Anda di halaman 1dari 35

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Terkait dengan Penelitian ini, peneliti melakukan kajian pada beberapa skripsi

terdahulu, diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ira Nur Hasanah pada tahun 2021 dengan judul

“Implementasi Manajemen Kelas Berbasis Syariat dalam pembentukan Ahklak

Karimah Peserta Didik di Madrasah Aliyah Al-Ishlah Jenggawah Jember”.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, jenis

penelitiannya adalah studi lapangan. Hasil dari penelitian ini adalah:Pengelolaan

kelas dari segi manajemen siswa dengan cara mengelompokkan siswa laki-laki

dan perempuan ke dalam kelas yang berbeda, berpakaian seragam syar'i, selektif

memilih guru lawan jenis, kepemimpinan, menjalin silaturahmi, membentuk

organisasi, menjaga kedisiplinan, pembagian tugas. Implementasi pengelolaan

kelas berbasis syariah ditinjau dari tata letak tapak, terutama penataan tempat

duduk, penataan peralatan pengajaran, keindahan dan kebersihan ruang kelas,

serta fasilitas ventilasi dan penerangan ruang kelas..1

2. Penelitian yang dilakukan oleh Eva Helia pada tahun 2022 dengan judul

“Implementasi Manajemen Kelas Dalam Pembelajaran Siswa Kelas VII

Unggulan di Madrasah Tsanawiyah Bustanul Ulum Kemiri Panti Tahun

Pelajaran 2021-2022”.

1
Ira Nur Hasanah, “Implementasi Manajemen Kelas Berbasis Syariat dalam Pembentukan Akhlak Karimah
Peserta Didik di Madrasah Aliyah Al-Ishlah Jengawah Jember” (Skripsi: UIN KHAS Jember, Jember,2021)
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dimana jenis penelitian

analisis data meringkas data, menyajikan data dan menarik/memverifikasi

kesimpulan. Hasil dari penelitian ini adalah: 1)Pelaksanaan manajemen kelas

berlangsung dalam tiga tahap: perencanaan termasuk tes penempatan kelas,

pelibatan siswa di sekolah, pembuatan RPP, persiapan dan perakitan bahan,

pertanyaan untuk wawancara kelas, persiapan kondisi pengajaran.

Pelaksanaannya meliputi program harian, program bulanan, program semester,

program akhir tahun. Evaluasi meliputi pemeriksaan kebersihan, ketertiban dan

kedisiplinan kelas, bulanan berupa evaluasi kehadiran dan evaluasi kinerja, tiap

semester berupa ujian tengah semester dan tiap tahun berupa evaluasi kemajuan

kelas. 2) Kendala yang ada adalah munculnya pandemi Covid-19 yang

menyebabkan pengelolaan kelas kurang optimal dalam beberapa tahun terakhir.2

3. Penelitian yang dilakukan oleh Imron pada tahun 2022 dengan judul “Manajemen

Kelas dalam Meningkatkan Kompetensi Siswa di SMP Ainul Yaqin jung Jember”.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil dari

penelitian ini adalah: 1) Dalam merencanakan pengelolaan kelas memperhatikan

beberapa hal, yaitu a) perencanaan penawaran pembelajaran yang diperlukan atau

penciptaan konsep untuk kebutuhan kelas, b) pelaksanaan proses pembelajaran

untuk kebutuhan kelas kelas, c) Organisasi pengaturan pembelajaran. d)

pelestarian kesempatan belajar yang ada. e) Hal-hal apa yang harus dicapai,

intinya berorientasi pada tujuan, bagaimana cara mencapainya, kapan hal tersebut

dapat dicapai, pada tahapan apa hal tersebut dicapai, siapa yang

melaksanakannya, bagaimana cara memperolehnya, lalu bagaimana cara

mengatur dan menawarkannya? 2) Pelaksanaan pengelolaan kelas lebih


2
Eva Helia, “Implementasi manajemen kelas dalam pembelajaran Siswa Kelas VII Unggulan di Madrasah
Tsanawiyah Bustanul Ulum Kemiri Panti Tahu Pelajaran 2021-2022” (Skripsi: UIN KHAS Jember, jember,
2022)
berorientasi pada suasana dan hubungan antara guru dan siswa, dalam arti guru

harus mampu menciptakan suasana kelas, tetapi justru harus menciptakan suasana

kelas yang nyaman. 3) Penilaian pengelolaan kelas, merupakan bagian yang

sangat penting yang harus dilakukan guru untuk menentukan pembelajaran.3

4. Penelitian yang dilakukan oleh Algi Firdaus pada tahun 2021 dengan judul

“Manajemen Kelas Berbasis Single Sex Area di Madrasah Aliyah Negeri

Bondowoso”.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik

pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitian

ini adalah: 1) Perencanaan pengelolaan pendidikan berdasarkan ranah gender,

yaitu. H. selama proses belajar mengajar baik di kelas putra maupun putri. 2)

Pengorganisasian yaitu pelaksanaan kawasan single-sex cukup sulit, karena

membutuhkan sarana dan prasarana yang cukup untuk kebutuhan madrasah. 3)

Paksaan, i. H. dimulai dari penerimaan siswa baru dan jika kuota melebihi batas

yang ditentukan, madrasah tidak menerima siswa laki-laki atau perempuan. 4)

Seluruh keluarga madrasah melakukan evaluasi mingguan dan tahunan

berdasarkan evaluasi terhadap sarana dan prasarana madrasah yang ada,

khususnya mata pelajaran kelas. 4

5. Penelitian yang dilakukan oleh Yuli Pratiwi pada tahun 2017 dengan judul

“Pengaruh Manajemen Kelas terhadap Hasil Belajar Siswa di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 1 Pedamaran Ogan Komering Ilir”.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pengelolaan kelas memiliki pengaruh yang signifikan

3
Imron, “Manajemen Kelas dalam Meningkatkan Kompetensi Siswa di SMP Ainul Yaqin Ajung Jember”
(Skripsi: UIN KHAS Jember, Jember, 2022)
4
Algi Firdaus, “Manajemen Kelas Berbasis Single Sex Area di Madrasah Aliyah Negri Bondowoso” (Skripsi:
IAIN Jember, jember, 2021)
terhadap hasil belajar siswa di sekolah, dibuktikan dengan hasil penelitian yang

menunjukkan t sebesar 3,12 jauh lebih tinggi dari nilai signifikan “t” pada tabel .

5% (2,03) dan tingkat signifikan 1% (2,72) sehingga sesuai dengan 2,03 < 3 >

2,64. Oleh karena itu, hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima:

Artinya kepemimpinan kelas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil

belajar siswa.5

Table 1.1

Persamaan dan Perbedaan Penelitian terdahulu dan Penelitian Sekarang

No. Peneliti Judul Persamaan Perbedaan


1. Ira Nur Implementasi 1. Menggunakan Pada penelitian
Hasanah Manajemen pendekatan terdahulu lebih fokus
Kelas Berbasis penelitian pada implemenasi
Syariat dalam kualitatif manajemen kelas
Pembentukan deskriptif. dalam pembentukan
Siswa Ahklak 2. Sama mengkaji ahklak karimah,
Karimah di manajemen sedangkan pada
Madrasah Aliyah kelas penelitian ini lebih di
Al-Ishlah fokuskan pada
Jenggawah strategi manajemen
Jember kelas dalam
mengatasi
kebosanan.
2. Eva Helia Implementasi 1. Menggunakan Pada penelitian
Manajemen pendekatan terdahulu lebih fokus
Kelas Dalam penelitian pada implementasi
Pembelajaran kualitatif manajemen kelas
Siswa Kelas VII deskriptif. dalam pembelajaran
Unggulan di 2. Sama-sama siswa unggulan,
Madrasah mengkaji sedangkan dalam
Tsanawiyah manajemen penelitian ini fokus
Bustanul Ulum kelas. pada strategi
Kemiri Panti manajemen kelas
Tahun Pelajaran dalam mengatasi
2021-2022 kebosanan siswa.
3. Imron Manajemen 1. Sama Pada penelilitian
Kelas dalam menggunakan terdahulu fokus pada
Meningkatkan pendekatan manajemen kelas
Kompetensi penelitian dalam meningkatkan
Siswa di SMP kualitatif kompetensi siswa,
Ainul Yaqin deskriptif. sedangkan penelitian
5
Yuli Pratiwi, “Pengaruh Manajemen Kelas terhadap Hasil Belajar Siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri
1 Pedamaran Ogan Komering Ilir” (Skripsi: UIN Raden Fatah, Palembang, 2017)
No. Peneliti Judul Persamaan Perbedaan
Ajung Jember 2. Sama ini fokus pada
mengkaji strategi manajemen
manajemen kelas dalam
kelas mengatasi kebosanan
siswa.
4. Algi Firdaus Manajemen 1. Sama Pada penelitian
Kelas Berbasis menggunakan terdahulu fokus pada
Single Sex Area pendekatan manajemen kelas
di Madrasah penelitian berbasis single sex,
Aliyah Negeri kualitatif sedangkan pada
Bondowoso deskriptif. penelitian ini fokus
2. Sama pada strategi
mengkaji manajemen kelas
manajemen dalam mengatasi
kelas. kebosanan siswa.
5. Yuli Pratiwi Pengaruh Sama-sama Penelitian terdahulu
Manajemen mengkaji menggunakan
Kelas terhadap manajemen kelas pendekatan
Hasil Belajar penelitian kuantitatif,
Siswa di Sekolah sedangkan penelitian
Menengah ini menggunakan
Pertama Negeri 1 pendekatan
Pedamaran Ogan penelitian kualitatif
Komering Ilir deskriptif.
B. Kajian Teori

1. Manajemen Kelas

a. Pengertian Manajemen Kelas

Masing-masing ahli mengemukakan pendapatnya masing-masing

tentang batasan-batasan pengelolaan, karena tidak mudah memberikan makna

universal yang dapat diterima oleh semua orang. Akan tetapi sebagian besar

pemikiran para ahli tentang pengertian manajemen berpendapat bahwa

manajemen adalah suatu proses tertentu yang menggunakan bakat atau

keahlian untuk mencapai suatu tujuan dan yang pelaksanaannya mengikuti

pedoman ilmiah dan juga dapat menonjolkan keunikan atau gaya manajer

dalam penggunaannya.

