Kelas :B
FAKULTAS KEDOKTERAN
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Asessmen Dan Intervensi Industri dan Organisasi ini telah diujikan dan
telah direvisi serta dinyatakan telah sesuai untuk pengumpulan
ii
3
DAFTAR ISI
iv
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu aspek yang perlu memperoleh perhatian ekstra dalam bidang
sumber daya adalah komitmen anggota pada organisasi. Faktor ini sangat
diperlukan karena individu yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasi
akan terus-menerus berikhtiar demi kemajuan organisasi. Sumber Daya
Manusia (SDM) merupakan faktor penentu yang sangat penting bagi
keefektifan berjalannya sebuah kegiatan dalam suatu organisasi. Keberhasilan
dan kinerja seseorang dalam suatu organisasi banyak ditentukan oleh tingkat
kompetensi, profesionalisme, dan juga komitmennya terhadap organisasi yang
ditekuninya itu. Dalam Kompasiana tahun 2014 menyebutkan bahwa anggota
yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasinya akan melakukan
pekerjaan secara optimal dan lebih bertanggung jawab sehingga dengan
komitmen tersebut anggota dapat membantu memperlancar organisasi
mencapai tujuannya.
Luthans mendefinisikan komitmen organisasi sebagai keinginan kuat
untuk tetap sebagai anggota organisasi, keinginan untuk berusaha keras sesuai
keinginan organisasi dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi (Novita,
2018). Komitmen organisasi itu sendiri memiliki dasar yang berbeda-beda
secara psikologis. Untuk itu perlu meneliti komitmen organisasi dengan
menggunakan pendekatan secara multidimensional. Allen dan Meyer (1991)
mendefinisikan komitmen organisasi sebagai kondisi psikologis yang
menunjukkan karakteristik hubungan antara pekerja dengan organisasi dan
mempunyai pengaruh dalam keputusan untuk tetap melanjutkan
keanggotaannya di dalam organisasi tersebut (Nandya, 2017).
Penelitian terhadap perilaku menyimpulkan bahwa ada tiga (3) sumber
komitmen organisasional yang berbeda. Artinya, affective commitment
berkaitan dengan adanya keinginan untuk terikat pada organisasi atau
keterikatan emosional anggota, identifikasi, dan keterlibatan dalam organisasi
5
6
terjadi apabila anggota ingin menjadi bagian dari organisasi karena adanya
ikatan emosional (emotional attachment) atau merasa mempunyai nilai sama
dengan organisasi; continuance commitment adalah suatu kesadaran akan
biaya-biaya yang harus ditanggung (kerugian baik finansial atau kerugian lain)
berhubungan dengan keluarnya pegawai dari organisasi. Normative
commitment adalah suatu perasaan wajib dari pegawai untuk untuk tetap
tinggal dalam suatu organisasi karena adanya perasaan hutang budi pada
organisasi. Hal yang umum dari ketiga bentuk komitmen tersebut adalah
pandangan bahwa komitmen merupakan kondisi psikologis yang mencirikan
hubungan antara anggota dengan organisasi dan memiliki implikasi bagi
keputusan individu untuk tetap berada atau meninggalkan organisasi (Nandya,
2017).
Steers & Porter menyatakan bahwa komitmen yang tinggi terhadap
perusahaan akan membawa dampak positif bagi perusahaan. Dengan komitmen
yang tinggi maka anggota akan lebih betah dalam bekerja, setia, ikut
berpartisipasi penuh dalam pencapaian tujuan perusahaan. Katz & Kahn juga
menyatakan bahwa komitmen yang tinggi akan membuat perusahaan lebih
kompetitif karena para anggota yang berkomitmen tinggi biasanya kreatif dan
inovatif (Miftahun & Sugiyanto, 2010).
