Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional,


yang pada hakekatnya merupakan upaya untuk menyelenggarakan kesehatan bagi bangsa
Indonesia guna mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk. RSUD Dr.
Soetomo Surabaya mempunyai peranan penting didalam memajukan pembangunan
kesehatan Nasional, salah satunya melalui pengembangan ilmu dan tehnologi kedokteran
sehingga dapat menjadi rumah sakit yang terkemuka didalam pelayanan, pendidikan dan
penelitian. Seiring dengan hal tersebut maka di RSUD Dr. Soetomo Surabaya telah lama
mengembangkan tehnik penyembuhan penyakit melalui tehnik transplantasi. Transplantasi
yang dimaksud adalah transplantasi jaringan biologi / jaringan tubuh manusia. Jaringan
biologi tersebut berasal dari jaringan manusia yang didermakan oleh donor hidup maupun
donor jenazah yang bebas dari berbagai penyakit menular dan virus. Sebagai contoh jaringan
biologi adalah jaringan amnion.
Ancaman kecacatan merupakan problem yang sangat menonjol didalam kehidupan
masyarakat Indonesia pada umumnya. Pada kasus luka bakar, kita dihadapkan dengan
kecacatan yang biasa ditimbulkan atau yang harus dihindari. Ini merupakan masalah yang
sangat besar. Kecacatan akibat luka bakar ada yang berdampak fisik berupa kontraktur,
dimana anggota gerak mengalami kesulitan untuk dipergunakan bekerja sehingga terjadi
cripple. Selain itu juga ada kecacatan yang berupa penampakan yang jelek sehingga
penderita menjadi minder, mengundurkan diri dari pergaulan dan mengalami depresi. Oleh
karena itu penting kiranya dilakukan tindakan untuk pencegahan kecacatan yang
berkelanjutan pada penderita luka bakar.
Statistik menunjukkan bahwa 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah
tangga, 20 % kecelakaan kerja dan sisanya 20% karena sebab lainnya, misalnya bus
terbakar, bom, gunung meletus.
Berbagai terapi dikembangkan untuk bisa mempercepat penyembuhan luka pada
kasus luka bakar khususnya luka bakar derajat 2, dengan berbagai bahan yang berfungsi
mempertahankan suasana optimal untuk epitealisasi atau bahkan sebagai pengganti kulit
(skin substitute) yang bisa merangsang pembentukan epitel.
Luka pada luka bakar secara tradisional dirawat dengan menggunakan tulle dan
krim silver sulfadiazin, yang kemudian perlu ditutup dengan kasa yang tebal untuk
mengurangi proses evaporasi dan membantu sehingga proses re-epitelialisasi komplit cepat
tercapai. Namun cara ini sangat tidak ideal, karena bebat akan sangat tebal yang akan
membatasi mobilisasi pasien juga sering menyebabkan nyeri dan trauma baru pada
permukaan luka saat dilepas.
Terdapat beberapa bahan yang dikembangkan untuk perawatan luka bakar, yang
diharapkan memenuhi kriteria idealnya, yaitu mempercepat waktu penyembuhan luka, tidak
menimbulkan nyeri selama perawatan luka maupun saat penggantian balut, serta
meminimalkan kemungkinan terbentuknya parut hipertropik pada akhir penyembuhan.
Amnion merupakan salah satu biologic dressing yang juga mempunyai beberapa
keuntungan yaitu mempertahankan suasana moist pada luka, sebagai mechanical protection,
dan bacteria barrier.
Amnion adalah jaringan yang berasal dari lapisan selaput plasenta ibu yang
melakukan persalinan dan kemudian disumbangkan ke bank jaringan. Selaput plasenta
mempunyai 2 lapisan yaitu amnion dan chorion. Amnion mempunyai ketebalan antara 0,02-
0,4 mm dan terdiri dari 5 lapisan, yaitu epithelium, basement membrane, compact layer,
fibroblast layer, spongy layer. Sedangkan chorion terdiri dari 4 lapisan, yaitu cellulose,
basement membrane dan trophoblast.
Amnion mengandung substansi biologis aktif berupa faktor angiogenetik, faktor
pertumbuhan, immunoglobulin, alantoin dan lyzozyme.

