Anda di halaman 1dari 43

1

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN BAGI SISWA


KELAS V DI SDN TANJUNG JATI 2 K AMAL KABUPATEN
BANGKALAN DENGAN PENERAPAN METODE TANYA
JAWAB INTERAKTIF WA GROUB

PROPOSAL SKRIPSI

FAIRUZ CHOIRUNNISA
NPM. 2104310062

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS WR. SUPRATMAN SURABAYA
TAHUN 2023
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah

khususnya melalui Depdiknas terus menerus berupaya melakukan berbagai

perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan kita. Salah satu upaya yang sudah

dan sedang dilakukan, yaitu berkaitan dengan faktor guru. Lahirnya Undang-

Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah

No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya

merupakan kebijakan pemerintah yang didalamnya memuat usaha pemerintah

untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia

Motivasi tidak akan ada jika seseorang tidak merasakan adanya dorongan

atau kebutuhan yang berasal dari dalam dirinya. Kebutuhan itu sendiri ialah

kekurangan yang dirasakan seseorang pada suatu waktu tertentu (Gibson,

Ivancevich dan Donnely, 2002:P.88). Kekurangan itu mungkin bersifat fisiologis

(kebutuhan akan makanan), psikologis (kebutuhan akan harga diri), atau bersifat

sosiologis (kebutuhan akan interaksi sosial).

Motivasi dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku. Andai

kata motivasi tersebut muncul, seseorang akan tergerak untuk melakukan sesuatu

guna memenuhi kebutuhan dan terjadilah perilaku yang mengarah pada

pencapaian tujuan. Oleh karena itu, tujuan merupakan daya tarik kuat yang
2

mendorong manusia berbuat (effort) sehingga tercapainya tujuan berarti

mengurangi kebutuhan yang belum terpenuhi.

Pola motivasi merupakan sikap yang mempengaruhi cara orang-orang

memandang pekerjaan dan menjalani kehidupan mereka. Terdapat empat pola

motivasi, yaitu: motivasi prestasi, afiliasi, kompetensi, dan kekuasaan.

Diharapkan dengan pemberian motivasi dapat mengurangi problematika belajar

termasuk kesulitan belajar siswa yang masih banyak kita temui sampai saat ini.

Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah

karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh

kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun

di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami

berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-

hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis,

sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan

prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Siswa yang

mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan

tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek

psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif. Kreatifitas guru merupakan faktor

penentu utama pengembangan kurikulum, yang dilaksanakan melalui kegiatan

belajar mengajar mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peran pendidikan menjadi sangat

penting. Pendidikan seharusnya dapat mempersiapkan siswa untuk dapat bersaing

di era globalisasi. Oleh karena itu pendidikan perlu direkonstruksi ulang agar
3

menghasilkan output yang siap menghadapi probelma dengan mengaktualisasikan

perannya dimasa datang.

Dari hasil evaluasi guru Kelas V SDN Tanjung Jati 2 Kamal Kabupaten

Bangkalan saat dilakukan studi awal didapatkan informasi bahwa siswa Kelas V

SDN Tanjung Jati 2 Kamal Kabupaten Bangkalan masih banyak yang kesulitan

dalam memahami tentang Menjelaskan hak, kewajiban, dan tanggung jawab

sebagai warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari secara jelas yang

dituangkan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada tujuan

pembelajaran PPKn kelas V yakni Menjelaskan hak, kewajiban, dan tanggung

jawab sebagai warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari secara jelas.

Kencenderungan siswa tidak begitu suka dengan mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan karena selama ini pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dirasakan hanya menekankan pada aspek cerita sehingga

menyebabkan rendahnya minat belajar siswa di sekolah. Dalam kondisi seperti ini

guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu

mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun

psikomotorik siswa. Dalam merancang kegiatan pembelajaran tersebut penulis

memilih model pembelajaran dengan menggunakan Metode Tanya jawab

interaktif guna untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn.

Teknologi informasi dapat membantu dan mempermudah manusia dalam

mengerjakan pekerjaannya sehingga dapat selesai dengan lebih efektif dan efisien.

Perkembangan teknologi di era modern sudah sangat mudah untuk diakses oleh

siapapun, kapanpun dan di manapun. Contoh seperti sekarang ini hampir semua

alat komunikasi seperti smartphone menyediakan aplikasi yang memudahkan


4

penggunanya untuk mengakses internet. Melalui internet, pengguna dapat

mengkases media sosial yang diinginkan, seperti facebook, twitter, instagram,

gmail, whatsApp, dan lain sebagainya. Sekarang yang sedang marak dipakai

adalah media sosial WhatsApp.

Dalam proses PSBB saat ini maka penggunaan media komunikasi jarak

jauh sngatlah mutlak dibutuhkan dan diperlukan, WhatsApp dalam dunia

pendidikan termasuk ke dalam teknologi pendidikan yang dapat difungsikan

sebagai alat atau media komunikasi dalam pengelolaan pendidikan dan

pengembangan pendidikan. Sebagai pengelolaan pendidikan, fungsi WhatsApp

meliputi kegiatan pengelolaan organisasi kependidikan dan pengelolaan manusia

yang terlibat dalam dunia pendidikan

Sehingga diharapkan dengan diterapkannya Metode Tanya jawab interaktif

berbasis WhatsApp ini semua tujuan untuk membuat siswa memahami tentang

Menjelaskan hak, kewajiban, dan tanggung jawab sebagai warga masyarakat

dalam kehidupan sehari-hari secara jelas dapat tercapai.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis termotivasi untuk mengadakan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang: “Upaya Peningkatan Hasil Belajar PKn

Bagi Siswa Kelas V di SDN Tanjung Jati 2 Kamal Kabupaten Bangkalan Dengan

Penerapan Metode Tanya Jawab Interaktif WA Group”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah tersebut maka pertanyaan penelitian yang dapat

diungkap adalah : Apakah metode penerapan metode tanya tanya jawab interaktif
5

WA Group dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas V SDN

Tanjung Jati 2 Kamal Kabupaten Bangkalan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini ialah: Untuk mengetahui

metode penerapan metode tanya tanya jawab interaktif WA Group dalam

meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas V SDN Tanjung Jati 2 Kamal

Kabupaten Bangkalan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi siswa, guru dan sekolah sebagai berikut :

