https://www.ruangguru.com/blog/cara-meningkatkan-motivasi-belajar-siswa
dalam artikel ini dirangkum dari Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Kemendikbud, Provinsi
Lampung.
1. Tingkatkan Kualitas Guru
Guru menjadi pioner dalam proses kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, sebagai seorang guru
harus secara sadar diri terus melakukan peningkatan kualitasnya. Tidak hanya berbicara soal kualitas
mengajar pada mata pelajaran yang diampu, lebih dari itu, guru juga dituntut berkualitas dalam aspek
psikologis anak. Hal ini sangat penting, demi terwujudnya motivasi belajar siswa yang tinggi. Tentunya
Bapak/Ibu Guru bisa melakukan peningkatan kualitas dengan mengikuti berbagai macam seminar ya.
2. Maksimalkan Fasilitas Pembelajaran
Untuk membangun motivasi belajar siswa, Bapak/Ibu Guru harus bisa memaksimalkan fasilitas belajar
yang tersedia. Di saat masa PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) seperti ini, pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyalurkan bantuan kuota internet. Selain itu, Bapak/Ibu
Guru juga sangat dianjurkan menggunakan sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar yang bisa
memotivasi siswa. Anda bisa menggunakan layanan LMS (Learning Management System) yang bisa
melayani Anda Live Teaching (mengajar secara virtual).
3. Pilih Metode Pembelajaran yang Tepat
Sebagai seorang guru, memang harus pandai dalam memilih metode belajar yang tepat. Pemilhan
metode belajar ini bisa menjadi tolok ukur apakah siswa merasa jenuh dalam kegiatan belajarnya atau
bahkan merasa antusias dengan metode yang Bapak/Ibu Guru terapkan. Anda bisa menerapkan metode
belajar diskusi secara langsung melalui aplikasi belajar atau membagi siswa dalam beberapa kelompok
guna memudahkan siswa dalam memahami materi.
4. Memanfaatkan Media Belajar
Media belajar yang menarik dan kreatif bisa menjadi daya tarik siswa untuk belajar. Dengan media
yang demikian itu, fokus siswa dalam belajar bisa ditingkatkan. Ada pun media belajar yang bisa
menjadi alternatif untuk menunjang kegiatan belajar siswa bisa berupa video belajar beranimasi
atau website belajar online. Jika Anda menggunakan platform LMS untuk menunjang kegiatan belajar
mengajar, pastikan platform tersebut menyediakan layanan video belajar dengan animasi untuk
membantu penjelasan yang Anda sampaikan.
5. Lakukan Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pada setiap kegiatan pembelajaran mutlak sangat perlu untuk dilakukan. Hal ini bertujuan
melihat efektivitas kegiatan belajar tersebut sudah efektif atau belum. Evaluasi ini bisa dilakukan
dengan menganalisis nilai yang diperoleh siswa dari soal atau tugas yang Bapak/Ibu Guru berikan.
Menurut Arianti (2018: 132-133) adapun peran guru dalam meningktkan motivasi belajar siswa sebagai
berikut:
1. Menjadikan siswa yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru memberikan arahan kepada
siswa dengan memberikan ilmu pengetahuan dan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan siswapun
mengerjakan tugas dengan baik dengan tujuan untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar
sehingga siswa dapat menyelesaikannya dengan tuntas, contohnya: setelah guru memberikan ilmu
kepada siswa lalu guru memberikan pertanyaan dan siswa menjawab pertanyaan dengan tuntas.
2. Menciptakan suasana kelas yang kondusif Kelas yang kondusif disini adalah kelas yang aman, nyaman
dan selalu mendukung siswa untuk bisa belajar dengan suasana yang tenang dan mendukung proses
pembelajaran dengan tata ruang sesuai yang diharapkan.
3. Menciptakan metode pembelajaran yang bervariasi Metode pembelajaran bervariasi ini agar siswa
tidak bosan dan jenuh dalam suatu pembelajaran maka diciptakanlah pembelajaran yang bervariasi.