Sejarah
Pada tahun 1990 untuk pertama kalinya dr.Abdurahman, SpOT (Alm) mendirikan
tempat penyimpanan human fresh frozen dengan bermodalkan 1 unit freezer biasa dengan
suhu -200 C, beliau menamakan tempat penyimpanan tersebut :“Bone Bank” Dr. Soetomo.
Pada tahun 1992, pertama kalinya di Indonesia dilakukan operasi penggantian tulang kering
fresh frozen tibia secara massive yang berasal dari donor orang lain terhadap seorang anak
penderita tumor tulang pada kakinya. Operasi tersebut berhasil dengan baik dan telah di
publikasikan secara nasional maupun internasional. Tonggak bersejarah tersebut kemudian
mengawali keberhasilan – keberhasilan operasi pemakaian tulang allograft yang lainnya.
Kemudian RSUD Dr. Seotomo menyediakan ruangan khusus dan peralatan baru,
sehingga nama Bone Bank diganti dengan Pusat Biomaterial – Bank Jaringan “Dr Soetomo”
pada tanggal 17 Oktober 2000. Selanjutnya institusi ini terus menggembangkan diri serta
mendapatkan peralatan – peralatan yang canggih sehingga produk yang dihasilkannya pun
semakin banyak. Disamping itu permintaan dan pemakaian produknya pun juga semakin
luas, tidak hanya di lingkungan RSUD Dr. Seotomo saja.
Pada tanggal 29 September 2006, melalui SK Direktur RSUD Dr.Soetomo
No.188.4/8836/304/2006, unit ini ditetapkan sebagai Instalasi Pusat Biomaterial – Bank
Jaringan RSUD Dr.Soetomo merupakan satu – satunya instalasi penunjang kesehatan di
Indonesia yang mampu menyediakan jaringan biologis secara komprehensif untuk
pelayanan rekonstruksi kerusakan jaringan. Selain itu Pusat Biomaterial – Bank Jaringan
RSUD Dr.Seotomo merupakan acuan yang dipakai oleh Departemen Kesehatan untuk
pembuatan kebijakan di bidang transplantasi jaringan.

1.2 BATASAN DAN DEFINISI


Dalam penulisan makalah ini diperlukan pemahaman istilah maupun definisi yang
digunakan penulis sehingga diharapkan dapat memberikan pengertian sejelas-sejelasnya
kepada para pembaca.
Biomaterial adalah material yang berasal dari bahan alam maupun sintesis yang
telah diproses yang digunakan untuk mengganti atau memperkuat fungsi jaringan atau organ
(American Academic of orhopaedic Society, 2001)
Adapun kriteria biomaterial adalah :
a. Biokompatibel dan menstimulasi penyembuhan
b. Inkorporasi dan perlahan-lahan diserap oleh tubuh
c. Inkorporasi dan mempunyai kekuatan mekanik
d. Tahan terhadap korosi dan degradasi
e. Tahan terhadap keausan.
Graft adalah jaringan dari donor yang akan ditransplantasikan. Jaringan ini dapat berasal
dari penderita tersebut (autograft), berasal dari orang lain (allograft), serta yang berasal dari
spesies lain / hewan (xenograft).
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN

1. Memaparkan definisi dari freeze dried amniotic membran


2. Memaparkan sumber donor dari freeze dried amniotic membran
3. Memaparkan proses dari freeze dried amniotic membran
4. Memaparkan aplikasi freeze dried amniotic membran
5. Memaparkan penelitian yang berhubungan dengan penggunaan freeze dried amniotic
membran
6. Memaparkan produksi dan pemakaian freeze dried amniotic membran
BAB III
DONOR AMNIOTIC MEMBRAN

3.1 SUMBER DONOR


Jenis donor yang dapat digunakan dalam transplantasi jaringan apada prinsipnya terbagi
dalam 2 jenis:
1. Donor Meninggal
Dimana pada jenis donor ini berbagai macam jenis jaringan bisa diambil sesuai
dengan wasiat donor.
2. Donor Hidup
Pada donor hidup, jaringan yang digunakan berasal dari traumatis amputasi,
tulang sisa operasi dan amniotic membrane.
Selaput amnion berasal dari selaput plasenta ibu yang melakukan persalinan dan kemudian
disumbangkan ke Bank Jaringan.

