e-mail: nuraulia0924@gmail.com
1.PENDAHULUAN
Cahaya (dan semua bentuk radiasi elektromagnetik yang lain) adalah suatu
bentuk yang fundamental dan ilmu fisika masih berusaha untuk memahaminya.
Pada tingkat yang dapat diamati, cahaya menunjukkan dua perilaku yang
tampaknya berlawanan, yang digambarkan secara kasar melalui model-model
gelombang dan partikel. Salah satu karakteristik cahaya sebagai gelombang
JFT |1
adalah cahaya dapat dilenturkan. Panjang gelombang yang sama atau lebih besar
daripada lebar suatu celah akan menyebar ke semua arah ke depan setelah
melewati celah. Hal inilah yang disebut dengan difraksi cahaya.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak pengaplikasian difraksi seperti,
analisis pembagian corak bentuk dari model biologi dan sel dengan analisis
Fourier pengukuran sebaran cahaya statis, aplikasi teori difraksi fraunhofer ke
disain detector yang bersifat spesifik, perhitungan resolusi pada teleskop, dan lain
sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas hal yang melatarbelakangi dilakukannya
percobaan ini yaitu untuk memahami jenis difraksi yang digunakan pada
percobaan difraksi laser, memahami konsep atau prinsip difraksi pada percobaan
difraksi laser, menentukan panjang gelombang cahaya sinar laser berdasarkan
peristiwa difraksi oleh kisi difraksi, dan menentukan diameter sebuah celah
lingkaran
Cahaya (dan semua bentuk radiasi elektromagnetik yang lain) adalah suatu
bentuk yang fundamental dan ilmu fisika masih berusaha untuk memahaminya.
Pada tingkat yang dapat diamati, cahaya menunjukkan dua perilaku yang
tampaknya berlawanan, yang digambarkan secara kasar melalui model-model
gelombang dan partikel (Frederick,dkk, 2006)
Para ahli telah lama mempelajari cahaya untuk mengetahui hakekatnya.
Pada mulanya, cahaya didefinisikan sebagai aliran partikel yang dipancarkan oleh
benda penghasil cahaya (sumber cahaya). Tetapi, penyelidikan lain menyatakan
bahwa cahaya adalah gelombang karena cahaya memiliki sifat-sifat seperti yang
dimiliki oleh gelombang. Pada akhirnya, mereka menyimpulkan bahwa kedua
teori di atas yaitu bahwa cahaya adalah materi yang merambat dan cahaya adalah
gelombang adalah benar (Nirsal, 2012)
Cahaya dapat mengalami difraksi dengan syarat cahaya tersebut melewati
celah sempit artinya ukuran panjang gelombang yang melewati celah lebih besar
dibandingkan dengan lebar celah. Jika suatu cahaya dengan panjang gelombang λ
pada suatu celah sempit d, dimana d < λ, maka cahaya tersebut mengalami
difraksi atau cahaya melentur itu dapat dapat terdeteksi adanya penyimpangan
JFT |2
sinar sebesar θ dari arah semula dan pada layar akan terlihat pola interferensi
terang/maksimum (Khofifuddin, 2017)
Dalam peristiwa difraksi dikenal suatu kisi difraksi yang terdiri atas
sebaris celah sempit yang saling berdekatan dalam jumlah banyak. Kisi difraksi
biasanya digunakan untuk menentukan panjang gelombang cahaya. Kisi difraksi
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur panjang gelombang yang terdiri
atas banyak celah sempit dengan jarak sama pada permukaan datar
(Sri Wahyuni,dkk, 2017)
Kisi difraksi banyak digunakan untuk mengukur panjang gelombang
cahaya. Pengukuran dilakukan dengan melewatkan cahaya pada kisi difraksi yang
sudah diketahui jarak antar celah kisinya. Hubungan antara jarak antar celah kisi
difraksi, panjang gelombang dan sudut difraksi untuk berbagai orde. Hubungan ini
berlaku untuk sinar yang datang secara tegak lurus terhadap kisi difraksi atau sinar
dengan sudut datang sama dengan nol. Hal ini ditunjukkan dalam gambar yang
menyertai perumusannya, akan tetapi penjelasannya tidak dinyatakan secara tegas.