Tujuannya agar siswa selalu termotivasi dalam kegiatan proses pembelajaran.
4. Meningkatkan antusias dan semangat dalam mengajar Kepedulian seorang guru dalam proses belajar
mengajar merupakan faktor yang sangat penting untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa. Karena
apabila guru tidak antusias dan semangat dalam proses belajar mengajar maka siswa tidak akan
termotivasi dalam belajar.
5. Memberikan penghargaan Pemberian penghargaan ini bisa berupa nilai, hadiah, pujian, dan
sebagainya agar siswa termotivasi akan belajar dan selalu ingin menjadi yang terbaik.
6. Menciptakan aktivitas yang melibatkan siswa dalam kelas Ciptakan aktivitas yang melibatkan siswa
dengan teman-teman mereka dalam satu kelas. Tujuannya agar satu sama lain akan membagikan
pengetahuan, gagasan, atau ide dalam penyelesaian tugas invidu siswa dengan seluruh siswa di kelas.
file:///C:/Users/USER/Downloads/181-302-1-SM.pdf
Visual (Spasial)
Siswa yang memiliki gaya belajar visual memiliki kecenderungan untuk belajar dengan menggunakan
gambar, grafik, warna, imajinasi visual, dan spasial. Siswa jenis ini memiliki kemudahan dalam
membaca peta atau mengikuti instruksi bergambar.
Untuk mengakomodir siswa dengan tipe belajat seperti ini, Guru Pintar harus menyiapkan media
belajar yang cocok. Misalnya media berupa mindmap, infografis, flashcard atau video.
Auditory
Siswa dengan gaya belajar auditory mudah sekali dalam memproses informasi dengan baik dari
berbagai sumber suara. Misalnya seperti penjelasan dari guru, pidato, rekaman suara, dan lain-lain.
Siswa dengan gaya belajar ini lebih senang mendengarkan materi di kelas atau duduk diam
mendengarkan audio book I dibandingkan melihat obyek tertentu. Biasanya, siswa yang memiliki gaya
belajar auditory memiliki kemampuan lebih di bidang musik, dikarenakan kemampuannya mengenali
nada dan ritme sangat bagus sekali.
Guru Pintar dapat menyiapkan materi berupa rekaman suara, atau membuat musikalisasi materi
pembelajaran untuk membantu siswa dengan gaya belajar auditory ini.
Linguistik (Verbal)
Salah satu ciri siswa yang memiliki gaya belajar linguistik (verbal) adalah kesukaannya untuk
menggunakan kata-kata. Siswa dengan gaya belajar ini merasa nyaman dengan banyak membaca,
berbicara. Mereka sangat menyukai permainan kata, puisi, dan juga pantun.
Strategi yang efektif untuk mengajar siswa Linguistik (verbal), Guru Pintar dapat menggunakan teknik
mnemonic dan membuat buat akronim. Guru Pintar dapat meminta siswa ini untuk mengulang materi
pelajaran dengan membacakannya secara lantang, atau membuat permainan kata bersama teman-
teman.
Physical (Kinesthetic)
Nah, jika Guru Pintar mengetahui ada siswa yang cepat mengerti pelajaran dengan cara melibatkan
kegiatan fisik, bisa dipastikan siswa tersebut memiliki gaya belajar kinestetik. Siswa harus mengalami
sesuatu secara langsung supaya benar-benar memahami hal atau pembelajaran.
Supaya Pembelajaran efektif, Guru Pintar wajib merancang merancang kegiatan pembelajaran yang
memungkinkan siswa bereksperimen atau menggerakkan tubuhnya. Salah satu contoh kegiatan yang
dapat Guru Pintar lakukan di kelas adalah membuat alat-alat peraga yang dapat dilihat, dan disentuh
secara langsung oleh siswa.
Logical (mathematical)
Guru Pintar pernah mengamati siswa yang cepat menyadari suatu bentuk pola atau melihat keterkaitan
satu informasi dengan dengan informasinya lainnya? Siswa seperti adalah siswa dengan gaya belajar
Mathematical. Mereka dapat memahami sesuatu dengan menyambungkan berbagai detil dan
menyusunnya secara terorganisir, seperti bermain puzzle.