1. Manfaat bagi siswa :

a. Memberikan sajian pembelajaran yang menarik dan memperhatikan

modalitas belajar siswa

b. Meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Manfaat bagi guru :

a. Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam melaksanakan perbaikan

pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran PKn

a. Untuk membantu para guru dalam pembelajaran efektif pada mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan khususnya di SDN Tanjung

Jati 2 Kamal Kabupaten Bangkalan

3. Manfaat bagi sekolah :

a. Memberikan masukan bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas dan

hasil belajar siswa


6

b. Sebagai sarana pemberdayaan untuk meningkatkan kerjasama dan

kreativitas guru

E. Ruang Lingkup Penelitian

Kerangka berpikir penelitian ini adalah upaya meningkatkan hasil belajar

PKn pada siswa kelas V SDN Tanjung Jati 2 Kamal Kabupaten Bangkalan

melalui melalui metode tanya jawab interaktif WA Group, pada semester genap

tahun Ajaran 2022/2023, sehingga dapat digambarkan kerangka pemikirannya

adalah sebagai berikut:


7

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran

Permasalahan awal di
kelas Hasil belajar PKn

Siklus I
menggunakan metode
Tindakan tanya jawab interaktif Siklus II

Siklus III

Kondisi Akhir di kelas Hasil belajar PKn siswa


di kelas meningkat
8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Pustaka

1. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

Sardiman (2004:20) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu

kegiatan interaksi tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar di

suatu pihak, dengan warga belajar (siswa, anak didik) di pihak lain.

Pembelajaran adalah suatu rangkaian kejadian yang mempengaruhi

pembelajaran sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah.

dalam pengembangan pengetahuan, ketrampilan, atau sikap baru pada saat

seseorang individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Tujuan

pendidikan pada dasarnya adalah mengantarkan para siswa menuju pada

perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial

agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan mahluk sosial. Dalam

mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan Lingkungan belajar

yang diatur guru melalui proses pengajaran.

Pembelajaran langsung dikenal dengan sebutan active teaching atau

whole-class teaching. Pembelajaran ini mengacu pada gaya mengajar

dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada siswa-

siswanya dengan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas

(Muijs & Reynolds, 2008 : 41). Pembelajaran langsung dirancang khusus

untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan

8
9

deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang

dapat diajarkan dengan pola yang bertahap, selangkah demi selangkah

(Arends, 2008 : 295).

Ciri-ciri model pembelajaran langsung menurut (Kardi & Nur, 2000 :

3) sebagai berikut :

a. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk

prosedur penilaian belajar.

b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.

c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar

kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.

Pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi,

pelatihan atau praktik. Metode-metode tersebut digunakan untuk

menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada

siswa (Trianto, 2007 : 30). Dalam proses transformasi itu pelajaran

distrukturisasikan dengan jelas dan dipresentasikan dengan jelas pula.

Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan makhluk hidup belajar.

Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,

berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh proses

pertumbuhan fisik

Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (2003: 68)

mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan

seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia

belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula.


10

Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan

tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan fisik, tetapi

perubahan dalam kebiasaan, kecakapan , bertambah, berkembang daya pikir,

sikap dan lain-lain.( Soetomo,2003 : 20)

Pasal I Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan

nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa

belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi

tertentu.

2. Unsur-unsur dalam belajar

Menurut Gagne dalam Catharina Tri Ani (2016:4) unsur-unsur yang

saling berkaitan sehingga menghasilkan perubahan perilaku yakni:

a. Pembelajar

Pembelajar dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar, dan peserta

pelatihan. Pembelajar memiliki organ pengindraan yang digunakan untuk

menangkap rangsangan otak yang digunakan untuk menstransformasikan hasil

penginderaannya ke dalam memori yang kompleks dan syaraf atau otot yang

digunakan untuk menampilkan kinerja yang menunjukkan apa yang telah

dipelajari.

b. Rangsangan / Stimulus

Peristiwa yang merangsang penginderaan pembelajar disebut situasi stimulus.

Contoh dari stimulus tersebut adalah suara, sinar, warna, panas, dingin,
11

tanaman, gedung, dan orang. Agar pembelajar mampu belajar optimal maka

harus memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminati.

c. Memori

Memori pembelajar berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas belajar sebelumnya.

d. Respon

Respon merupakan tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori.

Pembelajar yang sedang mengamati stimulus, maka memori yang ada didalam

dirinya kemudian memberikan respon terhadap stimulus tersebut.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Menurut Wasty Soemanto (2003:113) dalam belajar, banyak sekali

faktor yang mempengaruhi belajar namun dari sekian banyaknya faktor

yang mempengaruhi belajar, hanya dapat digolongkan menjadi tiga macam

yaitu:

a. Faktor-faktor stimuli belajar

Stimuli belajar adalah segala hal di luar individu yang merangsang individu itu

untuk mengadakan reaksi atau pembuatan belajar, misalnya panjangnya bahan

pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat

ringannya tugas, suasana lingkungan eksternal.

b. Faktor-faktor metode belajar

Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar

yang dipakai oleh si pelajar maka metode yang dipakai oleh guru menimbulkan
12

perbedaan yang berarti bagi proses belajar, misalnya tentang kegiatan berlatih

atau praktek, menghafal atau menginggat, pengenalan tentang hasil-Prestasi

Belajar, bimbingan dalam belajar.

c. Faktor-faktor individual

Faktor-faktor individual juga sangat besar penggaruhnya terhadap belajar

seseorang, misalnya tentang kematangan individu, usia, perbedaan jenis

kelamin, pengalaman sebelumnya, motivasi, kondisi kesehatan.

4. Prinsip- prinsip belajar

Thomas Rohwer dan Slavin dalam Catharina Tri Ani (2016:65)

menyajikan beberapa prinsip belajar yang efektif sebagai berikut:

a. Spesifikasi (specification)

Dalam strategi belajar hendaknya sesuai dengan tujuan belajar dan

karakteristik siswa yang menggunakannya. Misalnya belajar sambil menulis

ringkasan akan lebih efektif bagi seseorang, namun tidak efektif bagi orang

lain.

b. Pembuatan (Generativity)

Dalam strategi belajar yang efektif, memungkinkan seseorang mengerjakan

kembali materi yang telah dipelajari dan membuat sesuatu menjadi baru,

misalnya membuat diagram yang menghubungkan antar gagasan, menyusun

tulisan kedalam bentuk garis besar.

c. Pemantauan yang efektif (effective monitoring)


13

Pemantauan yang efektif yaitu berarti bahwa siswa mengetahui kapan dan

bagaimana cara menerapkan strategi belajarnya dan bagaimana cara

menyatakannya bahwa strategi yang digunakan itu bermanfaat.

d. Kemujarapan personal (Personal Efficacy)

Siswa harus memiliki kejelasan bahwa belajar akan berhasil apabila

dilakukan dengan sungguh-sungguh. Dalam hal ini guru dapat membantu

siswa dengan cara menyalenggarakan ujian berdasarkan pada materi yang

telah dipelajari.

