OutputCase CaseType GlobalFX GlobalFY GlobalFZ GlobalMX GlobalMY GlobalMZ
Text Text KN KN KN KN-m KN-m KN-m
COMB1 Combination 0 0 80704.978 6086487.54 -9968320.7 -5.209
COMB2 Combination 0 0 165383.998 14546991.22 -21745086.4 -5.4229

Gambar III-24 hasil reaksi perletakan


BAB IV
Analisis Struktur
4.1 Perencanaan awal element struktur
4.1.1 Preliminary pelat
Perencanaan dimensi pelat langsung menggunakan brosur pelat yang kemudian disesuaikan
dengan kebutuhan.

Gambar IV-25 tributari area pelat

Gambar IV-26 tabel penggunaan penyangga (PROP)

Penentuan pelat lantai menggunakan brosur Steel Deck dari Lysaght. Adapun data yang
didapat ketika memilih ukuran ketebalan pelat 120 mm dan tebal BMT 1 mm (Base Metal
Thickness) berdasarkan brosurnya, diperoleh data sebagai berikut:
Fy = 550 Mpa
Zx = 16.69 x 103 mm3/m
Ash = 1678 mm2/m
Ix = 64.08 x 104 mm4/m
W = 13.6 Kg/m2
Area = 2287 mm2/m
Berat sendiri = 19.03 Kg/m2
Lebar efektif = 960 mm
Bentang = 2.6 m ~ 3.8 m
Tinggi gelombang = 51 mm

Gambar IV-27 spesifikasi teknis pelat bondek (steeldek)

Gambar IV-28 spesifikasi material pelat

Coba pakai tebal pelat (h) = 120 mm


Kombinasi Beban (tanpa berat sendiri pelat):
qa = 1,2 (SDL) + 1,6 (LL)
= 1,2 (3.642) + 1,6 (15)
= 28,37 kN/m2
Banyaknya panel steeldeck yang diperlukan dalam tributary pelat dengan ukuran 10 x 9 meter
adalah
Pemilihan ukuran panel steeldeck 960 x 2000 x 120 mm
9000
n steeldeck = =9.375=10 buah ,dengan pemilihan bentang sepanjang3 meter
960
10000
n total = =5 x 10=50 buah panel , pada ukuran 10 x 9 meter
2000
4.1.2 Preliminary balok anak (BA)

Gambar IV-29 Tributari area

Gambar IV-30 Pembebanan lantai mezzanine dan pembebanan rangka atap terpusat
 Balok Anak (BA)

L = 4500 mm = 4,5 m
B = 2000 mm = 2 m
 Beban terpusat pada balok anak
Kombinasi Beban:
Pu atap = 1,2 (DL+SDL) + 1,6 (LL)
= 1,2 (12+6,1) + 1,6 (10,5)
= 38 kN
qu lantai = 1,2 (DL+SDL) + 1,6 (LL)
= 1,2 (2,975+0,671) + 1,6 (4)
= 10,8 kN/ m2
Pu lantai = qu lantai x B
= 10,8 x 2
= 21,6 kN
Pu total = Pu atap + Pu lantai
= 21,6 +38
= 60 kN
 Reaksi Perletakan
1 1
V = Pu . L= ×60 × 4,5=135 kN
2 2

 Momen Maksimum
1 1
M u= Pu . L2 = ×60 × 4,52=151,875 kN . m
8 8
 Momen Inersia
5 Pu . L 4 L 5 q L4 4500 5 ×60000 × 45004 4
∆ max = = = I =12814450 mm
384 E I x 360 384 E I x 360 384 × 200000× I x x
4
I x =1281.445 cm
Gambar IV-31 Tabel profil rudy

Menentukan profil balok dari perhitungan momen inersia arah x, yang kemudian dari hasil tersebut
dicari momen yang mendekati dari profil penampang kemudian disesuai dengan kebutuhan Ix
tersebut.
Pakai profil IWF 250.125.6.9 ; BJ41
H = 250 mm A = 37,66 cm2 r = 12 mm
B = 125 mm w = 29,6 kg/m Fy = 250 Mpa
tb = 6 mm Ix = 4050 cm4 Zx = 324 cm3
ts = 9 mm Iy = 294 cm4
 Cek Kekompakan Sayap
b 125
λ s= = =6,94
2 t s 2 ×9

λ ps =0,38
√ E
Fy √
=0,38
200000
250
λ s < λ ps Penampang sayap kompak
=10,75

 Cek Kekompakan Badan


h 250−(2 ×9)
λ b= = =38,6
tb 6

λ pb=3,76
√ E
Fy
=3,76

200000
250
λ b < λ pb Penampang badan kompak
=106,35

 Keadaan Batas Leleh


Z x =¿ 324000 mm3  brosur
M p=F y Z x =250× 324000=81000000 Nmm
M p=81 kNm
 Keadaan Tekuk Torsi Lateral
Lb = 4500 mm

r y=
√ √
Iy
A
=
279
37,66
=2,72
L p=1,76 r y
E
Fy√=1,76 ×2,72
h 0=d−t s =250−9=241 mm
200000
250 √=135,4 mm

2 b . t s3 +(d−t s )t b3 2× 125× 93 +(250−9) 63 4


J= = =78102 mm
3 3
Ix 40500000
Sx= = =208762,87 mm3
H 194

√ √ I h
r ts = y 0 =
2 Sx
2940000× 241
2 x 208762,87
=41,2 mm

√ √( ( )
2

)
E J J
2
0,7 F y
Lr =1,95r ts + +6,76
0,7 F y S x h0 S x h0 E

2.105
√ √( ) ( )
2
78102 78102 0,7 .250 2¿ 6025,041 mm
¿ 1,95 . 41,2 . + +6,76
0,7 .250 208762,87. 241 208762,87 .241 2 . 10
5

L p < Lb ≤ Lr
135,4< 4500<6025,041 mm

Beban merata perletakan sendi-rol  Cb = 1,14


Penampang simetris ganda  c = 1
M n=Mp=81 kN . m  SNI 1729:2020 pasal F5

 Kekuatan Lentur
Keadaan batas yang menentukan adalah keadaan batas leleh, sehingga :
M n=81 kNm∅ M n=0,9 ×81=72,9 kNmM u=62,775 kNm

M u ≤ ∅ M n Maka balok anak dengan IWF 250.125.6.9 dapat digunakan.