3.2 SYARAT DONOR


Seleksi donor dilakukan dengan menggunakan skrening yang ketat dan akurat
dengan tujuan agar mendapatkan sumber donor yang aman dan berkualitas. Kelayakan
donor yang akan dipergunakan sebagai sumber allograft ditentukan berdasarkan riwayat
medis dan perilaku, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
Kandidat donor jaringan tubuh harus mempunyai riwayat medis dan perilaku yang terbebas
dari :
 Riwayat Hepatitis virus kronis.
 Hepatitis virus yang aktif atau jaundice dengan sebab yang tidak diketahui.
 Riwayat, bukti klinis, kecurigaan, atau bukti laboratoris infeksi HIV.
 Faktor resiko terhadap HIV, HBV dan HCV yang diketahui dari pola hidup.
 Menderita atau dicurigai menderita penyakit saraf degeneratif yang diakibatkan
kemungkinan berasal dari infeksi, termasuk dementia (Alzheimer, Creutzfeltd-Jacob
Disease, riwayat keluarga Creutfeltd-Jacob Disease, dan Multiple sklerosis).
 Mendapat pengobatan dengan terapi hormon derivat kelenjar pituitari (growth hormone),
adanya riwayat mengalami duramater allograft, termasuk pembedahan intrakranial yang
tidak spesifik.
 Menderita septikemia dan penyakit virus atau mikosis sistemik atau tuberkulosis aktif
pada saat pengambilan jaringan.
 Riwayat atau sedang menderita penyakit keganasan. Perkecualian adalah Basal Cell
Carcinoma primer pada kulit yang telah dibuktikan secara histologist dan Tumor otak
primer yang tidak metastase.
 Riwayat penyakit connective tissue (Systemic Lupus Erythematous dan Rheumatoid
arthritis) atau mendapat pengobatan imunosupresan.
 Mendapat paparan bahan-bahan toksik yang menimbulkan dosis toksis atau kerusakan
jaringan (misal sianida, logam, merkuri dan emas).
 Ditemukannya bukti infeksi pada daerah donor.
 Kematian yang penyebabnya tidak diketahui.
Pada pemeriksaan fisik, apabila ditemukan kondisi di bawah ini harus mendapat perhatian
khusus :
Luka terinfeksi
Tato
Ulkus dekubitus
Abses
Tanda-tanda tusukan jarum yang multiple
Tumor
Limfadenopati
Pengambilan sampel darah dilakukan tidak lebih dari 7 hari sebelum pengambilan jaringan.
Sampel darah dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan :
 Darah Lengkap
 Human Immunodeficiency Virus Antibodies (Anti-HIV1, Anti-HIV2)
 Hepatitis B Virus Surface Antigen (HBs-Ag)
 Hepatitis C Virus Antibodies (Anti-HCV)
 Syphilis : non spesifik (VDRL) atau spesifik (TPHA)
 Kultur dari swab atau potongan kecil sampel
Hasil pemeriksaan bersifat sangat rahasia dan dikirim langsung ke bank jaringan. Sebagian
sampel darah disarankan disimpan untuk pemeriksaan dikemudian hari bila diperlukan.
Pemeriksaan darah ulang untuk HIV dan HCV pada donor hidup dilakukan dengan interval
waktu 3 bulan.
Untuk mengurangi resiko penularan penyakit dari donor kepada resipien, catatan medis
donor diperiksa sesuai dengan kriteria eksklusi oleh staf medis yang menandatangani
formulir persetujuan. Bila ada penemuan positif pada test yang dilakukan maka donor
didiskualifikasi.

*Formulir Persetujuan
Pada kandidat donor potensial dilakukan konseling. Konseling ini meliputi penandatanganan
formulir persetujuan untuk donor jaringan, juga persetujuan dilakukan pemeriksaan darah
untuk HIV.