5. Strategi belajar yang efektif

Slavin dalam Catharina Tri Ani (2016:65) menyarankan tiga strategi

belajar yang dapat digunakan untuk belajar yang efektif, yaitu:

a. Membuat Catatan

Strategi yang paling banyak digunakan pada waktu belajar dari bacaan

maupun belajar dari mendengarkan ceramah adalah mencatat. Strategi ini

akan menjadi efektif untuk materi belajar tertentu karena mempersyaratkan

pengolahan mental untuk memperoleh gagasan utama tentang materi yang

telah dipelajari dan pembuatan keputusan tentang gagasan-gagasan apa

yang harus ditulis.

b. Belajar kelompok

Belajar kelompok ini memungkinkan siswa membahas materi yang telah

dibaca atau didengar dikelas. Belajar kelompok lebih baik dibandingkan

belajar sendiri-sendiri karena dalam belajar kelompok posisi penyaji dan

pendengar ini dapat dilakukan secara bergantian sehingga seluruh individu


14

dalam kelompok memiliki pemahaman yang sama terhadap materi yang

dipelajari.

Menurut Borich (2000 : 234) ada sejumlah metode untuk menstrukturkan

isi pelajaran yaitu :

a. Part-whole format yaitu isi pelajaran diintroduksikan dalam bentuknya

yang paling umum, kemudian dibagi menjadi sub-sub bagian yang dapat

dibedakan dengan mudah. Guru seharusnya memastikan sub-sub bagian

itu berhubungan dengan jelas dan eksplisit dengan keseluruhannya.

b. Sequential ordering yaitu isi pelajaran diajarkan dengan urutan yang

sesuai dengan kemunculannya secara aktual.

c. Combinational relationships yaitu guru menyatukan berbagai keputusan

atau elemen yang mempengaruhi penggunaan aturan, fakta atau urut-

urutan di dalam sebuah format.

d. Comparative relationships yaitu elemen-elemen yang berbeda

ditempatkan secara berjajar sehingga siswa dapat membandingkannya.

Sementara, presentasi yang jelas dapat dilakukan dengan cara :

a. Model deduktif yaitu presentasi dimulai dengan prinsip atau aturan

umum kemudian dilanjutkan dengan contoh-contoh yang lebih terinci

dan spesifik.

b. Model induktif yaitu presentasi dimulai dengan contoh-contoh dan

kemudian beralih ke aturan atau prinsip umum.

Salah satu prosedur yang berguna untuk diikuti dalam pembelajaran

langsung adalah modeling. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau

suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran


15

di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-

perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, dan

lain-lain (Joyce, 2002 : 4). Model adalah bentuk representasi akurat, sebagai

proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba

bertindak berdasarkan model itu.

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil

penurunan teori psikologi pendidikan dan belajar, yang dirancang berdasarkan

proses analisis yang diarahkan pada implementasi kurikulum dan implikasinya

pada tingkat operasional di depan kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula

sebagai rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur

materi peserta didik, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam

setting pengajaran atau setting lainnya. Model adalah kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman

bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan

aktivitas belajar mengajar (Eggen, 2003 : 243). Model adalah apa saja yang

menyampaikan informasi, seperti orang, film, televisi, pameran, gambar, atau

instruksi.

Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa

belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi

tertentu.

Dari uraian diatas pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan,

ketrampilan, atau sikap baru pada saat seseorang individu berinteraksi dengan

informasi dan lingkungan, serta pembelajaran terjadi di sepanjang waktu.


16

Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah mengantarkan para siswa menuju

pada perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial

agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan mahluk sosial. Dalam mencapai

tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan Lingkungan belajar yang diatur guru

melalui proses pengajaran. Kedudukan dan keberadaan metode belajar terdapat

dalam pembelajaran, serta dalam kedudukannya adalah sebagai alat bantu

mengajar yang termasuk dalam kategori metodologi pengajaran (Sudjana, 2001).

Sedangkan Roetiyah (200:1) menyatakan bahwa pembelajaran ialah proses

pemerolehan maklumat dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat serta

pembentukan sikap dan kepercayaan. Proses pembelajaran berlaku sepanjang

hayat seseorang manusia. Proses pembelajaran berlaku di mana-mana tempat dan

pada sebarang masa. Dalam konteks pendidikan, guru biasanya berusaha segala

upaya mengajar supaya pelajar dapat belajar dan menguasai isi pelajaran bagi

mencapai sesuatu objektif yang ditentukan. Pembelajaran akan membawa kepada

perubahan pada seseorang. Walau bagaimanapun perubahan yang disebabkan oleh

kematangan seperti berjalan dan makan ataupun penyakit dan kelaparan tidaklah

dianggap sebagai pembelajaran.

Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka mentakrifkan pembelajaran sebagai

proses belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan menjalani latihan.

Menurut pandangan ahli kognitif, pembelajaran boleh ditakrifkan sebagai satu

proses pendalaman yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang agak kekal.

Aliran behavioris berpendapat bahwa pembelajaran ialah perubahan dalam

tingkah laku, yaitu cara seseorang bertindak dalam suatu situasi. Dalam psikologi
17

humanis pembelajaran dianggap proses yang dapat membantu seseorang

mencapai sempurna kendiri dan nilai individu (Dewan Bahasa dan Pustaka, 2007).

Dimyati & Mudjiono (2005) menjabarkan bahwa Pembelajaran adalah

kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa

belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Pembelajaran menurut Surya, (2004) Pembelajaran merupakan suatu

proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya.

Gagne dan Briggs ( 1979:3 ) mengungkapkan Pengertian Pembelajaran

sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang

berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk

mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat

internal.

Menurut UUSPN No.20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa Pembelajaran

adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada

suatu lingkungan belajar.