Guru Pintar wajib memberikan pelajaran yang bersifat problem solving skill, sistematis, dan tidak perlu
mengandalkan hafalan untuk siswa dengan gaya belajar mathematical ini.
Sosial (Interpersonal)
Siswa yang memiliki gaya belajar interpersonal memiliki kemampuan sosial yang baik seperti mampu
berkomunikasi dengan verbal maupun tulisan. Mereka merasa nyaman berkonsultasi atau berdiskusi
bersama guru, maupun teman sekelas.
Salah satu cara menangani siswa dengan gaya belajar sosial, Guru Pintar dapat membentuk kelompok
belajar. Dengan demikian siswa dengan jenis belajar seperti ini memiliki tempat berdiskusi atau
mengutarakan pendapatnya.
Intrapersonal
Kebalikan dari Siswa Interpersonal, Siswa intrapersonal lebih suka belajar di keadaan sepi. Mereka
lebih suka melakukan hal-hal sendirian seperti membaca buku.
Apa yang dapat Guru Pintar lakukan supaya siswa intrapersonal ini dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik? Guru Pintar dapat menyediakan waktu untuk silent reading atau memberikan project
individual.
Pemaparan materi dari Dr. Mansur lebih menekankan pada pentingnya leadership. Disebutkan, bahwa
kepala sekolah memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap hasil pembelajaran dan hasil
prestasi siswa. Leadhership is a process, not a position. Oleh sebab itu, dalam perjalanan menuju
suksesnya visi Pendidikan Indonesia, yaitu mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan
berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman,
bertakwa pada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, bergotong royong dan berkebhinekaan global, perlu
adanya penyelarasan dari Transformasional Leadership kepada Instructional Leadership.
Materi yang disampaikan oleh Dr. Mansur terekstrak ke dalam 17 slide show. Dari tayangan tersebut ada
sebuah slide yang menarik perhatian saya. Pada slide ke-enam belas tertulis “Pembelajaran dengan
paradigma baru dirancang berdasarkan ‘prinsip pembelajaran yang terdiferensiasi’, sehingga siswa
belajar sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya.
Menurut KBBI, kata diferensiasi berarti proses, cara, perbuatan membedakan; pembedaan. Dalam
bidang pendidikan, diferensiasi pembelajaran dimaknai sebagai praktik guru yang di dalam
penyampaian pembelajarannya telah melakukan penyesuaian pada kesiapan, minat, dan gaya belajar
para siswanya. Dalam hal ini, guru tersebut melakukan modifikasi strategi mengajarnya terhadap
konten, proses, dan produk dengan terlebih dahulu melakukan kegiatan asesmen.
Apa saja yang dilakukan guru dalam kegiatan asesmen? Melalui kegiatan asesmen ini para guru menggali
berbagai informasi tentang siswa dan lingkungannya, termasuk kegiatan belajar di sekolah dan di
rumahnya. Berbagai informasi yang diekplorasi guru dari siswa, selain minat dan kebutuhan belajar
adalah “gaya belajar atau tipe pelajar”. Gaya belajar siswa adalah kecenderungan spesifik seorang
siswa dalam menangkap/menyerap dan memproses informasi/materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru.
Dengan memahami kecenderungan tipe/gaya belajar siswa, guru diharapkan dapat melakukan
modifikasi pada berbagai hal. Pada merencanakan kurikulum guru dapat memilih dan memberikan
materi pelajaran dengan penekanan yang disesuaikan dengan kecenderungan perasaan, penginderaan,
dan imajinasi siswa. Dalam melaksanakan pembelajaran, guru dapat merancang metode dan skenario
pembelajaran yang sesuai dengan tipe/gaya belajar siswa. Guru dapat menggunakan berbagai
kombinasi strategi pembelajaran, termasuk dalam menyiapkan media, sehingga variatif dalam
memberikan pengalaman belajar siswa melalui unsur bunyi-bunyian, musik, gambar visual, gerak,
pengalaman, percakapan bahkan aktivitas siswa itu sendiri. Di dalam melaksanakan strategi penilaian,
guru dapat menggunakan berbagai teknik penilaian yang disesuaikan dengan kecenderungan tipe/gaya
belajar individu yang berbeda-beda.