Berikut ini merupakan definisi manajemen dari beberapa ahli yang

mencerminkan ketiga fokus tersebut:


1) Encyclopedia of Social Sciences (1957) Manajemen dapat diartikan

sebagai suatu proses dimana pelaksanaan suatu tujuan tertentu

dilakukan dan dikendalikan.

2) Rue dan Byars (1996:9) Manajemen adalah proses yang bertujuan

untuk memimpin atau mengarahkan sekelompok orang menuju tujuan

atau objektivitas organisasi.

3) Hersey dan Blanchard (1988:144) adalah proses dimana tujuan

organisasi dicapai melalui kepemimpinan.

4) Manusia Batu (1992:8) Manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian tindakan para anggota

organisasi dan penggunaan sumber daya lain organisasi untuk

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Dengan demikian manajemen adalah kemampuan dan keahlian khusus

yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan baik secara

individu maupun bersama orang lain atau melalui orang lain dalam upaya

mencapai tujuan organisasi secara produktif, efektif dan efisien.6

Pengertian manajemen juga tercantum dalam Al-qur’an surah As-

sajdah ayat 5:

‫ف َسنَ ٍة‬ ِ ٍ ِِ ِ ‫آء اِىل ااْل ْر‬


ِ ‫السم‬ ِ ‫ي َدبِّرااْل َمر‬
َ ْ‫ض مُثَّ َي ْع ُر ُج الَْيه يِف ْ َي ْوم َكا َن م ْقداَُرهُٓ َأل‬ َ َ َّ ‫ن‬
َ ‫م‬ َْ ُ ُ

‫مِم َّاَتعُدُّو َن۝‬

6
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan,
(Bandung:Alfabeta, 2014), 86.
Artinya: Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan)
itu naik kepada-Nya dalam suatu hari yang kadarnya (lamanya)
adalah seribu tahun menurut perhitunganmu” (QS. As-Sajdah:5)7

Dari sini dapat diartikan bahwa pengelolaan kelas adalah setiap

kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang

efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan

baik sesuai dengan kemampuannya. Atau dapat dikatakan bahwa pengelolaan

kelas adalah usaha sadar untuk mengatur proses belajar mengajar secara

sistematis. Investasi sadar ini bermuara pada penyiapan bahan pembelajaran,

penyiapan tempat dan alat peraga, penataan ruang belajar, penciptaan

situasi/kondisi proses belajar mengajar, dan penataan waktu agar pembelajaran

berjalan dengan baik dan lancer. tujuan yang ingin dicapai kurikulum dapat

tercapai (Dirjen POUD dan Dirjen Dikdasmen, 1996).8

Konsep mendasar yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas

adalah penempatan individu, kelompok, sekolah dan faktor lingkungan yang

mempengaruhinya. Tanggung jawab guru seperti mengarahkan, mengatur atau

mendisiplinkan siswa merupakan tindakan yang sudah tidak sesuai lagi pada

saat itu. Tugas guru yang paling utama sekarang adalah mengarahkan,

mengatur dan mengkoordinasikan semua kegiatan siswa mengenai tujuan

pembelajaran.

Manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk

mempromosikan dan memelihara organisasi kelas yang efektif yang meliputi:

Tujuan pembelajaran, manajemen waktu, tata letak ruang dan peralatan, serta

pengelompokan siswa selama pembelajaran. (daerah S:1B)

7
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah. (Surabaya: Karya Agung, 2006) 757
8
Ibid. 106
Cooper, J.M. menyebutkan lima definisi dalam bukunya Keterampilan

Mengajar di Kelas (dalam Ditjen Dikti, 1993), yaitu:

1) Manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan

dan memelihara suasana kelas yang teratur.

2) Pengelolaan kelas merupakan rangkaian kegiatan yang dirancang untuk

memaksimalkan kebebasan siswa.

3) Manajemen pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dilakukan

oleh guru untuk mengembangkan perilaku siswa yang diinginkan dan

mengurangi atau menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.

4) Manajemen kelas adalah seperangkat guru untuk mengembangkan

hubungan interpersonal yang baik dan suasana sosio-emosional yang

positif di dalam kelas.

5) Manajemen kelas adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk

mengembangkan dan memelihara organisasi kelas yang efektif. Definisi

pertama memandang manajemen kelas sebagai proses pengendalian

perilaku siswa. Dalam konteks ini, tugas guru adalah menciptakan dan

memelihara suasana tertib di dalam kelas. Oleh karena itu sudut pandang

ini berwibawa dan penggunaan disiplin sangat penting.9

b. Kegiatan Manajemen Kelas

Manajemen kelas (pengelolaan kelas) meliputi dua kegiatan yang

secara garis besar terdiri dari:

1) Pengaturan orang (siswa)

9
Mulyadi, Classroom Management, (Malang: UIN Malang Press, 2009), 2-3
Siswa adalah orang yang melakukan tindakan dan kegiatan di dalam

kelas, ditempatkan sebagai objek, dan karena perkembangan ilmu

pengetahuan dan kesadaran manusia, siswa bergerak dan melaksanakan


l l l l l l l l l l l l l l l

tugas sebagai subjek. Artinya, peserta didik bukanlah objek atau objek yang
l l l l l l l l l l l

hanya berupa subjek, tetapi juga objek yang memiliki kemungkinan dan
l l l l l l l l

kesempatan untuk bergerak. Gerak yang terjadi dalam rangka pencapaian


l l l l l l l l l l l l l

tujuan tidak sembarangan, artinya dalam hal ini peran guru tetap besar
l l l l l l l l l l l l l

dalam mengarahkan, membimbing dan mengarahkan kegiatan apa saja


l l l l l l l l l l l l l l l

yang harus dilakukan siswa. Oleh karena itu, penempatan orang atau siswa
l l l l l l l l l l l l l

merupakan cara pengorganisasian dan pembagian siswa sesuai dengan


l l l l l l l l l l l l l

potensi intelektual dan perkembangan emosionalnya di dalam kelas. Siswa l l l l l l l l l l

diberi kesempatan untuk mengadopsi posisinya sendiri dalam belajar, l l l l l l l l

tergantung minat dan keinginannya.


l l l l l

2) Pengaturan perangkat kelas l l l l l

kegiatan kelas baik guru maupun siswa sangat dipengaruhi oleh l l l l l l l l l

kondisi dan situasi fisik kelas. Oleh karena itu lingkungan fisik kelas berupa
l l l l l l l l

ruang kelas dan sarana prasarana harus dapat memenuhi dan menunjang
l l l l l l l l l l l l l l l

interaksi yang berlangsung, sehingga harmonisasi kehidupan kelas dapat


l l l l l l l l l l

berlangsung dari awal hingga akhir pengajaran. dan masa studi. dari belajar
l l l l l l l l l l l l l l l

dan mengajar. Kriteria minimal aman, estetis, sehat, cukup, berkualitas dan
l l l l l l l l l l l

nyaman. Yang paling penting adalah dapat dikelola dengan baik dengan
l l l l l l l l l l l l l

footprint minimum sehingga pengalaman pengguna lebih tinggi. Penataan l l l l l l l l

ruang merupakan kegiatan yang dilakukan siswa untuk memfasilitasi


l l l l l l l l l l l

kegiatan seluruh siswa di dalam kelas. Penataan ruang kelas bertujuan


l l l l l l l l l l l l
untuk meningkatkan efisiensi belajar siswa, sehingga siswa dapat merasa l l l l l l l l l l l

senang, nyaman dan aman, serta belajar dengan baik.10


l l l l l l l l l l l

3) Tujuan Manajemen Kelas l l l l

Keberhasilan kegiatan tercermin dari hasil yang diperoleh. Tujuan l l l l l l l l

merupakan titik akhir dari kegiatan dan tujuan ini juga merupakan titik awal
l l l l l l l l l l l l l

pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Keberhasilan tujuan dapat diukur dengan


l l l l l l l l l l l l l l

efisiensi pencapaian tujuan dan efisiensi penggunaan berbagai sumber daya l l l l l l l l l l l

yang tersedia. Keberhasilan proses pengelolaan kelas dapat diukur dari


l l l l l l l l l l

tujuan apa yang ingin dicapai. Oleh karena itu, guru harus menentukan
l l l l l l l l l l

tujuan apa yang ingin dicapainya dengan kegiatan kepemimpinan atau


l l l l l l l l l l l l l

manajemen kelasnya.
l l l l

Tujuan pengelolaan kelas biasanya untuk meningkatkan efisiensi


l l l l l l l l l

dan efektifitas dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan bimbingan


l l l l l l l l l l l l l

jasmani dan pengelolaan sosial-emosional merupakan bagian dari prestasi


l l l l l l l l l l l l l

dan pembelajaran siswa. Mencapai tujuan manajemen kelas seperti A.C.