Pasal I Undang- undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional

menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi pembelajaran

adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu

lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu. Dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah dalam mata pelajarannya yaitu

melalui materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan tujuan


18

pembelajaran PPKn kelas V yakni, Tapi perlu diingat, untuk menyusun rencana

pembelajaran berbasis kompetensi dengan melalui bimbingan belajar siswa, buku-

buku atau media tersebut hanya merupakan bahan rujukan untuk proses belajar

mengajar. Artinya, tidaklah tepat jika hanya menggantungkan pada buku teks

pada mata pelajaran sebagai satu-satunya sumber materi. Bimbingan belajar siswa

bukanlah menyelesaikan satu buku melainkan berbagai macam buku untuk

membantu siswa mencapai kompetensi.

Pembelajaran adalah suatu rangkaian kejadian yang mempengaruhi

pembelajaran sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. dalam

pengembangan pengetahuan, ketrampilan, atau sikap baru pada saat seseorang

individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Tujuan pendidikan pada

dasarnya adalah mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan

tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri

sebagai individu dan mahluk sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa

berinteraksi dengan Lingkungan belajar yang diatur guru melalui proses

pengajaran.

Belajar merupakan aktivitas penting dalam kehidupan manusia.

Ruminiati (2007: 1.2) menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan belajar

apabila di dalam diri orang tersebut terjadi suatu aktivitas yang

mengakibatkan perubahan tingkah laku yang diamati relatif lama. Menurut

Hernawan (2007: 2) belajar merupakan proses perubahan perilaku dimana

perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap,

yang mencakup dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor.


19

Belajar bukan sekedar serangkaian aktivitas kognitif seseorang yang

melibatkan stimulus dan respon saja, tetapi juga melibatkan proses berpikir

yang sangat kompleks dan bersifat kontruktivisme. Sebagaimana dijelaskan

Rustaman, dkk (2011: 2.6) bahwa belajar merupakan kegiatan konstruktif

yang melibatkan pembentukan makna dari apa yang mereka lakukan, lihat dan

dengar. Kemudian Dahar (Rustaman, dkk., 2011: 2.7) menyatakan bahwa dalam

pelaksanaan belajar kontrukstivisme terdapat kegiatan inti meliputi:

(a) pengetahuan awal,

(b) kegiatan pengalaman nyata,

(c) interaksi sosial, dan

(d) terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan.

Pendapat di atas sesuai dengan teori belajar menurut M. Robert Gagne

yang menyatakan bahwa belajar terjadi karena dipengaruhi faktor luar dan

faktor dari dalam diri orang tersebut, dimana keduanya saling berinteraksi

sesuai tahapan yaitu: (a) persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan

mengarahkan perhatian, pengharapan, dan mendapatkan kembali informasi, (b)

unjuk perbuatan yang digunakan untuk selektif, merespon, dan memberi

penguatan, dan (c) memberlakukan secara umum (Ruminiati, 2007: 1.6).

Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya proses belajar adalah

adanya kinerja guru atau tenaga pendidik. Wahyudin (2008: 4.36)

menyatakan bahwa guru merupakan fasilitator, mediator, serta pemandu

dalam mengkontrusi pengetahuan untuk menentukan keaktifan serta hasil

belajar siswa.
20

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan aktivitas yang dapat merubah perilaku dalam waktu yang relatif

lama, dipengaruhi faktor internal maupun eksternal setiap individu dan

bersifat membangun pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru

yang diperoleh dari berbagai tindakan. Pendapat di atas merupakan teori yang

dianggap sesuai mendasari penelitian tentang penerapan model cooperative

learning tipe make a match dengan media gambar untuk meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn.

Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari nilai ulangan harian, dimana

ulangan-ulangan harian ini diberikan oleh guru kepada para siswa untuk

mengetahui sejauh mana taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar siswa.

Pengertian Hasil Belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:700)

bahwa Hasil Belajar adalah hasil yang dicapai terhadap penguasaan pengetahuan

atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan

dengan nilai tes atau keterampilan.

Pendapat lain menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah

laku yang diakibatkan dari hasil belajar (TIM MKDK, 2006:24). Dan menurut

Benyamin S. Bloom (1956 : 23) bentuk tingkah laku sebagai hasil belajar dapat

digolongkan sebagai berikut:

a) Kognitif

b) Afektif

c) Psikomotorik
21

6. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang

mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas

belajar (Djamarah, 2004:23). Jika perubahan tingkah laku adalah tujuan yang

harus dicapai dalam aktifitas belajar, maka perubahan tingkah laku itulah

salah satu indikator yang dijadikan pedoman untuk mengetahui kemajuan

individu dalam segala hal.

Prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa

dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan

atau kecakapan/ keterampilan yang dinyatakan sesudah hasil penilaian

(Djamarah, 2004:24).

Dari definisi di atas dapat disimpulkan prestasi belajar adalah penilaian

tentang tingkat perubahan dan kemajuan seseorang sebagai hasil dari aktifitas

belajar. Kemajuan yang diperoleh tidak saja berupa ilmu pengetahuan, tapi

juga berupa kecakapan atau kertampilan.

Melalui penilaian dapat ditentukan tinggi rendahnya belajar siswa.

Penilaian berarti juga evaluasi, yaitu tindakan untuk menentukan nilai segala

sesuatu dalam pendidikan (Djamarah, 2004:25). Dengan melakukan evaluasi

maka akan diketahui tentang kemajuan prestasi belajar yang telah dicapai

siswa dan memberikan informasi kepada guru tentang keberhasilan kegiatan

pengajarannya.

Prestasi belajar bisa digunakan sebagai alat untuk memotivasi siswa

agar belajar lebih giat lagi. Siswa yang ingin mengetahui sesuatu dari apa
22

yang dipelajarinya adalah tujuan yang ingin dicapai siswa selama belajar,

sehingga siswa akan terdorong untuk mempelajarinya.

Agar perubahan sebagai hasil belajar sesuai dengan tujuan belajar maka

diperlukan peran guru untuk membimbing siswa dalam kegiatan belajarnya.

