Anda di halaman 1dari 10

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


NAMA : RENI KARTIKASARI
KELAS : 2 SDN 01 JATIKUWUNG, GONDANGREJO
(L:10, P: 9)
Masalah yang telah Analisis eksplorasi
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi penyebab masalah
1 1. Literasi 1. Hasil eksplorasi di kelas Hasil Analisis
Pemahaman Siswa 1.1 Pemahaman siswa terhadap isi bacaan masih rendah. eksplorasi penyebab
tentang isi bacaan 1.2 Siswa masih kesulitan dalam menceritakan kembali isi cerita. pemahaman siswa
kurang 2. Kajian literatur tentang isi bacaan
Zul Hijjayati , Muhammad Makki , Itsna Oktaviyanti (2022) yaitu :
Literasi baca-tulis merupakan kemampuan membaca, menulis, mencari serta 1. Rendahnya
mengolah dan memahami suatu informasi. Ada beberapa faktor penyebab rendahnya minat baca
kemampuan literasi baca-tulis siswa kelas 3 di SDN Sapit yaitu faktor internal dan anak.
faktor eksternal. Fakor internal meliputi rendahnya kemampuan intelegensi siswa, 2. Kurang
rendahnya minat belajar siswa, dan rendahnya motivasi belajar siswa. Faktor eksternal percaya diri
meliputi kurangnya perhatian orang tua, pengaruh televisi dan handphone, pengaruh dan merasa
teman bermain, kemampuan guru, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai. malu.
Zul Hijjayati , Muhammad Makki , Itsna Oktaviyanti : Analisis Faktor Penyebab Rendahnya 3. Kesulitan
Kemampuan Literasi Baca-Tulis Siswa Kelas 3 di SDN Sapit dalam
memahami
DOI: 10.29303/jipp.v7i3b.774 kosa kata
baru.
Vol. 7 No. 3b (2022): September

http://jipp.unram.ac.id/index.php/jipp/article/view/774

Menurut Anggita Yuli Puryati1,M. Arief Budiman 2, Ikha Listyarini3

Berdasarkan hasil penelitian dalam pembahasan yang telah diuraikan diatas dari hasil
wawancara, angket, observasi, dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa kesulitan
siswa dalam menceritakan kembali isi cerita yang terjadi dikelas IV SD N Tempaling
Rembang meliputi: (a) pemahaman bahasa siswa rendah, (b) siswa tidak mengetahui
unsur intrinsik dan extrinsik, (c) siswa tidak mampu memceritakan kembali isi
cerita yang telah dibaca, (d) proses belajar mengajar guru yang diterapkan, (e) siswa
kurang fokus dalam pembelajaran dan (f) respon dari siswa yang kurang menyebabkan
kesulitan belajar. Dan faktor yang mmpengaruhi kesulitan belajar siswa dalam
menceritakan kembali isi cerita terdiri dari faktor internal dan faktor external. .Faktor
internal berasal dari dalam diri siswa, meliputi :(a) kognitif (ranah pengetahuan) , (b)
afektif ( ranah sikap) yaitu siswa cenderung kurang percaya diri dan merasa malu,
(c) psikomotor (ranah ketrampilan). Sedangkan faktor external muncul dari luar
diri siswa meliputi : (a) lingkungan keluarga yaitu orang tua yang cenderung
acuhterhadap pendidikan anaknya, dorongan dari orang tua tidak ada, dan orang tua
menyerahkan sepenuhnya pendidiknanaknya disekolah, (b);lingkungan masyarakat,
(c) lingkungan sekolah.

https://journal.stkip-andi-matappa.ac.id/index.php/dikdas/article/downloadSuppFile/871/298

3. Teman Sejawat (Yurista Pambayun, S.Pd)


Pemahaman siswa terhadap isi bacaan masih rendah di karenakan
1. Ada beberapa kosa kata yang belum di pahami siswa
2. Efek pembelajaran daring sehingga kemampuan membaca siswa tidak
terpantau secara baik.
3. Anak – anak malas untuk membaca