4.1.3 Preliminary balok Induk (BI)

Gambar IV-32 balok yang ditinjau

Gambar IV-33 Pembebanan lantai mezzanine dan pembebanan rangka atap terpusat
L = 5000 mm = 5 m
B = 4500 mm = 4,5 m
 Beban merata yang bekerja pada balok induk
Kombinasi Beban:
DL balok anak= 29,6 kg/m  0,29 kN/m (brosur IWF 250.125.2.8)
Pu atap = 1,2 (DL+SDL) + 1,6 (LL)
= 1,2 (12+6,1) + 1,6 (10,5)
= 38 kN
qu lantai = 1,2 (DL+SDL) + 1,6 (LL)
= 1,2 (0,29+2,975+3,878) + 1,6 (4)
= 15 kN/ m2
Pu lantai = qu lantai x B
= 15 x 2
= 30 kN
Pu total = Pu atap + Pu lantai
= 30 +38
= 68 kN
 Reaksi Perletakan
1 1
V = Pu . L= ×68 ×5=170 kN
2 2
 Momen Maksimum
1 1 2
M u= Pu . L= ×68 × 5 =212,5 kN . m
8 8
 Momen Inersia
5 Pu . L L = 5 q Pu . 5000 5 × 68000× 5000
4 4
4
∆ max = = I =159375000 mm
384 E I x 360 384 E I x 360 384 ×200000 × I x x
4
I x =15937.5 cm
Gambar IV-34 Tabel profil rudy

Menentukan profil balok dari perhitungan momen inersia arah x, yang kemudian dari hasil
tersebut dicari momen yang mendekati dari profil penampang kemudian disesuai dengan
kebutuhan Ix tersebut.
Pakai profil IWF 400.200.8.13 ; BJ41
H = 400 mm A = 84,12 cm2 r = 16 mm
B = 200 mm w = 66 kg/m Fy = 250 Mpa
tb = 8 mm Ix = 23700 cm 4
Zx = 1190 cm3
t s = 13 mm Iy = 1740 cm4
 Cek Kekompakan Sayap
b 200
λ s= = =7,7
2 t s 2 ×13

λ ps =0,38
√ E
Fy √
=0,38
200000
250
λ s < λ ps Penampang sayap kompak
=10,75

 Cek Kekompakan Badan


h 400−(2× 13)
λ b= = =46,75
tb 8

λ pb=3,76
√ E
Fy
=3,76

200000
250
λ b < λ pb Penampang badan kompak
=106,35

 Keadaan Batas Leleh


Z x =¿ 1190000 mm3  brosur
M p=F y Z x =250× 1190000=297500000 Nmm
M p=297 kNm

 Keadaan Tekuk Torsi Lateral


Lb = 4500 mm
r y=
A√ √
Iy
=
1740
84,12
=8,55


L p=1,76 r y
E
Fy
=1,76 ×8,55

h 0=d−t s =400−13=387 mm
250√
200000
=425,63 mm

2 b . t s3 +(d−t s )t b3 2× 200 ×133 +( 400−13)83 4


J= = =358981,3 mm
3 3
Ix 237000000 3
Sx= = =592500 mm
H 400

√ √
I h
r ts = y 0 =
2 Sx
17400000× 387
2 x 592500
=75,4 mm

√ √( ) ( )
2
E J J
2
0,7 F y
Lr =1,95r ts + +6,76
0,7 F y S x h0 S x h0 E

¿ 1,95 .75,4 .
2.105
√ √(
358981,3
0,7 .250 592500. 387
+
358981,3 2
592500 .387
+ 6,76) ( )
0,7 . 250 2¿ 11053,55 mm
2. 105

L p < Lb ≤ Lr
425,63< 5000<11053,55 mm

Beban merata perletakan sendi-rol  Cb = 1,14


Penampang simetris ganda  c = 1
M n=Mp=297 kN .m  SNI 1729:2020 pasal F5
 Kekuatan Lentur
Keadaan batas yang menentukan adalah keadaan batas leleh, sehingga :
M n=297 kNm∅ M n=0,9 ×297=267,3 kNmM u=141,85 kNm

M u ≤ ∅ M n Maka balok anak dengan IWF 400.200.8.13 dapat digunakan.


4.1.4 Preliminary Kolom dari rangka atap ke perletakan/pondasi (K 1)

Gambar IV-35 Tributari area kolom

Gambar IV-36 Pembebanan rangka atap merata

Gambar IV-37 Pembebanan rangka atap terpusat

 Kolom 1
Pu1 = 1,2(DL+SDL) + 1,6LL

= 1,2(12+6,1) + 1,6(10,53)

= 38.57 kN = 3933,04 Kg
BJ41;Fy = 250 Mpa ; Fu = 440 Mpa

Pu1
A1 =
0,7 x Fy
38568
=
0,7 x 250
= 220,4 mm2 = 22, 04 cm2  coba pakai H 300.300.10.15

Gambar IV-12 Tabel profil gunung garuda

Berdasarkan momen inersia yang diperoleh profil baja dari tabel profil baja dapat digunakan adalah
H 300.300.10.15; BJ41
h = 300 mm A = 119,8 cm2 r = 16 mm
b = 300 mm w = 94 kg/m K = 0,5  Sendi
t b = 10 mm Ix = 20400 cm 4
E = 200000 Mpa
t s = 15 mm Iy = 6750 cm 4
ry = (0,23 ± 0,047) B
 section radius/ Jari-jari inersia
Ag = 11980 mm2 =0,23*300 = 69 mm

2 2
π E π × 200000
F e= = =261,05 Mpa
( ) ( )
2 2
KL 0,5 ×12000
ry 69

Fy 250
= =0,95 ≤2,25
F e 261,05
Fy
Fe 0,95
F cr =[ 0,658 ] × F y =[ 0,658 ] × 250=167,98 Mpa
Pn=F cr × A g =167,98× 11980=2012,4 kN

∅ Pn=0,9 ×2012,4=1811,2 kN
Pu ≤ ∅ Pn Maka kolom dengan IWF H 300.300.10.15 dapat digunakan.

