Anda di halaman 1dari 279

COMPOUNDING AND

DISPENSING”
PHARMACIST ARE UNIQUE
PROFFESIONALS”
 Pharmacist roles ambulatory care, can
include :
 Dispensing and compounding
medications
 Counseling patientsMinimizing
medication errors
 Enhancing patient
complianceMonitoring drug therapy
 Minimizing drug expenditures.
Compounding ??? Compounding means
:

 Preparation Mixing Assembling


 Packaging
 Labelling…..Of Drug or Device
Should Every Pharmacist Compound ???

 should Every Pharmacist Compound


???
Pharmacist is “LEGALLY” qualified to
compound.a compounding pharmacist
MUST :
 Have access to the most recent
information available.
 Maintain an inventory for proper storage
of drugs and flavoring agents and be
capable of obtaining any chemically
within a reasonable time.
 Be dedicated to pharmacy and willing to put
forth the necessary financial and time
investment.Have the appropiate physical
facilities and equipment to do the job right (
the extent and type of compounding may be
determined or limited by the facility ).
 Be committed to lifelong learning and
continuing education, since a major
advantage of compounded prescriptions is
that they provide treatmens that are new,
undeveloped, and often not commercially
available.Have a willingness to tear down
walls and build bridges to share experiences
with others for the good of all.
RESEP
 Resep adalah permintaan tertulis dari
dokter umum, dokter gigi, dokter hewan,
dokter spesialis kepada apoteker untuk
menyediakan dan menyerahkan obat
kepada pasien.Resep merupakan bagian
hubungan yang profesional antara
dokter, farmasis dan pasien.Farmasis
tidak hanya sekedar meracik obat tetapi
juga memberi informasi untuk
meyakinkan pasien sehingga pasien
akan patuh dalam minum obat.
FORM RESEP
 Resep biasanya ditulis dari form yang
dicetak yang terdiri ruangan kosong
untuk informasi.
 BERISI dicetak nama, alamat, telepon,
alamat RS/ Klinik pada sebelahnya.
 Blanko resep disediakan di apotek tanpa
ditulis nama, alamat dokter, dapat
disediakan kalau dokter telepon atau
kalau dokter datang ke apotek untuk
menulis resep
BAGIAN RESEP

 Inscriptio
Identitas dokter penulis resep, SIP,
alamat, kota, tanggal dan R/
 PraescriptioInti resep terdiri dari:Nama
obat, bentuk sediaan obat, dosis, jumlah
 SignaturaPetunjuk pemakaian dan nama
pasien
 SubscriptioTanda tangan atau paraf
dokter
Contoh R/
Dokter Angelina Sondakh

Jl. Serayu No.35 Jakarta Dokter Ahmad Dhani


SIP :
Jl. Kamboja No.20 Jakarta
Jakarta,
SIP :

R/ Gliseril Guaiacolat 50 mg/ 5 ml Jakarta,


CTM 1 mg/ 5 ml

Syr. Simplex 20 ml

Aqua ad 80 ml R/ Obat Batuk Hitam sec. FMS 60 ml


m.f. solution
S prn 3 dd C I
S 3 dd I cth

Pro: Erika (10 tahun) Pro : Ny. Iriyani


Contoh Form Resep
(Goth,1978)
 Nama Dokter
 Alamat Rumah Alamat PraktekSIP
 Tanggal Kota ,tanggal
 SuperscriptioR/
 Inscriptio/
 Prescriptio
 Subscriptio
 R.Cardinale
 R.Adjuvan
 Corrigen rasa,bau, warna
 Vehiculum
 Perintah pembuatanm f l a------Dosis (mg,ml)Jumlah obat
 SignaturaS.Aturan pemakaian obat
 Paraf/tanda tanganNama pasienAlamat
APOGRAPH (salinan resep)

 Menurut Kepmenkes no.280 th 1981:


Salinan resep adalah salinan yang
dibuat apotek, selain memuat semua
keterangan yang terdapat dalam resep
asli harus memuat pula: nama dan
alamat apotek, nama dan SIA, tanda
tangan atau paraf APA, det/ detur untuk
obat yang sudah diserahkan atau ne
detur untuk obat yang belum diserahkan,
nomor resep dan tanggal pembuatan.
Contoh Copi Resep/Apograph
 APOTEK FARMAGAMA
 Jl. Kolombo 345 jogjakartaTelp. (0274)
 Apoteker : .Indah Pertiwi S.Farm
 HP :No.SIK : 13560/Kanwil/FM-
1/XI/1991A

AP O G R A P H
 No : Tgl.Tertulis tgl. :
 Dari dokter :
 Untuk :R/p.c.ccap apotek
 Tanda tangan APA
Apotek Udayana
Jl. Danau Batur No.60 Jakarta
APA: Olga Syahputra, S.Farm., Apt.
SIPA : 007/SIPA/22.12.123/2011
SIA : 400/007/22.12.123/2011

APOGRAPH

Dari dokter : Rafi Ahmad


Tertulis tanggal : 31 Maret 2013
Dibuat tanggal : 31 Maret 2013
Untuk : Candy

R/ Vanishing cream 20
SUE
Ndet
Jakarta, 2 Juni 2013
Pcc
Menurut Permenkes no. 922 th 1993 pasal
117

 Salinan resep harus ditandatangani


apotekerResep atau salinan resep
hanya boleh diperlihatkan kepada
dokter penulis resep atau yang
merawat penderita, penderita ybs,
petugas kesehatan atau petugas lain
yang berwenang menurut peraturan
perundangan yang berlaku
BAGIAN RESEP
 Nama dan alamat dokter,
 SIP Tanggal
Informasi tentang pasien
 R/ =simbol = ambillah = superscription
 Obat yang ditulis = inscription
 Perintah pembuatan = subscription
 Aturan pakai = signatura
 Tandatangan
 Informasi pasien
 Nama, alama, jenis kelamin
 SpA: usia, berat badan,
Beberapa singkatan Bahasa Latin yang
sering digunakan pada penulisan resep :
 Angka
1 = Unus,unum,uno
2 = Duo
3 = Tris/Tria
4 = Quattuor
5 = Qinque
6 = Sex
7 = Septem
8 = Octo
9 = Novem
10 = Desem

 WaktuMakanAtauMinumObat
a.c = Ante Coenam = Sebelum makan
p.c = Post Coenam = Sesudah makan
d.c = Durante Coenam = Sedang makan
m = Mane = Pagi hari
Vesp = Vespere = Malam hari
m et v = Mane et Vespere = Pagi dan malam hari
noct = Nocte = Pada tengah malam
Jumlah yang diberikan


aa = ana = Dari masing-masing
aa.p.aeq = Ana Partea Aeguales = Dari masing-masing
sama
d.i.d = da in dimido = serahkan 12
jumlahnya
d.i.2.pl = da in duplo = serahkan 2X
jumlahnya
d.i.3.pl = da in triplo = serahkan 3X jumlahnya
d.i.4.pl = da in quadruplo = serahkan 4X jumlahnya
d.i.5.pl = da in quintuplo = serahkan 5X jumlahnya
Iter = iteretur = Ulanglah
Iter 2X = Iteretur bis = supaya diulang 2X
Iter 3X = Iteretur tres = supaya diulang 3X
 Ad. = adde = Sampai
 Ad 1 vic. = ad unam vices = Harus diminum sekali habis
 Ad 2 vic. = ad duas vices = Harus diminum dua kali habis
 a.u.prop. ( u.p ) = ad usum proprium = Untuk pemakaian sendiri
 a.u.v. = ad usum veterinarium =Untuk pengobatan hewan
 apograph = apographum = Salinan
 aq. Dest = aqua destillata = Air suling
 aq. Bidest = aqua bidestillata = Air yang disuling 2 X
 aq. Bull = aqua billiens = Air mendidih
 aq. Cal. = aqua callida = Air panas
 aq. Coct = aqua cocta = Air masak
 da = Serahkanlah
 d.t.d = da tales doses = Serahkan dengan dosis sebanyak
 m.f = misce fac = Campur dan buatlah
 haust. = haustus = Minum sekali habis
 i.m.m = in manus medici = Dalam tangan dokter
 q.s = quantum satis = Secukupnya
 R/ = recipe = Ambillah
 r.p = recentum paratus = Dibuat segar
 det = detur = Sudah diserahkan
 nedet = nedetur = Belum diserahkan
 Pcc = pro copie conform = Sesuai dengan aslinya
Jumlah yang diberikan

 aa = ana = Dari masing-masing


 aa.p.aeq = Ana Partea Aeguales = Dari masing-masing sama
 d.i.d = da in dimido = serahkan 12 jumlahnya
 d.i.2.pl = da in duplo = serahkan 2X jumlahnya
 d.i.3.pl = da in triplo = serahkan 3X jumlahnya
 d.i.4.pl = da in quadruplo = serahkan 4X jumlahnya
 d.i.5.pl = da in quintuplo = serahkan 5X jumlahnya
 Iter = iteretur = Ulanglah
 Iter 2X = Iteretur bis = supaya diulang 2X
 Iter 3X = Iteretur tres = supaya diulang 3X
Tempat yang diobati

 a.u.e =ad usum externum =Untuk pemakaian luar


 a.u.i =ad unum internum =Untuk pemakaian dalam
 pon.Aur =pone aurem =dibelakang telinga
 Aur =auris =Telinga
 Aur dextr./ sin =auris dextra / sinistra =Telinga kanan / kiri
 Ocul. =Uculus =Mata
 Oc.d.et.S(ods) =Uculus dextra et sinistra =Mata kanan / kiri
 Ad. Nuch = ad nucham =Ditengkuk
 Subc = subtanea =di bawah kulit
 Abd = abdomen=perut
 Man = manus =Tangan
 Dors = dorsum =Punggung
Dosis Obat
 Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada pasien yang dapat menimbulkan efek.
 Ada beberapa macam dosis yaitu :
1. Dosis minimum adalah jumlah minimum obat yang masih dapat
menimbulkan efek.
2. Dosis lazim adalah jumlah obat yang sering digunakan dan merupakan dosis
terapi.
3. Dosis toksik adalah jumlah obat yang diberikan yang jika diberikan dapat
menimbulkan efek toksik
4. Dosis letal adalah jumlah obat yang bila diberikan dapat menimbulkan
kematian
5. Dosis maksimum adalah jumlah obat yang dapat diberikan tanpa
menimbulkan efek toksik.
6. Pada lampiran farmakope Indonesia terdapat daftar dosis maksimum.
7. Dokter yang menulis resep tidak terikat akan DM. obat yang tercantum,
bilamana dianggapnya perlu, dapat melebihi DM. untuk memberitahukan
kepada apoteker bahwa dokter dengan sengaja melebihi DM suatu obat,
maka dibelakang angka atau jumlah obat yang dituliskan diberi tanda seru(!)
dengan disertai paraf.
8. Obat keras yang mempunyai DM, bila diberikan pada anak, harus
diperhitubgkan sendiri, untuk itu dipergunakan berbagai rumus yang ada.
DASAR PERTIMBANGAN
PENULISAN RESEP
 Agar tujuan pengobatan tercapai perlu diperhatikan:
 Zat aktif dibuat bentuk sediaan yang cocok
 Rute penggunaan yang cocok

 PEMBERIAN OBAT PERLU DIPERTIMBANGKAN


Efek apa yang dikehendaki
 Onzet yang bagaimana
 Durasi yang bagaimana
 Dilambung/ usus rusak tidakRute relatif aman dan menyenangkan
 Harga murah

 RUTE PENGGUNAAN OBAT Per oral Parenteral Inhalasi


Melalui selaput lendirSelaput lendir mulut (sublingual,buccal)
 Hipodermik (implantasi, vaginal)
 Selaput mata (okulenta, guttae)Selaput lendir hidung (gtt nassales, spray)
 Selaput lendir telinga (gtt auriculares)
 Selaput lendir anus (suppositoria)
 Selaput lendir vagina (ovula)
Penggunaan topikal Serbuk (bedak) Sediaan basah:
kompres, mandi
 Penggunaan topikal
 Serbuk (bedak)
 Sediaan basah: kompres, mandi
 lotion/(suspensi)Liniment
 Semi padat: salep, krim, pasta, jelly
 Aerosol: semprot

 MONITOR OBAT DALAM TERAPI


Efek obat yang dikehendaki
1) Meniadakan penyebab/ gejala
2) Mengganti/ menambah zat yang dibuat tubuhEfek obat yang tak diinginkan
3) Efek samping
4) Alergi
5) Efek toksik
6) Fotosensitasi
7) Efek teratogenIdiosinkrasi
8) Efek pengulangan:R
9) eaksi hipersensitif
10) Kumulasi
11) ToleransiTakhifilak
12) siHabituas
13) iAdiksiresistensi
SK MENKES1027/MENKES/SK/IX/2004 PELAYANAN

 Pelayanan resepPromosi dan edukasiPelayanan residensial (home care)

 PELAYANAN RESEP
 Skrining resep
Persyaratan administratif: nama, sip, alamat dokter, tanggal penulisan resep,
tt/paraf dokter, nama alamat, umur, jenis kelamin, berat badan pasien, nama
obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian yang jelas,
informasi laiinnya.Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, inkomp, cara dan lama pemberian.
 Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian
(dosis, durasi, jumlah obat dll).

 2Penyiapan obat
Peracikan: menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas, memberikan
etiket pada wadah.Etiket: jelas dan dapat dibaca.
 Kemasan obat yang diserahkan: rapi dalam kemasan yang cocok sehingga
terjaga kualitasnya.Penyerahan obat: sebelum diserahkan dilakukan
pemeriksaan akhir.
 Penyerahan dilakukan apoteker disertai pemberian informasi dan konseling.
lanjutan
 Informasi obat: Apoteker memberi informasi yang benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan
terkini. Informasi meliputi: pemakaian obat, cara penyimpanan, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan minuman
yang harus dihindari selama terapi.
 Konseling: tentang sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan sehingga memperbaiki kualitas hidup
pasien.Monitoring penggunaan obat: terutama pasien DM, kardiovaskuler, TBC, asma, penyakit kronis lainnya.

 Skema Alur pelayanan resep....


1) Administrasi
2) LegalitasInkompatibilitas
3) Screening Farmasetis Suspensi PGA/PGS/CMC
4) Maximal DoseKlinis Sediaan Lazim
5) Spesialite
6) Sinonim
7) Alergi
8) Interaksi
9) Indikasi
10) Pemberian
11) HargaPenimbangan
12) Penyiapan PeracikanPemberian
13) Etike
14) tRecek / cek ulang
15) Penyerahan Informasi
1. PROMOSI DAN EDUKASI
 Pharmacist harus aktif dalam menyampaikan promosi dan edukasi.Penyebaran informasi bisa
dengan menggunakan media, antara lain : melalui leaflet, brosur, poster, penyuluhan
langsung, dll.

2. Pelayanan Residensial (home care)


Melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan ke rumah,
 Terutama untuk lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
 Apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).