2 Motivasi belajar 1. Hasil eksplorasi di kelas Hasil analisis


siswa rendah. 1.1 Siswa tidak semangat dalam belajar. eksplorasi yang
1.2 Siswa belum sadar akan pentingnya belajar di sekolah. menyebabkan
1.3 Orang tua kurang memberikan semangat/penguatan untuk belajar karena rendahnya motivasi
kesibukan. belajar adalah siswa
1.4 Rendahnya hasil belajar siswa. belum mempunyai
2. Kajian Literatur keinginan yang kuat
(Menurut Edu, A. L., Saiman, M., & Nasar, I: 2021) untuk belajar, siswa
Penyebab rendahnya motivasi belajar siswa yaitu: kurang aktif dalam
1. Rendahnya keinginan untuk belajar. mengikuti pelajaran
2. Tidak tekun dalam belajar. di dalam kelas, rasa
3. Suka bolos pada jam sekolah. ingin tahu yang
4. Kurang menunjukkan ketertarikan selama pembelajaran. rendah, kurang
sadar akan
Edu, A. L., Saiman, M., & Nasar, I. (2021). GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA pentingnya belajar di
SEKOLAH DASAR. Jurnal Literasi Pendidikan Dasar (JLPD), 2(2), 26-30. sekolah dan
kurangnya
file:///C:/Users/MyBook11G/Downloads/974-Article%20Text-2859-1-10- dukungan serta
20220111%20(1).pdf bimbingan dari
orangtua.
(Menurut Sururuddin, M., & Prihatini, N: 2018)
kondisi belajar siswa saat berlangsungnya proses belajar mengajar di dalam kelas yaitu:
1. siswa ada yang mengantuk, ada yang berbicara dengan temannya.
2. Ada yang seperti melamun. Hal ini terbukti pada saat peneliti bertanya kembali tentang
pelajaran pada saat itu, yang semulanya ketika guru kelas menjelaskan dan bertanya
kembali apa peserta didiknya paham apa tidak terhadap materi pelajaran yang
disampaikan pada hari itu, dengan serentak peserta didik menjawab paham. Namun
ketika peneliti mendekati salah satu siswa yang dianggap pada saat itu melamun dalam
pelaksanaan pembelajaran. Ternyata siswa tersebut menjawab sebenarnya ia tidak
paham, sehingga pada saat tugas diberikan oleh guru kelasnya

http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/didika/article/view/1198/pdf_48
Sururuddin, M., & Prihatini, N. (2018). Analisis Berbagai Faktor Penyebab Rendahnya
Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SDN 3 Tebaban. Jurnal DIDIKA: Wahana Ilmiah Pendidikan
Dasar, 4(1), 56-61.

(Menurut Sari, R. K., Chan, F., Hayati, D. K., Syaferi, A., & Sa'diah, H: 2021)
Penyebab rendahnya motivasi belajar siswa yaitu:
1. Disiplin belajar, ditemukan: siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru,
memiliki partisipasi yang rendah dalam pembelajaran, asyik bercanda dan ngobrol,
bukan membawa buku dan alat belajar.
2. Sikap belajar, ditemukan siswa yang tidak terlibat dalam diskusi kelas atau diskusi
kelompok.
3. Tingkat keaktifan, ditemukan: siswa yang kurang mendengar penjelasan guru, siswa
yang kurang memperhatikan tugas individu dan kelompok, siswa dengan rasa ingin
tahu yang rendah, siswa yang kurang berani bertanya dan menjawab.
4.Kepuasan terhadap hasil belajar rendah.

Sari, R. K., Chan, F., Hayati, D. K., Syaferi, A., & Sa'diah, H. (2021). Analisis Faktor
Rendahnya Motivasi Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran IPA di SD Negeri 80/I
Rengas Condong Kecamatan Muara Bulian. Al Jahiz: Journal of Biology Education
Research, 1(2), 63-79.

https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/Al-Jahiz/article/view/3146/2083

4. Teman Sejawat
Menurut Ibu Isnaini Muslimah, S.Pd ( Wali Kelas I)
1. Efek pandemi dan pembelajaran daring sehingga gairah siswa untuk belajar belum
maksimal.
2. Ada siswa yang belum tercukupi gizinya dengan baik sehingga sering lesu dan
mengantuk.

Menurut Drs Wagiman, S.Pd ( Guru Berprestasi)


1. Kurangnya perhatian orang tua dirumah, serta pembimbingan orang tua dalam
mengerjakan tugas dirumah sering dikerjakan orang tua
2. Anak kurang lancar membaca
3. Penyesuaian anak yang belum bisa berfikir dan menyelesaikan masalah sendiri.
4. Kebiasaan siswa yang masih senang bermain/bergurai dengan teman saat kegiatan
belajar mengajar.

