Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Kelas Rangkap (PDGK 4302)
S1 PGSD Universitas Terbuka
Tutor : DR. LENNY NURAENI, M.PD
Disusun oleh:
1. Bu Erli, guru kelas 3 SD Warawiri sedang asyik di dalam kelas membimbing siswa
mengukur tinggi badan dengan menggunakan meteran. Istilah meter (m) dan centimeter
(cm) diperkenalkan kepada anak-anak dengan langsung memperagakannya melalui alat
meteran. Anak-anak bekerja dalam kelompok, saling mengukur dan mencatat tinggi
badan anggota kelompok dan mengukur tinggi badan. Kemudian Bu Erli bertanya
mengapa ada yang badanya tinggi dan ada yang pendek, lalu anak-anak menjawab
dengan bermacam-macam jawaban. Tetapi Bu Erli mengarahkan kepada dua hal yaitu
makanan yang sehat dan olah raga yang rutin.
a. Dari segi materi pelajaran, model pembelajaran apa yang sedang diterapkan oleh Bu
Erli?Berikan alasanya dari kasus pembelajaran tersebut!
b. Identifikasi minimal dua kekuatan yang terdapat dalam pembelajaran di atas!
Jawaban
a. Model pembelajaran yang dilakukan oleh bu Erli yaitu model pembelajaran langsung
(direct learning) menggunakan alat peraga ukur. Hal tersebut karena bu Erli
memberikan pengetahuan kepada siswa dengan cara mempraktikan cara mengukur
tinggi badan menggunakan alat ukur secara langsung dengan meteran. Dalam
mengukur tinggi badan, digunakan satuan ukur meter dan centimeter sehingga siswa
mengetahui informasi satuan ukur yang digunakan tersebut dengan
memperagakannya/mempraktikannya secara langsung.
2. Pak Basuki adalah seorang guru yang mengajar kelas VI di SD Putra. Dalam mengajarkan
matematika nilai yang diperoleh siswa selalu dibawah KKM. Untuk memotivasi siswanya
agar lebih bersemangat dalam belajar, Pak Basuki memberikan angket 7 kebiasaan guru
yang efektif untuk memotivasi siswa dalam proses pembelajaran.
a. Jelaskan apa 7 kebiasaan guru yang efektif dalam proses pembelajaran matematika!
b. Sebagai pendidik, kiat-kiat apa yang dilakukan guru dalam mengajarkan matematika
agar siswa menyenangi mata pelajaran matematika!
6) Libatkan diri dalam setiap ajang berbagi pengetahuan formal dan informal.
Hal ini akan membuka dan membangun pola fikir yang terbuka, bebas, dan kritis
sehingga dapat bebas memikirkan alternatif cara memotivasi siswa dalam belajar.
3. Anak berbakat adalah anak yang memiliki skor IQ 130 atau 140 lebih. Mereka memiliki
kemampuan intelektual umum dan akademis, maupun berfikir kreatif produktif, memiliki
jiwa kepemimpinan, memiliki prestasi tinggi dibidang seni atau keterampilan lain. Sesuai
dengan karakter dan kemampuannya tersebut, anak berbakat membutuhkan layanan
yang berbeda dengan siswa lainnya.
Anda sebagai pendidik, langkah-langkah apa yang dilakukan agar siswa mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal namun tidak lepas dari dunia
anak-anak!
Jawab
1) Mengidentifikasi keberbakatan anak yang dapat dilakukan oleh ahli agar dapat
memilih layanan pendidikan yang sesuai.
2) Memilih layanan pendidikan yang tepat disesuaikan dengan karakter dan kebutuhan
siswa. Seperti menggunakan layanan adaptasi lingkungan di dalam kelas dengan
memberikan kelas pengayaan, adanya guru konsultan, ruangan sumber belajar, studi
mandiri, dan kelas khusus.
3) Layayan pendidikan untuk siswa berbakat dapat juga menggunakan adaptasi program
belajar seperti melakukan percepatan akselerasi pada materi pelajaran, memberikan
pengayaan yaitu mempelajari materi yang lebih luas dengan menggunakan ilustrasi
khusus dll, pencanggihan mata pelajaran, pembaharuan, dan modifikasi kurikulum
sebagai alternatif.
4) Memilih Strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran anak berbakat
yaitu disesuaikan dengan kebutuhanan anak berbakat tersebut.
Strategi pembelajaran yang dapat digunakan yaitu memiliki ciri-ciri sebagai berikut
• Pembelajaran diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas yang lebih
sesuai dengan kemampuan anak yang tebih tinggi.
• Mengembangkan kecerdasan akademik dan emosional.
• Pembelajaran berorientasi pada modifikasi proses, isi dan produk.
• Strategi membuat siswa lebih tertantang, menyenangkan dan aktif dalam
pembelajaran.
4. Ibu Tita adalah seorang guru SD. Sebelum menjalankan tugas sebagai guru, ia masuk
Pendidikan Guru Sekolah Dasar S1 melalui seleksi cukup ketat. Selama kuliah ia
mendapatkan teori dan praktek tentang keguruan di SD yang disupervisi secara ketat.