Porter, Crampon, & Smith (dalam Miftahun & Sugiyanto, 2010)
mengungkapkan bahwa perusahaan membutuhkan anggota‐anggota yang
berkualitas dan memiliki tingkat komitmen tinggi untuk dapat bertahan di
dunia bisnis yang sangat kompetitif. Komitmen yang tinggi menunjukkan
adanya kesediaan anggota untuk bekerja keras bagi perusahaan, adanya
keyakinan yang kuat dan penerimaan tujuan serta nilai‐nilai perusahaan serta
adanya keinginan pada diri anggota untuk mempertahankan keanggotaan dalam
perusahaan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nandya (2017) dalam jurnal
“Studi Deskriptif Mengenai Komitmen Organisasi pada Anggota Unit Usaha
Industri Hilir Teh Bagian Produksi di PT. Perkebunan Nusantara VIII
Bandung” mengungkapkan bahwa jika affective tinggi, continuance tinggi,
7
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka fokus
penelitian ini yaitu mengenai gambaran komitmen organisasi pada anggota
GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia). Serta merancang intervensi
yang sesuai untuk anggota GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia)
terhadap permasalahan yang ada.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui gambaran komitmen organisasi pada anggota GMNI
(Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia).
10
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Organisasi
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi atau bahan
masukan tambahan bagi organisasi dalam menyikapi masalah anggota
organisasi yang menyangkut komitmen organisasinya.
2. Bagi Anggota/pengurus
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan yang lebih
banyak kepada anggota dalam bekerja di sebuah organisasi agar dapat
memperoleh komitmen organisasi yang sesuai dengan tujuan dari
organisasi.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai
manajemen sumber daya manusia secara riil khususnya yang menyangkut
komitmen organisasi dan memperdalam khasanah ilmu mengenai
komitmen organisasi dalam ranah psikologi
4. Bagi Akademisi/ ilmuan psikologi
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian atau referensi bagi
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan manajemen sumber daya
manusia terkhususnya dalam masalah komitmen organisasi.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komitmen Organisasi
1. Pengertian Komitmen Organisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) komitmen
merupakan perjanjian atau keterikatan untuk melakukan sesuatu.
Komitmen dapat didefinisikan sebagai upaya mencapai tujuan organisasi
dengan kemauan mengarahkan segala daya untuk kepentingan organisasi
menjadi bagian organisasi, dan ketertarikan untuk tetap menjadi bagian
organisasi Sutrisno (2010). Komitmen dianggap sebagai psychological
state, namun hal ini dapat berkembang secara retrospektif (sebagai
justifikasi terhadap tingkah laku yang sedang berlangsung) sebagaimana
diajukan pendekatan behavioral, sama seperti juga secara prospektif
(berdasarkan persepsi dari kondisi saat ini atau di masa depan di dalam
organisasi) sebagaimana dinyatakan dalam pendekatan attitudinal (Meyer
& Allen, 1990).
Ivancevich, Konopaske dan Matteson mengungkapkan bahwa
komitmen adalah perasaan identifikasi, perlibatan dan loyalitas dinyatakan
oleh pekerja terhadap perusahaan. Sedangkan menurut Kreitner dan
Kinicki adalah kesepakatan untuk melakukan sesuatu untuk diri sendiri,
individu lain, kelompok atau organisasi. Sedangkan menurut
Schermerhorn, Hunt, Osborn dan Uhl Bien menyatakan komitmen sebagai
loyalitas seorang individu pada organisasi (Wibowo, 2016)
Stephen P. Robbins dan Judge mendefenisikan sebagai suatu
keadaan dimana seorang individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan
dan keinginan untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi.
Mowday, Porter, dan Steers yang dikutip oleh Schultz (1998) menyatakan
bahwa komitmen organisasi memiliki tiga komponen berikut.Pertama,
menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi. Kedua, keinginan untuk
berusaha keras bagi organisasi. Dan ketiga, memiliki hasrat keinginan kuat
11
12
B. Mahasiswa
1. Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba
ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah
satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik,
sekolah tinggi, institut dan universitas. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di
perguruan tinggi. Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor
60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi disebutkan bahwa mahasiswa
adalah peserta didik yang terdaftar dan terdaftar pada perguruan tinggi
tertentu. Serara harfiah, maha berarti besar. Jadi mahasiswa berarti siswa
besar (Ginting, 2016).
