Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya maka tugas ini dapat diselesaikan.
Atas semua bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak
langsung selama penyusunan tugas ini hingga selesai, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna, baik dari segi materi
meupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam
penyempurnaan tugas ni.
Terakhir penulis berharap, semoga tugas akhir ini dapat memberikan hal yang
bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis juga.

Subang, Oktober 2010

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B Rumusan Masalah.........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................................3


A. Definisi Kependudukan...............................................................................................3
B. Definisi Kualitas Kependudukan...............................................................................4
C. Definisi Kuantitas Kependudukan.............................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6
A. Permasalahan Kuantitas Penduduk dan Dampaknya dalam Pembangunan........6
B. Permasalahan Kualitas Penduduk dan Dampaknya terhadap Pembangunan.....6
C. Solusi.............................................................................................................................9

BAB III KESIMPULAN ..................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latarbelakang
Masalah kependudukan di Indonesia akhir-akhir ini memperoleh sorotan yang
bertubi-tubi, karena adanya indikasi: Terjadinya perlambatan penurunan laju pertumbuhan
penduduk, Penurunan kualitas penduduk, dan Semakin tak terarahnya pola mobilitas
penduduk. Sementara itu, sampai dengan tahun 2015 akibat pertumbuhan penduduk dimasa
lalu, jumlah penduduk Indonesia masih akan bertambah lebih dari 4 juta per tahun atau satu
Negara “Singapore” dilahirkan per tahun.
Kita masih “beruntung” bahwa rata-rata laju pertumbuhan penduduk per tahun telah
dapat diturunkan selama tiga dasawarsa terakhir ini. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk di
Indonesia antara tahun 1961 - 1971 adalah 2,1 persen, kemudian meningkat menjadi 2.32
persen pada kurun waktu 1971-1980, selanjutnya menurun menjadi 1.97 persen antara kurun
waktu 1980-1990 dan turun kembali dengan cukup tajam menjadi 1.48 persen pada kurun
waktu 1990-2000. Saat ini diperkirakan angka pertumbuhan penduduk sekitar 1,3 persen per
tahun.
Penurunan angka pertumbuhan penduduk ini terutama karena terkendalinya angka
fertilitas. Program KB selama 3 dasawarsa berhasil menurunkan angka kelahiran di 1970-an
dari 5,6 menjadi 2,6 per wanita pada tahun 2002-03. Keberhasilan tersebut antara lain karena
meningkatnya jumlah pasangan usia subur yang menggunakan kontrasepsi, yang dibarengi
dengan peningkatan pendididikan, penghasilan, status gizi dan kesehatan penduduk, terutama
bagi penduduk perempuan.
Pada tahun 2015, penduduk Indonesia diproyeksikan oleh BPS (2005) menjadi 248,2
juta. Jumlah penduduk tersebut tetap akan meningkat, dan apabila Indonesia berhasil
mempertahankan program KB, PBB memproyeksikan pada tahun 2050 penduduk Indonesia
akan mencapai sekitar 284,6 juta.
Apabila Indonesia tidak mampu menurunkan angka kelahiran, atau tingkat
fertilitasnya konstan, maka oleh PBB penduduk Indonesia tahun 2015 dan 2050
diproyeksikan akan mencapai 251,6 dan 337,8 juta jiwa. Suatu angka yang cukup besar, yang
memerlukan daya dukung pertumbuhan ekonomi yang besar.
Setiap tahun, karena berbagai sebab, tidak kurang dari 15,700 wanita di Indonesia
yang hamil dan melahirkan meninggal dunia selama proses kehamilan dan melahirkan.
Angka kematian bayi atau Infant Mortality Rates (IMR) diperkirakan masih sekitar 35 per
1
1000 kelahiran hidup, sementara angka kematian ibu melahirkan masih cukup tinggi,
meskipun telah bergeser dari angka 309 menjadi 230 per 100.000 kelahiran hidup sejak
hampir 10 tahun terakhir tinggi, meskipun telah bergeser dari angka 309 menjadi 230 per
100.000 kelahiran hidup sejak hampir 10 tahun terakhir ini (UNFPA, 2005).
Dari segi pendidikan, dapat dilihat bahwa berdasarkan Sensus Penduduk 2000
terdapat hanya 33.2 persen penduduk yang menamatkan tingkat pendidikan SLTP ke atas.
Belum lagi jika kita berbicara tentang produktivitas, etos kerja, kreativitas, derajat kesehatan
dan lain sebagainya. Indonesia juga masih mengalami persoalan yang serius dengan
kemiskinan. Pada tahun 2003 terdapat sekitar 38.4 juta jiwa (18.2 persen) penduduk yang
masih hidup di bawah garis kemiskinan. Pemerintah mentargetkan bahwa persentase
penduduk miskin tersebut akan turun menjadi 11.7 persen pada tahun 2015. Berarti pada
tahun 2015 masih terdapat sekitar 29 juta penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan
(dengan asumsi bahwa jumlah penduduk saat itu adalah 250.1 juta jiwa).
Kondisi tersebut menempatkan kualitas SDM Indoneia (diukur dari HDI- Human
Development Index), pada posisi ke 107 diantara 177 negara di didunia, dibawah posisi
Vietnam. Dari segi mobilitas penduduk, kita selalu dihadapkan pada masalah bagaimana
mengurangi dampak negatif arus perpindahan penduduk ke kota-kota besar, seperti yang
terjadi di Jakarta. Perpindahan tenaga kerja ke luar negeri juga tak kalah penting masalahnya.
Perlakuan yang kurang manusiawi bagi tenaga kerja perempuan Indonesia di luar-negeri
seringkali mendominasi berita-berita media masa, karena akar permasalahannya adalah
kualitas tenaga kerja yang rendah dan proses administrasi kependudukan yang tidak
dilaksanakan dengan baik.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka di rumuskan bagaimana gambaran dari kualitas dan
kuantitas penduduk di Indonesia dan bagaimana solusinya ?