3.3 PENGAMBILAN JARINGAN


Setelah surat persetujuan diperoleh, maka dilakukan pengambilan jaringan. Setiap
pengambilan jaringan harus dilakukan secara steril sesuai dengan prinsip pembedahan.
3.4 PENYIMPANAN JARINGAN
Jaringan yang telah didapat dimasukkan di freezer karantina. Setelah 6 bulan
dilakukan pemeriksaan lagi terhadap darah donor. Bila telah dinyatakan lolos dari penyakit
akibat bakteri dan virus, maka jaringan tersebut disimpan dalam freezer penyimpanan
dengan suhu -830C.
BAB IV
FREEZE DRIED AMNIOTIC MEMBRAN

4.1 DEFINISI AMNIOTIC MEMBRAN


Amniotic Membrane (selaput amnion) disebut juga membran fetus, terdiri dari 2
membran jaringan penunjang yaitu amnion dan chorion. Amnion merupakan lapisan dalam
yang tipis, kuat dan mengkilat, terdiri atas sel-sel pipih dan kuboid serta jaringan penunjang
mesenkim. Sedangkan chorion merupakan lapisan terluar yang lebih padat dan tebal. (M.
Sjaifuddin Noer, 2001)
Amniotic membrane sering dipakai dalam aplikasi klinis karena memiliki sifat
antiadesif, bakteriostatik, antiangiogenesis, antiinflamasi, antisikatrik, melindungi
luka,mengurangi nyeri, dan mempunyai efek reepitelisasi. (Hennerbicchler, et al 2007;
Parolini et al, 2008. Karakteristik yang unik dan menguntungkan dari amnion tersebut tidak
lepas dari komponen matriks ekstraseluler yang dimilikinya. Amniotic membran diketahui
mengandung kolagen tipe I, III, IV, V, VI, fibronectin, nidogen, proteoglikan, hialuronan
dan laminin. Disamping itu amniotic membran juga mengandung berbagai macam growth
factor, antara lain :
a. Epidermal Growth Factor (EGF)
b. Transforming Growth Factor (TGF)-α, TGF-β1. TGF-β2, TGF-β3
c. Keratinocyte Growth Factor (KGF)
d. Hepatocyte Growth Factor (HGF), Fibroblas Growth Factor (bFGF)
(Koizumi et al, 2000 ; Dua et al, 2004 ; Gomes et al, 2005, Niknejad et al, 2008)

Amniotic membran merupakan salah satu bahan perawatan luka. Sebagai material biologis,
bahan ini semakin banyak digunakan pada kasus trauma dermis seperti ulkus, luka bakar,
sores, donor STG dan lain –lain (Lawrence, 2003). Penggunaan amniotic membrane dapat
mempertahankan suasana moist pada luka dermis sehingga proses epitelisasi bisa tercapai
dan memperkecil kemungkinan kontaminasi kuman karena efek barier terhadap bekteri.
4.2 FRESH DRIED AMNIOTIC MEMBRAN
Amniotic Membrane yang dipakai sebagai biomterial memerlukan perlakuan khusus
sebelum digunakan. Hal ini berhubungan dengan resiko keamanannya sebagimana umum
terjadi pada transplantasi jaringan atau organ lainnya. Berdasarkan proses preparasi dan cara
penyimpanannya, membran amnion terbagi menjadi dua yaitu tanpa preservasi (segar) dan
dengan preservasi (kering beku).
Freeze dried amniotic membrane semakin banyak diproduksi dengan alasan
efisiensi, hal ini disebabkan karena sulitnya menyediakan membran amnion dalam bentuk
segar. Padahal dalam penggunaan klinis, idealnya membran amnion harus steril, mudah
diperoleh, mudah didistribusikan dan dapat disimpan dalam waktu lama tanpa adanya
perubahan. Salah satu bentu preservasi amnion yang dianggap bisa mengatasi masalah
tersebut adalah membran amnion dalam bentuk kering beku /Fresh Dried Amniotic
Membran. (Nakamura et al, 2004 ; Sangwan et al, 2007 ; Yan-Hong dan Hong-Guang, 2007)

