SKABIES
OLEH
CHAERUNNISA AMIR
111 2022 1029
PEMBIMBING
dr. Nurul Rumila Roem, Sp. KK.,M. Kes
I
KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena berkat limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya maka laporan kasus ini
dapat diselesaikan dengan baik. Salam dan salawat semoga selalu tercurah pada
besarnya atas semua bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun
tidak langsung selama penyusunan laporan kasus ini hingga selesai. Secara
khusus rasa terimakasih tersebut penulis sampaikan kepada dr. Nurul Rumila
Roem, Sp. KK.,M. Kes sebagai pembimbing dalam penulisan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, untuk saran dan kritik
kasus ini. Terakhir penulis berharap, semoga laporan kasus ini dapat memberikan
hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi
penulis juga.
Penulis
II
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Scabies
Telah menyelesaikan tugas Refarat yang berjudul ”Skabies” dan telah disetujui
kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Kedokteran
Menyetujui,
III
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ II
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................III
DAFTAR ISI........................................................................................................ IV
BAB I.................................................................................................................... 1
BAB II.................................................................................................................... 2
2.1 Definisi...............................................................................................2
2.2 Epidemiologi....................................................................................2
2.3 Etiologi.................................................................................... 3
2.4 Patogenesis......................................................................................3
2.6 Varian................................................................................................. 7
2.7 Diagnosa...........................................................................................8
2.8 Tatalaksana......................................................................................14
2.9 Komplikasi.......................................................................................18
2.10 Prognosis.......................................................................................19
BAB III..................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 21
IV
BAB I
PENDAHULUAN
penanganannya rendah. Akan tetapi, penyakit ini dapat menjadi kronis dan berat
rasa tidak nyaman karena sangat gatal sehingga penderita seringkali menggaruk
keadaan sosial ekonomi yang rendah, kebersihan yang buruk, hubungan seksual
dan infestasi Sarcoptes scabiei. Oleh karena itu, prevalensi skabies yang tinggi
interpersonal yang tinggi seperti asrama, panti asuhan, dan penjara. Penatalaksanaan
skabies dilakukan kepada penderita dan seluruh anggota keluarga atau orang yang
1
dekat dengan penderita meskipun tidak menimbulkan gejala.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
penanganannya rendah. Akan tetapi, penyakit ini dapat menjadi kronis dan berat
2.2 Epidemiologi
Prevalensi skabies di puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2008 adalah 5,6-
2
2.3 Etiologi
dadanya rata, dan tidak memiliki mata. Tungau betina berukuran lebih
0,25mm. 4
2.4 Patogenesis
3
telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum dengan
kecepatan 2-3 milimeter sehari sambil meletakkan telumya 2 hingga 50. Bentuk
betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas
biasanya dalam waktu 3 sampai 10 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3
pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga
keluar.5
kontak langsung dari kulit ke kulit, dan tidak langsung melalui berbagai
skabies dapat hidup di luar tubuh manusia selama 24-36 jam. Tungau dapat
Kelainan kulit dapat tidak hanya disebabkan oleh tungau skabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-
kira sebulan setelah investasi. Pada saat itu, kelainan kulit menyerupai
4
2.5 Manifestasi Klinis
Gatal merupakan gejala klinis utama pada skabies. Rasa gatal pada masa
awal infestasi tungau biasanya terjadi pada malam hari (pruritus nokturna),
cuaca panas, atau ketika berkeringat. Gatal terasa di sekitar lesi, namun pada
disebabkan oleh sensitisasi kulit terhadap ekskret dan sekret tungau yang
bawah intergluteal, paha serta lipatan aksila anterior dan posterior. Lesi
tersebut sulit ditemukan karena sering disertai ekskoriasi akibat garukan dan
infestasi ringan, lokasi yang harus diperiksa adalah sela jari tangan dan
genitalia eksterna. 4
Pada orang dewasa, lesi skabies jarang ditemukan di leher, wajah, kulit
kepala yang berambut, punggung bagian atas, telapak kaki dan tangan;
5
lesi dapat ditemukan di seluruh tubuh. Lesi skabies biasanya tidak terdapat
di kepala namun pada anak kecil dan bayi dapat ditemukan pustul yang gatal.