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Penduduk
Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:
 Orang yang tinggal di daerah tersebut
 Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang
yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan,
tetapi memilih tinggal di daerah lain.
Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah
geografi dan ruang tertentu.
Masalah-masalah kependudukan dipelajari dalam ilmu Demografi. Berbagai aspek
perilaku menusia dipelajari dalam sosiologi, ekonomi, dan geografi. Demografi banyak
digunakan dalam pemasaran, yang berhubungan erat dengan unit-unit ekonmi, seperti
pengecer hingga pelanggan potensial.

3
B. Pengertian Kuantitas Penduduk
Kuantitas penduduk adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jumlah
penduduk.Kebutuhan akan tenaga kerja akan terpenuhi dengan adanya jumlah penduduk
yang memadai, sehingga secara kuantitas tidak perlu mendatangkan tenaga kerja dari luar
negeri. Banyak sedikitnya jumlah penduduk di suatu negara secara riil dipengaruhi oleh:
a. Angka kelahiran, makin tinggi angka kelahiran, maka jumlah penduduk makin
bertambah.
b. Angka kematian, makin rendah angka kematian dibandingkan dengan angka
kelahiran, maka jumlah penduduk makin bertambah.

Jumlah penduduk yang besar berdampak langsung terhadap pembangunan berupa


tersedianya tenaga kerja yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan. Akan
tetapi kuantitas penduduk tersebut juga memicu munculnya permasalahan yang berdampak
terhadap pembangunan. Permasalahan-permasalahan tersebut di antaranya:
a. Pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan kemampuan produksi
menyebabkan tingginya beban pembangunan berkaitan dengan penyediaan pangan,
sandang, dan papan.
b. Kepadatan penduduk yang tidak merata menyebabkan pembangunan hanya terpusat pada
daerah-daerah tertentu yang padat penduduknya saja. Hal ini menyebabkan hasil
pembangunan tidak bisa dinikmati secara merata, sehingga menimbulkan kesenjangan
sosial antara daerah yang padat dan daerah yang jarang penduduknya.
c. Tingginya angka urbanisasi menyebabkan munculnya kawasan kumuh di kota-kota besar,
sehingga menimbulkan kesenjangan sosial antara kelompok kaya dan kelompok miskin
kota.
d. Pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan volume pekerjaan
menyebabkan terjadinya pengangguran yang berdampak pada kerawanan sosial.