3
3. Format kartu stok obat…
Format kartu stok obat….. A-B-C-D-E-F-G-H-I-J-K-L-M-N-O-P-Q-R-S-T-U Z
Contoh
Apotek FARMAGAMA
Nama barang :……………….Jl.Colombo …………………………………..Yogyakarta,Tlp…

PENERIMAAN PENGELUARAN SISA


Tanggal PBF & NF Banyaknya/ BNE.
D.Harga
KepadaBanyaknya
Dosis
 Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau diberikan kepada
seorang penderita, baik untuk obat dalam atau obat luar.Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dosis
maksimum adalah dosis maksimum dewasa untuk pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan dan
rektal.
 Dosis lazim tercantum dalam FI untuk dewasa dan anak yang merupakan petunjuk yang tidak
mengikat.

 MACAM-MACAM DOSIS
 Dosis terapi:takaran obat yang diberikan dan dapat menyembuhkan penderita
 Dosis minimum; takaran obat terkecil yang masih dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan
resistensi
 Dosis maksimum: takaran obat terbesar yang masih dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan
keracunan penderita
 Dosis toksik: takaran obat yang dapat menyebabkan keracunan penderitaDosis letalis: takaran obat
yang menyebabkan kematian pada penderita

 PERHITUNGAN DOSIS
 Faktor penderita: meliputu umur, bobot badan, jenis kelamin, luas permukaan tubuh, toleransi,
habituasi, adiksi, sensitivitas, serta kondisi penderita
 Faktor obat: sifat kimia fisika obat, sifat farmakokinetik (ADME) dan jenis obatFaktor penyakit: sifat dan
jenis penyakit

Secara pendekatan keamanan obat dinyatakan:

 Indeks Terapi Obat (IT)


 IT = DL50/DE50DL50 = median dosis letal
 DE50 = median dosis yang efek khusus
PERHITUNGAN DOSIS

 Berdasarkan umur Berdasarkan bobot badan


Berdasarkan luas permukaan tubuhDengan pemakaian berdasarkan jam

1. PERHITUNGAN DOSIS BERDASARKAN UMUR


Rumus Young (untuk anak < 8 thn
 Dosis = n(tahun)/n(tahun) +12 X dosis dewasa
 Rumrs FriedDosis = n(bulan)/150 X dosis dewasa
 Rumus DillingDosis = n(tahun)/20 X dosis dewasa
 Rumus CowlingDosis = n(tahun)/24 X dosis dewasaN = umur dalam satuan tahun yang
digenapkan keatas.
 Misal pasien 1 tahun 1 bulan dihitung 2 tahun.

2. Rumus Gaubius (pecahan X dosis dw

 0-1th = 1/12 X dosis dws


 1-2th = 1/8 X dosisi dws
 2-3th = 1/6 dosis dws
 3-4th = 1/4 X doisis dws
 4-7th = 1/3 X dosis dws
 7-14th = 1/2 X dosis dws
 14-20 = 2/3 X doisis dws
 21-60th = dosis dws
 Rumus BastedoDosis = n(tahun)/30 X doisis dws

 PERHITUNGAN BERDASAR BOBOT BADAN

 Rumus Clark (Amerika) Dosis = bobot badan (pon)/150 X dosis dws


 Rumus Thremich-Fier (Jerman)Dosis = bobot badan anak (kg)/70 X dosis dws
 Rumus Black (Belanda)Dosis = bobot badan anak (kg)/62 X doisis dws
 Rumus Junkker & Glaubius (paduan umur dan bobot badan)Dosis = % X doisi dws

 PERHITUNGAN DOSIS BERDASARKAN LUAS PERMUKAAN TUBUH


 Farmakologi Dosis = luas permukaan tubuh anak/1,75 X dosis dewasa
 Rumus CatzelDosis = luas permukaan tubuh anak/luas permukaan tubuh dewasa X 100 X dosis dewasa

 PERHITUNGAN DOSIS DENGAN PEMAKAIAN BERDASARKAN JAM


 FI Satu hari dihitung 24 jam sehingga untuk pemakaian sehari dihitung
 :Dosis = 24/n XN = selang waktu pemberianTiap 3 jam = 24/3 X = 8 X sehari semalam:
 Menurut Va Duin: pemakaian sehari dihitung 16 jam, kecuali antibiotik sehari dihitung 24 jam16/3 +1X = 5,3 + 1 = 6,3
dibulatkan 7 X

 DOSIS MAKSIMUM GABUNGAN


Dosis = doiss1Xpemakaian a/DM a sekali + dosis b sehari pemakaian/ DM b sehari
 Ekstrak belladon dan sulfas atropin
 Pulvis doveri dan pulvis opium
 Untuk dosis maksimum yang mengandung sirup > 16,6% atau 1/6 bagian, bobot jenis dihitung 1,3Volume = barat/BJ
Lanjutan
 Format surat pesanan (SP) apotek……..

 Apotek FARMAGAMA
 Kepada Yth :…………Jl.Colombo PBF……………………………..Yogyakarta,Tlp… di………………………………
 SP No :………….
 SURAT-PESANAN
 Mohon dikirim obat-obatan untuk keperluan apotek sbb :Yogyakarta,……………
 Apoteker Pengelola ApotekNama/SIK…………..
 No
 Nama Obat
 Jumlah
 Ket.

 PERACIKAN SEDIAAN OBAT YANG BAIK


ASPEK FISIS KHEMIS
 Derajad halus Griseovulfin 1-5 mikronBentuk kristal zat aktif
 Amorf: kloramfenikol palm. Lebih baik diabsorpsi dp kristal
 Penisilin G kristal lebih stabil dp amorf
 Keadaan kimia obat
 Hidrat lebih lambat diabsorpsi dp zat anhidrat
 Dibuat kompleks denga EDTA, Mannitol,
 Hormon bentuk ester tidak dirusak asam lambungTolbutamid Na kecep.
 Dissolusi X tolbutamid
 Kulit betametazon 17-valerat
 Zat tambahanAlat dan keadaan fis,dapat berpengaruh kecepatan terlarut zat aktif
. Format surat pesanan (SP) Psikotropika Apotek …

 APOTEK FARMAGAMA
 Jl. Kolombo 345 jogjakartaTelp. (0274)
 SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA
 No :Yang bertanda tangan di bawah ini :
 Nama : Utari Apt
 Alamat : Barek Gg.Kinanti 4C Telp.(0274) Yogyakarta
 Jabatan : Apoteker Pengelola Apotek
 Mengajukan Permohonan kepada :Nama Perusahaan :Alamat :Jenis Psikotropika sebagai berikut
 :Untuk keperluan apotek :
 Nama Apotek : FARMAGAMA
 Alamat :Jl. Kolombo 345 jogjakarta.Telp. (0274)Yogyakarta
 ,Penanggung JawabNama APA / No SIK

 2. Format surat pesanan (SP) Narkotika Apotek …


SURAT PESANAN NARKOTIKA
 Yang bertanda tangan dibawah ini :
 Nama :
 Jabatan :
 Alamat rumah :
 Mengajukan pesanan Narkotika kepada :
 Nama distributor :
 Alamat&No.Telpon :Sebagai berikut :
 Narkotika tersebut akan dipergunakan untukkeperluan:Apotek
 Lembaga……………………………………20……….
 Pemesan,(…………………………………)
 No.SIK………………………
1. Format Kartu Stelling Apotek…………
 Nama Obat :………
 Kemasan :……….
 Tgl.+ -Ttd.

2. Medication Error SOME COMMON CAUSES OF MEDICATION ERRORS :


 Failed communication
 Poor drug distribution practices problems
 Dose miscaculations
 Drug and drug device-related problemsIncorrect drug administration
 Lack of patient education

3. FAILED COMMUNICATION Handwriting Drugs with similar names


 Terutama yang namanya mirip: longatin – largactil, epatin – enatin, difenilhidantoin –
difenilhidramin
 Drugs with similar namesLosec – Lasix
 Zerroes and decimal points
 Vincristin 2.0 mg – 20 mg
 Metric and apothecary systems
 Supaya ada standar1/200 grain (0,3 mg) nitroglycerin tablet menggunakan 2x1/100 grain (0,6
mg masing-masing, atau 1,2 dosis total) .
Ambiguous or incomplete orders Abbraviations
1.

 Cyclophosphamide dosis 4 g, 1 – 4 hari, maksudnya 4 gram untuk total 4 hari ( 1 gram per hari, tetapi
diberikan 4 gram per hari
 AbbraviationsD/C – discharge and discontinue: digoxin, propranolol, insulin Pasien pulang, obat masih
diteruskan, dikira pulang obat discontinue
 HS – half strength,. Pasien menerima HS – hora somni, hora somni dan full strength

2. POOR DRUG DISTRIBUTION PRACTICES


 Distribusi dengan satu unit doses adalah untuk mengurangi kesalahan dalam pengobatan, disiapkan,
masuk wadah, diberi etiket dan dicek oleh farmasis dan diberikan oleh perawat kepada pasien dengan
pengecekan tambahan untuk kepastian.Sekarang persediaan multiple-dose terswedia di bangsal
dimana perawat dapat lansung menggunakan maka dapat terjadi salah vial.Menggunakan label umum
dengan komputer dapat salah dibanding resep asli.Pelaksana yang tidak dididik

3. DOSE MISCALCULATIONS
 Biasanya terjadi pada obat yang digunakan pediatri dan sediaan yang digunakan intravenus.
 Perhitungan dosis dapat mengakibatkan kesalahan 10 kali lipat atau lebih.

4. PROBLEM RELATED to DRUGS and DRUG DEVICES


Profesi kesehatan memebaca label tiga kali yaitu waktu mengambil, menggunakan dan
mengembalikan.Labeling dan packaging menyebabkan medication errors.

5. INCORRECT DRUG ADMINISTRATIO


 Walaupun dalam persiapan dispensing sudah benar tetapi masih kemungkinan terjadi kesalahan pada
penggunaan obat.Untuk memperoleh pengobatan tepat pasien dengan tepat route dan tepat waktu
adalah esensial.
 Pasien kadang kurang perhatian. Misal tetes mata, tetes hidung, tetes diminum;
 obat topikal diminum (vaginal tablet, suppositoria),
 enteral feeding dengan gasric tube diberikan iv
1. LACK of PATIENT EDUCATION
 Farmasis mendidik pasien secara profesional merupakan hal yang penting dalam meyakinkan penggunaan obat.
 Pasien yang tahu penggunaan obat untuk apa, cara pemakaian, seperti apa obat tersebut, bagaimana obat bekerja sangat
membantu meminimalkan tidak terjadinya medication errors
 Kondeling dan edukasi tentang pengobatan dan semua pengelolaan obat dan penyakit sangat penting
 Pasien diusahakan untuk bertanya dan mendapat jawaban yang memuaskan

2. Obat Wajib Apotek


 Adalah Obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter di Apotek, dan penyerahannya harus dilakukan oleh Apoteker
(APA).perlu ditunjang adanya sarana yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasionalPerlu
peningkatana penyediaan obat yang dibutuhkan dan menjamin penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional
 Peran APA dalam KIE perlu ditingkatkanPerlu ditetapkan OWA

3. PELAYANAN OWA Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat


Membuat catatan pasien serta yang telah diserahkanMemberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi,
efek samping dan lai-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien

4. OBAT WAJIB APOTEK (OWA)


 DAFTAR OWA NO 1347/MENKES/SK/VII/1990
 DAFTAR OWA NO 2924/MENKES/PER/X/1993
 DAFTAR OWA NO 31176/MENKES/SK/X/1999
1. DAFTAR OWA NO 1 Oral kontrasepsi Obat saluran cerna
 Obat mulut dan tenggorokan
 Obat saluran napas
 Obat yangmempengaruhi sistem neuromuskulerAntiparasitObat kulit topikal

2. DAFTAR OWA NO 234 item tambahan obat-obat


 DAFTAR OWA NO 3 Saluran pencernaan dan metabolisme Obat kulit
Antiinfeksi umumSistem muskuloskeletalSistem saluran pernafasanOrgan-organ sensorik

3. 3. OWA 3 YANG DIKELUARKAN Obat saluran cerna + psiko -- dengan resep


 Obat mulut dan tenggorokan -- heksetidin--obtObat saluran napas obat asma: aminofilin, sekretolitik/ mukolitik – bromheksin
 Obat yang mempengaruhi neuromuskuler :analgetik antipiretik: glafenin, metampiron + klordiazepoksid/ diazepamAntiparasit: obat cacaing mebendazo
 lObat kulit topikal: antifungi tolfaftat

 ALASAN DIKELUARKAN DARI OWA


1. Obat yang mengandung psikotropika, karena UU psikotropika menyebutkan bahwa psikotropika hanya dapat diberikan dengan resep dokter
 2. OWA jadi lingkar biru atau hijau:Efek samping ringanF rekuensi penggunaan seringMasyarakat sudah makin pandai/ tahu tentang obat

 ADR & INTERAKSI OBAT

 Faktor-faktor formulasi yang tidak dikehendaki


 ADR & INTERAKSI OBAT
 Faktor-faktor formulasi yang tidak dikehendaki
 ADR bahan tambahanA
 DR sediaan parenteral
 ADR transit bentuk sediaan oral
 Sifat fisisInteraksi obat
 Obat - obatObat – makanan
 O bat - herbal
Good Compounding Practice non-sterile
Definisi compounding (USP Ed 34)

compounding adalah penyiapan, pencampuran,


perakitan, pengubahan, pengemasan dan pelabelan
obat, perangkat pengiriman obat, atau peralatan
sesuai dengan resep dokter, pesanan obat, atau
inisiatif berdasarkan pada hubungan praktisi-
pasien-apoteker-compounder dalam hubungan
praktek profesional
Tujuan compounding
Untuk memenuhi kebutuhan terapeutik pada obat racikan, apoteker harus memahami
bahwa obat racikan digunakan untuk memenuhi kebutuhan khusus dari pasien,di
antaranya
a) Pasien alergi karena eksipien yang terdapat dalam produk obat yang diproduksi
oleh industri farmasi.
b) Peracikan obat untuk pasien pediatri karena industri farmasi tidak
menngembangkan sediaan yang dikhususkan untuk anak.
c) Meningkatkan kepatuhan pasien untuk mendapatkan efek tambahan yang
sinergis.
d) Penggunaan orphan drug, yaitu obat yang telah dikembangkan secara khusus
untuk mengobati kondisi medis yang langka.
e) Obat-obat yang digunakan untuk keperluan penelitian klinis di rumah sakit.
f) Menyesuaikan terapi/personalisasi terapi.
g) Obat-obatan yang memiliki masalah stabilitas, dalam hal ini penyiapan obat
racikan sangat penting.
h) Obat-obatan yang belum dipasarkan, peracik/apoteker dapat meracik obat
tersebut jika zat aktif nya diketahui dan sudah dipasarkan
Kategori compounding non-sterile

Kategori disusun berdasarkan tingkat kesulitan untuk meracik sediaan non-


sterile (United States Pharmacopeia, 2011).
1.Simple
 Racikan yang monografinya sudah ada di USP atau dalam artikel jurnal yang
jumlah semua komponen, prosedur compounding, dan data stabilitas untuk
formulasi tersebut serta BUD (Beyond Use Date) nya sudah tertera. Atau
rekonstitusi obat, yaitu manipulasi produk komersial yang memerlukan
penambahan satu atau lebih bahan yang direkomendasikan pabrik.
 Contohnya larutan Captopril, Indomethacin Topical Gel, dan larutan Oral
Kalium Bromida.