Mahasiswa merupakan sebutan bagi mereka yang menempuh
pendidikan lanjutan setelah Sekolah Menengah Umum (SMU). Pendidikan
tersebut dapat berupa perguruan tinggi, sekolah tinggi, institut, akademi,
dan sebagainya. Usia saat menjadi mahasiswa di perguruan tinggi
umumnya berkisar antara 18-21 tahun. Secara fisiologis, usia ini sangat
rentan terhadap segala sesuatu, kejiwaan yang labil dan selalu memegang
idiom ketakohan. Sedangkan menurut Yusuf, seorang mahasiswa
dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18 sampai 25 tahun.
Tahap ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa
awal dan dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia
mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup (Yusuf, 2015).
Menurut Siswoyo (2017) mahasisva dapat didefinisikan sebagai
individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik
negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan
tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi,
kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Bepikir kritis
18
dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung
melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling
melengkapi.
Mahasiswa adalah calon ilmuan. Oleh karena itu, setiap mahasiswa
perlu mempersiapkan diri untuk memikul tanggung jawab sosial.
Pendidikan pada umumnya, terutama di perguruan tinggi yaitu pendidikan
tersier yang terutama dipicu oleh kemajuan teknologi, harus mampu
menghasilkan pejuang-pejuang mahasiswa yang menghasilkan karya-
karya yang berguna bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam
kompleks kehidupan yang penuh perubahan (Zuchdi, 2012).
Seyogyanya seorang mahasiswa dituntut untuk mampu belajar
secara mandiri diluar jadwal kegiatan akademik yang telah ditetapkan. Jika
hanya mengandalkan pelajaran yang diperoleh secara langsung dari dosen,
pengetahuan yang diperoleh akan kurang memadai. Dalam kaitanmya,
secara singkat Mckeachi menulis proses belajar mahasiswa kebanyakan
terjadi diluar kelas (Ginting, 2016).
Berdasarkan dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa merupakan seseorang yang sedang menempuh atau menjalani
pendidikan tinggi seperti universitas, institusi atau akademik. Mahasiswa
sendiri terbagi menjadi 2 kata, yaitu maha artinya besar dan siswa yang
berarti seseorang yang sedang melakukan perjalanan sebagai seorang
murid. Mahasiswa dituntut untuk belajar dengan lebih mandiri
2. Ciri-Ciri Mahasiswa
Menurut Kartono (dalam Siregar, 2016), mahasiswa merupakan
anggota masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu, antara lain:
a. Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di
perguruan tinggi, sehingga dapat digolongkan sebagai kaum
intelektual.
b. Yang karena kesempatan di atas diharapkan nantinya dapat
bertindak sebagai pemimpin yang mampu dan terampil, baik
sebagai pemimpin masyarakat ataupun dalam dunia kerja.
19
begitu pula masa transisi dari sekolah menengah atas menuju universitas.
Dalam banyak hal, terdapat perubahan yang sama dalam dua transisi itu.
Transisi ini melibatkan gerakan menuju satu struktur sekolah yang lebih
besar dan tidak bersifat pribadi, seperti interaksi dengan kelompok sebaya
dari daerah yang lebih beragam dan peningkatan perhatian pada prestasi
dan penilaiannya (Santrock, 2002)
Perguruan tinggi dapat menjadi masa penemuan intelektual dan
pertumbuhan kepribadian. Mahasiswa berubah saat merespon terhadap
kurikulum yang menawarkan wawasan dan cara berpikir baru seperti;
terhadap mahasiswa lain yang berbeda dalam soal pandangan dan nilai,
terhadap kultur mahasiswa yang berbeda dengan kultur pada umumnya,
dan terhadap anggota fakultas yang memberikan model baru. Pilihan
perguruan tinggi dapat mewakili pengejaran terhadap hasrat yang
menggebu atau awal dari karir masa depan (Papalia dkk, 2008)
Ciri-ciri perkembangan remaja lanjut atau remaja akhir (usia 18
sampai 21 tahun) dapat dilihat dalam tugas-tugas perkembangan yaitu
(Gunarsa, 2016);
a. Menerima keadaan fisiknya; perubahan fisiologis dan organis yang
sedemikian hebat pada tahun-tahun sebelumnya, pada masa remaja
akhir sudah lebih tenang. Struktur dan penampilan fisik sudah menetap
dan harus diterima sebagaimana adanya. Kekecewaan karena kondisi
fisik tertentu tidak lagi mengganggu dan sedikit demi sedikit mulai
menerima keadaannya.