l l l l l l l l l l l l

Wraggs dapat terlihat atau dilihat oleh mereka


l l l l l l l l

a) Anak-anak menanggapi dengan tepat perlakuan orang dewasa yang


l l l l l l l l l l l l l l

sopan dan penuh perhatian. Artinya seberapa tinggi, seberapa baik


l l l l l l l l l l l

dan seberapa besar perilaku guru di dalam kelas mencerminkan


l l l l l l l l l

perilaku siswa. l l

b) Ia bekerja dengan tekun dan penuh konsentrasi serta menyelesaikan


l l l l l l l l

tugas dengan sebaik-baiknya. Tingkah laku yang ditunjukkan oleh


l l l l l l l l l

guru berupa model kegiatan dan tingkah laku orang dewasa dalam l l l l l l l l l l l

10
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. , Manajemen Pendidikan,
(Bandung:Alfabeta, 2014), 108-109
kaitannya dengan nilai dan norma, sebaliknya merupakan tiruan
l l l l l l l l l l l l

dan teladan dari anak didik, baik atau buruknya sangat bergantung
l l l l l l l l l l l l l

pada bagaimana tingkah laku itu dilakoni.11 l l l l l l l l l

1. Pengorganisasian Siswa dalam Kelas l l l l l l l

Kedudukan peserta didik dalam kurikulum kompetensi dan KTSP l l l l l

(kurikulum satu tingkat) adalah sebagai produsen, yaitu peserta didik mengalami l l l l l l l l l l l

sendiri informasi apa yang dipelajarinya. Siswa di kelas biasanya memiliki l l l l l l l l l l l l

keterampilan, minat, dan kemampuan yang berbeda-beda, misalnya menurut


l l l l l l l l l l l

kemampuannya ada yang luar biasa, cerdas, normal, dll. Oleh karena itu, guru
l l l l l l l l l l l l l

harus menentukan kapan siswa bekerja sendiri, berpasangan, berkelompok atau


l l l l l l l l l l l

dengan cara klasikal.


l l l l l

Dalam pengorganisasian siswa-siswi di kelas, guru perlu memperhatikan


l l l l l l l l l

beberapa kegiatan sebagai berikut:


l l l l l l

a. Pembentukan Self Government Kelas l l

Siswa-siswi yang bergabung dalam suatu kelas, perlu membentuk self


l l l l l l l

government (pemerintahan sendiri). Secara demokratis, siswa-siswi dalam l l l l l l l l

suatu kelas dapat memilihh sendiri secara bebas dan rahasia tentang:
l l l l l l l l l l l l

1) Ketua dan wakil ketua kelas l l l l l

2) Sekertaris dan bendahara kelas l l l l l l

3) Ketua seksi-seksi yang dibutuhkan l l l

Dengan demikian guru memenuhi salah satu fungsi manajerial dalam l l l l l l l l l l

kepemimpinan modern. Yakni mengembangkan jiwa kepemimpinan pada l l l l l l l l

mahasiswa sebagai generasi muda, kader pemimpin bangsa di masa depan.


l l l l l l l l l l l l l

b. Penempatan Siswa l l l

11
Ibid, 110-111
Di kelas sekolah tradisional, para siswa sudah memiliki tempat duduk l l l l l l l l l

khusus, yaitu. ada tempat duduk terpisah, ada juga dua atau lebih di bangku
l l l l l l l l l l l l

yang sama.
l l l

Guru otokratis memilih lokasi siswanya, sedangkan guru demokratis l l l l l l l

memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih teman dan lokasinya.


l l l l l l l l l l

Saat menugaskan siswa ke kelas, faktor-faktor berikut harus


l l l l l l l l l

dipertimbangkan: l l

1) Gangguan indera
l l l

Saat membagi siswa ke dalam kelas, perhatian harus diberikan


l l l l l l l l l l l

pada keadaan alat indera, terutama pendengaran dan penglihatan, karena


l l l l l l l l l l l l l l l l l

hampir semua informasi diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran.


l l l l l l l l l

Hal ini sesuai dengan penelitian tentang aktivitas komunikasi yang


l l l l l l l l l

melibatkan panca indera, dengan persentase individu sebagai berikut:


l l l l l l l l l

a) Indra rasa l l l 1%

b) Indra peraba l l l 1,5%

c) Indra penciuman l l 3,5%

d) Indra rungu l 11%

e) Indra penglihatan l l l 83% (Mulyadi, 2011). l

Berdasarkan data tersebut di atas, menunjukkan bahwa indra


l l l l l l l l l l l

penglihatan dan indra pendengaran memegang peranan yang penting


l l l l l l l l l l

dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu siswa yang pendengarannya


l l l l l l l l l l l l l

kurang jelas sebaiknya ditempatkan terdepan, demikian pula dengan


l l l l l l l l l l

siswa-siswi yang terganggu dengan penglihatannya.


l l l l l l l
1) Perbedaan Seks (Jenis Kelamin) l l l

Pada kelas-kelas tingkat pendidikan dasar duduk bercampur antara


l l l l l l l l l l l l

siswa laki-laki dan siswa perempuan pada satu bangku belumlah


l l l l l l l l l l l

merupakan sexual problem. Akan tetapi bagaimana pada kelas-kelas


l l l l l l l l l l l l l l

tingkat SMP atau tingkat SMA? l l l l l

Factor-faktor perbedaan dan perkembangan seksual siswa-siswi


l l l l l l l l l

dalam suatu kelas perlu dipertimbangkan dalam penempatan mereka di


l l l l l l l l l l l

kelas, sehingga tidaklah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, baik ditinjau
l l l l l l l l l l l l

dari segi keagamaan maupun segi kesusilaan.


l l l l l l l l

c. Pengelompokan Siswa l l

Pengelompokan siswa kadang menimbulkan masalah baru bagi guru. l l l l l l l l l l

Untuk melatih guru menghadapi masalah tersebut, dalam Hilda Karli (2004),
l l l l l l l l l l

Pollard mengklasifikasikan kepribadian siswa ke dalam lima kelompok utama,


l l l l l l l l l l l l

yaitu:
l

1) Impulsif/Reflektifitas. Gambaran impulsif adalah orang yang terburu-buru l l l l l l l l l

menyelesaikan l l tugas l tanpa l l berpikir terlebih dahulu. l Sedangkan l l

refleksivitas adalah orang yang benar-benar memikirkan suatu tugas tanpa l l l l l l l l l l l l l

henti.

2) ekstroversi/introversi. Gambaran Extroversion adalah orang yang ramah l l l l l l l l l l

dan terbuka, bahkan terkadang bergantung pada perlakuan anggota


l l l l l l l l l l l l l

kelompoknya. Meskipun seorang introvert adalah orang yang tertutup dan l l l l l l l l

sangat tertutup, terkadang mereka bahkan tidak mau menghabiskan waktu


l l l l l l l l l l l l

bersama teman-temannya. l l l l l

3) Ketakutan / Penyesuaian. Kecemasan Gambarang adalah seseorang yang


l l l l l l l l l l l l l l

tidak akur dengan teman atau gurunya, atau tidak memiliki kemampuan
l l l l l l l l l l l l
menyelesaikan masalah dengan baik. Adaptables adalah orang yang l l l l l l l l l l l l l l l

merasa cocok dengan guru dan teman atau pandai memecahkan masalah.
l l l l l l l l l l l l l l

4) kegelisahan / ketekunan. Variabelnya, Gambarang konsentrasi rendah l l l l l l l l l l l

sering berubah dan cepat meninggalkan pekerjaan. Sedangkan orang cabul l l l l l l l l l l l

adalah orang yang memiliki fokus dan fokus yang kuat serta pantang
l l l l l l l l l l l

menyerah dalam melakukan pekerjaan. l l l l l l l

5) Daya saing/kemampuan kolaboratif. Deskripsi daya saing adalah orang


l l l l l l l l l l l l l l

yang membandingkan dirinya dengan temanya dan sulit bekerja sama


l l l l l l l l l l l

dengan orang lain. Padahal koperasi adalah orang yang sangat bergantung
l l l l l l l l l l l l l l l

pada orang lain dan tidak dapat bekerja sendiri.


l l l l l l l l l

Ditinjau dari sudut kemampuan mental siswa-siswi yang tergabung l l l l l l l l

dalam suatu kelas cukup heterogen. Dalam rangka pembinaan minat dan bakat
l l l l l l l l l l l l l l

siswa demi efektifitas belajar mengajar, sekarang perlu dipikirkan:


l l l l l l l l l

1) Bagaimana menghomogenkan siswa-siswi di suatu kelas? Hal ini


l l l l l l l l l

terutaman didasarkan pada perbedaan kemampuan mental, bukan semata-


l l l l l l l l l l l l l l l

mata berdasarkan perbedaan usia.