2. Moderate
 Pembuatan obat racikan yang memerlukan perhitungan atau prosedur
khusus untuk menentukan jumlah komponen per-racikan atau per-unit
dosis individual. Atau membuat racikan yang data stabilitas formulasinya
tidak tersedia.
 Contohnya Morfin Supositoria sulfat, hidroklorida diphenhydramine
troches dan mencampur dua atau lebih krim komersial yang stabilitas
campurannya tidak diketahui.
3. Complex

 Membuat racikan yang membutuhkan pelatihan,


lingkungan, fasilitas, peralatan dan prosedur
khusus untuk memastikan hasil terapi yang tepat.
 Contoh dari jenis racikan kompleks adalah
bentuk sediaan transdermal, sediaan pelepasan
yang dimodifikasi, dan supositoria untuk efek
sistemik.
4. Prinsip-prinsip umum compounding

1. Personel harus terlatih dan memenuhi kualifikasi untuk mampu


melakukan tugas yang diberikan.
2. Bahan-bahan compounding dengan identitas yang sesuai
kemurnian dan kualitasnya harus didapatkan melalui sumber yang
terpercaya dan penyimpanannya harus sesuai dengan pabrik atau
standar usp.
3. Tempat penyimpanan bahan baku diberikan label yang sesuai
dengan Occupational Safety and Health Administration (OSHA),
Material Safety Data Sheets (MSDSs) disediakan untuk personel
compounding dalam meracik obat.
4. Semua peralatan yang digunakan harus bersih, terawat, dan
digunakan dengan benar.
5. Area compounding harus sesuai dengan fungsinya, dan prosedur
untuk mencegah kontaminasi silang harus diterapkan
6. Hanya personel compounding yang boleh masuk ke
area compounding
7. Jaminan bahwa proses selalu dilakukan sesuai
dengan
ketentuan harus ada
8. Prosedur compounding harus dapat mencegah
terjadinya kesalahan
9. Semua aspek compounding harus terdokumentasi
10. Prosedur dan dokumentasi harus dapat
digunakan
untuk mengidentifikasi kesalahan atau masalah
dalam
peracikan, percobaan atau penyiapan itu sendiri
Proses compounding (USP)
 Dalam meracik harus diperhatikan dosis,
keamanan, dan cara pemberiannya.
 Untuk memastikan keamanannya, peracik
harus mempertimbangkan sifat kimia dan
fisika bahan obat. Selain itu, peracik juga
harus memperhatikan kebersihan ruangan.
 Proses kritis saat melakukan compounding
seperti menimbang, menghitung, dan
mencampur harus diverifikasi oleh peracik
dan dilakukan sesuai prosedur agar
kualitasnya terjamin
Fasilitas
A. Umum
 Semua peracikan harus dilakukan di ruang
terpisah yang dirancang khusus untuk peracikan
resep.

 Ruangan harus dirancang dan diatur untuk


mencegah kontaminasi silang antara produk, dan
jauh dari bagian di mana terdapat cukup banyak
lalu lintas (gang, pintu masuk dan pintu keluar, dll.)
untuk menghindari kontaminasi produk majemuk
dengandebu dan kotoran, serta tidak mengganggu
staf peracikan
lanjutan
b.Pencahayaan
 Penerangan harus cukup dan ditempatkan dengan benar
sehingga seluruh area ruangan menjadi cukup terang untuk
memfasilitasi proses compounding dan untuk memungkinkan
verifikasi pada semua tahap peracikan

c.Pemanas, ventilasi, dan air conditioner


 Pemanasan, ventilasi dan sistem pendingin udara harus
dikontrol sedemikian rupa untuk menghindari dekomposisi
dan kontaminasi bahan kimia dan menjaga kualitas dan
kemanjuran produk yang tersimpan dan memastikan
keamanan dan kenyamanan staf. Pemantauan suhu dan
kelembapan yang tepat harus dijaga sesuai kebutuhan untuk
komponen tertentu dan bentuk sediaan racikan
d. Air
 Air harus disediakan untuk mencuci tangan dan peralatan dan harus mudah
diakses ke bagian peracikan. Purified water harus digunakan untuk meracik
sediaan obat non steril untuk formulasi yang membutuhkan air. Sistem pipa
harus bebas dari karat yang dapat mengkontaminasi sediaan

e. Permukaan kerja
 Permukaan kerja dan furniture harus terbuat dari material yang halus,
kedap air dan tidak berpori, sebaiknya stainless steel. Bahan apa pun yang
digunakan untuk permukaan kerja harus mampu menahan pembersihan
dengan desinfektan dan tahan terhadap kerusakan dari produk pembersih
dan desinfektan. Setiap kerusakan harus diperbaiki dan disegel

f. Dinding, lantai dan furniture


 Semua furniture, serta permukaan lantai dan dinding, harus ditempatkan
dan dirancang untuk mempermudah pembersihan dan desinfeksi
7. Peralatan
 Untuk memastikan presisi dan reliabilitas, semua peralatan
dan instrumen, harus diperiksa, dirawat, dibersihkan, dan
dikalibrasi pada interval yang tepat, seperti
yangdirekomendasikan oleh pabrik, dan setidaknya setahun
sekali jika tidak ada rekomendasi.
 Setiap kali selesai digunakan dan dibersihkan, peralatan dan
instrumen lain yang digunakan untuk compounding harus
disimpan dengan rapi di lemari yang sesuai.
 Instrumen dan peralatan yang digunakan untuk beberapa
preparasi berbeda harus dibersihkan sepenuhnya dan
menyeluruh untuk menghilangkan semua produk sebelumnya
sehingga mencegah kontaminasi silang antara racikan
 Semua catatan yang dibuat pada formulir pemeliharaan harus
menunjukkan anggota staf yang melakukan pemeliharaan
(apoteker, teknisi farmasi, anggota staf pembersihan
8 Bahan
a. Material Safety Data Sheets (MSDS)
 Material Safety Data Sheets adalah dokumen yang
memberikan informasi tentang risiko dan tindakan
pencegahan yang berlaku untuk penggunaan produk
dan kondisi penyimpanannya. Dokumen ini harus
disimpan bersama dan disediakan untuk staf (apoteker,
teknisi farmasi dan asisten farmasi). Semua karyawan
harus tahu di mana dokumen ini disimpan dan harus
mudah diakses

b. Sumber bahan
 Harus dipastikan bahwa bahan yang digunakan berasal
dari sumber yang diakui dan dapat dipercaya serta
mempunyai izin dari BPOM
c. Kualitas bahan
 Kemurnian dan keamanan bahan-bahan yang
digunakan untuk peracikan harus diperhatikan. Hal
tersebut bisa dilakukan dengan cara menganalisis
dan memverifikasi reputasi pabrikan dan
keandalan pemasok.

 Jika produk tidak bersumber dari pemasok yang


diakui, laboratorium yang memenuhi syarat harus
menganalisis produk dan mengkonfirmasi identitas,
kemurnian dan kualitasnya, berdasarkan
persyaratan farmakope yang digunakan.
 Hasil analisis dan sertifikat harus disimpan
Penyimpanan
 Untuk memastikan kualitas dan stabilitas bahan baku dan
hasil racikan, kondisi penyimpanan di ruang penyimpanan
harus dikontrol.
 Suhu (apotek, gudang, dan lain-lain) harus dikontrol. Informasi
tentang pemantauan ruangan, lemari es dan suhu dan kontrol
lainnya yang terkait dengan pelaksanaan prosedur
penyimpanan harus dicatat dalam log pemeliharaan umum .
 Produk yang telah disimpan harus diperiksa sebelum
digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda kerusakan.
 Suatu prosedur untuk memverifikasi BUD (Beyond Used
Date) dari preparat non-steril dan tanggal kedaluwarsa
produk komersial harus dikembangkan dan
diimplementasikan untuk memastikan bahwa produk dan
persiapan non-steril yang tidak dapat digunakan dapat
dibuang
10 Dokumentasi
 Dokumentasi, tertulis atau elektronik,
memungkinkan peracik untuk secara
sistematis melacak, mengevaluasi, dan
mereplikasi langkah-langkah yang
disertakan selama proses compounding.
 Ketika peracik melakukan compounding
sesuai dengan instruksi pelabelan
produsen, maka dokumentasi lebih lanjut
tidak diperlukan
Masalah obat racikan
 Obat racikan memiliki berbagai risiko seperti komplikasi hingga
mengakibatkan kematian pasien, yang secara langsung dihasilkan dari
penggunaan obat racikan (
 Kurangnya formula yang terdokumentasi dan standar global tentang
obat racikan menimbulkan risiko tinggi pada pasien karena mungkin
ada variasi metode manufaktur yang digunakan.
 Eksipien yang digunakan mungkin sangat berbeda, dan pengaruhnya
terhadap stabilitas dan kualitas produk majemuk tidak dapat dijamin
 Stabilitas adalah sejauh mana suatu produk dapat mempertahankan
sifat dan karakteristiknya dalam kurun waktu tertentu dengan
penyimpanan dan cara penggunaan yang telah ditentukan .
 Stabilitas sendiri dapat dipengaruhi oleh suhu, cahaya, pH,
kelembababan, konsentrasi, bentuk sediaan, kompatibilitas obat,
oksidasi dan degradasi enzimatik
 Sehingga jika dilihat dari faktor-faktor yangmempengaruhi stabilitas
sangat sulit untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan dari
proses compounding terjamin stabilitasnya
 Stabilitas obat racikan sangat berkaitan dengan penentuan BUD (Beyond
Use Date).
 Selain stabilitas, variabilitas konsentrasi juga menjadi masalah obat racikan.
Variabilitas konsentrasi ini dapat menyebabkan terjadinya kesalahan medis
(Engels dkk., 2016
 BUD adalah tanggal dimana obat racikan tidak boleh lagi digunakan,
terhitung saat obat racikan pertama kali dibuat
 Untuk sediaan non steril, obat racikan yang dikemas dengan, wadah yang
rapat, tahan cahaya dan disimpan pada suhu yang tepat, rekomendasi untuk
menentukan BUD nya adalah
1. Untuk sediaan yang kering, BUD nya selama 6 bulan atau tidak lebih dari
waktu kadaluarsa bahan yang paling singkat diantara bahan lain yang
digunakan, ditentukan yang mana yang lebih cepat
2. Untuk sediaan oral yang mengandung air, BUD nya tidak lebih dari 14 hari
dan disimpan pada suhu dingin
3. Untuk sediaan topikal, mucosal, dan semisolid, BUD nya tidak lebih dari 30
hari
Peran Apoteker dalam
Compounding
 Saat seorang apoteker melakukan
compounding terdapat hubungan yang
lebih dekat antara seorang apoteker
dengan pasien yang menerima obat
racikan dibanding dengan pasien yang
hanya menerima obat komersil, karena
semakin banyak obat yang diracik dalam
suatu resep maka semakin tinggi pula
tingkat pelayanan kefarmasian yang
diberikan untuk seorang pasien
A. Mampu melakukan penyiapan sediaan farmasi sesuai standar, dengan rincian
1) Memutuskan legalitas dan kelengkapan administratif resep.
2) Melakukan analisis kesesuaian farmasetik.
3) Melakukan analisis kompatibilitas dan stabilitas obat.
4) Melakukan kalkulasi dosis, serta konversi kekuatan dan bentuk sediaan obat dengan tepat.
5) Menetapkan formulasi sediaan farmasi yang membutuhkan penanganan khusus, sediaan steril dan sitostatika.
6) Melakukan penyiapan sediaan non-steril, pencampuran sediaan steril (i.v. ad mixture), sterilisasi sediaan farmasi &
alat kesehatan, & penyiapan sitostatika sesuai standar dan pedoman.
7) Menyiapkan etiket dan label sesuai kebutuhan, termasuk penyimpanan, ED (Expiration Date) atau BUD (Beyond
Use Date ).
8) Mengemas sediaan farmasi dalam wadah yang tepat untuk menjaga mutu dan menghindari kesalahan penggunaan.
9) Memvalidasi salinan resep.
10) Merancang, membuat dan memutakhirkan dokumen pengobatan pasien (PMR) beserta semua perubahan dan
tindakan atas resep.
B. Mampu menyerahkan sediaan farmasi dan alat kesehatan, serta
memberikan informasi terkait sediaan farmasi dan alat kesehatan
kepada pasien, dengan rincian
1) Memastikan kesesuaian identitas pasien serta kewenangan
penerima sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang
diresepkan.
2) Memastikan kesesuaian antara sediaan farmasi dan/atau alat
kesehatan yang disiapkan dengan yang diminta dalam resep.
3) Melakukan penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan
dengan sikap ramah, terbuka, komunikatif, dan asertif dengan
memperhatikan etika profesi.
4) Memberikan penjelasan tentang fungsi atau kegunaan,
frekuensi, waktu dan cara penggunaan, batasan penggunaan,
efek samping potensial, serta cara penyimpanan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan.
5 .Menjelaskan identitas obat dan karakteristik bentuk sediaan yang digunakan
pasien.
6. Memastikan pasien memahami informasi yang diberikan.
7. Mendokumentasikan kegiatan penyerahan sediaan farmasi dan informasi yang
disampaikan kepada pasien.
8. Mengidentifikasi & melakukan tindakan untuk mencegah dan/atau mengatasi
dispensing error dan near misses.
9.. Menerapkan dan mengelola sistem pelaporan adanya kejadian dispensing
error
dan near misses.
10. Melaporkan adanya sediaan yang cacat dan/atau substandar ke pihak yang
berwenang.
 Untuk memenuhi standar kompetensi tersebut, dalam menyiapkan sediaan
farmasi yang sesuai standar, apoteker harus menerapkan prinsip-prinsip
umum compounding agar obat racikan yang dihasilkan kekuatan sediaan,
kualitas, dan kemurniannya dapat diterima dan sesuai dengan resep atau
pesanan obat
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN
2014
TENTANG
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

1. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik


kefarmasian oleh Apoteker.
2. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian.
3. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien.
4. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan
dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
5. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
6. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk
manusia.
7.Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin
dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang
digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,menyembuhkan
dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.

8.Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur
dalam peraturan perundang-undangan.

9.Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai


apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker
Pasal 2

Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bertujuan untuk:


a. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;
b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidakrasional dalam rangka keselamatan pasien (patient
safety).