Hal ini dimaksudkan agar siswa aktif melakukan usaha belajar dengan segala

potensi yang dimilikinya. Dalam memberikan bimbingan kepada siswa guru

dapat menggunakan berbagai cara atau pendekatan sesuai dengan

karakteristik siswa. Dengan demikian tindakan yang dilakukan oleh guru bagi

siswa diharapkan akan dapat meningkatkan usaha belajar siswa. Hal ini pada

akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Menurut Morgan dalam Syaiful Bakri Djamarah, manusia hidup

memiliki kebutuhan-kebutuhan, yakni kebutuhan untuk berbuat untuk suatu

aktifitas, kebutuhan untuk menyenangkan orang lain, kebutuhan untuk

mencapai hasil dan kebutuhan untuk mengatasi kesulitan.

7. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi

Telah dikatakan dimuka bahwa belajar adalah berusaha memperoleh

kepandaian dan ilmu pengetahuan. Sampai dimanakah perubahan itu dapat

dicapai atau dengan kata lain dapat berhasil baik atau tidaknya belajar itu

tergantung pada macam- macam faktor. Adapun faktor-faktor itu dapat

dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut faktor individu.

b. Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial.
23

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas

menunjukkan bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks.

Aktivitas balajar individu memang tidak selamanya menguntungkan. Kadang-

kadang juga tidak lancar, kadang mudah menangkap apa yang dipelajari,

kadang sulit mencerna materi pelajaran. Dalam keadaan dimana siswa dapat

memahami pelajaran sebagaimana mestinya, itulah yang disebut kesulitan

proses pemahaman belajar.

8. Pengertian PKn

PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk

diajarkan pada jenjang sekolah dasar. Ruminiati (2007: 1.15) menyatakan bahwa

pelajaran PKn merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan langsung

dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Tetapi

di dalam pelaksanaan pembelajaran, tidak sedikit yang salah menafsirkan bahwa

PKN dengan PKn merupakan hal yang sama. Padahal keduanya memiliki definisi

dan fungsi yang berbeda dalam pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan pendapat Soemantri bahwa PKN adalah

pendidikan kewargaan negara, yang merupakan mata pelajaran sosial yang

bertujuan membentuk warga negara yang baik yaitu warga negara yang tahu,

mau, dan mampu berbuat baik, sedangkan PKn adalah pendidikan

kewarganegaraan, pendidikan yang menyangkut status formal warga negara

yang berisi tentang diri kewarganegaraan, peraturan naturalisasi atau

pemerolehan status sebagai WNI (Ruminiati, 2007: 1 – 25).

Pengertian PKn juga dijelaskan di dalam Permendiknas No. 22 Tahun

2006 tentang standar isi. Di dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006


24

tentang standar isi tertulis bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah mata

pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami

dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga

negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan

oleh Pancasila dan UUD 1945.

PKn merupakan pendidikan untuk memberikan bekal awal dalam bela

negara yang dilandasi oleh rasa cinta kepada tanah air, kesadaran berbangsa

dan bernegara, berkeyakinan atas kebenaran idiologi pancasila dan UUD 1945

serta kerelaan berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara (Ittihad, 2007:

1.37).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa

PKn merupakan mata pelajaran yang berkaitan erat dengan pendidikan

afektif yang berpengetahuan bela negara. PKn juga dikatakan sebagai

pendidikan awal bela negara, idiologi pancasila dan UUD 1945, naturalisasi,

dan pemerolehan status warga negara

PKn (Pendidikan Kewarganegaraan) adalah wahana untuk

mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada

budaya bangsa Indonesia, yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk

perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun

sebagai anggota masyarakat, warga negara dan makhluk ciptaan Tuhan Yang

Maha Esa.

Disamping itu, Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan juga untuk

membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar

berkenaan dengan hubungan antara warga negara dan negara serta menumbuhkan
25

kecintaan kepada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, yakin

akan kesaktian Pancasila sebagai idiologi negara, kerelaan berkorban untuk

negara, serta memberikan kemampuan awal bela negara, sesuai dengan Undang-

undang Nomor 20 Tahun 1982, tentang Pertahanan dan Keamanan, serta Surat

Edaran Menhankam Nomor SE/007/M/III/88.

9. Hakekat PKn

Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan merupakan civics education atau

citizenship education (Pendidikan Kewarganegaraan) versi indonesia. Pengertian

Pendidikan Kewarganegaraan sangat beragam. Berikut ini dikemukakan dalam

beberapa yang pengertian:

Menurut National Council Of Social Studies (NCSS) Amerika Serikat

PKn adalah proses yang meliputi semua pengaruh positif yang dimaksud

untuk membentuk pandangan seorang warga negara dalam peranannya

dimasyarakat. Dari pengertian tersebut, dapat dinyatakan bahwa ciri yang penting

dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah:

Merupakan program pendidikan (proses yang meliputi pengaruh positif)

- Fokus materiny adalah ideologi nasional, proses pemerintahan sendiri,hak

dan kewajiban asasi dan warga negara sebagaimana yang dijamin dalam

konstitusi ditambah dengan pengaruh posif dari keluarga, sekolah dan

masyarakat

- Tujuannya adalah membentuk orientasi warga negara tentang peranannya

dalam masyarakat.

Mata pelajaran PKn memiliki klasifikasi materi yang dirangkum

dalam ruang lingkup pembelajaran. Ruang lingkup pada materi mata


26

pelajaran PKn sesuai Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi,

meliputi:

a. Persatuan dan kesatuan bangsa.

b. Norma, hukum, dan peraturan.

c. Hak asasi manusia.

d. Kebutuhan warga negara.

e. Konstitusi negara.

f. Kekuasan dan Politik.

g. Pancasila.

h. Globalisasi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa materi

pembelajaran pada mata pelajaran PKn terangkum dalam ruang lingkup mata

pelajaran PKn yang terdiri dari beberapa aspek, meliputi: ruang lingkup

persatuan dan kesatuan bangsa, ruang lingkup norma, hukum, dan peraturan,

ruang lingkup HAM (Hak Asasi Manusia), ruang lingkup kebutuhan dan

konstitusi negara, ruang lingkup kekuasaan dan politik, ruang lingkup

pancasila, serta ruang lingkup globalisasi

10. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab interaktif adalah metode mengajar yang

memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic

sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya
27

siswa menjawab, atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini

terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dengan siswa.

Beberapa hal penting diperhatikan dari metode tanya jawab, antara lain :

1) Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab, antara lain :

a) Untuk mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran telah dikuasai oleh

siswa.

b) Untuk merangsang siswa berpikir.

c) Memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum

dipahami.