Sumber bacaan:
https://pendidikkreatif.wordpress.com/2017/07/12/diferensiasi
M. Musrofi; Melesatkan Prestasi Akademik Siswa; Penerbit PT Pustaka Insan Madani; Yogyakarta;2017
PADA tahun pelajaran 2022 – 2023 Kurikulum Merdeka sudah mulai diimplementasikan di sekolah-
sekolah seluruh Indonesia dari jenjang SD, SMP, SMA/SMK. Sebagai dukungan untuk suksesnya
implementasi kurikulum merdeka maka berbagai Workshop atau In House Training (IHT) Implementasi
Kurikulum Merdeka (IKM) telah dilaksanakan untuk pendampingan para Guru dalam menyusun
perangkat mengajar, seperti dari Capaian Pembelajaran (CP) yang dianalisis menjadi Tujuan
Pembelajaran (TP), dari Tujuan Pembelajaran (TP) disusun menjadi Alur Tujuan Pembelajaran (ATP),
berlanjut menyusun Modul Ajar (MA) atau Perencanaan Pembelajaran (PP). Pembelajaran dalam
Kurikulum Merdeka terdiri dari tiga (3) kegiatan yaitu Intrakurikuler, Kokurikuler dan ekstrakurikuler.
Untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran dalam implementasi kurikulum merdeka (IKM), para
Guru memerlukan data ataupun keterangan kondisi awal mengenai peserta didik yang sudah diterima di
sekolah. Maka perlu dilaksanakan Asesmen Diagnostik di awal tahun pelajaran yaitu berupa Tes
Psikologi dan Tes Matrikulasi yang soalnya bisa dalam bentuk Multiple Choice, Complex Multiple
Choice, True False, dan Selected Response beralasan.
Asesmen Diagnostik
Asesmen Diagnostik merupakan penilaian/asesmen kurikulum merdeka yang dilakukan secara spesifik
dengan tujuan untuk mengidentifikasi atau mengetahui karakteristik, kondisi kompetensi, kekuatan,
kelemahan model belajar peserta didik, sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan
kompetensi dan kondisi peserta didik yang beragam (kepmendikbud No.719/P/2020).
Dengan terlaksananya asesmen diagnostik di sekolah telah memberikan banyak hal positif sampai
dengan semangat tersendiri bagi para guru, sehingga para guru dapat menyesuaikan dan merancang
metode, model dan media pembelajaran yang sesuai kemampuan peserta didik untuk menyampaikan
materi capaian pembelajaran.
Asesmen diagnosis memetakan kemampuan semua peserta didik di kelas secara cepat, untuk
mengetahui siapa saja yang sudah paham, siapa saja yang agak paham, dan siapa saja yang belum
paham. Dengan demikian guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan kemampuan peserta
didik. Asesmen diagnosis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu asesmen diagnosis kognitif dan asesmen
diagnosis non kognitif.
Asesmen Diagnosis Kognitif
Asesmen diagnosis kognitif bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar peserta didik pada topik
sebuah mata pelajaran. Asesmen diagnosis kognitif dapat memuat satu atau lebih topik mata
pelajaran. Misalnya : asesmen diagnosis kognitif pada mata pelajaran Matematika kelas VII SMP dapat
memuat topik penjumlahan atau pengurangan saja, atau semua topik pada semua mata pelajaran
Matematika.
Asesmen Diagnosis Kognitif merupakan asesmen diagnosis yang bisa dilaksanakan secara rutin, untuk
awal ketika guru akan mulai memperkenalkan sebuah topik pembelajaran baru, di akhir ketika guru
sudah selesai menjelaskan dan membahas sebuah topik tertentu, dan waktu yang lainnya selama satu
semester (di setiap dua minggu/ bulan/ triwulan/ semester). Kemampuan dan keterampilan siswa di
dalam sebuah kelas berbeda-beda. Ada yang lebih cepat paham dalam topik tertentu, akan tetapi ada
juga yang membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami topik tersebut. Seorang siswa yang cepat
paham dalam satu topik, belum tentu cepat paham dalam topik lainnya.