Pasal 3

(1) Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar:


a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan MedisHabis Pakai; dan
b. pelayanan farmasi klinik.
(2) Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis HabisPakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. perencanaan;
b. pengadaan;
c. penerimaan;
d. penyimpanan;
e. pemusnahan;
f. pengendalian; dan
g. pencatatan dan pelaporan.
(1) Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bmeliputi:
a. pengkajian Resep;
b. dispensing;
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
d. konseling;
e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan
pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 4

(1) Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek harus didukung oleh ketersediaan sumber daya
kefarmasian yang berorientasi kepada keselamatan pasien.
(2) Sumber daya kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. sumber daya manusia; dan
b. sarana dan prasarana.

Pasal 5

(1) Untuk menjamin mutu Pelayanan Kefarmasian di Apotek, harus dilakukan evaluasi mutu Pelayananan Kefarmasian.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi mutu PelayanananKefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 6

Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Apotek harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.

Pasal 7

Penyelenggarakan Pelayanan Kefarmasian di Apotek wajib mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri ini.

Pasal 8

Apotek wajib mengirimkan laporan Pelayanan Kefarmasian secara berjenjang kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Dinas KesehatanProvinsi, dan Kementerian Kesehatan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
TERIMA KASIH
STUDI KASUS
Cara menghaluskan obat:
a. Triturasi, yaitu proses menggerus obat dalam lumpang untuk
mengecilkan ukuran partikel
b. Spatulasi, suatu metode dimana sejumlah serbuk dapat di-
gerus di atas selembar kertas atau cetakan pembuat pil
dengan gerakan spatula obat.
c. Shifting, suatu metode pencampuran bahan obat dalam suatu
ayakan tertutup.
d. Tumbling, metode dimana mengguling-gulingkan atau
menggoyang-goyangkan serbuk yang ditutup dalam suatu
wadah besar, biasanya diputar oleh mesin.
e. Penggerus palu, merupakan penggerus datar yang meng-
gunakan rotasi berkecepatan tinggi (sampai 10.000 rpm)
dimana sejumlah penumbuk berayun teratur.
f. Penggerus bola, adalah terdiri dari tabung berongga yang
berputar horizontal berbentuk silinder dengan panjang dan
sedikit lebar besar dari diameter bola.
g. Penggerus energi-cairan, bahan ditahan dan dialirkan pada
kecepatan tinggi oleh udara atau uap yang melewati lubang-
lubang pada 100 sampai 150 lebar per inci.
Mesin penggerus
MASALAH SEDIAAN SERBUK:

1. Ukuran partikel
2. Bentuk partikel
3. Bobot jenis
4. Aglomerat (aglomerasi serbuk)
5. Serbuk kasar (coarse powder)
I. PERHITUNGAN KAPSUL
R/ Obat A 20 mg
Obat B 55 mg
1. Menentukan ukuran kapsul
Cangkang kapsul yang digunakan untuk manusia tersedia
dalam ukuran 000,0, 1, 2, 3, 4 dan 5 dengan 000 merupakan
ukuran terbesar dan 5 merupakan ukuran terkecil. Tabel di-
bawah ini dapat digunakan untuk menentukan ukuran kapsul
yang diperlukan untuk setiap jumlah serbuk tertentu.

Ukuran Kapsul Perkiraan Volume Perkiraan Jumlah Serbuk


000 1.4 ml 0.43 – 1.8 g
00 0.95 ml 0.39 – 1.3 g
0 0.68 ml 325 – 900 mg
1 0.5 ml 227 – 650 mg
2 0.37 ml 200 – 520 mg
3 0.3 ml 120 – 390 mg
4 0.21 ml 100 – 260 mg
5 0.13 ml 65 – 130 mg
Pada banyak kasus, jumlah obat dalam setiap kapsul
tidak akan menjadi faktor penentu dalam pemilihan ukuran
kapsul karena kebanyakan obat tersebut dosisnya kecil. Jika
mempertimbangkan kenyamanan pasien, ukuran kapsul 0
sampai 3 dianggap sesuai karena cukup kecil untuk ditelan
dengan mudah tetapi tidakk terlalu kecil sehingga sulit
digunakan oleh pasien.
1. Menghitung kebutuhan pengencer
Pada sebagian besar kasus, suatu pengencer harus ditam- bahkan
agar kapsul terisi sempurna. Untuk menyiapkan kapsul dengan
benar, penting dilakukan penentuan volume serbuk pengencer
yang setara dengan volume serbuk obatatau eksipien yang
diperlukan
A. Timbang satu kapsul yang diisi dengan masing-masing
obat dan pengencer
Ketika menimbang kapsul hanya isi kapsul yang harus
ditimbang dan bukan cangkang kapsulnya. Dengan
menggunakan contoh resep diasumsikan sebagai berikut:
Kapsul ukuran 1 yang penuh dengan obat A ditimbang
620 mg
Kapsul ukuran 1 yang penuh dengan obat B ditimbang
470 mg
Kapsul ukuran 1 yang penuh dengan pengencer
ditimbang 330 mg
Hitung penggantian pengencer untuk setiap bahan. Peng- gantian
pengencer dihitung dengan mengatur perban- dingan bobot masing-
masing bahan terhadap bobot pengencer dibandingkan dengan bobot
obat pada setiap
A. kapsul yang diresepkan sebagai berikut:

620 mg 20 mg
=
330 mg X

X = 10.65 mg

470 mg 55 mg
=
330 mg X

X = 38.62 mg

Total = 10.65 mg + 38.62 mg = 49.27 mg

20 mg obat A menggantikan 10.65 mg pengencer dan 55 mg


obat B menggantikan 38.62 mg pengencer. Dengan
demikian 49.27 mg pengencer total digantikan.
A. Hitung jumlah pengencer yang diperlukan per kapsul.
Jumlah pengencer yang dipeerlukan per kapsul adalah
bobot kapsul yang penuh berisi pengencer dikurangi bo-
bot pengencer yang digantikan.
330 mg – 49.7 mg = 280.73 mg pengencer per kapsul

2. Tentukan bobot total setiap kapsul


Penentuan bobot setiap kapsul cukup dilakukan dengan
menambahkan bobot setiap bahan per kapsul. Penggantian
pengencer tidak boleh keliru dengan bobot bahan yang
sebenarnya. Pada contoh resep, setiap kapsul harus mengan-
dung 20 mg obat A dan 55 mg obat B bukan 10.65 mg obat A
dan 38.62 mg obat B.
20 mg + 55 mg + 280.73 mg = 355.73 mg campuran seruk dalam
setiap kapsul
1. Hitung jumlah total setiap bahan yang diperlukan untuk
memenuhi resep
Kalikan jumlah setiap bahan dengan jumlah kapsul yang akan
disiapkan.
Untuk mengantisipasi beberapa bahan yang terbuang dalam
proses pengisian mungkin perlu untuk menghitung kapsul
ekstra. Biasanya dengan menghitung 2 kapsul ekstra akan
cukup untuk menggantikan serbuk yang hilang. Namun, hal
ini mungkin tidak dapat dilakukan jika resep tersebut men-
cakup suatu zat yang diawasi yang harus dibuat inventori,
jumlah setiap bahan yang dihitung kemudian ditimbangkan
dicampur sampai homogeny.
Obat A = 20 mg / 1 kapsul x 22 kapsul = 440 mg
Obat B = 55 mg / 1 kapsul x 22 kapsul x 1 g /1000 mg = 1.21 g
Pengencer = 280.73 mg / 1 kapsul x 22 kapsul x 1 g / 1000 mg
= 6.18 g
1. Isi dan timbang setiap kapsul
Setiap cangkang kapsul diisi dengan campuran serbuk dan
ditimbang untuk memastikan bahwa jumlaobat yang diresep- kan
terkandung dalam setiap kapsul
CONTOH SOAL
Seorang Apoteker perlu menyiapkan 50 kapsul, masing-
masing mengandung 4 mg estriol dan 1 mg estradiol. Kapsul
ukuran 3 dipilih untuk resep tersebut dan kapsul terpisah diisi
dengan setiap obat dan laktosa. Bobot isi setiap kapsul adalah
sebagai berikut :
Estriol = 250 mg, estradiol = 190 mg dan laktosa = 320 mg
A. Berapa banyak setiap bahan yang akan diperlukan untuk
menyiapkan resep ini? (tidak perlu menghitung kapsul ekstra)
Penggantian laktosa:
Estriol :
250 mg 4 mg
=
320 mg X

X = 5.12 mg laktosa
Estradiol :
190 mg 1 mg
=
320 mg X

X = 1.68 mg laktosa
Jumlah total laktosa yang digantikan :
5.12 mg + 1.68 mg = 6.8 mg
Jumlah laktossa per kapsul = 320 mg – 6.8 mg = 313.2 mg
4 mg estriol / 1 kapsul x 50 kapsul = 200 mg estriol
1 mg estradiol / 1 kapsul x 50 kapsul = 50 mg estradiol
313.2 mg laktossa / 1 kapsul x 50 kapsul x 1 g / 1000 mg =
15.66 g laktosa

A. Berapa bobot yang harus ditimbang untuk setiap kapsul ?


4 mg + 1 mg + 313.2 mg = 318.2 mg
. MASALAH-MASALAH DALAM
SUPOSITORIA

1. Air dalam suppositoria


Penggunaan air sebagai pelarut untuk mencampurkan zat-zat
dalam basis supositoria harus dihindari untuk alasan berikut:
a. Air mempercepat oksidasi lemak
b. Jika air menguap zat-zat yang terlarut akan membentuk
Kristal
c. Kecuali jika air berada dalam jumlah yang lebih tinggi dari
yang dibutuhkan untuk melarutkan obat, air mempunyai
nilai kecil dalam membantu absorbsi obat
d. Kecuali antara bahan-bahan yang terdapat dalam sup-
positoria tampaknya lebih sering terjadi dengan adanya
air
e. Pemasukan air atau zat lain yang dapat dikontaminasi
oleh pertumbuhan bakteri dan fungi
2. Higroskopis
Supositoria gelatin yang mengandung gliserin kehilangan lembab
oleh penguapan dalam iklim kering dan mengab- sorbsi
lembab dalam kondisi kelembaban yang tinggi. Basis
polietilenglikol juga higroskopis.
11. CONTOH FORMULA
R/ Benzokain 0,500
Theophylin 0,500
Dasar Supp q.s
m.f. supp.d.t.d No.III
ᶘ I dd supp I

Pro: Tn. Jalal


a. Pemilihan dasar suppositoria = Oleum Cacao
b. Berat 1 suppositoria = 3 gr
c. Perhitungan Bahan

Penimbangan Bahan Untuk 1 Suppositoria


Benzocain: 500 mg
Theophyllin: 500 mg
Oleum Cacao q.s

= 3000 – (500+500)
= 2000 mg
Berat total supositoria: = 3000 mg

Penimbangan Bahan Untuk 3 Suppositoria


Benzocain: 500 mg x 3 = 1500 mg
Theophyllin: 500 mg x 3 = 1500 mg
Oleum Cacao q.s.
= (3 x 3000) – (1500 + 1500)
= 6000 mg
Evaluasi Supositoria
1. Keseragaman Bobot
Caranya : 1. Timbang 4 suppositoria (A).
2. Hitung bobot rata-rata = A/4 = B
3. Timbang satu persatu (C)
Syarat : Penyimpangan beratnya tidak boleh lebih besar dari 5 –
10%
Rumus penyimpangan: = (B-C) / B x 100% = ….%
Bobot 4 supositoria = 12,042 gram (A)
Bobot rata-rata = 12,042 gram/4 = 3,01 gram (B)
Bobot supositoria ©:
a. 2.933 g
b. 2.963 g
c. 2.994 g
d. 3.00 g
Penyimpangan:
(B – C)/B x 100%
a. (3.01 – 2.933)/ 3.01 x 100% = 3.203%
b. (3.01 – 2.963)/ 3.01 x 100% = 1.56%
c. (3.01 – 2.994)/ 3.01 x 100% = 0.53%
d. (3.01- 3.00)/ 3.01 x 100% = 0.033%

Kesimpulan: memenuhi syarat


Farmaseutika dasar
Sumber bacaan/Pustaka
1. UU Kes no 36 th 2009 tentang
Kesehatan
2. Farmakope Indonesia edisi IV
3. USPDI (United States Pharmacopeia
Dispensing Information)
4. Pharmaceutical Preformulation and
Formulation: A Practical Guide from
Candidate Drug Selection to Commercial
Dosage Form
Obat
 Adalah bahan atau paduan bahan yang
digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki system fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosa,
pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit,
pemulihan, dan peningkatan kesehatan
termasuk kontrasepsi dan sedian biologis. (
Penjelas atas PP RI No. 72 Th 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan)
UUKes 36 th 2009
 Obat adalah bahan atau paduan bahan,
termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi,
untuk manusia.
Sediaan farmasi adalah:

 Obat,
Bahan obat, Obat tradisional, dan
Kosmetika
 (UURI No 36 th 2009 tentang kesehatan)
Obat: (jadi)
 Adalah sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap
untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.
(PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993)

Adalah zat yang digunakan untuk:


– Diagnosis
– Mengurangi rasa sakit
– Mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan.
 (Ansel, 1985)
Bahan Obat / Bahan Baku
 Semua bahan, baik yang berkhasiat maupun
tidak berkhasiat, yang berubah maupun tidak
berubah; yang digunakan dalam pengolahan
obat walaupun tidak semua bahan tersebut
masih terdapat di dalam produk ruahan.

 Produk ruahan ????