4.1.5 Preliminary Kolom lantai Mezzanine (K 2)

Gambar IV-38 Tributari area kolom

Gambar IV-39 Pembebanan lantai mezzanine

 Kolom 2
Pu2 = 1,2(DL+SDL2) + 1,6LL

= 1,2(2,97+3,88) + 1,6(4)

= 14,62 kN = 1490,82 Kg

BJ41;Fy = 250 Mpa ; Fu = 440 Mpa


Pu2
A2 =
0,7 x Fy
14620
=
0,7 x 250
= 83,54 mm2 = 8,53 cm2  coba pakai H 250.250.9.14

Gambar IV-12 Tabel profil gunung garuda

Berdasarkan momen inersia yang diperoleh profil baja dari tabel profil baja dapat digunakan adalah
H 250.250.9.14; BJ41
h = 250 mm A = 92,18 cm2 r = 16 mm
b = 250 mm w = 72,4 kg/m K = 0,5  Sendi
tb = 9 mm Ix = 10800 cm4 E = 200000 Mpa
t s = 14 mm Iy = 3650 cm 4
ry = (0,23 ± 0,047) B
 section radius/ Jari-jari inersia
2
Ag = 9218 mm =0,23*250 = 57,5 mm

π2 E π 2 × 200000
F e= = =532,76 Mpa
( ) (
KL 2
ry
0,5 ×7000 2
57,5 )
Fy 250
= =0,47 ≤ 2,25
F e 532,76
Fy
Fe 0,47
F cr =[ 0,658 ] × F y =[ 0,658 ] × 250=205,35 Mpa
Pn=F cr × A g =205,35× 9218=1892,92kN
∅ Pn=0,9 ×1892,92=1703,63 kN

Pu ≤ ∅ Pn Maka kolom dengan IWF H 250.250.9.14 dapat digunakan.


4.2 Pemodelan struktur
Pemodelan struktur gedung ini menggunakan SAP2000 dari CSI sebagai salah satu
software yang bisa dalam hal visualisasi secara 3D serta menggeluarkan perhitungan kekuatan
suatu profil dan hasil lainnya yang digunakan sebagai pembandingan yang diperlukan. Berikut
langka yang telah dikerjakan dalam pembuatan pemodelan ini:

1. Tampilan awal Ketika membuka SAP2000 dapat dilihat gambar dibawah, selanjutnya
klik grid only akan tetapi jangan lupa sesuaikan satuan yang akan digunakan.

2. Setelah klik grid only selanjutnya mengatur grid sesuai dengan kebutuhan, seperti pada
gambar dibawah ini
3. grid yang telah diinput berdasarkan jarak akan ditampilkan seperti gambar dibawah ini

4. Masukan data material klik define pada toolbar lalu pilih material selanjutnya add new

5. Menginput ukuran profil yang telah didesain kedalam program, klik define pada toolbar
lalu pilih frame section. Hal ini berlaku untuk semua profil penampang yang akan digunakan.
6. Menginput data pelat yang akan digunakan, dan menggatur faktor skala kekakuannya

7. Load cases untuk menginput beban yang akan dikombinasikan

8. Berdasarkan data gempa yang dimiliki, masukan datanya kedalam NERPH97 seismic
9. Kombinasi pembebanan yang diinputkan sebagai berikut

10. Masukan data respon spektrum, dengan cara klik define pada toolbar pilih function lalu
response spectrum

11. Buat pemodelan dengan menggunakan frame


12. Menginput beban pada gording dan rangka atap

13. Melakukan replicated untuk memperbanyak frame

14. Input mass source


15. Input Analisis case beban statik

16. Input jumlah maks model berdasarkan DOF(Degree of fredoom)


Model = DOF x jumlah lantai = 3º x 2 = 6

17. Diaphragm
4.3 Analisis beban gempa
a) Data Gempa
Bangunan berlokasi pada Kota Makassar. Berdasarkan lokasi bangunan dan SNI 1726-
2012 – SNI Gempa 2012 maka didapatkan data gempa sebagai berikut :
 Ss = 0,32 g
 S1 = 0,143 g
 Fungsi Bangunan = Gudang penyimpanan
 Klasifikasi Tanah= Tanah Sedang
 Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
b) Perhitungan Beban Gempa Statik Ekivalen
Beban gempa direncanakan dengan prosedur gaya lateral ekivalen berdasarkan pada SNI
03-1726-2012. Berdasarkan SNI 03-1726-2012 perhitungan beban gempa static ekivalen
adalah sebagai berikut:
1. Menghitung berat struktur bangunan
Berat keseluruhan struktur bangunan didapatkan dari hasil perhitungan SAP 2000
nonlinear V.10. Berikut tabel hasil perhitungan berat struktur bangunan dengan
program SAP2000:
Display  Show table  Others definitions  Group data  Masses & weights
TABLE: Groups 3 - Masses and Weights
GroupName SelfMass SelfWeight TotalMassX TotalMassY TotalMassZ
Text Kgf-s2/m Kgf Kgf-s2/m Kgf-s2/m Kgf-s2/m
ALL 364660.39 3575985.5 364660.39 364660.39 364660.39

Dimana, W = berat seismik efektif menurut SNI 1726:2012 pasal 7.7.2


W = 3575985,5 Kgf
2. Kategori resiko bangunan dan faktor keutamaan gedung
Berdasarkan data bangunan, bangunan akan difungsikan sebagai bangunan
gedung perkantoran. Menurut Tabel 1 dan Tabel 2 Pasal 4.1.2 SNI 03-1726-2012
kategori resiko dan faktor keutamaan gedung didapatkan sebagai berikut :
 Kategori Resiko =I
 Faktor keutamaan gedung (Ie) =1
3. Klasifikasi situs dan Koefisien situs untuk desain seismik Fa dan Fv
 Menurut tabel 3 SNI-03-1726-2012 tanah pada lokasi bangunan termasuk
kedalam Kelas situs = Tanah Sedang (SD)

 Faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran periode pendek Fa


menurut tabel 4 SNI-03-1726-2012 untuk kelas situs SD dan Ss = 0,32 g ,
diperoleh Fa = 1

 Faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran periode 1 detik Fv


menurut tabel 5 SNI-03-1726-2012 untuk kelas situs SD dan S1 = 0,143 g,
diperoleh Fv = 1
4. Parameter spektrum Respons Percepatan SMs dan SM1
 Parameter spektrum respons percepatan pada periode pendek
SMS = Fa x Ss = 1 x 0,32 = 0,32

 Parameter spektrum respons percepatan pada periode 1 detik


SM1 = Fv x S1 = 1 x 0,143 = 0,143
5. Parameter respons percepatan spektral desain SDs dan SD1
 Parameter spektral desain untuk periode pendek
SDS = 2/3 x (SMS) = 2/3 x 0,32 = 0,213

 Parameter spektral desain untuk periode 1 detik


SD1 = 2/3 x (SM1) = 2/3 x 0,143 = 0,095
6. Kategori desain seismik
Menurut SNI-03-1726-2012 Kategori Desain Seismik ditentukan berdasarkan
Tabel 6 SNI-03-1726-2012 untuk parameter respons percepatan pada periode pendek
dan Tabel 7 SNI-03-1726-2012 untuk parameter respons percepatan pada periode 1
detik, sehingga didapatkan sebagai berikut :
 KDS berdasarkan SDS = D
 KDS berdasarkan SD1 = D
Maka diambil KDS = D
7. Sistem dan parameter struktur, dan faktor redunansi
Sistem dan parameter struktur, dan faktor redunansi ditentukan berdasarkan Pasal
7.2.2 dan Pasal 7.3.4 SNI-03-1726-2012. Dengan kategori desain seismik D maka
system struktur yang diperkenankan adalah “Rangka beton bertulang pemiku momen
khusus” dengan koefisien sebagai berikut :
 Koefisien Modifikasi respons (R) =8
 Faktor kuat – lebih system (Ω0) =3
 Faktor pembesaran defleksi (Cd) = 5.5
8. Ragam getar telah mencapai > 90% pada arah x dan arah y
TABLE: Modal Load Participation Ratios
OutputCase ItemType Item Static Dynamic
Text Text Text Percent Percent
MODAL Acceleration UX 99.9988 99.7879
MODAL Acceleration UY 0 0
MODAL Acceleration UZ 0.000005303 8.467E-09

9. Koefisien seismic
Periode getar Sap 2000:

Tx = 3,78 detik
Ty = 1,03 detik

Dari hasil luaran SAP 2000 didapatkan perioda sebesar 3,78 pada mode 1 dimana
translasi arah Y merupakan yang paling dominan, perioda sebesar 1,04. Partisipasi
massa ragam lebih dari 90% sehingga struktur memenuhi persyaratan jumlah ragam.
Dari hasil perioda getar hasil perhitungan SAP 2000 didapatkan nilai Tx dan Ty
sebagai berikut :
 Tx = 3,78 detik
 Ty = 1,04 detik
Nilai Perioda getar maksimum dan minimum dihitung berdasarkan Pasal 7.8.2.1
SNI-03-1726-2012. Langkah-langkah perhitungan perioda getar maksimum dan
minimum adalah sebagai berikut :
a. Perioda Getar Minimum (Ta min)
 Menentukan nilai Ct dan x
Nilai Ct dan x ditentukan berdasarkan tabel 15 SNI-03-1726-2012. Tipe
struktur yang digunakan adalah rangka beton pemikul momen sehingga
didapatkan sebagai berikut :

 Ct = 0,0724
 X = 0,8
 Hn = 20,54 m
 Menghitung nilai Perioda Getar Minimum (Ta min)
x
T a=C t . hn
0,9
T a=0,0724. 20,54
T a=1,1 detik
b. Perioda Getar Maksimum (Ta max)
 Menentukan nilai Cu

Nilai Cu ditentukan berdasarkan tabel 14 SNI-03-1726-2012. Parameter


percepatan respons spectral desain (SD1) adalah 0,36 sehingga didapatkan nilai
Cu = 1,4.
 Menghitung nilai Perioda Getar Maksimum (Ta max)
T a=C u . T a min
T a=1,7. 1,1
T a=1,87 detik
Maka perioda getar yang digunakan adalah T max karena Ta max < TSap sehingga:
 Tx = 1,87 detik
 Ty = 1,1 detik
1. Koefisien Respons seismik (Cs)
Nilai koefisien respons seismik (Cs) ditentukan berdasarkan Pasal 7.8.1 SNI-03-
1726-2012 yaitu:
 Nilai Cs maksimum
SD1 0,095
Cs= =
T ( IeR ) 3,78()
8
1
Cs=0,003
 Nilai Cs hitungan
S DS 0,213
Cs= =
( IeR ) ( ) 8
1
Cs=0,03
 Nilai Cs minimum
C s min1=0.044 × S DS × I ≥ 0.01
C s min1=0.044 × 0,213× 1≥ 0.01
C s min1=0,0094
 Nilai Cs minimum tambahan
0.5 S1 0,5 .0,143
C s min2=
( IeR ) =
()
8
1
C s min2=0 ,0089
Maka nilai Cs yang digunakan adalah Cs = 0,0089
2. Gaya Geser Seismik
Gaya geser seismik ditentukan berdasarkan Pasal 7.8.1 SNI-03-1726-2012 yaitu:
V =Cs . W
V =0,0089 .3575985,5
V =31826,27 kgf
3. Gaya Gempa Antar Tingkat
Gaya gempa lateral yang timbul disemua tingkat harus ditentukan dengan rumus
dibawah sesuai dengan pasal 7.8.3 SNI 03-1726-2012.