b. Memperoleh kebebasan emosional; masa remaja akhir sedang pada
masa proses melepaskan diri dari ketergantungan secara emosional
dari orang yang dekat dalam hidupnya (orangtua). Kehidupan emosi
yang sebelumnya banyak mendominasi sikap dan tindakannya mulai
terintegrasi dengan fungsi-fungsi lain sehingga lebih stabil dan lebih
terkendali. Dia mampu mengungkapkan pendapat dan perasaannya
dengan sikap yang sesuai dengan lingkungan dan kebebasan
emosionalnya.
21
C. Ringkasan Masalah
Jika dikaitkan dengan organisasi yang ingin diteliti GMNI (Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesia) maka hal diatas sangatlah berkaitan dengan
apa yang dihadapi organisasi ini. Berdasarkan hasil studi pendahuluan maka
mendapatkan hasil bahwa masih banyak indikator komitmen organisasi yang
belum terpenuhi dalam organisasi GMNI terutama dalam hal berinteraksi satu
sama lain masih ada rasa canggung antara anggota yang baru dengan anggota
yang lama. Banyak anggota GMNI kurang untuk berkomitmen seperti banyak
anggota yang kurang menghadiri beberapa acara yang berguna untuk
mempererat kedekatan sesama anggota sedangkan pada teorinya tujuan
organisasi akan berbanding lurus dengan komitmen organisasi anggota. Maka
dengan ringkasan masalah yang telah dipaparkan diatas peneliti tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian mengenai Komitmen organisasi yang ada pada
orgnasisasi GMNI yang ada di fakultas Kedokteran ULM.
Organisasi GMNI adalah organisasi yang anggotanya terdiri dari berbagai
program studi. GMNI sendiri berdiri didasari keinginan untuk menyatukan
organisasi-organisasi mahasiswa yang ada mempererat rasa kemahasiswaan.
Dengan keanggotaan yang beragam tetapi memiliki visi dan misi yang sama
maka kami ingin mengetahui bagaimana komitmen organisasi yang ada pada
organisasi GMNI.
23
BAB III
METODE ASESMEN
23
24
B. Pelaksanaan Asesmen
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan persiapan
yang berkaitan dengan perijinan dan penyusunan alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini serta meminta persetujuan pada salah stau anggota
GMNI untuk melakukan penelitian. Sebelumnya peneliti telah melakukan
konsultasi terkait judul penelitian pada tanggal 14 Februari 2020.
Setelah mendapatkan persetujuan untuk judul penelitian dan
berkonsultasi bagaimana prosesnya, peneliti melakukan wawancara
kepada satu orang anggota GMNI untuk melakukan studi pendahuluan
pada 27 Februari 2020. Wawancara dilakukan tidak terlalu mendalam
(tidak semua pertanyaan sesuai panduan wawancara) namun sesuai dengan
aspek-aspek komitmen organisasi oleh Allen dan Meyer. Kemudian kami
26
BAB IV
A. Hasil Asesmen
1. Identitas Organisasi
a. Nama Organisasi : Gerakan Mahasiswa Nasional di Indonesia
b. Alamat Organisasi : Jl. Dahlina Raya, Komplek Dahlina
Permai No.40 Loktabat Selatan,
Banjarbaru. Kodepos 70714.
2. Identitas Subjek
a. Narasumber I
a) Nama : AS
b) TTL : Bati-Bati, 18 Mei 1998
c) Jenis Kelamin : Laki-Laki
d) Usia : 21 Tahun
e) Lama Bergabung : 4 tahun
3. Riwayat Organisasi
a. Sejarah Organisasi
GMNI lahir dengan identitasnya yang hakiki sebagai Organisasi
Kader dan Organisasi Perjuangan yang berlandaskan ajaran Soekarno.