Obat Tradisional
 Adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman. (UU RI No 36
Th 2009, tentang Kesehatan)
 Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat. UUKes 36 2009
Kosmetik
Menurut Keputusan Kepala BPOM RI No.
HK.00.05.4.1745 th 2003 tentang Kosmetik,

kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan


untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia
(epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital
bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama
untuk membersihkan, mewangikan, mengubah
penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau
melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Tujuan Penggunaan
Kosmetik
DAHULU :
 1.Melindungi tubuh dari alam (panas sinar matahari –
terbakar, dingin – kekeringan, iritasi – gigitan
nyamuk).
 2. Tujuan Religius : Bau dari kayu tertentu-cendana
– mengusir mahluk halus
SEKARANG : Personal hygiene, meningkatkan daya
tarik-make up, meningkatkan kepercayaan diri &
ketenangan,melindungi kulit-rambut dari uv yg
merusak, polutan dan faktor lingkungan lain,
menghindari penuaan
Secara umum : membantu manusia untuk menikmati
hidup yang lebih bermanfaat
Nomor Registrasi Kosmetik
Nomor Registrasi Kosmetik sebagai berikut:
Depkes RI/POM CD 10 digit: untuk kosmetika dalam negeri
Depkes RI/POM CL 10 digit: untuk kosmetika import

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Keterangan :
1. Digit 1,2 : Kategori
2. Digit 3,4 : Sub Kategori
3. Digit 5,6 : Tahun Pendaftaran (pembacaan dibalik).
4. Digit 7,8,9,10: Nomor Urut Pendaftaran produk
di Badan POM
 Produk impor biasanya juga
mencantumkan kode lain selain kode CL,
Kode CA (kosmetik Asia),
kode CE (kosmetik Amerika) dan
kode CC (kosmetik Eropa)
beserta angka 11 digit.
REGISTRASI OBAT

 Obat jadi yang akan diedarkan harus sudah didaftarkan di


Badan POM, obat yang
 sudah terdaftar akan memperoleh nomor registrasi dengan
kode registrasi sebagai berikut :
 D = obat jadi dengan nama dagang = obat dengan nama
paten.
 G = obat jadidengan nama generic
 K = golongan obat keras
 T = golongan obat bebas terbatas
 T = golongan obat bebas terbatas
 B = golongan obat bebas
 N = golongan obat narkotika
 L = produksi dalam negeri
 X = program khusus
 I = Obat yang berasal dari impor
 Kode registrasi DKL = obat jadi dengan nama
dagang/paten, golongan obat keras produk dalam negeri.
 Kode registrasi GKX = obat dengan nama generic,
golongan obat keras, untuk program khusus pemerintah
 Kode registrasi DTI = Obat dengan nama dagang/ paten,
golongan obat bebas terbatas,berasal dari impor
 Kode registrasi DPL = obat dengan nama
dagang,golongan psikotropika produk dalam negeri
 GPL = obat dengan nama generik golongan psikotropika
produk dalam neger
Penggolongan Obat
Obat digolongkan menjadi 4 golongan yaitu
 Obat Bebas,

 Obat Bebas Terbatas

 Obat Keras

 Obat Narkotika
 Obat Bebas,
adalah obat yang dijula bebas tanpa resep dokter
Penandaan Lingkaran warna hijau
 Obat bebas terbatas adalah obat
keras yang diserahkan tanpa resep
dokter tetapi ada peringatan
 Penandaan linkaran warna biru
 Dengan tanda peringatan P1-P6
P. No 1. P. No 2.
Awas ! Obat Keras, Awas ! Obat Keras,
Bacalah Aturan Memakainya Hanya untuk dikumur, jangan
ditelan

P. No 3. P. No 4.
Awas ! Obat Keras, Awas ! Obat Keras,
Hanya untuk bagian luar dari Hanya Untuk dibakar
badan

P. No 6.
P. No 5. Awas ! Obat Keras,
Awas ! Obat Keras, Obat Wasir Jangan ditelan
Tidak boleh ditelan
 Obat keras adalah obat yang
diserahkan dengan resep dokter
 Disebut golongan G
 Penandaan lingkaran warna merah
dengan huruf K didalamnya
Obat Narkotika,
 adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintesis
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangin sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat mnimbulkan
ketergantungan , yang dibedakan kedalam golongan-
golongan sebagai mana terlampir dalam undang-
undang ini atau yang kemudian ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Kesehatan. (UURI No 22 Th
1997 tentang Narkotika )
obat ini pada kemasan nya ditandai dengan
lingkaran yang di dalamnya terdapat palang (+)
berwarna merah.
 Obat narkotika bersifat adiksi dan
penggunaannya diawasi dengan ketat, sehingga
obat golongan narkotika hanya dapat diperoleh
di Apotek dengan resep dokter yang asli
(tidak dapat menggunakan kopi resep). Contoh
dari obat narkotika antara lain: Opium, coca,
ganja/marijuana, morfin, heroin, dan lain
sebagainya. Dalam bidang kedokteran, obat-
obat narkotika biasa digunakan sebagai
anestesi/obat bius dan analgetika/obat
penghilang rasa sakit.
Hal-hal khusus pada Obat
Narkotika :
 Pada Resep, Obat Narkotika harus digaris
bawahi dengan tinta merah.
 Pada resep harus tertera alamat pasien yang
jelas.
 Pada etiket obat harus tertera etiket “Tidak
Boleh diulang tanpa resep dokter”
 Resep obat Narkotika diarsip tersendiri,
terpisah dari resep lainnya
 Penyimpanan obat narkotika harus dalam
almari khusus yang sesuai dengan peraturan
Menkes.
R/ Paracetamol 0,3
kodein 0.01
CTM 0,04
Sacarum album qs
Mf. Pulv dtd no XV
S. tdd p I
Pro Andi 7 tahun
Psikotropika
 Psikotropika, adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahn khas pada aktifitas mental dan
perilaku. (UURI No 5 Th 1997 tentang
Psikotropika)
 Obat psikotropika ini termasuk golongan obat
keras tertentu (OKT)
 Contoh : diazepam, lorazepam, klordiazepoksid,
luminal
Obat Wajib Apotek (OWA)
 Obat keras yang diserahkan oleh apoteker
tanpa resep dokter
 OWA No. 1,
 OWA No 2,
 OWA No 3.
Bentuk sediaan obat
Berkenaan dengan cara pemberian obat
Cara pemberian obat Berpengaruh pada
kecepatan obat mencapai kadar puncak
dalam darah
PULVIS (SERBUK)

 Campuran kering bahan obat atau zat


kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk
pemakaian oral atau untuk pemakaian
luar.

JENIS SERBUK :
•SERBUK LUAR; (PULVIS) label warna biru
•SERBUK ORAL (PULVERES) label warna putih
Keuntungan:

Penyebaran obat lebih luas dan cepat dari


sediaan kompak.
 LEBIHSTABIL DARI CAIRAN
 NYAMAN DALAM DOSIS BESAR

 DISSOLUSI YANG CEPAT

Lebih cepat diabsorbsi


Memberikan kebebasan bagi dokter untuk
pemilihan:
– Obat-obat atau kombinasi
– Dosis
 Untuk anak-anak atau orang dewasa yang sukar
menelan lebih menguntungkan
KERUGIAN

TDK PRAKTIS DIBAWA / DIPAKAI DIBANDING


TABLET/KAPSUL

RASA PAHIT TERASA

TIDAK BAIK UNTUK DOSIS KECIL

TIDAK BISA UNTUK BAHAN YG BEREAKSI DI


LAMBUNG
Hal khusus dalam pulvis
Ekstrak kental
– Dilarutkan dalam larutan penyarinya dalam
mortin hangat + zat pengering  aduk
hingga kering dan homogen

Ekstrak cair / tinctura


Timbang dlm cawan wb panaskan
ad 1/3 + pengering
Pulvis obat dalam
biasanya di kemas pada botol bermulut
lebar, jika ada DM, perlu dihitung per
satuan dosis, misalnya 1 sendok teh
Pulvis Obat luar,
disebut juga pulvis advertorius
Zat tambahan pada pulvis
adspersorius
– Mempertahankan kontak dengan kulit
 Al. Stearat
– Menambah mudah serbuk free flowing
 Talkum
– Mengabsorbsi keringat
 Bentonik
Cotoh
 R/ asam salisilat 0,3
Campora 0.25
Mentol 1,2
Talkum ad 25
Mf pulv ads I
sue
Pro : andi ( 12 th)
 R/ adep lanae 0,3
Campora 2, 5
Mentol 1,2
ZnO 2,3
Talkum ad 50
Mf pulv ads I
sue
Pro : sandi ( 17 th)
1. Penggolongan dan khasiat
2. Cara perhitungan Bahan
3. Cara Pembuatan
4. Etiket
Permasalahan :
Usul………….
PULVERES
Serbuk bagi :
 Adalah serbuk yang dibagi dalam bobot
yang lebih kurang sama, dibungkus
menggunakan bahan pengemas yang cocok
untuk sekali minum
 Contoh :
 Kertas perkamen
 Kertas dilapisi parafin

 Kertas Selofan
Contoh :
R/ Ampisillin 7,5
GG 1,5
Ephedrin 0,3
CTM 0,060
Mf caps no XV
S. tdd caps I
Pro Ananda 12 tahun
Latihan
1. Hitung lah TM
 TM Efedrin ???

 TM CTM …?

2. Car perhitungan Bahan


3. Cara Pembuatan
4. Etiket
R/ Paracetamol 0,3
CTM 0,04
Sacarum album qs
Mf. Pulv dtd no XV
S. tdd p I
Pro Andi 7 tahun
Hitung lah TM
 TM CTM …?

2. Cara perhitungan Bahan


3. Cara Pembuatan
4. Etiket
Permasalahan :
Usul………….
Elaeosacchara (Gula
minyak)
Campuran dari:
– 2 gram Saccharum album (dapat diganti
laktosa)
– 1 tetes Minyak menguap (missal ol. Menthae
piperitae)
 Sebagai Corigen Saporis / odoris
 Tidak boleh disimpan untuk persediaan
R/ Paracetamol 0,3
CTM 0,04
oleosacara qs
Mf. Pulv dtd no XV
S. tdd p I
Pro Andi 5 tahun
Hitung lah TM
 TM CTM …?

2. Cara perhitungan Bahan


3. Cara Pembuatan
4. Etiket
Permasalahan :
Usul………….
TABLET
(COMPRESSI)

DEFINISI FI ed IV
 TABLET adalah sediaan padat kompak
dibuat secara kempa cetak dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler kedua
permukaan rata atau cembung
mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa bahan tambahan.
Zat tambahan yang
digunakan dapat berfungsi
sebagai :
 Zat pengisi
 Zat pelincir

 Zat pengikat

 Zat pelicin

 Zat pembasah

 Zat lain yang cocok


Macam Tablet
 Tab Sub lingual
 Tab Buccal

 Tab Vaginal

 Tab Effervescen

 Tab Lepas lambat

 Tab Kunyah

 Tab Hisap
Pembuatan Tablet
1. Tablet Cetak
2. Tablet Kempa
1. Granulasi basah
2. Granulasi kering
3. Kempa langsung
TABLET KEMPA

KOMPONENNYA
 Bahan Obat (Zat aktif)
 Bahan Pengisi
 Bahan Pengikat
 Disintegran
 Lubrikan
 Selain itu dapat pula mengandung:
– Bahan Warna
– LAK (bahan warna yang diadsorpsikan pada Al(OH)3 yang
tidak larut
– Bahan pengaroma
– Bahan pemanis
BAHAN PENGISI

 Bahan pengisi ditambahkan jika jumlah zat


aktif sedikit atau zat aktif sulit dikempa
 Contoh bahan pengisi:
– Laktosa
– Amilum / Pati
– Kalsium fosfat dibase (CaHPO4)
– Selulosa mikrokristal
 Untuk tablet kunyah bahan pengisinya khusus:
Sukrosa, manitol, atau Sorbitol
BAHAN PENGIKAT
 Penambahan bahan pengikat dapat dalam
bentuk kering tetapi lebih efektif “Dalam
bentuk larutan”
 Contoh bahan pengikat:
 Gom akasia, Metilselulosa, Gelatin
karboksimetiselulosa(CMC), Sukrosa
Povidon (PVP), Pasta Pati terhidrolisa
 Contoh bahan pengikat kering yang paling
efektif
– “Selulosa Mikrokristal” (untuk “Tablet kempa
Langsung”)
DISINTEGRAN

Peran desintegran
“Membantu Hancurnya Tablet Setelah Ditelan”
 Contoh disintegran
– Amilum (Pati) : paling banyak digunakan. Selain pati :
– Pati dan selulosa yang termodifikasi secara kimia
– Asam Alginat
– Selulosa Mikrokristal
LUBRIKAN
Fungsi : Mengurangi gesekan selama proses
pengempaan, Mencegah massa tablet melekat
pada cetakan
 Contoh lubrikan:
– Magnesium Stearat
– Talk
 Sifat : Biasanya hidrofobik  cenderung
menurunkan
– Kecepatan disintegrasi dan
– Kecepatan Disolusi Tablet
GLIDAN

Fungsi meningkatkan kemampuan alir serbuk,


sehingga serbuk menjadi free flowing.
 Penggunaan :
Biasanya digunakan dalam pembuatan “Tablet
kempa langsung” (tanpa proses granulasi)
Sifat : hidrofobik

 Contoh Glidan: “Silika Pirogenik Koloidal”


CARA PEMBUATAN
TABLET
Ada 3 cara umum pembuatan Tablet
1. Granulasi Basah
2. Granulasi Kering (dengan mesin rol atau mesin slag)
3. Kempa Langsung

Tujuan Granulasi
 Meningkatkan sifat air (free flowing)
 Meningkatkan kemampuan kempa (Kompresibilitas)
Tablet Salut
 Tab Salut gula
 Tab salut selaput (film coating)

 Tab salut enterik

 Tab Lepas Lambat


PILULAE
(PIL)
 MERUPAKANBENTUK SEDIAAN
PADAT BUNDAR DAN KECIL
MENGANDUNG BAHAN OBAT DAN
DIMAKSUDKAN UNTUK PEMAKAIAN
ORAL
Berdasarkan Berat

 Boli > 300mg


 PIL 60 – 300 mg
 Granul < 60 mg. Ph.Ned < 30 mg
ATURAN UMUM
PEMBUATAN PIL
BERAT
 Apabila memungkinkan berat zat aktif, bahan
pengisi, bahan pengikat tiap pil 100 – 150 mg
 + 120 mg

BAHAN PENGISI
– Umumnya Radix liquiritiae
– Untuk zat aktif yang sedikit dan menggunakan
bahan pengikat: Succus liquiritiae, maka:
 Radix = 2 X Succus
– Pulvis Pro Pilulis (PPP)
 Jumlah Succus dan Radix sama banyak
BAHAN PENGIKAT
– Succus Liquiritae, 2 gram untuk 60 pil

– PULV GUMMOSUS
Merupakan campuran Saccharum, PGA,
Tragacantha
Dengan berat 500 mg untuk 60 Pil

Pembasah - Aqua Glycerinata (campuran gliserin


dan air sama banyak)
- Sirup simplex

Kerugian  Pil keras


- Campuran succus dan Saccharum
Pembasah : Aq. Glycerinata
Yang dipakai : 75 gram untuk 1000 pil
- Ekstrak kental
- Glycerin Cum tragakan dalam Glycerin
- Adeps Lanae & Vaselin album
 Untuk bahan yang peka terhadap air
 Bahan yang bereaksi satu dengan yang lain
dengan adanya air.
 Misal ; suatu asam dan bikarbonat (Meditreen,
aspirin dan bikarbonat)
Bahan-bahan yang peka
air
misalnya folia digitalis dengan adanya air
glikosidanya aktif terurai karena
fermentennya (enzim) aktif
Sehingga sering pula dibuat dengan:
R/ Fol. Digitalis 6
ol. Cacao 12
ol. Amygdal 1,7
mf. Pil no. 60
 Asetosal, dengan adanya air dari bahan
pengikat/pembasah dapat menyebabkan
terhidrolisanya asetosal menjadi asam salisilat
yang toksik pada lambung dan asam asetat,

 sehingga jika ingin dibuat sediaan pil,


menggunakan pengikat yang tidak mengandung
air,

 misalnya Oleum cacao, adeps lanae dll.