2) Jenis pertanyaan. Pada dasarnya ada dua pernyataan yang perlu diajukan, yakni

pertanyaan ingatan dan pernyataan pikiran.

a) Pertanyaan ingatan, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana

pengetahuan sudah tertanam pada siswa. Biasanya pertanyaan berpangkal

kepada apa, kapan, dimana, berapa dan yang sejenisnya.

b) Pertanyaan pikiran, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana

cara berpikir anak dalam menanggapi suatu persoalan. Biasanya pertanyaan

ini dimulai dengan kata mengapa, bagaimana.

3) Teknik mengajukan pertanyaan. Berhasil tidaknya metode tanya jawab, sangat

bergantung kepada teknik guru dalam mengajukan pertanyaannya. Hal pokok

yang harus diperhatikan antara lain :

a) Perumusan pertanyaan harus jelas dan terbatas, sehingga tidak menimbulkan

keragu-raguan pada siswa.

b) Pertanyaan hendaknya diajukan pada kelas sebelum menunjuk siswa untuk

menjawabnya.
28

c) Beri kesempatan/waktu pada siswa untuk memikirkannya.

d) Hargailah pendapat/pertanyaan dari siswa.

e) Distribusi atau pemberian pertanyaan harus merata.

f) Buatlah ringkasan hasil tanya jawab interaktif sehingga memperoleh

pengetahuan secara sistematik.

Metode tanya jawab interaktif biasanya dipergunakan apabila :

a) Bermaksud mengulang bahan pelajaran

b) Ingin membangkitkan siswa belajar

c) Tidak terlalu banyak siswa

d) Sebagai selingan metode ceramah

11. Pengertian WhatsApp

a. Sejarah WhatsApp

Pada tahun 2014 WhatsApp bergabung dengan Facebook, namun

beroperasi secara terpisah sebagai aplikasi yang fokus untuk melayani

pertukaran pesan yang cepat dan mudah. WhatsApp dirancang untuk

memudahkan penggunanya untuk tetap terhubung dan berkomunikasi kapan

saja, dan dimana saja. WhatsApp memberikan berbagai macam fitur bagi

penggunanya dengan menggratiskan pengiriman pesan dan melakukan

panggilan secara sederhana, aman, dan cepat ke berbagai penjuru dunia

(Andreas Kaplan and Michael Haenlein 2010).

Menuru (Sari, (2021) Pada awalnya, WhatsApp diluncurkan sebagai

alternatif SMS. Namun, saat ini aplikasi media sosial WhatsApp dapat

digunakan untuk mengirim dan menerima berbagai macam media dalam

bentuk teks, foto, video, dokumen, dan lokasi, bahkan WhatsApp saat ini
29

dapat digunakan untuk melakukan panggilan suara dan panggilan video.

Pesan dan panggilan menggunakan WhatsApp dapat diamankan dengan

enskripsi end-toend, sehingga tidak ada pihak ketiga termasuk WhatsApp

yang dapat membaca pesan atau mendengar panggilan para penggunanya.

Sebagai sebuah aplikasi, WhatsApp dilengkapi dengan beberapa fitur yang

memudahkan penggunanya melakukan komunikasi.

Fitur tersebut diantaranya adalah:

a. WhatsApp di Web dan Desktop

Dengan fitur ini, para pengguna WhatsApp dapat dengan lancar

menyinkronkan semua chat ke komputer agar dapat melakukan

chat dengan perangkat apa pun yang paling nyaman.

b. Chat Group

Di dalam fitur Chat Group ini, pengguna WhatsApp dapat

membagikan pesan, foto, dn video hinnga 256 orang sekaligus.

Pengguna WhatsApp juga dapat membisukan atau menyesuaikan

pemberitahuan, dan masih banyak lagi. Dengan menggunakan fitur

tersebut, pengguna WhatsApp dapat tetap terhubung dengan orang-

orang terdekat dan penting seperti keluarga, rekan kerja, dan lain-

lain.

c. Panggilan Suara dan Video WhatsApp

Dengan fitur ini, para pengguna WhatsApp dapat berbicara dengan

siapa saja secara gratis bahkan jika mereka berada di negara lain.

Melalui panggilan video yang disediakan, pengguna dapat


30

melakukan percakapan tatap muka saat suara atau teks saja tidak

cukup. Panggilan suara dan video menggunakan koneksi internet

telepon, bukan dengan menit panggilan tanpa internet.

d. Enskripsi end-to-end

Fitur ini memungkinkan pengguna untuk mengamankan pesan dan

panggilannya, sehingga hanya dapat dilihat oleh orang terdekat

atau yang sedang melakukan komunikasi dengan pengguna

tersebut. Tidak ada orang ketiga diantaranya, bahkan WhatsApp.

e. Foto dan Video

Fitur WhatsApp yang satu ini bisa dikatakan sebagai fitur yang

paling favorit. Karena dengan fitur ini, pengguna dapat mengirim

foto dan video di WhatsApp dengan segera. Bahkan pengguna

dapat menangkap momen penting dengan kamera bawaan dari

2. Manfaat Grup WhatsApp

Grup WhatsApp memiliki manfaat pedagogis, sosial, dan teknologi.

Aplikasi ini memberikan dukungan dalam pelaksanaan pembelajaran

secaraonline. Grup WhatsApp memungkinkan para penggunanya untuk

menyampaikan pengumuman tertentu, berbagi ide dan sumber

pembelajaran, serta mendukung terjadinya diskusi secara online.

Rembe dan Bere mengungkapkan bahwa aplikasi WhatsApp

Messenger dirasakan telah mampu meningkatakan partisipasi peserta didik,

mempercepat terjadinya kelompok belajar dalam membangun dan

mengembangkan ilmu pengetahuan. Tidak hanya itu, pembelajaran dengan


31

bantuan aplikasi online seperti WhatsApp Messenger dapat meningkatkan

kolaborasi dalam pembelajaran, berbagi pengetahuan dan informasi yang

berguna dalam proses pembelajaran, dan mempertahankan kesenangan

pembelajaran sepanjang masa.

