OLEH :
LALU M KARTAYADI AL
NIM.032001DI7045
Hari :
Tanggal :
Disetujui Oleh :
(............................................) (............................................)
II. KONSEP DASAR MOCUCELE
A. Pengertian.
Mukokel merupakan sebuah lesi pada mukosa mulut yang dihasilkan dari sebuah
perubahan kelenjar ludah minor karena akumulasi saliva. Lesi dapat muncul di seluruh
permukaan mukosa mulut yang terdapat kelenjar ludah (Ata-Ali J et al, 2012). Mukokel
berasal dari bahasa latin yaitu mucus dan cocele yang berarti kavitas (Yagüe-García et al.,
2009). Mukokel jarang terjadi pada bibir atas, retromolar pad atau palatum. Mukokel
mungkin terjadi pada semua usia, paling sering pada usia 20 sampai 30 tahun (Gupta,
2007).
Mucus secara eksklusif diproduksi oleh kelenjar ludah minor dan juga merupakan
zat yang paling penting yang disekresikan oleh kelenjar ludah major. Mukokel dapat timbul
oleh mekanisme ekstravasasi atau retensi. Mucoceles ekstravasasi disebabkan oleh
bocornya cairan dari saluran jaringan sekitarnya. Jenis mukokel umumnya ditemukan pada
kelenjar ludah minor. Trauma fisik dapat menyebabkan kebocoran sekresi saliva ke
jaringan di sekitarnya submukosa.
Jenis mukosel retensi umumnya terjadi pada kelenjar ludah major. Hal ini
disebabkan oleh dilatasi duktus yang disebabkan oleh sialolith atau mukosa padat (Ata-Ali
et al., 2010). Hal ini tergantung pada obstruksi aliran saliva dari aparatus sekresi dari
kelenjar (Flaitz dan Hicks, 2006).
1. Ekstravasasi Mukus
Penyebab ekstravasasi mukus yaitu trauma pada saluran ekskretoris kelenjar ludah,
sehingga mukus terekstravasasi ke dalam jaringan ikat di sekitarnya. Reaksi inflamasi
neutrophil diikuti oleh makrofag terjadi kemudian. Jaringan granulasi membentuk dinding
mengelilingi genangan mucin, dan kemudian kelenjar ludah mengalami perubahan
inflamasi. Pada akhirnya, terbentuk jaringan parut di sekitar kelenjar (Regezi, 2008).
Ekstravasasi mukus muncul sebagai sebuah massa halus, relatif tanpa rasa saki
dan memiliki ukuran mulai dari beberapa milimeter sampai 2 cm. Pada mucin superfisial,
lesi tampak berwarna kebiruan. Remaja dan anak-anak lebih sering terkena daripada
orang dewasa. Lesi dapat pecah dan produksi mucin yang berlanjut dapat menyebabkan
kekambuhan. Ukuran maksimal biasanya dicapai dalam beberapa hari setelah trauma
(Regezi, 2008).
2. Retensi Mukus
Retensi mukus dihasilkan karena adanya obstruksi duktus yang disebabkan oleh
adanya sialolithiasis, bekas luka pada periduktus atau tumor yang invasif. Penyempitan
duktus membuat aliran saliva tidak dapat mengalir dengan baik, kemudian terbentuklah
gelembung duktus yang tampak seperti pembengkakan mukosa. Obstruksi duktus dapat
juga menyebabkan pembesaran glandula salivarius.
Retensi mukus lebih jarang terjadi jika dibandingkan dengan kista ekstravasasi,
biasanya terjadi pada pasien usia tua dan jarang ditemukan pada bibir bawah. Daerah yang
paling sering terkena adalah bibir atas, palatum, pipi, dasar mulut, dan sinus maksilaris.
Penyempitan duktus dapat terjadi pada pasien yang senang berkumur dengan obat
kumur yang mengandung hidrogen peroksida, obat kumur penghilang bau mulut, atau
larutan antiplak, yang dapat mengiritasi duktus. Pasta gigi yang mengandung tartar juga
dapat menyebabkan iritasi pada duktus.
Retensi mukus tampak mirip dengan kista ekstravasasi, keduanya dibatasi oleh
epitel duktus yang dilapisi sel kolumnar atau kuboidal. Rongga kista mengandung sel
mukus atau fragmen sialolithiasis dan jaringan ikat kista tampak mengalami inflamasi.
C. PENATAKLASANAAN
Secara klinis tidak ada perbedaan antara kedua jenis mukokel, dan karena itu
diperlakukan dengan cara yang sama. Namun ketika obstruksi mukokel retensi terdeteksi
pengobatan melibatkan pengambilan bagian puncak kista (Ata-Ali J et al, 2012).
Setelah dilakukan anastesi lokal, dibuat insisi berbentuk elips di mukosa sekitar
untuk memfasilitasi diseksi pada lesi. Dinding superior kista digenggam bersama dengan
mukosa di atasnya dan dipisahkan dari jaringan sekitarnya menggunakan gunting. Selama
pembedahan kista harus diambil dengan hati-hati, karena kista bisa dengan mudah pecah
dan mengerut, yang akan mepersulit pengangkatan lesi. Setelah pengangkatan lesi, mukosa
pada jaringan yang diinsisi dijahit (hanya pada mukosa), untuk menghindari cedera pada
kelenjar ludah.
A. pengkajian
1. Biodata
2. Umur
3. Alamat
4. Pekerjaan
5. Nama orang tua
6. Jenis kelamin
7. Dll
- Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh si pasien pada saat perawat mengkaji.
- Riwayat perkembanga
- Riwayat keperawatan
- Riwyat keluarga
- Pemeriksaan fisik meliputi, mata, hidung, kulit jari dan kuku.
- Riwayat lingkungan
- Pola aktivitas dan latihan
- Pola nutrisi metabolic
- Pemeriksaan fisik
-
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Cemas berhubungan dengan prosudur pembedahan
2. Kurang pengatahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
4. Ketidak simbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Cemas berhubungan dengan prosudur pembedahan
Tujuan kreteria Intervensi Rasional
Setelah dilakuakan asuhan 1. Obserpasi tanda 1. Untuk mengatahui
keperawatan selama 3x24 jam vital pada fisik pada pasien
dengan kreteria hasil: pasien 2. Dengan ditemani
- Klien 2. Temani klien perawat kecemasan
tamapak untuk pasien berkurang
tenang meningkatkan 3. Sikap perawat dapat
- Rasa keamanan meningkatkan
takutnya 3. Turunkan kepercayaan diri
berkurang stimulus 4. Suasan tenang dapat
- Siap untuk kecemasan mengurangi
menjalankan 4. Jaga stimulus pasien
operasi ketenanngan
pasien
D. EVALUASI
1. Pasien tidak merasa cemas lagi
2. Rasa nyeri berkurang
3. Pengatahuan pasien terpenuhi
4. Nutrisi pasien normal
DAFTAR PUSTAKA
Ata - Ali, J ; et al. 2010. Oral Mucocele: Review of the Literature. J Clin Exp Dent 2(1): e 10-13
Gupta, Bhavna; et al. 2007. Mucocele : Two Case Reports. J Oral Health Comm Dent 1(3): 56-
58
Marx, Robert E; Stern, Diane. 2003. Oral and Maxillofacial Pathology - 1st ed. Illinois :
Quintessence Publising.