Oleh karena itu pengukuran-pengukuran yang berdasar pada hubungan tersebut,
harus memenuhi persyaratan sudut datang sama dengan nol (Santosa, 2012).
Atau (1)
dp
=nλ
l
JFT |3
Keterangan : k = konstanta kisi
n = orde kisi
Laser mempunyai sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh sumber cahaya lain.
koherensi. Laser He-Ne merupakan jenis laser gas yang ditimbulkan oleh molekul
dan atom netral. Laser ini dapat berosilasi pada panjang gelombang 0,633 µm,
1,15 µm (laser gas yang pertama kali berosilasi), dan 3,39 µm (Handayani, 2014).
2. METODE PERCOBAAN
JFT |4
Waktu dan tempat dilakukannya percobaan ini adalah pada hari Jumat
tanggal 21 November 2020, pukul 11.25-12.30 WITA, di Laboratorium Optik
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini laser He-Ne, Kisi, Rel
Presisi, Layar dan Mistar.
Prosedur kerja pada percobaan ini adalah :
1. Memasang laser pada rel presisi.
2. Memasang kisi.
3. Mengatur jarak kisi dan layar.
4. Menyalakan laser dan mengamati pola gelap terang.
5. Mencatat kedudukan pola gelap terang.
6. Mencatat pengaruh jarak dengan mengubah jarak kisi dengan layar.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Hasil pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1 : Hasil Pengamatan
Jarak terang pusat
X (cm) Orde ke n terhadap terang ke-n (cm)
Kanan Kiri
1 1 1
2 1,7 1,7
10 3 2,3 2,3
4 3 3
5 3,8 3,8
1 1,5 1,5
2 2,1 2,1
20 3 3,1 3,1
4 3,6 3,4
5 4,2 4,2
30 1 2,0 2,0
2 2,5 2,5
3 3,4 3,4
4 4,0 4,0
JFT |5
5 4,6 4,6
1 2,2 2,2
2 3,0 3,0
40 3 3,8 3,8
4 4,5 4,5
5 5,0 5,0
1 2,6 2,6
2 3,4 3,4
50 3 4,1 4,1
4 4,8 4,8
5 5,3 5,3
JFT |6
2 3,0 3,0 0,000059 0,000059
3 3,8 3,8 0,000050 0,000050
4 4,5 4,5 0,000040 0,000040
5 5,0 5,0 0,000065 0,000065
1 2,6 2,6 0,000082 0,000082
2 3,4 3,4 0,000053 0,000053
50 3 4,1 4,1 0,000043 0,000043
4 4,8 4,8 0,000037 0,000037
5 5,3 5,3 0,000055 0,000055
JFT |7
1
N=
√
2
x
nλ +1
a2
Keterangan :
n = orde
x = jarak dari kisi ke layar (cm)
a = jarak terang pusat terhadap terang ke-n (cm)
λ = panjang gelombang He-Ne
N = konstanta kisi difraksi
Semakin besar antara jarak kisi ke layar maka semakin besar pula jarak
antara pola terang ke pusat.
5. SARAN
Saran pada percobaan ini adalah sebaiknya jenis kertas yang digunakan
pada layar adalah kertas bergaris yang sudah memilkii nilai ukur pada kertas agar