4.3 PROSESING FREEZE DRIED AMNIOTIC MEMBRAN


Prosesing hanya dimulai setelah seluruh hasil pemeriksaan darah yang dilakukan
hasilnya negatif. Setiap langkah dalam prosesing harus dicatat. Setelah seluruh proses
prosesing selesai, sebelum pengemasan dilakukan tes swab atau sebagian jaringan diambil
untuk pemeriksaan mikrobiologis. Nomor batch dicatat dari seluruh siklus prosesing.
Seluruh prosesing dilakukan dalam kondisi steril, dan setiap langkah dari prosesing
harus dicatat dalam buku log. Pada akhir proses prosesing sebelum pengepakan diambil
contoh jaringan dan larutan NaCl fisiologis dari pencucian terakhir untuk pemeriksaan
mikrobiologis.
Amniontic Membran terlebih dahulu dibersihkan dari sisa darah (gambar 4.1),
kemudian direndam dalam larutan sodium hipoklorit 0,05% selama 10 menit. Kemudian
amnion membran dimasukan ke dalam water bath shaker yang telah diisi dengan larutan
NaCl fisiologis steril dalam suhu kamar. Larutan NaCl fisiologis steril diganti setiap 15
menit sebanyak 10 kali. Larutan NaCl fisiologis terakhir diambil sedikit untuk contoh
pemeriksaan mikrobilogis (gambar 4.2)

Gambar 4.1. Pembersihan selaput amnion dari sisa darah (Dokumentasi Bank Jaringan, 2010)

Gambar 4.2 . Pembilasan amnion dengan larutan sodium hipoklorit dan larutan NaCl fisiologis
(Dokumentasi Bank Jaringan, 2010)

Amniotic membran yang telah dicuci diregangkan dan diletakkan diatas kasa steril
dengan sisi korion menghadap ke kasa, kemudian dipotong sesuai dengan ukuran yang
diinginkan. Proses ini dilakukan didalam laminar air flow cabinet. Amniotic membran
kemudian diletakkan dalan tray steril dan disimpan dalam deep-freezer selama 24 jam
sebelum dilakukan freeze-drying.
Sebelum proses dimulai kamar pengeringan dibersihkan dengan alkohol 70%
kemudian didinginkan sampai suhu -400 C. Freeze-drying dilakukan sampai 6 jam sehingga
kandungan air amnion membran lebih kurang 10%.

Gambar 4.3 . Proses Freeze dried dan Pengepakan Produk Amnion Membrane
(Dokumentasi Bank Jaringan, 2010)

Segera setelah dilakukan freeze-drying, amnion dibungkus dengan tiga lapis plastik
polyethylene. Label yang berisi keterangan lengkap tentang graft ditempatkan 1 lapis
sebelum bungkusan terakhir, diantara lapisan kedua dan ketiga. Sedangkan leaflet atau
keterangan lengkap tentang graft diletakan terpisah. Seluruh proses pengepakan dilakukan
didalam laminar air flow cabinet, kemudian dilakukan penutupan dengan vaccum sealer.
Label berisi data lengkap tentang graft yaitu: nama, alamat, telpon / fax dari bank jaringan;
jenis graft; nomor batch; nomor donor; nomor graft; ukuran graft; tanggal sterilisasi; jenis
sterilisasi; tanggal kadaluarsa; rekomendasi penyimpanan dan informasi tambahan berupa
peringatan kalau kemasan rusak, jaringan tidak dapat digunakan (Gambar 4.3)

Gambar 4.4 Produk amnion dalam kemasan steril (Dokumantasi Bank Jaringan, 2010)

Sterilisasi dilakukan dengan cara radiasi sinar gamma yang dilakukan di BATAN.
Sterilisasi radiasi adalah suatu proses sterilisasi dengan memaparkan produk pada sinar
gamma atau elektron berenergi tinggi, baik dalam kemasan tunggal atau curah selama waktu
yang terhingga sehingga dapat dicapai Sterilization Assurance level ( SAL ) 10 – 6. Pada
proses ini tidak menaikkan suhu produk atau lingkungannya dan proses tidak menaikkan
radio aktifitas produk yang di radiasi.