C. Pengertian Kualitas Penduduk


Kualitas penduduk adalah tingkat/taraf kehidupan penduduk yang berkaitan dengan
kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan, seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan,
pendidikan.
a. Kualitas penduduk yang tinggi, apabila taraf hidupnya tinggi dengan ciri mudah atau
dapat terpenuhi segala kebutuhan hidupnya (kebutuhan jasmani dan rohani).

4
b. Kualitas penduduk rendah, apabila taraf hidupnya rendah sulit memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Kualitas penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh:
a. Tingkat pendidikan penduduk Pendidikan merupakan modal dasar dalam
mengembangkan kemampuan intelektual seseorang. Melalui pendidikan seseorang
akan mampu meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Hal
ini diwujudkan dalam bentuk kemampuan menyelesaikan berbagai permasalahan
dengan mengembangkan kreativitasnya.
b. Tingkat kesehatan penduduk. Kesehatan merupakan harta tak ternilai dan merupakan
modal berharga bagi seseorang untuk memulai aktivitasnya. Pencapaian pertumbuhan
dan perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh tingkat kesehatannya.Ada
pepatah mengatakan “men sana in corpore sano” yang terjemahan bebasnya
mengandung makna bahwa dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat.
c. Tingkat kesejahteraan penduduk Pencapaian kesejahteraan merupakan arah cita-cita
setiap manusia yang ditandai dengan terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang, dan
papan. Masyarakat yang sejahtera merupakan cita- cita pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya.

5
BAB III
PEMBAHASAN

A. Permasalahan Kuantitas Penduduk dan Dampaknya dalam Pembangunan


Jumlah penduduk yang besar berdampak langsung terhadap pembangunan berupa
tersedianya tenaga kerja yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan. Akan
tetapi kuantitas penduduk tersebut juga memicu munculnya permasalahan yang berdampak
terhadap pembangunan. Permasalahan-permasalahan tersebut di antaranya:
1. Pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan kemampuan produksi
menyebabkan tingginya beban pembangunan berkaitan dengan penyediaan pangan,
sandang, dan papan.
2. Kepadatan penduduk yang tidak merata menyebabkan pembangunan hanya terpusat
pada daerah-daerah tertentu yang padat penduduknya saja. Hal ini menyebabkan hasil
pembangunan tidak bisa dinikmati secara merata, sehingga menimbulkan kesenjangan
sosial antara daerah yang padat dan daerah yang jarang penduduknya.
3. Tingginya angka urbanisasi menyebabkan munculnya kawasan kumuh di kota-kota
besar, sehingga menimbulkan kesenjangan sosial antara kelompok kaya dan
kelompok miskin kota.
4. Pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan volume pekerjaan
menyebabkan terjadinya pengangguran yang berdampak pada kerawanan sosial.