Tujuan asesmen diagnosis Kognitif
Tujuan asesmen diagnosis kognitif adalah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi capaian kompetensi
siswa, 2) Menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata siswa, 3) Memberikan kelas
remedial atau pelajaran tambahan kepada siswa dengan kompetensi di bawah rata-rata.
Tahapan asesmen diagnosis Kognitif
Asesmen diagnosis kognitif melalui beberapa tahapan, mulai persiapan, pelaksanaan, dan tindak
lanjut. Tahapan Persiapan meliputi:
1. Identifikasi siswa dengan ekspresi emosi negatif dan ajak berdiskusi empat mata,
2. Menentukan tindak lanjut dan mengkomunikasikan dengan siswa serta orangtua jika diperlukan.
Walaupun terdapat dua jenis asesmen diagnosis, yaitu kognitif dan nonkognitif namun tahapan-tahapan
tadi tetap berlaku pada keduanya. Tidak ada bentuk yang baku untuk masing-masing tahapan,
semuanya sangat bergantung kepada aspek asesmen, jenjang sekolah, kelas siswa berada, mata
pelajarannya, sarana dan prasarana, dan lain sebagainya.
Tahap persiapan sangat ditentukan oleh kreativitas seorang guru untuk menyusun instrumen asesmen
diagnosis baik kognitif maupun nonkognitif. Tahap pelaksanaan membutuhkan kemampuan bertanya
yang baik, terutama pada asesmen diagnosis nonkognitif yang memungkinkan guru melakukan metode
wawancara, atau dengan memberi kesempatan siswa bercerita mengenai hal apa saja yang menjadi
kendala yang dialaminya. Tahap tindak lanjut perlu kesungguhan seorang guru untuk betul-betul
memikirkan langkah terbaik untuk membantu siswa yang beragam kesulitannya. Dalam hal ini guru bisa
berdiskusi dengan kepala sekolah atau teman sejawat. Bila asesmen diagnosis betul-betul dapat
diimplementasikan dengan baik dan maksimal maka implementasi kurikulum merdeka juga dapat
diterpakan disekolah-sekolah secara maksimal dan berkualitas. Semoga.
Metode pembelajaran adalah cara-cara yang dilakukan untuk membantu proses belajar berjalan efektif
dan efisien. Metode ini digunakan oleh pendidik agar para peserta didiknya memahami dan menguasai
apa yang diajarkan. Umumnya, pendidik mencoba menggunakan beberapa metode pembelajaran atau
menggabungkannya. Untuk menentukan pilihan metode yang paling tepat, pendidik harus
mempertimbangkan tujuan belajar, kebutuhan peserta didik, dan lingkungan belajarnya.
Berikut adalah macam-macam metode pembelajaran yang dapat diterapkan kepada peserta didik :
metode ceramah, metode diskusi, metode eksperimen, metode kerja kelompok, metode berbasis
proyek, metode resitasi, metode model, metode tanya jawab.
https://www.sehatq.com/artikel/macam-macam-metode-pembelajaran-dan-pengertiannya
Metode pembelajaran adalah cara-cara yang dilakukan untuk membantu proses belajar berjalan efektif
dan efisien.
Metode ini digunakan oleh pendidik agar para peserta didiknya memahami dan menguasai apa yang
diajarkan.
Dengan begitu, metode pembelajaran yang digunakan pun akan memberi hasil yang diharapkan.
Berikut adalah macam-macam metode pembelajaran yang dapat diterapkan kepada peserta didik.
1. Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode pembelajaran yang berpusat pada pendidik. Dalam metode ini, para
peserta didik duduk tenang dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh pendidik.