3 Rendahnya respon 1. Hasil Eksplorasi di kelas Hasil analisis


orangtua terhadap 1.Siswa kurang mendapat perhatian orangtua saat belajar di rumah. eksplorasi yang
belajar anak. 2.Orang tua: sibuk bekerja sehingga tidak bisa mendampingi anaknya ketika menyebabkan
belajar. rendahnya respon
3.Siswa tidak mengerjakan tugas di rumah secara maksimal orangtua terhadap
2. Hasil Kajian Literature belajar anak adalah
Menurut Ezy Zurriyati, Mudjiran Mudjiran (2021) orangtua sibuk
Terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara parent involvement dengan student bekerja sehingga
engagement pada siswa.Artinya, semakin orang tua kurang terlibat dengan pendidikan tidak bisa
anaknya disekolah, maka siswa kurang mampu menjalankan pembelajaran disekolah, mendampingi anak,
emosi atau perasaan siswa menjadi tidak senang dan tidak nyaman dalam belajar, orangtua kurang
siswa kurang dapat fokus dan konsentrasi terhadap proses pembelajaran, dan kurang terlibat dalam
menunjukan tingkah laku yang bertanggung jawab dalam berpartisipasi pada kegiatan pendidikan anaknya
pembelajaran disekolah; 2) Parent involvement pada siswa termasuk ke dalam kategori di sekolah dan
negatif. Artinya, siswa mempersepsikan orangtuanya kurang terlibat pada kegiatan tingkat pendidikan
pendidikan anaknya baik dirumah, disekolah, dan kurang dalam membantu orangtua yang
pengembangan pendidikan dan merencanakan cita-cita pekerjaan anak dimasa depan; rendah.
3) Student enggagement pada siswa termasuk ke dalam kategori rendah. Artinya,
siswa kurang terikat dalam mengikuti pembelajaran disekolah, baik perilakunya yang
sering membolos, kurang konsentrasi maupun fokus pada pembelajaran, juga siswa
sering merasa bosan dan tidak senang mengikuti pembelajaran disekolah; 4)
Hubunganantara Home Based Involvement dengan Student engagement memiliki
keserataan yang paling kuat dan signifikan diantara aspek-aspek parent involvement
lainnya. Artinya, membutuhkan kontrol yang kuat dari orangtua dirumah mengenai
mengenai aktivitas sekolah maupun tugas sekolah anaknya.Jadi dapat disimpulkan
bahwa, perhatian orang tua sangat berpengaruh terhadap kontribusi dalam
memotivasi siswa saat belajar. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk
mengembangkan bentuk motivasi lain yang dapat memepengaruhi belajar siswa

Kontribusi Perhatian Orang Tua dan Motivasi Belajar Terhadap Keterlibatan Siswa
dalam Belajar (Student Engagement) di Sekolah Dasar–Ezy Zurriyati,
MudjiranDOI:https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i3.889
DOI: https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i3.889
https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/889
3. Teman Sejawat
Menurut Menurut Bapak Marinah, S.Pd ( Wali Kelas II)
1. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah
2. Orang tua sibuk bekerja
3. Ada orang tua yang meninggalkan anaknya/cerai
4. Komite Sekolah belum maksimal.
Menurut Ibu Sri Rahayu, S.Pd ( Guru Berprestasi Tingk. Kabupaten )

1. Guru belum menekankan kepada orang tua bahwa pendidikan sangat penting.
2. Guru belum mengupayakan untuk rapat wali murid secara berkala.
3. Orang tua sebagian besar sibuk bekerja karena tuntutan ekonomi.