B. Permasalahan Kualitas Penduduk dan Dampaknya terhadap Pembangunan


Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kualitas penduduk dan dampaknya terhadap
pembangunan adalah sebagai berikut:
# Masalah tingkat pendidikan
Keadaan penduduk di negara-negara yang sedang berkembang tingkat pendidikannya relatif
lebih rendah dibandingkan penduduk di negara-negara maju, demikian juga dengan tingkat
pendidikan penduduk Indonesia.Rendahnya tingkat pendidikan penduduk Indonesia
disebabkan oleh:
1. Tingkat kesadaran masyarakat untuk bersekolah rendah.
2. Besarnya anak usia sekolah yang tidak seimbang dengan penyediaan sarana
pendidikan.
3. Pendapatan perkapita penduduk di Indonesia rendah.
Dampak yang ditimbulkan dari rendahnya tingkat pendidikan terhadap pembangunan adalah:
6
1. Rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan tenaga ahli
dari negara maju. Keadaan ini sungguh ironis, di mana keadaan jumlah penduduk
Indonesia besar, tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan tenaga ahli yang sangat
diperlukan dalam pembangunan.
2. Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat menerima hal-hal
yang baru. Hal ini nampak dengan ketidakmampuan masyarakat merawat hasil
pembangunan secara benar, sehingga banyak fasilitas umum yang rusak karena
ketidakmampuan masyarakat memperlakukan secara tepat. Kenyataan seperti ini
apabila terus dibiarkan akan menghambat jalannya pembangunan. Oleh karena itu,
pemerintah mengambil beberapa kebijakan yang dapat meningkatkan mutu
pendidikan masyarakat.
Usaha-usaha tersebut di antaranya:
 Pencanangan wajib belajar 9 tahun.
 Mengadakan proyek belajar jarak jauh seperti SMP Terbuka dan Universitas Terbuka.
 Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan (gedung sekolah, perpustakaan,
laboratorium, dan lain-lain).
 Meningkatkan mutu guru melalui penataran-penataran.
 Menyempurnakan kurikulum sesuai perkembangan zaman.
 Mencanangkan gerakan orang tua asuh.
 Memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi.
# Masalah kesehatan
Tingkat kesehatan suatu negara umumnya dilihat dari besar kecilnya angka kematian, karena
kematian erat kaitannya dengan kualitas kesehatan.
Kualitas kesehatan yang rendah umumnya disebabkan:
1. Kurangnya sarana dan pelayanan kesehatan.
2. Kurangnya air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
3. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan.
4. Gizi yang rendah.
5. Penyakit menular.
6. Lingkungan yang tidak sehat (lingkungan kumuh).
Dampak rendahnya tingkat kesehatan terhadap pembangunan adalah terhambatnya
pembangunan fisik karena perhatian tercurah pada perbaikan kesehatan yang lebih utama
karena menyangkut jiwa manusia. Selain itu, jika tingkat kesehatan manusia sebagai objek

7
dan subjek pembangunan rendah, maka dalam melakukan apa pun khususnya pada saat
bekerja, hasilnya pun akan tidak optimal.
Untuk menanggulangi masalah kesehatan ini, pemerintah mengambil beberapa tindakan
untuk meningkatkan mutu kesehatan masyarakat, sehingga dapat mendukung lancarnya
pelaksanaan pembangunan. Upaya-upaya tersebut di antarnya:
1. Mengadakan perbaikan gizi masyarakat.
2. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan.
4. Membangun sarana-sarana kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit, dan lain-lain.
5. Mengadakan program pengadaan dan pengawasan obat dan makanan.
6. Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan gizi dan kebersihan lingkungan.
# Masalah tingkat penghasilan/pendapatan
Tingkat penghasilan/pendapatan suatu negara biasanya diukur dari pendapatan per kapita,
yaitu jumlah pendapatan rata-rata penduduk dalam suatu negara.
Negara-negara berkembang umumnya mempunyai pendapatan per kapita rendah, hal ini
disebabkan oleh:
1. Pendidikan masyarakat rendah, tidak banyak tenaga ahli, dan lain-lain.
2. Jumlah penduduk banyak.
3. Besarnya angka ketergantungan.
Berdasarkan pendapatan per kapitanya, negara digolongkan menjadi 3, yaitu:
1. Negara kaya, pendapatan per kapitanya > US$ 1.000.
2. Negara sedang, pendapatan per kapitanya = US$ 300 – 1.00.
3. Negara miskin, pendapatan per kapitanya < US$ 300.
Adapun dampak rendahnya tingkat pendapatan penduduk terhadap pembangunan adalah:
1. Rendahnya daya beli masyarakat menyebabkan pembangunan bidang ekonomi kurang
berkembang baik.
2. Tingkat kesejahteraan masyarakat rendah menyebabkan hasil pembangunan hanya
banyak dinikmati kelompok masyarakat kelas sosial menengah ke atas.
Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat (kesejahteraan masyarakat), sehingga dapat
mendukung lancarnya pelaksanaan pembangunan pemerintah melakukan upaya dalam
bentuk:
1. Menekan laju pertumbuhan penduduk.
2. Merangsang kemauan berwiraswasta.
3. Menggiatkan usaha kerajinan rumah tangga/industrialisasi.
8
4. Memperluas kesempatan kerja.
5. Meningkatkan GNP dengan cara meningkatkan barang dan jasa.