Gaya gempa antar tingkat dihitung 2 arah yaitu arah x dan arah y sebagai
berikut :
 Menghitung nilai eksponen yang terkait dengan perioda struktur
Dengan, k = 1 untuk T ≤ 0,5 detik

k = 2 untuk T ≥ 2,5 detik

k = interpolasi untuk 0,5 < T < 2,5 detik

untuk Tx = 1,87; maka k = 1,5


untuk Ty = 1,1; maka k = 1,545
4.4 Hasil analisis struktur
 Join Reaction pada perletakan (1010,95 kN)

 Diagram momen yang terjadi pada balok COMB 1 (-43,86 kN.m)

 Diagram geser yang terjadi pada balok COMB 1 (29,2 kN)


 Gaya aksial yang terjadi pada kolom COMB 2 (-1152,4 kN)

 Gaya torsi yang terjadi pada balok (-0,0064 kN)


 Deformed shape pada titik yang ditinjau (-2,17 mm)
BAB V
DESAIN STRUKTUR
5.1 Desain pelat
Perencanaan dimensi pelat langsung menggunakan brosur pelat yang kemudian disesuaikan
dengan kebutuhan.

Gambar V-V-40 tributari area pelat

Gambar V-41 tabel penggunaan penyangga (PROP)

Penentuan pelat lantai menggunakan brosur Steel Deck dari Lysaght. Adapun data yang
didapat ketika memilih ukuran ketebalan pelat 120 mm dan tebal BMT 1 mm (Base Metal
Thickness) berdasarkan brosurnya, diperoleh data sebagai berikut:
Fy = 550 Mpa
Fc’ = 30 Mpa
Ds = 10 mm
Zx = 16.69 x 103 mm3/m
Ash = 1678 mm2/m
Ix = 64.08 x 104 mm4/m
W = 13.6 Kg/m2
Area = 2287 mm2/m
Berat sendiri = 19.03 Kg/m2
Lebar efektif = 960 mm
Bentang = 2.6 m ~ 3.8 m
Tinggi gelombang = 51 mm

Gambar V-42 spesifikasi teknis pelat bondek (steeldek)

Gambar V-43 spesifikasi material pelat

Coba pakai tebal pelat (h) = 120 mm


Kombinasi Beban (tanpa berat sendiri pelat):
qa = 1,2 (SDL) + 1,6 (LL)
= 1,2 (3.642) + 1,6 (15)
= 28,37 kN/m2
Banyaknya panel steeldeck yang diperlukan dalam tributary pelat dengan ukuran 10 x 9 meter
adalah
Pemilihan ukuran panel steeldeck 960 x 2000 x 120 mm
9000
n steeldeck = =9.375=10 buah ,dengan pemilihan bentang sepanjang3 meter
960
10000
n total = =5 x 10=50 buah panel , pada ukuran 10 x 9 meter .
2000

 Perbandingan analisa momen yang bekerja pada pelat

Ly 10
β= = =1,1
Lx 9

Gambar V-44 tabel momen didalam pelat

Tabel 1. Momen di dalam pelat persegi yang menumpu

ly/lx 1,1

Mlx = +0.001 qlx2X X=25

Mly = +0.001 qlx2X X=21

Mtx = -0.001 qlx2X X=59


Mty = -0.001 qlx2X X=54

 Mlx = 0.001 q lx2 x


Mlx = 0.001 x 28,37 x 92 x 25 = 57,5 kNm

 Mly = 0.001 q lx2 x


Mly = 0.001 x 28,37 x 92 x 21 = 48,26 kNm

9m Mtx = -0.001 q lx2 x


Mtx = -0.001 x 28,37 x 92 x 59 = 135,6 kNm

10m  Mty = -0.001 q lx2 x


Mty = -0.001 x 28,37 x 92 x 54 = 124,1 kNm

Gambar V-45 member force diagram Mmax (comb 2) – Min = -46,52; Max = 134,64 kNm

Tabel 2 perbandingan momen pada pelat

ly/lx Manual (kN.m)


SAP 2000 (kN.m)

Mlx = +0.001 qlx2X 57,5 55,91

Mly = +0.001 qlx2X 48,26 54,66

Mtx = -0.001 qlx2X -135,6 133,0

Mty = -0.001 qlx2X -124,1 94,8


Perhitungan kekuatan pelat lantai bodek dimana parameter dari elemen – elemen yang ditinjau
adalah besarnya flexural streght dari pelat lantai bondek yang digunakan, maka dalam analisa
perhitungannya digunakan rumus dari steel deck institute tahun 2011 dengan tulangan D10-100

Gambar V-46 composite section

Gambar V-47 brosur lysaght

Flexural strenght oke apabila : ϕMn > Mu+ *(Momen Ultimate Pelat Lantai)

Dimana:

d = h – 1/2 x tinggi gelombang = 120 – ½ x 54 = 93 mm

hc = h – tinggi gelombang = 120 – 54 = 66 mm

Lalu,
Ycc=d {√ 2 ρn+ ( ρn ) −ρn}<hc
2

Ycc=93 { √ 2 . 0,021 .7,22+ ( 0,021 .7,22 ) −0,021. 7,22 }<66 mm


2

39,02<66 mm → syarat terpenuhi


Dimana:

Es 20000
n= → =7,22
Ec 0,043 x (2400)1,5 x √30 '

1 1000
As= π 102 x =785,4 mm2
4 100
As 785,4
ρ= = =0,021
b x d 400 x 93
Ycs = d – Ycc = 93 – 39,02 = 53,98
b
x Ycc + ( As x Ycs )+ I sf
3 2
I c=
3xn
400
x 39,02 + ( 785,4 x 53,98 ) + 64.08 x 10
3 2 4
I c=
3 x 7,22
4
I c =4026473,5 mm

Flexural Strenght:

Fy x I c
M n=
h−Y cc
550 x 4026473,5
M n= =27,35 kNm
120−39,02
ϕ M n=Mn x ϕ

ϕ M n=0,85 x 27,35=23,25 kNm

Keterangan:

d = distance from top of concrate to centroid of steel deck

Wc = concrate unit weight, (2400 kg/m3 )

n = Modular ratio

Es = 200000 mPa
Ec = modulus of elasticity of concrate

Fc = Concrate strenght (30 Mpa)

