Monolog Kaos Kaki Bolong, penyutradaraan dan kerja penulisan naskah (pengadaptasian cerpen) “Kaos Kaki Bolong” lebih konsen pada subjek peristiwa-laku tidak selalu mesti menerjemahkan peristiwa-teks yang ada dalam naskah. Seringkali penyutradaraan menemukan subjek peristiwa lakunya terlebih dahulu, baru kemudian penulisan naskah menerjemahkannya ke dalam peristiwa teks – meskipun sebatas untuk kebutuhan pendokumentasian tertulis. wacana sastra dalam naskah tersebut menempatkan pada “realisme-sosial”, ini saya rasa lebih pas dengan semangat penggarapan pertunjukan dan menjadi semangat kerja penggarapan yang akan saya lakoni. Berbekal semangat, saya mencoba menggiring tokoh tunggal jadi tokoh yang ambigu, sewenang, bahkan hampir seperti manusia kurang moral. Aktor tunggal dalam pertunjukan ini diposisikan sebagai manusia yang anti kritik dan sombong. Proses penggarapan pertunjukan ini di satu sisi juga menjadi wadah untuk menguji kekuatan aktor dalam pertemuan dan dialognya dengan elemen-elemen “mati” di atas panggung, bukan dengan aktor lain. Kerja penyutradaraan dan keaktoran juga diposisikan sebagai kerja dialogis yang saling tawar-menawar. Aktor sebenarnya juga melakukan kerja self-directing yang tinggi. Hubungan sutradara dengan aktor jauh dari proses transfer konsep searah. 2. Konsep Setting Panggung Monolog Kaos Kaki Bolong Konsep setting panggung secara fisik bentuk panggung dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu panggung tertutup, panggung terbuka dan panggung kereta. panggung tertutup terdiri dari panggung prosenium, panggung portable dan juga dapat berupa arena. Sedangkan panggung terbuka atau lebih dikenal dengan sebutan open air stage dan bentuknya juga bermacam-macam. Monolog kaos kaki bolong mengambil konsep panggung tertutup preosenium, dengan tujuan fokus kami adalah penonton dan memberikan porsi yang cukup dan nyaman untuk penonton. Akan tetapi tidak mengurangi kenyamanan pemeran tunggal. Panggung prosenium dibuat untuk membatasi daerah pemeranan dengan penonton. Arah dari panggung ini hanya satu jurusan yaitu kearah penonton saja, agar pandangan penonton lebih terpusat kearah pertunjukan. Para pemeran diatas panggung juga agar lebih jelas dan memusatkan perhatian penonton. Dalam kesadaran itulah maka keadaan pentas prosenium harus dapat memenuhi fungsi melayani pertunjukan dengan sebaik-baiknya. 3. Konsep Musik Monolog Kaos Kaki Bolong Pertunjukan drama idealnya selalu identic dengan musik, sehingga ada yang menyebutkan pertunjukan drama dengan didukung pemeran yang sangat baik pun akan masih terasa “hambar” jika tidak didukung oleh penataan musik yang sesuai dengan konteks cerita yang disajikan. Dalam monolog kaos kaki bolong, musik yang dipadankan dengan lakon adalah musik klasik yang menggambarkan suasana mencekam dan penuh keambiguan, hanya saja di akhir pementasan akan ada musik drumband yang sesuai dengan alur monolog. 4. Konsep Publikasi Monolog Kaos Kaki Bolong Pengertian publikasi dalam pentas drama yaitu mempromosikan drama yang akan di pentaskan sehingga menarik penonton untuk datang pada saat pagelaran berlangsung. caranya bisa dengan membuat pamflet, spanduk, pemasangan iklan, promo, kuis yang berhadiah tiket gratis, diskon tiket untuk pengunjung pertama, dan lain-lain. Akan tetapi dalam pementasan monolog ini, saya lebih tertatik membuat pamplet lalu dipublikasikan di media sosil. Tak heran, dikarenakan sekarang sudah jamaknya setiap orang memeang ponsel dan menggunakan media sosial.