C. Solusi
Tidak mengherankan kalau Presiden SBY pada berbagai kesempatan menyatakan
keprihatinannya agar semua pihak melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas
penduduk Indonesia termasuk perlunya Revitalisasi program KB nasional. Kesemua ini
dimaksudkan agar kebijakan dan upaya yang dilakukan dapat semakin maksimal dalam
menurunkan laju pertumbuhan penduduk, meningkatkan kualitas penduduk dan
mengendalikan mobilitas internal dan internasional secara terencana dan serius. Disadari
sepenuhnya bahwa untuk itu diperlukan komitmen politis yang tinggi dari semua pihak, baik
sepenuhnya bahwa untuk itu diperlukan komitmen politis yang tinggi dari semua pihak, baik
Pemerintah, Legislatif, sektor swasta dan LSM. Komitmen politis terhadap masalah-masalah
kependudukan adalah langkah kunci pada tahap awal dalam revitalisasi kembali
pembangunan kependudukan [termasuk KB] di Indonesia.
Menjawab pertanyaan yang paling mendasar tersebut, masalah kependudukan dan KB
haruslah ditempatkan sebagai masalah global. Karena itu, masalah ini juga menjadi tanggung
jawab semua bangsa. Karena itu pula kita mengikuti dan menandatangani beberapa
kesepakatan global agar dapat terlaksana pembangunan dunia yang berkelanjutan. Dari
berbagai isu kependudukan yang mendunia tersebut, beberapa hal yang perlu mendapatkan
perhatian kita semua adalah:
Pertama, “statement” Kofi Annan, mantan Sekretaris Jendral PBB, sangat menarik.
Ada suatu pesan yang sangat kuat, menyemangati seluruh pesan nasional dan global di
bidang kependudukan. Apabila kita konsisten dengan berbagai pesan tersebut, berarti semua
pihak harus tetap komit untuk menempatkan manusia Indonesia sebagai titik yang paling
pusat dalam segenap upaya pembangunan atau kita sebut sebagai “people centered
development”. Dengan pesan seperti ini berarti manusia, sebagai insan, harus dibangun
kehidupannya, karena begitulah sesungguhnya hakekat pembangunan nasional. Pemahaman
ini mengandung maksud bahwa kalau manusia ditempatkan sebagai sumber daya
pembangunan berarti mereka harus ditingkatkan kualitas dan kemampuannya untuk
mengangkat harkat dan martabatnya. Untuk itu, semua harus mempunyai persepsi yang sama
bahwa manusia Indonesia adalah faktor dominan yang ingin kita bangun agar menjadi modal
dasar pembangunan yang effektif.