l l l l l l l l

2) Bagaimana siswa-siswi yang tergabung dalam suatu kelas di kelompok-


l l l l l l l l l l l

kelompokkan untuk melakukan tugas-tugas pelajaran tertentu? Hal ini l l l l l l l l l

bukan hanya menyangkut perbedaan jenis kelamin, tetapi juga perbedaan


l l l l l l l l l l l

kemampuan siswa dan sifat tugas yang diberikan guru. l l l l l l l l

d. Penugasan Siswa l l l

Mengajar siswa bukan hanya tugas manajerial, tetapi juga tugas l l l l l l l l l l l l l

memimpin bagi guru sesuai dengan metodologi pengajaran yang dapat l l l l l l l l l

digunakan guru untuk mengefektifkan pelajaran, yaitu. metode pemetaan.


l l l l l l l l l

Strategi pembelajaran pembagian tugas (bertanya) dicirikan oleh beberapa hal.


l l l l l l l l l l l l l
Pertama, metode tugas menekankan pada aktivitas maksimal siswa dalam
l l l l l l l l l l l l l l

mencari dan menemukan, artinya metode tugas menetapkan siswa sebagai


l l l l l l l l l l l

subjek. Kedua, semua kegiatan yang dilakukan siswa ditujukan untuk l l l l l l l l l

menemukan jawaban atas pertanyaan yang diajukan sendiri, sehingga l l l l l l l l l l l l l

diharapkan terjadi peningkatan rasa percaya diri. Belajar dengan penugasan


l l l l l l l l l l l l l l l

dengan demikian memposisikan guru sebagai promotor dan pendorong belajar


l l l l l l l l

siswa. Ketiga, tujuan metode penugasan adalah untuk mengembangkan


l l l l l l l l l l

kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau untuk


l l l l l l l l

mengembangkan keterampilan intelektual sebagai bagian dari proses mental. l l l l l l l l l l l

Oleh karena itu, pembelajaran dengan metode tugas tidak hanya menuntut
l l l l l l l l l l

penguasaan mata pelajaran tetapi juga bagaimana menggunakan potensi yang


l l l l l l l l l l l l l l l l l

dimiliki (Wina Sanjaya, 2007). l l l l

Saat melakukan metode alokasi, langkah-langkah berikut harus


l l l l l l l l l l l

diperhatikan l l

1) Guru menjelaskan tugas-tugas yang dikerjakan siswa agar siswa mengerti l l l l l l l l l l l

betul apa yang harus dikerjakan. l l l l l l

2) Guru menerangkan berapa banyak waktu yang diperlukan siswa untuk l l l l l l l l l l

menyelesaikan tugas tersebut. l l l

3) Guru mendorong siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. l l l l l l

4) Guru harus memantau tugas siswa secara terus menerus dan sistematis. l l l l l l l l l

5) Guru memberikan penilaian apakah siswa bertanggung jawab atas tugas l l l l l l l l l l l l l

tersebut.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun tugas-tugas bagi


l l l l l l l l l l

siswa agar dapat menimbulkan motivasi bagi siswa, sebagai berikut:


l l l l l l l l l l l
1) Tugas adalah sesuatu yang kita lakukan, baik yang mudah maupun yang
l l l l l l l l l l l l l l

sulit. Siswa memiliki keterampilan, pendapat dan perasaan. Oleh karena l l l l l l l l l l l

itu, guru harus memahami cara membangkitkan kemampuan siswa yang l l l l l l l l l l l

lemah sehingga mereka merasa mampu menyelesaikan tugas.


l l l l l l l l l

2) Ada tugas baru dan ada pengulangan. Jika kita bisa membuat sesuatu yang
l l l l l l l l l l l l l l l

baru, itu akan mendapat lebih banyak perhatian.


l l l l l l l l l

3) Siswa puas dengan tugas baru (update). Tugas yang dapat menimbulkan
l l l l l l l l l l l

tindakan adalah tugas yang bermanfaat dan sesuai dengan kemampuan


l l l l l l l l l l l l l l l

siswa yang diberikan tugas tersebut. l l l l

4) Pembelajaran l l l di kelas l harus l memberikan l kesempatan l l untuk

mengembangkan keterampilan belajar dan memberikan kepercayaan l l l l l l l l l l l

penuh dalam menyelesaikan pekerjaan rumah. l l l l l l l

5) Tugas harus berhubungan dengan kehidupan sehari-hari,


l l l l l l l

6) Guru harus selalu memeriksa pekerjaan siswa. Apakah pekerjaan l l l l l l l l l l l

dilakukan dengan benar atau tidak?


l l l l l l l

7) Guru harus adil dalam memberikan tugas. Siswa berkinerja baik ketika l l l l l l l l l l

mereka merasa aman dan dihargai. (Mulyadi, 2002). l l l l l l l l l

Suatu konsekuansi daripadampenugasan kepada siswa-siswi ini, baik


l l l l l l l l l l l

tugas-tugas individual maupun tugas-tugas kelompok ialah bahwa guru harus


l l l l l l l l l l l

disiplin memeriksa tugas-tugas itu dan segera mengumumkan hasilnya. Hal ini l l l l l l l l l

penting artinya sebagai umpan balik (feed back) bagi kemajuan siswa yang
l l l l l l l l l l l l

bersangkutan.
l l

e. Pembimbingan Siswa l l

Kegiatan pembimbingan (guidance) dan penyuluhan (counselling) bagi


l l l l l l l

siswa siswi merupakan suatu fungsi educational yang tidak dapat dipisahkan
l l l l l l l l l l l l
dari fungsi instructional dan managerial seorang guru, terutama bagi petugas/
l l l l l l l l l l l

guru yang diserahi tanggung jawab memberikan bimbingan dan penyuluhan di


l l l l l l l l l

suatu sekolah.
l l

Tujuan konseling dalam program pendidikan sekolah adalah agar


l l l l l l l l l l l

siswa dapat:
l l l

1) Untuk menambah pengetahuan tentang dunia kerja, kesempatan kerja l l l l l l l l l l

dan rasa tanggung jawab dalam memilih kesempatan kerja tertentu.


l l l l l l l l l l l

2) Mengembangkan pemahaman dan citra diri untuk kemajuan di sekolah. l l l l l l l l l l

3) Mengembangkan kemampuan memilih dan secara bertanggung jawab l l l l l l l l l l

mencocokkan informasi tentang diri sendiri dengan informasi tentang l l l l l l

peluang yang ada. l l l l

4) Pemahaman akan penghargaan terhadap kepentingan dan martabat orang


l l l l l l l l l l l l l l l l

lain.l

Widodo (2003) menguraikan tujuan yang ingin dicapai dengan layanan l l l l l l l l l l

bimbingan proyek pengembangan sekolah sebagai berikut:


l l l l l l

1) Mari bantu siswa membuat pilihan pendidikan dan karier yang bijak.
l l l l l l l l l l

2) Mari membantu siswa mengelola dengan baik masa transisi di sekolah


l l l l l l l l l l

dan transisi dari sekolah ke dunia kerja.


l l l l l l

3) Kami membantu siswa menyesuaikan kepribadian mereka dengan lebih


l l l l l l l l l

baik. l

4) Membantu siswa beradaptasi dengan perubahan dalam masyarakat. l l l l l l l l l l l l l l

Tujuan konkret pengajaran siswa adalah agar siswa:


l l l l l l l l l l l

1) Memecahkan kesulitan pemahaman diri l l l l l l


2) Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah. l l l l l l l l l l l l

3) Kesulitan l dalam l l memahami l l lingkungan l sendiri yang l meliputi

lingkungan keluarga, sekolah, pekerjaan, sosial, ekonomi dan budaya l l l l l l l l l l

dijelaskan. l l

4) Memahami kesulitan dalam menyalurkan bakat, minat dan bakat pada


l l l l l l l l l l l l l l l

pendidikan dan dunia kerja. l l l l

5) Mendapatkan bantuan yang memadai dari luar sekolah untuk mengatasi l l l l l l l l l l l l l

kesulitan yang tidak dapat diselesaikan di sekolah. l l l l l l l l

Dalam hal ini petugas/guru yang bersangkutan harus mengetahui dan


l l l l l l l l l l

menguasai teknik bimbingan dan konseling, guru memfasilitasi proses


l l l l l l

pendampingan tersebut.
l l

Beberapa teknik yang dapat dipertimbangkan ialah: l l l l l l l l l

1) Teknik non-directive, yaitu siswa diterima sebagaimana adanya dan l l l l l l l l l l l

diberikan kesempatan kepadanya untuk mencurahkan isi hati sebebas-


l l l l l l l l l l

bebasnya tanpa pengarahan.


l l l l l l l

2) Teknik autboritative, yaitu guru menganggap dirinya lebiha ahli sehingga l l l l l l l l l

secara aktif directive memberikan saran-saran, nasihat-nasihat tanpa


l l l l l l l l l l l l l l

memberikan kesemptan kepada siswa untuk mengadakan pertimbangan- l l l l l l l l l l

pertimbangan. l l

3) Teknik non-autboritatve, yaitu guru dipandang berwibawa oleh siswa, l l l l l l l l

namun tidak bertindak otoriter.


l l l

Dalam praktik pembimbingan siswa, teknik yang terakhir ini hendaklah


l l l l l l l l l

dikembangkan dan pengarahannya secara “non-directive”, yaitu secara tidak


l l l l l l l l l l l l l

langsung siswa itu dibimbing untuk menyadari problemnya, kemudian


l l l l l l

terarahkan kepada usaha-usaha mengatasinya sendiri.