lebih mudah menetukan jaran atau ukuran gelap terang cahaya dengan mudah dan
cepat
6.DAFTAR PUSTAKA
JFT |8
Sri Wahyuni, Arum Prabawani. 2017. Kisi Difraksi dengan Menggunakan Batang
Talas (Colocasia Esculenta). Unnes Physics Journal. Vol 6 No.1 Hal 74-77
LAMPIRAN DATA
Data ke I
Untuk X = 10 cm
- Orde 1
1
N=
√
2
x
nλ +1
a2
1
N=
√
2
10
(1 )(632, 8 ) 2 +1
1
1
N=
632 , 8
√ 101
1
1
N=
632 ,8 √101
JFT |9
1
N=
(632,8)(10,04)
1
N=
6353 , 312
N=0 ,00015
- Orde 2
1
N=
√
2
x
nλ 2 +1
a
1
N=
(2 )(632, 8 )
102
(1,7 )2√+1
1
N=
1265 , 6
√ 100
2 , 89
+1
1
N=
1265 ,6 √ 35 ,60
1
N=
(1265 ,6)(5 ,96)
1
N=
7542 ,976
N=0 ,00013
- Orde 3
1
N=
√
2
x
nλ +1
a2
JFT |10
1
N=
(3 )(632 ,8 )
√ 102
(2,3 )2
+1
1
N=
1898 , 4
√ 100
5 , 29
+1
1
N=
1898 ,4 √19,90
1
N=
(1898,4)( 4,46 )
1
N=
8466 ,864
N=0 . 00011
- Orde 4
1
N=
√
2
x
nλ +1
a2
1
N=
( 4 )(632, 8 )
102
(3 )2
+1
√
1
N=
2531 , 2
√ 100
9
+1
1
N=
2531,2 √12,11
1
N=
(2531 ,2)(3,47 )
JFT |11
1
N=
8783 ,264
N=0 ,00011
- Orde 5
1
N=
√
2
x
nλ +1
a2
1
N=
(5 )(632 ,8 )
√ 102
(3,8 )2
+1
1
N=
3164
√ 100
14 , 4
+1
1
N=
1898,4 √7,92
1
N=
(1898 ,4)(2,81)
1
N=
5334 ,504
N=0 . 00018
Data ke II
Untuk X = 20 cm
- Orde 1
1
N=
√
2
x
nλ 2 +1
a
JFT |12
1
N=
(1 )(632, 8 )
√ 202
(1,5)2
+1
1
N=
632 , 8
√ 200
3
+1
1
N=
632 ,8 √ 67,66
1
N=
(632 ,8)(8 ,22)
1
N=
5201 ,616
N=0 ,00019
- Orde 2
1
N=
√
2
x
nλ +1
a2
1
N=
(2 )(632, 8 )
202
(2,1)2
+1
√
1
N=
1265 ,6
√ 400
4 ,41
+1
1
N=
1265,6 √ 91,70
1
N=
(1265 ,6)(9 ,57)
JFT |13
1
N=
12111 ,792
N=0 ,000082
- Orde 3
1
N=
√
2
x
nλ +1
a2
1
N=
(3 )(632 ,8 )
√ 20 2
(3,1 )2
+1
1
N=
1898 , 4
√ 400
9, 61
+1
1
N=
1898 ,4 √ 42,62
1
N=
(1898 ,4)(6,52)
1
N=
12377 ,568
N=0 ,000080
- Orde 4
1
N=
√
2
x
nλ 2 +1
a
1
N=
( 4 )(632, 8 )
202
(3,6 )2 √
+1
JFT |14
1
N=
2531 , 2
√ 400
12 , 96
+1
1
N=
2531 ,2 √ 31,86
1
N=
(2531 ,2)(5,64)
1
N=
14275 , 968
N=0 ,000070
- Orde 5
1
N=
√
2
x
nλ +1
a2
1
N=
(5 )(632 ,8 )
√ 20 2
( 4,2)2
+1
1
N=
3164
√ 400
17 , 64
+1
1
N=
1898, 4 √23 ,67
1
N=
(1898,4)( 4,86)
1
N=
9226 ,224
N=0 . 00010
Data ke III
JFT |15
Untuk X = 30 cm
- Orde 1
1
N=
√
2
x
nλ +1
a2
1
N=
(1 )(632, 8 )
√ 302
(2)2
+1
1
N=
632 , 8
√ 900
4
+1
1
N=
632 ,8 √ 226
1
N=
(632 ,8)(15 ,03 )
1
N=
9510 ,984
N=0 ,00010
- Orde 2
1
N=
√
2
x
nλ +1
a2
1
N=
(2 )(632, 8 )
302
(2,5 )2
+1
√
1
N=
1265 , 6
√ 900
6 ,25
+1
JFT |16
1
N=