9
Kedua, semua harus memperbarui komitmen dalam pembangunan kependudukan dan
KB. Komitmen ini bukan saja dari sektor pemerintahan, tetapi juga swasta, organisasi profesi,
tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM dan lainnya. Semua pihak harus saling bahu membahu
demi masa depan penduduk dan bangsa Indonesia yang lebih baik. Semua harus menyadari
bahwa pemecahan masalah kependudukan ini menuntut usaha yang sungguh-sungguh dari
semua harus menyadari bahwa pemecahan masalah kependudukan ini menuntut usaha yang
sungguh-sungguh dari semua pihak untuk mengatasinya agar tidak berkelanjutan dan
berkembang ke arah yang lebih terpuruk lagi.
Ketiga, sasaran pembangunan harus diarahkan untuk mewujudkan kualitas manusia,
keluarga dan masyarakat Indonesia yang maju, mandiri dan sejahtera. Pengalaman telah
memberikan pelajaran bahwa suatu bangsa akan maju, mandiri dan sejahtera kalau
manusianya berkualitas dan ekonominya kokoh. Oleh karena itu, menghadapi persaingan
global dalam tatanan dunia yang tanpa batas ini, selain harus menitik-beratkan pembangunan
di bidang ekonomi, juga harus dibarengi dengan peningkatan kualitas penduduk sebagai
sumber daya manusia. Kita jelas tidak ingin suatu saat nanti, bangsa kita yang besar ini hanya
sebagai penonton saja di rumahnya sendiri.Untuk itulah, ke depan semua pihak harus
mempunyai komitmen yang tinggi untuk membangun bangsa yang maju, mandiri dan
sejahtera, karena ketiga hal itu tidak selalu berjalan seiring. Dengan sifat-sifat pembangunan
yang seperti itulah, dapat dibangun kekuatan dinamis bangsa yang memungkinkan
pembangunan yang berkelanjutan.
Keempat, bahwa sesungguhnya tumbuhnya sikap kemandirian bangsa tidak terlepas
dari peningkatan peran serta, efisiensi dan produktivitas rakyat. Untuk itu, sudah barang tentu
semua pihak harus pandai-pandai dan membiasakan diri mendengarkan aspirasi masyarakat
luas. Karena ketiga unsur tersebut merupakan perekat bagi lancarnya pembangunan. Pada
masa-masa dimana konsep Negara adalah Negara pemberi kesejahteraan, maka pemerintah
mengerjakan hampir seluruh kegiatan untuk menciptakan kesejahteraan rakyatnya, baik di
bidang ekonomi maupun non-ekonomi, khususnya ketika sektor masyarakat tidak mampu
menyelenggarakan fungsi untuk memenuhi kebutuhannya. Namun, kalau kualitas penduduk
dan masyarakat mampu dikembangkan, maka sebagian fungsi pemerintah mulai dapat
dialihkan ke masyarakat. Inilah sesungguhnya makna kepemerintahan yang baik, yang
mendasari pemikiran tentang masyarakat yang dewasa (madani) atau sering disebut “civil
society”.
Kelima, pembangunan kependudukan perlu ditangani secara komprehensif dan
dikoordinasikan secara terpadu dalam suatu bentuk kelembagaan yang kredibel dan
10
profesional. Kelembagaan ini sebagai “institutional home” harus dapat menyiapkan kebijakan
kependudukan yang pelaksanaannya dapat tersebar di berbagai sektor pembangunan lainnya.
Termasuk dalam kaitan ini, bertanggung jawab dalam melakukan assesmen terhadap dampak
pembangunan kependudukan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap
pembangunan nasional dan sebaliknya, juga melakukan evaluasi terhadap kemajuan Negara
dalam melaksanakannya komitmen internasional di bidang kependudukan. Untuk itu, perlu
adanya dukungan peraturan perundang-undangan yang dapat memayungi berbagai kebijakan
dan upaya bidang kependudukan di Indonesia.

11
BAB III
KESIMPULAN

Permasalahan yang dihadapi dari kualitas dan kuantitas penduduk di Indonesia adalah
Pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan kemampuan produksi,
Kepadatan penduduk yang tidak merata menyebabkan pembangunan hanya terpusat,
Tingginya angka urbanisasi menyebabkan munculnya kawasan kumuh di kota-kota, Pesatnya
pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan volume pekerjaan, Tingkat kesadaran
masyarakat untuk bersekolah rendah, Besarnya anak usia sekolah yang tidak seimbang
dengan penyediaan sarana pendidikan. Pendapatan perkapita penduduk di Indonesia rendah,
Kurangnya sarana dan pelayanan kesehatan., Kurangnya air bersih untuk kebutuhan sehari-
hari., Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan., Gizi yang rendah.Penyakit menular.
Lingkungan yang tidak sehat (lingkungan kumuh), Pendidikan masyarakat rendah, tidak
banyak tenaga ahli, dan lain-lain, Jumlah penduduk banyak, Besarnya angka ketergantungan.
Upaya penanggulangan dari permasalahan diatas adalah semua pihak harus tetap
komit untuk menempatkan manusia Indonesia sebagai titik yang paling pusat dalam segenap
upaya pembangunan atau kita sebut sebagai “people centered development”, Kedua, semua
harus memperbarui komitmen dalam pembangunan kependudukan dan KB. Ketiga, sasaran
pembangunan harus diarahkan untuk mewujudkan kualitas manusia, keluarga dan masyarakat
Indonesia yang maju, mandiri dan sejahtera, Keempat, bahwa sesungguhnya tumbuhnya
sikap kemandirian bangsa tidak terlepas dari peningkatan peran serta, efisiensi dan
produktivitas rakyat. Kelima, pembangunan kependudukan perlu ditangani secara
komprehensif dan dikoordinasikan secara terpadu dalam suatu bentuk kelembagaan yang
kredibel dan profesional. Kelembagaan ini sebagai “institutional home” harus dapat
menyiapkan kebijakan kependudukan yang pelaksanaannya dapat tersebar di berbagai sektor
pembangunan lainnya.

12

Anda mungkin juga menyukai