As = area of steel deck per unit (mm2 )

Isf = moment of inertia of the full steel deck per unit (mm4 )

Fy = yeild stress of steel deck (mPa)

Icr = Cracked section moment of inertia (mm4 )

h = slab depht (mm)

Ycc = distance from top of slab to neutral axis of cracked section (mm)

∅ = 0,85

5.2 Desain kolom

Gambar V-48 P.M.M Ratio kolom baja

 Kolom 1
Pu1 = 1,2(DL+SDL) + 1,6LL

= 1,2(12+6,1) + 1,6(10,53)

= 38.57 kN = 3933,04 Kg

BJ41; Fy = 250 Mpa; Fu = 440 Mpa

Pu1
A1 =
0,7 x Fy

38568
=
0,7 x 250

= 220,4 mm2 = 22, 04 cm2  coba pakai H 300.300.10.15


Berdasarkan momen inersia yang diperoleh profil baja dari tabel profil baja dapat digunakan
adalah H 300.300.10.15; BJ41
h = 300 mm A = 119,8 cm2 r = 16 mm
b = 300 mm w = 94 kg/m K = 0,5  Sendi
tb = 10 mm Ix = 20400 cm4 E = 200000 Mpa
ts = 15 mm Iy = 6750 cm4 ry = (0,23 ± 0,047) B
 section radius/ Jari-jari inersia
Ag = 11980 mm2 k = 1 (sendi-sendi) =0,23*300 = 69 mm

 Klasifikasi penampang
Cek kelangsingan sayap
b 300
λs = = =10
2.ts 2.15

λrs = 0,56
√ E
Fy √
= 0,56 200000 =15,84
250
λs < λrs  penampang sayap non langsing

Cek kelangsingan badan


h−2. ts−2.r 300−2.15−2.16
λb = = =23,8
tb 10

λpb = 1,49
√ E
Fy √
= 1,49 200000 =42,14
250
λb < λpb  penampang badan non langsing
 Tekuk lentur
k .l 1 .7160
λ =
iy
=
6750
=1,061 cm2  λ = 106,1 < 200

2 2
π E π × 200000
F e= = =261,05 Mpa
( ) ( )
2 2
KL 0,5 ×12000
ry 69

Fy 250
= =0,95 ≤2,25
F e 261,05
Fy
Fe 0,95 Pn=F cr × A g =167,98× 11980=2012,4 kN
F cr =[ 0,658 ] × F y =[ 0,658 ] × 250=167,98 Mpa
∅ Pn=0,9 ×2012,4=1811,2 kN
Pu ≤ ∅ Pn Maka kolom dengan IWF H 300.300.10.15 dapat digunakan.

berikut adalah hasil luaran SAP 2000 dalam pemodelan kolom menggunakan auto select

Gambar V-49 Steel stress check profil H 300.300.10.15

 Kolom 2
Pu2 = 1,2(DL+SDL2) + 1,6LL
= 1,2(2,97+3,88) + 1,6(4)
= 14,62 kN = 1490,82 Kg
BJ41;Fy = 250 Mpa ; Fu = 440 Mpa
Pu2
A2 =
0,7 x Fy
14620
=
0,7 x 250
= 83,54 mm2 = 8,53 cm2  coba pakai H 250.250.9.14

Berdasarkan momen inersia yang diperoleh profil baja dari tabel profil baja dapat digunakan adalah
H 250.250.9.14; BJ41
h = 250 mm A = 92,18 cm2 r = 16 mm
b = 250 mm w = 72,4 kg/m K = 0,5  Sendi
tb = 9 mm Ix = 10800 cm 4
E = 200000 Mpa
t s = 14 mm Iy = 3650 cm 4
ry = (0,23 ± 0,047) B
 section radius/ Jari-jari inersia
2
Ag = 9218 mm k = 1 (sendi-sendi) =0,23*250 = 57,5 mm

 Klasifikasi penampang
Cek kelangsingan sayap
b 300
λs = = =10
2.ts 2.15

λrs = 0,56
√ E
Fy √
= 0,56 200000 =15,84
250
λs < λrs  penampang sayap non langsing

Cek kelangsingan badan


h−2. ts−2.r 300−2.15−2.16
λb = = =23,8
tb 10

λpb = 1,49
√ E
Fy √
= 1,49 200000 =42,14
250
λb < λpb  penampang badan non langsing

 Tekuk lentur
k .l 1 .7160
λ =
iy
=
6750
=1,061 cm2  λ = 106,1 < 200

2 2
π E π × 200000
F e= = =532,76 Mpa
( ) ( )
2 2
KL 0,5 ×7000
ry 57,5

Fy 250
= =0,47 ≤ 2,25
F e 532,76
Fy
Fe 0,47
F cr =[ 0,658 ] × F y =[ 0,658 ] × 250=205,35 Mpa
Pn=F cr × A g =205,35× 9218=1892,92kN

∅ Pn=0,9 ×1892,92=1703,63 kN

Pu ≤ ∅ Pn Maka kolom dengan IWF H 250.250.9.14 dapat digunakan.


berikut adalah hasil luaran SAP 2000 dalam pemodelan kolom menggunakan frame section auto
select dipilih secara otomatis profilnya H 400.400.13.21

Gambar V-50 Steel stress check profil H 400.400.13.21

5.3 Desain balok

Gambar V-51 P.M.M ratio balok baja

 Balok Anak (BA)

L = 4500 mm = 4,5 m
B = 2000 mm = 2 m
 Reaksi Perletakan
1 1
V = Pu . L= ×60 × 4,5=135 kN
2 2
 Momen Maksimum
1 2 1 2
M u= Pu . L = ×60 × 4,5 =151,875 kN . m
8 8
Pakai profil IWF 250.125.6.9; BJ41
H = 250 mm A = 37,66 cm2 r = 12 mm
B = 125 mm w = 29,6 kg/m Fy = 250 Mpa
tb = 6 mm Ix = 4050 cm4 Zx = 324 cm3
ts = 9 mm Iy = 294 cm4