4.4 PELEPASAN PRODUK FREEZE DRIED AMNIOTIC MEMBRAN

Untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan telah sesuai dengan standard yang
diterapkan maka dilakukan suatu prose validasi yang meliputi : pemeriksaan kadar air,
pemeriksaan bakteriologis dan dokumentasi.
Semua catatan dan dokumen dari saat proses pemeriksaan penyaring, kontrol
kualitas, dan prosesing diperiksa kelengkapannya dan harus dapat diurut serta memenuhi
kriteria kualitas. Diperiksa kembali apakah pengepakan telah sempurna dan tidak ada
kerusakan isi, serta juga diteliti kembali kelengkapan label dan waktu kadaluarsa. Indikator
sterilisasi diperiksa perubahan warnanya untuk memastikan telah dilakukan sterilisasi. Bila
semua kriteria telah dipenuhi, graft siap untuk didistribusikan.
Setiap graft yang telah memenuhi kriteria atau tidak harus dicatat dalam formulir
prosesing dan ditandatangani oleh personil yang bertanggung jawab.
Nomor batch, donor, dan graft, serta tipe dan ukuran graft dicatat dalam lembar data
pengiriman. Graft disimpan pada tempat yang sesuai.
Graft yang akan digunakan dilepas oleh personil yang bertanggung jawab. Formulir
resipien dan instruksi pemakaian disertakan pada setiap pengiriman graft. Formulir resipien
harus diisi dengan lengkap dan dikembalikan ke bank jaringan setelah operasi. Graft yang
dikembalikan kembali ke bank jaringan hanya bisa diterima bila telah ada pembicaraan
sebelumnya.
4.5 DISTRIBUSI FREEZE DRIED AMNIOTIC MEMBRAN
Hasil / produk dari Bank jaringan dikemasan dengan 3 lapisan polyethylene yang
baik sehingga memungkinkan untuk dapat dikirim baik melalui kurir, titipan kilat, pos dan
lain sebagainya.
BAB V
APLIKASI PENGGUNAAN FREEZE DRIED AMNIOTIC MEMBRAN

5.1 APLIKASI FREEZE DRIED AMNIOTIC MEMBRAN


Sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan Indonesia bagian timur, RSUD Dr.
Soetomo Surabaya banyak menerima rujukan kasus trauma. Sekitar 10% diantaranya kasus
kasus trauma tersebut adalah kasus luka bakar. Selama lima tahun terakhir, kasus luka bakar
menunjukkan angka yang semakin meningkat (tabel 4.4).
Tabel 4.4. Jumlah Kasus Luka Bakar di RSUD Dr. Soetomo
Tahun Jumlah Kasus
2006 283
2007 304
2008 251
2009 267
2010 311
(Data SMF Bedah Plastik, 2010)

Amnion pertama kali digunakan dalam perawatan luka bakar pada tahun 1913.
Beberapa tahun kemudian banyak dilaporkan kegunaan amnion sebagai temporary
biological dressing dalam kasus selain luka bakar, seperti defek dinding perut, luka pada
mulut dan luka terbuka lainnya (gambar 5.1)

Gambar 5.1 Aplikasi amnion pada luka

Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya, amnion dipergunakan untuk
perawatan luka pada luka donor skin graft, perawatan luka bakar derajat 2, perawatan luka
kronis, perawatan ulkus dekubitus, perawatan luka terbuka lainnya, rekonstruksi permukaan
conjunctiva dan rekonstruksi vagina (gambar 5.2, gambar 5.3, gambar 5.4).
Gambar 5.2. Perawatan luka kronis dengan menggunakan amnion.

Gambar 5.3. Perawatan luka bakar derajat 2 dengan menggunakan amnion.