Pendidik menjelaskan materi secara lisan dan langsung kepada peserta didiknya, serta memberikan
tugas yang harus dikerjakan.
Dengan kata lain, peserta didik secara pasif menyerap informasi, sedangkan pendidik secara aktif
menyampaikan materi.
Namun, metode pembelajaran ini dinilai bisa membatasi kebebasan berpikir dan kreativitas peserta
didik. Sebab, mereka tidak mendapatkan stimulasi motivasi yang memadai untuk berpikir kritis.
2. Metode diskusi
Metode diskusi merupakan salah satu dari jenis-jenis metode pembelajaran. Dalam metode ini, para
peserta didik akan bertukar pikiran melalui diskusi untuk memecahkan suatu masalah.
Namun, mereka harus mempelajari terlebih dahulu materi yang akan dibahas. Pendidik akan
mengamati pemahaman peserta didik saat menjalani diskusi, kemudian menilai hasil akhirnya.
3. Metode eksperimen
Dalam metode pembelajaran eksperimen, para peserta didik dapat belajar sambil praktik. Mereka
menjalankan proses ilmiah untuk menghasilkan kesimpulan atas suatu permasalahan.
Pendidik akan mengarahkan bagaimana eksperimen dilakukan hingga kesimpulan tersebut diperoleh.
Misalnya, peserta didik melakukan eksperimen dengan memasukkan benda ke dalam baskom berisi air
untuk mempelajari konsep tenggelam dan terapung.
Macam-macam metode pembelajaran selanjutnya adalah kerja kelompok. Metode belajar ini sering
digunakan di sekolah.
Belajar kelompok memungkinkan para peserta didik untuk mempelajari suatu materi dan mengerjakan
tugas bersama anggota kelompoknya.
Dalam prosesnya, para peserta didik akan mempelajari keterampilan berpikir kritis, komunikasi,
memecahkan masalah, dan lainnya.
Metode berbasis proyek merupakan metode pembelajaran yang mengharuskan peserta didiknya
menyelesaikan proyek yang ditugaskan oleh pendidik.
Dalam metode ini, peserta didik memperoleh pengetahuan, berpikir kritis, mengevaluasi, menganalisis,
berkolaborasi, hingga membuat keputusan.
Umumnya, proyek dibuat sebagai jawaban atas suatu permasalahan, seperti ‘Bagaimana agar sekolah
menjadi lebih asri?’. Para peserta didik pun menjawabnya melalui proyek yang mereka buat.
6. Metode resitasi
Metode resitasi juga termasuk ke dalam macam-macam metode belajar. Dalam metode ini, pendidik
mengharuskan peserta didiknya membuat ringkasan materi yang telah disampaikan melalui metode
ceramah, visual, atau audio.
Peserta didik kemudian akan menuliskan informasi yang mereka peroleh, mengingat materi yang telah
diajarkan oleh pendidik, dan bertanggung jawab dengan hasil ringkasannya tersebut.
7. Metode model
Dalam metode model, pendidik harus menunjukkan kepada peserta didik bagaimana melakukan suatu
hal dengan tepat.
Terlepas seberapa jelas materi yang telah disampaikan, contoh yang diberikan oleh pendidik akan
membantu peserta didik lebih memahami materinya.
Dalam metode ini, pendidik akan memberikan pertanyaan kepada para peserta didik. Partisipasi
mereka sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran ini.
Metode tanya jawab dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan
masalah para peserta didik.
Selain itu, metode pembelajaran ini juga dapat melatih keberanian mereka untuk menyampaikan
pendapat.
Baca Juga
Itulah macam-macam metode pembelajaran yang dapat diterapkan oleh pendidik. Dengan menemukan
metode yang efektif, diharapkan peserta didik bisa memahami pelajaran yang diberikan dengan baik.
https://www.sehatq.com/artikel/macam-macam-metode-pembelajaran-dan-pengertiannya
Facebook Twitter LinkedIn Tumblr Pinterest Reddit
Kajian teori media pembelajaran, pemahaman, dasar, manfaat, jenis, dan cara memilih media menjadi
suatu topik yang menarik untuk di bahas karena tidak semua orang memiliki persepsi sama tentang hal
ini.