Karena itu, dalam aktivitasnya terdapat prinsip-prinsip perjuangan
yang harus tetap melekat dalam tubuh GMNI dan menjadi dasar
perjuangan GMNI. Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)
lahir dari hasil proses peleburan 3 (tiga) organisasi kemahasiswaan
yang memiliki kesamaan azas yakni “Marhaenisme” ajaran Bung
Karno. Ketiga organisasi tersebut adalah Gerakan Mahasiswa
Marhaenis (GMM) yang berpusat di Jogjakarta, Gerakan Mahasiswa
Merdeka yang berpusat di Surabaya dan Gerakan Mahasiswa
Demokrat Indonesia (GMDI) yang berpusat di Jakarta.
Gagasan untuk proses peleburan ketiga organisasi mahasiswa
tersebut mulai muncul, ketika pada awal bulan September 1953,
Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) melakukan
27
28
4. Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan sebanyak 4 kali. Wawancara sebanyak 3 kali
dilakukan melalui chat LINE, sedangkan 1 kali yang terakhir melalui call
group LINE. Pada wawancara terakhir, kami memfokuskan pada
komitmen organisasi yang dimiliki berdasarkan 3 aspek dari Meyer dan
Allen (1991). Wawancara terakhir dilakukan pada tanggal 30 April 2020
dengan durasi waktu 29 menit 36 detik.
31
Jenis Kelamin
Laki-laki 24 orang
Perempuan 8 orang
Lama Bergabung
2 bulan 2 orang
36
4 bulan 1 orang
6 bulan 2 orang
1 tahun 12 orang
2 tahun 9 orang
3 tahun 2 orang
4 tahun 4 orang
Skor Hipotetik
Variabel
X Min X Max Mean Standar Deviasi
1. X < ( M – 1SD )
X < ( 45 – 1 (9) )
2. ( M – 1SD ) ≤ X ≤ ( M + 1SD )
( 45 – 1 (9) ) ≤ X ≤ ( 45 + 1 (9) )
Sedang ( 45 – 9 ) ≤ X ≤ ( 45 + 9 )
36 ≤ X ≤ 54
3. ( M + 1SD ) ≤ X
( 45 + 1 (9) ) ≤ X
Tinggi 54 ≤ X
X < 36 Rendah - -
Komitmen
36 ≤ X ≤ 54 Sedang 25 78,125%
Organisasi
54 ≤ X Tinggi 7 21,975%
B. Pembahasan
GMNI DPC Kota Banjarbaru merupakan salah satu organisasi ekstra
kampus yang tergabung dalam rumpun Cipayung Plus. Anggota GMNI
38
GMNI DPC Kota Banjarbaru memiliki keterikatan yang tinggi. Hal ini
terjadi dikarnakan hal-hal yang meliputi kenyamanan, keamanan, dan
manfaat dari organisasi hanya dirasakan oleh anggota yang aktif mengikuti
kegiatan. Sebagai pengurus GMNI DPC Kota Banjarbaru dituntut untuk
aktif dikarnakan mengemban tugas selama masa periodenya.
Pada komitmen normatif yang berkaitan dengan kewajiban moral
anggota untuk memelihara hubungan dalam organisasi yang mana hal ini
akan mendorong anggota untuk tetap berada dalam organisasi serta
munculnya perasaan tidak nyaman dan bersalah jika tidak melakukan
sesuatu (Meyer dan Allen, 1991). Karna keanggotaan GMNI DPC Kota
Banjarbaru tidak mengikat sehingga tiap-tiap anggotanya tidak mampu
memlihara komitmen normatif. Seperti halnya pada kegiatan acara anggota
yang tidak mengemban tugas sebagai pengurus tidak merasa bersalah atau
tidak nyaman jika tidak menghadiri kegiatan tersebut dan pengurus yang
aktif pun jika memang tidak memiliki status panitia kegiatan atau inti
panitia merasa tidak masalah untuk tidak hadir. Karna memang dalam
kegiatan GMNI DPC Kota Banjarbaru tidak ada keterikatan dan tekanan
untuk hadir di dalam setiap acaranya, sehingga kebanyakan mereka yang
mengemban tanggung jawab yang lebih merasa bersalah dan tidak nyaman
jika tidak mengikuti kegiatan atau ikut mempersiapkan kegiatan.