4 Target pembelajaran 1. Hasil Eksplorasi di kelas Hasil analisis


tidak tercapai dengan 1. Siswa membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai nilai kognitif. eksplorasi yang
optimal saat 3.Waktu pembelajaran dan target nilai tidak tercapai. menyebabkan
menggunakan model 2. Kajian Literature pembelajaran tidak
pembelajaran inovatif Manalu, Santy (2019) tercapai dengan
Model pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimpelmentasikan rencana optimal saat
yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan myata dan praktis untuk mencapai tujuan menggunakan model
pembelajaran. Beberapa metode pembelajaran yang digunakan antara lain yaitu: ceramah, pembelajaran
demostrasi, diskusi, simulasi, laboratorium, pengalaman lapangan, brainstorming debat, inovatif karena
symposium. (Milfayetty, Sri dkk , 2015 : 97). Pembelajaran yang inovatif memerlukan guru proses pembelajaran
dan juga kepala sekolah untuk memahami paragdigma baru dari suatu keberhasilan. Jika inovatif
guru berhasil memahami paradigm belajar melalui pembelajaran multimedia maka siswa membutuhkan
akan termotivasi untuk belajar. Motivasi belajar tercermin melalui ketekunan yang yang waktu yang lama
tidak mudah goyah mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Komponen karena siswa di
utama motivasi belajara adalah kebutuhan, dorongan dan tujuan belajar. Karena selain tuntut untuk belajar
guru, kepala sekolah juga harus mampu mengikuti perkembangan IPTEK demi kemajuan mandiri, sehingga
pendidikan disekolah yang dipimpinnya. Sehingga berdampak juga bagi kemajuan ilmu terkadang nilai yang
pengetahuan peserta didik. The liang Gie mengungkapkan ada liam ciri- ciri ilmu di dapat kurang
pengetahuan yaitu: empiris, sistematis, obyektif, analitis, Verifikatif. (Kebung Konrad, maksimal.
2011 : 68). Baik itu dalam program pembelajaran maupun melengkapi sarana dan prasana
yang dibutuhkan saat proses pembelajaran. Telah berabad-abad berlaku paragdigma
konvensional yang menjelaskan bahwa keberhasilan seseorang dikaitkan dengan
kemampuan intektualnya, yang diukur dengan IQ (Intellegence Quotient). Yang selama ini
dianut oleh guru hanya mengajar hasil belajar yang bersifat kuantitatif.
Paragdigma untuk melihat keberhasilan yang mengandalkan IQ sangat berpengaruh
terhadap visi dan misi proses pengajaran. Proses belajar mengajar sangat
mementingkan aspek kognitif. Implikasinya, pengajaran sangat mementingkan belahan
otak kiri, sehingga persoalan berfikir kreatif, imajinatif, holistik, sangat diabaikan.
Pendidikan kita sangat mementingkan nilai akhir ujian selama bertahun tahun . padahal
pengembangan potensi belahan otak kiri dan kanan secara seimbang menjadi sangat
penting agar disamping pseserta didik cerdas, memiliki kemampuan analitis matematis,
mereka juga memiliki kemampuan berfikir imajinatif yang mencakup lintas ruang dan
waktu, kreatif, sintetik, dan holistik
Manalu, Santy (2019) PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI MULTIMEDIA DALAM MENINGKATKAN SEMANGAT
BELAJAR SISWA PADA KELAS VI SD HKBP 2 SIDORAME MEDAN. In: Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Medan, 2019, Universitas Negeri Medan.
http://semnasfis.unimed.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/45.-Santy-Manalu.pdf

3. Teman Sejawat
Menurut Ibu Heni Suryaningsih, S.Pd. (Guru kelas 4)
1. Membutuhkan waktu yang lama ketika menggunakan model pembelajaran
inovatif.
2. Siswa berfikir secara mandiri dalam memecahkan masalah.
3. Nilai Kompetensi Dasar tidak tercapai secara maksimal
5 Siswa masih kesulitan 1.Hasil Eksplorasi di kelas Analisis ekplorasi
dalam menjawab soal 1. Banyak siswa yang belum bisa memahami soal HOTS karena ada beberapa kata yang penyebab masalah
HOTS belum mereka mengerti. pembelajaran di kelas
2.Banyak siswa yang masih bingung dengan soal soal dengan level HOTS. belum berbasis HOTS
disebabkan guru
2. Kajian Literature belum terbiasa
(Menurut Julianto, J: 2022) menggunakan soal
Penyebab HOTS susah dipahami oleh siswa: bebrbasis HOTS dan
1. Peserta didik yang belum terbiasa dalam menyelesaikan soal berbasis HOTs. siswa belum faham
konteks HOTS, siswa
2. Peserta didik masih memerlukan bantuan orang lain dalam menyelesaikan soal.
belum mampu berfikir
3. Kesulitan dalam memahami kalimat atau maksud dari soal.
kritis sehingga perlu
4. kurang teliti dalam membaca dan memahami soal. latihan insentif soal-
5. pemahaman materi yang kurang. soal yang berbasis
HOTS.
Julianto, J. 2022. ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KESULITAN SISWA SEKOLAH DASAR
KELAS IV DALAM MENYELESAIKAN SOAL HOTs (HIGH ORDER THINKING SKILLS) PADA
MATA PELAJARAN IPA.

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-pgsd/article/view/44430

(Menurut Pratiwi, E. D., Atharina, F. P., & Saputra, H. J: 2020)


Penyebab HOTS susah dipahami oleh siswa karena dalam soal HOTS peserta didik diminta untuk
berfikir kritis dan memahami maksud soal yang akan dikerjakannya.