l l l l l l l l l l l l
f. Pembinaan Kedisiplinan Siswa l l l l

Masalah kedisiplinan mengajar merupakan masalah penting bagi guru,


l l l l l l l l l l l l

bahkan merupakan salah satu aspek terpenting dalam menilai kepemimpinan


l l l l l l l l l l l l

seorang guru. Disiplin kelas adalah ruang yang terorganisir di mana guru dan
l l l l l l l l l l l

siswa di kelas senang mengikuti aturan yang ditetapkan. Guru harus


l l l l l l l l l

memahami bahwa kedisiplinan atau ketertiban di dalam kelas merupakan


l l l l l l l l l l l l l

syarat penting untuk pengajaran dan pembelajaran yang efektif.


l l l l l l l l l l

Pandangan tentang disiplin yang baik dan bagaimana disiplin yang


l l l l l l l l l l l l

baik ditegakkan di dalam kelas didasarkan pada tiga konsep berikut: (a)
l l l l l l l l l l l l l

konsep otoriter bahwa disiplin yang baik terdiri dari siswa yang duduk diam l l l l l l l l

dan memperhatikan guru. Salah satu ekspresi dari suasana seperti itu adalah
l l l l l l l l l l l l l

guru harus tegas agar siswa disiplin; (b) paham liberal bahwa peserta didik
l l l l l l l l l l l

diberi kebebasan penuh untuk berperilaku sesuai dengan perkembangannya. l l l l l l l l

Pemberian kebebasan bergerak ini seringkali menimbulkan kekacauan dan


l l l l l l l l l l

kekacauan di dalam kelas, karena sebagian siswa tidak dapat mengembangkan


l l l l l l l l l l l l l l l l

perasaan dan sikap bertanggung jawab dalam menggunakan kebebasan


l l l l l l l l l l l l l l

tersebut, bahkan ada yang menyalahgunakan kebebasan tersebut. (c) konsep l l l l l l l l l l l

terbimbing yaitu siswa diberi kebebasan tetapi dibimbing, dibimbing. l l l l l

Pendekatan terbimbing ini menekankan perhatian siswa dan pengendalian diri.


l l l l l l l l l l

Cara guru untuk meningkatkan disiplin mengajar adalah sebagai


l l l l l l l l l l l

berikut:

1) Teknik Pengendalian Intern l l

Dengan mengedepankan disiplin diri siswa, teknik pengendalian l l l l l l

intern bertujuan untuk menumbuhkan rasa disiplin di diri siswa, sehingga l l l l l l

kesadaran disiplin diri tumbuh dan berkembang dalam diri siswa menuju
l l l l l l l l
disiplin diri (self-discipline). Mengetahui standar dan aturan disiplin yang l l l l l l l

ditetapkan, siswa dapat mengatur diri mereka sendiri baik secara individu
l l l l l l l l l l

maupun tradisional. Teknik pengendalian internal ini memungkinkan


l l l l l l l

siswa mengarahkan diri mereka sendiri ke arah pengembangan dan


l l l l l l l l l l

pemenuhan diri. Teknologi ini menca kup kontrol internal Bguru sendiri.
l l l

Hal ini karena merupakan syarat mutlak bagi guru bahwa guru itu sendiri
l l l l l l l l l l l

harus mendisiplinkan diri untuk mendisiplinkan orang lain, yaitu harus


l l l l l l l

memiliki internal control atau pengendalian diri yang stabil. l l l l l l l

2) Teknologi kontrol eksternal l

Dalam mengembangkan kedisiplinan di kelas, guru dapat


l l l l l l l l

menggunakan teknik pengendalian eksternal, yaitu pengendalian eksternal l l l l l l l l l

berupa l bimbingan l atau l l pengawasan. l l l Perlu diperhatikan l l bahwa l l

penggunaan teknologi ini harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan


l l l l l l l l l

siswa. Di kelas bawah teknik pengendalian eksternal ini dapat digunakan


l l l l l l l l l l l

secara eksklusif, tetapi di kelas atas teknik pengendalian internal harus


l l l l l l l l l l

digunakan. l l

3) Teknologi kontrol kolaboratif l l

Disiplin kelas yang baik menggunakan kesadaran akan tujuan l l l l l l l l l l l

bersama guru dan siswa serta menerima mereka sebagai fasilitator,


l l l l l l l l l l l

mencegah situasi belajar mengajar yang menciptakan suasana yang tidak


l l l l l l l l l l l l l l

diinginkan baik oleh guru maupun siswa. Kelas merupakan tempat yang
l l l l l l l l l

nyaman dimana guru dan siswa dapat bekerja sama secara harmonis,
l l l l l l l l l l l l l l

saling menghargai, efisien dan produktif. Oleh karena itu, dalam


l l l l l l l l

mendorong disiplin kelas yang baik, harus ada kerjasama antara guru dan l l l l l l l l l l l l l
siswa untuk menyelaraskan situasi kelas dengan tujuan pembelajaran
l l l l l l l l l l l

masing-masing.
l l

Dalam suasana seperti itu, guru dan siswa dapat saling mendorong
l l l l l l l l l l

dan menciptakan suasana positif di dalam kelas. Dalam membangun kelas


l l l l l l l l l l l l l

yang kolaboratif dan suportif, guru dapat mempertimbangkan: a)


l l l l l l l l l

perencanaan l l l bekerjasama l l l dengan l siswa; l (b) mengembangkan l l

kepemimpinan dan tanggung jawab siswa; c) mempromosikan organisasi l l l l l l l l l

dan praktik pembelajaran yang demokratis; (d) memungkinkan siswa


l l l l l l l l l

menyendiri, berani mengemukakan pendapat dan rela menerima pendapat l l l l l l l l l l

orang lain; e) memberikan kesempatan partisipasi yang luas sesuai dengan


l l l l l l l l l l l

tingkat kemampuan siswa; dan (f) memberikan kesempatan untuk


l l l l l l l l

pengembangan sikap yang diinginkan. l l l l l

Guru harus memperhatikan dalam proses pembinaan disiplin l l l l l l l

kelas. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi perbedaan individu


l l l l l l l l

siswa dalam kesadaran diri dan pengendalian diri. Untuk itu diperlukan
l l l l l l l l l l

kerjasama l l l dengan l siswa l dalam l l situasi l yang l wajar l l sehingga l

memungkinkan mereka mengembangkan pola perilaku yang baik menuju l l l l l l l l

pengembangan diri. Dalam situasi seperti itu, guru harus memberikan l l l l l l l

kesempatan yang luas kepada siswa untuk mengevaluasi perilakunya


l l l l l l l l l l l

berdasarkan aturan (tata tertib) kelas/sekolah yang berlaku.


l l l l l l l l l l l

Dengan demikian dapat tercipta disiplin yang baik sesuatu kelas l l l l l l l l l

yang diidaqmkan. Adapun disiplin kelas yang baik yang dimaksud adalah
l l l l l l l l l l l l l

pengendalian dan pengarahan segala perasaan dan tindakan orang dalam


l l l l l l l l l l l l l l l l l

suatu kelas untuk menciptakan dan memelihara suasana belajar mengajar


l l l l l l l l l l l l l l

yang efektif.
l
g. Kenaikan Kelas l l l

Masalah kenaikan kelas tampaknya sederhana, tetapi sebenarnya cukup


l l l l l l l l l l l l l l

serius, sebab diselubungi oleh keragu-raguan, kecemasan, ketidakjelasan l l l l l l l l l

tujuan dan koordinasi. Akibatnya mekanisme kenaikan ini cenderung menjadi


l l l l l l l l l l

tujuan, padahal sebenarnya hanya merupakan jalan kea rah tujuan. Oleh karena
l l l l l l l l l l l l l l l l l

itu masalah kenaikan kelas ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya, sebab


l l l l l l l l l l l l

suit menerima anggapan, bahwa semua siswa adalah sama sehingga semua l l l l l l l l l l l l l l l

dapat dianikkan. Hal ini hanyalah membawa kepada suatu sistem mekanis
l l l l l l l l l l l l l l

kenaikan yang hanya merugikan siswa yang bersangkutan. Problem kenaikan


l l l l l l l l l l l l

kelas merupakan masalah yang cukup kompleks, yang perlu dipertimbangkan


l l l l l l l l l l

ialah segi praktis pendidikan, segi ekonomis, kesulitan mendapatkan guru-guru


l l l l l l l l

qualified, jumlah murid dan biaya yang dibutuhkan, kesulitan ruangan,


l l l l l l l l l l

fasilitas-fasilitas belajar dan sebagainya.


l l l l l l l l l l

Pemberian nilai (kelas) adalah masalah penting dari promosi kelas. l l l l l l l l l l l

Mekanisme penentuan tingkatan kelas adalah sebagai berikut: a) Dukungan


l l l l l l l l l l l l

kelas berlangsung pada setiap akhir tahun; b) Mahasiswa dianggap lulus jika
l l l l l l l l l l l l l

yang bersangkutan telah mencapai kriteria ketuntasan minimal pada semua


l l l l l l l l l l l l l

mata pelajaran pada semua indikator, hasil belajar, keterampilan dasar dan
l l l l l l l l l l l l l l l l l

persyaratan kualifikasi. Sedangkan siswa harus mengulang kelas yang sama


l l l l l l l l l l l l l l

jika: (1) Mendapat Nilai Kurang Baik pada kelompok mata pelajaran Agama
l l l l l l l l l l l l l l l l

dan Kebangsawanan; (2) apabila mahasiswa tidak memenuhi Kompetensi


l l l l l l l l l l l l

Dasar (KD) dan Persyaratan Kualifikasi (SK) pada lebih dari tiga mata
l l l l l l l l l l l l l l

pelajaran dari semua kelompok mata pelajaran sebelum akhir tahun pelajaran;
l l l l l l l l l l l l l l l

c) jika karena alasan yang memaksa, seperti masalah kesehatan fisik, l l l l l l l l l l l l l l

emosional atau mental, kontribusi terhadap keberhasilan pencapaian l l l l l l l l l l l


kualifikasi yang diinginkan tidak dimungkinkan. Pada saat mengulang satuan
l l l l l l l l l l l l l

pengajaran yang sama, nilai siswa pada semua takaran, Kompetensi Dasar
l l l l l l l l l l l l l l l l

(KD) dan persyaratan kualifikasi (SK) yang telah dicapai minimal S2 minimal
l l l l l l l l l l l l

sama dengan tahun sebelumnya.


l l l l l

Untuk kemudahan pengelolaan, siswa yang tidak hadir di kelas l l l l l l l l l

diharapkan mengulang semua mata pelajaran dan standar kompetensi,


l l l l l l l l l l l l l

kompetensi inti dan indikator kinerja hasil belajar dan sekolah dengan l l l l l l l l l

mempertimbangkan mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi inti dan l l l l l l l l l l

indikator. Lulus pada tahun ajaran sebelumnya. Apabila setiap anak dapat
l l l l l l l l l l l l l l l l

termotivasi secara optimal untuk memperoleh keterampilan tertentu sesuai


l l l l l l l

dengan kebutuhannya, maka tidak perlu ada anak yang tidak mengikuti
l l l l l l l l l l l l

pelajaran (automatic support). Promosi Otomatis: Setelah semua indikator


l l l l l l l l l

mata pelajaran, kompetensi inti dan standar kompetensi terpenuhi, siswa


l l l l l l l l l

dianggap layak untuk naik ke kelas berikutnya.


l l l l l l l

Jika ada keraguan tentang kriteria yang digunakan untuk menentukan


l l l l l l l l l l l

kenaikan kelas, keputusan diserahkan kepada guru kelas dan kepala sekolah.
l l l l l l l l l l l l l

Beberapa problem yang perlu dipertimbangkan secara bijaksana dalam l l l l l l l l l l l l

kenaikan kelas ialah: l l l l l

1) Naik Bersyarat l l l

Mengenai kenaikan kelas secara berasyarat ini ada yang setuju l l l l l l l l l l l l

adapula yang menentang. Namun yang sudah jelas adalah alasan berikut:
l l l l l l l l l l l l l l l

a) Alasan psikologis adalah bahwa siswa yang bersangkutan mengalami


l l l l l l l l l l l l l l

ketegangan-ketegangan jiwa dan efek-efek samping lainnya selama l l l l l l l l l l l

masa yang dipersyaratkan. l l l l l l


b) Alas an sosiologis ialah bahwa siswa yang bersangkutan dapat
l l l l l l l l l l l l l

mengalami kesulitan-kesulitan dalam relasi dan dengan orang-orang


l l l l l l l l l l l

lain.
l

2) Ulang Kelasl l

Mengenai siswa-siswi yang mengulang kelas, banyak studi kasus l l l l l l l l

telah mengungkapkan, bahwa 80% dari mereka yang mengulang kelas


l l l l l l l l l l

tidak bekerja secara lebih baik dari yang dilakukannya pada tahun
l l l l l l l l l l l l l

pertama; bahkan diantaranya ; lebih buruk lagi pekerjaannya (Edwin Jhon


l l l l l l l l l l l l

Brown, 1972).

3) Drop Out ( Putus Sekolah) l

Siswa-siswi yang drop out adalah siswa yang tidak dapat l l l l l l l l l l

meneruskan pelajaran. Banyak factor yang menyebabkan seorang siswa


l l l l l l l l l l l l

drop out (putus sekolah), yaitu: l l

a) Faktor-faktor pendidikan, seperti:


l l l

I. Sistem evaluasi yang kurang baik. l l l l l

II. Ketidakcakapan guru dalam mengajar. l l l l l l l l

III. Kelas yang tidak menyenangkan. l l l l l

IV. Ketidakmampuan siswa dalam belajar dan sebagainya. l l l l l l l l l l l l

b) Faktor-faktor non-pendidikan, seperti:


l l l

I. Anak harus membantu orang tua mencari nafkah.


l l l l l l l l l

II. Ketidakmampuan orang tua membiayai anaknya dan sebagainya. l l l l l l l l l l l l l l

2 Pengorganisasian Sarana Prasarana Pelajaran


l l l l l l l l l l l l l

Beberapa sarana prasarana yang perlu diorganisir guru bagi kepentingan


l l l l l l l l l l l l l

efektivitas pelajaran yang diberikannya adalah:


l l l l l l l l l l
a. Pengorganisasian perlengkapan kelas l l l l l l

Guru-guru, terutama yang diserahi tugas sebagai wali kelas, perlu l l l l l l l l l

memperhatikan pengorganisasian beberapa perlengkapan kelas sebagai


l l l l l l l l l l l l

berikut:

1) Penataan Ruang Kelas l l l l l

Ruang kelas merupakan tempat belajar dimana semua siswa harus


l l l l l l l l l l l l

dapat bergerak bebas saat melakukan pembelajaran tanpa saling


l l l l l l l l l l l l l l

mengganggu. Ukuran kelas tergantung pada jenis dan jumlah siswa yang l l l l l l l l l l

mengerjakan tugas. Jika dekorasi yang digunakan di dalam ruangan, l l l l l l l l l l l l

gunakanlah dekorasi yang memiliki nilai pendidikan.


l l l l l l l

Suhaenah Suparno (2001) menjelaskan kriteria yang harus l l l l l l l l

dipenuhi dalam menata ruang kelas sebagai berikut: (a) Penataan l l l l l l l l l l l l

ruangan dinilai baik jika mendukung efektivitas pembelajaran, antara


l l l l l l l l l l l l

lain anak aktif belajar dan guru memimpin kelas dengan baik; b)
l l l l l l l l l l

pengaturannya fleksibel (fleksibel), sehingga perubahan dari satu tujuan


l l l l l l l l l

ke tujuan lainnya dapat dilakukan dengan cara yang sesuai dengan jenis l l l l l l l l l l l l l

kegiatan yang diperlukan oleh tujuan yang ingin dicapai pada waktu
l l l l l l l l l l l

tertentu; (c) Pada saat anak mempelajari suatu konsep, terdapat alat l l l l l l l l l l l l l

bantu yang dapat membantu menjelaskan konsep tersebut berupa gambar


l l l l l l l l l l

model atau alat bantu lainnya agar konsep tersebut tidak bersifat verbal. l l l l l l l l l l l l

Penyimpanan alat dan media mudah diakses, sehingga waktu belajar l l l l l l l l l l l l

siswa tidak terbuang percuma. (d) Desain ruang kelas harus membantu
l l l l l l l l l

siswa meningkatkan motivasi mereka


l l l l l

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengajar: l l l l l l l l l l l l

a) Ruang kelas bertujuan untuk memenuhi syarat berikut: (1) ruang kelas
l l l l l l l l
berukuran 8m x 7m; (2) dapat memberi kebebasan bergerak, l l l l l l

berkomunikasi, melihat dan mendengar; (3) udara dan sirkulasi yang l l l l l l l l l

memadai; (4) Penataan furnitur agar guru dan siswa leluasa bergerak. (b)
l l l l l l l l l l l l

Roller shutters tidak mengganggu lalu lintas di layar. Furnitur yang l l l l l l l

harus ada di dalam kelas antara lain: (1) Meja untuk guru dan kursi
l l l l l l l l l l l l

siswa; (2) papan tulis dan papan tulis; (3) lemari dan rak buku; (4)
l l l l l l l l l

pembersihan peralatan; (5) poster Presiden, Wakil Presiden dan Garuda l l l l l l l l

Pancasila; (6) kalender dan jadwal pendidikan; (7) Ruang untuk bendera
l l l l l l l l l l

merah putih, ruang untuk bunga, RPP termasuk kursi siswa, tempat
l l l l l l

sampah dan taplak meja.


l l l l l l

2) Pengaturan Tempat Duduk l l l

Di ruang kelas sekolah modern, penataan tempat duduk l l l l l l l

(bangku/kursi) siswa harus fleksibel, yaitu mereka dapat dengan mudah


l l l l l l l l l

diubah jika perlu. Misalnya, dalam debat, kursi harus diatur dalam
l l l l l l l l l l l

lingkaran atau setengah lingkaran, sehingga suasana demokratis dapat


l l l l l l l l l l l l l l

dirasakan. l l l

Ukuran tempat duduk (bangku/kursi) memperhatikan kriteria l l l l l l

sebagai berikut: l l

a) Kursi guru lebih tinggi dari kursi siswa, sehingga memudahkan guru l l l l l

dalam mengawasi siswa. l l l l l

b) Meja dan kursi siswa harus dipisahkan untuk memudahkan l l l l l l l l

pengaturan kegiatan lainnya. l l l l l l

c) Bentuknya sederhana, kuat dan ringan. l l l l l l

d) Ukuran meja minimum: l l

Lebar: 40 cm, 6-9 tahun, panjang 46 cm l l l l


Panjang: 60 cm, 9-12 tahun, panjang 51 cm
l l l l l

e) Ketinggian tempat duduk yang tepat antara telapak kaki dan tekukan l l l l l l l l l l l l

lutut saat anak duduk dengan kaki lurus dan telapak kaki rata. Jika l l l l l l l l l l l l l

kursi terlalu tinggi, kaki akan menggantung ke bawah sehingga l l l l l l l l

aliran darah dan saraf di lutut menjadi tertekan. Biasanya tinggi


l l l l l l l l l l l l

tempat duduk adalah 29-51 cm. Sedangkan tinggi tempat duduk l l l l l l l

anak SD usia 6-9 tahun adalah 30 cm dan anak usia 9-12 tahun
l l l l l l l l l l l l

adalah 33 cm. (Hendiyat Sutopo, 1992).


l l l l

Selain itu, untuk mengatur penempatan siswa di kelas sebaiknya


l l l l l l l l

dibuat denah tempat duduk yang dapat diubah setiap bulan. Selain itu,
l l l l l l l l l l

pengaturan tempat duduk siswa di kelas harus memungkinkan guru


l l l l l l l

mengingat nama semua siswa di semua kelas dengan cepat. Mengetahui l l l l l l l l l l

nama setiap siswa adalah alat psikologis yang ampuh dalam proses
l l l l l l l l l l l l l

belajar mengajar.
l l l l

3) Pemasangan papan, lemari, dll l l l l l l

Seorang guru khususnya pengajar ke rumah harus memiliki jiwa l l l l l l l

seni dalam penataan dan penempatan meja guru, papan tulis, lemari dan
l l l l l l l l l l l l l

perlengkapan lainnya. Dia harus memiliki pengetahuan fisik, didaktik l l l l l l l l l

dan psikologis. Misalnya, penempatan papan harus memperhatikan


l l l l l l l l l l

kejadian dan pantulan cahaya agar tidak menyilaukan mata siswa.


l l l l l l l l l l l l l l l l

b. Pengorganisasian Alat-Alat Pelajaran l l l l l l l l l l

Pengelolaan l l kelas l membutuhkan l berbagai l l perangkat l l untuk

memfasilitasi proses pengajaran guru dan pembelajaran siswa. Tutorial


l l l l l l l l l l l

adalah alat yang dapat digunakan guru untuk meninjau pelajaran untuk
l l l l l l l l l l l l l l
digunakan siswa selama pelajaran. Maka tutorial ini dapat dikelompokkan
l l l l l l l l l l l l l l

sebagai berikut:
l l

1) Alat peraga, misalnya: LCD, OHP, TV, Globe, Model dan sebagainya.
l l l l l l l l l l

2) Bahan ajar cetak, misalnya: buku teks


l l l l l l l

3) Alat pembelajaran lainnya, misalnys kapur, penggaris dll.


l l l l l l l l l l

Sumber belajar harus diatur dan disimpan sehingga mudah ditemukan l l l l l l l l l

dan mudah digunakan.


l l l l

Hal-hal berikut harus diperhatikan saat menyimpan tutorial:


l l l l l l l l l

1) Alat yang baru digunakan harus ditempatkan dengan rapi di tempat


l l l l l l l l l l l l

asalnya.l l l

2) Bersihkan dan jaga penyangga agar tidak menembus kotoran. l l l l l l l l l l

3) Tempatkan papan, garis, dll. l l l l l

4) Simpan tutorial di tempat yang mudah ditemukan. l l l l l l

5) Buat daftar tutorial dan lokasinya agar mudah dikembalikan.


l l l l l l l l l l l l

c. Pemeliharaan Keindahan dan Kebersihan Kelas l l l l l l l l

Keutuhan dan kebersihan kelas perlu dijaga agar proses belajar l l l l l l l l l l

mengajar dapat berlangsung dengan menyenangkan dan menyegarkan. Ini


l l l l l l l l l l l

berlaku untuk hal-hal berikut:


l l l

1) Atur ruangan agar teratur, misasalnya deretan bangku atau kursi,


l l l l l l l l l l l l l

penempatan siswa, penempatan rak buku, lemari, dll. l l l l l l l

2) Kebersihan meja guru meliputi tempat meja, buku, dll. l l l l

3) Hiasi dinding dengan gambar. Peta, gambar dan tulisan pendidikan.


l l l l l l l l l l

Hal ini menimbulkan kesan artistik dan menarik.


l l l l l l
Ruang tempat berlangsungnya pembelajaran harus bersih dan segar
l l l l l l l l l l

serta indah dan menarik. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad
l l l l l l l l l l l l

SAW: l

“kebersihan merupakan sebagian dari iman”. Pribahasa juga mengatakan l l l l l l l l l l l l l l

“kebersihan l pangkal l l kesehatan”, l l hendaklah l l merupakan l l motivasi l

pemeliharaan kebersihan kelas. Bahkan kelas harus bersih dari debu, l l l l l l l l l l

sampah dan bau-bau yang tidak menyedapkan.


l l l l l l l l l

Agar supaya ruangan kelas bersih maka perlu mempertimbangkan


l l l l l l l l l l l

faktor- faktor sebagai berikut:


l l l l

1) Dinding ruangan hendaknya berwarna yang terang dan bersih. l l l l l l l l l

2) Lantai ruangan hendaknya selalu dalam keadaan bersih.


l l l l l l l l l l l l

3) Perlengkapan-perlengkapan yang ada dalam ruangan harus diatur l l l l l l l l l l l l l

sedemikian rupa agar enak dipandang mata. l l l l l l l l l

4) Setiap kelas hendaknya memiliki keranjang sampah tempat membuang


l l l l l l l l l l

kertas, runcingan pensil dan sebagainya.


l l l l l l

d. Pemeliharaan Fasilitas-Fasilitas Fisik Lainnya l l l l l l l l l

Factor fasilitas fisik lainnya seperti keadaan cahaya, ventilasi, akustik


l l l l l l l l l l l l l

(pemantulan suara) dalam suatu ruang kelas merupakan pula factor- factor
l l l l l l l l l l l l l l

penting yang harus diperhatikan dalam manajemen kelas. l l l l l l l l l

Percobaan-percobaan telah membuktikan, bahwa factor-faktor itu l l l l l l l l l l

mempunyai pengaruh terhadap suasana dan produktivitas kerja. Oleh karena l l l l l l l l l l l l

itu setiap guru hendaknya menyadari betapa pentingnya pengaruh factor-


l l l l l l l l l l

factor itu dalam proses belajar mengajar yang efektif.


l l l l l l l l
Maka sangatlah wajar jika guru-guru harus mengetahui tentang
l l l l l l l l l l l

fasilitas-fasilitas fisik yang dibutuhkan untuk situasi kelas yang baik.


l l l l l l l l l l

Misalnya ruang kelas harus cerah dengan udara yang segar dan suara yang
l l l l l l l l l l l l l l l

tidak menggema yang mempunyai efek psikologis yang menggairahkan


l l l l l l l l

semangat belajar mengajar.12 l l l l l l

2. Mengatasi Kebosanan Siswa l l l l l

a. Pengertian Kebosanan l l l

Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses di mana tingkah laku terjadi
l l l l l l l l l l l l l l

atau berubah sebagai akibat dari tanggapan terhadap suatu keadaan. Belajar
l l l l l l l l l l l l l l l l l l l

dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intra individu dan faktor lingkungan.
l l l l l l l l l

Faktor-faktor dalam diri individu atau siswa yang mempengaruhi belajar dan
l l l l l l l l l l l l

keberhasilan. Faktor-faktor ini berhubungan dengan aspek fisik dan mental


l l l l l l l l l

individu. Faktor lingkungan atau eksternal peserta didik, baik faktor fisik l l l l l l l l

maupun sosial-psikologis yang berada di lingkungan keluarga, sekolah dan


l l l l l l l l l l

masyarakat.13 l l l l

Kelelahan atau disebut juga kenyang berarti padat atau kenyang, dalam l l l l l l l l l l l l l l

hal ini kemampuan menyerap atau menyerap makanan tidak mencukupi. Lebih
l l l l l l l l l l l

lanjut, kebosanan dapat diartikan sebagai sikap menjemukan atau menjemukan


l l l l l l l l l l l l l l

(Muhibbin Syah, 1995:162). Kejenuhan belajar menyebabkan siswa tidak l l l l l l l l

menyerap pelajaran bahkan tidak mampu menangkap inti pelajaran. l l l l l l l l l l l l l

Kebosanan saat belajar dapat disebabkan oleh kelelahan fisik pada l l l l l l l l l l l l l l

beberapa anggota tubuh seperti kaki, jari tangan, lengan, tonus (ketegangan
l l l l l l l l l l l

otot) dan lain-lain. Masalah ini dapat dengan mudah diperbaiki dan diselesaikan
l l l l l l l l l l l l l l

sebagai berikut: Istirahat yang cukup terutama tidur, hindari aktivitas malam
l l l l l l l l l l l l

12
Ibid, 140-143
13
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologis Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005),162.
yang membuat stres agar tidak memaksa tubuh untuk tidur larut malam,
l l l l l l l l l l

membiasakan diri dengan makanan bergizi, memperlancar peredaran darah


l l l l l l l l l l l l l

dengan memijat bagian tubuh yang lelah atau menggunakan beberapa obat yang
l l l l l l l l l l l l l l

memperlambat peredaran darah (Sri Rumini, 1998). :131)14


l l l l l l

b. Aspek-Aspek Kebosanan pada Siswa


l l l l l l l

Widari Ni Kdk (2014) tentang aspek belajar dari kebosanan yaitu:


l l l l l l l l l

1) Kelelahan mental berasal dari ketegangan yang berlebihan. Anak-anak l l l l l l l l l l l l l l

dengan kelelahan mental seringkali memiliki beberapa gejala, antara lain:


l l l l l l l l l l l l l

Ada anak yang tidak mau mengajar tugas (PR), tidak bisa konsentrasi,
l l l l l l l l l l l l l

hilang ingatan dan cepat lupa pelajaran.


l l l l l l l l l

2) Kelelahan emosional adalah sindrom yang paling umum. Ketika orang l l l l l l l l l l

merasa lelah, mereka merasa terlalu lelah baik secara mental maupun
l l l l l l l l l l l l l

fisik. Orang merasa hampa, kekurangan energi dan tidak mampu l l l l l l l l l l

melepaskan dan memperbaiki kelelahan. Individu kehilangan energi l l l l l l l l

ketika berhadapan dengan kelas atau orang lain. Kelelahan ini merupakan
l l l l l l l l l l l l l l

reaksi stres pertama akibat tuntutan kelas. Aspek kelelahan ini terdiri dari
l l l l l l l l l l l

kelelahan emosional yang ditandai dengan perasaan frustasi, mudah


l l l l l l l l l l l l

tersinggung, putus asa, marah, depresi, cemas, apatis terhadap kelas, l l l l l l l l l l

perasaan terbebani kelas, bosan dan perasaan tidak mau membantu.


l l l l l l l l l l l l l

3) Tidak membawa hasil. Individu yang mengalami rasa kenyang dalam


l l l l l l l l l l l l

jangka waktu tertentu mengakibatkan hasil belajar yang tidak maksimal.


l l l l l l l l l l l l l

Kemajuan belajar terjadi di mana pembelajaran tidak mengalami


l l l l l l l l l l l l l

kemajuan. Prestasi belajar juga menurun.15 l l l l l l

14
NI’matul Fauziyah, “Faktor Penyebab Kejenuhan Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) pada Siswa Kelas
XI Jurusan Keagamaan di MAN Tempel Sleman,” Pendidikan Agama Islam X (2013): 100-101
https://ejournal.uin-suka.ac.id/tarbiyah/jpai/article/view/1297/1267 di akses pada 2 Januari 2023 Pukul 19.31
15
Moh Agus Rohman, “Kejenuhan Belajar pada Siswa di Sekolah Dasar Full Day School” (Skripsi: UINSA,
2018), 17
Menurut Vitasari (2016) bahwa aspek-aspek dari kejenuhan belajar yaitu l l l l l l l l l l l

sebagai berikut:
l l

1) Keletihan emosi l

2) Depersionalisasi atau sinis l l l l

3) Menurunnya keyakinan akademis sebagai akibat dari keterlibatan siswa l l l l l l l l l l l l l

secara intensif dengan kegiatan belajar yang berlangsung cukup lama.16


l l l l l l l l l l l

c. Tahapan dan Proses Kebosanan pada Siswa


l l l l l l l l l

Bosan saat belajar atau bosan saat belajar bukanlah suatu kebetulan.
l l l l l l l l l l l l l l l l

Kebosanan muncul sehubungan dengan banyaknya proses yang dilakukan


l l l l l l l l l l

individu. Freudenberg dan l North menjelaskan l l 12 tahapan l l l yang l

melatarbelakangi berkembangnya rasa kenyang, sebagai berikut:


l l l l l l l l l l l

1) Dipaksa untuk membuktikan layak orang lain. Ini memaksa individu untuk
l l l l l l l l l

bekerja keras sehingga orang lain melihat potensi mereka. l l l l l l l

2) Individu bekerja keras agar orang lain tidak mengubah cara berpikirnya l l l l l l l l l l l

tentang dirinya atau orang lain lari darinya. l l l l l l l l l

3) Orang terlalu keras bekerja dan mulai mengesampingkan kebutuhan


l l l l l l l l l

dasarnya seperti makan, tidur dan bersantai bersama keluarga dan teman.
l l l l l l l l l l l l l l

4) Gejala fisik individu yang disebabkan oleh perubahan gaya hidup.


l l l l l l l l l

5) Keinginan untuk mengambil nilai-nilai yang lebih baik dari lingkungan l l l l l l l l

sosialnya, l l sehingga l mereka l mengkhawatirkan l l l hal l tersebut dan l

mengabaikan kebutuhan dasarnya serta hubungan dengan orang-orang l l l l l l l l l l l l

terdekatnya. l l

16
Ibid, 19
6) Munculnya perasaan yang tidak seharusnya dimiliki, seperti B. Tidak l l l l l l l l l

toleran terhadap orang lain, tidak memahami masalah orang lain, terlalu
l l l l l l l l l l l l l l

agresif dan selalu menyalahkan orang lain atas masalah yang ada.
l l l l l l l l l l l l l l l l

7) Mengisolasi atau menarik diri dari kehidupan sosial karena terlalu banyak l l l l l l l l l l l l

bekerja. l

8) Perasaan malu, takut dan apatis timbul karena terlalu banyak pekerjaan dan
l l l l l l l l l l l l l l l l

tekanan. l l

9) Individu lambat laun kehilangan identitasnya karena merasa telah menjadi l l l l l l l l l l l l l

mesin bagi orang lain. l l l

10) Kekosongan yang timbul dalam diri membuat individu mulai putus asa dan l l l l l l l l l

lari dari berbagai hal, mulai dari seks bebas, merokok, minum alkohol dan
l l l l l l l l l l

hal-hal negatif lainnya.


l l l l l

11) Perasaan depresi yang membuat dirinya dikenal, seperti apatis, putus asa,
l l l l l l l l l l l

lelah dan mengabaikan masa depan yang ada.


l l l l l l l l l l l

12) Ketika orang-orang ini bosan dengan aktivitasnya, mereka mencoba


l l l l l l l l l l

melarikan diri, terkadang merasa ingin bunuh diri karena keadaan.17


l l l l l l l l l l l

d. Ciri-Ciri Kebosanan pada Siswa l l l l l

Afifuddin l (2012:194), menyatakan l l l bahwa l l Ciri-ciri anak l l yang l

mengalami kejenuhan dalam belajar adalah:


l l l l l l l l l l

1) Tidak bisa mengikuti pelajaran seperti orang lain,


l l l l l l l

2) Sering terlambat atau tidak mau menyelesaikan tugas, l l l l l l l l l

3) Hindari tugas yang cukup berat, l l l l

4) ceroboh atau kurang teliti dalam banyak hal, l l l l l l l l

17
Mutakbir, “Perbandingan Tingkat Kejenuhan Peserta Didik Sekolah yang Meenerapkan full Day School dan
Non Full Day School di kabupaten Pangkep provinsi Sulawesi Selatan” (Skripsi: UIN Alauddin Makasar, 2019),
30-32
5) acuh tak acuh atau ceroboh,
l l l l l

6) menunjukkan semangat belajar yang rendah, l l l l l l l

7) Tidak fokus, mudah diganti, l l l

8) Perhatikan objek secara singkat, l l l l l

9) Suka menyendiri, sulit beradaptasi, l l l l

10) Murung

11) memberontak, l agresif


l dan l meledak-ledak l l dalam l l menanggapi l l

ketidakcocokan, hasil belajar rendah. l l l l l l

Berdasarkan uraian di atas, ciri-ciri kebosanan dalam belajar adalah


l l l l l l l l l l l l l l l l

perasaan bahwa pengetahuan dan keterampilan tidak berkembang dalam belajar,


l l l l l l l l l l l l l l l l

sistem penalaran tidak berjalan sesuai harapan saat mengolah informasi atau
l l l l l l l l l l l l l l l l

pengalaman, dan hilangnya motivasi belajar.18


l l l l l l l l l

e. Cara Mengatasi Kebosanan pada Siswa


l l l l l l l l l

Kelelahan mental yang memicu kerinduan untuk belajar biasanya bisa l l l l l l l l l l l

diatasi dengan tips berikut ini:


l l l

1) Beristirahat dan menikmati makanan dan minuman yang cukup bergizi; l l l l l l l l l l

2) mengubah atau mengatur ulang waktu belajar agar siswa dapat belajar l l l l l l l l l l l l l l l

lebih intensif;

3) Merubah atau menata kembali lingkungan belajar siswa, antara lain l l l l l l l l l l l l l l

mengubah posisi meja, lemari, rak buku, perlengkapan belajar, dan lain- l l l l l l l l l l

lain, sehingga siswa serasa berada di ruang belajar baru yang lebih
l l l l l l l l l l l l

nyaman; l l

18
Nihayah, “Pengaruh Bimbingan Belajar terhadap Kejenuhan dalam Belajar pada Siswa kelas XI di SMAN 1
Gerung Kabupaten Lombok Barat,” Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam 12, no. 1 (Juni 2018): 61-62
https://journal.uinmataram.ac.id/index.php/elhikmah/article/view/241/220 diakses pada 1 februari 2023 pukul
21.03
4) Memberikan motivasi dan rangsangan baru sehingga siswa merasa
l l l l l l l l l l l

terdorong untuk belajar lebih giat dari sebelumnya.


l l l l l

5) Siswa harus melakukan sesuatu yang nyata (tidak menyerah atau berdiam
l l l l l l l l l l l l l

diri) berusaha belajar dan belajar kembali.19


l l l l l l l l

19
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, 183.

Anda mungkin juga menyukai