Gejala skabies pada anak biasanya berupa vesikel, pustul, dan nodus; anak
menjadi gelisah dan nafsu makan berkurang. Gambaran klinis skabies pada
Gambar 2. Lesi Skabies di Jari Tangan dan Sela Jari Tangan Berupa
6
Gambar 3. Lesi Skabies di Bokong Berupa Papul, Erosi, Ekskoriasi,
2.6 Varian
1. Skabies Nodular
Skabies nodular cenderung menyerang anak kecil dan orang tua dan
ditandai dengan nodul bulat kasar berukuran 5-20 mm, berwarna merah,
Nodul mungkin disebabkan oleh penetrasi tungau yang lebih dalam dan
reaksi kekebalan yang lebih kuat dan tahan lama. Nodul skabies dapat
hiperinfestasi)
krusta dan fisura pada tangan, kaki, siku, kepala, dan leher. Kuku sering
7
membengkak. Eosinofilia sering terjadi, dan peningkatan titer IgE
umum.
2.7 Diagnosa
penyakit kulit lain yang bukan skabies dan respons negatif belum dapat
1. Pruritus Nokturna
8
laki), dan perut bagian bawah. Perlu diingat bahwa pada bayi,
1. Kerokan Kulit
ditetesi minyak mineral lalu dikerok dengan skalpel steril yang tajam
9
skabies. Kemudahan lainnya adalah kerokan kulit dapat dilakukan
bila tungau atau bagian dari tungau teridentifikasi dari kerokan kulit.
jauh lebih unggul daripada kerokan kulit tanpa dermoskopi dalam hal
10
2. Mengambil Tungau dengan Jarum
pada penderita skabies yang lesinya tidak khas lagi dan banyak
dengan kaca tutup, dan diperiksa dengan mikroskop. Dari setiap satu
lesi, selotip dilekatkan sebanyak enam kali dengan enam selotip untuk
11
14OC. Usap kulit relatif mudah digunakan dan memiliki nilai prediksi
keterbatasan fasilitas.
5. Pemeriksaan Histopatologik
12
Gambaran histopatologik lesi skabies adalah terdapatnya
13
Lesi sekunder pada umumnya berupa papul urtika yang mungkin
terjadi akibat kompleks imun yang beredar atau akibat respons imun
sel lebih ringan daripada lesi primer dan tidak ditemukan eosinofil
atau vaskulitis.
2.8 Tatalaksana
1. Topikal
a. Krim Permetrin 5%
14
pada saat bersamaan. Permetrin memiliki efektivitas tinggi
b. Krotamiton 10%
15
adalah berbau, mengotori pakaian, dan terkadang dapat
e. Lindane (Gammexane) 1%
dibiarkan
16
selama 8 jam. Cukup sekali pemakaian, dapat diulang bila
2. Sistemik
1. Ivermectin
17
menyusui, karena obat ini berinteraksi dengan sinaps saraf
permethrin.7
2.9 Komplikasi
bakteri. Bakteri juga dapat berasal dari tungau itu sendiri karena
18
antibakteri topikal atau sistemik harus diberikan secepatnya. Hal tersebut
2.10 Prognossis
yang berkontak erat dengan pasien harus diobati, maka penyakit ini dapat
19
BAB III
KESIMPULAN
Sarcoptes Scabiei. Infestasi tungau skabies menyebabkan erupsi kulit yang sangat
gatal yang terdiri dari papula, nodul, dan vesikel. Diagnosis skabies ditegakkan
apabila terdapat 2 dari 4 tanda kardinal, yaitu pruritus nokturna, gejala serupa
pada sekelompok orang yang tinggal berdekatan, terdapat kunikulus pada daerah
20
DAFTAR PUSTAKA
2. Klaus Wolff , Richard Allen Johnson AS. Fitzpatrick’s Color Atlas and
2013.
2016.
2016
5. SW Menaldi SL. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. 7th ed. Badan
doi:10.3238/arztebl.m2021.0296
2020;47(2):104-107.
21