Z x =¿ 324000 mm3  brosur


M p=F y Z x =250× 324000=81000000 Nmm
M p=81 kNm
Keadaan batas yang menentukan adalah keadaan batas leleh, sehingga :
M n=81 kNm∅ M n=0,9 ×81=72,9 kNmM u=62,775 kNm
M u ≤ ∅ M n Maka balok anak dengan IWF 250.125.6.9 dapat digunakan.
M u 62,775
Ratio = = =0,861
∅ Mn 72,9
berikut adalah hasil luaran SAP 2000 dalam pemodelan balok anak

Gambar V-52 Steel stress check profil IWF 250.125.6.9

Akan tetapi dalam pemodelan di SAP 2000 tidak lolos syarat rasio kelangsingan efektif,
sehingga penggunaan profil diganti IWF 300.150.6,5.9 Berikut hasil setelah diganti dengan
profil IWF 300.150.6,5.9
Gambar V-53 Steel stress check profil IWF 300.150.6,5.9

Ratio pada analisis manual dan analisis SAP 2000 menandakan bahwa profil IWF
300.150.6,5.9 cocok dan kuat untuk digunakan, dimana terpenuhinya syarat

M u≤ ∅ M n

Ratio limit profil menurut SAP sebesar = 0,95; dan ratio yang terjadi adalah 0,081  rasio yang
kecil menandakan tidaklah ekonomis.

Sehingga semua syarat kapasitas rasio profil memenuhi

Ratio Sap dan manual < 1

0,081 dan 0,861 < 1  Ok

 Balok Induk (BI)

L = 5000 mm = 5 m
B = 4500 mm = 4,5 m
 Reaksi Perletakan
1 1
V = Pu . L= ×68 ×5=170 kN
2 2
 Momen Maksimum
1 1 2
M u= Pu . L= ×68 × 5 =212,5 kN . m
8 8
Menentukan profil balok dari perhitungan momen inersia arah x, yang kemudian dari hasil
tersebut dicari momen yang mendekati dari profil penampang kemudian disesuai dengan
kebutuhan Ix tersebut.
Pakai profil IWF 400.200.8.13; BJ41
H = 400 mm A = 84,12 cm2 r = 16 mm
B = 200 mm w = 66 kg/m Fy = 250 Mpa
tb =8 mm Ix = 23700 cm4 Zx = 1190 cm3
ts = 13 mm Iy = 1740 cm4

Z x =¿ 1190000 mm3  brosur


M p=F y Z x =250× 1190000=297500000 Nmm
M p=297 kNm
Keadaan batas yang menentukan adalah keadaan batas leleh, sehingga :
M n=297 kNm∅ M n=0,9 ×297=267,3 kNmM u=141,85 kNm
M u ≤ ∅ M n Maka balok anak dengan IWF 400.200.8.13 dapat digunakan.
M u 141,85
Ratio = = =0,531
∅ M n 267,3
berikut adalah hasil luaran SAP 2000 dalam pemodelan balok induk

Gambar V-54 Steel stress check profil IWF 400.200.8.13


Ratio pada analisis manual dan analisis SAP 2000 menandakan bahwa profil IWF
400.200.8.13 cocok dan kuat untuk digunakan, dimana terpenuhinya syarat

M u≤ ∅ M n

Ratio limit profil menurut SAP sebesar = 0,95; dan ratio yang terjadi adalah 0,165  rasio yang
berwarna putih dan memiliki angka yang kecil menandakan tidaklah efesien.

Sehingga semua syarat kapasitas rasio profil memenuhi

Ratio Sap dan manual < 1

0,165 dan 0,531 < 1  Ok

5.4 Perencanaan sambungan


BAB VI
PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER

6.1 Perencanaan atap


Untuk mendapatkan hasil analisa yang mendekati kondisi yang sebenarnya, maka
struktur bangunan dimodelkan dalam analisa tiga dimensi, dimana pemodelan diusahakan
semirip mungkin dengan rencana arsitekturnya. Pada gambar-gambar berikut ditampilkan model
struktur dalam 2D dan 3D.

Gambar 6-VI-55 potongan pemodelan atap

Diketahui, Spesifikasi teknis atap dalam pemodelan adalah

a) Lebar bangunan (L) : 216 m


b) Panjang bangunan (P) : 288 m
c) Jarak antar kuda-kuda (B) :9m
d) Tinggi kuda-kuda (H) : 8,66 m
e) Jarak gording (d) :2m
f) Sudut kemiringan atap : 3º
g) Tinggi atap : Tinggi kuda-kuda (H)
Rencana, penggunaan material pada atap adalah

Gambar 6-VI-56 Brosur atap PT. Intec Persada

Material penutup atap

a) Jenis atap : spandek (soal perc.baja)


b) Material atap : unplasticized polyvinylchloride [UPVC] (brosur)
c) Fungsi bangunan : Gudang penyimpanan
d) Berat atap : 2,4 kg/m (brosur)
e) Tebal atap : 1,5 mm (brosur)
f) Lebar efektif atap : 765 mm (brosur)
g) Lebar atap : 823 mm (brosur)
h) Panjang maks atap : 12 m (brosur)

Material rangka atap (kuda-kuda)


Gambar 6-VI-57 Brosur PT.Gunung garuda

a) Jenis rangka atap : CNP 200.75.20.3,2


b) Material rangka atap : CNP
c) Berat profil : 9,27 kg/m (brosur)
d) Dimensi profil (HxB) : 200 x 75 mm (brosur)
e) Panjang maks profil : 6-7m  ± 40 mm (brosur)
f) Jarak kuda-kuda :9m

Material gording atap

Gambar 6-VI-58 Brosur PT.Gunung garuda

a) Jenis rangka atap : CNP 125.50.20.3,2


b) Material rangka atap : CNP
c) Berat profil : 6,13 kg/m (brosur)
d) Dimensi profil (HxB) : 125 x 50 mm (brosur)
e) Panjang maks profil : 6-7m  ± 40 mm (brosur)
f) Jarak gording :2m