Hal ini saling berhubungan dengan komitmen anggota dalam
berkelanjutan yang mana komitmen berkelanjutan yang tinggi akan
menyebabkan pegawai bertahan dalam organisasi karna adanya kesadaran
dri (Meyer dan Allen ,1991). Sesuai dari hasil pengumpulan data bahwa
komimtne berkelanjutan juga rendah karna untuk terdata sebagai anggota
GMNI DPC Kota Banjarbaru tidak ada konsekuensi jika keluar dari
organisasinya. Anggota GMNI DPC Kota Banjarbaru yang keluar,
biasanya langsung menghilang atau tidak aktif mengikuti kegiatan.
Namun, hal tersebut tidak dianggap sebagai keluar karna tetap terdata
sebagai Anggota GMNI DPC Kota Banjarbaru. Berbeda dengan anggota
yang berstatus pengurus GMNI DPC Kota Banjarbaru komitmen
40
Organisasi GMNI
Komitmen Organisasi
Sedang: Rendah :
Tinggi :
BAB V
SARAN INTERVENSI
42
43
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komitmen sangatlah penting dalam suatu organisasi demi menunjang
tercapainya tujuan dari organisasi tersebut. Gambaran atau wujud dari
komitmen sering diidentikan dengan ikrar atau ikatan atas suatu tindakan
yang tertentu. Komitmen memiliki berbagai macam bentuk. Meyer dan Allen
(1991) merumuskan suatu definisi mengenai komitmen dalam berorganisasi
sebagai suatu konstruk psikologis yang merupakan karakteristik hubungan
anggota organisasi dengan organisasinya dan memiliki implikasi terhadap
keputusan individu untuk melanjutkan keanggotaannya dalam berorganisasi.
Berdasarkan definisi tersebut anggota yang memiliki komitmen terhadap
organisasinya akan lebih dapat bertahan sebagai bagian dari organisasi
dibandingkan anggota yang tidak memiliki komitmen terhadap organisasi.
Menurut Meyer dan Allen (1991) terdapat tiga aspek dalam komitmen
organisasi yaitu affective commitment terjadi apabila organisasi ingin menjadi
bagian dari organisasi karena adanya ikatan emosional (emotional
attachment), normative commitment timbul dari nilai- nilai diri organisasi.
Organisasi bertahan menjadi anggota organisasi karena ada kesadaran bahwa
berkomitmen terhadap organisasi merupakan hal yang memang seharusnya
dilakukan, jadi karena dia merasa berkewajiban (ought to) dan continuance
commitment muncul apabila organisasi tetap bertahan pada suatu organisasi
karena membutuhkan gaji dan keuntungan lain atau karena organisasi tersebut
tidak menemukan pekerjaan lain, karena dia membutuhkan (need to)
Komitmen individu terhadap organisasi bersifat sukarela dan pribadi,
sehingga tidak dapat dipaksakan, dan karena itu setiap individu anggota
organisasi dapat secara bebas menarik kembali komitmennya. Hasil
menunjukkan bahwa 25 orang anggota GMNI menunjukkan komitmen
organisasi mereka dalam kategori sedang, dan 7 orang anggota GMNI
menunjukkan komitmen organisasi mereka dalam kategori tinggi. Jadi dapat
46
47
Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan yang terkait dengan apa yang Anda
rasakan dan Anda alami ketika sedang menjadi keanggotaan organisasi Anda
sekarang ini.
Anda diminta untuk memberikan persetujuan Anda terhadap pernyataan-
pernyataan yang disajikan dengan membubuhkan tanda silang (X) pada kolom
jawaban yang paling mewakili keadaan atau kondisi yang Anda alami. Empat
pilihan yang akan disediakan adalah sebagai berikut:
Kolom SS, jika Anda Sangat Setuju dengan pernyataan
Kolom S, jika Anda Setuju dengan pernyataan
Kolom TS, jika Anda Tidak Setuju dengan pernyataan
Kolom STS, jika Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan
Contoh:
Setiap orang memiliki jawaban yang berbeda untuk setiap pernyataan. Oleh
sebab itu, pilihlah jawaban yang paling sesuai untuk mewakili keadaan atau kondisi
Anda dalam pernyataan yang tersedia. Pada kuesioner ini tidak ada jawaban yang
benar.