CAPSULAE
FI ed IV

 Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari


obat dalam cangkang keras atau lunak yang
dapat larut.
 Bahan Dasar Cangkang:
 Gelatin
 Pati
 Bahan lain yang cocok
Ukuran kapsul:
5. 4. 3. 2. 1. 0. 00. 000
semakin besar
Keuntungan sediaan
Kapsul
 Menutupi bau dan rasa yang tidak enak.
 Menghindari kontak langsung dengan udara
dan Sinar Matahari
 Lebih enak dipandang.
 Dapat untuk 2 sediaan yang tak tercampur
secara fisis (incomp fisis), dengan pemisahan
antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih
kecil kemudian dimasukkan bersama serbuk
lain kedalam kapsul yang lebih besar.
 95 %

Bahan yang dapat


dimasukkan dalam kapsul

Serbuk
Granul
Minyak Lemak
alkohol dengan kadar >95 %
Minyak menguap
Bahan cair dalam sediaan
capsul
Jika harus dimasukkan kedalam capsul dengan cara
diteteskan, maka pipet tetes yang digunakan
harus ditara terlebih dahulu dengan cara :
 Pipet baku memberikan tetesan pada air suling sebanyak
20 tetes per gramnya.
 Pipet biasa ditara dengan cara air dimasukkan kedalam
pipet yang akan ditera, kemudian diteteskan dalam wadah
pada timbangan hingga 1 gram, hitung jumlah tetesan yang
diperlukan.
 Penetesan harus dilakukan pada posisi tegak lurus

 Misalkan pipet biasa membutuhkan 22 tetes untuk 1 gram


air suling
 Jika pada resep dibutuhkan 10 tetes per capsul, maka
cairan yang harus diteteskan adalah :
 22/20 x 10 tetes = 11 tetes piper biasa.
SOLUTIONES
(LARUTAN)
 Dalam istilah Kimia Farmasi, larutan disiapkan dari
campuran padat – cair – gas
Definisi :
 Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air,
yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau
penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan
produk lainnya. (Ansel)

Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih


zat kimia yang larut, Misalnya terdispersi secara
molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang caling bercampur (FI ed IV)
Menurut Cara
penggunaan

 Larutan Oral

 Larutan topical
Larutan oral
 adalah sediaan cair yang dibuat untuk
pemberian oral, mengandung satu atau lebih
zat dengan atau tanpa bahwa pengaroma,
pemanis atau pewarna yang larut dalam air
atau campuran konsolven – air.
 Larutan oral yang mengandung sukrosa atau
gula lain kadar tinggi  sirup
 Larutan sukrosa hampir jenuh dalam air 
sirup simplek (64 %)
 Larutan yang mengandung etanol sebagai
kosolven disebut eliksir
Larutan Topikal

 Adalah larutan yang biasanya


mengandung air tetapi seringkali
mengandung pelarut lain, seperti Etanol
dan Poliol, untuk penggunaan topikal pada
kulit.
Lotio
 adalah sedian larutan atau suspensi yang digunakan
secara topical,
Contohnya : Lotio Kumerfeldi

R/ Sulfur praecip 10
Camphora 1
Gummi Arabicum 1,5
Sol. Calcii Hidroxid 50
Aquae aa
S. b.dd. ue.
Pro : Fatimah
Elixir adalah

 Larutan yang mengandung Etanol atau


hidro alkohol dari zat mudah menguap,
umumnya berupa larutan tunggal atau
campuran bahan. Spirit harus disimpan
dalam wadah yang tertutup rapat tidak
tembus cahaya. Jika pelarutnya air
disebut AIR AROMATIK.
Sirup

 Adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau


pengganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan
pewangi dan zat obat.
 Sirup yang mengandung bahan pemberi rasa tapi tidak
mengandung zat obat  pembawa bukan obat atau
pembawa yang wangi
 Misalnya: Syrup akasia, syrup-jeruk, dll.
 Sirup yang mengandung bahan obat/terapeutik 
sirup obat
 Misalnya: antitussif, anti histamin
Contoh Pengawet sirup
- Asam Benzoat (0,1 – 0,2)%
- Na Benzoat (0,1 – 0,2)%
- Campuran Metil, Propil, dan Butil
Paraben (Total + 0,1%)
Saturasi

 Adalah solutio yang dibuat dengan cara


mereaksikan bagian asam dan suatu
bikarbonat, yang didalamnya jenuh
dengan CO2, biasanya digunakan sebagai
penyegar.
 Contoh : Potio Riveri
 Definisi:
Emulsi adalah sistem 2 fase,
yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan yang lain, dalam bentuk
tetesan kecil.distabilkan dengan
menggunakan emulgator

 Tipe Emulsi:
A/M; M/A ;
A/M/A; M/A/M
TEORI EMULSI

 Semua cairan mempunyai kecenderungan untuk


mempunyai luas permukaan terkecil, bentuk yang luas
permukaannya terkecil  bulat.
 Dalam tetesan cairan yang bulat ada kekuatan dalam
yang cenderung meningkatkan hubungan dari molekul-
molekul zat untuk menahan distorsi dari tetesan
menjadi bentuk yang kurang bulat.
 Jika lingkungan tetesan adalah udara : Tegangan
Permukaan Cairan
 Jika lingkungan tetesan adalah cairan lain : Tegangan
Antar Muka
Emulgator/pengemulsi

1. Emulgator Alam
2. Emulgator buatan
A. Emulgator Alam
1. Kuning telur
2. Pulvis Gummi Arabicum (PGA), setelah penambahan
minyak, PGA diaktifkan dengan penambahan air 1,5
kalinya.
3. Jumlahnya jika tidak dikatakan lain adalah 50 % dari
jumlah minyak. Untuk oleum Iecoris ???? untuk Oleum
Ricini ????????
4. Tragakan, harus diaktifkan dulu dengan air 20 kalinya,
1 gram tragakan setara dengan 10 gram PGA
5. Pulvis Gummosus, diaktifkan dengan penambahan air
sekaligus sebanyak 7 kalinya, 1 g Pulv. Gumosus setara
dengan 4 g PGA
6. dll
Emulgator buatan
Emulgator ionik
– Emulgator Anionik, mis Sabun alkali : Na
palmitat, Na oleat
– Emulgaton Kationik, mis Amonium
kuartener
Emulgator non ionik, mis: Setil alkohol,
Stearil alkohol
Emulgator amfoter, Misal : Protein,
Lesitin
STABILISASI EMULSI

 Adalah sifat Emulsi untuk mempertahankan


distribusi halus dan teratur dari fase
terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu
yang panjang
 Kerusakan sebuah Emulsi ditunjukkan oleh
penurunan stabilitasnya dan merupakan proses
yang sangat banyak.
Tahap Kerusakan Emulsi

1. Dalam beberapa waktu akan terbentuk 2


lapisan. Lapisan bawah/atas hanya
mengandung sebagian kecil fase
terdispersi (creaming) (reversible).

Untuk mengatasi hal ini dapat berpatokan


pada hukum Stokes
D 1   2 g
2
v
18
2. Penggabungan bola kecil yang tidak
reversibel  Koalesensi  Emulsi
pecah (Breaking)
bersifat Irresversible
3. inversi, terjadi pembalikan tipe emulsi
disebabkan penambahan fase internal
terlalu banyak
PENGUJIAN JENIS
EMULSI
1. Metode Warna
 Metilen Biru (larut dalam air)  warna seragam  M/A
 Sudan III (larut dalam lemak)  warna seragam  A/M
2. Metode Pengenceran
 Tipe M/A  dapat diencerkan dengan air
 A/M dapat dikeringkan dengan minyak
3. Metode pencucian
 Hanya Emulsi M/A yang mudah dicuci dengan air
4. Percobaan Cincin
 1 tetes Emulsi  kertas saring
 Tipe M/A  membentuk cincin air di sekeliling tetesan
5. Daya Hantar Listrik
 Tipe M/A  yang menghantarkan
Metode pembuatan emulsi :

 Metode Continental
 Metode Anglosaxon

 Metode langsung
Metode Continental
 yaitumetode pembuatan emulsi dengan
terlebih dahulu membuat corpus emulsi,
dengan perbandingan
 Emulgator (PGA) : Air: Minyak =

 1 : 1,5 : 2
Cara pembuatan :
emulgator ditambahkan kedalam minyak di
dalam mortir yang kering dan di
homogenkan, kemudian air yang telah di
ukur ditambahkan sekaligus dan diaduk
cepat hingga terbentuk corpus emulsi,
dengan ciri corpus berwarna lebih putih
dan kental, berbunyi khas bila diaduk. Jika
jumlah minyak melebihi 2 kali jumlah PGA
maka sisa minyak ditambahkan setelah
corpus emulsi jadi dengan sedikit demi
sedikit.
Metode Anglosaxon
 yaitu metode pembuatan emulsi dengan
terlebih dahulu membuat mucillago, yaitu
emulgator ditambahkan pada sejumlah air yang
telah ditentukan sesuai dengan masing-masing
emulgator, di aduk hingga terbentuk mucillago,
baru kemudian minyak ditambahkan sedikit
demi sedikit, metode ini jika tidak hati-hati
emulsi sering tidak jadi.
Metode langsung
 yaitumetode pembuatan emulsi dengan
cara langsung dibuat di dalam botol,
sering disebut dengan metode botol.
Metode ini biasanya sering digunakan
untuk bahan-bahan yang mudah menguap.
Definisi
FI ed IV adalah sediaan cair yang
mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair.
 Suspensi Sirup kering
– Ada tanda “….. untuk suspensi oral”
– Misal : sirup kering antibiotik
 Untuk suspensi topikal sering disebut
Lotio
Alasan dibuat Suspensi
antara lain
1. Obat-obat tertentu tidak stabil secara kimiawi bila ada
dalam bentuk larutan, tetapi stabil dalam bentuk suspensi
2. Kloramfenikol Base adalah sediaan yang larut dalam air
tetapi berasa Pahit sehingga tidak dapat digunakan secara
peroral. Kloramfenikol palmilat merupakan sediaan yang
tidak larut dalam air, tetapi tidak berasa pahit sehingga
dapat digunakan secara peroral dengan demikian harus
dibuat sediaan dalam bentuk suspensi
3. Obat (yang tidak larut) lebih disukai bentuk larutan daripada
Padat
4. Untuk anak-anak
5. Dosis dapat diatur
Sifat-sifat yang diinginkan pada
suspensi
1. Relatif Stabil dalam penyimpanan,
Mengendap secara lambat dan harus
homogen kembali bila dikocok ringan.
2. Ukuran partikel dari Suspensoid tetap
agak konstan dalam waktu lama dalam
penyimpanan.
3. Dapat dituang dari wadah dengan cepat
dan homogen.
 Laju Endapan Berdasarkan Hukum
Stokes
 Suspensi yang baik mempunyai Diameter
1-50 mikron
> 50 mikron = mudah mengendap
< 1 mikron = mudah terjadi cake
D 1   2 g
2
v
18
Bahan Pensuspensi
 PGA untuk zat berkhasiat keras 2-4 %,
untuk zat tidak berkhasiat keras 1 –2 %
 Pulv. Gumosus, untuk zat berkhasiat
keras 2 %, untuk zat tidak berkhasiat
keras 1 %
 CMC Na kadar 0,5 %

 dll
Sulfur praecip
Camphora
PGA
Aq Rosae
Sol cal hydroksidi
STABILISASI

 Pada suspensi – proses sedimentasi tidak dapat


dicegah  butuh bahan pendispersi.
 Bahan pendispersi berguna untuk mempertahankan
stabilitas suspensi dengan cara:
– Mencegah / memperlambat terjadinya agregasi.
– Flotasi : Fase dispers seluruh atau sebagian berkumpul pada
permukaan medium (agregasi terbuka)
– Flokulasi : penggumpalan bersama partikel tunggal dalam
cairan (Agregasi tertutup)
Ketidakstabilan suspensi
 Cakingyakni melekatnya sedimen secara
bersamaan
 dalam waktu yang lama / singkat
 susah untuk dihomogenkan kembali
 disebut pula sementasi.
Incompatibilitas/
Ketidaktercampurnya obat
(interaksi farmasetis)
Incompatibilitas :
1.Fisis
2.Khemis
Pada sediaan Serbuk
1. Campuran serbuk menjadi basah
disebabkan karena :
a. Terbebasnya air kristal
b. Terbentuk Campuran yang lebih higroskopis
cara mengatasi :
a. Tidak dicampur langsung
b. Dibuat terpisah, 2 sediaan
2. Serbuk yang terjadi Meleleh
Disebabkan karena terjadi penurunan titik
lebur
campuran
Cara mengatasi :
a. Tidak dicampur langsung
b. Dibuat terpisah 2 sediaan

Contoh : Hexamin dan asam salisilat


Camphora – salol
Camphora - menthol
 Contoh lain, serbuk yang bila dicampur
melebur &/ meleleh :
 Ephedrin HCl dengan :
– Acetosal
– Luminal
– Menthol
 Euchinin dengan
– Acetosal
– Resorcinol
 Antalgin dengan :
– Vit C
– Coffein Citrat
– Zat lain yang bereaksi asam
 Acetosal dengan :
– Hexamin
– Ephedrin HCl
– Antipyrin
 Hexamin dengan :
– Acetosal
– Phenol
– Salol
– Thymol
– Antipyrin
– Menthol
– As. Salisilat
3. Serbuk yang satu khasiatnya diabsorbsi serbuk yang lain
Cara mengatasi :
* Tidak diberikan secara bersamaan, diberikan
terpisah selang 3-4 jam
* Konsultasi ke dokter penulis resep
Contoh : Obat lain dan Carbo adsorben

4. Terjadinya reaksi kimia yang tidak diinginkan


misal : perubahan warna,
penguapan,
Pengaruh asam basa,
reaksi oksidasi reduksi
Cara mengatasi :
a. Tidak dicampur langsung
b. Dibuat terpisah 2 sediaan
c. Tidak diberikan secara bersamaan,
tapi dengan selang waktu 3-4 jam
5. Memang bahan obatnya Higroskopis
Misalnya, Ferrosi sulfas, Magnesium
Sulfat, Natrium Sulfat dll
Cara mengatasi : diganti garam
anhidratnya dengan perhitungan BM
BM anhidrat
____________ x berat yg ada dlm resep
BM hidrat
100 bag hidrat Bagian anhidrat

Tawas 67 bagian

Ferrosi Sulfas 67 bagian

Magnesium Sulfas 67 bagian

Natrium Sulfas 50 bagian

Natrium Karbonat 50 bagian


Pada sediaan Pil
R/ Paracetamol 0,100
Vit C 0.050
Luminal 0,020
Na Bic 0,100
Mf pil dtd No XXX
Vit C reaksi Asam ada Na Bic dan Air jadi bereaksi, terbentuk gas CO2
maka pil dapat pecah