Pratiwi, E. D., Atharina, F. P., & Saputra, H. J. (2020). Analisis Assesment Higher Order Thinking
Skills Pada Materi IPA Kelas Tinggi SD N Bugangan 02 Semarang. Elementary School: Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran ke-SD-an, 1(1), 9-15.

file:///C:/Users/MyBook11G/Downloads/1106-2714-1-PB.pdf

(Menurut Sinta, U. A., Roebyanto, G., & Nuraini, N. L. S: 2022)


Penyebab HOTS susah dipahami oleh Guru yaitu guru tidak pernah mengikuti pelatihan terkait
penyusunan soal berbasis HOTS. Pelatihan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam menyusun soal, namun apabila pelatihan belum pernah dilakukan maka
guru akan mengalami kesulitan dalam penyusunan soal karena guru belum memahami langkah-
langkah penyusunan soal berbasis HOTS.
Sinta, U. A., Roebyanto, G., & Nuraini, N. L. S. (2022). Analisis Kesulitan Guru dalam Menyusun
Soal Evaluasi Berbasis Hots Pada Pembelajaran Matematika di SDN Torongrejo 2. Jurnal
Pembelajaran, Bimbingan, dan Pengelolaan Pendidikan, 2(1), 45-53.

http://journal3.um.ac.id/index.php/fip/article/view/2111/1546.

3. Teman Sejawat

Menurut Bapak Suryo Hanjono, S.Pd (Kepala SDN 01 Wonorejo)


1. Alat peraga yang digunakan guru tidak tepat.
2. Materi tidak sesuai dengan kemampuan siswa.
3. Suasana kelas gaduh saat guru menerangkan.

Menurut Bapak Yurista Dwi, S.Pd ( Wali Kelas VI)


1. Materi tergantung pada buku guru.
2. Pembelajaran masih klasikal di kelas.
3. Pembelajaran belum memanfaatkan lingkungan sekitar.

6 Kemampuan guru dan 1. Hasil eksplorasi di kelas Analisis eksplorasi


siswa dalam hal IT Guru dan siswa belum begitu menguasai penggunaan IT. kemampuan guru
masih kurang 2. Kajian literature dan siswa dalam hal
Menurut R. Ceha, Endang Prasetyaningsih, Iyan Bachtiar, Agus Nana S. 2016 IT masih kurang
Dalam upaya peningkatan mutu mengajar dan mutu pembelajaran di era globalisasi, karena belum
guru sebaiknya menguasai program komputer, agar dapat memanfaatkan teknologi yang menguasai IT
telah tersedia dan untuk memudahkan dalam mengajar. Guru hendaknya dapat sehingga proses
menggunakan peralatan yang lebih ekonomis, efisien, dan mampu dimiliki oleh sekolah, belajar kurang
tidak menolak digunakannya peralatan teknologi modern yang relevan dengan tuntutan menarik.
masyarakat dan perkembangan zaman, serta mempunyai berbagai keterampilan yang
mendukung tugasnya dalam mengajar. Salah satu keterampilan tersebut adalah
bagaimana seorang guru dapat menggunakan media pembelajaran (Syaiful Bahri, 2006).
Guru dapat membuat kreasi dan variasi media interaktif, pembuatan CD pembelajaran
interaktif, powerpoint, dan dengan media komputer. Masalah utama yang dihadapi mitra
saat ini adalah kemampuan guru dalam pemanfaatan IT atau ICT untuk kegiatan
pembelajaran belum merata. Selain itu juga masih adanya kesenjangan literasi TIK
antar wilayah di satu sisi dan perkembangan internet yang juga membawa dampak
negatif terhadap nilai dan norma masyarakat sehingga perlu dilakukan upaya secara
aktif dari semua stakeholder sekolah dalam peningkatan kualitas pembelajaran dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Kegiatan Pengabdian kepada
masyarakat yang diusulkan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan guru mengenai
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi pada kegiatan pembelajaran,
meningkatkan kemampuan guru untuk membuat bahan ajar pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi sehingga dapat mengoptimalkan potensi yang ada di sekolah
mitra dalam pemanfaatan Teknologi Informasi untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA KEGIATAN


PEMBELAJARAN R. Ceha, Endang Prasetyaningsih, Iyan Bachtiar, Agus Nana S. 2016

https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/ethos/issue/view/144

3. Teman Sejawat
Menurut roslandiantoro, S.Pd
1. Guru belum begitu terampil dalam menggunakan IT sehingga proes belajar di kelas
membosankan.
2. Guru belum melakukan pelatihan menggunakan IT secara maksimal.

Anda mungkin juga menyukai