Seperti misalnya menurut Heinich, and friends (1982) dalam Arsyad (2013: 3) mengemukakan istilah
medium sebagai perantara yang menyampaikan informasi antara sumber dan penerima. Definisi
tersebut menekankan istilah media sebagai perantara.
Media berfungsi untuk menghubungkan informasi dari satu pihak ke pihak lain. Sedangkan dalam dunia
pendidikan kata media disebut media pembelajaran.
Media Pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa untuk
belajar.
Lebih lanjut, Gagne dan Briggs (1975) dalam Arsyad (2013:4) secara eksplisit mengatakan bahwa media
pembelajaran mencakup alat-alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi bahan ajar. Dari
kedua pengertian tersebut, media merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan materi
pembelajaran.
Baca Juga : Pembahasan Lengkap Kurikulum Darurat, Sekolah Wajib Tahu
Alat ini dapat berupa alat grafik, visual, elektronik dan audio yang digunakan untuk mempermudah
informasi yang disampaikan kepada siswa.
Berdasarkan definisi atau pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah
alat yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan pesan, ide atau gagasan berupa
bahan ajar kepada siswa oleh guru.
Menurut Piaget dalam Slameto (2010:13) mengatakan bahwa ada tiga tahap perkembangan mental
anak, yaitu:
Media pembelajaran dapat digunakan untuk menciptakan kondisi belajar yang nyata. Dengan
menggunakan media pembelajaran, pesan yang abstrak dapat diubah menjadi pesan yang beton.
Misalnya, guru menyampaikan pesan tentang teknik membaca scanning, ketika guru hanya menjelaskan
maka siswa akan kesulitan memahami teknik membaca scan.
Baca Juga : Pendidikan Luar Sekolah, Contoh dan Prospek Kerjanya Lengkap, Wajib Tahu!
Tetapi ketika guru menggunakan majalah, buku atau koran sebagai media dan menunjukkan secara
langsung bagaimana teknik membaca dan memindai, kemudian siswa dengan mudah menerima pesan
yang disampaikan oleh guru.
Selain itu, landasan teori penggunaan media dalam proses pembelajaran juga disampaikan dalam
Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) yang diperkenalkan oleh Edgar Dale pada tahun 1946.
Kerucut ini merupakan elaborasi rinci dari konsep tiga tingkat pengalaman yang dikeluarkan oleh
Burner.
Dalam kerucut dijelaskan bahwa pengalaman secara langsung (konkret) memberikan hasil belajar yang
setinggi-tingginya.
Lanjut dengan peniruan, dramatisasi, karyawisata, televisi, pameran gambar langsung, gambar diam,
simbol visual dan simbol kata (abstrak) yang memberikan porsi paling sedikit.
Meski begitu urutan ini tidak berarti proses pembelajaran dan interaksi belajar-mengajar harus selalu
menjadi pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan
Anda.
Pesan tersebut dapat berupa informasi yang mudah diserap oleh penerima, tetapi juga dapat berupa
informasi yang abstrak atau sulit untuk dipahami. Saat pesan yang disampaikan tidak dapat diterima
oleh penerima, media menjadi solusi yang dapat menyampaikan pesan.
Media adalah sarana atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim kepada
penerima pesan, dengan tujuan meningkatkan pemahaman penerima pesan. Sudjana dan Rivai (2013:2)
mengatakan bahwa media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu:
1. Mengajar akan menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2. Makna materi pelajaran akan lebih jelas sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa siswa, dan
memungkinkan siswa untuk lebih menguasai tujuan pembelajaran.
3. Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak hanya narasi verbal melalui kata-kata guru. Agar
siswa tidak bosan, dan guru jangan sampai kehabisan tenaga apalagi saat guru mengajar setiap
pelajaran.
4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, karena tidak hanya mendengarkan deskripsi guru,
tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
5.