R/ Kalii Bromida 5
Na. Subcarb 2
Extr. Gentian 2,5
Mf. Pil No XXX

Ektr. Gentian Bereaksi asam + Na Subcarb keluar gas CO2, pil dapat pecah
Dalam Sediaan Kapsul
Problem yang timbul
Isi kapsul meleleh
Misalnya pada bahan yang bereaksi satu dengan yang lain
Diatasi dengan dua bahan tersebut dipisah secara fisik
Misal,
salah satu dikeluarkan dalam capsul dipisah dengan bahan inert
Salah satu dibuat pil/capsul kecil lalu dimasukkan dalam kapsul
yg lebih besar
Isi kapsul bereaksi dengan cangkang kapsul
Misal Kreosot,  naftol, thymol
Diatasi dengan diencerkan dengan minyak lemak, sehingga obat
tidak lebih dari 40 %
Dalam Sedian larutan

Fisis :
Tidak dapat bercampur, misal pada bahan polar dan non polar,
diatasi dgn cara dibuat emulsi
Bahan tidak larut dan tidak dapat diganti dgn bahan yang larut,
misalnya Kloramfenikol palmitat, diatasi dengan cara dibuat suspensi
Terjadi endapan
Larutan camphora dlm spiritus, bila ditambah air sedemikian banyak,
camphora akan mengkristal kembali
Perubahan viskositas
Mis larutan Gom/CMC dengan pemanasan viskositas akan menurun
 Khemis
– Bikarbonat, dalam air/ larutan bersifat
asam akan terurai mengeluarkan gas CO2
– Borat, Garamnya yang larut dalam air
adalah garam alkali, akan mengendap
dengan adanya Zn Sulfat
R/ Zn Sulfas 0,04
Borat 0,1
Aqua ad 10 ml
m.d.s. t.d.d. gtt.opt II
 Dalam sediaan Salep
 Keluarnya air
– Karena sistem emulsi rusak, dapat disebabkan karena suhu, alkohol,
fenol
– Adanya air/larutan yg tak terserap basis
 Diatasi dengan cara :
– Jangan sampai sistem emulsi rusak
– Sebagian basis diganti dengan yang mempunyai kemampuan menyerap
air, misalnya adepslanae
 Misalnya salep basis krim dicampur dengan basis hidrokarbon
 Terbentuknya senyawa lain karena terjadi reaksi
 Diatasi dengan memisahkan obat menjadi 2 massa, kemudian baru
dicampur (secara tidak langsung)
SOLUTIO (LARUTAN)
TIK :
Mahasiswa kan dapat menjelaskan pengertian,
formula dan cara pembuatan bentuk sediaan
larutan
Pengertian
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau
lebih zat kimia yang terlarut.
Mis : te rd is p e rs i s e c a ra m o le c u la r d a l a m p e la ru t y a n g
sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.

Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi


secara merata, maka penggunaan larutan sebagai
bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan
keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika
larutan diencerkan atau dicampur.

Zat pelarut disebut solvent.


Zat yang terlarut disebut solute.
Jenis larutan

Larutan encer : larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A


yang terlarut.

Larutan jenuh : larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A


yang dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.

Larutan lewat jenuh : larutan yang mengandung jumlah zat A yang


terlarut melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur
tertentu.
F a k t o r - f a k t o r y a n g m e mp e n g a r u h i K e l a r u t a n

POLARITAS

PEMBENTUKAN
CO-SOLVENCY
KOMPLEKS

KELARUTAN

SALTING IN KELARUTAN

SALTING OUT TEMPERATUR


1. Polaritas
K e l a r u t a n s u a t u z a t me m e n u h i a t u r a n ” l i k e
dissolves like” artinya solute yang polar
a k a n la r u t d a la m s o lv e n t y a n g p o la r , s o lu t e
yang non polar akan larut dalam solvent
yang bersifat non polar.
Garam-garam anorganik larut dalam air
Alkaloid basa larut dalam kloroform
2. Co - s o l v e n c y

Co-solvency adalah peristiwa kenaikkan


kelarutan suatu zat karena adanya
penambahan pelarut lain atau modifikasi
pelarut.
Luminal tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam campuran air-gliserin.
3. Kelarutan
Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya
a d a la h :

Larut dalam air


Semua garam klorida larut, kecuali : AgCl, PbCl2, Hg2Cl2
Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base seperti bismuth
subnitras
Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.

Tidak larut dalam air


– Semua garam karbonat tidak larut, kecuali K2CO3, Na2CO3, (NH4)CO3
– Semua oksida dan hidroksida tidak larut, kecuali KOH, NaOH, NH4OH,
BaO, Ba(OH)2
– Semua garam posphat tidak larut, kecuali K3PO4, Na3PO3, (NH4)PO4
4. Temperatur
Zat padat pada umumnya bertambah larut bila
suhunya dinaikkan, zat tersebut bersifat endoterm,
karena pada proses kelarutannya membutuhkan
panas.
Zat terlarut + pelarut + panas larutan
Beberapa zat lain justru tidak larut jika suhunya
dinaikkan (bersifat eksoterm), karena pada
kelarutannya menghasilkan panas.
Zat terlarut + pelarut larutan + panas

Contoh :
K2SO4, KOH, CaHPO4, minyak atsiri, gas-gas yang
larut.
5. Salting Out
Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai
kelarutan besar dibanding zat utama, akan
menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau
terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.

C ont oh :
Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila ke
dalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
Disini kelarutan NaCl dalam air lebih besar dibanding
kelarutan minyak atsiri dalam air, maka minyak atsiri
akan memisah.
6. Salting In
Peristiwa bertambahnya kelarutan dari suatu
s e n y a wa o r g a n i k d e n g a n p e n a mb a h a n s u a t u
garam dalam larutannya.

Contoh :
r ib o fla v i n t id a k la r u t d a la m a i r , t e t a p i la r u t
dalam larutan yang mengandung
nicotinamidum karena terjadi penggaraman
riboflavin + basa NH4.
7. Pembentukan Kompleks

Peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa


tak larut dengan zat yang larut dengan
membentuk garam kompleks.

Contoh :
I o d i u m l a r u t d a l a m KI a t a u N a I j e n u h .
KI + I 2 2K I 3
H gI 2 + 2 K I K 2H g I 4
K e c e p a t a n k e la r u t a n s u a t u za t d ip e n g a r u h i o l e h :

Ukuran partikel : makin halus solute,


m a k i n k e c il u k u r a n p a r t i k e l ; m a k i n l u a s
solute yang kontak dengan solvent, solute
makin cepat larut.

Su h u : p a d a u m u m n y a k e n a i k a n su h u
akan menambah kelarutan solute.

Pengadukan
K e u n t u n g a n dan K er ug ia n Bentuk Sed iaa n So lut io

• Merupakan campuran homogen


• Dosis dapat mudah diubah- ubah
dalam pembuatan. • Volume bentuk larutan
• Dapat diberikan dalam larutan lebih besar.
encer kapsul • Ada obat yang tidak
• Kerja awal obat lebih cepat
karena obat cepat diabsorpsi.
stabil dalam larutan.
• Mudah diberi pemanis, bau- • Ada obat yang sukar
bauan dan warna. ditutupi rasa dan baunya
• untuk pemakaian luar, bentuk dalam larutan.
larutan mudah digunakan.
Sediaan Larutan
SIRUP

GUTTAE POTIONES

LAR.ORAL
POTIO
ELIXIR
EFFERVESCENT

SATURATIO NETRALISASI
Potiones (Obat Minum)
Sediaan cair yang dibuat untuk
pemberian oral, mengandung satu atau
lebih zat dengan atau tanpa bahan
pengaroma, pemanis, atau pewarna
yang larut dalam air atau berbentuk
emulsi atau suspensi.
E lix ir
Sediaan yang mengandung bahan obat dan
bahan tambahan (pemanis, pengawet,
p e wa n g i ) s e h i n g g a m e mi l i k i b a u d a n r a s a y a n g
sedap dan sebagai pelarut digunakan
campuran air-etanol.

Etanol berfungsi untuk mempertinggi


kelarutan obat. Elixir dapat pula ditambahkan
glycerol, sorbitol, atau propilenglikol.
Sirup

– S i r u p s i m p l e x , me n g a n d u n g 6 5 % g u l a d a l a m
l ar ut a n ni p a gi n 0, 2 5 % b / v
– S i r u p o b a t , me n g a n d u n g s a t u a t a u l e b i h j e n i s
obat dengan atau tanpa zat tambahan,
digunakan untuk pengobatan.
– S i r u p p e wa n g i , t i d a k me n g a n d u n g o b a t t e t a p i
m e n g a n d u n g za t p e w a n g i a t a u p e n y e d a p l a in .
Penambahan sirup ini bertujuan untuk
menutup rasa atau bau obat yang tidaeknak.
Netralisasi

Obat minum yang dibuat dengan


mencampurkan bagian asam dan
bagian basa sampai reaksi selesai dan
larutan bersifat netral.

Mis; solutio citratis magnesii.


Saturatio

Obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam


dan basa tetapi gas yang terjadi ditahan dalam wadah
sehingga larutan jenuh dengan gas.

Pembuatan:
– Komponen basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air yang
tersedia. Mis NaHCO3 digerus tuang kemudian masuk botol.
– Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air yang
tersedia.
– 2/3 bagian asam masuk basa, gas dibuang seluruhnya. Sisa
asam dituang hati-hati lewat tepi botol, segera tutup dengan
sampagne knop sehingga gas yang terjadi tertahan.
Potio Effervescent
Saturatio yang CO2 nya lewat jenuh.

Pe m b u a t a n :
Langkah 1 dan 2 sama dengan pada saturatio
Langkah 3 : seluruh bagian asam dimasukkan ke dalam basa dengan
hati-hati, segera tutup dengan sampagne knop.Gas CO2 umumnya
digunakan untuk pengobatan, menjaga stabilitas obat, dan kadang-
kadang dimasudkan untuk menyegarkan rasa minuman.

H a l y a n g h a ru s d i p e rh a ti k a n u n tu k s e d i a a n s a t u ra ti o d a n p o ti o
effervescent adalah :
Diberikan dalam botol yang kuat, berisi kira-kira 9/10 bagian dan tertutup
k e d a p d e n g a n g a b us at a u k ar et y a n g r a p at . K e m u di a n di i k at d e n g a n
s a m p a g n e k n o p.
Tidak boleh mengandung bahan obat yang sukar larut, karena tidak
boleh dikocok. Pengocokan menyebabkan botol pecah karena botol
b er i s i g as d al a m j u m l a h b es ar .
Penambahan Bahan-bahan
Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian asam
Zat netral dalam jumlah kecil. (jumlah besar dilarutkan
dalam asam sebagian dilarutkan dalam basa,
berdasarkan perbandingan jumlah airnya).
Zat-zat mudah menguap.
Ekstrak dalam jumlah kecil dan alkaloid
Sirup

Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian basa


Garam dari asam yang sukar larut. Mis Natrii benzoas,
Natrii salisilas.
Bila saturasi mengandung asam tartrat maka garam-
garam kalium dan amonium harus ditambahkan ke
dalm bagian basanya, bila tidak akan terbentulk
endapan kalium atau amonium dari asam tartrat.
Guttae (drop)
Obat tetes : sediaan cair berupa larutan, emulsi atau
suspensi, apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan
untuk obat dalam.

Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan


penetes yang menghasilkan tetesan yang setara
dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang
disebutkan dalam Farmakope Indonesia.

Pediatric drop : obat tetes yang diguanakan untuk


anak-anak atau bayi.
GARGARISMA

GUTTAE OPTH LITUS ORIS

LAR. TOPIKAL

COLLYRIUM GUTTAE NASALES

EPITHEMA
INHALATIONES
OBAT KOMPRES
Collyrium

Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah


asing, isotonis digunakan untuk membersihkan mata,
dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet.

Catatan :
Pada etiket harus tertera : Masa penggunaan setelah
tutup dibuka dan ”obat cuci mata”.

Collyrium yang tidak mengandung zat pengawet


hanya boleh digunakan lama 2 jam setelah botol
dibuka tutupnya. Yang mengandung pengawet dapat
digunakan paling lama 7 hari setelah botol dibuka
tutupnya.
Guttae ophthalmicae

Obat tetes mata : larutan steril bebas partikel


asing merupakan sediaan yang dibuat dan
dikemas sedemikian rupa hingga sesuai
digunakan pada mata.

Tetes mata juga tersedia dalam bentuk


suspensi, partikel halus dalam bentuk
termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi
atau goresan pada kornea.
Hal-hal yang diperhatikan pada pembuatan obat tetes mata :

– Nilai isotonisitas
Idealnya sama dengan nilai isotonis larutan NaCl 0,9 %b/v. Tetapi
mata masih dapat tahan terhadap nilai isotonis rendah yang setara
dengan larutan NaCl 0,6 % b/v dan tertinggi 2,0 % b/v NaCl.

– Pendaparan
Pendaparan larutan obat tetes mata adalah untuk mencegah
kenaikan pH yang disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil
oleh wadah kaca. Hal tersebut dapat menggangu kelarutan dan
stabilitas obat. Selain itu penambahan dapar juga dimaksudkan
untuk menjaga stabilitas obat tertentu misalnya garam-garam
alkaloid.

Air mata normal memiliki pH 7,4, secara ideal obat tetes mata
memiliki pH seperti air mata, tetapi karena beberapa bahan obat
tidak stabil pada pH tersebut maka sebaiknya obat tetes mata
supaya tidak terlalu merangsang mata.
– Pengawet
Wadah larutan mata harus tertutup rapat dan disegel
untuk menjamin sterilitas pada pemakaian pertama.
Larutan harus mengandung zat atau campuran zat yang
sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau
memusnahkan bakteri yang mungkin masuk pada waktu
wadah dibuka pada saat digunakan.
Pengawet yang dianjurkan :
– Nipagin dan nipasol
– Fenil merkuri nitrat, timerosol
– Benzalkonium klorid
– Klorbutanol, fenil etil alkohol
– Pengental
Ditambahkan untuk meningkatkan kekentalan sehingga
obat lebih lama kontak dengan jaringan. Larutan obat
mata yang dikentalkan harus bebas dari partikel yang
dapat terlihat. Cth : metil selulosa, hidroksi propil selulosa,
polivinil alkohol.
Cara pembuatan obat tetes mata

1 ) . Obat dilarutkan ke dalam salah satu zat pembawa yang


mengandung salah satu zat pengawet, dijernihkan dengan cara
penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup wadah dan sterilkan
menggunakan autoklaf pada suhu 115-116oC selama 30 menit.

2 ) . Obat dilarutkan dalam cairan pembawa beriar yang


mengandung salah satu zat pengawet dan sterilkan menggunakan
bakteri filter, masukkan kedalam wadah secara tehnik aseptis dan
tutup rapat.