Gambar 5.4. Perawatan ulkus dekubitus dengan menggunakan amnion

Amnion mempunyai manfaat untuk mengurangi jumlah bakteri pada luka,


mengurangi kehilangan cairan pada luka, mempercepat penyembuhan luka, melindungi
pertumbuhan epitel pada luka, melekat erat pada luka sehingga mengurangi nyeri,
membantu memperkirakan kesiapan luka untuk prosedur penutupan luka dan merangsang
neovaskularisasi pada luka.
Keunggulan amnion diakibatkan oleh growth factor yang ada didalamnya.
Disamping itu sifat fisiknya juga membuat amnion lebih unggul dibanding dressing sintetis
lainnya. Sifat stromal matriks pada amnion merangsang phagocyte migration sehingga
amnion memiliki kemampuan antimikroba dan antivirus. Berbagai modern dressing
berusaha meniru amnion dalam hal kemampuan fisiknya, tetap saja amnion menunjukkan
keunggulannya dalam proses penyembuhan luka.
Penelitian eksperimental dilakukan pada pasien dengan luka bakar derajat 2 untuk
membandingkan efektifitas pemakaian amnion dan modern dressing lainnya. Didapatkan
hasil bahwa amnion memberikan epitelialisasi yang lebih cepat dan lebih tebal serta harga
yang lebih terjangkau (gambar 5.5).

Hari 1 Hari 7 Hari 10


Gambar 5.5. Proses epitelialisasi dengan perawatan luka menggunakan amnion.

Sumbangan Untuk Bencana Alam Letusan Gunung Merapi


Pada akhir tahun 2010 lalu, terjadi bencana alam di daerah Provinsi Jogjakarta
berupa Bencana Alam Letusan Gunung Merapi. Sebagai bagian dari pelayanan kesehatan
Indonesia bagian timur, RSUD Dr. Soetomo Surabaya ikut membantu dengan mengirimkan
tenaga medis yaitu beberapa orang spesialis bedah plastik dan peralatan berupa amnion ke
daerah bencana (gambar 5.6).

Gambar 5.6. Tim Bencana Alam Letusan Gunung Merapi di ruang luka bakar RSUP
Dr. Sardjito Jogjakarta.

Di RSUP Dr. Sardjito, tim dari RSUD Dr. Soetomo membantu melakukan perawatan
terhadap korban letusan gunung Merapi yang sebagian besar berupa kasus luka bakar.
Korban letusan gunung Merapi tersebut berjumlah puluhan orang. Perawatan yang
dilakukan antara lain membantu manajemen cairan dan nutrisi, melakukan perawatan luka
bakar dengan amnion, termasuk mengatasi komplikasi yang ditimbulkan akibat luka bakar
(gambar 5.7, gambar 5.8).
Gambar 5.7. Korban letusan Gunung Merapi saat dilakukan perawatan luka.

Gambar 5.8. Korban letusan Gunung Merapi dilakukan perawatan luka


menggunakan amnion.