Media pembelajaran dapat meningkatkan proses dan hasil pengajaran adalah tentang taraf berfikir
siswa. Hal tersebut juga sejalan dengan teori perkembangan mental Piaget, yang menambahkan bahwa
terdapat tahap perkembangan mental seorang individu. Tahap manusia berfikir mengikuti tahap
perkembangan berfikir dari kongkrit menuju abstrak.
Dalam memilih media pembelajaran yang tepat bagi siswa, ada beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan. Adapun beberapa kriteria tersebut seperti poin-poin berikut ini.
Media adalah perantara atau penghubung. Media pembelajaran memberikan manfaat dalam
pembelajaran di kelas, diantaranya meningkatkan perhatian siswa, motivasi siswa, meningkatkan
efektifitas pembelajaran dan penyesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
Selanjutnya pada tingkat yang menyeluruh dan umum media dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
1. Hambatan pengembangan dan pembelajaran yang meliputi faktor-faktor dana, fasilitas dan
peralatan yang tersedia, waktu yang tersedia (waktu mengajar dan pembangunan materi dan
media), sumber-sumber yang tersedia (manusia dan materi).
2. Persyaratan isi, tugas, dan jenis pembelajaran.
3. Hambatan dari sisi siswa dengan mempertimbangkan kemampuan dan keterampilan awal, seperti
membaca, mengetik, dan menggunakan komputer, dan karakteristik siswa lainnya.
4. Pertimbangan lainnya adalah kesenangan (preferensi) lembaga, guru dan pelajar dan keefektifan
biaya.
Lebih lanjut untuk menjelaskan tentang Kriteria dalam pemilihan media, menambahkan beberapa
Kriteria pemilihan media yaitu:
Selain itu media pembelajaran yang baik harus memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan media
yang sesuai dengan teori-teori belajar. Prinsip-prinsip psikologis yang perlu mendapat pertimbangan
dalam pemilihan dan penggunaan media adalah:
Unsur-unsur visual yang selanjutnya perlu dipertimbangkan adalah bentuk, garis, ruang, tekstur, dan
warna. Pendapat ahli diatas dalam proses pengembangan media berbasis visual, perlu diperhatikan
prinsip-prinsip penataan gambarnya, yaitu pengembangannya.
Prinsip pengembangan media visual yang pertama adalah jumlah kesederhanaan, prinsip-prinsip
kesederhanaan mengacu pada jumlah elemen-elemen yang terdapat pada gambar visual. Semakin
sedikit atau sederhana akan lebih mudah dijangkau oleh siswa.
Prinsip selanjutnya adalah keterpaduan, prinsip keterpaduan mengacu pada hubungan antar aspek
dalam gambar visual, apakah elemen-elemen dalam gambar saling terkait. Prinsip selanjutnya adalah
penekanan, diperlukan penekanan dalam gambar, untuk menonjolkan salah satu elemen dibandingkan
elemen lainnya.
Prinsip selanjutnya adalah keseimbangan, artinya gambar visual harus menempati ruang yang
memberikan keseimbangan, meskipun tidak sepenuhnya simetris. Prinsip selanjutnya adalah pemilihan
bentuk, pemilihan bentuk berkaitan dengan elemen gambar apa yang terdapat dalam media visual,
bentuk yang menarik dapat menggugah minat dari anak.
Prinsip selanjutnya adalah garis, digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur sehingga dapat
memperjelas gambar visualisasi media tersebut. Prinsip selanjutnya adalah tekstur, tekstur dalam
media visual diartikan sebagai visualisasi media yang menunjukan suatu bentuk yang kasar atau halus.
Prinsip terakhir adalah warna yang digunakan untuk memberikan kesan, penekanan, keterpaduan.
Penggunaan warna harus diperhatikan sehingga mampu menambah daya tarik dari visualisasi media
tersebut.
Dari pembahasan di atas, kita bisa mengetahui betapa pentingnya kehadiran media pembelajaran
dalam membantu mempermudah penyampaian materi belajar kepada siswa. Sayangnya masih banyak
pihak sekolah yang belum menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar mereka.
https://pintek.id/blog/media-pembelajaran/