3 ) . Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang


mengandung salah satu zat pengawet, dijernihkan dengan cara
penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutu rapat dan sterilkan
dengan penambahan bakterisid, dipanaskan pada suhu 98 – 100oC
selama 30 menit.
Gargarisma (Gargle)

Gargarisma atau obat kumur mulut adalah sediaan


berupa larutan umumnya dalam keadaan pekat yang
harus diencerkan dahulu sebelum digunakan.

Dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan


atau pengobatan infeksi tenggorokan.

P enan daa n : P et unj u k peng enc er n s ebel u m di g u na k an


dan ”hanya untuk kumur, tidak ditelan”
Litus Oris

O l e s b i b ir a d a l a h s e d i a a n c a ir a g a k
kental dan pemakaiannya secara
disapukan dalam mulut.

Cth: Lar 10 % borax dalam gliserin


Guttae Nasales

Tetes hidung adalah obat yang digunakan


untuk hi d ung deng a n c ara m e netes ka n o b at ke
dalam rongga hidung,

Dapat mengandung zat pensuspensi,


pendapar dan pengawet.

Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh


digunakan sebagai cairan pembawa.
Inhalationes

Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot hidung atau


mulut atau disemprotkan dalam bentuk kabut ke dalam
saluran pernafasan.

Tetesan butiran kabut harus seragam dan sangat


halus sehingga dapat mencapai bronkhioli.

Inhalasi merupakan larutan dalam air atau gas.

Penandaan : Pada etiket ditulis ”Kocok dahulu”


Epithema/Obat Kompres

Cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa


dingin pada tempat yang sakit dan panas
karena radang atau berdasarkan sifat
perbedaan tekanan osmose, digunakan untuk
mengeringkan luka bernanah.

Cth : Sol Rivanol, campuran Borwater-revanol


SOLUTIO (LARUTAN)
TIK :
Mahasiswa kan dapat menjelaskan pengertian,
formula dan cara pembuatan bentuk sediaan
larutan
Pengertian
 Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau
lebih zat kimia yang terlarut.
 Mis : terdispersi secara molecular dalam pelarut yang
sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.

 Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi


secara merata, maka penggunaan larutan sebagai
bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan
keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika
larutan diencerkan atau dicampur.

 Zat pelarut disebut solvent.


 Zat yang terlarut disebut solute.
Jenis larutan

 Larutan encer : larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A


yang terlarut.

 Larutan jenuh : larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A


yang dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.

 Larutan lewat jenuh : larutan yang mengandung jumlah zat A yang


terlarut melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur
tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kelarutan

POLARITAS

PEMBENTUKAN
CO-SOLVENCY
KOMPLEKS

KELARUTAN

SALTING IN KELARUTAN

SALTING OUT TEMPERATUR


1. Polaritas
 Kelarutan suatu zat memenuhi aturan ” like
dissolves like” artinya solute yang polar
akan larut dalam solvent yang polar, solute
yang non polar akan larut dalam solvent
yang bersifat non polar.
 Garam-garam anorganik larut dalam air
 Alkaloid basa larut dalam kloroform
2. Co-solvency

 Co-solvency adalah peristiwa kenaikkan


kelarutan suatu zat karena adanya
penambahan pelarut lain atau modifikasi
pelarut.
 Luminal tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam campuran air-gliserin.
3. Kelarutan
Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya
adalah :

 Larut dalam air


 Semua garam klorida larut, kecuali : AgCl, PbCl2, Hg2Cl2
 Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base seperti bismuth
subnitras
 Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.

 Tidak larut dalam air


– Semua garam karbonat tidak larut, kecuali K2CO3, Na2CO3, (NH4)CO3
– Semua oksida dan hidroksida tidak larut, kecuali KOH, NaOH, NH4OH,
BaO, Ba(OH)2
– Semua garam posphat tidak larut, kecuali K3PO4, Na3PO3, (NH4)PO4
4. Temperatur
 Zat padat pada umumnya bertambah larut bila
suhunya dinaikkan, zat tersebut bersifat endoterm,
karena pada proses kelarutannya membutuhkan
panas.
 Zat terlarut + pelarut + panas  larutan
 Beberapa zat lain justru tidak larut jika suhunya
dinaikkan (bersifat eksoterm), karena pada
kelarutannya menghasilkan panas.
 Zat terlarut + pelarut  larutan + panas

 Contoh :
K2SO4, KOH, CaHPO4, minyak atsiri, gas-gas yang
larut.
5. Salting Out
 Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai
kelarutan besar dibanding zat utama, akan
menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau
terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.

 Contoh :
Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila ke
dalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
Disini kelarutan NaCl dalam air lebih besar dibanding
kelarutan minyak atsiri dalam air, maka minyak atsiri
akan memisah.
6. Salting In
 Peristiwa bertambahnya kelarutan dari suatu
senyawa organik dengan penambahan suatu
garam dalam larutannya.

 Contoh :
riboflavin tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam larutan yang mengandung
nicotinamidum karena terjadi penggaraman
riboflavin + basa NH4.
7. Pembentukan Kompleks

 Peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa


tak larut dengan zat yang larut dengan
membentuk garam kompleks.

 Contoh :
Iodium larut dalam KI atau NaI jenuh.
KI + I2  KI3
HgI2 + 2 KI  K2HgI4
Kecepatan kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh :

 Ukuran partikel : makin halus solute,


makin kecil ukuran partikel; makin luas
solute yang kontak dengan solvent, solute
makin cepat larut.

 Suhu : pada umumnya kenaikan suhu


akan menambah kelarutan solute.

 Pengadukan
Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan Solutio

• Merupakan campuran homogen


• Dosis dapat mudah diubah-ubah
dalam pembuatan. • Volume bentuk larutan
• Dapat diberikan dalam larutan lebih besar.
encer kapsul • Ada obat yang tidak
• Kerja awal obat lebih cepat
stabil dalam larutan.
karena obat cepat diabsorpsi.
• Mudah diberi pemanis, bau- • Ada obat yang sukar
bauan dan warna. ditutupi rasa dan baunya
• untuk pemakaian luar, bentuk dalam larutan.
larutan mudah digunakan.
Sediaan Larutan
SIRUP

GUTTAE POTIONES

LAR.ORAL
POTIO
ELIXIR
EFFERVESCENT

SATURATIO NETRALISASI
Potiones (Obat Minum)
 Sediaan cair yang dibuat untuk
pemberian oral, mengandung satu atau
lebih zat dengan atau tanpa bahan
pengaroma, pemanis, atau pewarna
yang larut dalam air atau berbentuk
emulsi atau suspensi.
Elixir
 Sediaan yang mengandung bahan obat dan
bahan tambahan (pemanis, pengawet,
pewangi) sehingga memiliki bau dan rasa yang
sedap dan sebagai pelarut digunakan
campuran air-etanol.

 Etanol berfungsi untuk mempertinggi


kelarutan obat. Elixir dapat pula ditambahkan
glycerol, sorbitol, atau propilenglikol.
Sirup

– Sirup simplex, mengandung 65 % gula dalam


larutan nipagin 0,25 %b/v
– Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis
obat dengan atau tanpa zat tambahan,
digunakan untuk pengobatan.
– Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi
mengandung zat pewangi atau penyedap lain.
Penambahan sirup ini bertujuan untuk
menutup rasa atau bau obat yang tidak enak.
Netralisasi

 Obat minum yang dibuat dengan


mencampurkan bagian asam dan
bagian basa sampai reaksi selesai dan
larutan bersifat netral.

 Mis; solutio citratis magnesii.


Saturatio

 Obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam


dan basa tetapi gas yang terjadi ditahan dalam wadah
sehingga larutan jenuh dengan gas.

 Pembuatan:
– Komponen basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air yang
tersedia. Mis NaHCO3 digerus tuang kemudian masuk botol.
– Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air yang
tersedia.
– 2/3 bagian asam masuk basa, gas dibuang seluruhnya. Sisa
asam dituang hati-hati lewat tepi botol, segera tutup dengan
sampagne knop sehingga gas yang terjadi tertahan.
Potio Effervescent
Saturatio yang CO2 nya lewat jenuh.

Pembuatan :
 Langkah 1 dan 2 sama dengan pada saturatio
 Langkah 3 : seluruh bagian asam dimasukkan ke dalam basa dengan
hati-hati, segera tutup dengan sampagne knop.Gas CO2 umumnya
digunakan untuk pengobatan, menjaga stabilitas obat, dan kadang-
kadang dimasudkan untuk menyegarkan rasa minuman.

 Hal yang harus diperhatikan untuk sediaan saturatio dan potio


effervescent adalah :
 Diberikan dalam botol yang kuat, berisi kira-kira 9/10 bagian dan tertutup
kedap dengan gabus atau karet yang rapat. Kemudian diikat dengan
sampagne knop.
 Tidak boleh mengandung bahan obat yang sukar larut, karena tidak
boleh dikocok. Pengocokan menyebabkan botol pecah karena botol
berisi gas dalam jumlah besar.
Penambahan Bahan-bahan
 Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian asam
 Zat netral dalam jumlah kecil. (jumlah besar dilarutkan
dalam asam sebagian dilarutkan dalam basa,
berdasarkan perbandingan jumlah airnya).
 Zat-zat mudah menguap.
 Ekstrak dalam jumlah kecil dan alkaloid
 Sirup

Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian basa


 Garam dari asam yang sukar larut. Mis Natrii benzoas,
Natrii salisilas.
 Bila saturasi mengandung asam tartrat maka garam-
garam kalium dan amonium harus ditambahkan ke
dalm bagian basanya, bila tidak akan terbentulk
endapan kalium atau amonium dari asam tartrat.
Guttae (drop)
 Obat tetes : sediaan cair berupa larutan, emulsi atau
suspensi, apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan
untuk obat dalam.

 Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan


penetes yang menghasilkan tetesan yang setara
dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang
disebutkan dalam Farmakope Indonesia.

 Pediatric drop : obat tetes yang diguanakan untuk


anak-anak atau bayi.
GARGARISMA

GUTTAE OPTH LITUS ORIS

LAR. TOPIKAL

COLLYRIUM GUTTAE NASALES

EPITHEMA
INHALATIONES
OBAT KOMPRES
Collyrium

 Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah


asing, isotonis digunakan untuk membersihkan mata,
dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet.

 Catatan :
 Pada etiket harus tertera : Masa penggunaan setelah
tutup dibuka dan ”obat cuci mata”.

 Collyrium yang tidak mengandung zat pengawet


hanya boleh digunakan lama 2 jam setelah botol
dibuka tutupnya. Yang mengandung pengawet dapat
digunakan paling lama 7 hari setelah botol dibuka
tutupnya.
Guttae ophthalmicae

 Obat tetes mata : larutan steril bebas partikel


asing merupakan sediaan yang dibuat dan
dikemas sedemikian rupa hingga sesuai
digunakan pada mata.

 Tetes mata juga tersedia dalam bentuk


suspensi, partikel halus dalam bentuk
termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi
atau goresan pada kornea.
Hal-hal yang diperhatikan pada pembuatan obat tetes mata :

– Nilai isotonisitas
 Idealnya sama dengan nilai isotonis larutan NaCl 0,9 %b/v. Tetapi
mata masih dapat tahan terhadap nilai isotonis rendah yang setara
dengan larutan NaCl 0,6 % b/v dan tertinggi 2,0 % b/v NaCl.

– Pendaparan
 Pendaparan larutan obat tetes mata adalah untuk mencegah
kenaikan pH yang disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil
oleh wadah kaca. Hal tersebut dapat menggangu kelarutan dan
stabilitas obat. Selain itu penambahan dapar juga dimaksudkan
untuk menjaga stabilitas obat tertentu misalnya garam-garam
alkaloid.

 Air mata normal memiliki pH 7,4, secara ideal obat tetes mata
memiliki pH seperti air mata, tetapi karena beberapa bahan obat
tidak stabil pada pH tersebut maka sebaiknya obat tetes mata
supaya tidak terlalu merangsang mata.
– Pengawet
 Wadah larutan mata harus tertutup rapat dan disegel
untuk menjamin sterilitas pada pemakaian pertama.
Larutan harus mengandung zat atau campuran zat yang
sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau
memusnahkan bakteri yang mungkin masuk pada waktu
wadah dibuka pada saat digunakan.
 Pengawet yang dianjurkan :
– Nipagin dan nipasol
– Fenil merkuri nitrat, timerosol
– Benzalkonium klorid
– Klorbutanol, fenil etil alkohol
– Pengental
 Ditambahkan untuk meningkatkan kekentalan sehingga
obat lebih lama kontak dengan jaringan. Larutan obat
mata yang dikentalkan harus bebas dari partikel yang
dapat terlihat. Cth : metil selulosa, hidroksi propil selulosa,
polivinil alkohol.
Cara pembuatan obat tetes mata

 1). Obat dilarutkan ke dalam salah satu zat pembawa yang


mengandung salah satu zat pengawet, dijernihkan dengan cara
penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup wadah dan sterilkan
menggunakan autoklaf pada suhu 115-116oC selama 30 menit.

 2). Obat dilarutkan dalam cairan pembawa beriar yang


mengandung salah satu zat pengawet dan sterilkan menggunakan
bakteri filter, masukkan kedalam wadah secara tehnik aseptis dan
tutup rapat.

 3). Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang


mengandung salah satu zat pengawet, dijernihkan dengan cara
penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutu rapat dan sterilkan
dengan penambahan bakterisid, dipanaskan pada suhu 98 – 100 oC
selama 30 menit.
Gargarisma (Gargle)

 Gargarisma atau obat kumur mulut adalah sediaan


berupa larutan umumnya dalam keadaan pekat yang
harus diencerkan dahulu sebelum digunakan.

 Dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan


atau pengobatan infeksi tenggorokan.

 Penandaan : Petunjuk pengencern sebelum digunakan


dan ”hanya untuk kumur, tidak ditelan”
Litus Oris

 Oles bibir adalah sediaan cair agak


kental dan pemakaiannya secara
disapukan dalam mulut.

 Cth: Lar 10 % borax dalam gliserin


Guttae Nasales

 Tetes hidung adalah obat yang digunakan


untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke
dalam rongga hidung,

 Dapat mengandung zat pensuspensi,


pendapar dan pengawet.

 Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh


digunakan sebagai cairan pembawa.
Inhalationes

 Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot hidung atau


mulut atau disemprotkan dalam bentuk kabut ke dalam
saluran pernafasan.

 Tetesan butiran kabut harus seragam dan sangat


halus sehingga dapat mencapai bronkhioli.

 Inhalasi merupakan larutan dalam air atau gas.

 Penandaan : Pada etiket ditulis ”Kocok dahulu”


Epithema/Obat Kompres

 Cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa


dingin pada tempat yang sakit dan panas
karena radang atau berdasarkan sifat
perbedaan tekanan osmose, digunakan untuk
mengeringkan luka bernanah.

 Cth : Sol Rivanol, campuran Borwater-revanol

Anda mungkin juga menyukai