1265, 6 √ 145
1
N=
(1265 ,6)(12,04)
1
N=
15237 ,824
N=0 ,0000065
- Orde 3
1
N=
√
2
x
nλ +1
a2
1
N=
(3 )(632 ,8 )
230 2
(3,4 )2 √
+1
1
N=
1898 ,4
√ 900
11 ,56
+1
1
N=
1898 ,4 √78,85
1
N=
(1898 ,4)(8,89 )
1
N=
16876 , 776
N=0 ,000059
- Orde 4
1
N=
√
2
x
nλ 2 +1
a
JFT |17
1
N=
( 4 )(632, 8 )
√ 302
(4 )2
+1
1
N=
2531 , 2
√ 900
16
+1
1
N=
2531 ,2 √ 57,25
1
N=
(2531,2)(7,56)
1
N=
19135 ,872
N=0 ,000052
- Orde 5
1
N=
√
2
x
nλ +1
a2
1
N=
(5 )(632 ,8 )
302
( 4,6)2 √
+1
1
N=
3164
√ 900
21 , 16
+1
1
N=
1898,4 √ 43 ,53
1
N=
(1898 ,4)(6,59)
JFT |18
1
N=
12510 , 456
N=0 ,000079
Data IV
Untuk X = 40 cm
- Orde 1
1
N=
√
2
x
nλ 2 +1
a
1
N=
(1 )(632, 8 )
40 2
√
(2,2)2
+1
1
N=
632 , 8
√ 1600
4 , 84
+1
1
N=
632 ,8 √ 331
1
N=
(632 ,8)(18 ,19)
1
N=
11510 ,631
N=0 ,000086
- Orde 2
1
N=
√
2
x
nλ +1
a2
JFT |19
1
N=
(2 )(632, 8 )
√ 402
(3 )2
+1
1
N=
1265 , 6
√ 1600
9
+1
1
N=
1265, 6 √ 178
1
N=
(1265,6)(13,34)
1
N=
16763 ,044
N=0 ,000059
- Orde 3
1
N=
√
2
x
nλ +1
a2
1
N=
(3 )(632 ,8 )
402
(3,8 )2
+1
√
1
N=
1898 , 4
√ 1600
14 ,44
+1
1
N=
1898, 4 √111
1
N=
(1898 ,4)(10 ,53)
JFT |20
1
N=
19990 ,152
N=0 ,000050
- Orde 4
1
N=
√
2
x
nλ +1
a2
1
N=
( 4 )(632, 8 )
√ 402
(4,5 )2
+1
1
N=
2531 , 2
√ 1600
20 ,25
+1
1
N=
2531 ,2 √80
1
N=
(2531 ,2)(8,9)
1
N=
22527 ,68
N=0 ,000044
- Orde 5
1
N=
√
2
x
nλ 2 +1
a
1
N=
(5 )(632 ,8 )
√ 402
(5 )2
+1
JFT |21
1
N=
3164
25 √
1600
+1
1
N=
1898 ,4 √65
1
N=
(1898,4)(8,06)
1
N=
15301 ,104
N=0 ,000065
Data V
Untuk X = 50 cm
- Orde 1
1
N=
√
2
x
nλ 2 +1
a
1
N=
(1 )(632, 8 )
502
√
(2,6 )2
+1
1
N=
632 , 8
√ 2500
6 , 76
+1
1
N=
632 , 8 √ 370
1
N=
(632,8)(19,23)
JFT |22
1
N=
12168 ,74
N=0 ,000082
- Orde 2
1
N=
√
2
x
nλ +1
a2
1
N=
(2 )(632, 8 )
√ 502
(3,4 )2
+1
1
N=
1265 ,6
√ 2500
11,56
+1
1
N=
1265 , 6 √ 217
1
N=
(1265 ,6)(14 ,73)
1
N=
18642 , 288
N=0 ,000053
- Orde 3
1
N=
√
2
x
nλ 2 +1
a
1
N=
(3 )(632 ,8 )
502
( 4,1)2
+1
√
JFT |23
1
N=
1898 ,4
√ 2500
16 ,81
+1
1
N=
1898 ,4 √149
1
N=
(1898 ,4)(12,20)
1
N=
23160 ,48
N =0 ,000043
- Orde 4
1
N=
√
2
x
nλ 2 +1
a
1
N=
( 4 )(632, 8 )
502
√
(4,8 )2
+1
1
N=
2531 ,2
√ 2500
23 , 04
+1
1
N=
2531, 2 √109
1
N=
(2531 ,2)(10 ,44)
1
N=
26425 , 72
N=0 ,000037
JFT |24
- Orde 5
1
N=
√
2
x
nλ 2 +1
a
1
N=
(5 )(632 ,8 )
502
(5,3 )2√+1
1
N=
3164
√ 2500
28 , 09
+1
1
N=
1898,4 √89,99
1
N=
(1898 ,4)(9,48 )
1
N=
17996 ,83
N=0 ,000055
JFT |25