Akhirnya, setelah melalui berbagai macam ujian, ia berhasil lulus dan layak menjalani
profesi sebagai guru SD. Sekarang Ibu Tita telah menguasai 4 standar kompetensi
seorang Guru SD.
a. Apakah pekerjaan Ibu Tita sebagai guru SD bisa digantikan oleh Guru SMP atau
SMA?Mengapa demikian!
Menurut pendapat saya pekerjaan Ibu Tita mungkin dapat digantikan oleh
Guru SMP atau SMA jika guru SMP dan SMA tersebut menguasai dan memiliki
kualifikasi cara mengajar siswa dengan karakteristik perkembangan siswa sekolah
dasar. Apalagi memang jika guru tersebut telah melalui proses pembelakan sebagai
guru sekolah dasar. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa pengalaman banyak
guru di kota yang mengikuti program mengajar di Pedesaan terpencil dan
ditempatkan di sekolah terpencil.
Namun memang lebih baik jika guru yang mengajar di sekolah dasar memiliki
kualifikasi linier sesuai pendidikan sesuai yang dipersyaratkan yaitu PGSD dibanding
Guru SMP atau SMA. Alasan pertama yaitu karena guru SD dan Guru di tingkat
pendidikan yang lebih tinggi memiliki karaktertistik dan kompetensi mengajar yang
berbeda disesuaikan dengan karakteristik (fisik, mental, dan kognitif) siswa di satuan
mengajar masing-masing. Alasan kedua, meskipun menyandang gelar yang sama
yaitu Sarjana Pendidikan (S.Pd), namun ilmu yang dipelajari mahasiswa PGSD dan
mahasiswa yang menjadi guru di SMP dan SMA akan sangat jauh berbeda. Selain itu
guru di SMP atau SMA sudah difokuskan untuk mengambil 1 mata pelajaran yang
menjadi fokus pengembangan karirnya sebagai guru seperti Guru Bahasa Indonesia,
PKn, IPS, Matematika, berbeda dengan guru SD yang harus mempelajari dan
mengajar seluruh mata pelajaran tanpa terpisah, kecuali bidang Agama dan Olahraga.
Kesimpulan : Perbedaan guru SD dan guru SMP atau SMA adalah terletak dari
penguasaan dan penerapan cara pedagogik disesuaikan untuk siswa yang memiliki
karakter (fisik, mental, kognitif) yang unik dan khas berbeda dengan tingkat satuan
pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu Guru SD harus memiliki karakter yang hangat
antusias dan menyukai anak-anak dengan tingkat kesabaran yang harus tinggi
menghadapi siswa di masa kanak-kanak. Oleh sebab itu peran ibu Tati akan sangat
berat jika digantikan oleh guru SMP dan guru SMA yang tidak memiliki persyaratan
dan kualifikasi umum dan khusus menjadi guru SD.
b. Selama menjadi guru SD, pelatihan apa yang pernah Anda ikuti? Apakah ada
pembaharuan/inovasi bagi upaya peningkatan mutu pendidikan?
1) Prinsip Relevansi
Prinsip ini menuntut kurikulum sesuai dengan tantangan dan kebutuhan
perkembangan peserta didik dan masyarakat sesuai dengan jamannya.
2) Prinsip efektivitas
Prinsip ini mencangkup kegiatan perencanaan dan impelementasi kurikulum,
mengacu pada sejauh mana kurikulum dapat dilaksanakan dan dicapai di sekolah.
Melalui prinsip efektivitas maka kurikulum diharapkan dapat mencapai tuuan
yang ditetapkan.
3) Prinsip efesiensi
Prinsip ini berkenaan dengan penggunaan sumber daya dalam mencapai tujuan.
Dengan menerapkan efisiensi maka kurikulum dapat dirancang dan dilaksanakan
dengan lancar dann optimal. Hendaknya pada pengembangan kurikulum dapat
memperhatikan berbagai faktor pendukung dan penghambat pengelolaan
pelaksanaan di sekolah dan mencari alternatif agar kurikulum dapat
diimplementasikan dengan lancar dan optimal.
4) Prinsip fleksibilitas
Prinsip ini menuntut kurikulum dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisisi
sekolah tempat kurikulum diimplementasikan. Oleh sebab itu guru dapat
menyesuaikan pelaksanaan atau penerapan di sekolah disesuaikan dengan situasi
dan kondisi sekolah.
5) Prinsip berkesinambungan
Prinsip ini didasarkan pada pandangan perkembangan dan proses belajar anak
berlangsung secara berkesinambungan sehingga kurikulum dirancang
berkesinambungan antara 1 tingkatan kelas dengan tingkatan setelahnya.
b. Bandingkan struktur kurikulum yang berlaku pada kurikulum 2004 (KBK), kurikulum
2006 (KTSP) dan kurikulum 2013!