Material kolom

Gambar 6-VI-59 Brosur PT.Gunung garuda

a) Jenis rangka atap : H-beam 250.250.9.14


b) Material rangka atap : baja
c) Berat profil : 14 kg/m (brosur)
d) Dimensi profil (HxB) : 250 x 250 mm (brosur)
e) Panjang maks profil : 12 m (brosur)
f) Tinggi kolom : bervariasi

Material balok
Gambar 6-VI-60 Brosur PT.Gunung garuda

g) Jenis rangka atap : IWF 200.100.5,5.8


h) Material rangka atap : baja
i) Berat profil : 21,3 kg/m (brosur)
j) Dimensi profil (HxB) : 200 x 100 mm (brosur)
k) Panjang maks profil : 12 m (brosur)
l) Jarak antar balok :9m

 Penginputan material

Material yang digunakan dimasukan spesifikasinya kedalam software SAP 2000, adapun data
yang dimasukan yakni data Fy dan Fu seperti gambar dibawah ini:
Gambar VI-61 material property

 Penginputan dimensi profil

Profil rangka atap yang digunakan menggunakan CNP 200.75.20.3.2, sedangkan untuk
gordingnya menggunakan profil CNP 125.50.20.3,2. Penginputannya seperti pada gambar
berikut:

Gambar VI-62 profil CNP untuk rangka atap

Gambar VI-63 profil CNP untuk gording


 Penginputan data pembebanan

Beban pada rangka atap seperti pada gambar, mengilustrasikan sebagai pembebanan yang
ditimbulkan dari gording secara terpusat.

Gambar VI-64 Pembebanan yang dilakukan pada rangka atap

Gambar VI-65 Pemodelan struktur rangka atap


4.5 Gaya dalam
 Batang atas struktur rangka atap

Gaya terbesar terjadi pada batang yang ditinjau adalah sebagai berikut:
 Gaya geser : 107686,6 N 107,7 kN
 Gaya momen : -135847363 N.mm  -135,85 kN.m
 Gaya aksial : 596040,97 N  596,041 kN
 Defleksi : 16 mm
 Panjang (L) : 9012,35 mm
L 9012,35
 Defleksi ijin : = =18,77 mm  Defleksi Aman !!!
480 480

Gambar VI-66 gaya momen, geser, dan defleksi terbesar berada pada kombinasi 2

Gambar VI-67 gaya aksial dan torsi terbesar berada pada kombinasi 2
 Batang diagonal struktur rangka atap

Gaya terbesar terjadi pada batang yang ditinjau adalah sebagai berikut:
 Gaya geser : 33344 N 33,344 kN
 Gaya momen : 36439147 N.mm  36,5 kN.m
 Gaya aksial : 6244761,6 N  6244,762 kN
 Defleksi : 1 mm
 Panjang (L) : 2176,09 mm
L 2176,09
 Defleksi ijin : = =4,53 mm  Defleksi Aman !!!
480 480

Gambar VI-68 gaya aksial dan torsi terbesar berada pada kombinasi 2

Gambar VI-69 gaya momen, geser, dan defleksi terbesar berada pada kombinasi 2
 Batang vertikal pada struktur rangka atap

Gaya terbesar terjadi pada batang yang ditinjau adalah sebagai berikut:
 Gaya geser : 0 kN
 Gaya momen : 0 kN.m
 Gaya aksial : -3204710,4 N  -3204,71 kN
 Defleksi : 0 mm
 Panjang (L) : 3000 mm
L 3000
 Defleksi ijin : = =6,25 mm  Defleksi Aman !!!
480 480

Gambar VI-70 gaya aksial dan torsi terbesar berada pada kombinasi 2
BAB VII
PERHITUNGAN VOLUME BANGUNAN

Material yang digunakan dalam perancangan bangunan baja ini adalah

 Balok Anak Profil baja = IWF 300.150.6,5.9


 Balok Induk Profil baja = IWF 400.200.8.13
 Kolom 1 Profil baja H-Beam = H 300.300.10.15
 Kolom 2 Profil baja H-Beam = H 400.400.13.21
 Profil CNP (rangka atap) = CNP 200.75.3,2.6,5
 Profil CNP (gording) = CNP 356.89.31
 Diameter baut =
 Atap = UPVC spandek (3º)
 Pelat = Lysaght bondek 120mm; BMT 1mm

Jumlah Material yang digunakan dalam perancangan bangunan baja ini adalah

Struktur Elevasi (mm) Ketinggian(mm) Material Jumlah


(buah)
Kolom 2 0-7000 7000 H 400.400.13.21 110
Kolom 1 7000 - 11980 4980 H 300.300.10.15 110
Kolom 1 0 - 11980 11980 H 300.300.10.15 110
Kolom 1 11980 – 12923,3 943,3 H 300.300.10.15 110
Kolom 1 11980 - 13395 1415 H 300.300.10.15 110
Kolom 1 11980 – 13866,6 1886,6 H 300.300.10.15 110
Kolom 1 11980-14338,3 2358,3 H 300.300.10.15 110
Kolom 1 11980-14810 2830 H 300.300.10.15 110
Kolom 1 11980-15281,6 3301,6 H 300.300.10.15 110
Kolom 1 11980-15753,3 3773,3 H 300.300.10.15 110
Kolom 1 11980-16225 4245 H 300.300.10.15 110
Kolom 1 11980-16696,7 4716,7 H 300.300.10.15 110
Kolom 1 11980-18668,3 6688,3 H 300.300.10.15 110
Kolom 1 11980-19140 7160 H 300.300.10.15 110
TOTAL 1540

Material Volume material Jumlah (buah) Total volume material


(cm2) (cm2)
IWF 300.150.6,5.9 46,78 54 2526,12
IWF 400.200.8.13 84,12 112 9421,44
H 300.300.10.15 119,8 1485 177903
H 400.400.13.21 218,7 85 18589,5
CNP 200.75.3,2.6,5 11,81 11025 130205,25
CNP 356.89.31 19,58 2400 46992
Lysaght bondek 120 50 x 16 =800
mm
DAFTAR PUSTAKA
1. SNI 1729:2020 – Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural
2. SNI 1726:2020 – Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung
dan
non gedung
3. SNI 1727:2020 – Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai