Anda di halaman 1dari 25

DIFRAKSI LASER

Nur Aulia (60400118004)

Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar

e-mail: nuraulia0924@gmail.com

INFO JURNAL ABSTRAK


Telah dilakukan percobaan dengan
Status Jurnal: judul “Difraksi Laser”. Pada eksperimen
Diterima: Difraksi Laser dengan sinar laser He-Ne
Disetujui: bertujuan untuk untuk mengetahui gejala
difraksi, untuk menentukan konstanta kisi
keywords :Cahaya, Difraksi, Kisi, difraksi dan untuk mengetahui pengaruh
Laser jarak kisi ke layar terhadap pola gelap
terang yang dihasilkan. Dimana alat dan
bahan yang digunakan adalah sumber
cahaya laser, kisi difraksi, rel presisi, layar
dan mistar. Kisi difraksi banyak digunakan
untuk mengukur panjang gelombang
cahaya. Pengukuran dilakukan dengan
melewatkan cahaya pada kisi difraksi yang
sudah diketahui jarak antar celah kisinya.
Hubungan antara jarak antar celah kisi
difraksi, panjang gelombang dan sudut
difraksi untuk berbagai orde. Pada
percobaan diperoleh hasil perhitungan nilai
konstanta kisi difraksi yang semakin besar
jarak dari kisi ke layar maka semakin besar
nilai konstanta kisi difraksi begitupun
sebaliknya, yang dipengaruhi oleh jarak
antara terang pusat ke terang-n.

1.PENDAHULUAN
Cahaya (dan semua bentuk radiasi elektromagnetik yang lain) adalah suatu
bentuk yang fundamental dan ilmu fisika masih berusaha untuk memahaminya.
Pada tingkat yang dapat diamati, cahaya menunjukkan dua perilaku yang
tampaknya berlawanan, yang digambarkan secara kasar melalui model-model
gelombang dan partikel. Salah satu karakteristik cahaya sebagai gelombang

JFT |1
adalah cahaya dapat dilenturkan. Panjang gelombang yang sama atau lebih besar
daripada lebar suatu celah akan menyebar ke semua arah ke depan setelah
melewati celah. Hal inilah yang disebut dengan difraksi cahaya.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak pengaplikasian difraksi seperti,
analisis pembagian corak bentuk dari model biologi dan sel dengan analisis
Fourier pengukuran sebaran cahaya statis, aplikasi teori difraksi fraunhofer ke
disain detector yang bersifat spesifik, perhitungan resolusi pada teleskop, dan lain
sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas hal yang melatarbelakangi dilakukannya
percobaan ini yaitu untuk memahami jenis difraksi yang digunakan pada
percobaan difraksi laser, memahami konsep atau prinsip difraksi pada percobaan
difraksi laser, menentukan panjang gelombang cahaya sinar laser berdasarkan
peristiwa difraksi oleh kisi difraksi, dan menentukan diameter sebuah celah
lingkaran
Cahaya (dan semua bentuk radiasi elektromagnetik yang lain) adalah suatu
bentuk yang fundamental dan ilmu fisika masih berusaha untuk memahaminya.
Pada tingkat yang dapat diamati, cahaya menunjukkan dua perilaku yang
tampaknya berlawanan, yang digambarkan secara kasar melalui model-model
gelombang dan partikel (Frederick,dkk, 2006)
Para ahli telah lama mempelajari cahaya untuk mengetahui hakekatnya.
Pada mulanya, cahaya didefinisikan sebagai aliran partikel yang dipancarkan oleh
benda penghasil cahaya (sumber cahaya). Tetapi, penyelidikan lain menyatakan
bahwa cahaya adalah gelombang karena cahaya memiliki sifat-sifat seperti yang
dimiliki oleh gelombang. Pada akhirnya, mereka menyimpulkan bahwa kedua
teori di atas yaitu bahwa cahaya adalah materi yang merambat dan cahaya adalah
gelombang adalah benar (Nirsal, 2012)
Cahaya dapat mengalami difraksi dengan syarat cahaya tersebut melewati
celah sempit artinya ukuran panjang gelombang yang melewati celah lebih besar
dibandingkan dengan lebar celah. Jika suatu cahaya dengan panjang gelombang λ
pada suatu celah sempit d, dimana d < λ, maka cahaya tersebut mengalami
difraksi atau cahaya melentur itu dapat dapat terdeteksi adanya penyimpangan

JFT |2
sinar sebesar θ dari arah semula dan pada layar akan terlihat pola interferensi
terang/maksimum (Khofifuddin, 2017)
Dalam peristiwa difraksi dikenal suatu kisi difraksi yang terdiri atas
sebaris celah sempit yang saling berdekatan dalam jumlah banyak. Kisi difraksi
biasanya digunakan untuk menentukan panjang gelombang cahaya. Kisi difraksi
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur panjang gelombang yang terdiri
atas banyak celah sempit dengan jarak sama pada permukaan datar
(Sri Wahyuni,dkk, 2017)
Kisi difraksi banyak digunakan untuk mengukur panjang gelombang
cahaya. Pengukuran dilakukan dengan melewatkan cahaya pada kisi difraksi yang
sudah diketahui jarak antar celah kisinya. Hubungan antara jarak antar celah kisi
difraksi, panjang gelombang dan sudut difraksi untuk berbagai orde. Hubungan ini
berlaku untuk sinar yang datang secara tegak lurus terhadap kisi difraksi atau sinar
dengan sudut datang sama dengan nol. Hal ini ditunjukkan dalam gambar yang
menyertai perumusannya, akan tetapi penjelasannya tidak dinyatakan secara tegas.
Oleh karena itu pengukuran-pengukuran yang berdasar pada hubungan tersebut,
harus memenuhi persyaratan sudut datang sama dengan nol (Santosa, 2012).

Gambar 1 : Sinar datang tegak lurus terhadap


kisi difraksi; θ merupakan sudut difraksi.
Untuk menetukan panjang gelombang suatu cahaya melalui kisi difraksi
yaitu sebagai berikut:
d sinθ=nλ

Atau (1)

dp
=nλ
l

JFT |3
Keterangan : k = konstanta kisi

P = Jarak pola interferensi pada layar (n)

L = Jarak layar ke kisi (m)

n = orde kisi

λ = Panjang gelombang (m)

Laser adalah sebuah sumber cahaya yang koheren, hampir monokromatik


dan searah.Laser merupakan singkatan dari Light Amplification by Stimulating
Emission of Radiation yang berarti cahaya diperkuat melalui proses emisi yang
dipicu. Laser terdiri dari beberapa jenis bergantung pada medium laser yang
digunakan. Seperti zat padat, cair, gas dan semikonduktor. Laser zat padat yang
paling dikenal adalah laser Ruby, laser Ti:S, dan laser Nd:YAG, sedangkan untuk
laser gas adalah laser He- Ne dan Laser CO2. Laser Dye dan laser dioda
masingmasing adalah contoh laser zat cair dan semikonduktor (Minarni, 2013).

Laser mempunyai sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh sumber cahaya lain.

Sifat-sifat khas laser antara lain kesearahan, intensitas, monokromatis, dan

koherensi. Laser He-Ne merupakan jenis laser gas yang ditimbulkan oleh molekul

dan atom netral. Laser ini dapat berosilasi pada panjang gelombang 0,633 µm,

1,15 µm (laser gas yang pertama kali berosilasi), dan 3,39 µm (Handayani, 2014).

2. METODE PERCOBAAN

JFT |4
Waktu dan tempat dilakukannya percobaan ini adalah pada hari Jumat
tanggal 21 November 2020, pukul 11.25-12.30 WITA, di Laboratorium Optik
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini laser He-Ne, Kisi, Rel
Presisi, Layar dan Mistar.
Prosedur kerja pada percobaan ini adalah :
1. Memasang laser pada rel presisi.
2. Memasang kisi.
3. Mengatur jarak kisi dan layar.
4. Menyalakan laser dan mengamati pola gelap terang.
5. Mencatat kedudukan pola gelap terang.
6. Mencatat pengaruh jarak dengan mengubah jarak kisi dengan layar.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Hasil pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1 : Hasil Pengamatan
Jarak terang pusat
X (cm) Orde ke n terhadap terang ke-n (cm)
Kanan Kiri
1 1 1
2 1,7 1,7
10 3 2,3 2,3
4 3 3
5 3,8 3,8
1 1,5 1,5
2 2,1 2,1
20 3 3,1 3,1
4 3,6 3,4
5 4,2 4,2
30 1 2,0 2,0
2 2,5 2,5
3 3,4 3,4
4 4,0 4,0

JFT |5
5 4,6 4,6
1 2,2 2,2
2 3,0 3,0
40 3 3,8 3,8
4 4,5 4,5
5 5,0 5,0
1 2,6 2,6
2 3,4 3,4
50 3 4,1 4,1
4 4,8 4,8
5 5,3 5,3

Tabel 2 : Analisis Data


Jarak terang pusat
Tentukan Konstanta
terhadap terang ke-n
X (cm) Orde ke n kisi (N)
(cm)
Kanan Kiri Kanan Kiri
1 1 1 0,00015 0,00015
2 1,7 1,7 0,00013 0,00013
10 3 2,3 2,3 0,00011 0,00011
4 3 3 0,00011 0,00011
5 3,8 3,8 0,00018 0,00018
1 1,5 1,5 0,00019 0,00019
2 2,1 2,1 0,000082 0,000082
20 3 3,1 3,1 0,000080 0,000080
4 3,6 3,6 0,000070 0,000070
5 4,2 4,2 0,00010 0,00010
1 2,0 2,0 0,00010 0,00010
2 2,5 2,5 0,000065 0,000065
30 3 3,4 3,4 0,000059 0,000059
4 4,0 4,0 0,000052 0,000052
5 4,6 4,6 0,000079 0,000079
40 1 2,2 2,2 0,000086 0,000086

JFT |6
2 3,0 3,0 0,000059 0,000059
3 3,8 3,8 0,000050 0,000050
4 4,5 4,5 0,000040 0,000040
5 5,0 5,0 0,000065 0,000065
1 2,6 2,6 0,000082 0,000082
2 3,4 3,4 0,000053 0,000053
50 3 4,1 4,1 0,000043 0,000043
4 4,8 4,8 0,000037 0,000037
5 5,3 5,3 0,000055 0,000055

Difraksi adalah interferensi gelombang cahaya yang berasal dari


bagianbagian suatu medan gelombang, sehingga analisisnya lebih sederhana pada
percobaanini digunakan jenis difraksi fraunhoufer. Karena difraksi fraunhofer
terjadi apabila jarak tabir penangkap pola difraksi jauh lebih panjang dari pada
ukuran celah, maka sinar-sinar pembantuk pola difraksi itu boleh dipandang
sejajar atau parallel. Selain itu, difraksi fraunhofer merupakan eksperimen yang
menggunakan sumber laser sebagai sumber cahaya masukan y ang kemudian
ditentukan pola difraksi dan keluaran gelombang cahaya yang melewati celah.
Dari sumber laser tersebut dihasilkan gelombang cahaya dan kemudian
mengalami difraksi.
Pada eksperimen ini, jarak dari kisi ke layar yaitu 10 cm, 20 cm, 30 cm,
40 cm dan 50 cm, dengan orde 1, 2, 3, 4, 5. Dengan jarak yang diberikan
bervariasi. Berdasarkan analisis data, semakin besar orde suatu difraksi maka
semakin besar nilai konstanta kisi dan semakin kecil orde suatu difraksi semakin
kecil pula nilai konstanta kisi, nilai konstanta kisi juga dipengaruhi oleh nilai jarak
terang pusat terhadap terang ke-n.
4. SIMPULAN
Gejala difraksi pada celah tunggal akan menghasilkan interferensi
maksimum dari celah apabila selisih lintasan antara cahaya yang datang dari A
dan B. difraksi pada kisi akan menghasilkan pola terang dan gelap yang
dipengaruhi oleh jarak antara kisi dan sumber cahaya.
Untuk menentukan konstanta kisi difraksi ditentukan oleh rumus

JFT |7
1
N=


2
x
nλ +1
a2
Keterangan :
n = orde
x = jarak dari kisi ke layar (cm)
a = jarak terang pusat terhadap terang ke-n (cm)
λ = panjang gelombang He-Ne
N = konstanta kisi difraksi
Semakin besar antara jarak kisi ke layar maka semakin besar pula jarak
antara pola terang ke pusat.

5. SARAN
Saran pada percobaan ini adalah sebaiknya jenis kertas yang digunakan
pada layar adalah kertas bergaris yang sudah memilkii nilai ukur pada kertas agar
lebih mudah menetukan jaran atau ukuran gelap terang cahaya dengan mudah dan
cepat

6.DAFTAR PUSTAKA

Frederick J. Bueche, Eugene Hecht. 2006. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh


Jakarta:Erlangga.
Handayani, Sri Lestari. (2014). Analisis Pola Interferensi Celah Banyak Untuk
Menentukan Panjang Gelombang Laser He-Ne Dan Laser Dioda. Jurnal
Fisika. Vol. 4 (1) :26-31.
Kholifuddin, M Y. 2017. Sinar Laser Mainan Sebagai Alternatif Sumber Cahaya
Monokromatik Praktikum Kisi Difraksi Cahaya. Jurnal Penelitian
Pembelajaran Cahaya. Vol.8 No.2 Hal 129-134
Minarni, dkk. 2013. Pengukuran Panjang Gelombang Cahaya Laser Dioda
Mengunakan Kisi Difraksi Refleksi Dan Transmisi. Jurnal Fisika.
Vol 1(1):167-171.
Nirsal.2012. Perangkat Lunak Pembentukan Bayangan pada Cermin dan
Lensa.Jurnal Ilmiah d’Computare. Vol 2, Hal 24-33
Santosa, Ign Edi. 2012. Pengukuran Jarak Antar Celah Kisi Difraksi Dengan
Metoda Deviasi Minimum.Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Press.

JFT |8
Sri Wahyuni, Arum Prabawani. 2017. Kisi Difraksi dengan Menggunakan Batang
Talas (Colocasia Esculenta). Unnes Physics Journal. Vol 6 No.1 Hal 74-77

LAMPIRAN DATA

Data ke I

Untuk X = 10 cm

- Orde 1

1
N=


2
x
nλ +1
a2

1
N=


2
10
(1 )(632, 8 ) 2 +1
1
1
N=
632 , 8
√ 101
1
1
N=
632 ,8 √101

JFT |9
1
N=
(632,8)(10,04)
1
N=
6353 , 312
N=0 ,00015
- Orde 2

1
N=


2
x
nλ 2 +1
a

1
N=
(2 )(632, 8 )
102
(1,7 )2√+1

1
N=
1265 , 6
√ 100
2 , 89
+1

1
N=
1265 ,6 √ 35 ,60
1
N=
(1265 ,6)(5 ,96)
1
N=
7542 ,976
N=0 ,00013
- Orde 3

1
N=


2
x
nλ +1
a2

JFT |10
1
N=
(3 )(632 ,8 )
√ 102
(2,3 )2
+1

1
N=
1898 , 4
√ 100
5 , 29
+1

1
N=
1898 ,4 √19,90
1
N=
(1898,4)( 4,46 )
1
N=
8466 ,864
N=0 . 00011

- Orde 4

1
N=


2
x
nλ +1
a2

1
N=
( 4 )(632, 8 )
102
(3 )2
+1

1
N=
2531 , 2
√ 100
9
+1

1
N=
2531,2 √12,11
1
N=
(2531 ,2)(3,47 )

JFT |11
1
N=
8783 ,264
N=0 ,00011
- Orde 5

1
N=


2
x
nλ +1
a2

1
N=
(5 )(632 ,8 )
√ 102
(3,8 )2
+1

1
N=
3164
√ 100
14 , 4
+1

1
N=
1898,4 √7,92
1
N=
(1898 ,4)(2,81)
1
N=
5334 ,504
N=0 . 00018
Data ke II

Untuk X = 20 cm

- Orde 1

1
N=


2
x
nλ 2 +1
a

JFT |12
1
N=
(1 )(632, 8 )
√ 202
(1,5)2
+1

1
N=
632 , 8
√ 200
3
+1

1
N=
632 ,8 √ 67,66
1
N=
(632 ,8)(8 ,22)
1
N=
5201 ,616
N=0 ,00019

- Orde 2

1
N=


2
x
nλ +1
a2

1
N=
(2 )(632, 8 )
202
(2,1)2
+1

1
N=
1265 ,6
√ 400
4 ,41
+1

1
N=
1265,6 √ 91,70
1
N=
(1265 ,6)(9 ,57)

JFT |13
1
N=
12111 ,792
N=0 ,000082
- Orde 3

1
N=


2
x
nλ +1
a2

1
N=
(3 )(632 ,8 )
√ 20 2
(3,1 )2
+1

1
N=
1898 , 4
√ 400
9, 61
+1

1
N=
1898 ,4 √ 42,62
1
N=
(1898 ,4)(6,52)
1
N=
12377 ,568
N=0 ,000080
- Orde 4

1
N=


2
x
nλ 2 +1
a

1
N=
( 4 )(632, 8 )
202
(3,6 )2 √
+1

JFT |14
1
N=
2531 , 2
√ 400
12 , 96
+1

1
N=
2531 ,2 √ 31,86
1
N=
(2531 ,2)(5,64)
1
N=
14275 , 968
N=0 ,000070
- Orde 5

1
N=


2
x
nλ +1
a2

1
N=
(5 )(632 ,8 )
√ 20 2
( 4,2)2
+1

1
N=
3164
√ 400
17 , 64
+1

1
N=
1898, 4 √23 ,67
1
N=
(1898,4)( 4,86)
1
N=
9226 ,224
N=0 . 00010
Data ke III

JFT |15
Untuk X = 30 cm

- Orde 1

1
N=


2
x
nλ +1
a2

1
N=
(1 )(632, 8 )
√ 302
(2)2
+1

1
N=
632 , 8
√ 900
4
+1

1
N=
632 ,8 √ 226
1
N=
(632 ,8)(15 ,03 )
1
N=
9510 ,984
N=0 ,00010
- Orde 2

1
N=


2
x
nλ +1
a2

1
N=
(2 )(632, 8 )
302
(2,5 )2
+1

1
N=
1265 , 6
√ 900
6 ,25
+1

JFT |16
1
N=
1265, 6 √ 145
1
N=
(1265 ,6)(12,04)
1
N=
15237 ,824
N=0 ,0000065
- Orde 3

1
N=


2
x
nλ +1
a2

1
N=
(3 )(632 ,8 )
230 2
(3,4 )2 √
+1

1
N=
1898 ,4
√ 900
11 ,56
+1

1
N=
1898 ,4 √78,85
1
N=
(1898 ,4)(8,89 )
1
N=
16876 , 776
N=0 ,000059
- Orde 4

1
N=


2
x
nλ 2 +1
a
JFT |17
1
N=
( 4 )(632, 8 )
√ 302
(4 )2
+1

1
N=
2531 , 2
√ 900
16
+1

1
N=
2531 ,2 √ 57,25
1
N=
(2531,2)(7,56)
1
N=
19135 ,872
N=0 ,000052
- Orde 5

1
N=


2
x
nλ +1
a2

1
N=
(5 )(632 ,8 )
302
( 4,6)2 √
+1

1
N=
3164
√ 900
21 , 16
+1

1
N=
1898,4 √ 43 ,53
1
N=
(1898 ,4)(6,59)

JFT |18
1
N=
12510 , 456
N=0 ,000079
Data IV

Untuk X = 40 cm

- Orde 1

1
N=


2
x
nλ 2 +1
a

1
N=
(1 )(632, 8 )
40 2

(2,2)2
+1

1
N=
632 , 8
√ 1600
4 , 84
+1

1
N=
632 ,8 √ 331
1
N=
(632 ,8)(18 ,19)
1
N=
11510 ,631
N=0 ,000086
- Orde 2

1
N=


2
x
nλ +1
a2

JFT |19
1
N=
(2 )(632, 8 )
√ 402
(3 )2
+1

1
N=
1265 , 6
√ 1600
9
+1

1
N=
1265, 6 √ 178
1
N=
(1265,6)(13,34)
1
N=
16763 ,044
N=0 ,000059
- Orde 3

1
N=


2
x
nλ +1
a2

1
N=
(3 )(632 ,8 )
402
(3,8 )2
+1

1
N=
1898 , 4
√ 1600
14 ,44
+1

1
N=
1898, 4 √111
1
N=
(1898 ,4)(10 ,53)

JFT |20
1
N=
19990 ,152
N=0 ,000050
- Orde 4

1
N=


2
x
nλ +1
a2

1
N=
( 4 )(632, 8 )
√ 402
(4,5 )2
+1

1
N=
2531 , 2
√ 1600
20 ,25
+1

1
N=
2531 ,2 √80
1
N=
(2531 ,2)(8,9)
1
N=
22527 ,68
N=0 ,000044
- Orde 5

1
N=


2
x
nλ 2 +1
a

1
N=
(5 )(632 ,8 )
√ 402
(5 )2
+1

JFT |21
1
N=
3164
25 √
1600
+1

1
N=
1898 ,4 √65
1
N=
(1898,4)(8,06)
1
N=
15301 ,104
N=0 ,000065

Data V

Untuk X = 50 cm

- Orde 1

1
N=


2
x
nλ 2 +1
a

1
N=
(1 )(632, 8 )
502

(2,6 )2
+1

1
N=
632 , 8
√ 2500
6 , 76
+1

1
N=
632 , 8 √ 370
1
N=
(632,8)(19,23)

JFT |22
1
N=
12168 ,74
N=0 ,000082
- Orde 2

1
N=


2
x
nλ +1
a2

1
N=
(2 )(632, 8 )
√ 502
(3,4 )2
+1

1
N=
1265 ,6
√ 2500
11,56
+1

1
N=
1265 , 6 √ 217
1
N=
(1265 ,6)(14 ,73)
1
N=
18642 , 288
N=0 ,000053
- Orde 3

1
N=


2
x
nλ 2 +1
a

1
N=
(3 )(632 ,8 )
502
( 4,1)2
+1

JFT |23
1
N=
1898 ,4
√ 2500
16 ,81
+1

1
N=
1898 ,4 √149
1
N=
(1898 ,4)(12,20)
1
N=
23160 ,48
N =0 ,000043

- Orde 4

1
N=


2
x
nλ 2 +1
a

1
N=
( 4 )(632, 8 )
502

(4,8 )2
+1

1
N=
2531 ,2
√ 2500
23 , 04
+1

1
N=
2531, 2 √109
1
N=
(2531 ,2)(10 ,44)
1
N=
26425 , 72
N=0 ,000037

JFT |24
- Orde 5

1
N=


2
x
nλ 2 +1
a

1
N=
(5 )(632 ,8 )
502
(5,3 )2√+1

1
N=
3164
√ 2500
28 , 09
+1

1
N=
1898,4 √89,99
1
N=
(1898 ,4)(9,48 )
1
N=
17996 ,83
N=0 ,000055

JFT |25

Anda mungkin juga menyukai