5.2 PENELITIAN PENDUKUNG PENGGUNAAN FREEZE DRIED AMNIOTIC


MEMBRANE
5.2.1 Penelitian Uji Klinik: Aplikasi Amnion pada Perawatan Luka Bakar Derajat II
Superfisial di Lab/SMF. Bedah Plastik RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Iswinarno Doso Saputro, dr, Sp. BP dan Prof. M. Sjaifuddin Noer, dr. SpBP (K)
(2002) membandingkan aplikasi amnion dengan tulle, suatu pembalut kassa dengan
salep antibiotik Chlorhexidine; pada perawatan 16 pasien luka bakar derajat II di Unit
Luka Bakar RSUD Dr. Soetomo.
Pasien yang diobservasi memiliki variasi luas luka bakar 1-11% permukaan
tubuh. Empat belas pasien mengalami luka bakar dengan luas 1-3%  secara acak, tujuh
pasien dirawat dengan freeze-dried Amniotic Membrane produk Bank Jaringan RSUD
Dr. Soetomo Surabaya (amnion) dan tujuh dirawat dengan tulle dan krim
silversulfadiazine 1% (tulle); satu pasien dengan luas luka bakar 10% dirawat dengan
amnion, dan satu pasien dengan luas luka 11% dirawat dengan tulle. Dilakukan evaluasi
(1) kecepatan penyembuhan luka (epitelisasi), (2) rasa nyeri selama perawatan, dan
kejadian infeksi.
Penilaian epitelisasi dilakukan dengan pemeriksaan klinis kemudian dihitung
presentasi epitelisasinya. Pada evaluasi hari ke-7, ditemukan 3 orang pasien yang
dirawat menggunakan amnion telah mengalami 50% epitelisasi, sedangkan 13 pasien
lainnya mengalami 25-30% epitelisasi. Pada hari ke-14, 7 pasien yang menggunakan
amnion telah mengalami 100% epitelisasi, sedangkan satu pasien yang mengalami luas
luka 10% mengalami 75% epitelisasi. Tiga pasien yang menggunakan tulle mengalami
75% epitelisasi sedangkan 5 lainnya (termasuk pasien dengan luas luka 11%)
mengalami 50% epitelisasi. Pada hari ke-21, seluruh pasien telah mengalami
kesembuhan luka kecuali dua pasien dengan luas luka bakar 10% dan 11% keduanya
mengalami 75% epitelisasi.
Evaluasi rasa nyeri dilakukan memakai Smiley Analogue Scale di mana pada saat
rawat luka pertama seluruh pasien merasakan nyeri berat. Pada perawatan luka hari ke-7,
tujuh pasien yang dirawat menggunakan amnion merasakan nyeri sedang. Pasien lainnya
masih merasakan nyeri berat. Pada perawatan hari ke-14, seluruh pasien yang
menggunakan membran amnion telah merasakan nyeri ringan, sedangkan hanya satu
orang pasien yang menggunakan tulle yang telah merasakan nyeri ringan, 7 lainnya
masih merasakan nyeri sedang. Pada perawatan hari ke-21, seluruh pasien telah
mengalami nyeri ringan kecuali satu pasien dengan luas luka bakar 11% yang
mendapatkan perawatan menggunakan tulle merasakan nyeri sedang.
Baik pada pemakaian amnion dan tulle tidak ditemukan adanya infeksi pada luka.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa “Pada perawatan luka bakar derajat II
superficial partial thickness, pemakaian amnion lebih baik dibanding pemakaian tulle
dalam hal kecepatan penyembuhan luka, kurangnya rasa sakit saat rawat luka. Dalam hal
pencegahan infeksi, pemakaian amnion sama baiknya dengan pemakaian tulle.”

5.2.2 Perbandingan Efektivitas Pemakaian Hemicellulose Dressing dengan Calcium


Sodium Alginate, Amnion dan Tulle pada Luka Donor Split Thickness Skin Graft
Penelitian oleh dr. Radias Dwi Padmani (2008) membandingkan efektivitas
pemakaian 4 pilihan dressing:
1. Hemicellulose dressing (Veloderm®) produksi BTC via Fioretti, Ancona (Italia),
2. Calcium Sodium Alginate (Kaltostat®) produksi BritCair Ltd, Aldershot (United
Kingdom),
3. Freeze-dried Amniotic Membrane produksi Bank Jaringan RSUD Dr. Soetomo
Surabaya, dan
4. Tulle (Cuticell®) produksi PT BSN Jakarta
terhadap 40 pasien yang dirawat di Unit Luka Bakar dan Unit IRNA Bedah
RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang menjalani prosedur operasi Split Thickness Skin
Graft menggunakan alat Dermatom Zimmer® dengan ukuran kedalaman 10/1000 inch.
Pasien yang menolak mengikuti penelitian dan menderita penyakit Diabetes Mellitus,
penyakit sistemik lain, atau mendapat pengobatan yang mempengaruhi penyembuhan
luka tidak diikutsertakan.
Dilakukan evaluasi persentasi epitelialisasi menggunakan alat Visitrak digital.
menyimpulkan bahwa penggunaan Calcium Sodium Alginate menunjukkan proses
epitelialisasi yang paling cepat, sedangkan Membran Amnion memberikan hasil proses
epitelialisasi yang hampir sebanding dengan Calcium Sodium Alginate namun dengan
harga yang jauh lebih terjangkau mengingat harga Calcium Sodium Alginate tiga kali
lipat lebih mahal dibanding harga Membran Amnion.

Anda mungkin juga menyukai