Secara lengkap dan ringkas manfaat penggunaan Aplikasi WhatsApp

Messenger Group dalam pembelajaran yaitu :

a. WhatsApp Messenger Group memberikan fasilitas pembelajaran

secara kolaboratif dan kolaboratif secara online antara guru dan siswa

ataupun sesama siswa baik di rumah maupun di sekolah.

b. WhatsApp Messenger Group merupakan aplikasi gratis yang mudah

digunakan.

c. WhatsApp Messenger Group dapat digunakan untuk berbagi

komentar, tulisan, gambar, video, suara, dan dokumen.

d. WhatsApp Messenger Group memberikan kemudahan untu

menyebarlu askan pengumuman maupun mempublikasikan karyanya

dalam grup.

e. Informasi dan pengetahuan dapat dengan mudah dibuat dan

disebarluaskan melalui berbagai fitur WhatsApp Messenger Group

3. Dampak Positif dan Negatif WhatsApp

Dampak positif yang timbul dari penggunaan situs jejaring sosial

adalah sebagai berikut :

a. Memudahkan kegiatan belajar, karena dapat digunakan sebagai sarana

untuk berdiskusi dengan teman sekolah untuk mencari informasi/ tugas.


32

b. Mencari, menambah teman atau bertemu kembali dengan teman lama.

Baik teman di sekolah, di lingkungan bermain maupun teman yang

bertemu melalui jejaring sosial.

c. Menghilangkan kepenatan pelajar sebagai obat stress setelah seharian

bergelut dengan pelajaran di sekolah. Misalnya: mengomentari status

orang lain yang terkadang lucu dan menggelitik, bermain game, dan

lain sebagainya.

Adapun dampak negatifnya adalah sebagai berikut:

a. Kurangnya interaksi dengan dunia luar. Kemunculan situs jejaring

sosial menyebabkan interaksi personal secara tatap muka (face to face)

cenderung menurun. Masyarakat lebih mememilih untuk menggunakan

situs jejaring sosial karena lebih praktis.

b. Membuat kecanduan. Pengguna jejaring sosial dapat menghabiskan

waktunya seharian di depan komputer karena kecanduan. Sehingga

membuat produkfitas waktu mereka menjadi menurun karena sebagian

besar hanya digunakan untuk bermain di jejaring sosial.

c. Pornografi. Tentu ada saja yang menyalahgunakan pemanfaatan dari

situs tersebut untuk kegiatan yang berbau pornografi, bahkan ada yang

memanfaatkan situs ini untuk menjual wanita.


33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subyek dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelas V SDN Tanjung Jati 2 Kamal

Kabupaten Bangkalan, dengan jumlah siswa sebanyak 20 siswa, sedangkan

kondisi siswa tingkat kemampuannya dan daya serap sangat bervariasi ada yang

pintar dan ada yang kurang pintar. Pada pelaksanaan penelitian ini yaitu tahun

pelajaran 2022/2023, peneliti adalah guru Kelas V SDN Tanjung Jati 2 Kamal

Kabupaten Bangkalan.

B. Setting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh

seorang guru di kelas (sekolah) tempat mereka mengajar dengan penekanan pada

peningkatan dan penyempurnaan kegiatan belajar mengajar dalam usaha

mencapai prestasi belajar yang maksimal. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek pembelajaran

secara berkesinambungan sehingga meningkatkan mutu hasil instruksional,

mengembangkan ketrampilan guru, meningkatkan relevansi, meningkatkan

efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya penelitian pada

komunitas guru.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menggambarkan suatu proses yang

dinamis meliputi aspek perencanaan, tindakan observasi dan refleksi yang

merupakan langkah berurutan dalam satu siklus atau daur yang saling
34

berhubungan dengan siklus berikutnya. Sedangkan obyek dalam Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di Kelas V SDN Tanjung Jati 2 Kamal

Kabupaten Bangkalan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada

tujuan pembelajaran PPKn kelas V yakni tentang Menjelaskan hak, kewajiban,

dan tanggung jawab sebagai warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari

secara jelas. Selanjutnya penelitian dilakukan secara kolaborasi antara penulis

dan guru Kelas V SDN Tanjung Jati 2 Kamal Kabupaten Bangkalan

Penelitian ini dilakukan selama satu bulan, yaitu mulai bulan januari

2022, melalui tiga siklus. Pada setiap siklus menggunakan langkah kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi kegiatan. Untuk

menyesuaikan dengan program pengajaran semester genap tahun 2022/2023,

maka waktu peneliti dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di

Kelas V SDN Tanjung Jati 2 Kamal Kabupaten Bangkalan Kabupaten Bangkalan

disesuaikan dengan pelaksanaan pengajaran semester genap yang berjalan di

sekolah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan Proposal : Minggu Ke 1

2. Persiapan Penelitian : Minggu Ke 1

3. Pelaksanaan Penelitian : Minggu Ke 1

4. Siklus I : Minggu Ke 1

5. Siklus II : Minggu Ke 1

6. Siklus III : Minggu Ke 2

7. Analisa Data : Minggu Ke 3

8. Penyimpulan Data : Minggu Ke 3

9. Laporan : Minggu Ke 3
35

Hal-hal yang perlu disiapkan sebelum melakukan penelitian adalah

memilih model pembelajaran yang dinilai sesuai dengan materi yang akan

disampaikan. Adapun putaran dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat

diuraikan sebagai berikut :

Permasalahan

Planning 1 Acting
Siklus I

Refleksi Observasi

Terselesaikan

Planning 2 Acting

Siklus II
Refleksi Observasi

Terselesaikan

Planning 3 Acting
Siklus III

Refleksi Observasi

Gambar 3.1

Alur Penelitian Tindakan Kelas

Hal-hal yang perlu disiapkan sebelum melakukan penelitian adalah

memilih model pembelajaran yang dinilai sesuai dengan materi yang akan

disampaikan. Adapun putaran dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas

dapat diuraikan sebagai berikut :


36

1. Permasalahan adalah kejadian yang dialami di waktu proses belajar

mengajar ketika siswa tidak tuntas, untuk menyelesaikan masalah tersebut

maka peneliti menggunakan beberapa langkah diantaranya pada putaran I :

- Plainning 1

- Acting

- Observasi

- Refleksi

2. Pada permasalahan pertama dapat diselesaikan sebagian dengan

menggunakan putaran I, tetapi siswa masih ada yang belum tuntas maka

peneliti menggunakan langkah pada putaran II :

- Plainning 2

- Acting

- Observasi

- Refleksi

3. Pada permasalahan kedua peneliti harus melakukan bimbingan pada siswa

yang belum tuntas perlu dioptimalkan agar siswa dapat meningkatkan

KBM. Maka peneliti menggunakan langkah pada putaran III yaitu :

- Plainning 3

- Acting

- Observasi

- Refleksi

Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang

hal-hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran, dan hasilnya

langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto,


37

Suharsimi 2002: 82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan

adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota

kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan

masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses

pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi

memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam

kegiatan teersebut dapat mendukung satu sama lain.

Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip

sebagai berikut :

1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu

benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani

serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.

2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukn

tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.

3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien

4. Metodologi yang harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah dari

tindakan dirumuskan dengan tegas, sehingga orang yang berminat

terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan

pembuktiannya.

5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang

berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan

terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi

tantangan setiap waktu. (Arikunto, Suharsimi, 2002: 82-83).


38

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis

dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral

dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi

planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan

reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang

sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada

siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi

permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat

dilihat pada gambar berikut :

C. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Adalah sebagai pengambilan data pencatatan secara sistematis terhadap

gejala yang terdapat pada peneliti. (S. Margono, 2004 : 158)

Observasi merupakan salah satu teknik untuk mengamati secara langsung

maupun tidak langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung.

Observasi penelitian ini dilakukan secara langsung pada saat pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan bagi siswa Kelas V SDN Tanjung Jati 2 Kamal

Kabupaten Bangkalan pada standar kompetensi 4. Menjelaskan hak, kewajiban,

dan tanggung jawab sebagai warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari

secara jelas dengan Tujuan pembelajaran PPKn kelas V yakni : Menjelaskan hak,

kewajiban, dan tanggung jawab sebagai warga masyarakat dalam kehidupan

sehari-hari secara jelas.


39

b. Metode Tes

Dalam penelitian ini digunakan tes setelah mendapat perlakuan (postest)

untuk mengetahui sejauh mana tingkat ketuntasan belajar siswa terhadap materi

yang telah diberikan dan diajarkan oleh gurunya. Sedangkan yang dimaksud

dengan metode tes adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui

pengetahuan yang dimiliki seseorang dengan menggunakan soal – soal isian

dengan batasan tertentu

Metode tes yang digunakan pada ini adalah ulangan harian yang dilakukan

pada akhir siklus guna memperoleh data yang diinginkan. Sedangkan tes adalah

suatu cara untuk mengadakan penelitian yang berbentuk suatu tugas atau

serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak

sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prstasi anak tersebut,

yangt dapat dibandingkan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai

standart yang ditetapkan (Nur Kancana dan Sunartana, 1983: 85). Teknik tes yang

penulis gunakan untuk mengumpulkan data dalam pengujian hipotesis yakni tes

tertulis, agar lebih jelasnya penulis uraikan sebagai berikut :

1. Tes tulis yang penulis gunakan adalah tes obyektif dan subyektif

2. Tes tulis yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data tentang :

Kemampuan menjawab pertanyaan, Memahami soal.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap

kali melakukan penelitian. Semua data yang telah terkumpul tidak akan berarti
40

kalau tidak diadakan penganalisaan. Hasil dari penganalisaan akan memberikan

gambaran, arah serta tujuan dan maksud penelitian

Penelitian ini menggunakan analisa statistik sederhana, yaitu dengan

analisa diskriptif. Analisa diskriptif adalah model analisa dengan cara

membandingkan rata-rata prosentasenya, kemudian kenaikan rata-rata pada setiap

siklus. Disini yang dianalisa yaitu tentang hasil ulangan pada tiap siklus.

E. Indikator Keberhasilan Penelitian

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif

kuantitatif. Data yang dianalisis ini adalah nilai rata-rata tes prestasi belajar PKn

pada tujuan pembelajaran PPKn kelas V yakni Menjelaskan hak, kewajiban, dan

tanggung jawab sebagai warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari secara

jelas, melalui metode diskusi, adapun data pengamatan aktivitas guru dan siswa

dalam kegiatan belajar mengajar, serta pengamatan keterampilan guru dalam

pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan metode tanya jawab.

Dari hasil ulangan tersebut, dapat ditafsirkan tentang ketuntasan belajar

siswa. Dalam penelitian ini untuk ketuntasan belajar siswa individu maupun

klasikal digunakan pedoman ketuntasan siswa, sebagai berikut :

1. Ketuntasan Perorangan.

Seorang siswa dikatakan berhasil (mencapai ketuntasan) belajar bila

telah mencapai taraf penguasaan minimal 65% atau dengan nilai 65.

Bagi siswa yang taraf penguasaannya kurang dari 65% diberikan

remidi pada pokok bahasan yang belum dikuasai, sedangkan bagi


41

siswa yang telah mencapai penguasaan 65% atau lebih dapat

melanjutkan kepokok bahasan berikutnya.

2. Ketuntasan Klasikal

Suatu kelas dikatakan telah berhasil (mencapai ketuntasan belajar) jika

paling sedikit 85% data jumlah siswa dalam kelas tersebut telah

mencapai ketuntasan perorangan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Apabila sudah terdapat 85% dari jumlah siswa keseluruhan dalam

kelas yang mencapai tingkat ketuntasan belajar maka kelas tersebut

dapat melanjutkan kegiatan pada satuan pembelajaran berikutnya.

b. Apabila jumlah siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar

masih kurang dari 85% maka :

- Siswa yang taraf penguasaannya kurang dari 65% harus

diberi program perbaikan mengenai bagian-bagian pelajaran

yang belum dikuasai.

- Siswa yang telah mencapai taraf penguasaan 65% atau lebih

dapat diberikan program pengayaan.

Dari analisis data yang digunakan di atas akan diterangkan lebih

lanjut pada bagian di bawah ini dari hasil ketuntasan belajar siswa

adalah sebagai berikut :

Secara individual siswa telah tuntas belajar jika mencapai skor70 %

atau nilai 70 dengan perhitungan sebagai berikut:

Skor yang diperoleh


Penilaian = Skor maksimum x 100 %
42

Suatu kelas dinyatakan tuntas belajar jika terdapat > 75 % dari jumlah

siswa telah tuntas belajar. Perhitungan untuk menyatakan ketuntasan

belajar siswa secara klasikal:

jumlah siswa yang tuntas


= jumlah siswa seluruhnya x 100 %

Anda mungkin juga menyukai